Startup Kesehatan Medi-Call Kini Hadir di Enam Belas Kota

Sejak debut di tahun 2016, startup bidang kesehatan Medi-Call kini mengaku telah melayani lebih dari 5000 pasien di wilayah sebarannya. Peningkatan jumlah pengguna turut didukung adanya kerja sama dengan 387 dokter, 379 perawat, 480 bidan dan 30 fisioterapis. Untuk jaminan mutu, seluruh mitra tersebut telah dipastikan memiliki lisensi praktik dari lembaga terkait.

Di pertengahan tahun ini, Medi-Call telah meluas di 16 kota (sebelumnya hanya beroperasi di wilayah Bali saja), termasuk di Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Medan, Palembang, hingga Balikpapan. Ekspansi ini tak terlepas dari dukungan mitra strategisnya, yakni Apotek K24. Layanan Medi-Call terintegrasi dengan situs online K24Klik untuk pemenuhan kebutuhan obat bagi pasien.

Untuk menguatkan bisnis, Medi-Call juga telah menerima pendanaan awal (seed funding) dari angel investor yang tidak diinformasikan detailnya. Pendanaan tersebut akan digunakan untuk merealisasikan manuver bisnis ke depan, tak lain memperluas jangkauan operasional agar lebih banyak pasien yang dirangkul akses pelayanan kesehatan daring tersebut.

“Hingga saat ini, Medi-Call terus dikembangkan agar dapat menjadi aplikasi berbasis lokasi yang menghubungkan penyedia layanan kesehatan dengan pasien. Aplikasi ini dapat menjadi solusi tepat bagi mereka yang tidak ingin kesibukannya terganggu oleh penyakit yang tiba-tiba menyerang,” ujar Co-Founder & CEO Medi-Call, Budhi Riyanta, yang juga seorang dokter.

Dengan aplikasi Medi-Call, pengguna dapat memperoleh pelayanan kesehatan terdekat melalui aplikasi. Keunggulan yang coba ditawarkan memudahkan pasien tidak perlu lagi mengantre, karena tim kesehatan yang akan menyambangi rumah pasien sesuai dengan keluhannya — sehingga bisa saja ditangani dokter, perawat, bidan atau fisioterapis. Layaknya aplikasi on-demand lainnya, Medi-Call juga berusaha memberikan kepastian biaya terkait pelayanan kesehatan saat pengguna hendak melakukan pemesanan.

“Dokter yang datang ke rumah pasien dapat langsung meresepkan obat yang kemudian dapat dipesan melalui K24Klik. K24Klik menyediakan layanan One Hour Delivery yang memungkinkan pasien untuk segera menerima obatnya dalam kurun waktu 1 jam saja, sebab K24Klik sudah memiliki lebih dari 300 apotek mitra yang tersebar di seluruh Indonesia,” imbuh Budhi menerangkan tekis kerja samanya dengan Apotek K24.

Selain Budhi, startup healthtech ini juga didirikan oleh dua rekan lainnya yang juga seorang dokter, yakni Stephanie Patricia dan Candra Wijanadi. Fenomena urban yang menuntut berbagai aktivitas ingin dilakukan secara praktis memberikan mereka ide untuk menghadirkan layanan kesehatan on-demand berbasis mobile.

Application Information Will Show Up Here

ANGIN Secures Seed Funding from 500 Startups and Local Angel Investor

ANGIN (Angel Investment Network Indonesia) is officially announced seed round funding from 500 Startups and three national investors: Shinta Kamdani (Sintesa Group CEO), Diono Nurjadin (Cardig International CEO), and Jefrey Joe (Alpha JWC’s Managing Director & Co-Founder). The value is still undisclosed yet the process has been going on since May.

David Soukhasing, Managing Director of ANGIN, explained that this funding will be focused on ANGIN services scale-up in Indonesia. It includes the launching of new feature/service, making improvements for all members of angel investors, and continuing support for startups in Indonesia.

