BukaLapak Siapkan Marketplace Produk Reksa Dana Melalui BukaReksa

BukaLapak mulai perluas segmentasi bisnis ke komoditas produk yang berbeda. Kali ini pihaknya mulai menginisiasi BukaReksa, sebuah layanan yang menyediakan produk reksa dana bagi member-nya untuk berinvestasi. Layanan ini rencananya baru akan dirilis resmi pada minggu ke-3 bulan Januari ini. Untuk inisiatif ini, BukaLapak bekerja sama dengan portal keuangan Bareksa.

Bareksa telah menyediakan sebuah layanan online marketplace untuk reksa dana sejak awal tahun 2015 lalu. Bareksa juga menjadi salah satu penyedia platform di pasar modal yang telah mendapatkan lisensi resmi sebagai sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana (APRD) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK)untuk menjual reksa dana secara langsung kepada nasabah.

Memasyarakatkan investasi reksa dana untuk masyarakat umum

Di microsite BukaReksa terdapat beberapa keterangan yang memaparkan beberapa layanan yang ingin disuguhkan BukaLapak untuk produk reksa dana. Pihaknya mematok dana minimal investasi Rp 10.000,- untuk penggunanya, sesuai dengan nominal yang tertera pada angka minimum pembelian awal di CIMB-Principal BukaReksa Pasar Uang.

Prosesnya (transaksi) pun mengadopsi experience pengguna (marketplace) ala Bukalapak, termasuk dengan jenis akun yang sama. Hanya saja, khusus untuk produk ini, pengguna harus memasukkan informasi lebih mendetil dan perlu mendapatkan konfirmasi sebelum memulai transaksi. Pihaknya juga menjanjikan pengelolaan produk reksa dana oleh Manajer Investasi profesional dengan target pengembalian optimal.

Hal ini menjadi indikasi awal BukaLapak berusaha menghasilkan kanal investasi reksa dana untuk masyarakat umum dengan proses yang lebih terjangkau. Konsep ini menyasar pengguna dengan pemahaman minim terhadap investasi di pasar modal.

Terkait posisi BukaLapak sebagai rekanan penjual reksa dana kami belum bisa mendapat informasi lebih jauh. Pihak BukaLapak belum berkenan memberikan informasi detil seputar portofolio terbarunya hingga peluncuran dalam waktu dekat. Posisi BukaLapak dan legalitasnya menjadi penting diketahui mengingat jual beli reksa dana memiliki tingkat aturan dan perizinan yang cukup ketat dari otoritas, dalam hal ini OJK.

Tahunnya Layanan E-Commerce “Niche”

Dalam artikel Mencari “Pemenang” Layanan E-Commerce di Indonesia, ada catatan menarik tentang makin maraknya layanan e-commerce lokal yang menawarkan produk ‘niche’ di tanah air. Dengan potensi yang ada, diprediksi layanan e-commerce yang fokus di produk tertentu bakal semakin booming setelah general marketplace kini dikuasai pemain besar berkantung tebal.

Di Indonesia sendiri layanan e-commerce dengan produk ‘niche’ sudah cukup lama hadir. Layanan fashion commerce seperti Berrybenka, Zalora, Hijup dan Sale Stock sudah membuktikan kesuksesan mereka menjadi layanan fashion commerce yang termasuk dalam kategori ‘niche’ di tanah air.

Layanan e-commerce lain yang selanjutnya mulai menawarkan produk niche di antaranya yaitu Asmaraku, Fabelio, Kukuruyuk, Cipika, Ku ka, Limakilo, Qlapa, adalah beberapa layanan e-commerce yang berada dalam kategori sektor B2C dan kebanyakan didominasi pemain lokal.

Di tahun 2016 ini bisa dibilang adalah tahunnya layanan e-commerce niche di Indonesia. Sepanjang tahun banyak layanan e-commerce yang muncul secara khusus menghadirkan produk unik, beda dan menarik untuk masyarakat Indonesia. Sebut saja KinerjaMall, Kufed, Gogobli, Heritage.id, Loko, Oto.com, Gordi, Konsula.

Alasan startup tersebut didirikan cukup beragam, mulai dari ingin memberikan pilihan baru hingga kesulitan untuk menemukan produk khusus yang diinginkan di Indonesia.

Strategi pemasaran, akuisisi pelanggan, dan monetisasi

Selain ingin menghadirkan produk yang khusus, salah satu alasan utama kenapa akhirnya layanan e-commerce baru menghadirkan produk yang ‘niche’ adalah kesulitan untuk bersaing dengan layanan e-commerce besar yang sebelumnya telah lama hadir di Indonesia. Banyaknya kategori dan pilihan produk yang serupa di layanan e-commerce besar menjadi fokus utama layanan e-commerce ‘niche’ melancarkan produknya kepada masyarakat.

“Kita secara khusus memilih produk terbaik dan unik yang dibutuhkan oleh pembeli, jika produk tidak ada di situs kami, proses request khusus juga bisa kami hadirkan,” kata CEO Kufed Andrew Buntoro.

Memanfaatkan celah baru yang kemudian banyak dikembangkan oleh layanan e-commerce ‘niche’ dalam hal ini adalah memberikan penawaran lebih kepada pembeli yang secara khusus tertarik untuk membeli produk yang sulit didapatkan di tanah air dengan memberikan layanan pelanggan yang istimewa.

Di sisi lain kurasi produk yang ketat dan pilihan juga menjadi salah satu modal utama dari layanan e-commerce ‘niche’ untuk bersaing dengan layanan e-commerce yang lebih ‘mainstream‘ seperti yang dilakukan oleh KinerjaMall dan Heritage.id.

“Untuk memastikan tidak ada penjual yang menyediakan produk yang sama kami lakukan proses penyaringan secara ketat. Kita ingin pembeli dengan nyaman menemukan produk yang berbeda dari berbagai penjual bukan hanya satu saja,” kata CEO PT Kinerja Pay Indonesia Deny Rahardjo.

Kendala terbesar tentunya adalah meyakinkan pelaku UKM yang tinggal di luar pulau Jawa untuk berjualan secara online melalui beragam layanan e-commerce yang ada. Masih minimnya awareness di kalangan tersebut merupakan tantangan terbesar yang dihadapi layanan e-commerce ‘niche’ lokal.

“Kami banyak melihat pengrajin yang tinggal diluar pulau Jawa menghasilkan produk buatan Indonesia yang bagus dan berkualitas, namun dikalangan mereka masih enggan untuk menciptakan lebih banyak produk dan cukup ‘happy‘ menjadi penjual ‘average‘ saja tanpa motivasi untuk membuat produk yang lebih,” kata CMO Heritage.id Muhammad Taufiq.

