Cakap Umumkan Pendanaan Seri C, Klaim Telah Berstatus Centaur

Startup edtech Cakap mengumumkan telah merampungkan pendanaan segar dalam putaran seri C1 dari MDI Ventures dan Heritas Capital. Meski tidak disebutkan nominal dananya, disebutkan Cakap telah memiliki valuasi lebih dari tiga digit dan masuk ke jajaran startup dengan status centaur (valuasi antara $100 juta-$1 miliar, satu tahap di bawah unicorn).

Kedua VC ini investor existing Cakap, sebelumnya mereka memimpin putaran seri B yang telah rampung pada 2021 senilai $10 juta.

Dana yang diraih ini rencananya akan digunakan untuk pengembangan bisnis menuju blended learning (offline dan online). Perusahaan akan memperkuat performa unit bisnisnya di tiga pilar, yakni bahasa, upskill, maupun bisnis.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (12/4), Co-founder dan CEO Cakap Tomy Yunus menyampaikan perilaku dan cara belajar masyarakat yang dinamis, memicu pihaknya untuk adaptif memberikan solusi pembelajaran yang lebih relevan di masa pasca-pandemi dan ke depannya.

“Cakap berharap dapat menjembatani permintaan pasar dengan sistem pembelajaran bauran/blended learning. Dengan lebih banyak opsi seperti blended learning, masyarakat akan dimudahkan dalam memilih cara belajar yang disesuaikan dengan minat serta kebutuhan masing-masing,” jelas Tomy.

CEO MDI Ventures Donald Wiharja turut memberikan tanggapannya. Dia mengharapkan, pendanaan terbaru ini dapat semakin memperkuat sinergi antara Telkom Group secara keseluruhan dan MDI secara khusus, dengan Cakap yang selama ini sudah terjalin baik. Dicontohkan, pada kuartal awal tahun ini, Cakap bersama dengan provider komunikasi Telkomcel dari Timor Leste, telah memperluas pembelajaran ke wilayah negara tersebut.

“Sehingga kami berharap, pendanaan terbaru tidak hanya memperkuat Cakap secara bisnis, namun juga menghasilkan impact sosial yang positif terhadap pendidikan di Indonesia,” ujarnya.

Sementara itu, CEO & Direktur Eksekutif Heritas Capital Chik Wai Chiew menyampaikan, “Sebagai platform upskilling, Cakap telah menunjukkan catatan yang baik dari sisi operasional dan keuangan yang menonjol di Indonesia. Kami menantikan implementasi yang kuat dari Cakap dalam memperluas solusi edtech-nya dan mempercepat akses terhadap pembelajaran dan pendidikan yang berkualitas serta terjangkau, bagi bangsa Indonesia maupun lebih luas lagi.”

Tomy melanjutkan, seiring peningkatan status menjadi centaur, perusahaan melakukan restrukturisasi internal organisasi. Menunjuk Jonathan Dharmasoeka sebagai Chief Financial Officer (CFO) dan Cecilia Ong sebagai Chief Operating Officer (COO). Sebelumnya, Jonathan menjabat sebagai Chief of Business Officer, sementara Cecilia sebagai VP of CEO Office.

Meski Tomy tidak merinci pencapaian Cakap terkini, diklaim telah meraih EBITDA positif dalam tiga tahun berturut-turut dan beroperasi dengan efisien sehingga tidak melakukan downsizing. Total pengguna Cakap disebutkan telah mencapai tiga juta orang.

Berikut pencapaian bisnis perusahaan:

  • Tiga tahun berturut-turut membukukan laba dengan margin EBITDA positif
  • Pendapatan tumbuh 10x lipat sepanjang 2020-2022;
  • Memiliki lebih dari tiga juta pengguna, dari kalangan usia produktif 20-39 tahun tersebar di 96 dari total 98 kota di Indonesia;
  • Kontributor pendapatan perusahaan: Bahasa menyumbang 50%, kemudian sisanya Upskill dan Bisnis;
  • Memiliki lebih dari 1.800 pengajar datang dari Indonesia, serta negara-negara di Asia Pasifik dan Eropa;
  • Menjalin lebih dari 600 kemitraan dengan institusi pendidikan, perusahaan, instansi pemerintahan, hingga yayasan. Salah satunya, kerja sama dengan provider Telkomcel asal Timor-Leste untuk penyediaan program pembelajaran dari Bahasa Portugis hingga keterampilan di luar bahasa.
Application Information Will Show Up Here

Sejumlah Investor Baru Masuk di Pendanaan Seri A VIDA, Kini Bukukan 738 Miliar Rupiah (UPDATE)

*Update: Ada penambahan investor di putaran ini, yakni Orion Advisors dengan dana segar $2,5 juta.