Until recently, ANGIN has accommodated at least 71 angel investors and distributed funding from investors to more than 33 startups within 2 years. ANGIN makes a commitment not only as investment platform but also to have a role in growing entrepreneurship ecosystem in Indonesia through activities and partnerships.

“We’ve been operating ANGIN in bootstrapped since the beginning and our team wants to make a broader impact and reach. We decided to search for an external funding to support expansion,” Soukhasing said.

ANGIN considers the experience of 500 Startups investing globally can provide valuable knowledge in business scale-up.

Since founded in 2013 led by Shinta Kamdani, ANGIN has been growing rapidly. It currently has several services, such as business research, content, technology, and business consultant.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

ANGIN Dapatkan Pendanaan Awal dari 500 Startups dan Angel Investor Lokal

Hari ini (06/5) ANGIN (Angel Investment Network Indonesia) secara resmi mengumumkan perolehan putaran pendanaan awal (seed round) dari 500 Startups dan tiga investor nasional: CEO Sintesa Group Shinta Kamdani, CEO Cardig International Diono Nurjadin, dan Managing Director & Co-Founder Alpha JWC  Jefrey Joe. Tidak disebutkan nilai dari pendanaan tersebut, hanya saja prosesnya sudah dilakukan sejak bulan Mei lalu.

Dalam penjelasannya David Soukhasing selaku Managing Director ANGIN menyebutkan bahwa pendanaan ini akan difokuskan untuk memperkuat (scale-up) manuver ANGIN di Indonesia. Termasuk dengan meluncurkan fitur/layanan baru, meningkatkan layanan kepada puluhan angel investor yang tergabung, dan melanjutkan dukungannya kepada startup di Indonesia.

Sampai dengan saat ini, ANGIN sudah mengakomodasi sekurangnya 71 angel investor dan telah menyalurkan pendanaan dari para investor di lebih 33 startup selama 2 tahun beroperasi. ANGIN berkomitmen tidak hanya ingin menjadi platform investasi, melainkan juga ingin memiliki peran menumbuhkan ekosistem kewirausahaan di Indonesia melalui kegiatan dan kemitraan yang telah dijalin.

“Kami menjalankan ANGIN secara bootstrapped sejak awal berdiri dan tim kami merasa ingin memberikan dampak dan jangkauan yang lebih luas. Kami memutuskan untuk menemukan dukungan pendanaan eksternal untuk memberikan bahan bakar guna melakukan perluasan,” ujar David Soukhasing.

Pengalaman 500 Startups berinvestasi secara global dinilai ANGIN dapat memberikan pengetahuan berharga dalam melakukan scale-up.

Sejak didirikan pada tahun 2013, dipimpin oleh Shinta Kamdani, ANGIN secara organik telah mengalami pertumbuhan pesat. Saat ini pihaknya juga telah memiliki beberapa layanan seperti konsultan bisnis, teknologi, konten dan riset.

Trik Terlihat Memesona di Hadapan Calon Angel Investor Menurut Doogether, Kartoo, dan Kokatto

Membangun startup bukanlah perkara mudah. Sebab di sanalah Anda (sebagai founder) akan diuji bagaimana memimpin perusahaan yang baik, membangun budaya kerja, membina tim, hingga manajemen waktu untuk berbagai keputusan yang tepat. Kesulitan ini akan semakin terasa bila Anda sebagai founder belum memiliki banyak pengalaman untuk menanganinya.

Pada saat itulah, Anda memerlukan rekanan yang dapat berjalan bersama pertumbuhan bisnis. Banyak pilihannya, bisa dengan merekrut co-founder atau menggandeng angel investor yang telah berinvestasi. Angel investor tidak hanya bisa ditempatkan sebagai orang yang memberikan suntikan investasi dana saja, lebih dari itu, pengalamannya dapat menjadi investasi ilmu bisnis yang menjanjikan.

