Pengantaran Tanpa Kontak ala PopBox Kian Relevan Selama Pandemi

Industri logistik memang banyak terpukul selama wabah Covid-19 menerjang. Namun karena sifatnya yang begitu penting, kebutuhan logistik tak pernah berkurang. Ini setidaknya juga tercermin dari bisnis PopBox.

Co-founder & COO PopBox Greta Bunawan mengatakan bahwa solusi logistik yang mereka usung punya keunggulan dalam menghadapi pandemi ini.  menurut Greta merupakan bagian dari jawaban pengantaran barang yang aman karena meminimalisir kemungkinan orang bersentuhan selama prosesnya.

“Hal ini terlihat dengan tingginya peningkatan pemakaian terutama di area apartemen dan meningkatnya permintaan dari building management untuk menambah unit loker,” ungkap Greta kepada DailySocial.

Adapun peningkatan permintaan yang dimaksud oleh Greta mencapai rata-rata 55%. Sementara dari jumlah unit yang akan mereka tambah untuk memenuhi permintaan berkisar 30 unit loker. Angka ini didapat dengan membandingkan permintaan sebelum dan sesudah Covid-19 mewabah.

Perkembangan bisnis

Dalam dua tahun terakhir, PopBox melakukan cukup banyak untuk menggenjot bisnis mereka. Selain berfungsi sebagai loker penitipan dan penjemputan barang, waktu itu PopBox belum lama merilis fitur PopStore hasil kerja sama mereka dengan Elevenia.

Namun setelah dua tahun ini Greta menjabarkan ada banyak hal baru di PopBox. Pertama adalah aksesibilitas loker yang meluas. Jika sebelumnya loker hanya bisa diakses oleh mitra yang memiliki nama pengguna dan kata sandi, kini siapa pun bisa menggunakan loker mereka lewat verifikasi OTP ke nomor ponsel.

“Ini bertujuan untuk memberikan akses loker tidak terbatas kepada mitra saja namun kurir-kurir ojol dan semua customer yang ingin paketnya di-drop di loker,” imbuh Greta.

Fitur lainnya adalah PopSafe. Ini adalah temporary deposit bagi pelanggan yang ingin menitipkan barangnya untuk sementara atau untuk diambil oleh orang lain. Fitur ini cukup efektif untuk di tempat permukiman vertikal seperti apartemen untuk sekadar titip kunci atau menaruh barang lainnya untuk diambil oleh orang lain.

Terakhir, PopBox kini menyediakan fitur people counter. Fitur ini merupakan alat penghitung banyaknya manusia yang melintas di sekitar loker. Fungsi fitur ini tak lain untuk mengukur efektivitas iklan yang terpasang di loker PopBox.

Target di tahun ini

PopBox yang berdiri sejak 2015 ini sudah bisa ditemukan di 250 titik lokasi di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan Semarang. Sementara di Malaysia loker mereka sudah bisa diakses di 109 titik di Kuala Lumpur.

Greta menyebut pihaknya bertekad memperluas akses loker di tempat-tempat padat seperti apartemen dan perkantoran. Ia menargetkan loker mereka bisa menembus 300 lokasi sampai akhir tahun ini.

Di samping itu mereka juga dalam proses integrasi dengan mitra-mitra baru dalam hal pembayaran, pengiriman, dan e-commerce, serta pengembangan sejumlah fitur baru yang mereka harapkan bisa rilis di tahun ini juga.

“Kami juga sedang dalam proses R&D pengembangan fitur baru di loker untuk penggunaan penyewaan jangka panjang dan beberapa fitur baru lainnya,” pungkas Greta.

Application Information Will Show Up Here

Kargo Technologies Announces 504 Billion Rupiah Funding, to Provide Loan Access for Logistics Partners

The logistics marketplace connecting companies with truck services, Kargo Technologies, today (4/13) has announced US$31 million (around 504 billion Rupiah) funding in its Series A round. It was led by Silicon Valley based Tenaya Capital. Also participated in this round, Sequoia India, Intudo Ventures, Amatil X, Agaeti Convergence Ventures, Alter Global, and Mirae Asset Venture Investment.

In this round, Kargo manages to secure funding in the form of debt financing from banks and regional financial institutions. Previously, Kargo Technologies has announced its first investment from corporate venture capital (CVC) Amatil X.

