Pos Indonesia Umumkan Produk-Produk Hasil Kemitraan dengan Kioson

PT POS Indonesia (Pos Indonesia) mengumumkan realisasi kerja sama dengan Kioson, salah satu perusahaan teknologi yang sudah go public di lantai bursa. Pos Indonesia meluncurkan beberapa layanan digital baru, yakni M-Agenpos, Agenpos B2B Kurir, Agenpos B2B Layanan Jasa Keuangan, dan juga Contact Center Oranger.

Menurut Direktur Komersial Pos Indonesia Charles Sitorus, M-Agenpos merupakan aplikasi mobile berbasis Android yang bisa digunakan untuk layanan pembayaran listrik, telekomunikasi, air bersih, tiket pesawat dan kereta, premi asuransi, hingga Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Aplikasi ini nantinya bisa membantu pengguna yang biasanya tidak perlu datang ke kantor pos untuk membayar.

Layanan baru lainnya yang disediakan Pos Indonesia adalah Agenpos B2B layanan Jasa Keuangan. Sebuah layanan yang merupakan pengembangan layanan hasil kemitraan dengan Channel Pospay sejak 2002. Dengan layanan ini nantinya pembayaran produk milik mitra Pos Indonesia dengan konsumen B2B bisa dibayarkan secara non tunai melalui aplikasi ponsel pintar, SMS banking, hingga melalui ATM.

Pos Indonesia juga menghadirkan Contact Center Oranger, sebuah layanan pengambilan barang gratis dengan nomor kontak 1500261. Layanan ini diklaim akan mempermudah pengiriman barang masyarakat, penjual online hingga UMKM karena mereka tak perlu mengantar kiriman ke gerai pos. Sedangkan layanan Agenpos B2B Layanan Kurir adalah layanan hasil pengembangan agen pos dengan kerja sama dengan mitra badan usaha secara online.

Mitra usaha harus menyediakan koneksi jaringan virtual antara host-nya dengan host Pos Indonesia. Sementara Pos Indonesia menyediakan layanan jasa kurir denga sistem yang terhubung.

Pos Indonesia sebagai perusahaan logistik dalam dua tahun terakhir cukup aktif dalam implementasi teknologi, baik melalui peluncuran layanan baru hingga kerja sama dengan sejumlah pihak, seperti yang dilakukan dengan Kioson dan MCASH.

Di beberapa daerah, seperti Semarang dan Solo, Pos Indonesia juga mulai memperkenalkan FastPOS, sebuah layanan on demand yang mencoba memberdayakan kurir Pos Indonesia dengan lebih optimal.

Budi Kusmiantoro Jadi CTO Baru OVO

OVO mengumumkan penunjukan Budi Kusmiantoro sebagai CTO yang baru. Budi sebelumnya adalah VP of Engineering Traveloka dan sempat berkiprah di Silicon Valley bersama Google dan PayPal. Dengan merekrut Budi, OVO berharap bisa mempercepat proses perluasan platform pembayaran tersebut ke seluruh Indonesia.

Sebagai sebuah platform pembayaran, OVO mengklaim kini telah tersedia di lebih dari 60 juta ponsel dan menggaet 350.000 gerai merchant di 212 kota. Pihaknya juga mengaku sebagai platform pembayaran nomor satu di Indonesia berdasarkan volume pembayaran.

Selain bermitra dengan merchant secara langsung, OVO juga bermitra dengan Grab dan Kudo untuk perluasan jangkauan melalui 1,4 juta agen Kudo dan ketersediaan Grab di 130 kota. OVO juga telah bermitra dengan Alfamart, Moka, dan Bank Mandiri.

Kehadiran Budi, yang menggantikan Jim Geovedi yang direkrut tahun lalu, diharapkan membantu mendukung OVO dalam persaingannya sebagai platform pembayaran mobile, khususnya terhadap Go-Pay dan Tcash.

