NalaGenetics Luncurkan Klinik “NalaCare”, Tawarkan Layanan Kesehatan yang Disesuaikan Profil Genetik Pasien

Startup biotech NalaGenetics resmi meluncurkan klinik NalaCare di TB Simatupang, Jakarta Selatan. Klinik ini menawarkan layanan kesehatan holistik yang personal, sesuai dengan profil genetik masing-masing pasien, sebuah terobosan dalam pendekatan preventif kesehatan.

NalaGenetics sebelumnya dikenal dengan teknologi tes DNA praktis LifeReady™ yang menganalisis profil genetik pengguna dan menyediakan solusi kesehatan personal. Co-Founder dan CEO NalaGenetics Levana Sani, menjelaskan bahwa NalaCare adalah jawaban dari pertanyaan pelanggan yang ingin mengetahui diet, obat, skrining, dan gaya hidup yang sesuai dengan profil DNA mereka.

“Kami membangun klinik dengan pendekatan preventif yang menawarkan program diet dan fitness yang dikonsultasikan dengan dokter spesialis gizi, farmakologi, dan dokter umum. Kami berharap NalaCare menjadi alternatif bagi sistem sick-care yang menerapkan pendekatan ‘one-size fits all’,” kata Levana.

Faktor genetik berperan penting dalam menentukan risiko penyakit, imunitas, hingga efektivitas obat yang dikonsumsi. Studi farmakogenomik pada tahun 2023 menemukan bahwa 93% pasien memiliki variasi genetik yang mempengaruhi respons mereka terhadap obat-obatan, namun 80% pasien mendapatkan resep obat yang tidak sepenuhnya sesuai dengan variasi genetik mereka.

Klinik NalaCare telah membantu sebuah bank swasta di Indonesia menurunkan klaim grup asuransi dalam tiga bulan melalui program NalaCare. Survei NalaGenetics menunjukkan 69% pasien yang menjalani tes genetik ingin konsultasi lebih lanjut untuk memperbaiki rutinitas kesehatan dan obat-obatan mereka.

Studi di Raffles Medical Group juga mengungkapkan bahwa tes NalaGenetics dapat memberikan rekomendasi untuk mengoptimalkan obat di 88% pasien yang telah dites.

Pasien yang datang ke NalaCare akan menjalani pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan lanjutan lainnya. Tim dokter NalaCare akan menyusun program personal sesuai kebutuhan pasien, termasuk Weight Management Program dan Athletic Optimization Program.

Salah satu kisah sukses adalah seorang pasien kanker payudara yang harus menjalani pengobatan bertahun-tahun dengan obat mahal. Di NalaCare, pemeriksaan genetik membantu memastikan efektivitas obat dengan mengetahui aktivitas enzim dalam tubuh pasien. Kolaborasi dengan dokter dari pusat layanan kesehatan lain memastikan strategi pengobatan yang optimal.

Ke depan, NalaGenetics berencana memperluas layanan NalaCare ke sektor pencegahan penyakit personal seperti aterosklerosis. Dengan memperhatikan informasi genetik pasien, gaya hidup, dan faktor lainnya, NalaGenetics bekerja sama dengan berbagai spesialis untuk menawarkan layanan kesehatan dan pencegahan penyakit yang lebih komprehensif.

Application Information Will Show Up Here
Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Siap Rights Issue, Berikut Rencana Diagnos Kembangkan Genomik

PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk (IDX: DGNS) siap melaksanakan aksi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) I atau rights issue dalam rangka pengambilalihan sebesar 97,97% saham Asa Ren Pte Ltd.

Pada Maret lalu, anak usaha Bundamedik Healthcare System ini mengumumkan akan mencaplok mayoritas kepemilikan saham Asa Ren Pte Ltd, pemilik PT Asa Ren Global Nusantara yang merupakan startup pengembang data DNA.

Diagnos akan melakukan rights issue dngan melepas 921 miliar saham baru seharga Rp25 per lembar. Lewat aksi korporasi tersebut, perseroan akan memperoleh Rp465 miliar yang akan dipakai untuk mencaplok Asa Ren, dan sisanya digunakan untuk modal kerja.

“Sejalan dengan strategi bisnis perseroan untuk terus meningkatkan kinerja keuangannya, perseroan memandang fasilitas pemeriksaan genetik merupakan salah satu bagian yang memiliki peran penting dalam memperkuat ekosistem layanan penunjang kesehatan yang dimiliki perseroan,” demikian pernyataan Diagnos dikutip dari keterbukaan informasi BEI, Rabu (17/4).

Berikut sejumlah rencana bisnis konsolidasinya:

  1. Penelitian untuk membuat protokol penelitian yang menghasilkan produk yang dapat dikomersialkan.
  2. Membangun konsorsium yang terdiri dari lab & research, sample collection, technology and innovation, pendanaan, serta sponsor.
  3. Membangun kemitraan dengan perusahaan-perusahaan wearables untuk sebagai mitra komersialisasi.
  4. Membangun rantai cabang klinik lab untuk mengumpulkan data klinis melalui kemitraan.
  5. Membangun kemitraan dengan perusahaan farmasi untuk memperkuat pengembangan alat diagnosis, obat, dan perawatan sesuai pasar Indonesia.

Lebih lanjut, pihaknya juga mengungkap aksi korporasi ini adalah strategi untuk memperluas pangsa pasar Diagnos dan Asa Ren dengan berkonsolidasi dan bersinergi di tengah berkembangnya layanan kesehatan berbasis genomik. Beberapa pesaing yang disebut adalah PT Kalbe Farma Tbk, PT Prodia Widyahusada Tbk, 24DNA, dan Circle DNA.

Diagnos adalah perusahaan pemilik jaringan laboratorium klinis, laboratorium homecare, hingga laboratorium genomik. Diagnos sempat beberapa kali terlibat dalam pendanaan Asa Ren. Selain Diagnos, sejumlah investor lain yang ikut mendanai Asa Ren ada Kejora Capital, Northstar Ventures, dan Marcy Venture Partners.

Aksi korporasi ini juga sejalan dengan upaya Bundamedik Group untuk mendorong pengembangan inovasi kesehatan dengan pendekatan bioteknologi dan genomik.

Asa Ren mengklaim sebagai salah satu startup pengembang data DNA pertama di Indonesia yang memanfaatkan teknologi AI untuk menghadirkan laporan analitik dari tes DNA, mulai dari kesehatan, ancestry, hingga 360 Report.

Berdasarkan laporan keuangan yang dikirimkan ke regulator Singapura, Asa Ren mencatat pendapatan bersih sebesar SGD430 ribu (Rp5,1 miliar), tetapi mengalami rugi bersih sebesar Rp33,4 miliar di sepanjang 2023.

Application Information Will Show Up Here

Startup Biotech PathGen Raih Pendanaan Awal dari East Ventures dan Royal Group Indonesia

Startup biotech PathGen mengumumkan pendanaan dengan nominal dirahasiakan dari East Ventures dan Royal Group Indonesia. Dana segar ini akan dialokasikan untuk pengembangan R&D, teknologi, perluasan pasar, dan lainnya.

“Kami yakin bahwa pendanaan ini akan mendukung misi kami dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan mendemokratisasi solusi pengujian molekuler yang sesuai dengan konteks lokal,” ucap Co-founder dan CEO PathGen Susanti dalam keterangan resmi, Jumat (19/4).