In this seed stage, they also received funding worth of US$7.6 million (around 123 billion Rupiah) led by Sequoia India and some investors.

Funding for logistics

Kargo Technologies’ CEO, Tiger Fang said most of the funding will be prioritized for business operations and products development to adjust the current deployment situation of Covid-19. For truck owners, companies can help their cash flow with fast funding products, which are very much needed in the current circumstances.

For truck owners who want to apply for additional business capital, they can access a special site by Kargo Technologies. This is expected to help the cash flow of logistics partners related to their business capital, for most of the truck owners are only paid about 3 months later.

The company also fueled the Logistics Relief Fund movement by encouraging all employees to contribute some from their salaries. The Logistics Aid Fund will be used to assist logistic carriers and ensure no interruptions in the daily goods delivery in Indonesia.

“We are grateful for our investors who continue to provide extraordinary support amid a period of financial uncertainty. Kargo promises to be the most reliable logistics partner to ensure there are no disruptions in the supply chain of basic goods in Indonesia. Our company has donated part of our salary to “this problem and we also invite businesses and other local organizations to contact us, therefore we can solve this problem together,” Tiger said.

In order to minimize physical contact, Kargo has applied the EPOD (Electronic Proof of Delivery) system. The feature can be found in its platform and it has less possibility for direct exchange of documents to reduce the risk of COVID-19 infection.

“Cargo technology has a unique selling value when logistics efficiency becomes very important in Indonesia. Starting from retail needs stock with minimal physical contact or facilitating e-commerce transactions throughout the country, we believe that Kargo is able to solve this problem,” Kargo’s CTO, Yodi Aditya said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Kantongi Pendanaan 504 Miliar Rupiah, Kargo Technologies Berikan Akses Permodalan untuk Mitra Logistik

Marketplace logistik yang menghubungkan perusahaan dan layanan penyedia truk, Kargo Technologies, hari ini (13/4) mengumumkan telah mendapatkan pendanaan sebesar US$31 juta (sekitar 504 miliar rupiah) dalam putaran seri A. Investasi ini dipimpin oleh Tenaya Capital asal Silicon Valley. Grup investor yang juga turut berpartisipasi  ialah Sequoia India, Intudo Ventures, Amatil X, Agaeti Convergence Ventures, Alter Global, dan Mirae Asset Venture Investment.

Dalam putaran pendanaan ini, Kargo juga berhasil mendapatkan pendanaan berbasis hutang (debt financing) dari sejumlah bank dan institusi finansial regional. Sebelumnya Kargo technologies juga mengumumkan perolehan investasi yang pertama dari corporate venture capital (CVC) Amatil X.

Di tahap awal, mereka juga telah menerima pendanaan sebesar US$7,6 juta (sekitar 123 miliar rupiah) yang dipimpin oleh Sequoia India dan sejumlah investor.

Berikan pendanaan kepada mitra logistik

CEO Kargo Technologies Tiger Fang mengungkapkan, sebagian besar pendanaan tersebut akan digunakan untuk memprioritaskan operasional bisnis dan mengembangkan produk menyesuaikan situasi penyebaran Covid-19 saat ini. Untuk pemilik truk, perusahaan dapat membantu cash flow mereka dengan produk pendanaan cepat, yang sangat dibutuhkan dalam keadaan seperti saat ini.

Bagi pemilik truk yang ingin mengajukan tambahan permodalan usaha, bisa mengakses situs khusus yang disediakan oleh Kargo Technologies. Hal ini diharapkan bisa membantu cash flow para mitra logistik terkait dengan modal bisnis mereka, karena kebanyakan para pemilik truk tersebut baru dibayar sekitar 3 bulan kemudian.

Perusahaan juga membiayai gerakan Dana Bantuan Logistik (Logistics Relief Fund) dengan menghimbau seluruh karyawan untuk turut serta mengontribusikan sebagian gaji mereka. Dana Bantuan Logistik akan digunakan untuk membantu para pengangkut logistik dan memastikan tidak adanya gangguan dalam pengiriman barang pokok di Indonesia.