“Saya sangat senang dapat mengambil peran di OVO dan memiliki kesempatan yang luar biasa untuk menyelesaikan tantangan terbesar di Indonesia: memberi akses kepada UMKM dan konsumen atas layanan keuangan dan pembayaran non-tunai, di mana pun di Indonesia. Saat ini kami telah menjadi platform pembayaran digital dengan penerimaan terluas dan kami dapat membangun layanan dan fitur baru yang benar-benar dapat membuat hidup lebih mudah bagi UMKM dan konsumen di seluruh Indonesia,” ujar Budi.

Application Information Will Show Up Here

Bagaimana Layanan Fintech Membangun Kepercayaan Konsumen

Layanan fintech adalah bisnis kepercayaan karena ada dana konsumen yang dipercayakan untuk dikelola/disimpan dalam sebuah platform digital. Dengan semakin banyaknya layanan yang hadir di Indonesia, semuanya berlomba-lomba menarik pengguna baru. Lalu bagaimana sebenarnya cara sebuah perusahaan berlomba menarik kepercayaan konsumen?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, #SelasaStartup edisi awal September 2018 menghadirkan CEO DANA Vincent H Iswaratioso. DANA merupakan bagian Emtek Group yang fokus ke platform pembayaran, menghadirkan solusi digital wallet.

DANA kini menyediakan berbagai channel sumber dana untuk membayar segala transaksi. Sumber dana tersebut berasal dari kartu debit, kartu kredit, virtual account, direct, OTC (over the counter), P2P (transfer antar pengguna), kupon, gift card, dan voucher.

Layanan yang komprehensif ini membutuhkan kepercayaan konsumen. Bagaimana DANA membangun kepercayaan konsumen agar mau memakai layanannya? Berikut rangkumannya:

1. Bangun integritas

Vincent menekankan bahwa sebelum membuat produk berbasis fintech, butuh integritas tinggi yang dimulai dari internal perusahaan di segala level. Integritas akan membuahkan ke hasil akhir produk dan merambat ke pengguna.

“Integritas itu membuat orang jadi lebih bertanggung jawab, bahwa data konsumen itu harus dijaga tidak boleh bocor. Integritas itu harus datang dari semua internal perusahaan, enggak buat level manajerial saja,” katanya.

2. Patuh regulasi

Sebelum DANA beroperasi secara penuh, sambungnya, hal pertama yang dilakukan olehnya adalah mengikuti aturan yang sudah ditetapkan regulator. Misalnya, sudah memenuhi ketentuan untuk lisensi e-money yang dikeluarkan BI, memakai data center lokal, dan sebagainya.

“Kita cukup beruntung untuk scalability karena di belakang kami banyak expert yang memberikan masukan agar tetap comply dengan regulasi. Ini tentunya sangat menunjang DANA dalam eskalasi bisnis lebih cepat.”

3. Pertebal sistem keamanan

Karena DANA menghubungkan berbagai channel sumber dana, makanya sistem keamanan harus dipertebal demi menunjang kepercayaan konsumen. Untuk itu, DANA menerapkan zero data sharing policy sehingga tidak ada data pribadi konsumen yang dipakai untuk kebutuhan tertentu, seperti 16 digit kartu kredit, CCV, dan sebagainya.

DANA hanya menyimpan ID transaksi dengan tanpa nama lengkap konsumen. Setiap data yang masuk ke platform DANA secara otomatis terenkripsi dan disimpan dalam server. Data hanya dipakai oleh perusahaan untuk memeriksa bagaimana retention rate, apakah ada drof off atau tidak, atau kebutuhan lainnya yang sebatas melihat kinerja saja.

“Kita cuma platform, tapi data itu milik merchant dan konsumen. Data security ini hal yang paling kita jaga sekali, makanya ada zero data sharing policy.”