Dengan berbagai kendala dan tantangan yang ada, masing-masing layanan e-commerce ‘niche’ tersebut mengklaim memiliki cukup banyak pengguna aktif dan angkanya pun terus meningkat. Produk yang ‘niche’ pun jika dikemas dengan menarik akan mendatangkan pembeli lokal hingga asing. Hal tersebut memungkinkan untuk melakukan monetisasi secara perlahan tapi pasti.

Kompetitor baru bagi layanan e-commerce populer

Dalam kesempatan khusus, COO Bukalapak Willix Halim sempat memberikan komentarnya terkait dengan makin maraknya layanan e-commerce yang ‘niche’ dan bagaimana kehadiran mereka bakal mengguncang layanan e-commerce yang sudah memiliki nama besar di tanah air.

“Dengan pertumbuhan teknologi dan dunia startup yang begitu pesat, pasti marketplace dan e-commerce ‘niche’ akan muncul baik itu offline maupun online. Menurut saya, dengan munculnya marketplace ‘niche’ yang meramaikan Indonesia adalah hal yang positif,” kata Willix.

Willix juga menambahkan saat ini ‘niche market’ telah berhasil menjadi perusahaan ‘billion dollar‘ di Amerika. Contohnya seperti yang terjadi pada Airbnb yang niche dengan penyewaan rumah dan apartemen.

Strategi yang paling ideal menghadapi kehadiran kompetitor baru ini, menurut Willix, sepenuhnya mengandalkan inovasi dan menjadi sebuah layanan yang “berbeda”.

Product-driven teams didukung dengan data-driven culture dan branding kita yang lebih mainstream yang tentunya sesuai dengan brand DNA kami. Selain itu, kami juga akan terus fokus kepada para UKM, baik itu pengguna maupun pembeli di Bukalapak. Karena growth atau pertumbuhan itu dapat dilihat dari berbagai segi, tidak hanya angka untuk mencapai dan menjadi yang pertama,” kata Willix.

Strategi lain yang telah dilakukan oleh layanan e-commerce besar seperti elevenia adalah dengan memperbanyak produk-produk unik berasal dari berbagai komunitas di Indonesia untuk memanfaatkan platform elevenia untuk berbagi dan berjualan. Saat ini elevenia sendiri telah memiliki kanal khusus yang dibuat untuk pembeli yang tertarik dengan produk seperti hobi, gadget, hingga olah raga yang terbilang ‘niche’ dan unik.

“Pada dasarnya kami terbuka menerima semua produk yang unik dari berbagai komunitas hingga layanan e-commerce baru yang ingin menjual di elevenia. Dengan demikian bakal lebih banyak pilihan untuk pembeli setia kami di elevenia,” kata Branding & Business Intelligent elevenia Bayu Setiaji Tjahjono.

Dengan cara tersebut, elevenia mengklaim bisa memperkaya jumlah produk yang ada, sekaligus menjalin hubungan baik dengan komunitas yang kebanyakan menjadi sumber terbaik untuk produk khusus dan tergolong ‘niche’.

Prospek layanan e-commerce niche di tahun 2017

Ketua Umum Asosiasi E-commerce Indonesia (iDEA) Aulia E Marinto mengatakan maraknya layanan niche e-commerce menunjukkan sisi positif bahwa inovasi bakal terus terjadi. Konsumen bakal semakin mudah mendapatkan barang-barang yang mereka inginkan. Sedangkan dari sisi tantangannya, menurutnya, tidak bakal jauh dengan bisnis e-commerce lainnya, misalnya soal digital marketing. Hanya saja, target pasar mereka lebih spesifik, tidak seperti target bisnis e-commerce pada umumnya.

Keberadaan niche e-commerce yang kian ramai, otomatis menjadi pesaing bagi e-commerce yang horizontal. Pasalnya, konsumen bukan lagi membeli barang karena melihat brand dari situs, melainkan ketersediaan barang yang mereka butuhkan.

“Inovasi model bisnis e-commerce yang vertikal bakal terus berkembang ke depannya. Malah dari bisnis sudah terbilang vertikal tersebut, bisa kembali di-vertikal-kan. Contohnya, dari yang sebelumnya hanya jual baju saja, bisa di-vertikal-kan menjadi hanya jual baju untuk pesta saja. Peluangnya masih besar, bahkan yang horizontal pun sekarang masih memulai,” terang Aulia kepada DailySocial.

Aulia, yang juga CEO Blanja, menambahkan kehadiran pemain niche e-commerce di satu sisi memang jadi kompetitor. Namun, pihaknya meyakini ke depannya bakal ada kolaborasi yang tercipta antara keduanya. Horizontal e-commerce memiliki sejumlah keuntungan dari segi traffic yang lebih tinggi. Hal ini bisa menjadi daya tarik untuk vertical e-commerce mencoba peluang berjualan di horizontal e-commerce.

One day bisa saja teman-teman di vertical e-commerce gabung ke Blanja karena ingin memanfaatkan traffic yang tinggi. Sebab, menurut saya, umumnya pemain vertical e-commerce itu biasanya bukan dari model marketplace, tapi dari ritel online. Di Blanja, kami tidak jual barang, tapi menyediakan ekosistem bagi orang yang ingin menjual barangnya.”


Marsya Nabila berkontribusi untuk pembuatan artikel ini

[Tidbit] Harbolnas versi Alfacart dan Bukalapak, Telkomsel Raih Penghargaan di World Communication Awards 2016

Harbolnas 2016: Alfacart mengandalkan jaringan O2O

Layanan Online-to-Offline (O2O) dengan jaringan terbesar di Indonesia yang dihadirkan oleh Alfacart.com, diharapkan mampu memberikan kontribusi optimal terhadap kian diminatinya beragam penawaran istimewa yang disajikan Alfacart.com bagi para pelanggan selama peringatan Hari Belanja Online (Harbolnas) 2016 yang berlangsung dari 12 hingga 14 Desember 2016. Untuk layanan pengambilan barang, pelanggan dapat melakukan di 8000+ toko Alfamart, sedangkan untuk pembayaran (pay at store) pelanggan dapat melakukannya di 12.389 toko Alfamart.