Pendanaan seri A VIDA masih berlangsung, setelah sebelumnya kumpulkan dana $41,2 juta dari Alpha JWC Ventures, Endeavor Catalyst, dan sejumlah lainnya; kini beberapa investor baru meliputi SEA Frontier Fund, YTL Utilities Finance, dan Olympus Capital turut menambahkan investasi dalam putaran tersebut senilai $6,8 juta atau 98 miliar Rupiah.

Dengan demikian, menurut data yang telah diinput ke regulator, dari putaran teranyar tersebut VIDA berhasil mengumpulkan dana segar $50,5 juta atau sekitar 691 miliar Rupiah.

Ketika dihubungi DailySocial.id, pihak terkait masih enggan memberikan komentar terkait adanya putaran pendanaan ini.

Masih dari sumber yang sama, total dana investasi keseluruhan yang telah dihimpun VIDA mencapai hampir $60 juta, mendongkrak valuasi VIDA mendekati $300 juta. Ini sekaligus menjadi pendanaan terbesar yang pernah didapatkan oleh startup digital signature di Indonesia.

Startup sejenis lain yang terakhir membukukan pendanaan seri B adalah Privy. Invetasi yang dipimpin GGV Capital tersebut membawa dana segar 240 miliar Rupiah. Dari data yang kami himpun, dari semua putaran pendanaannya, Privy berhasil mengumpulkan dana ekuitas sekitar hampir $24 juta.

Momentum layanan tanda tangan digital

VIDA, Privy, TekenAja, hingga Digisign tengah merebutkan potensi pasar yang besar dari produk tanda tangan digital/elektronik. Menurut Fortune Business Insight, ukuran pasar untuk layanan tanda tangan digital telah mencapai $3 miliar pada 2021. Tahun ini diperkirakan akan meningkat menjadi $4,05 miliar dan bertumbuh hingga $35,03 miliar pada 2029 dengan CAGR 36,1%.

Sementara di Indonesia, menurut analisis DocuSign, total addressable market masih terbuka sangat luas. Potensinya bisa mencapai $25 triliun.

Hal ini dikarenakan use case penggunaan yang semakin luas. Terlebih sektor krusial seperti perbankan juga sudah mengadopsi untuk mendukung layanan perbankan online-nya. Selain itu, layanan terkait juga sudah mendapatkan perhatian dari regulator, misalnya untuk produk tanda tangan digital masuk ke PSrE di Kominfo dan e-KYC masuk di regulatory sandbox OJK.

Application Information Will Show Up Here

Masih Berkondisi “Stealth”, Honest Bank Dikabarkan Telah Bervaluasi Centaur

Masih dalam mode “stealth”, startup digitalopen banking Honest Bank dikabarkan telah mencapai valuasi sekitar $200 juta. Hal ini ditopang dengan pendanaan yang terus mengalir.

Menurut data yang disetor ke regulator, terakhir pada April 2022 ini sejumlah investor turut menambah pundi-pundi modal lebih dari $10,4 juta, di antaranya XYZ Capital, Digital Horizon, Alumni Ventures, dan sejumlah nama lainnya.

Sebelumnya, di tahap seed Honest Bank mendapatkan dukungan dalam XYZ Capital dan Village Global senilai hampir $3 juta. Kemudian dilanjutkan pendanaan seri A senilai hampir $23 juta dari Insignia, Global Founder Capital, Alpha JWC Ventures, dan beberapa lainnya. Jika ditotal dana ekuitas yang berhasil dibukukan sejauh ini hampir $37 juta.

Sementara itu, sampai saat ini produk atau layanan Honest Bank masih belum diluncurkan ke publik. Namun diketahui, perusahaan berbasis di Singapura itu memiliki misi untuk menawarkan platform keuangan yang bisa memberikan akses layanan perbankan yang adil kepada masyarakat di Asia Tenggara.

Startup ini mulai diinisiasi sejak 2019 oleh Peter Panas dan Will Ongkowidjaja. Will sendiri adalah salah satu Founding Partner dari Alpha JWC Ventures.

Indonesia jadi prioritas pasar

Awal tahun ini, Honest Bank mengakuisisi mayoritas saham (71,2%) dari PT Sahabat Finansial Keluarga (SFK). SFK adalah perusahaan pembiayaan yang dimiliki PT Bank Permata Tbk.