Di balik sistem keamanan yang tebal, DANA juga memanfaatkan teknologi terkini dengan smart authentication untuk permudah proses otentikasi konsumen dalam mengakses DANA. Sebagai contoh, DANA tidak selalu meminta kode OTP, atau memasukkan password buat memastikan orang yang bertransaksi adalah pemilik akun yang sah.

DANA memverifikasi pengguna dengan memeriksa kebiasaan bertransaksi, dengan demikian konsumen tidak harus diribetkan dengan berulang-ulang memasukkan password. Pengalaman akan jauh lebih seamless dan menyenangkan.

“Karena dikhawatirkan ketika consumer journey yang terlalu panjang, harus sign up sana sini untuk memakai channel pembayaran tertentu akan berdampak pada tingkat drop off yang tinggi. Belum lagi kalau salah memasukkan password lebih dari 3 kali akhirnya di-block.”

Commonwealth Life and Telkom Launch a Digital Payment Based Insurance Product Named “Jiwa Sehat”

Telkom has officially signed the strategic partnership with Commonwealth Life Insurance. This partnership intends to produce digital payment based insurance products. The product initiative called “Jiwa Sehat” collaborates Commonwealth Life product line with TCASH‘s payment service.

By using telemarketing distribution channels, TCASH customers contacted by Commonwealth Life can buy Jiwa Sehat insurance products and make a cashless premium payment via TCASH. Elvis Liongosari, Commonwealth Life’s President Director explained that this digital era offers unlimited opportunities and this is one of the company’s strategies to maximize any potential available.

“Jiwa Sehat is an answer to public’s need of a secure health insurance and an easy cashless payment process via TCASH feature,” he said.

Aside from TCASH, Telkom Group takes some of its subsidiaries. First, PT Finnet Indonesia engaged in aggregator industry of bill payment as intermediary payment. The second is PT Infomedia Nusantara engaged in Business Process Management (BPM) and will act as telemarketing service provider in this case.

The marketing partnership utilizes the advance digital payment technology for customers to easily get insurance and make real-time premium payment, as well to support the insurance industry and digital payment in Indonesia.

“Telkom Group is ready to support the digitization of Indonesian insurance industry through the digital payment provision which moves along with the government policy to encourage cashless society creation while prioritizing easy and secure transaction,” Dian Rachmawan, Telkom’s Enterprise & Business Service Director, said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Commonwealth Life dan Telkom Luncurkan “Jiwa Sehat”, Produk Asuransi Berbasis Pembayaran Digital

Telkom baru saja menandatangani kerja sama strategis dengan perusahaan asuransi Commonwealth Life. Kerja sama tersebut ditujukan untuk menghasilkan produk asuransi berbasis pembayaran digital. Inisiatif produk bernama “Jiwa Sehat” tersebut mengolaborasikan lini produk Commonwealth Life dengan keunggulan layanan pembayaran TCASH.

Dengan menggunakan jalur distribusi telemarketing, pelanggan TCASH yang dihubungi Commonwealth Life dapat membeli produk asuransi Jiwa Sehat dan melakukan pembayaran premi secara cashless melalui TCASH. Presiden Direktur Commonwealth Life Elvis Liongosari menjelaskan bahwa peluang di dunia digital masih sangat terbuka, dan ini merupakan salah satu cara perusahaan untuk memaksimalkan semua potensi yang ada.

“Jiwa Sehat merupakan jawaban untuk masyarakat yang membutuhkan kepastian perlindungan asuransi kesehatan dan menginginkan kemudahan dalam proses pembayaran cashless melalui fitur TCASH,” ujar Elvis.

Selain TCASH, TelkomGroup menggandeng sederet anak usahanya yang lain. Pertama yakni PT Finnet Indonesia yang bergerak di bidang aggregator pembayaran tagihan sebagai intermediary payment. Kemudian yang kedua PT Infomedia Nusantara yang bergerak di bidang Business Process Management (BPM), dalam hal ini berfungsi sebagai penyedia layanan telemarketing.