Berkaitan dengan Harbolnas 2016, khusus di tanggal 12 hingga 14 Desember 2016, Alfacart.com menghadirkan penawaran-penawaran istimewa bagi para pelanggan setianya, antara lain pemberian diskon besar hingga 88% plus 36%, plus ditambah lagi diskon hingga 15% dari bank-bank yang menjadi mitranya untuk semua kategori produk dari fashion, groceries, kamera dan elektronik, gadget dan smartwatch, hingga produk untuk rumah dan dapur serta keperluan bayi dan anak. Esensi partisipasi Alfacart.com di Hari Belanja Online 2016 adalah untuk turut mendorong meningkatnya minat masyarakat Indonesia untuk berbelanja online.

Harbolnas 2016: Bukalapak dengan diskon jumbo

Menyambut Hari Belanja Online Nasional 2016, Bukalapak memberikan diskon jumbo hingga 80%, ditambah juga dengan harga yang dapat dinego oleh seluruh pengguna Bukalapak. Penawaran ini berlaku hanya 3 hari mulai tanggal 12 hingga 14 Desember 2016, berlaku di website maupun aplikasi Bukalapak baik di Android dan iOS.

Untuk menikmati diskon jumbo dan harga nego tersebut, pengguna Bukalapak harus memiliki akun yang terverifikasi dan mengunduh aplikasi versi terbaru Bukalapak. Dalam melakukan nego harga, pengguna setiap harinya memiliki kesempatan 3 kali untuk memasukkan harga barang yang ingin di nego.

CEO Telkomsel memperoleh penghargaan di World Communication Awards 2016

Di tengah iklim industri telekomunikasi tanah air yang kompetitif, Telkomsel menegaskan komitmennya untuk terus membangun ekosistem digital di Indonesia, mendukung upaya pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020. Komitmen Telkomsel untuk terus tumbuh dan membangun ini pun mendapatkan ganjaran di ajang World Communication Awards (WCA) 2016, yang dihelat di London dan dihadiri oleh ratusan eksekutif industri telekomunikasi dari seluruh dunia, berupa penghargaan CEO of The Year 2016 bagi Direktur Utama Telkomsel, Ririek Adriansyah.

Didukung dengan tersebarnya jaringan broadband Telkomsel di berbagai wilayah Indonesia, hal tersebut diharapkan dapat mendukung pelanggan dalam merasakan pengalaman mobile digital lifestyle terbaik. Pembangunan dan peningkatan kualitas jaringan broadband Telkomsel yang dilakukan lewat program TrueBEx secara konsisten berdampak pada peningkatan penggunaan layanan data Telkomsel oleh pelanggan. Pengembangan layanan keuangan digital difokuskan untuk menciptakan gaya hidup baru dalam melakukan pembayaran secara non tunai, sehingga memperluas jangkauan layanan keuangan kepada lebih banyak lagi masyarakat dan tentunya mendukung Gerakan Nasional Non Tunai yang dicanangkan pemerintah.

Gandeng Bukalapak, BlackBerry Resmi Luncurkan BBM Shopping

Hari ini (2/12) salah satu aplikasi messenger populer di Indonesia, BlackBerry Messenger (BBM), secara resmi mengumumkan kehadiran BBM Shopping. Salah satu portofolio EMTEK, Bukalapak, digandeng sebagai mitra dalam layanan BBM Shopping ini dan memilki peluang untuk memperluas jaringan ke lebih dari 60 juta pengguna BBM di Indonesia. Dengan peluncuran BBM Shopping, artinya para pengguna BBM tinggal menunggu satu lagi layanan yang dijanjikan untuk hadir, yaitu BBM Travel.

Sejak menjalin kerja sama strategis dengan EMTEK melalui anak perusahaannya, BBM memang terus membenahi layanannya agar tetap kompetitif di pasar Indonesia – pasar dengan lebih dari 60 juta pengguna BBM berasal dari total 90 juta yang ada di dunia. Akhir November silam, BBM pun mengumumkan untuk menambah dua layanan baru, yakni BBM Shopping dan BBM Travel. Sebelumnya, BBM juga menambah layanan BBM Discovery dan pembelian voucher.

Hari ini, BBM Shopping meluncur lebih dahulu dari BBM Travel dan menggandeng Bukalapak sebagai rekanan. Melalui kerja sama ini, pengguna Bukalapak dapat mengubungkan akun online yang dimiliki ke layanan BBM Shopping dan pengguna baru hanya perlu menyiapkan akunnya satu kali saja dan tidak perlu login ulang untuk melakukan pembayaran nantinya melalui BBM.

CEO Bukalapak Achmad  Zaky mengatakan, “Kami bangga untuk mengumumkan kolaborasi antara Bukalapak dan BBM sebagai bagian dari komitmen kami untuk terus memberikan pengalaman online shopping yang lebih baik. […] Lewat fitur yang sederhana, mudah, cepat, dan efisien dari BBM Shopping, saya yakin kolaborasi ini akan mendorong masyarakat untuk bergabung dan ambil bagian dalam online marketplace.”

Sejak hadir pada Agustus 2005, BBM memang telah berkembang dari sekedar aplikasi pesan menjadi sebuah aplikasi sosial dengan beragam fitur. Beberapa di antaranya adalah BBM Game Center, BBM Pulsa/PLN, BBM Voucher, dan yang terbaru BBM Shopping sebagai fitur untuk belanja online melalui Bukalapak. BBM Shopping sendiri nantinya akan didukung oleh fitur BBM Checkout untuk pembayaran.

“Kami akan mentransformasikan BBM dari aplikasi pesan biasa antara dua orang menjadi platform mobile yang canggih dan merek-merek tidak hanya dapat melakukan interaksi dengan para konsumen, tetapi juga dapat mendorong pembelian dari para penggunanya. Kami juga akan mengurangi waktu checkout pengguna dengan proses yang lebih efisien untuk meningkatkan konversi penjualan bagi pedagang  dan mengurangi kemungkinan para pengguna untuk meninggalkan keranjang belanja mereka,” ujar Matthew Talbot, CEO Creative Media Works, perusahaan yang mengoperasikan dan menjalankan BBM secara global.

Talbot menambahkan, “BBM [akan] terus berupaya mengembangkan fitur dan layanan baru untuk memberikan kemudahan bagi para pengguna dan nilai tambah untuk para mitra kami, dengan segera memperluas platform komunikasi untuk para pembeli dan penjual BBM Shopping melalui BBM Chat. Hal ini guna menciptakan pengalaman yang lebih mengesankan dan menarik untuk para pengguna.”

Ke depannya, berbagai startup portofolio EMTEK juga direncanakan untuk dapat terhubung dengan layanan BBM. Sebagai informasi, EMTEK sendiri telah berinvestasi di beberapa startup yang bergerak di sektor e-commerce seperti Bukalapak, Bobobobo, dan HijUp.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Facebook, Bukalapak Launch Advertising Service

Aiming to support local micro, small and medium enterprises (MSMEs), Facebook and online marketplace Bukalapak have teamed up to launch an advertising service called BukaIklan.