Berdasarkan keterbukaan di BEI, nilai akuisisi ini 241 miliar Rupiah. Disampaikan oleh Direktur Bank Permata Chalit Tayjasanant, akuisisi diharapkan bisa memperkuat lini pembiayaan konsumen dan produk keuangan inovatif SFK.

Selain terkait akuisisi SFK, sinyal rencana menjadikan Indonesia sebagai pasar debut mereka, saat ini perusahaan tengah melakukan perekrutan sejumlah posisi untuk ditempatkan di Jakarta.

Selain Indonesia, Thailand juga menjadi target awal yang sepertinya akan disinggahi Honest Bank.

VIDA Dikabarkan Mendapat Pendanaan 591 Miliar Rupiah, Masuk Kategori Centaur

Startup pengembang layanan tanda tangan digital VIDA dikabarkan telah mendapatkan pendanaan seri A senilai $41,2 juta atau setara dengan 591,4 miliar Rupiah. Alpha JWC Ventures, Endeavor Catalyst, Ferro Investments, dan sejumlah lainnya terlibat dalam putaran ini.

Terkait kabar ini, DailySocial.id sudah mencoba meminta keterangan pihak terkait. Namun sampai berita ini diterbitkan, belum ada komentar.

Menurut data yang telah diinputkan ke regulator, total dana investasi keseluruhan yang telah dihimpun VIDA mencapai $51 juta. Membawa valuasi perusahaan sekitar $260 juta, sekaligus mengokohkan mereka masuk ke jajaran centaur.

VIDA didirikan sejak 2018 oleh Niki Luhur, Sati Rasuanto, dan Gajendran Kandasamy. Saat ini mereka memiliki 3 layanan utama, meliputi VIDA Verify (layanan verifikasi identitas), VIDA Sign (layanan tanda tangan elektronik), dan VIDA Pass (sistem autentikasi dan otorisasi). VIDA juga telah menjadi penyelenggara sertifikasi elektronik (PSrE) yang terdaftar di Kemkominfo.

Selain Kominfo, di Indonesia untuk platform seperti yang disediakan VIDA turut bernaung dalam beleid yang dikeluarkan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan — kendati saat ini masih di tahapan regulatory sandbox.

Perkembangan bisnis VIDA

Selain telah mendapatkan perizinan dari regulator di Indonesia, VIDA juga telah melakukan sejumlah aksi strategis untuk mendukung layanannya. Termasuk kemitraan dengan Ditjen Dukcapil hingga mendapatkan sertifikasi ISO 27001 untuk stardardisasi manajemen keamanan informasi.

VIDA juga telah mendapatkan akreditasi internasional, seperti dari WebTrust, menjadi anggota Cloud Signature Consortium, dan terdaftar dalam anggota Adobe Approved Trust List. Dengan kehadirannya di lanskap internasional, VIDA Sign kini sudah dikenali pengguna di 40 negara.

Terbaru, awal tahun ini VIDA mengumumkan kerja sama strategis dengan DocuSign. Kemitraan ini memberikan pilihan bagi pengguna tanda tangan elektronik DocuSign di Indonesia untuk menandatangani dokumen dengan verifikasi identitas online yang aman dan berkekuatan hukum, didukung platform yang dimiliki VIDA.

Kompetisi pasar

Menurut laporan Fortune Business Insight, ukuran pasar untuk layanan tanda tangan digital telah mencapai $3 miliar pada 2021. Tahun ini diperkirakan akan meningkat menjadi $4,05 miliar dan bertumbuh hingga $35,03 miliar pada 2029 dengan CAGR 36,1%. Sementara di Indonesia, menurut DocuSign total addressable market masih terbuka sangat luas. Potensinya bisa mencapai $25 triliun.

Di Indonesia sendiri selain VIDA juga sudah terdapat beberapa pemain lainnya yang sudah terdaftar di regulator, di antaranya Privy, TekanAja, dan Digisign.

Dengan use case yang semakin luas, khususnya di sektor konsumer digital seperti fintech, e-commerce, dan lain-lain, diyakini solusi terkait tanda tangan digital akan bisa diadopsi secara luas. Terlebih Covid-19 membawa tren digitalisasi di berbagai lini industri, yang juga mendorong pemberkasan administrasi turut dilakukan secara digital.