Kerja sama pemasaran ini memanfaatkan kemajuan teknologi digital payment agar pelanggan dapat dengan mudah mendapatkan perlindungan asuransi dan melakukan pembayaran premi asuransi secara real time, serta sekaligus mendukung kemajuan industri asuransi dan digital payment di Indonesia.

“TelkomGroup siap mendukung digitalisasi industri asuransi Indonesia melalui penyediaan layanan pembayaran secara digital yang tentunya sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk mendorong terbentuknya cashless society dengan tetap mengedepankan kemudahan dan keamanan bertransaksi,” ungkap Direktur Enterprise & Business Service Telkom Dian Rachmawan.

Application Information Will Show Up Here

TCASH Sementara Hentikan Rencana “Spin Off” dari Telkomsel

Mengusung tema #Semuabisa, TCASH berharap dibukanya kesempatan bagi pengguna operator telekomunikasi di luar Telkomsel (multioperator) untuk menggunakan layanannya bisa menambah jumlah pengguna minimal 20%. TCASH juga mengungkapkan pihaknya sementara menghentikan rencana spin off dari Telkomsel.

CEO TCASH Danu Wicaksana menegaskan, meskipun sudah bisa digunakan oleh pengguna operator lain sejak akhir Juni lalu, TCASH masih melakukan kegiatan sosialiasi dan melakukan perbaikan layanan sebelum peresmian hari ini. TCASH juga secara agresif menambah jumlah merchant untuk memberikan pilihan yang lebih beragam.

“Selama ini kami banyak mendapat pertanyaan dari merchant terkait dengan terbatasnya pengguna kepada pelanggan Telkomsel saja. Dengan dibukanya TCASH untuk semua operator, kami mendapatkan feedback yang cukup baik dari merchant-merchant baru kami,” kata Danu.

Sementara hentikan rencana spin off

Danu Wicaksana sebelumnya sempat menginformasikan rencana TCASH untuk keluar dari layanan operator induknya, yaitu Telkomsel. Rencana spin off tersebut diklaim bisa mempercepat pertumbuhan bisnis TCASH sebagai platform pembayaran multi operator. Namun, di kesempatan hari ini, Danu memastikan saat ini tidak akan keluar dari Telkomsel.

“TCASH tidak memiliki rencana untuk berdiri sendiri dan keluar dari otoritas dan legalitas Telkomsel. Demi memanfaatkan sumber daya, aset, dan data yang ada, TCASH akan terus menjadi bagian dari Telkomsel,” kata Danu.

Danu menambahkan, meskipun saat ini menghentikan rencana spin off, TCASH tetap menerapkan kultur perusahaan yang agile, seperti yang biasa diterapkan banyak startup.

Ragam fitur baru

Selain bisa digunakan untuk pembayaran transportasi Blue Bird, pembayaran di pasar tradisional, dan di Pertamina, saat ini TCASH juga sudah bisa digunakan sebagai platform pembayaran dan transaksi cash-in dan cash-out di gerai Indomaret dan Alfamart. Untuk gerai Family Mart dan Circle K, layanan yang tersedia adalah cash-in dan pembayaran.

“Ke depannya kami juga akan menambah layanan lain. Salah satu rencana yang dalam waktu dekat akan diimplementasikan adalah menyematkan aplikasi TCASH di feature phone yang saat ini masih banyak digunakan oleh masyarakat di Indonesia,” kata Danu.

Sementara itu, meskipun sudah menerapkan penggunaan QR Code untuk transaksi, belum semua merchant yang bergabung menerima pembayaran menggunakan QR Code. Penggunaan NFC dan mesin EDC yang merupakan ciri khas TCASH masih banyak diimplementasikan.

“Kalau untuk merchant nasional kebanyakan masih menggunakan EDC untuk pembayaran, namun untuk smartphone Android bisa mengaktifkan fitur NFC di smartphone mereka,” kata Danu.