PathGen merupakan startup bioteknologi berbasis di Indonesia yang berfokus pada solusi pengujian molekuler. Startup ini berdiri pada 2020 oleh Susanti (CEO) dan Michael Rampangilei (COO) yang bergabung pada 2023. Mereka percaya bahwa deteksi dini penyakit dan akses terhadap pengobatan yang lebih presisi merupakan hal yang krusial untuk mencegah terjadinya komplikasi kesehatan, tapi sayangnya belum semua orang bisa melakukannya.

Oleh karena itu, PathGen hadir dengan visi untuk mendemokratisasi solusi genomik di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dengan menyediakan alat diagnostik molekuler yang terjangku untuk mendeteksi kanker dan berbagai penyakit lainnya di Indonesia.

“Kami menyambut PathGen ke dalam ekosistem kami dan bersemangat untuk mendukung PathGen dalam membuat solusi ini semakin mudah diakses oleh pasar. Kami yakin bahwa investasi ini tidak hanya mendorong inovasi tetapi juga memperkuat kemampuan kita untuk meningkatkan dan menciptakan luaran klinis yang positif,” ujar Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Pemegang Saham Royal Group Indonesia Irawan Mulyadi menambahkan, pihaknya akan mendukung PathGen dalam mewujudkan ambisinya untuk mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan melalui pengobatan presisi dengan menyediakan diagnostik molekuler yang tepat sasaran dan terjangkau untuk Indonesia dan negara lainnya.

“Kami akan membawa ahli korporasi dan bisnis kami ke PathGen dan memastikan pertumbuhan usaha yang berkelanjutan dan berdampak. Kolaborasi dengan East Ventures akan memungkinkan kami untuk menggabungkan kekuatan dan kemampuan kami untuk melanjutkan terobosan inovasi di bidang kesehatan,” kata dia.

Solusi PathGen

Salah satu penyakit yang menjadi tantangan kesehatan global adalah kanker yang menyebabkan hampir 10 juta kasus kematian pada 2020. Sekitar setengah dari seluruh kasus kanker terjadi di negara berkembang dan negara berpendapatan rendah.

Meskipun demikian, WHO (World Health Organization) mengungkapkan terdapat kesenjangan akses terhadap pengobatan kanker yang komprehensif. Walaupun terdapat lebih dari 90% negara berpendapatan tinggi mempunyai sumber daya yang memadai, sayangnya kurang dari 15% negara berpendapatan rendah memilikinya.

Misalnya di Indonesia, hanya 18% fasilitas kesehatan yang memiliki akses terhadap tes kanker molekuler, hal ini disebabkan oleh biaya yang mahal, kompleksitas tes, serta keterbatasan kapasitas manusia dan laboratorium.

Sebagai solusinya, PathGen menyediakan solusi diagnostik molekuler yang dapat diakses dan diandalkan untuk mengidentifikasi risiko berdasarkan riwayat keluarga, menentukan prognosis (prakiraan kemungkinan terkena suatu penyakit), dan memprediksi respons pengobatan.

Untuk memfasilitasi pengujian yang lancar dan meningkatkan adopsi di pasar Indonesia, alat tes ini sebagian besar akan berbasis PCR. Pendekatan ini memanfaatkan melimpahnya instrumen PCR di Indonesia akibat pandemi COVID-19. Dengan memanfaatkan teknologi PCR, PathGen berambisi ingin memberikan solusi pengujian komprehensif yang layak, baik secara teknis dan finansial dengan infrastruktur yang ada dan mempertimbangkan kendala harga di pasar Indonesia.

PathGen juga mengembangkan diagnostik molekuler melalui pengembangan teknologi mutakhir seperti Next-generation sequencing (NGS) untuk kanker dan penyakit lainnya. NGS telah merevolusi genomik yang memungkinkan analisis genom berukuran besar secara cepat dan hemat biaya, dan pada saat yang bersamaan, memfasilitasi pembuatan profil penyakit secara komprehensif.

Pendekatan ini mengidentifikasi varian genetik yang berkaitan dengan respons dan metabolisme obat sehingga dapat menghasilkan pengobatan yang terpersonalisasi dengan mengoptimalkan pemilihan dan dosis obat untuk setiap pasien. Selain itu, PathGen berinovasi dengan patologi digital dan platform AI untuk meningkatkan akurasi dan presisi diagnostik.

Sejak berdiri, perusahaan telah mencatat beberapa pencapaian, termasuk kemitraan strategis dengan perusahaan bioteknologi, BioFarma, untuk memproduksi dan mendistribusikan produk perdananya, BioColoMelt-Dx, sebuah alat diagnostik molekuler untuk kanker kolorektal yang diluncurkan pada 2022.

Produk ini diluncurkan sebagai kit diagnostik molekuler pertama di Indonesia yang sudah teruji dan diproduksi secara lokal. Disebutkan BioColoMelt-Dx telah tersedia di rumah sakit kanker besar di Indonesia, antara lain Pusat Kanker Dharmais dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

NalaGenetics Kembangkan Tes DNA untuk Kesehatan dan Nutrisi Personal

Startup biotech NalaGenetics meluncurkan LifeReady, tes DNA untuk menganalisis profil lengkap pengguna dan menyediakan rangkaian solusi kesehatan yang lebih personal.

Menggunakan buccal swab, NalaGenetics mencocokkan jutaan DNA pengguna dengan pasangan gen-varian dalam database dan merangkum profil pengguna yang mencakup kondisi kebugaran, kesehatan kulit, alergi, hingga risiko kesehatan dalam laporan yang dirilis.

“Faktanya setiap orang di dunia memiliki set DNA yang berbeda. Dengan mengetahui DNA yang kita miliki, ini menjadi langkah pertama untuk mengetahui kondisi tubuh yang sebenarnya […] Kami menawarkan solusi kesehatan yang lebih akurat dan sesuai dengan DNA setiap orang, sehingga mereka pun bisa mencapai kesehatan tubuh yang optimal,” ucap Product Manager for NutriReady and LifeReady NalaGenetics Emilia Bewintara dalam keterangan resmi, Kamis (21/3).

Dia melanjutkan, dalam dunia medis faktor yang mempengaruhi kesehatan manusia terbagi menjadi dua: genetik/keturunan atau lingkungan. Faktor genetik sering berperan sebagai pemicu internal, yang membuat seseorang lebih berisiko untuk terkena suatu penyakit dibandingkan orang dengan DNA yang berbeda. Menurut penelitian di America Serikat, 40% dari penyakit yang umum dijumpai di masyarakat disebabkan oleh komponen genetik.

Pemeriksaan genetik ini tidak berdiri sendiri, tetapi akan lebih bermanfaat ketika digabungkan dengan riwayat kesehatan, pemeriksaan komposisi tubuh, pemeriksaan darah, dan pemeriksaan kesehatan lainnya. NalaGenetics juga menyediakan layanan lainnya yang dapat dikombinasikan dengan LifeReady, yakni NutriReady, sebuah tes DNA yang menganalisis metabolisme dan kebutuhan nutrisi, memungkinkan para pengguna untuk memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif mengenai kondisi kesehatan mereka.

Selain itu, terdapat program kesehatan NalaCare yang berfokus pada pembentukan kebiasaan sehat yang efektif. Program ini juga didukung oleh tenaga medis profesional, seperti dokter umum, dokter spesialis gizi klinik, hingga ahli gizi. Sehingga, hasil tes genetik yang dilakukan pengguna, tidak hanya sekedar laporan, tapi juga menjadi bagian dari gaya hidup mereka.

Diharapkan kombinasi LifeReady, NutriReady dan NalaCare dapat mendorong para pengguna agar mencapai kondisi kesehatan yang lebih baik.