“Kami bersyukur atas investor kami yang tetap memberikan dukungan luar biasa di tengah masa ketidakpastian finansial. Kargo berjanji akan menjadi mitra logistik yang paling dapat diandalkan untuk memastikan tidak adanya gangguan dalam rantai pasokan barang pokok di Indonesia. Perusahaan kami telah mendonasikan sebagian dari gaji kami untuk masalah ini dan kami juga turut mengundang bisnis dan organisasi lokal lainnya untuk menghubungi kami agar kita bisa menyelesaikan masalah ini bersama-sama,” kata Tiger.

Guna meminimalisir terjadinya kontak fisik, Kargo juga telah mengimplementasikan sistem EPOD (Electronic Proof of Delivery) dalam mekanisme pengiriman. Fitur yang dapat ditemukan dalam platform Kargo ini juga memungkinkan mengurangi adanya pertukaran dokumen secara langsung untuk mengurangi risiko infeksi COVID-19.

“Teknologi Kargo memiliki nilai jual unik di saat efisiensi logistik menjadi sangat penting di Indonesia. Mulai dari menjaga jumlah stok kebutuhan ritel dengan kontak fisik seminimal mungkin atau memperlancar transaksi e-commerce di seluruh penjuru negeri, kami percaya bahwa Kargo mampu menyelesaikan masalah ini,” kata CTO Kargo Yodi Aditya.

Application Information Will Show Up Here

Melihat Minat Investor pada Startup Logistik di Tengah Pandemi Covid-19

Meskipun secara global industri logistik terhambat pertumbuhannya, namun tidak menurunkan demand dari pihak terkait yang membutuhkan layanan tersebut. Sebagai tulang punggung layanan e-commerce, logistik memiliki peranan penting untuk mendukung kegiatan berbagai pihak terkait. Terlebih di tengah pandemi yang terjadi saat ini, terlihat peranan logistik makin krusial, mendukung anjuran work from home dan social distancing.

Di Indonesia sendiri layanan e-commerce seperti JD.ID, Tokopedia, Shopee, hingga Bukalapak menerima permintaan cukup tinggi untuk barang-barang yang paling banyak dibutuhkan saat ini. Mulai dari produk bahan segar hingga obat-obatan dan alat kesehatan. Promo bebas ongkos kirim hingga pemberian voucher dan penawaran menarik lainnya juga diberikan kepada pelanggan.

Fenomena lain yang kemudian terjadi dalam industri logistik adalah, ketika banyak perusahaan hingga startup yang harus merumahkan pegawai mereka akibat dari penyebaran Covid-19, justru startup yang menyasar layanan logistik merekrut banyak pegawai, dengan tujuan untuk membantu mengatasi permintaan meningkat untuk belanja online. Mulai dari Amazon yang harus menambah sekitar 100 ribu pegawai, hingga GudangAda yang membuka lowongan pekerjaan untuk mendukung bisnis mereka selama masa karantina berlangsung.

Sektor logistik tancap gas

Beberapa layanan logistik menerima pendanaan dari investor sepanjang awal tahun 2020 ini. Akhir Maret 2020 tercatat, RaRa Delivery yang merupakan salah satu startup lulusan program akselerator batch 4 GKPnP, mengumumkan pendanaan tahap awal (seed funding) $1,2 juta atau sekitar Rp 19,7 miliar. Investasi tersebut dipimpin oleh 500 Startups. AngelCentral juga terlibat dalam putaran pendanaan ini.

Startup yang menyediakan layanan “same day delivery” ini rencananya akan menggunakan dana segar tersebut untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, pengembangan operasi dan teknologi di Indonesia. Didirikan oleh CEO Karan Bhardwaj, RaRa Delivery termasuk dalam daftar startup logistik yang menerima pendanaan saat penyebaran Covid-19 terjadi secara global.

Januari 2020 lalu, platform jasa truk dan pergudangan Waresix, mengumumkan pendanaan tambahan dari EV Growth dan Jungle Ventures. Kurang dari 6 bulan setelah mengumumkan meraih US$14,5 juta pada putaran pendanaan seri A yang dipimpin oleh EV Growth pada Juli 2019, Waresix mendapatkan tambahan modal US$11 juta dalam perpanjangan putaran pendanaan tersebut.

Dalam 18 bulan terakhir, perusahaan berhasil menghimpun modal US$27,1 juta. Perusahaan juga menopang pertumbuhannya menggunakan pinjaman dan fasilitas modal kerja dari bank dan institusi finansial lain yang terkemuka di regional.