Angel investor dapat dianggap sebagai sosok mentor yang membantu Anda untuk mengelola perusahaan dengan wejangan-wejangannya. Selain itu, Anda juga mendapat fasilitas tambahan lainnya berupa bantuan jaringan untuk memperluas relasi perusahaan. Angel investor memiliki peranan penting da;lam hal ini, terlebih saat membangun startup pada tahap awal.

Bahkan disebut-disebut, sebanyak 71% startup yang pendanaannya berangkat dari angel investor berhasil berlanjut ke tahap berikutnya, yaitu modal ventura. Kesempatan untuk bertahan jauh lebih besar dibandingkan dengan startup yang memakai dana sendiri.

Dalam sesi diskusi panel hari kedua IDByte 2017 dibahas khusus tema tersebut, bertajuk “Revealing Things Angel Investors Are Looking for in a Business + The Secret Guide to Working with Angel Investor”. Dihadirkan CEO Kokatto Arsyah Rasyid, CEO dan Co-Founder Doogether Fauzan Gani, CEO dan Co-Founder Kartoo Ardheta Natalegawa, dan Shinta Dhanuwardoyo selaku angel investor dari Angel eQ, serta dimoderatori oleh CEO dan Co-Founder DailySocial Rama Mamuaya.

Kokatto, Doogether, dan Kartoo merupakan startup yang masuk ke dalam portofolio Shinta selaku angel investor. Seluruh pembicara banyak mengungkap hal-hal terkait apa saja yang perlu dilakukan agar dapat terlihat memesona di hadapan calon angel investor. Berikut rangkumannya:

Bangun chemistry

Baik Arsyah Gani maupun Ardheta Natalegawa sepakat bahwa hal utama yang perlu dilakukan agar terlihat memesona adalah membangun chemistry. Menurut mereka, chemistry penting saat membangun kesan pertama.

Dalam hal ini, chemistry tidak hanya untuk kebutuhan bisnis saja tapi juga secara personal. Kombinasi antara keduanya akan menciptakan nuansa yang penting. Chemistry yang baik akan menggiring terjadinya kejujuran.

Founder harus dapat mengutarakan secara jujur apa tujuan yang ingin didapat saat bertemu investor. Bagaimana kondisi keuangan terkini, berapa jumlah uang yang dibutuhkan, dan lain sebagainya.

“Intinya harus jujur dan terbuka dengan kondisi yang sedang dialami founder. Dengan demikian, first impression yang didapat angel investor terhadap founder akan terbangun secara positif. Sebab manfaat terbesar dengan memperoleh angel investor adalah kebebasan mentoring, dibandingkan dengan VC yang terbatas,” kata Arsyah.

Buat model bisnis yang jelas

Sementara itu, Fauzan Gani menuturkan pentingnya membuat model bisnis yang jelas dan terbaik agar dapat menarik atensi angel investor. Meski secara selera, setiap angel investor memiliki preferensi tahapan startup yang berbeda-beda, akan lebih baik bila startup sudah memiliki model bisnis yang jelas.

Sebab di satu sisi akan mempermudah dan mempercepat angel investor dalam menentukan jenis bantuan apa yang dibutuhkan. Bagi founder pun, semakin baik model bisnis yang mereka bangun, mereka tidak perlu bersusah payah meyakinkan angel investor. Investor sendirilah yang akan datang menghampiri mereka.

Punya passion yang berkaitan

Arsyah menambahkan, memiliki passion yang berkaitan dengan startup yang sedang digeluti juga memiliki nilai tambah di hadapan angel investor. Apalagi jika terdapat kesamaan passion antara founder dengan angel investor. Memiliki kesamaan passion, turut membantu founder dalam mempercepat akselerasi bisnis itu sendiri.

“Jika nanti dapat angel investor yang cocok, mereka pasti juga akan sama dengan kita. Penuh passion dan tulus berinvestasi demi kelanjutan bisnis dengan dampak yang lebih besar.”