Tes DNA LifeReady

Cara mengakses tes DNA ini cukup mudah. Pengguna dapat membelinya secara online di situs NalaGenetics. Lalu pengguna akan mendapatkan alat tes yang bisa dilakukan di rumah, mengambil sampel swab saliva.

Tim NalaGenetics akan mengambil sampel dari tempat pengguna untuk kemudian dianalisis di laboratorium. Baik laporan LifeReady dan NutriReady, bakal tersedia di aplikasi NalaGenetics dalam kurun waktu 4-6 minggu.

Setelah menerima hasil tes, pengguna dapat mendaftar di NalaCare, yakni sebuah program kesehatan berkelanjutan untuk membantu pengguna mengintegrasikan hasil tes genetiknya, sekaligus mengatur serangkaian layanan kesehatan dengan penyedia fasilitas kesehatan berpengalaman yang sesuai dengan kebutuhannya.

Hasil dari tes DNA LifeReady terbagi menjadi beberapa panel utama, yakni:

  1. Panel alergi (mendeteksi alergen yang bisa memicu alergi bagi masing-masing orang);
  2. Panel kebugaran (tipe olahraga yang cocok dengan tubuh);
  3. Panel kesehatan kulit (tipe produk yang sesuai dengan kebutuhan kulit); dan
  4. Panel produktivitas (cara mendapatkan kualitas tidur yang ideal).

Berkat program genome, kerja sama NalaGenetics dengan biobank, serta algoritma canggihnya, tingkat akurasi tes mencapai 99%.

Sementara untuk hasil tes DNA dari NutriReady, pengguna akan mendapatkan rekomendasi makanan yang dipersonalisasi berdasarkan hasil DNA, mencakup jenis-jenis makanan apa yang paling sesuai dengan kebutuhan tubuh pengguna, sekaligus rekomendasi makanan yang perlu dihindari karena berpotensi memicu intoleransi.

Co-founder dan CEO NalaGenetics Levana Laksmicitra Sani menyampaikan, tujuan utamanya adalah membentuk masa depan dunia kesehatan yang lebih menekankan pada upaya preventif. Setiap pengguna mengetahui kebutuhan diri dan tubuhnya masing-masing, dan apa yang harus dilakukan untuk menghindari penyakit di kemudian hari.

“Dengan manajemen kesehatan proaktif, kita bisa bersama-sama mengurangi biaya pengobatan di masa depan dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Kami percaya bahwa intervensi dini akan berkontribusi pada sistem kesehatan yang lebih sehat dan berkelanjutan di Indonesia dan Asia Tenggara,” imbuhnya.

Perjalanan NalaGenetics bermula dari pedalaman Papua pada tahun 2016. Levana dan tim pendiri bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI untuk membagikan 1.000 alat tes DNA di lima desa. Hasilnya cukup mengejutkan, 20% dari pasien kusta ternyata memiliki gen yang membuat mereka rentan terhadap Dapson, obat anti kusta yang kerap dipakai. Berkat temuan ini, pasien bisa mendapatkan rangkaian perawatan yang lebih sesuai, sehingga mereka bisa sembuh dan terhindar dari efek samping obat.

Pengalaman ini mendorong Levana dan Astrid Irwanto, Alexander Lezhava, serta Jianjun Liu untuk bersama-sama mendirikan NalaGenetics dan memperluas jaringan koneksi dengan berbagai rumah sakit, tenaga medis, dan laboratorium di Jakarta dan Singapura. Diklaim saat ini, NalaGenetics telah menjangkau 12 negara di Asia Tenggara, bekerja sama dengan lebih dari 20 mitra lab, dan merilis lebih dari 40.000 laporan DNA.

Application Information Will Show Up Here

Anak Usaha Bundamedik Akan Ambil Alih Mayoritas Saham Startup Biotech Asa Ren

Anak usaha Bundamedik Healthcare System, PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk (IDX: DGNS) berencana mengambil alih sebanyak 97,97% kepemilikan saham milik Asa Ren Pte Ltd, pemilik PT Asa Ren Global Nusantara, melalui Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD I).

Berdasarkan keterbukaan informasi BEI, pengambilalihan saham ini akan dilakukan dalam bentuk inbreng dengan penyetoran 612.900 lembar saham Ordinary Shares serta 2.921.176 lembar saham Preferred Shares atau mewakili 88,17% yang dimiliki Pemegang Saham Asa Ren.

Diagnos akan melakukan PMHMETD I dengan menerbitkan saham baru sebanyak 921.000.000. Dari aksi tersebut, perseroan akan mendapatkan sebesar $24,1 juta atau setara Rp357,89 miliar. Harga pelaksanaannya sebesar Rp505 per saham baru.

Saat ini, kepemilikan saham Diagnos dikuasai oleh PT Bundamedik Tbk (IDX: BMHS) sebesar 41,2% saham dan PT Bunda Investama Indonesia sebesar 38,8%. Melalui pengalihan HMETD dari kedua pemegang saham utama ini, Diagnos akan mendapat sebanyak 88,17% saham Asa Ren.

“Perseroan akan melakukan akuisisi atas 3.534.076 saham atau setara dengan 88,17% saham Asa Ren dari Pemegang Saham Asa Ren dengan nilai transaksi sebesar $21,69 juta, yang mana saham Asa Ren akan diperhitungkan sebagai penyetoran modal oleh perseroan dalam bentuk lain selain uang (inbreng) sehubungan dengan Rencana PMDHMETD I,” demikian pernyataan manajemen,

Sebagai informasi, Diagnos adalah perusahaan pemilik jaringan laboratorium klinis, laboratorium homecare, hingga laboratorium genomik. Dalam kaitannya dengan Asa Ren, Diagnos beberapa kali terlibat dalam pendanaan startup pengembang data DNA tersebut.

Pada Januari 2023, Diagnos berinvestasi di Asa Ren melalui penyertaan saham seri A sebanyak 58,65% senilai $300 ribu atau setara Rp4,5 miliar. Selain Diagnos, beberapa investor lain yang terlibat dalam pendanaan Asa Ren adalah Kejora Capital, Northstar Ventures, dan Marcy Venture Partners.

Asa Ren mengklaim sebagai startup pengembang data DNA pertama di Indonesia. Didirikan pada 2016, Asa Ren memanfaatkan teknologi AI untuk menghadirkan laporan analitik dari tes DNA, mulai dari kesehatan, ancestry, hingga 360 Report.

Pengembangan genomik Bundamedik

Bundamedik diketahui tengah gencar mendorong pengembangan inovasi kesehatan dengan pendekatan bioteknologi dan genomik. Komisaris Utama Bundamedik dr. Ivan Rizal Sini sebelumnya menyatakan bahwa kecepatan diagnosis perlu diperbaiki mengingat industri kesehatan adalah rantai layanan yang panjang.

Rantai ini mencakup aspek edukasi, screening, deteksi dini, pengobatan kuratif, dan pengobatan paliatif. Sementara, kebanyakan RS di Indonesia lebih fokus pada pengobatan kuratif dan paliatif. Maka itu, produk bioteknologi dan genomik dinilai mampu memberikan layanan kesehatan yang dipersonalisasi kepada pasien.

We cannot tell what’s actually their needs. Orang tidak tahu apa yang sebetulnya diperlukan untuk membuat new demand. Saat ini, the gap is just too big for us to decide [sejauh mana kita menyelesaikan isu ini], baru sampai di sini saja. Penyakit ada banyak, belum bicara edukasi, proses pelayanan di RS, dan kecepatan diagnosis yang perlu ditingkatkan,” tutur dr. Ivan kepada DailySocial.id beberapa waktu lalu.