“Untuk logistik menurut saya itu adalah enduring business. As soon as the market normalizes, the goods will need to flow. Untuk pendanaan harusnya sekarang dari sisi venture capital dan private equity akan melihat perusahaan yang memiliki solid business model dan sustainability plan. Karena kalau hanya mengandalkan subsidi saja di saat seperti ini cukup sulit ya, karena value proposition tidak jelas,” kata CEO Waresix Andree Susanto kepada DailySocial.

Sementara itu platform manajemen armada logistik yang mencoba untuk membantu pengelola armada mengadopsi teknologi untuk memaksimalkan bisnis mereka, Webtrace, juga telah mengumumkan pendanaan tahapan awal yang dipimpin oleh Prasetia Dwidharma. Turut bergabung dalam pendanaan ini Astra Ventura.

Kepada DailySocial CEO Webtrace Erwin Subroto menyebutkan, di Indonesia saat ini pengeluaran untuk logistik darat diperkirakan mencapai US$290 miliar pada tahun 2020. Selain dari pasar yang besar, jumlah populasi kendaraan komersial (9,6 juta unit pada 2019) telah menciptakan persaingan harga yang ketat.

Webtrace mencoba menjadi platform yang bisa dimanfaatkan oleh pengelola armada untuk memberikan solusi teknologi agar usaha logistik bisa berjalan lebih efisien serta meningkatkan produktivitas dan keamanan. Caranya dengan menerapkan sensor dan solusi IoT yang akan menghasilkan berbagai data dan analisis real time.

“Dengan atau tanpa adanya penyebaran Covid-19, logistik akan selalu menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia. Terutama setelah penyebaran virus Covid-19 mulai mereda, nantinya akan ada perubahan pola ekonomi dan konsumsi yang makin berpusat kepada layanan logistik itu sendiri,” kata CEO & Co-Founder Webtrace Erwin Subroto.

Pertumbuhan positif bisnis logistik

Kondisi yang berbentuk negara kepulauan membuat biaya logistik di Indonesia menjadi salah satu yang tertinggi di Asia, bahkan berkontribusi terhadap seperempat dari produk domestik bruto Indonesia yang mencapai $1 triliun. Posisi Indonesia dalam Indeks Daya Saing Logistik 2018 yang dirilis Bank Dunia memang terus membaik.

Sejak bulan Maret 2019, layanan logistik di Indonesia termasuk industri yang paling banyak dilirik oleh investor. DailySocial mencatat sekitar 7 startup mendapatkan pendanaan tahapan awal hingga tahapan lanjutan dari para investor. Mulai dari Kargo, Triplog, Ritase, Waresix, Logisly, Shipper, dan Finfleet. Investor yang terlibat di antaranya adalah EV Growth, Golden Gate Ventures, East Ventures hingga Kejora Ventures. Besarnya jumlah pendanaan yang diberikan berkisar antara $3,5 juta hingga $14,5 juta.

Tercatat di tanah air, pengeluaran untuk logistik darat diperkirakan mencapai $290 miliar pada tahun 2020. Selain dari pasar yang besar, jumlah populasi kendaraan komersial (9,6 juta unit pada 2019) telah menciptakan persaingan harga yang ketat.

Namun, rasio biaya logistik terhadap PDB Indonesia masih mencapai 24%, tertinggal dari Thailand dan Malaysia. Kondisi tersebut menciptakan potensi senilai $240 miliar dalam sektor logistik di Indonesia. Biaya logistik yang tinggi tidak hanya melemahkan daya saing industri, tetapi juga meningkatkan cost of doing business bagi pelaku UKM di Indonesia. Diharapkan layanan logistik saat ini, bisa mengatasi persoalan tersebut dengan menghadirkan layanan yang mendukung pertumbuhan UKM dan layanan e-commerce di Indonesia.

Webtrace Announces Seed Funding, Developing Logistics Management Platform

To date, the truck-based logistics industry is still on-demand and viral in Indonesia. With geographical characteristics varied of land, water and air; land transportation remains the leading way for shipping and distributing goods, including being the backbone of the e-commerce business.

In this country, land logistics estimated to spend about US$290 billion in 2020. Aside from the large market, total commercialized vehicles (9.6 million units in 2019) has created tighter competition.