Mari Elka Pangestu Resmi Bergabung Menjadi “Angel Investor” ANGIN

Setelah menjadi angel investor untuk startup Seekmi, mantan Menteri Perdagangan dan Pariwisata RI Mari Elka Pangestu secara resmi bergabung dengan jaringan angel investor di Indonesia yaitu ANGIN. Keterlibatan Pangestu dalam dunia startup sejak dua tahun terakhir ditunjukkan secara langsung dengan hadirnya beliau dalam berbagai acara yang melibatkan banyak startup dan investor di Indonesia. Melihat peran serta beliau, ANGIN kemudian melakukan pendekatan kepada Pangestu untuk menjadi bagian angel investor di Indonesia.

“Kami dari ANGIN biasanya memang tidak terlalu banyak berbicara tentang proses perekrutan calon angel investor, namun dalam hal ini kami [ANGIN] memang melakukan pendekatan khusus kepada ibu Mari Elka Pangestu,” kata Direktur Angel Investment Network Indonesia (ANGIN) David Soukhasing kepada DailySocial.

Saat ini Mari Elka Pangestu masih menjabat sebagai penasihat di inkubator Plug and Play Indonesia dan Kamar Dagang Indonesia (Kadin). Bergabungnya Mari Elka Pangestu ke dalam jaringan angel investor di ANGIN menambah jumlah angel investor menjadi sekitar 51 orang. Seperti dilansir dari Dealstreetasia, selain Mari Elka Pangestu, turut bergabung angel investor baru lainnya yaitu Samuel Koshan (Direktur Sinar Kharisma Padjajaran), Raya Papp (Co-founder dan partner Challenger 88), dan Wolfgang Hafenmayer (co-founder dan managing partner Challenger 88).

Sebelumnya Venture Partner 500 Startups  Ashraf Sinclair juga bergabung menjadi angel investor di ANGIN.

Menambah jumlah angel investor di berbagai kota

Selama ini ANGIN cukup aktif menambah jumlah angel investor bukan hanya di Jakarta namun di kota-kota besar lainnya. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh ANGIN beberapa waktu yang lalu adalah mengumumkan rencana ekspansi perdananya ke Medan. Untuk mendukung strategi tersebut, ANGIN menempatkan Edy Tan sebagai partner regional dengan posisi Managing Head.

Edy Tan bergabung di ANGIN sejak tahun lalu sebagai investor, bersama beberapa nama lainnya. Edy juga masih tercatat sebagai Managing Director di Medan Inovasi Bersama, sebuah inkubator startup digital di Medan yang menyediakan keterampilan kewirausahaan, pelatihan, pendampingan, dan pendanaan. Edy juga tercatat sebagai Strategic Regional Head di Go-Jek.

Setelah Medan, pihak ANGIN berencana untuk melakukan ekspansi berikutnya di kota lainnya, seiring upaya ANGIN dalam rangka memperkuat eksistensinya sebagai jaringan angel investor di Indonesia.

Rencana ANGIN Meningkatkan Peran Perempuan di Dunia Teknologi

Permasalahan masih minimnya jumlah perempuan yang berkecimpung dalam dunia teknologi hingga saat ini ternyata mendapat sorotan dari para pelaku startup hingga jajaran eksekutif di perusahaan teknologi di Indonesia. Namun menjamurnya jumlah startup dan meningkatnya lowongan posisi untuk engineer, ternyata tidak disertai dengan meningkatnya jumlah perempuan yang bekerja sebagai engineer.

Dalam tulisan yang dimuat oleh JakartaPost, Head of Product Manager Digital of Tokopedia Devy Pranowo mengungkapkan, dunia teknologi tidak pernah melihat jenis kelamin, artinya semua orang bisa belajar dan mencoba untuk berprofesi sebagai engineer.

Namun demikian faktanya hingga kini dunia startup dan teknologi di tanah air, masih kekurangan peminat yang berasal dari kalangan perempuan untuk terjun menjadi engineer. Salah satu cara untuk bisa menarik perhatian para perempuan untuk tertarik mengisi posisi teknis adalah agar perusahaan lebih terbuka dalam hal perekrutan, bukan hanya fokus kepada engineer pria namun juga perempuan.