Startup bioteknologi memang tengah berkembang di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, diikuti dengan tingginya minat pemangku kepentingan terkait untuk berinvestasi di bidang baru ini.

Dalam pengembangannya, Bundamedik terlibat dalam pendanaan dan pengembangan startup bioteknologi Asa Ren dan Nalagenetics. Sementara, Moosa Genetics adalah startup genomik untuk hewan yang didirikan (co-founded) oleh dr. Ivan Rizal Sini.

Asa Ren tak hanya menawarkan produk kepada konsumen, tetapi juga mengembangkan platform bioinformatika yang menggabungkan data kesehatan dan data DNA secara komprehensif melalui kolaborasi dengan ekosistem profesional medis. Sementara, Nalagenetics fokus terhadap pemberian rekomendasi untuk obat-obatan yang lebih terpersonalisasi melalui tes DNA.

Saat ini, Bundamedik tengah fokus mengintegrasikan channeling platform OneBunda ke ekosistem lainnya, termasuk jaringan RS dan laboratorium. Integrasi ini memungkinkan Bundamedik untuk membuka akses satu pintu terhadap pasien-pasien yang memiliki customer journey berbeda.

Application Information Will Show Up Here

Startup Genomik Mesh Bio Terima Pendanaan Seri A Rp55 Miliar Dipimpin East Ventures

Startup deep tech di bidang kesehatan berbasis di Singapura Mesh Bio mengumumkan telah meraih pendanaan seri A sebesar $3,5 juta (sekitar Rp55,3 miliar) dipimpin oleh East Ventures. Elev8, Seeds Capital, dan beberapa investor lainnya turut serta dalam putaran tersebut.

Sebelumnya East Ventures juga menyuntikkan sejumlah dana dengan nominal dirahasiakan untuk Mesh Bio pada Oktober 2023. Putaran pendanaan sebelumnya mencakup putaran pendanaan awal sebesar $1,8 juta pada Oktober 2021. Perusahaan didirikan pada 2018 oleh Andrew Wu (Co-Founder dan CEO) dan Arsen Batagov (Co-Founder dan CTO).

Mesh Bio akan menggunakan dana segar ini untuk menawarkan teknologi digital twin atau kembar digital kepada para penyedia layanan kesehatan, serta memperluas penerapan solusi ini di Hong Kong dan Asia Tenggara, terutama di Indonesia dan Filipina.

Di Filipina, perusahaan telah mendapatkan persetujuan peraturan dan melakukan uji coba penerapan salah satu teknologi digital twin mereka dengan sistem kesehatan masyarakat di Singapura yang menandakan peluang besar dalam meningkatkan hasil kesehatan pasien dengan penyakit kronis.

Pada bulan Oktober 2023, Mesh Bio menerima persetujuan dari Otoritas Ilmu Kesehatan Singapura (Health Sciences Authority/HSA) untuk memasarkan HealthVector® Diabetes sebagai perangkat lunak dari alat medis. HealthVector® Diabetes saat ini dalam tahap uji coba implementasi di beberapa rumah sakit, antara lain: Singapore General Hospital (SGH), Tan Tock Seng Hospital (TTSH), serta beberapa poliklinik terpilih untuk potensi penerapan klinis.

“Kami senang mengumumkan penutupan pendanaan seri A Mesh Bio. Langkah penting ini memberdayakan kami untuk memperluas solusi kesehatan digital untuk manajemen penyakit kronis di Asia Tenggara,” kata Co-Founder dan CEO Mesh Bio Andrew Wu dalam keterangan resmi, Selasa (30/1).

Produk Mesh Bio

Visualisasi dari teknologi digital twin Mesh Bio

Wu melanjutkan, Asia Tenggara punya banyak kebutuhan layanan kesehatan yang belum terpenuhi, dan fokus Mesh Bio adalah mengatasi kesenjangan ini secara efektif.

Tingginya prevalensi penyakit kronis, mulai dari diabetes hingga penyakit jantung di Asia Tenggara telah mendorong lebih banyak dokter umum yang kurang memiliki pelatihan spesialis di bidang endokrinologi untuk menangani pasien dengan penyakit kronis.

Mesh Bio memberikan solusi digital mutakhir untuk membantu penyedia layanan kesehatan dalam manajemen pasien. Solusi Mesh Bio memberikan data pasien dan analisis prediktif yang membekali para dokter dengan informasi dan diagnosis tentang pasien mereka dan penyakit yang mereka derita.

Salah satu produknya adalah DARA® Health Intelligence Platform, memungkinkan pemberian layanan berbasis data sehingga meningkatkan keterlibatan pasien dan kesehatan. Berdasarkan data tersebut, DARA menyediakan analisis prediktif untuk mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko penyakit kronis sehingga mereka bisa mendapatkan diagnosis dan pengobatan lebih dini.

Selain itu, platform tersebut juga memungkinkan para dokter untuk mendapatkan dan memanfaatkan pengetahuan dari komunitas praktisi kesehatan global yang sesuai dengan praktik dan pedoman klinis terbaik, serta penilaian pasien secara holistik.

Disebutkan DARA telah digunakan oleh lebih dari 120 pusat kesehatan di Singapura, Malaysia, dan Indonesia untuk pemeriksaan kesehatan preventif. Tak hanya itu, Mesh Bio telah memperluas platform untuk manajemen penyakit kronis melalui HealthVector® Diabetes.

“Kami senang untuk terus mendukung Mesh Bio. Dalam lanskap layanan kesehatan yang berkembang pesat saat ini, Mesh Bio hadir dengan menawarkan teknologi terdepannya yang dirancang untuk merevolusi perawatan pasien. Pendekatan inovatif mereka dalam memanfaatkan analisis prediktif merupakan terobosan baru, memungkinkan layanan kesehatan yang lebih personal dan preventif. Kami menantikan kolaborasi lebih lanjut dalam mentransformasikan sistem layanan kesehatan di Asia Tenggara dan sekitarnya,” kata Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Living Lab Ventures Luncurkan Dana Kelolaan untuk Startup Healthtech dan Biotech

Sinar Mas Land melalui kendaraan investasinya Living Lab Ventures (LLV) meluncurkan Biomedical Fund, dana kelolaan yang mendukung pelaku startup di bidang biomedis, pusat penelitian, biobank, hingga teknologi kesehatan.

Chief Transformation Officer Sinar Mas Land Mulyawan Gani berharap Biomedical Fund dapat berperan dalam memastikan infrastruktur kesehatan di tanah air.

“Tidak hanya tangguh, tetapi juga berada di garis depan kemajuan teknologi. Melalui partisipasi LLV dalam biomedis, kini BSD City dapat benar-benar menjadi laboratorium yang hidup,” tambahnya dalam keterangan resmi.

Peluncuran ini didorong oleh pasca-pandemi yang memunculkan tren baru di lanskap kesehatan masyarakat Indonesia. Selain memperkuat kesadaran, permintaan terhadap akses layanan kesehatan yang lebih mudah dan murah ikut meningkat.

World Bank melaporkan, persentase pengeluaran kesehatan masyarakat Indonesia terhadap PDB naik dari 2,6% pada 2014 menjadi 3,2% pada 2022. Namun, persentase tersebut masih lebih rendah dibandingkan rata-rata pengeluaran negara berpendapatan rendah, yakni 4,9%.