This new service has attracted 200 subscribers within a month, mostly from the fashion and automotive industries.

“Currently, Bukalapak has a total of one million sellers, nine million users and 70 products. The partnership aims to optimize local MSMEs’ sales and marketing,” said Bukalapak COO Willix Halim.

BukaIklan works similarly to Facebook ads. Depending on their budget, users can subscribe to services costing between Rp 250,000 (US$18.44) and Rp 2,500,000. Before subscribing, however, users need to ensure they have adequate funds in the e-commerce’s e-wallet service BukaDompet.

The advertisements will be automatically shown in Facebook’s newsfeed, based on the budget set by BukaIklan users. Facebook users will be able to see the ad details in the product’s page. BukaIklan’s subscribers can check the promotion activity through a dashboard provided by Bukalapak.

For each subscriber in BukaIklan, Bukalapak will obtain a 10 percent management fee until December. From December onwards, the share will increase to 20 percent.

“We realize that local customers have frequently purchased products from their mobile devices. BukaIklan aims to create a new opportunity for MSMEs,” said Facebook Indonesia SMB market development head Waizly Darwin.

Bukalapak is targeting to attract 88 million Facebook users through this collaboration. In the future, if there’s a significant contribution from BukaIklan, the online store plans to expand the partnership with other advertising channels or brands.


Disclosure: The original article is in Indonesian and syndicated in English by The Jakarta Post

Mencari “Pemenang” Layanan E-Commerce di Indonesia

Tahun 90-an menjadi titik awal mulai berdirinya bisnis memanfaatkan teknologi terkini yaitu internet. Mulai dari kehadiran e-mail, mesin pencari, browser hingga layanan e-commerce yang terbilang masih baru namun menunjukkan potensi yang cukup besar.

Pertengahan tahun 90-an hingga awal tahun 2000 mulai muncul layanan e-commerce baru yang menawarkan kemudahan proses pembelian hingga pengantaran kepada masyarakat. Di antaranya adalah Amazon yang diluncurkan pada tahun 1995 oleh pendirinya Jeff Bezos. Amazon awalnya adalah toko buku yang dijual secara online. Saat ini Amazon sudah memiliki layanan yang luas, bukan lagi menjual buku secara online, namun juga produk busana, kebutuhan sehari-hari, hingga komputasi awan.

Menurut data Statista, total penjualan Amazon per kuartal saat ini sudah lebih dari $30 miliar.

Layanan e-commerce lainnya yang muncul dan terbilang sukses saat dotcom bubble di tahun 90-an adalah eBay, yang pada tahun 1995 muncul sebagai situs lelang online. Saat ini eBay telah menjadi marketplace global untuk menjual beragam produk dengan daftar barang sebanyak 103,6 juta di seluruh dunia dan penambahan daftar barang sebanyak 6,1 juta setiap hari, eBay menawarkan kesempatan kepada semua orang untuk membeli dan menjual barang.

Masing-masing layanan e-commerce ini telah melakukan ekspansi hampir di seluruh dunia. eBay sendiri sudah memiliki kantor perwakilan di Indonesia dan diperkirakan Amazon, yang bakal hadir di Singapura, juga bakal merambah ke Indonesia.

Pelajaran yang bisa diambil dari Amazon dan eBay adalah dibutuhkan waktu yang cukup lama, inovasi terkini, dan produk yang bervariasi untuk bisa menjadi nomor satu.

Prediksi layanan e-commerce unggulan di tanah air

Di Indonesia sendiri layanan e-commerce mulai menjadi bermunculan sejak akhir tahun 90-an dengan kehadiran Bhinneka yang berawal sebagai offline store kemudian mulai membangun online store dengan produk yang terbatas pada tahun 1999. Hingga kini Bhinneka masih tetap eksis dengan ragam produk elektronik terkini dan terlengkap di Indonesia.

Pada tahun 2006 Tokobagus diluncurkan dan kini telah berubah menjadi OLX. Tahun 2009 Tokopedia hadir, disusul Bukalapak pada tahun 2010 dan Blibli pada tahun 2011. Semua adalah layanan e-commerce lokal yang masih tetap eksis bahkan menunjukkan peningkatan yang cukup besar dari sisi pelanggan, produk, hingga transaksi.

“Dibanding tahun sebelumnya, perkembangan e-commerce di Indonesia bertumbuh dengan pesat pada tahun 2016. Apalagi dengan adanya akuisisi dari perusahaan Cina baru-baru ini. Kami rasa peluang investasi yang masuk ke Indonesia akan semakin maju. Pasar Indonesia juga masih memiliki banyak ruang untuk berkembang, terlebih dengan penetrasi internet saat ini yang berada di angka 35% yang masih terus meningkat,” kata Senior Manager Regional Deliveree Nattapak Atichartakarn.

Menurut Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), yang sekaligus CEO Blanja, Aulia E Marinto, menjadi nomor satu untuk bisnis e-commerce adalah impian seluruh pelaku usaha. Semua pihak pasti mengejar untuk mengarah ke arah situ. Hanya saja, saat ini masih dalam tahap proses, belum sampai tahap final.

Dia bilang, tanda-tanda yang sudah final bakal terlihat dari volume bisnisnya yang sangat besar dan digunakan oleh hampir seluruh orang Indonesia. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke titik itu, Aulia memperkirakan, sekitar 5-10 tahun lagi. Aulia berharap, dalam kurun waktu tersebut, yang menjadi pemain nomor satu berasal dari pemain lokal bukan dari asing.

“Saat ini peluangnya masih terbuka, jadi belum ada yang bisa bilang dia adalah pemain nomor satu atau bukan. Kami juga berharap pemenangnya berasal dari lokal, makanya mereka harus didorong untuk berlomba dan inovasi, jangan mau kalah karena ini kan bagian dari kompetisi,” ucapnya.

Joedi Wisuda, Country Director True Money Indonesia, mengatakan sebaiknya jangan hanya ada satu pemenang, sebab pada dasarnya semua pemain harus jadi pemenang di bisnisnya masing-masing. Yang terpenting adalah bagaimana memenangkan hati pelanggannya masing-masing.

“Agar industri ini tetap maju dalam melayani pelanggan sebaik-baiknya, sehingga pemenangnya adalah semua, tidak satu saja. Dengan demikian, kompetisi akan jadi lebih sehat, tidak saling menjegal. Semua harus bergandengan tangan untuk melayani lebih banyak pelanggan,” katanya.