ANGIN dan Wonder Tech

Melihat persoalan yang ada Angel Investment Network Indonesia (ANGIN) kemudian menginisiasi kegiatan Wonder Tech. acara yang bertujuan untuk memahami permasalahan dan mencoba mencari solusi terbaik agar lebih banyak lagi perempuan terjun ke dunia teknologi, didukung oleh para pelaku startup di Indonesia.

“Setelah melakukan pertemuan dengan Co-CEO Lazada Florian Holm, Khailee Ng dari 500 Startups dan beberapa teman-teman dari layanan e-commerce, kita memutuskan untuk melakukan sesuatu agar bisa membawa lebih banyak lagi perempuan dalam dunia teknologi terutama di kalangan eksekutif. Florian dari Lazada selalu mengeluhkan sedikitnya jumlah perempuan saat pertemuan eksekutif internal, sebagai langkah pertama kita akan melakukan kegiatan tersebut dalam waktu dekat,” kata Direktur ANGIN David Soukhasing kepada DailySocial.

Dalam kegiatan tersebut akan dihadirkan beberapa tokoh perempuan yang terbilang sukses dengan bisnisnya di Indonesia untuk membahas potensi serta solusi terbaik untuk perempuan di dunia teknologi.

“Kita akan mengundang sekitar 150 orang menghadiri acara sederhana yang nantinya sarat dengan interaksi dan pembahasan menarik tentang isu perempuan di dunia teknologi,” kata David.

Memperluas kerja sama dengan rekanan strategis

Sebagai salah satu jaringan angel investor di Indonesia, ANGIN makin gencar melakukan kerja sama dengan pihak terkait. Selain dengan Garena, Lazada, GO-Jek, dan Facebook, saat ini ANGIN dan 500 Startups telah melakukan kerja sama strategis, salah satunya adalah dengan menempatkan Venture Partner 500 Startups Ashraf Sinclair sebagai angel investor di ANGIN.

“Sebelumnya ANGIN telah melakukan co-invested dengan 500 Startups, berdasarkan rekomendasi dari Khailee Ng (Managing Partner 500 Startups) kami di ANGIN berharap Ashraf bisa menjadi mentor untuk industri fesyen, kuliner, selebriti hingga gaya hidup yang berbasis teknologi dan masuk dalam seed stage,” kata David.

Rencana ke depannya ANGIN dan 500 Startups akan melancarkan kerja samanya dengan mengadakan beberapa kegiatan, salah satunya adalah kegiatan Wonder Tech di Jakarta.

ANGIN Luncurkan Connector.id, Mudahkan Pelaku Startup Temukan Investor yang Tepat

Salah satu jaringan angel investor yang cukup aktif dalam menanamkan investasinya ke startup lokal, ANGIN, hari ini mengumumkan platform terbaru untuk pelaku startup di Indonesia. Connector.id dapat dimanfaatkan entrepreneur yang berencana untuk melakukan penggalangan dana dan belajar lebih jauh memilih investor yang tepat serta jenis pendanaan yang sesuai.

Didukung Bekraf, UNDP dan kedutaan Kanada, situs Connector.id dihadirkan setelah pertemuan ANGIN kepada 1000 entrepreneur di Indonesia. ANGIN kemudian berinisiatif untuk meluncurkan platform terpadu yang bisa memberikan transparansi, efisiensi, dan solusi yang lebih cepat dalam membantu entrepreneur mengakses pendanaan yang relevan.

Situs ini menawarkan 5 manfaat kepada entrepreneur, yaitu menghemat waktu, menemukan investor yang tepat, mengenali lebih jauh investor yang ingin didekati, fokus untuk melakukan penggalangan dana dan tentunya menghemat uang.

Di situs Connector.id, entrepreneur memiliki kesempatan untuk menemukan penyedian pendanaan mulai dari, bank, venture capital, angel investor, impact investor, hingga pemerintah. Semua pilihan tersebut memanfaatkan jaringan ANGIN.