Application Information Will Show Up Here

NOICE Umumkan Pendanaan Seri A 316 Miliar Rupiah Dipimpin Northstar

Hari ini (22/4), NOICE mengumumkan perolehan pendanaan seri A senilai $22 juta atau setara 316 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh Northstar dan diikuti oleh para investor sebelumnya, yaitu Alpha JWC, Go-Ventures, dan Kinesys. Capaian ini akan mendukung ambisi perusahaan menjadi platform audio terbesar di Indonesia melalui percepatan akuisisi konten serta pengembangan platform teknologi audio kreator.

Sebelumnya NOICE telah menutup putaran pendanaan pra-seri A yang dipimpin oleh Alpha JWC Ventures dan Go-Ventures pada 2021 lalu. Belum lama ini, perusahaan juga mendapat dukungan investasi strategis dari RANS Entertainment milik Raffi Ahmad dan Nagita Slavina.

Menurut dari total perolehan yang ada, diperkirakan valuasi NOICE telah mencapai setingkat Centaur (di atas $100 juta).

Dirancang semula sebagai platform radio streaming, NOICE mulai memperlebar segmen layanannya dengan merambah pada konten audio on-demand. NOICE berdiri di bawah naungan PT Mahaka Radio Digital pada 2018 yang merupakan perusahaan patungan milik PT Mahaka Radio Integra Tbk (IDX: MARI) dan PT Quatro Kreasi Indonesia. Adapun Quatro adalah hasil konsorsium perusahaan rekaman di Indonesia, antara lain Musica, Aquarius, My Music, dan Trinity.

Dalam persaingan dengan pemain lokal dan global di industri platform audio streaming, NOICE mengedepankan strategi hyperlocal sebagai bagian dari hipotesis perusahaan yang ingin menjadi rumah konten audio di Indonesia. Sebelumnya, perusahaan juga telah mengenalkan NOICE Live, fitur social networking dalam format audio yang memungkinkan interaksi real-time antara kreator, pendengar, musisi, fans, hingga expert.

“Investasi ini akan kami gunakan untuk mengembangkan komunitas kreator, platform teknologi, dan memperluas cakupan konten audio series untuk menghadirkan cerita-cerita terbaik Indonesia dari komunitas penulis lokal dan mengadaptasinya ke dalam format audio. Kami telah menguji coba format baru ini dan melihat hasil interaksi dan retensi yang sangat menjanjikan. Ini benar-benar ruang baru yang menarik untuk dijelajahi dan memiliki banyak sekali potensi,” ujar CEO NOICE Rado Ardian.

Meluncurkan Noicemaker Studio

Prospek industri konten di Indonesia kian populer dengan semakin menjamurnya kreator yang menciptakan ragam karya melalui berbagai platform. Di tengah pandemi Covid-19, saat banyak sektor usaha turun, ekonomi kreatif melalui kreator konten justru menjadi peluang bagi generasi muda untuk terus berkarya.

Hal ini dilihat sebagai peluang oleh NOICE, perusahaan rintisan teknologi asal Indonesia yang berfokus untuk menghadirkan platform konten audio terlengkap. Dirancang semula sebagai platform radio streaming, NOICE mulai memperlebar segmen layanannya dengan merambah pada konten audio on-demand.

NOICE resmi menghadirkan “Noicemaker Studio”, sebuah ruang digital tanpa batas bagi para kreator untuk dapat mengoptimalkan karya mereka di industri konten audio tanah air. Melalui kanal ini, semua konten kreator dari seluruh daerah di Indonesia dapat menghadirkan karya mereka, khususnya podcast, ke dalam aplikasi NOICE dan menjangkau audiens secara lebih luas melalui jaringan ekosistem perusahaan.

Rado menjelaskan bahwa Noicemaker Studio memungkinkan para konten kreator (Noicemaker) memasukkan konten podcast mereka ke aplikasi NOICE dengan mudah, serta memiliki akses langsung ke dasbor akun kreator NOICE untuk melihat performa karya mereka secara detail. Hal ini secara langsung akan memudahkan mereka untuk mendapatkan berbagai insight menarik yang tentunya akan mendorong kualitas karya mereka ke depan.”

Platform Noicemaker Studio dapat diakses oleh semua kreator tanpa terkecuali. Akan dilakukan screening berkala setiap minggunya untuk memonitor kualitas konten podcast. Selain itu, untuk melindungi sekaligus memastikan kualitas konten tetap terjaga, NOICE juga menghadirkan fitur report bagi pengguna untuk melaporkan jika ada konten yang dirasa vulgar atau tidak layak tayang.