Tokopedia, Bukalapak, dan beragam inovasi baru yang dihadirkan

Di tahun 2016 ini masih terlalu dini untuk menyimpulkan siapa layanan e-commerce yang terdepan, seperti yang telah terjadi secara alami di AS dengan Amazon dan eBay. Menurut survei yang dilakukan Google Indonesia beberapa waktu yang lalu, telah muncul lima layanan e-commerce favorit di Indonesia. Yang benar-benar lokal adalah Tokopedia di peringkat kedua dan Bukalapak di peringkat ketiga. Peringkat pertamanya adalah Lazada yang notabene sementara ini adalah layanan e-commerce terbesar di Asia Tenggara dan telah diakuisisi Alibaba.

Tokopedia dan Bukalapak saling mengejar dengan beragam pilihan produk, promo hingga channel-channel baru yang ditawarkan. Di sisi lain, untuk menekan ‘burn rate‘, mereka juga dituntut untuk bisa menghasilkan profit yang stabil dan berkelanjutan.

Dalam sebuah kesempatan terpisah DailySocial berbincang dengan CEO Tokopedia William Tanuwijaya. William menyadari sepenuhnya agar bisnis bisa berjalan dengan baik dan tahan lama, diperlukan inovasi baru yang diharapkan bisa menjadi celah baru untuk mendatangkan profit. Di antaranya adalah channel pembayaran secara digital, kampanye offline, hingga mengedepankan promo harga transparan kepada masyarakat.

“Kami akan terus menghadirkan inovasi baru, mulai dari ragam pilihan produk, strategi penjualan hingga pilihan channel pembayaran. Untuk ke depannya Tokopedia juga berencana bisa menjadi platform baru untuk pembayaran tilang lalu lintas untuk motor dan mobil untuk masyarakat yang membutuhkan,” kata William.

Tentang “posisi” Tokopedia saat ini, William cukup bangga dan memberikan apresiasi kepada pihak-pihak terkait hingga pelanggan setia yang telah memilih Tokopedia sebagai layanan e-commerce favorit di Indonesia. Untuk bisa memberikan layanan lebih kepada pengguna, Tokopedia pun berusaha untuk mengakali semua tantangan dan kendala yang ada, mulai dari infrastruktur hingga logistik.

“Fokus kami saat ini adalah memberikan pelayanan lebih kepada masyarakat yang tinggal di luar pulau Jawa dengan menerapkan strategi lokalisasi, yaitu menempatkan merchant-merchant terbaik di spot strategis yang bisa dijangkau oleh masyarakat Indonesia yang tinggal di kawasan terpencil dan memiliki akses terbatas untuk mencapai kota besar dan sulit untuk dilalui oleh logistik,” kata William.

Berbeda dengan Tokopedia, Bukalapak sendiri mengedepankan strategi growth hacking, terutama sejak kehadiran COO baru Willix Halim. Disinggung soal posisi Bukalapak saat ini yang menjadi favorit namun masih harus berbagi popularitas dengan Tokopedia, Willix mengungkapkan tidak heran ketika pada akhirnya tidak hanya Bukalapak yang unggul, tetapi juga dua bahkan tiga layanan e-commerce lainnya.

“Di Bukalapak sendiri saat ini sudah cukup ‘happy‘ dengan posisi yang ada, yaitu menjadi salah satu layanan favorit masyarakat di seluruh Indonesia. Kerja keras selama ini tentunya tidak akan berhenti dengan beragam inovasi, pilihan produk hingga strategi pemasaran yang akan terus kami berikan,” kata Willix.

Selain itu Willix juga melihat untuk ke depannya bakal muncul layanan e-commerce “niche market” yang hadir dan diperkirakan bisa tampil lebih baik di antara layanan e-commerce yang sudah ada.

“Saya melihat ke depannya akan bermunculan layanan e-commerce baru yang lebih ‘niche‘ hal tersebut tentunya bisa menjadi kompetitor yang baru dan menarik untuk diamati,” kata Willix.

Apakah Tokopedia dan Bukalapak masih mampu mempertahankan posisinya sebagai layanan e-commerce favorit di Indonesia hingga tahun 2017 mendatang? Atau akan muncul layanan e-commerce “niche market” seiring dengan tren dan demand masyarakat saat ini?.

Pada akhirnya, siapa pun pemenangnya, diharapkan layanan-layanan e-commerce lokal tersebut bisa memberikan kontribusi lebih untuk masyarakat Indonesia dan mampu bersaing secara global.


Disclosure: Marsya Nabila berkontribusi dalam pembuatan artikel ini

Facebook dan Bukalapak Hadirkan Kanal Pemasaran BukaIklan

Upaya Facebook untuk memberikan kemudahan kepada pelaku UMKM di tanah air semakin agresif dilancarkan. Kali ini menggandeng platform marketplace terkemuka yaitu Bukalapak. Dengan mengusung nama Bukaiklan, semua penjual yang telah bergabung sebagai pelapak di Bukalapak bisa menggunakan fitur terbaru ini dengan harga khusus.

Kerja sama antara Facebook dengan Bukalapak merupakan yang pertama kali dilakukan untuk mendorong kegiatan promosi kedua belah pihak. Selanjutnya jika terlihat bisa memberikan kontribusi yang besar untuk Bukalapak akan dibuka lebih banyak lagi kerja sama dengan platform pemasaran (Ads) dengan brand lainnya.

“Dengan jumlah pelapak di Bukalapak yang mencapai 1 juta pelapak dari total 9 juta pengguna dan lebih dari 70 produk ditambah dengan jumlah pengguna Facebook yang besar, maka kerja sama ini bertujuan untuk mendorong optimalisasi pemasaran dan penjualan produk UKM Indonesia khususnya di Bukalapak,” kata COO Bukalapak Willix Halim.

Sejak diluncurkannya fitur ini satu bulan lalu, Bukalapak mengklaim telah memiliki sekitar 200 subscriber dari pelapak Bukalapak di seluruh Indonesia. Bukalapak juga mencatat kebanyakan pelapak yang tertarik untuk menggunakan fitur BukaIklan adalah pelapak dengan kategori produk seperti busana hingga otomotif. Diharapkan dengan adanya fitur ini, bisa dilihat lebih spesifik lagi, pelapak seperti apa yang tertarik dan produk apa yang diminati oleh pembeli.

Keuntungan BukaIklan dibanding Facebook Ads

Pelapak yang tertarik menggunakan fitur BukaIklan bisa menentukan pilihan harga mulai dari Rp 250 ribu hingga Rp 2,5 juta. Pelapak hanya perlu memastikan bahwa saldo di BukaDompet cukup untuk berlangganan fitur ini.