Danu menambahkan tidak semua smartphone Android yang memiliki fitur tersebut. Untuk itu disarankan pengguna baru yang tidak memiliki stiker NFC, bisa melakukan pemesanan stiker tersebut melalui situs TCASH.

“Sesuai dengan misi TCASH yaitu tidak hanya ingin mengajak orang melakukan pembayaran secara non tunai, tapi TCASH juga ingin mendukung program pemerintah untuk penggunaan uang non tunai di kalangan masyarakat,” tutup Danu.

Application Information Will Show Up Here

OVO Perkenalkan Jajaran Manajemen Baru, Jason Thompson Jadi CEO

OVO memperkenalkan sejumlah jajaran manajemen baru. Highlight-nya adalah bergabungnya Managing Director GrabPay Jason Thompson sebagai CEO OVO. Sementara itu, Group CEO Lippo Digital Group Adrian Suherman menjadi Presiden Direktur.

OVO adalah platform pembayaran digital yang agresif menjadi tulang punggung Lippo Digital Group dan telah diterapkan di berbagai merchant offline dan online. Karena telah memiliki lisensi e-money di Indonesia, OVO juga digandeng menjadi mitra pembayaran digital GrabPay.

Dalam sambutannya, Jason Thompson mengatakan, “Kami tidak sabar ingin membangun platform pembayaran universal pertama di Indonesia yang diterima di mana saja, mulai dari mall dan rumah sakit hingga warung dan toko-toko milik keluarga. Kami akan terus bekerja dengan para mitra untuk menciptakan ekosistem pembayaran yang menguntungkan bagi masyarakat Indonesia.”

Selain Jason, OVO juga merekrut sejumlah petinggi yang memiliki latar belakang pekerjaan di bidang finansial dan teknologi. Mereka adalah:

  • Agustinus Risang Danurjati menjabat sebagai Director of HR, setelah sebelumnya bergabung dari Home Credit Indonesia.
  • Rajen Indrajana Sofiandi dari MoneyGram International bergabung dengan OVO sebagai Head of Risk & Compliance.
  • Harianto Gunawan juga ditunjuk sebagai Director of Enterprise Payments. Harianto bergabung dengan OVO setelah sebelumnya lebih dari 20 tahun menjabat sebagai Country Director untuk Visa, Lippo, dan Bank International Indonesia.
  • Yelly Siriwan Aramserewong ditunjuk sebagai Director of Financial Services OVO. Ia akan memanfaatkan keahliannya dari Fullerton Financial Holdings milik Temasek Group untuk memperluas layanan keuangan OVO.
  • Yukie Iskandar menjabat sebagai Head of Special Projects untuk tim manajemen OVO, memanfaatkan keahliannya dari Facebook.

OVO disebutkan telah tersedia di 30 ribu merchant di 211 kota Indonesia.

Adrian Suherman berkomentar, “Kami sangat senang menyambut Jason Thompson, Harianto Gunawan, dan Yelly Siriwan Aramserewong bergabung dengan tim OVO. Sekarang kami memiliki keahlian yang tepat untuk memimpin fase berikutnya dalam pertumbuhan OVO. Hubungan kami dengan berbagai lembaga keuangan dan mitra teknologi di Asia Tenggara akan membantu memperluas ekosistem kami dengan cepat. Yang terpenting, kami memiliki passion yang sama untuk membangun dompet elektronik yang dapat memberikan akses kepada masyarakat Indonesia akan layanan keuangan dan pembayaran non-tunai, di seluruh Indonesia dan Asia Tenggara.”

Application Information Will Show Up Here

TCASH Kantongi Izin Bank Indonesia untuk Pembayaran Menggunakan QR Code

Setelah diluncurkan akhir tahun 2017 lalu, TCASH dengan fitur teknologi scan (pemindai) QR Code saat ini kembali memperluas kemitraan, kali ini dengan Pasar Modern Bintaro. Fitur pemindai QR Code milik TCASH, diklaim terintegrasi dengan layanan aplikasi T-Wallet, sehingga diharapkan akan semakin menambah pilihan metode transaksi TCASH.