Untuk mulai menggunakan platform ini, kreator dapat mengakses Noicemaker Studio melalui halaman website dan mendapatkan akses untuk menghadirkan konten mereka di NOICE dengan cara memasukkan tautan RSS podcast mereka ke halaman website tersebut. Selain para kreator baru, Noicemaker Studio juga dapat dimanfaatkan oleh para kreator terdaftar untuk melihat performa dari berbagai konten yang mereka hadirkan.

Co-founder & CBO NOICE Niken Sasmaya mengungkapkan “Noicemaker Studio merupakan langkah awal yang kami hadirkan untuk mengembangkan potensi konten kreator yang bergabung dan tumbuh di dalam ekosistem NOICE. Noicemaker Studio sendiri merupakan bagian dari Noicemaker Club Program (NCP), sebuah program terintegrasi yang dihadirkan NOICE untuk mendukung para konten kreator untuk tumbuh dan berkembang seiring dengan kesuksesan performa konten mereka.”

Program ini diharapkan bisa melampaui segala batasan bagi para kreator untuk memperkenalkan dan mempopulerkan karya mereka ke masyarakat secara luas. “Siapapun bisa jadi konten kreator dan podcaster. Dengan hampir 2 juta pendengar NOICE yang terus bertumbuh, kami yakin hal ini akan sangat membantu dalam mewujudkan komitmen NOICE untuk memajukan industri konten audio di tanah air, sejalan dengan posisi kami saat ini sebagai produsen IP (intellectual property) konten audio terbesar di Indonesia ,” ungkap Niken.

Application Information Will Show Up Here

Waresix Reportedly Secures Additional 718 Billion Rupiah in Series B Funding

The logistics startup, Waresix, is ​​reportedly received additional series B funding. Several investors are participated, including Tiger Global, Temasek, and East Ventures. Based on the regulator’s data, the funding average has reached $50 million or the equivalent of 718.4 billion Rupiah.

This achievement boosted the company’s valuation to $420 million, bringing Waresix as one of the most valuable logistics technology platform providers in Indonesia. Previously the company has secured $100 million series B funding from a number of investors, including East Ventures, Jungle Ventures, SoftBank Ventures Asia, EMTEK, Pavilion Capital, and Redbadge Pacific. Within less than a year, MDI Ventures also joined the series B funding.

Waresix currently provides logistics technology for two main solutions, related to transportation and warehouse management. In terms of transportation, the company has developed a Transportation Management System platform, making it easier for businesses to manage delivery assignments, real time monitoring, driver administration, and reporting.

In terms of warehouse solutions, the company allows businesses to find warehouse services — and allow warehouse owners to efficiently sell the available space. By 2020, Waresix already acquired 30 thousand trucks connected to the platform and 300 warehouse operators in various cities.

There’s also business expansion, one of which is to enter first-mile and mid-mile logistics services that have not been accommodated. In 2020, Waresix acquired Trukita, which is known as a marketplace portal to help users find offers for freight and trucking services for delivery.

It is expected that through this corporate action, Waresix aims to accommodate all aspects of the supply chain through a technology approach, including truck management, warehousing, multi-modal transportation, and vendor management.

All services provided by Waresix are becoming relevant in Indonesia. The fact that this is an archipelagic country has resulted in the logistics cost, one of the highest in Asia, even contributing to a quarter of Indonesia’s gross domestic product which reaches $1 trillion.

Indonesia’s position in the 2018 Logistics Competitiveness Index released by the World Bank continues to arise. However, Indonesia’s ratio of logistics costs to GDP still reaches 24%, lagging behind Thailand and Malaysia. This creates a potential of $240 billion in the logistics sector in Indonesia. High logistics costs not only weaken the competitiveness of the industry, but also increase the cost of doing business for SMEs in Indonesia.

With a variety of unique solutions, many local startups are trying their luck in the logistics world. Some of their business models are well-validated and gain investor support, including:


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Waresix Dikabarkan Mendapat Pendanaan Tambahan Seri B 718 Miliar Rupiah

Startup logistik Waresix dikabarkan mendapatkan pendanaan tambahan untuk putaran seri B. Sejumlah investor yang tergabung di antaranya Tiger Global, Temasek, dan East Ventures. Menurut data yang sudah disetorkan ke regulator, kisaran dana yang didapatkan mencapai $50 juta atau setara 718,4 miliar Rupiah.