Untuk tahap awal, Connector.id hanya berisikan pertanyaan yang nantinya bisa membantu entrepreneur menemukan investor yang sesuai. Selanjutnya Connector.id juga akan dilengkapi dengan fitur yang lebih lengkap, tidak hanya kategori VC yang sesuai namun juga profil institusi yang tepat. Beberapa fitur tersebut masih dalam tahap beta dan rencananya akan diluncurkan pada bulan Juli mendatang.

Ashraf Sinclair bergabung menjadi Angel Investor ANGIN

Sebelumnya ANGIN juga telah mengumumkan bergabungnya Ashraf Sinclair sebagai salah satu angel investor ANGIN. Ashraf sendiri  baru-baru ini bergabung dengan 500 Startups sebagai Venture Partner.

Pengalaman dan latar belakang yang dimiliki Ashraf diharapkan bisa membantu ANGIN untuk mendapatkan dukungan dan akses kepada selebriti Indonesia. Selama ini ANGIN juga telah menjalin kemitraan dengan 500 Startups sebagai dukungan membangun ekosistem startup yang positif di tanah air.

Lima Pertanyaan Startup Seputar Penggalangan Dana

Jika proof-of-concept produk sudah sangat matang dan diujicobakan, atau bahkan sudah mencapai MVP-nya, kadang startup membutuhkan dukungan lebih untuk memperbesar traksi dan memperluas pangsa pasar. Di sini investasi sangat dibutuhkan untuk menambah nilai modal operasional. Pada kenyataannya proses tersebut tidak mudah dilalui, pun tatkala startup sudah menemukan investornya.

Terlepas dari cerita hingar-bingar tentang “prestasi pendanaan” dari banyak startup di luar sana, nyatanya banyak founder yang masih merasa gelisah dan ragu ketika akan menghadapi proses pendanaan. Karena implikasinya ada beberapa hal yang akan dikorbankan, misalnya valuasi kepemilikan dan struktur tim inti dalam startup.

Untuk memberikan gambaran lebih gamblang terkait prosesi pendanaan, berikut jawaban dari beberapa pertanyaan seputar pendanaan yang sering ditanyakan.

(1) Kapan startup perlu mencari pendanaan dan berapa?

Paling ideal startup mencari pendanaan untuk meningkatkan modal pada saat benar-benar siap memproses sebuah eksekusi baru. Menilai kesiapan ini sangat bergantung pada keputusan tim co-founder di dalamnya. Menariknya banyak startup sukses melakukan penggalangan dana saat mereka sebenarnya masih memiliki dana modal yang besar. Dikatakan kondisi tersebut akan memberikan fleksibilitas dalam proses penggalangan dana, terutama dalam proses negosiasi.

Terkait dengan besaran investasi juga perlu perencanaan matang. Dalam jargon investor ada istilah “tweener”, yakni cara sopan untuk untuk mengatakan bahwa ekspektasi valuasi terlalu tingi untuk traksi finansial atau operasional yang dicapai startup sejauh ini. Pengukuran di sini harus benar-benar masuk akal. Beberapa startup kadang memilih melakukan dua hal, menurunkan ekspektasi dan/atau memperbaiki eksekusi untuk pertumbuhan bisnis.

(2) Investor mana yang perlu ditargetkan startup?

Yang paling penting untuk diperhatikan di sini adalah menemukan investor sesuai dengan tahapan startup saat ini. Misalnya startup masih berada di tahap awal, maka carilah investor yang memang menawarkan pendanaan untuk startup di tahap tersebut. Misal lagi startup masih berada dalam proses “corporate building mode”, maka fokuslah pada penargetan investor yang dapat membantu pada pembangun perusahaan.