Webtrace intends to be a useful platform for fleet management to have a technology solution for the more efficient logistics business, also to improve productivity and security. It can work using IoT solutions and sensors to produce data compilation and real-time analytics.

“The tight service and price competition among land transportation providers and high non-transparent costs, has caused low-profit margins. The solution we are trying to offer is IoT which regulates and optimizes vehicle utilities, drivers, and reduces unnecessary non-transparent costs,” Webtrace’s CEO & Co-founder, Erwin Subroto said.

Particularly, Webtrace performs a thorough analysis from two devices. First, through application for drivers using GPS Engine App on smartphones. Also, they offer Fleet Solution, a small unit equipped with each vehicle. Both are to send real-time data to be managed on the platform.

Secures seed funding

webtrace

Currently, Webtrace has owned 3500 units registered (signed a contract) trucks and it’s onboarding. Units connected to the platforms are distributed around Sumatera, Java, Borneo, Madura, and Sulawesi.

Although with the recent rise of similar players, Webtrace stated the marketshare is still wide open, as the massive land transportations with passengers reaching 12 million units.

“We aware of similar solution providers, but the total fleet connected to our platform and competitors is around 250 thousand units now. The real challenge is how to educate those land transportation players,” Subroto added.

In order to accelerate business growth, Webtrace has secured seed funding led by Prasetia Dwidharma. Also participated in this funding was Astra Ventura.

With the fresh funding, the company plans to toughen marketing activities and acquire more customers while increasing sales.

“Technology implementation is currently a must to increase productivity, competitiveness, and accelerate the right decision making. The solutions we provide are expected to give clients an edge in industry competition, and in turn, enable Webtrace to help the transportation industry become more secure and cost-effective,” Subroto said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Webtrace Dapatkan Pendanaan Awal, Garap Platform Manajemen Armada Logistik

Hingga saat ini kebutuhan industri logistik berbasis truk masih sangat besar dan vital di Indonesia. Meskipun karakteristik geografisnya terdiri dari kombinasi darat, laut dan udara; transportasi darat tetap menjadi cara utama untuk pengiriman dan distribusi barang, termasuk menjadi backbone bisnis e-commerce.

Di tanah air, pengeluaran untuk logistik darat diperkirakan mencapai US$290 miliar pada tahun 2020. Selain dari pasar yang besar, jumlah populasi kendaraan komersial (9,6 juta unit pada 2019) telah menciptakan persaingan harga yang ketat.

Webtrace mencoba menjadi platform yang bisa dimanfaatkan oleh pengelola armada untuk memberikan solusi teknologi agar usaha logistik bisa berjalan lebih efisien serta meningkatkan produktivitas dan keamanan. Caranya dengan menerapkan sensor dan solusi IoT yang akan menghasilkan berbagai data dan analisis real time.

“Ketatnya persaingan layanan dan harga di antara penyedia transportasi darat dan tingginya biaya yang tidak transparan, menyebabkan profit margin mereka menjadi rendah. Solusi yang kami coba tawarkan adalah IoT yang mengatur dan mengoptimasi utilitas kendaraan, sopir, dan mengurangi biaya tidak transparan yang tidak dibutuhkan,” kata CEO & Co-Founder Webtrace Erwin Subroto.

Secara khusus Webtrace melakukan analisis dari dua perangkat. Pertama melalui aplikasi di pengemudi yang memanfaatkan GPS Engine App di smartphone. Tersedia juga Fleet Solution, unit perangkat yang disematkan di masing-masing armada. Keduanya nanti bisa mengirimkan secara real time data yang bisa diolah di platform.

Revenue stream kami adalah SaaS monthly subscription dengan kontrak, dan sampai sekarang ini kami memiliki retention rate 100%,” kata Erwin.

Kantongi pendanaan tahapan awal

Saat ini Webtrace telah memiliki 3500 unit armada truk yang sudah berkomitmen (menandatangani kontrak), proses onboarding sedang berjalan. Unit yang terhubung di platform tersebar mulai dari pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Madura, hingga Sulawesi.

Meskipun saat ini sudah ada pemain serupa, Webtrace mengaku pangsa pasar masih terbuka lebar, melihat masifnya jumlah populasi transportasi darat barang maupun penumpang sebesar 12 juta unit.