Selaku badan yang menjadi regulator di sektor pembayaran, Bank Indonesia secara resmi telah memberikan izin kepada TCASH untuk pengoperasian SNAP QR Code di seluruh Indonesia. Hal tersebut ditegaskan oleh CEO TCASH Danu Wicaksana kepada DailySocial.

“Untuk mendapatkan izin tersebut, kami mengikuti proses standar sesuai dengan aturan yang berlaku dari Bank Indonesia.”

Sesuai dengan tujuan utama TCASH, yaitu mempermudah transaksi digital dan mendukung pelaksanaan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) di Indonesia, diharapkan kerja sama tersebut bisa merangkul lebih banyak merchant dan pengguna TCASH. Saat ini aplikasi TCASH disebutkan telah diunduh hampir tiga juta kali di platform Android maupun iOS.

“Kami menyadari jika ke depannya QR Code akan menjadi solusi utama pembayaran digital, karena kepraktisan dan kemudahan pengaplikasiannya bagi merchant. Karenanya, kami merasa senang dapat menjadi salah satu penyedia produk elektronik terdepan yang telah mendapatkan izin resmi pengembangan dan penggunaan fitur QR Code dari pemerintah,” kata Danu.

Didukung sistem pengoperasian yang aman dan mudah

Sebelum kerja sama ini diresmikan, TCASH telah melakukan sosialisasi dan edukasi kepada para merchant di pasar modern bintaro menggunakan sticker NFC. Kini, sekitar 60 pedagang kecil telah dibina dan mengadopsi TCASH sebagai metode pembayaran non-tunai, melalui teknologi QR Code.

“Hingga akhir kuartal pertama tahun 2018, kami targetkan lebih dari 10 ribu merchant TCASH sudah mengaplikasikan QR Code ini,” ujar Danu.

Untuk bisa menerapkan fitur SNAP QR Code, pengguna bisa menggunakan aplikasi TCASH Wallet (di sisi kanan atas). Hanya dengan mengklik logo QR Code dan mengarahkan kamera ke QR Code di merchant, pengguna kemudian diminta mengisi jumlah yang dibayarkan sesuai harga. Setelah proses selesai, akan ada notifikasi yang menyatakan transaksi berhasil.

“Dengan tiga strategi utama, yaitu edukasi, implementasi, dan pendampingan, kami optimis fitur SNAP QR Code ini akan mendapatkan tanggapan positif, baik dari para pedagang, maupun pelanggan TCASH yang berbelanja di pasar tersebut,” tutup Danu.

Application Information Will Show Up Here

Emtek dan Ant Financial Siapkan DANA, Implementasi Alipay di Indonesia

Bulan April lalu, Emtek dan Ant Financial, pemilik layanan pembayaran Alipay yang didukung Alibaba, mengumumkan pembentukan joint venture yang akan mengembangkan layanan pembayaran digital di Indonesia. Menurut informasi yang kami peroleh, produk tersebut adalah DANA yang akan menjadi platform pembayaran BBM. Diperkirakan layanan ini akan meluncur ke publik bulan depan.

DANA akan mempermudah pembayaran berbagai layanan yang terkoneksi dengan BBM, seperti halnya Alipay dan Tencent Pay. BBM, sebagai pusat ekosistem digital Emtek, kini setidaknya memiliki BBM Shopping (terhubung dengan Bukalapak) dan BBM Travel (terhubung dengan Reservasi.com).

Untuk lisensi e-money, awal tahun ini Emtek telah mengakuisisi pemegang lisensi e-money PT Espay Debit Indonesia Koe (Espay) dan DOKU. Mengikuti langkah Go-Jek memasuki pasar pembayaran melalui akuisisi, kami tidak akan terkejut jika lisensi Espay ditransfer ke pengelola DANA.