Capaian ini melambungkan valuasi perusahaan di angka $420 juta, memboyong Waresix sebagai salah satu penyedia platform teknologi logistik paling bernilai di Indonesia. Sebelumnya mereka membukukan pendanaan seri B senilai $100 juta dari sejumlah investor, termasuk East Ventures, Jungle Ventures, SoftBank Ventures Asia, EMTEK, Pavilion Capital, dan Redbadge Pacific. Berselang kurang dari satu tahun, MDI Ventures juga turut masuk ke pendanaan seri B tersebut.

Saat ini Waresix menyediakan teknologi logistik untuk dua solusi utama, yakni terkait manajemen transportasi dan warehouse. Di sektor transportasi, mereka mengembangkan platform Transportation Management System, memudahkan bisnis untuk mengelola penugasan pengantaran barang, pemantauan real time, administrasi pengemudi, hingga pelaporan.

Sementara untuk solusi warehouse, mereka memungkinkan bisnis untuk menemukan layanan gudang — dan memungkinkan pemilik gudang untuk menjual ruang yang mereka miliki secara efisien. Di tahun 2020, Waresix telah memiliki 30 ribu armada truk yang terhubung di platform dan 300 operator gudang di berbagai kota.

Perluasan bisnis juga direncanakan, salah satunya untuk masuk ke layanan logistik first-mile dan mid-mile yang belum terakomodasi. Tahun 2020 lalu, Waresix mengakuisisi Trukita yang dikenal sebagai portal marketplace untuk membantu pengguna menemukan penawaran jasa angkut barang dan truk untuk pengiriman.

Harapannya melalui aksi perusahaan ini, Waresix ingin mengakomodasi semua aspek di rantai pasokan melalui pendekatan teknologi, termasuk manajemen truk, pergudangan, transportasi multi-moda, dan manajemen vendor.

Layanan seperti yang disediakan Waresix menjadi relevan di Indonesia. Kondisi yang berbentuk negara kepulauan membuat biaya logistik di menjadi salah satu yang tertinggi di Asia, bahkan berkontribusi terhadap seperempat dari produk domestik bruto Indonesia yang mencapai $1 triliun.

Posisi Indonesia dalam Indeks Daya Saing Logistik 2018 yang dirilis Bank Dunia memang terus membaik. Namun, rasio biaya logistik terhadap PDB Indonesia masih mencapai 24%, tertinggal dari Thailand dan Malaysia. Kondisi tersebut menciptakan potensi senilai $240 miliar dalam sektor logistik di Indonesia. Biaya logistik yang tinggi tidak hanya melemahkan daya saing industri, tetapi juga meningkatkan cost of doing business bagi pelaku UKM di Indonesia.

Dengan berbagai solusi yang unik, banyak startup lokal yang mencoba peruntungan di dunia logistik. Beberapa model bisnis mereka tervalidasi baik dan mendapatkan dukungan investor, di antaranya:

Hangry Dikabarkan Galang Pendanaan Lanjutan 205 Miliar Rupiah

Startup kuliner multi-brand sekaligus brand aggregator Hangry dikabarkan tengah merampungkan putaran pendanaan terbarunya. Dari data yang telah diinputkan ke regulator, saat ini nilai putaran ekuitas yang telah terkumpul mencapai $14,25 juta atau sekitar 205 miliar Rupiah.

Digabungkan dengan putaran pendanaan awal dan seri A yang didapat tahun lalu, saat ini diperkirakan valuasi perusahaan mendekati $150 juta, mengokohkan pada status “centaur”.

Sejumlah pemodal ventura dan angel investor berpartisipasi dalam investasi tersebut, termasuk Alpha JWC Ventures dan Orzon Ventures. Kami sudah mencoba meminta pernyataan ke eksekutif perusahaan. Namun sampai berita ini diterbitkan belum ada respons yang diberikan.

Perluas model bisnis dan ekspansi

Sejak didirikan tahun 2019, kini Hangry telah mengoperasikan 74 outlet yang terbesar di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, dan Semarang. Hingga 2021, disampaikan juga mereka telah menjual 10 juta porsi makanan dan minuman.

Perluasan yang cukup kencang tersebut didukung model bisnis ala cloud kitchen yang diadopsi. Hal ini dilandasi model operasional Hangry mengutamakan pesanan via aplikasi food delivery — kendati beberapa waktu terakhir mereka juga mulai menyediakan opsi dine-in.

Selain mengembangkan brand makanan sendiri, tahun ini Hangry juga memulai strategi brand aggregator. Mereka akan mengakuisisi penuh brand kuliner yang dianggap potensial masuk ke ekosistem produknya. Pekan lalu, Hangry mengumumkan akuisisinya atas Accha, sebuah brand makanan khas India yang beroperasi di Jakarta.