Iklan akan otomatis muncul pada newsfeed Facebook dan selanjutnya pengguna yang ingin melihat lebih detil akan diarahkan kepada halaman produk. Nantinya aktifitas pemasaran bisa dilihat di dashboard khusus yang disediakan oleh Bukalapak. Iklan akan ditampilkan di newsfeed Facebook secara acak sesuai dengan budget yang dpilih oleh pelapak.

“Kami menyadari bahwa para konsumen di Indonesia unggul dalam penggeseran perilaku membeli melalui mobile. Peluncuran fitur terbaru BukaIklan ini bertujuan untuk membuka peluang baru bagi UMKM,” kata Head of SMB Market Development Facebook Indonesia Waizly Darwin.

Setiap subscriber baru yang mendaftar di BukaIklan, Bukalapak akan mendapatkan 10% management fee selama masa promosi yang berlaku hingga akhir bulan Desember 2016. Usai masa promosi management fee yang dikenakan oleh Bukalapak akan berubah menjadi 20%.

Fitur ini merupakan channel baru yang bisa dikembangkan Bukalapak untuk mendapatkan profit dari pelapak sekaligus membantu kegiatan pemasaran menjadi lebih masif.

Dari sisi layanan, BukaIklan Facebook di Bukalapak tidak jauh berbeda dengan Facebook Ads yang bisa digunakan secara umum, namun Bukalapak mengklaim perbedaan tersebut justru terdapat dalam targeting dari audience, yang selama ini telah dimiliki oleh Bukalapak dan Facebook. Bukalapak sendiri menargetkan 88 juta pengguna Facebook di Indonesia dari kerja sama ini.

Application Information Will Show Up Here

Kiat Bukalapak Tentukan Waktu yang Tepat untuk Monetisasi Bisnis

Mendulang untung merupakan suatu keniscayaan dalam menjalankan bisnis. Anda tidak bisa menafikan hanya karena bisnis startup baru berjalan, tidak boleh memikirkan keuntungan, makanya lebih terfokus untuk “bakar uang” demi memperoleh pertumbuhan yang signifikan.

Berangkat dari hal ini kemudian timbul pertanyaan. Saat baru menjalankan bisnis startup, bagaimana seharusnya orientasi pemikiran founder mengejar pertumbuhan dulu baru memikirkan untung, atau sebaliknya? CFO Bukalapak Fajrin Rasyid akan mencoba menjawab keresahan ini.

Menurutnya bisnis startup tidak jauh berbeda dengan bisnis pada umumnya. Pada akhirnya memang harus berorientasi pada untung. Meski pada tahap awal perusahaan memang belum menunjukkan tanda-tanda menghijau, tapi sebaiknya sedari awal Anda selaku founder sudah memikirkan bisnis bagaimana mengarahkan bisnis tersebut ke profit.

“Bisnis startup belum bisa memikirkan untung saat baru berdiri. Ada kesalahpahaman di sini, sebab bisnis apapun pada akhirnya harus memikirkan bagaimana mendapatkan keuntungan. Tidak masalah bila memilih untuk mengembangkan pertumbuhan bisnis, kemudian baru memikirkan monetisasi. Namun sejak awal Anda sudah harus tahu bisnis itu pada akhirnya harus mengarah ke profit,” terangnya saat mengisi sesi diskusi yang diadakan Tech In Asia, Rabu (16/11).

[Baca juga: Jadikan Bukalapak “Profitable” dan “Sustainable”, Komitmen COO Bukalapak Willix Halim]

Sama halnya di Bukalapak sambungnya, perusahaan marketplace ini lebih memilih untuk mengembangkan pertumbuhan bisnis terlebih dahulu sejak resmi beroperasi di 2010. Bukalapak mengubah kendali kemudi bisnis untuk mulai mendulang untuk per tahun ini.

Fajrin menerangkan, banyak hal yang membuat pihaknya mengubah kemudi bisnis. Pertama, dari tingkat uang subsidi yang diberikan oleh Bukalapak untuk setiap transaksi perlahan-lahan mulai menurun. Kedua, Bukalapak rutin menekan bujet pemasaran, lebih memilih jalur yang termurah. Ketiga, investor yang mulai banyak “cautious” dengan tingkat persaingan marketplace di tanah air.

“Investor kami mulai cautious, bila dua tahun lalu kami dapat funding pertanyaan dari mereka hanya sebatas bagaimana pertumbuhan GMV selama enam bulan terakhir. Kini pertanyaannya mulai bervariasi, salah satunya bagaimana pertumbuhan organik dari revenue dibandingkan tanpa ada subsidi,” ujar Fajrin.

Dari kondisi ini, akhirnya membuat pihak Bukalapak merasa mantap untuk mulai proses monetisasi. Malah sebenarnya, Fajrin mengaku sekitar tiga hingga empat tahun lalu Bukalapak sudah mulai peroleh revenue. “Kami sudah hampir [untung].”

Dia melanjutkan sebenarnya bukan hal yang salah untuk mengejar profit sejak awal tahun berdiri. Asalkan produk Anda memiliki banyak diferensiasi dengan kompetitor. Dan kompetitor tidak berusaha untuk mengejar ketertinggalannya. Maka sah-sah saja bila startup Anda mengubah orientasi bisnis jadi lebih ke arah profit.

Di luar itu, kata Fajrin, sebaiknya Anda menunda niatan tersebut untuk lebih mengarahkan ke pertumbuhan bisnis.

Buat produk yang punya efek viral dan menjaga loyalitas pengguna

Fajrin mencontohkan, Facebook menjadi aplikasi yang viral karena banyak orang yang membicarakan apapun hal yang terjadi di dalamnya. Apabila 80% teman Anda adalah pengguna Facebook, mereka akan memberi rekomendasi kepada Anda untuk juga mencobanya. Pada akhirnya Anda pun akan tergoda.

Hal ini juga terjadi di aplikasi marketplace, semakin banyak penjual yang menjual barang yang sama, maka akan terjadi perang banting harga. Kondisi tersebut, justru akan menarik banyak pembeli berdatangan dan memancing pembeli Bukalapak untuk menjadi Pelapak.

Bukalapak kini memiliki berbagai tim dari divisi yang berbeda untuk memastikan kualitas transaksi online berjalan aman dan cepat. Tools yang digunakan pun ada yang dibangun sendiri atau menggunakan dari third party untuk memantaunya.