Menurut informasi whois yang kami peroleh, situs DANA terdaftar atas nama Henry Iswaratioso dan beralamat di SCTV Tower, lantai 18. Vincent Henry Iswaratioso adalah Co-Founder Indomog yang kini menjadi Country Head Alipay Indonesia.

Pasar pembayaran digital memasuki babak baru dengan semakin giatnya pemerintah menggalakkan penggunaan e-money untuk berbagai transaksi. Setelah “memaksa” pengguna commuter line Jabodetabek, bulan depan pengguna jalan tol di Indonesia harus menggunakan e-money untuk semua transaksinya.

Sementara itu, layanan digital juga berlomba-lomba untuk mendapatkan lisensi e-money. Bulan ini Ovo, layanan pembayaran digital Lippo Group, memperoleh lisensi e-money dari Bank Indonesia, sementara Tokopedia dan Shopee sedang menghentikan layanan pembayaran digitalnya demi menyesuaikan dengan kebutuhan kepemilikan lisensinya.

OVO Resmi Dapatkan Lisensi E-Money (Update)

PT Visionet Internasional, pemegang brand aplikasi OVO, resmi mendapatkan izin Bank Indonesia (BI) sebagai penyelenggara uang elektronik (e-money). Sudah diajukan sejak Agustus lalu, nama perusahaan tersebut sudah keluar di daftar resmi BI dengan nomor No. 19/661/DKSP/Srt/B.

“Lisensi e-money yang diberikan kepada OVO memberi kesempatan yang luar biasa bagi kami untuk dapat menciptakan beragam solusi keuangan guna turut andil dalam perkembangan gerakan nasional non tunai (GNNT) masyarakat di Indonesia. Kami akan terus mendekatkan diri dengan pengguna, merchants dan regulator, untuk menghadirkan produk dan layanan e-money inovatif yang sesuai dengan kebutuhan mereka yang dinamis,” sambut CEO OVO Adrian Suherman.

Di bawah naungan Lippo X (bisnis digital payment milik grup Lippo), OVO memfokuskan diri sebagai aplikasi finansial pengumpul poin atau cross-coalition loyalty program.

Ini adalah hal yang melegakan bagi Ovo dan Lippo X, setelah sebelumnya juga telah merekrut pakar teknologi Jim Geovedi sebagai Chief Technology Officer (CTO).

Lisensi yang menjadi dambaan

Hampir semua perusahaan atau startup yang berjibaku dengan sistem finansial tengah mengejar legalitas e-money. GO-JEK sebelumnya mengakuisisi PT MV Commerce Indonesia untuk mentransfer lisensi e-money menjadi milik PT Dompet Anak Bangsa, unit bisnis penggerak GO-PAY.

Melalui Kudo, Grab dikabarkan juga tengah berjuang untuk memperkuat basis GrabPay di Indonesia termasuk mengejar lisensi e-money. Langkah Grab diperkuat dengan merekrut Ongki Kurniawan, yang sebelumnya adalah Managing Director LINE Indonesia. Ongki disebutkan akan menjadi pemimpin bisnis GrabPay untuk Indonesia. Pun demikian dengan Tokopedia yang tengah dalam proses pendaftaran lisensi e-money untuk TokoCash miliknya, hingga perlu menutup aktivitas TokoCash sementara waktu.

Sejauh ini sudah ada 26 perusahaan yang telah terdaftar resmi menjadi pemegang lisensi e-money BI. Angin segar baru dimulai awal tahun ini, saat BI berkomitmen membuka kembali pendaftaran izin lisensi demi mendukung bisnis digital payment di Indonesia.

––

Pembaruan artikel pukul 15.28: penambahan sambutan dari CEO OVO seputar lisensi e-money yang telah didapat.

Application Information Will Show Up Here