Masuknya Accha akan melengkapi varian produk yang telah dimiliki Hangry, seperti Moon Chicken, San Gyu, Kopi Dari Pada, dan Ayam Koplo. Kendati demikian, Co-Founder & CEO Abraham Viktor memastikan bahwa pembuatan brand baru secara mandiri akan terus dilakukan, seiring dengan strategi akuisisi yang akan mulai digencarkan.

Selain itu turut dikatakan, strategi brand aggregator juga diyakini bisa mendekatkan Hangry dengan cita-citanya untuk melayani pasar global, sehingga tidak menutup kemungkinan ke depan juga akan ada brand makanan di luar Indonesia yang akan diakuisisi dan dimasukkan ke dalam ekosistemnya.

Application Information Will Show Up Here

Sayurbox Umumkan Pendanaan Seri C Senilai 1,7 Triliun Rupiah

Sayurbox mengumumkan telah mendapatkan pendanaan seri C senilai $120 juta atau setara 1,7 triliun Rupiah. Putaran investasi ini dipimpin oleh Northstar dan Alpha JWC Ventures, dengan partisipasi dari International Finance Corporation (IFC). Investor sebelumnya turut terlibat, di antaranya Astra, Syngenta Group Ventures, Global Brain, dan beberapa investor lainnya.

Pendanaan seri C ini didapat kurang dari setahun setelah pendanaan Seri B senilai $15 juta yang dipimpin oleh Astra. Perolehan tersebut makin mengokohkan perusahaan di jajaran centaur lokal dengan estimasi valuasi sekitar $200 juta-$400 juta.

Dana segar yang didapat akan digunakan untuk mempercepat penetrasi layanan Sayurbox di kota-kota baru seperti Bandung dan beberapa kota lainnya, serta memperluas rantai pasokan end-to-end Sayurbox secara nasional.

Sayurbox mengatakan telah mengalami pertumbuhan eksponensial melalui penambahan produk, ekspansi cakupan wilayah dari Jabodetabek ke Surabaya dan Bali, serta membangun jaringan gudang mikro untuk layanan cepat (quick commerce) Sayurbox dan SayurKilat.

“Sayurbox didirikan dengan misi sosial untuk memberikan akses pasar kepada petani lokal melalui digitalisasi rantai pasok pertanian Indonesia. Sistem dan ekosistem yang kami kembangkan memungkinkan kami untuk memiliki visibilitas penuh dari seluruh rantai pasokan pertanian, memberikan pengalaman terbaik bagi pelanggan dalam hal pilihan produk, kesegaran, harga, dan pengiriman tepat waktu,” ujar Co-Founder & CEO Sayurbox Amanda Susanti.

Didirikan pada tahun 2017, Sayurbox kini menyediakan lebih dari 5.000 produk hasil pertanian, daging dan ikan, serta makanan jadi, dengan cakupan pengantaran di Jabodetabek, Surabaya, dan Bali. Sayurbox saat ini melayani sekitar 1 juta pelanggan serta bekerja sama dengan lebih dari 10.000 petani di seluruh Indonesia.

Online grocery di Indonesia

Sayurbox juga telah memulai model bisnis quick commerce / Sayurbox

Layanan online grocery menjadi salah satu model bisnis yang berkembang pesat selama pandemi. Mobilitas masyarakat yang terbatas membuat mereka mencari alternatif untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari. Namun demikian, untuk memenangkan pangsa pasar online grocery bukan perkara mudah. Tantangannya mulai dari penyediaan infrastruktur, sistem rantai pasok, sampai dengan persaingan yang semakin ketat – baik dengan para pendatang baru maupun raksasa ritel sebelumnya.

“Berkembang di sektor online grocery bukanlah sesuatu yang mudah, mengingat risiko besar operasional dan logistik, serta perbedaan perilaku konsumen yang beragam. Namun, Sayurbox telah menemukan kunci dan solusi mengatasi tantangan ini dan berhasil berkembang pesat serta berkelanjutan. Sayurbox kini telah menjadi perusahaan berkelas dunia, tak kalah dengan startup-startup online grocery unggul lainnya di dunia, dengan operasional yang memungkinkan mereka mengantarkan produk segar dari petani ke konsumen hanya dalam 12 jam,” ujar Partner Alpha JWC Ventures Eko Kurniadi.