“Biomedical Fund akan memberikan pendanaan ke startup yang berpotensi membawa perubahan positif dalam penyediaan layanan kesehatan, termasuk teknologi diagnosis, manajemen data kesehatan, telemedis, dan solusi inovatif lainnya,” tutur Partner Living Lab Venture Bayu Seto.

Sejauh ini, LLV telah berinvestasi di sejumlah startup, seperti Jumpstart, Amoda, Paper.id, dan BRIK. Investasi ini tidak hanya ditujukan ke sektor proptech, tetapi juga mencakup sektor agnostik yang memiliki fleksibilitas dan peluang yang tajam. Hingga saat ini, LLV telah memberdayakan 27 startup yang berfokus pada tiga aspek teknologi utama, yakni smart technologies, digital life, dan mobility.

Inisiatif genomik dan bioteknologi

Belum banyak dana kelolaan yang difokuskan untuk pengembangan teknologi di bidang kesehatan di Indonesia. Dua tahun lalu, Bio Farma sempat meluncurkan Bio Health Fund dengan fokus pada investasi biotech, menggandeng MDI Ventures. Namun, belum diketahui kapan dana tersebut akan di-deploy.

Sementara, East Ventures dilaporkan tengah menggalang dana kelolaan baru sebesar $30 juta untuk Healthcare Fund sejak tahun lalu. Dana ini spesifik akan disuntikkan ke startup tahap awal healthcare dan vertikal turunannya.

Adapun, inisiatif lain untuk pengembangan genomik telah digulirkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi). Targetnya, sebanyak 100 ribu sample dapat terkumpul pada 2025.

Inovasi “Preventive Healthcare” NalaGenetics dan Potensinya dalam Merevolusi Layanan Kesehatan

NalaGenetics adalah startup biotech yang berusaha merevolusi layanan kesehatan melalui inovasi di bidang genomik. Lewat layanan tes DNA terjangkau yang dimiliki, mereka berupaya memberdayakan setiap individu agar bisa membuat keputusan tepat untuk kesehatan mereka. Ini termasuk dengan memberikan rekomendasi terpersonalsiasi tentang pilihan nutrisi dan obat-obatan sesuai dengan genetika tubuhnya.

Berlandaskan data hasil tes DNA tersebut, layanan yang dimiliki NalaGenetics terus diperluas. Belum lama ini kapabilitas mereka diperluas dengan melahirkan tes prediksi risiko kanker payudara bernama MammoReady — dinilai sebagai yang paling komprehensif di Asia Tenggara. Ini adalah inovasi yang sangat penting dalam dunia medis, karena dengan melakukan deteksi dini akan kanker tersebut penyitas bisa memiliki tingkat kelangsungan hidup hingga 98%.

Seperti diketahui, dari data Globocan seperti dikutip Kemenkes, pada tahun 2020 tercatat jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6%) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. Adapun jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22 ribu jiwa. Angka ini menjadikan penyakit ini sebagai salah satu penyumbang kematian tertinggi di Indonesia.

Menariknya, banyak hal yang sebenarnya bisa dieksplorasi melalui data DNA manusia. DailySocial.id berkesempatan untuk berbincang dengan Co-Founder & COO NalaGenetics Astrid Irwanto, PhD.

Pengembangan solusi genomik

NalaGenetics sendiri didirikan oleh 4 orang founder: Levana Sani (CEO), Astrid Irwanto (COO), Alexander Lezhava, dan Jianjun Liu. Keempatnya bertemu saat melakukan riset di Genome Institute of Singapore bagian dari A*STAR.

Petualangan mereka dimulai saat para founder mengerjakan sebuah proyek di Papua bermitra dengan Kemenkes tahun 2016 untuk mendistribusikan seribu alat tes genetik di 5 desa di Papua dan Papua Barat. Hasil pengujiannya menemukan bahwa 20% pasien kusta di sana membawa gen yang bertanggung jawab atas reaksi yang berpotensi fatal terhadap Dapson (obat anti kusta); penemuan ini akhirnya membantu dokter memutuskan pasien yang dapat dirawat dengan aman dengan antibiotik.

Sejak itu, mereka berminat untuk membuat layanan itu bisa berdampak lebih luas dengan bekerja sama dengan dokter, rumah sakit, dan peneliti di Jakarta dan Singapura. Debut awalnya menjadi semakin mantap saat tahun 2018 lalu NalaGenetics membukukan seed funding. Mereka berhasil melakukan proof-of-value project bersama sejumlah rumah sakit dan institusi kesehatan di Indonesia dan Singapura.

“Nalagenetics bergerak di bidang preventive health dari sisi genomik. Kami mulai dari pemberian rekomendasi untuk obat-obatan yang tepat untuk seseorang berdasarkan DNA (farmakogenomik) dan juga nutrisi, vitamin, mineral yang tepat untuk seseorang berdasarkan DNA mereka (nutrigenomik). Untuk prediksi risiko seseorang terhadap penyakit, fokus kami di penyakit kronis. Selain kanker payudara, kami akan meluncurkan tes prediksi risiko untuk beberapa kanker lain, penyakit kardiovasuler, serta penyakit neurodegenerative seperti Parkinson’s Disease. Semuanya akan kami sesuaikan dengan etnik populasi Asia,” jelas Astrid kepada DailySocial.id.

Putaran Nilai Investor
Seed $1 juta East Ventures, Intudo Ventures, dan beberapa angel investor
Seri A $12,6 juta Intudo Ventures, Vulcan Capital, DxD Hub, A*STAR, Dexa International, Diagnos Laboratories, East Ventures, AC Ventures, GDP Venture, dan angel investor

Menurut hasil laporan yang dirangkum ResearchAndMarkets, pangsa pasar layanan genomik global telah mencapai $33,25 miliar pada 2022 dan akan terus bertumbuh sampai $441,35 miliar pada tahun 2023 mendatang (CAGR 19,4%). Dampak yang semakin nyata dirasakan di sektor biomedis dan kedokteran menjadikan solusi berbasis genomik semakin mudah diterima pasar, di tengah perhatian masyarakat yang lebih baik terhadap kesehatan pasca-pandemi Covid-19.

Merekomendasikan obat dan nutrisi yang tepat

Ada sejumlah produk yang saat ini sudah dikomersialkan oleh NalaGenetics. Pertama ada RxReady™, merupakan layanan tes DNA untuk membuka profil genetik konsumen (farmakogenomik). Tes farmakogenomik menganalisis susunan genetik unik setiap pasien untuk memberikan informasi yang dipersonalisasi tentang obat mana yang paling efektif bagi pasien dan membantu menghindari reaksi obat yang merugikan.

Hasil pengujian ini akan menghasilkan laporan komprehensif (sekitar 200an halaman: contoh laporan) yang berisi ringkasan upaya tindak lanjut, rekomendasi, pembuktian ilmiah, informasi genom, hingga laporan obat individu. Dengan lebih dari 180 jenis obat di panel NalaGenetics, tes farmakogenomik dapat mengurangi peluang reaksi obat yang merugikan hingga 24%.

Contoh hasil laporan tes genetik untuk merekomendasikan penggunaan obat untuk pasien / NalaGenetics
Contoh hasil laporan tes genetik untuk merekomendasikan penggunaan obat untuk pasien / NalaGenetics

“Saat ini kita ada dokter khusus di lab/klinik NalaGenetics yang dapat membantu memberikan konsultasi terhadap hasil tes [..] jumlahnya masih terus diperbanyak. Kami juga memberikan kesempatan training ke dokter yang ingin bisa baca laporan farmakogenomik ini. Jadi kita tidak ingin, setelah tes tidak ada follow up, tapi kami ada layanan yang memungkinkan pasien untuk satu atau beberapa kali berkonsultasi langsung ke dokter,” jelas Astrid.