Beberapa pencapaian Bukalapak yang diklaim berhasil dan harus terus dipantau adalah proses transaksi online yang cepat, pengiriman barang one-day delivery, dan rating aplikasi Bukalapak di Google Play merupakan tertinggi dibandingkan marketplace lainnya.

Marketplace
ini juga rajin membina komunitas Pelapak yang kini sudah tersebar di 50 kota di seluruh Indonesia. Seluruh upaya ini memiliki satu tujuan yakni ingin menjaga loyalitas dari pengguna Bukalapak.

Jadikan Bukalapak “Profitable” dan “Sustainable”, Komitmen COO Bukalapak Willix Halim

Strategi growth hacking sudah banyak digunakan startup asing hingga perusahaan teknologi secara global. Selain membantu pertumbuhan bisnis, growth hacking merupakan salah satu cara ampuh menekan biaya pemasaran dalam jumlah yang besar. Salah satu ahli growth hacking Indonesia yang sebelumnya telah memiliki pengalaman bekerja di luar negeri adalah Willix Halim. Ia kini telah sebulan menjabat sebagai Chief Operation Oficer (COO) Bukalapak.

Direkrutnya Willix oleh Bukalapak merupakan langkah strategis yang dilakukan untuk menumbuhkan bisnis melalui growth hacking. Di Indonesia sendiri Bukalapak merupakan marketplace yang memiliki potensi untuk menjadi dominan diantara kompetitor lainnya, ungkap Willix kepada DailySocial.

“Saya melihat saat ini sudah banyak [layanan] e-commerce dan marketplace di Indonesia, namun pada akhirnya hanya satu atau dua saja yang bisa bertahan dan mengalami growth yang stabil, dan saya lihat Bukalapak memiliki potensi ke arah sana,” katanya.

Tidak berbeda jauh dengan pengalamannya bekerja sebagai VP of Growth di Freelancer, role Willix di Bukalapak adalah untuk menumbuhkan mindset growth hacking di seluruh divisi Bukalapak. Mulai dari produk, customer service, manajemen dan bagian lainnya, semua harus fokus untuk bisa meningkatkan pertumbuhan melalui growth hacking.

“Memang agak sedikit radikal ketika hampir 90% anggota tim saya dulu di Freelancer fokus untuk menciptakan growth hacking yang baik dan cara tersebut terbilang sukses, karena dalam waktu 5 tahun Freelancer sudah bisa lebih unggul dibandingkan pesaing lainnya bahkan sudah IPO dan memiliki nilai valuasi yang fantastis,” kata Willix.

Bereksperimen dan mencoba channel baru

Pendekatan yang dilakukan Willix untuk Bukalapak adalah banyak melakukan percobaan dan eksperimentasi kepada produk berdasarkan data yang dimiliki. Kegiatan tersebut nantinya akan terlihat secara alami produk yang berfungsi dengan baik dan yang gagal.

“Pada umumnya semua perusahaan yang sejenis memiliki kendala yang serupa yaitu ide yang tidak terbatas namun tidak memiliki cukup resource. Tujuan saya memprioritas produk yang cepat nanti akan langsung terlihat impact seperti apa jauh sebelum produk dibuat,” kata Willix.

Prioritas lainnya yang menjadi pekerjaan rumah dari Willix dalam waktu satu bulan dirinya bekerja sebagai COO Bukalapak adalah fokus kepada fitur yang memiliki efek kecil namun berpotensi menghasilkan impact yang besar.

“Saat ini masih banyak prospek low-hanging fruit yang bisa digarap yaitu dengan melakukan quick wins dan A/B Testing yang lebih kecil. Untuk itu saya secara rutin melakukan dialog dengan product manager dan operation manager agar semua fokus harus mengutamakan pada growth,” kata Willix.

Kepiawaiannya sebagai master growth hacking akan dibuktikan di Bukalapak dengan menemukan celah baru untuk melakukan kegiatan growth hacking yaitu memanfaatkan channel-channel baru yang belum dilakukan oleh startup lainnya. Tidak hanya fokus kepada paid marketing yang kebanyakan digunakan oleh startup di Indonesia, namun juga memanfaatkan channel gratisan yang terbukti ampuh dan masih jarang digunakan.

“Saya melihat apa yang dilakukan oleh Facebook Marketing saat ini jauh berbeda dengan Facebook Marketing di awal, ketika harga masih murah dan peluang masih banyak. Hal tersebut menyebabkan kegiatan akuisisi user semakin sulit dan tentunya tidak profitable. Dengan alasan itulah saya akan mencari strategi baru untuk melakukan kegiatan marketing,” kata Willix.

Fokus lain yang sedang diproses oleh Willix dan tim adalah mengurangi waktu checkout pengguna agar tertarik untuk kembali lagi mengunjungi situs dan aplikasi Bukalapak, yang artinya adalah mengurangi waktu Call to Action (CTA)  atau Time to Perform.

“Ibaratnya seperti belanja ke toko dengan menghabiskan waktu sekitar 10 menit akan lebih baik lagi jika mampu mengurangi waktu menjadi 2 menit biasanya pengguna akan kembali lagi dan conversion rate akan lebih baik lagi,” kata Willix.

Strategi Bukalapak menghadapi persaingan dengan Amazon dan Alibaba

Disinggung tentang rencana Amazon dan Alibaba hadir di Asia Tenggara, Willix mengungkapkan tidak terlalu khawatir dengan kedatangan dua perusahaan raksasa tersebut. Keunggulan yang dimiliki Bukalapak sebagai layanan e-commerce lokal adalah pengetahuan lebih dari sisi consumer behavior hingga logistik yang sangat berbeda dengan perusahaan seperti Amazon dan Alibaba.

“Bagusnya [layanan] e-commerce lokal adalah kita memiliki pemahaman lebih yang tidak dimiliki oleh brand asing dalam hal ini adalah Amazon. Terutama dalam hal logistik tentunya akan menjadi berbeda antara Amazon di Amerika Serikat dan di Asia, dengan beragam masalah kemacetan yang dihadapi di tanah air.”

Willix juga melihat Amazon tidak akan 100% melancarkan penjualannya di Indonesia, karena perbedaan yang ada serta potensi yang ada di Indonesia.

“Saya melihat Amazon tidak akan 100% ke Indonesia mungkin hanya 5% saja konsentrasi Amazon di Indonesia, sementara Bukalapak fokusnya 100% di Indonesia dan mudah-mudahan Bukalapak bisa menjadi lebih baik dari mereka,” kata Willix.