Walaupun mungkin ada beberapa venture capital atau angel investor yang tertarik dengan kualitas produk dan capaian, founder perlu menyeimbangkan antara efisiensi dan optimasi yang bertujuan pada keberhasilan penggalangan dana. Apalagi penggalangan dana tersebut bertujuan untuk meningkatkan modal dan menumbuhkan bisnis. Untuk memaksimalkan probabilitas kesuksesan, upayakan lebih banyak waktu untuk mempersiapkan proses yang harus dilalui.

(3) Informasi tentang startup apa saja yang boleh dibagikan? Kapan informasi sangat penting perlu dibeberkan ke investor?

Hampir semua venture capital dan komunitas angel investor menyatakan diri dibangun dengan kepercayaan dan reputasi yang baik. Dari situ investor akan menghormati kerahasiaan informasi pribadi startup, walaupun pada beberapa kasus kadang informasi tetap saja bocor. Sebagai langkah antisipasi, startup juga bisa menyimpan berbagai informasi tersebut sebelum proses penandatanganan lembar kerja sama dibubuhkan.

(4) Laporan keuangan seperti apa yang perlu diberikan kepada investor?

Untuk pengajuan penggalangan dana, startup perlu menunjukkan semacam laporan keuangan atau proyeksi keuangan. Bahkan jika masih berada di tahap awal, startup harus mengelola beberapa anggaran untuk memahami jumlah kepemilikan dana dan memaksimalkan waktu untuk meningkatkan modal.

Memahami jenis dana yang paling banyak dibutuhkan untuk operasional adalah salah satu komponen terpenting dari model keuangan. Memahami penggerak tingkat unit pendapatan juga penting saat sebuah startup sudah mulai melakukan monetisasi. Ingatlah bahwa ketelitian belum tentu menjadi indikator ketepatan.

(5) Perlukan penunjuk penasihat untuk prosesi penggalangan dana?

Pada dasarnya penasihat dapat membantu merampingkan proses dengan cara memasukkan banyak ketekunan dan persiapan, sehingga startup dapat lebih fokus menjalankan perusahaan. Mereka juga dapat membantu memberikan akses ke investor yang lebih luas. Konon, tidak setiap perusahaan membutuhkan penasihat, dan keputusan untuk menggunakan penasihat harus dibuat dalam konteks situasi spesifik.

ANGIN Ekspansi ke Medan, Tempatkan Edy Tan Sebagai Partner Regional

Dalam rangka memperluas peluang startup dan menggaet angel investor baru, ANGIN, jaringan angel investor Indonesia, mengumumkan rencana ekspansi perdananya ke Medan. Untuk dukung strategi tersebut, ANGIN menempatkan Edy Tan sebagai partner regional dengan posisi Managing Head.

Edy Tan bergabung di ANGIN sejak tahun lalu sebagai investor, bersama beberapa nama lainnya. Edy juga masih tercatat sebagai Managing Director di Medan Inovasi Bersama, sebuah inkubator startup digital di Medan yang menyediakan keterampilan kewirausahaan, pelatihan, pendampingan, dan pendanaan. Edy juga tercatat sebagai Strategic Regional Head di Go-Jek.

ANGIN Medan diharapkan dapat membantu jaringan angel investor dapat lebih aktif dalam mengakses pasar yang belum tersentuh seperti di Medan. Kota ini menyimpan potensi calon investor dan startup untuk tumbuh berkembang.

Nantinya kantor ANGIN Medan berada di coworking space Clapham Collective dan akan mulai beroperasi pada Juni 2017 mendatang.

“Kami berharap dapat meraih lebih banyak peluang investasi dan memberikan bantuan investasi end-to-end yang lebih efektif untuk startup dan investor di luar Jakarta,” terang pihak ANGIN dikutip dari situs resminya, Senin (8/5).

Pihak ANGIN menerangkan bahwa Medan adalah rumah bagi banyak pengusaha sukses. Secara geografis, letaknya juga strategis dekat dengan Singapura, Kuala Lumpur, dan Bangkok. Dengan menggabung seluruh wilayah tersebut, kurang lebih ada 30 juta orang yang terus bergerak sebagai roda ekonomi.