Kendati tes genomik ini hanya perlu dilakukan satu kali seumur hidup, namun rekomendasi yang diberikan akan terus diperbarui berdasarkan bukti ilmiah terbaru. Untuk itu laporan tersebut juga dikemas dalam mobile apps yang saat ini sudah dirilis agar memudahkan pengguna mendapatkan info terkini tentang analisis terhadap DNA-nya.

“Sekarang kami juga sudah jalan dengan RSCM untuk membantu pasien depresi. Biasanya pasien akan diberikan obat setelah melakukan konsultasi dengan dokter, lalu sekitar 2 minggu lagi akan dicek apakah obat itu memberikan dampak atau tidak, jika tidak akan diberikan dosis atau jenis obat yang berbeda. Dengan farmakogenomik, NalaGenetics menghadirkan solusi yang lebih cost-effective dengan merekomendasikan obat yang lebih tepat ke pasien,” ujar Astrid.

Layanan berikutnya dari NalaGenetics adalah NutriReady™, yakni tes DNA yang dilakukan untuk membantu mempersonalisasi asupan nutrisi tubuh berdasarkan keunikan DNA. Laporan dari hasil tes ini sekitar 24 halaman (contoh laporan), memberikan informasi seperti intoleransi makanan, nutrisi apa yang lebih dibutuhkan tubuh, hingga personalisasi meal plan. Dari studi yang dilakukan, 67% orang mencapai tujuan kesehatannya dengan mengetahui nutrisi tubuh dari DNA.

Selain itu ada sejumlah produk lain yang saat ini turut dijajakan NalaGenetics, di antaranya:

  • MammoReady™ adalah tes DNA yang dapat membantu pasien memahami risiko kanker payudara, memungkinkan mereka untuk mengambil tindakan pencegahan guna menghindari hasil yang tidak diinginkan di masa depan.
  • QuickSpit™ adalah tes RT-PCR menggunakan air liur yang bertujuan untuk membuat pengujian PCR lebih mudah dan nyaman bagi pasien.
  • Nala PGx Core® adalah panel uji multi-gen yang dirancang untuk menganalisis empat farmakogen penting (CYP2C9, CYP2C19, CYP2D6 dan SLCO1B1).
  • Nala Clinical Decision Support™ adalah software untuk menginterpretasi genetik, yang dibangun dengan standar ISO untuk kualitas pengembangan produk, keamanan, dan kerahasiaan.

Grant penting untuk penelitian biotech

Terkait dengan genomik Astrid berpendapat, dari sisi teknologi saat ini perkembangannya cukup pesat. Sementara yang masih menjadi tantangan justru awareness di sisi masyarakat. Selama ini preventive healthcare masih belum banyak diminati — jarang yang memiliki alokasi budget khusus untuk mengakses layanan ini.

Untuk memasyarakatkan preventive healthcare di Asia Tenggara, khususnya pengujian genomik, dibutuhkan sinergi yang baik antara sektor publik dan privat dengan berbagai skenario. Termasuk misalnya kemitraan B2B dengan pemain asuransi atau integrasi dengan program kesehatan pemerintah.

Tamu ahli NalaGenetics, dr. Lonah, Sp.FK memberikan tips untuk mencegah efek negatif obat-obatan melalui tes DNA / NalaGenetics
Tamu ahli NalaGenetics, dr. Lonah, Sp.FK memberikan tips untuk mencegah efek negatif obat-obatan melalui tes DNA / NalaGenetics

“Kami secara konsisten melakukan banyak sekali awareness training kepada klinisi dan masyarakat umum melalui webinar, seminar, dan media sosial. Kami pun berusaha memperluas jangkauan melalui kerja sama dengan perusahaan yang memang ada budget untuk melakukan health screening pada staf mereka. Semoga kami juga bisa ikut dalam Health Technology Assessment dari pemerintah Indonesia di waktu dekat supaya mulai bisa di-reimburse juga dari sisi pemerintah,” imbuh Astrid.

Di sisi lain, pengembangan solusi genomik juga membutuhkan biaya besar untuk riset. Mekanisme grant (baik dari pemerintah dan swasta) menjadi salah satu amunisi penting untuk menjalankan mesin inovasi tersebut. Sayangnya waktu itu memang grant untuk penelitian klinis di bidang bioteknologi belum banyak di Indonesia.

Grant ini penting sekali dalam melangsungkan validasi klinis dari teknologi dan algoritma bioinformatika yang kami buat serta melakukan pilot implementasi di klinik. Untuk melangsungkan aktivitas tersebut dibutuhkan sampel yang cukup banyak dan biaya yang cukup besar,” jelas Astrid.

Kemudian NalaGenetics bekerja sama dengan sejumlah firma riset, termasuk di Singapura, untuk bisa mengakses grant tersebut untuk kebutuhan penelitian dan pengembangan produknya.

“Karena grant ini semua dari pemerintah Singapura, kolaborasi kami juga selalu dengan menggandeng key opinion leader dari instansi klinis pemerintah, recruitment pasien dari instansi klinis tersebut, dan hasilnya adalah suatu publikasikan bersama dan peluncuran servis dengan mereka. Ini berkaitan erat juga dengan adanya upaya pemerintah Singapura dalam proyek National Precision Medicine sehingga pilot ini pun menjadi proof of concept untuk scale up di skala nasional,” imbuh Astrid.

Astrid juga bercerita bagaimana Enterprise SG (unit pengembangan inovasi di bawah Kementerian Perdagangan Singapura) setempat memberikan dukungan menyeluruh untuk pengembangan inovasi NalaGenetics.

“Sedari awal kami sangat terbantu, terutama dari segi mengembangkan tim yang masih kecil. Karena Enterprise SG ada grant yang namanya T-UP untuk hire 2 talent selama 2 tahun dengan subsidi 70%, ini sangat membantu. Berikutnya adalah standards adoption grant yang bentuknya bisa berupa penambahan sertifikasi seperti ISO 13485 dan ISO 27001 yang memberikan kredibilitas kami kepada klien dan juga membuka akses ke market lain.”

Ia melanjutkan, “Kami juga mendapatkan market akses grant ke Eropa, USA serta program immersion ke Australia dan Cina berkat ketersediaan grant dari Enterprise SG juga. Selain itu kami diberi akses ke venture capital yang bekerja sama dengan mereka serta kesempatan berkolaborasi dengan partner private maupun government. Semua ini sangat membantu pengembangan produk dan bisnis di NalaGenetics.”

Mendukung inovasi genomik di Indonesia

Jajaran founder NalaGenetics / NalaGenetics
Jajaran founder NalaGenetics / NalaGenetics

NalaGenetics didirikan oleh jajaran founder dengan pengalaman yang cukup solid untuk menghasilkan inovasi. Astrid sendiri merengkuh strata doktoral di bidang Human Genetics, di NUS. Ia sempat bekerja di beberapa firma penelitian yang tidak jauh dengan dunia biomedis.

“Mempunyai co-founding yang solid dengan complementary skills itu penting sekali. Adanya suatu inovasi canggih dan berguna bagi masyarakat tapi kalau ilmuannya itu harus memajukan teknologi itu sendiri akan sangat sulit. NalaGenetics ini bisa lahir karena ada 4 orang di tim kami dengan kemampuan yang saling melengkapi, termasuk CEO kami Levana Sani yang memang berlatar belakang science dan juga bisnis, yang bantu mematangkan model bisnisnya dan fundraising,” jelas Astrid.