Di tahun 2017 mendatang Willix memiliki komitmen untuk menjadikan Bukalapak berbeda dengan layanan e-commerce dan marketplace lainnya. Mulai dari layanan hingga produk, sesuai dengan target membuat Bukalapak mencapai tahap profitable dan sustainable growth. Bukalapak akhir-akhir ini menjadi sorotan media karena isu burn rate yang dianggap terlalu tinggi sehingga mendatangkan kerugian perusahaan yang cukup besar.

“Saya harapkan Bukalapak bisa tampil beda dari [layanan] e-commerce lainnya in a good way, yaitu agar produk bisa lebih advanced dan membedakan produk Bukalapak dengan lainnya. Dan mereka mengunjungi Bukalapak bukan karena diskon namun karena produknya bagus,” kata Willix.

Application Information Will Show Up Here

Upaya Bank Mandiri Mengejar Geliat Fintech

Perkembangan teknologi finansial (fintech) yang masif pada akhirnya membuat korporasi yang telah mapan sebelumnya harus mampu mengadaptasi kemajuan tersebut. Seperti halnya yang dilakukan oleh Bank Mandiri, guna mendekatkan dengan para pemain fintech, pihaknya berniat untuk menyuntikkan pendanaan kepada tiga startup fintech pada akhir tahun ini. Tak hanya itu, Bank Mandiri juga akan menggelontorkan dana segar senilai Rp 150 miliar ke anak usaha modal venturanya, yakni Mandiri Capital Investasi (MCI) pada tahun depan. Sehingga, dana kelolaan MCI bakal mencapai Rp500 miliar.

Kartika Wirjoatmodjo selaku Direktur Utama Bank Mandiri mengatakan bahwa pergerakan fintech yang sangat terasa di Bank Mandiri. Hal ini terlihat dari pergeseran transaksi perbankan, sebelum tahun 2000-an kebanyakan nasabah melakukan transaksi di kantor cabang. Kemudian, pada awal tahun 2000 mulai banyak yang beralih ke ATM, dan terakhir di 2015 banyak nasabah bank yang menggunakan transaksi mobile.

“Pergeseran transaksi nasabah yang kini sudah mulai digital. Pada akhirnya membuat bank mulai fokus mengembangkan teknologi digital. Baru-baru ini kami mulai masif gerakkan banyak kerja sama dengan perusahaan teknologi seperti Grab dan Line untuk meningkatkan penggunaan transaksi uang elektronik,” ujarnya saat membuka acara Finspire, Rabu (9/11).

Direktur Keuangan dan Treasury Bank Mandiri Pahala Mansyuri menambahkan perusahaan melihat bahwa untuk bisa berkembang di digital tidak bisa dilakukan secara sendiri-sendiri. Menurutnya perlu adanya kolaborasi antara bank dengan pelaku startup fintech.

Dalam peta jalan perusahaan, sampai akhir tahun ini akan menambah tiga perusahaan fintech baru dalam portofolio. Ketiga perusahaan tersebut bergerak untuk solusi alat pembayaran dan usaha kecil menengah (UKM). Adapun suntikan modal tahap awal untuk ketiga perusahaan ini masing-masing akan mendapat dana sekitar Rp 5 – 10 miliar.

“Dalam pipeline kami sampai akhir tahun ini bakal ada tiga penambahan startup fintech yang akan kami suntik lewat MCI, sekarang sudah di tahap due diligence,” ujar Pahala.

Eddi Danusaputro, Direktur MCI mengatakan MCI sebelumnya sudah menyuntikkan investasi tambahan untuk dua startup yang sejak awal sudah berada di bawahnya, yakni PT Mitra Transaksi Indonesia sebuah perusahaan patungan yang fokus ke penyediaan mesin EDC (electronic data capture) dan PT Digital Artha Media yang mengelola bisnis E-cash.

Bila ditotal, kini kedua perusahaan tersebut sudah mendapat suntikan modal sebesar 250 miliar Rupiah dari MCI.

Eddi melanjutkan, MCI memiliki preferensi tersendiri saat hendak berinvestasi di perusahaan fintech. Pihaknya mengaku konservatif, lebih menyukai perusahaan yang sudah berdiri paling tidak satu hingga dua tahun lamanya dan memiliki bisnis yang matang.

“Agak riskan kalau mau berinvestasi di startup fintech yang baru berumur bulanan. Kami memang agak berbeda dibanding venture capital lainnya.”

Hal ini juga terlihat dari pemilihan 10 finalis Finspire, secara rata-rata mereka adalah perusahaan yang sudah matang dari segi umur dan bisnisnya. Salah satu di antaranya adalah Taralite.

Eddi menjelaskan, juara 1 kompetisi Finspire akan mendapatkan uang tunai sebesar Rp 125 miliar dan juara 2 Rp 75 miliar. Para pemenang juga mendapatkan golden tiket untuk mengikuti program inkubator selama 6 bulan untuk mengembangkan bisnis. Melalui program inkubator, pemenang akan mendapatkan free co-working space, potential investment dan sinergi dengan Mandiri Group.

Resmikan kerja sama dengan Bukalapak

Pada hari yang sama, Bank Mandiri juga meresmikan kerja sama dengan Bukalapak untuk kemudahan transaksi perdagangan untuk Mandiri Clickpay dan E-cash di dalam marketplace tersebut. Dalam waktu dekat, para Pelapak juga akan mendapat fasilitas pembiayaan berupa pinjaman yang dapat membantu mereka dalam mengelola cash flow bisnisnya.

“Kerja sama ini sangat baik dalam mendorong pertumbuhan industri e-commerce di Indonesia karena Bukalapak merupakan salah satu marketplace terbesar. Langkah ini juga sejalan dengan keinginan kami untuk memajukan UKM melalui pengembangan bisnis lewat e-commerce,” ujar Pahala.

Achmad Zaky, Founder dan CEO Bukalapak menambahkan kerja sama ini diharapkan dapat membuat Pelapak dan pembeli semakin terbiasa dengan pemanfaatan digital, baik melalui aplikasi Bukalapak maupun pembayaran dengan Mandiri Clickpay dan E-cash.

Hingga September 2016 pengguna aktif E-cash mencapai 1,7 juta pengguna atau naik 297% dibandingkan posisi yang sama di tahun lalu. Volume transaksi Mandiri E-cash hingga September naik lebih dari 200%. Adapun jumlah merchant yang dapat menerima transaksi E-cash lebih dari 110 merchant online dan lebih dari 50 ribu toko ritel.

Dari sisi Bukalapak, penggunanya kini mencapai 9 juta pengguna dengan lebih dari 70 juta produk dan lebih dari satu juta UKM yang tergabung.