Sepanjang tahun 2022 ini, industri online grocrey di Indonesia memang menjadi lebih menarik untuk diperhatikan. Januari lalu, Kedai Sayur baru umumkan dana segar 50 miliar Rupiah dan mengokohkan diri menjadi bagian Triputra Group. Dilanjutkan CT Corp dan Bukalapak yang meluncurkan AlloFresh — terafiliasi dengan bisnis ritel Transmart. Astro dan Bananas juga bukukan pendanaan untuk penetrasi lebih dalam layanan quick commerce mereka. Terakhir Traveloka kenalkan fitur serupa online grocery sebagai bagian dari lifestyle superapp.

Menurut studi yang dilakukan L.E.K. Consulting, layanan online grocery di Indonesia nilai pasarnya telah mencapai $1 miliar di tahun 2021, diproyeksikan akan bertumbuh pesat sampai $6 miliar pada 2025 mendatang.

Potensi nilai yang besar tersebut turut dilihat raksasa teknologi lokal sebagai sebuah kesempatan. Misalnya dilakukan Blibli dengan mengakuisisi induk Ranch Market untuk perkuat penetrasi produk bahan makanan segar. GoTo sebelumnya mengakuisisi 6,74% saham jaringan ritel Hypermart untuk perkuat strategi omnichannel di kebutuhan pokok. Terakhir ada Traveloka yang mulai kenalkan fitur serupa online grocery di aplikasinya.

Application Information Will Show Up Here

Moladin Reportedly Secured Series A Funding, Listed as Centaur with 3.3 Trilllion Rupiah Valuation

Moladin reportedly secured series A funding worth of $42 million or equivalent to 601.5 billion Rupiah. Based on regulators’ data, Sequoia Capital India and Northstar Group are leading this round. Also participated some previous investors, including East Ventures and Global Founder Capital. With the additional fresh funds, the company’s valuation is said to reach $231 million or equivalent to 3.3 trillion Rupiah.

In fact, this fundraising has been rumored since mid 2021. Moladin officially announced the latest round in January 2020.

Was founded in 2017, Molaldin is led by Jovin Hoon and Mario Tanamas. The platform aims to cater the purchasing of new and used motorcycles. To date, they are shifting focus to the used cars business. In fact, the “Motor” (Bike) menu is already vanished.

Moladin’s penetration brough a new crowd to the car marketplace competition, which recently taken the public’s attention. It is known that the two neighbor platforms Carro and Carsome have reached the unicorn status – both have a fairly strong business base in Indonesia. Prior to this, there is also BeliMobilGue which was rebranded into OLX Autos.

Potential market

In the first half of 2021, OLX Autos confirmed the business transactions on its platform had surpassed $1 billion globally. The company alone has started operating since January 2020. According to the company research, the positive trend for used car industry remains after the Covid-19 pandemic hits the country. Even during the pandemic, the general demand for used car products still increase by 15-20%.

It is likewise to the data compiled by Carro. Until Q3 2021, they observe an 11x increase in transactions. For its business units in Indonesia, 45.87% of transactions are proceed online with most users come from Greater Jakarta.

To date, used car sales services are centralized in the offline business. Moladin, Carro and other services are trying to democratize the process. Not only listing, the infrastructure also provide financing. The business model applied is comprehensive through C2B2C – buying cars from users, then selling them either to dealers using an auction system or directly to consumers through the website.

Moladin’s journey

Since its  launching, Moladin has been backed with seed funding from East Ventures and some other investors. The initial service is two-wheeler sales for users in the Jabodetabek, Banten, Bandung, Yogyakarta, Solo, and Semarang areas. Then, the $1.2 funding was focused on regional expansion and strengthening business partnerships with dealers and leasing companies in various regions.

Back then, until mid-2018, the motorcycle business still found very attractive traction. Moladin claims to experience sales growth of 20-30% per month with a total transaction value of more than $1 million.

In 2019, Moladin also claimed to have succeeded in doubling the GMV from the previous year. They managed to add 8000 used motorcycle listings in its system, including 8 times growth in app usage. Moladin also introduced new products such as auto mortgage loans to facilitate users with options to buy motorcycle.

In early January 2020, East Ventures led another funding for Moladin in the pre-series A round. Funding is to be focused on strengthening business and expansion to fixed its position in the industry.

Until in 2021, Moladin started to shift from motorcycle to used cars. We had sent inquiries about business developments and funding confirmation, however, Moladin is yet to accept interviews from the media in the near future.

It will be interesting to wait for Moladin’s next strategy with this new business model. Moreover, the company will directly compete with such powerful players.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here