Ia melanjutkan, “Lalu Dr. Liu Jianjun co-founder & advisor kami yang saat ini adalah Executive Director dari Genome Institute of Singapore yang mengerti landscape genomics, koneksi dengan key opinion leader dan B2G partnerships. Dan terakhir Dr. Alexander Lezhava yang juga adalah co-founder & advisor kami mengerti cara membuat kit in-vitro diagnostic serta penyediaan layanan tes klinis.”

Saat ini NalaGenetics juga telah didukung 50 staf di Indonesia dan 25 staf di Singapura. Sekitar separuhnya adalah tim R&D.

Soliditas dan pemahaman mendalam tentang genomik tersebut juga akhirnya ingin dibawa lebih dalam ke Indonesia. Pertengahan Oktober 2023 lalu, bersama salah satu investor utamanya yakni East Ventures, NalaGenetics mengumumkan komitmennya untuk mendukung analisa sampel genomik di Biomedical and Genome Science Initiative (BGSi).

NalaGenetics akan bekerja sama dengan BGSi dengan transfer ilmu dan keahlian dalam melakukan sequencing. Kerja sama ini diharapkan dapat menciptakan inovasi produk baru berbasis data genetik lokal dalam memanfaatkan potensi dari data genomik populasi Indonesia.

Penandatanganan nota kesepahaman antara BGSi, East Ventures, dan NalaGenetics / East Ventures

Di sisi lain, saat ini NalaGenetics juga terus memperbanyak cakupan klinik dan kerja sama dengan ekosistem kesehatan di Indonesia untuk makin memasyarakatkan solusi berbasis genomik tersebut. Terbaru, mereka akan segera meresmikan klinik di daerah Fatmawati, Jakarta untuk memberikan akses tes DNA dan layanan konsultasi komprehensif kepada masyarakat.

“Tes DNA bisa dilakukan di mana saja. Tapi yang dikembangkan NalaGenetics adalah algoritmanya, ini yang kami jual ke lab/klinik. Algoritma ini memungkinkan kita untuk mendapatkan hasil analisis yang lengkap dari tes DNA tersebut [..] Ke depan kami juga akan terus memperdalam kerja samad dengan Kemenkes di Indonesia supaya preventive healthcare ini semakin terjangkau untuk masyarakat kita,” ujar Astrid.

Selain di Indonesia dan Singapura, NalaGenetics juga berkomitmen untuk bisa menjangkau pasar regional. Ambisi ini disampaikan saat mereka mendapatkan pendanaan seri A Maret 2022 lalu. Dana segar yang didapat akan dimaksimalkan untuk ekspansi, dengan negara tujuan berikutnya adalah Malaysia. Upaya ini di tengah momentum pertumbuhan pasar pengujian genetika yang sangat cepat di kawasan Asia.

Application Information Will Show Up Here

Ini Dia Startup dan Investor di Ekosistem Healthtech Indonesia

Sektor kesehatan di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, mulai dari disparitas pemenuhan dokter, sebaran fasilitas kesehatan yang kurang merata, hingga inovasi di bidang medis yang masih relatif lambat — sehingga menciptakan gap yang cukup kentara di banyak wilayah.

Misalnya terkait dokter spesialis, menurut Dirjen Tenaga Kesehatan Kemenkes rasionya masih sangat kecil, pemerintah menargetkan bisa mencapai target rasio 0,28: 1.000 sehingga saat ini masih dibutuhkan 30 ribu dokter spesialis.

Terlepas dari upaya yang dilakukan di hulu, kini pendekatan berbasis teknologi mulai digencarkan untuk bisa memicu adopsi layanan kesehatan yang lebih baik ke semua kalangan masyarakat, termasuk melalui aplikasi digital. Bahkan untuk menciptakan iklim inovasi yang lebih kondusif, Kemenkes telah membangun unit khusus (DTO/Digital Transformation Office) dan roadmap yang cukup jelas mengenai inovasi layanan kesehatan di Indonesia.

DTO mendorong hadirnya regulasi yang lebih bersahabat untuk ekosistem healthtech di Indonesia, implikasinya inovasi-inovasi teknologi kesehatan kini menjadi lebih mudah diuji, diaplikasikan, dan dikomersialisasikan. Di samping itu ada misi untuk menata ulang pencatatan dan digitalisasi data untuk kepentingan jangka panjang.

Tentu ini menjadi peluang besar untuk para inventor healthtech di Indonesia yang diproyeksikan mencapai $1,7 miliar pada 2023 dan akan tumbuh dengan CAGR 10,35% sampai 2028 mendatang senilai $2,9 miliar.

Pemain healthtech terbesar

Startup healthtech sudah mulai bermunculan sejak era perkembangan awal startup. Dimulai dari portal informasi kesehatan, layanan telemedis, e-pharmacy, layanan kesehatan O2O, hingga kini menuju ke inovasi babak selanjutnya: biotech.

Didasarkan pada data pendanaan yang diumumkan publik, tiga startup saat ini diproyeksikan telah menjadi centaur (sejauh ini belum ada unicorn lokal dari vertikal healhtech).

Startup Pendanaan Estimasi Valuasi (Venture Cap)
Halodoc · Seri D: $100 juta (Astra Digital, Openspace, Novo Holdings, dll).

· Seri C: $80 juta (Astra, Temasek, Telkomsel MItra Inovasi, Novo Holdings, Bangkok Bank dll).

· Seri B: $65 juta (UOB Venture, Singtel Innov8, KIP, Melinda Gates Foundation, Prudential, Allianz X, dll).

· Seri A: $13 juta (Clermont Group, Go-Jek, Blibli, NSI Ventures).

· Seed: Undisclosed.

± $600 juta
Alodokter · Venture Round: Undisclosed (Marubeni Corp, MDI Ventures, Samsung Ventures).

· Seri C+: Undisclosed (MDI Ventures, Sequis, Golden Gate Ventures, Heritas, Hera Capital).

· Seri C: $33 juta (Sequis Life, Philips, Heritas Capital, Hera Capital, Dayli Partners dll).

· Seri B: Undisclosed (Softbank, Golden Gate Ventures dll)

· Seri A: $2,5 juta (Golden Gate Venture, angel investor)

· Seed: Undisclosed (Fenox, 500 Startups, Golden Gate Ventures)

± $130 juta
Good Doctor Indonesia · Seri A: $10 juta (MDI Ventures, Grab, Softbank)

· Seed: Undisclosed (Grab, Ping An)

mendekati $100 juta

Investor di vertikal healthtech

Dalam satu tahun terakhir, sektor healthtech dan turunannya memiliki momentum pertumbuhan yang sangat pesat. Ini mendorong para investor untuk mempertajam hipotesis mereka untuk turut andil di dalam vertikal industri ini. Tidak tanggung-tanggung, sejumlah pemodal ventura juga telah mengalokasikan dana kelolaan khusus yang difokuskan untuk  berinvestasi ke startup healthtech.

Berikut ini daftar investor aktif di Indonesia yang memiliki fokus mendanai startup di bidang teknologi kesehatan:

Healthcare Fund dari East Ventures

Bulan lalu pemodal ventura yang dinakhodai Willson Cuaca ini baru mengumumkan inisiatif Healthcare Fund senilai $30 juta. Dana ini akan disalurkan ke startup healthtech dan turunannya di kawasan ini. Sejauh ini mereka juga sudah banyak berinvestasi ke startup healthtech (dan turunannya). Disampaikan sekurangnya ada 30 startup di Indonesia dan wilayah regional.