Menurut ANGIN, Medan sebagai kota terbesar keempat di Indonesia sedikit tertinggal dibandingkan kota lainnya ketika berbicara mengenai dunia startup digital. Terlihat dari kondisi banyak talenta lokal yang “lari” ke Jakarta.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Medan Tech Valley dibentuk. Medan Tech Valley membawa semangat untuk pengusaha muda agar dapat berkembang di era digital dengan pembekalan ilmu, bimbingan, jaringan, dan pendanaan.

“Kami sangat tertarik dari tingginya animo pengusaha startup muda untuk kembali menetap di Medan dan berusaha membuat perubahan untuk rumah mereka. ANGIN Medan akan memainkan peran penting dalam mendukung pengembangan ke arah positif,” ucap Edy.

Setelah Medan, pihak ANGIN berencana untuk melakukan ekspansi berikutnya di kota lainnya, seiring upaya ANGIN dalam rangka memperkuat eksistensinya sebagai jaringan angel investor di Indonesia.

ANGIN termasuk salah satu jaringan angel investor yang cukup aktif dalam menanamkan investasinya ke startup lokal. Beberapa nama startup yang baru mendapatkan dana segar di antaranya Gandeng Tangan, Worktrees, Kargo, Landmapp, Qontak, dan Summit Healthcare

Ashraf Sinclair Bergabung dengan 500 Startups sebagai Venture Partner

500 Startups mengumumkan venture partner untuk Indonesia yang berasal dari dunia hiburan, Ashraf Sinclair. Dalam rilis yang diterima DailySocial, Managing Partners 500 Startups Khailee Ng mengungkapkan penunjukkan Ashraf sebagai partner 500 Startups merupakan perekrutan pertama di Indonesia. Khailee sendiri telah berelokasi ke Indonesia selama setahun terakhir untuk menyelami lebih banyak ekosistem startup Indonesia.

Ashraf akan mengurusi 500 Durians tahap kedua, dana segar yang digunakan untuk berinvestasi di kawasan Asia Tenggara, dengan fokus negara-negara seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, Singapura dan Indonesia. Fokus pendanaan utamanya adalah pada putaran seed funding untuk sekitar 200 startup dengan nilai pendanaan mulai dari $50 ribu sampai $150 ribu.

“Setelah melihat kinerja Ashraf di dunia hiburan, saya percaya dengan bergabungnya Ashraf bersama tim 500 Startups akan memberikan angin segar kepada talenta dari dunia kreatif terutama di hiburan lokal yang selama ini dikuasai oleh Ashraf,” kata Managing Partners 500 Startups Khailee Ng.

Sebelumnya Khailee telah mengenal Ashraf sebagai angel investor dari salah satu startup asal Korea Althea yang direkomendasikan Khailee.

“Saya melihat ambisi yang dimiliki oleh Ashraf terhadap talenta kreatif di dunia entertainment, bisa mendukung generasi baru di Indonesia.”

500 Startups telah aktif berinvestasi di berbagai startup Indonesia, termasuk Bukalapak, HijUp, dan Kudo. Dana 500 Durians tahap 2 bernilai total 650 miliar Rupiah.

Ashraf telah tampil mewakili 500 Startups dalam kegiatan peresmian coworking space Rework beberapa waktu lalu. Enggan untuk mengumumkan peresmian dirinya sebagai venture partner di 500 Startups, Ashraf menegaskan akan fokus ke entrepreneur muda yang memiliki startup atau bisnis dalam tahap awal.

“Indonesia saat ini sudah menjadi pasar, bukan lagi permintaan lebih untuk hiburan namun juga layanan dan produk serta solusi yang mampu diberikan oleh entrepreneur. Dengan bergabungnya saya di 500 Startups dan kepercayaan yang telah diberikan, saya harapkan bisa menjadi platform yang tepat untuk saya bekerja lebih cepat dan untuk scale,” kata Ashraf.