Di vertikal bisnis ini, East Ventures juga tampak lebih serius memperdalam keterlibatannya di area genomik – terutama di lini biotech dan deeptech. Berikut ini sejumlah daftar investasi terbarunya:

Startup Solusi Tahap Investasi
Moosa Genetics Pengembangan teknologi genetik untuk meningkatkan sektor peternakan Seed
Mesh Bio Layanan manajemen penyakit kronis dan analisis prediktif Seed
Etana Startup biofarmasi yang menghadirkan bahan baku obat biologis untuk kanker dan penyakit kronis lainnya Seed
AMILI Pengembang solusi pengobatan mikrobioma usus pertama di Asia Tenggara Seed
Aevice Health Alat monitoring kesehatan untuk solusi pernapasan kronis Seed

Dana Kelolaan CVC BUMN

MDI Ventures dan Bio Farma telah membentuk dana kelolaan bertajuk “Bio Health Fund” dengan komitmen investasi awal $20 juta. Mereka akan menginvestasikan dana tersebut ke startup tahap awal dan berkembang yang fokus di bidang biotech dan inovasi layanan kesehatan di Indonesia. CVC BUMN lainnya, yakni Mandiri Capital Indonesia, juga mengatakan bahwa mereka merilis thematic fund dengan salah satu fokusnya di bidang biotech.

MCI sendiri memang sedang fokus memperdalam hipotesis impact investment mereka melalui sejumlah co-investment, salah satunya bersama UNDP. Mereka mengeksplorasi startup yang berpotensi mendisrupsi sektor riil berdampak dengan inovasi teknologi.

MDI sendiri saat ini adalah investor dari sejumlah startup healthtech seperti Alodokter, Good Doctor, SwipeRx, CXAGroup, Pixa, dan Heals. Melalui unit lainnya, Telkomsel Mitra Inovasi yang juga merupakan anak perusahaan Telkom Group, mereka juga berinvestasi ke Halodoc dan Zi.Care.

Daftar VC yang berinvestasi ke healthtech

Kendati tidak memiliki dana kelolaan khusus, selain pemodal ventura yang sudah disebutkan namanya di atas, sejumlah pemodal ventura juga memiliki ketertarikan untuk berinvestasi ke startup healthtech lokal dalam dua tahun terakhir. Berikut daftar selengkapnya:

  1. AC Ventures
  2. Astra Digital
  3. GK-Plug and Play
  4. Golden Gate Ventures
  5. Iterative
  6. Jungle Ventures
  7. Kenangan Fund (Kopital Ventures)
  8. Openspace Ventures
  9. Skystar Capital
  10. Softbank
  11. Teja Ventures
  12. Venturra
  13. Wavemaker Partners

Selain itu sejumlah angel investor juga mulai turut andil dalam berinvestasi ke startup healthtech, terutama dalam putaran pre-seed atau seed.

Startup Biotech Lokal Moosa Genetics Dapat Pendanaan Pra-Awal dari East Ventures dan Angel Investor

Startup genomik hewan Moosa Genetics mendapat pendanaan pra-awal dari East Ventures dengan nominal yang dirahasiakan setelah sebelumnya mengandalkan bootstrapping. Sejumlah angel investor ikut berpartisipasi pada pendanaan ini.

Moosa Genetics didirikan pada 2016 Dr. Ivan R Sini, PhD (Chairman), didukung Dr. Deddy F. Kurniawan, DVM (co-CEO), Jeremia Michael Sutandy (Co-CEO dan Managing Director), Prof. Arief Boediono, PhD (Chief Scientific Officer), dan Ir. Sigit Prastowo, PhD (Chief Geneticist Officer).

Misinya adalah merumuskan ulang dan menetapkan standar baru kualitas terbaik dalam industri peternakan Indonesia. Moosa akan memanfaatkan investasi tersebut untuk membangun laboratorium, tim, pemasaran, dan kemitraan daging wagyu demi memenuhi permintaan pelanggan.

“Melalui teknologi reproduksi dan molekuler hewan modern, memungkinkan kami untuk memproduksi kualitas daging lebih baik dengan harga lebih rendah, sehingga bisa memberikan manfaat besar bagi industri dan konsumen. Kami harap dapat menghadirkan lebih banyak antusiasme di bidang ini di masa depan,” ujar Dr. Ivan yang juga Ketua Umum Asosiasi Genomik Indonesia dalam keteranganr resminya.

“Pendekatan inovatif Moosa Genetics terhadap peternakan sapi melalui bioteknologi memiliki potensi mendorong revolusi industri peternakan, mengatasi tantangan dan tuntutan penting di bidang peternakan, sekaligus memastikan produksi pangan berkelanjutan dan meningkatkan ketahanan pangan dalam negeri,” kata Avina Sugiarto, Partner di East Ventures.

Di sepanjang tahun ini, East Ventures terus mengucurkan investasi ke sektor kesehatan, terutama genomik dan bioteknologi. Beberapa portofolio terbarunya adalah Mesh Bio dan AMILI.

Dalam laporan berjudul “Genomics: Leapfrogging into the Indonesian healthcare future“, genomik dan bioteknologi berpotensi untuk mentransformasi ekosistem perawatan kesehatan di Indonesia. Ada empat pilar utama yang dibutuhkan untuk mendorong implementasinya secara optimal, yakni infrastruktur, investasi, sumber daya manusia, serta regulasi.

Terfragmentasi

Lebih lanjut, Moosa menilai selama ini industri peternakan sapi di Indonesia terfragmentasi. Sebanyak 80% didominasi oleh peternak skala kecil, di mana mayoritas berlokasi di Pulau Jawa. Adapun, Jawa Timur menyumbang 30% dari populasi sapi di Indonesia.

Di samping itu, peternak seringkali mengandalkan tabungan untuk biaya pemeliharaan sapi dibandingkan untuk pasar komersialisasi. Hal ini menghambat potensi pasokan daging dalam negeri secara signifikan. Sebagian besar peternak tidak memiliki keterampilan memadai untuk menangani sistem produksi, demikian juga mengembangkan bisnisnya karena keterbatasan biaya dan akses pinjaman.

Kondisi di atas membuat produksi dalam negeri hanya mampu memenuhi sekitar 40% permintaan daging sapi Indonesia, dan menyebabkan ketergantungan Indonesia pada impor daging sapi, khususnya dari Australia.

Moosa Genetics mengembangkan inovasi bioteknologi, memanfaatkan teknologi transfer embrio dan teknik seleksi gen inovatif, seperti CRISPR (modifikasi DNA secara selektif). Inovasi dinilai dapat meningkatkan kualitas daging dan mengurangi biaya. Perusahaan juga berupaya meningkatkan jenis sapi lokal dengan nama “Sapi Merah Putih” untuk mencapai standar unggul.

Pihaknya meyakini tidak ada solusi tunggal untuk memperbaiki genetik yang dapat menentukan versi ideal sapi lokal untuk Indonesia. “Untuk mengatasi tantangan tersebut, Moosa Genetics menekankan pentingnya kolaborasi antara pemangku kepentingan industri, penyedia platform, dan peneliti yang berdedikasi untuk menilai dan mengukur peningkatan terhadap standar peternakan sapi saat ini secara komprehensif.” Tutup Dr. Ivan.