“Kami menyadari ada beberapa provider solusi sejenis, tetapi total fleet yang sudah terhubung di antara kami dengan kompetitor sebesar kurang lebih 250 ribu unit saat ini. Tantangan sebenarnya adalah bagaimana bisa mengedukasi praktisi transportasi darat tersebut,” kata Erwin.

Untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, Webtrace telah mengantongi pendanaan tahapan awal (seed funding) yang dipimpin oleh Prasetia Dwidharma. Turut bergabung dalam pendanaan ini Astra Ventura.

Melalui dana segar yang baru diterima, perusahaan memiliki rencana untuk memperkuat kegiatan pemasaran dan mengakuisisi lebih banyak pelanggan sekaligus meningkatkan jumlah penjualan.

“Penerapan teknologi saat ini merupakan keharusan untuk menambah produktivitas, daya saing, serta mempercepat pengambilan keputusan yang tepat. Solusi yang kami berikan diharapkan bisa memberikan klien keunggulan dalam kompetisi industri, dan pada gilirannya memungkinkan Webtrace untuk membantu industri transportasi menjadi lebih aman dan hemat biaya,” kata Erwin.

Coca-Cola’s CVC, “Amatil X” Pours Its First Investment to Kargo Technology

After its official launch in early 2019, Coca-Cola Amatil Indonesia (Amatil Indonesia) through the Amatil X corporate venture capital (CVC) initiative, has established strategic partnerships with some startups in Indonesia.

The latest collaboration is with Kargo Technologies, it is said to help them expand the business strategy and logistics digitization process in Indonesia. This collaboration also led to Amatil X’s first investment in Indonesian startups, which is expected to improve Amatil’s overall logistics capabilities.

“As the main support behind Indonesia’s favorite beverage brand, we believe that our investment in Kargo Technologies will support Amatil Indonesia’s ambition to become a leading player in Indonesia’s digital ecosystem,” Coca-Cola Amatil Indonesia’s President Director Kadir Gunduz said.

There is no further detail on the investment value provided by Amatil X to Kargo Technologies. However, adjusting its commitment, Amatil X not only enhances the company’s competitive advantage through CVC, but also wants to help and work with local startups that are in line with Amatil Indonesia’s business.

“Currently, Amatil X is focused on investing in startups that offer innovations for consumer product sales strategies, beverage deliveries, help customers grow and reduce their impact on the environment. Amatil X also looking for startups that can support the company’s efforts to solve business challenges and help improve customer service better,” Head of Amatil X, Coca-Cola Amatil Alix Rimington said.

Tighten up logistics service and optimizing supply chain

Kargo Technologies team and management
Kargo Technologies team and management

As Kargo Technologies‘ CEO, Tiger Fang said, technology-supported logistics is a proven trend in other markets, including India, China and the United States. He also welcomed this strategic partnership and hopes to work with Amatil Indonesia to better digitize and optimize their supply chains in Indonesia.

Later, the funding provided by Amatil X will be used by the company to meet the logistical needs needed by Coca Cola Amatil and improve the efficiency of logistics operations with technology owned by Kargo Technologies.

Founded by the former Country Manager of Uber Indonesia Tiger Fang (CEO) and Yodi Aditya (CTO), Kargo Technologies sees the problem of trucks gone home unloaded after delivery at production centers. Kargo Technologies hopes to minimize this while meeting the needs of e-commerce and FMCG companies.

In particular, the company offers a mobile-based platform, on the Android platform to make it easier for users and sender companies to interact and monitor shipment movements in real-time.

“Kargo Technologies connects businesses and their shipping needs with trucking companies that own vehicles, with available cargo space nearby. Most importantly, Kargo can take a lot of cargo for backhaul. It means, trucks can return with fewer empty loads, therefore, enabling them to maximize revenue and distribute funds better,” Tiger said.

Kargo Technologies is a logistics marketplace that connects companies and truck service providers. In the middle of last year, they obtained funding of $7.6 million (more than 107 billion Rupiah) led by Sequoia India and the 10100 Fund – the latter one was founded by Uber Co-Founder Travis Kalanick.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

CVC Milik Coca-Cola “Amatil X” Kucurkan Investasi Pertamanya ke Kargo Technologies

Setelah resmi meluncur awal tahun 2019 lalu, Coca-Cola Amatil Indonesia (Amatil Indonesia) melalui inisiatif corporate venture capital (CVC) Amatil X, telah menjalin kerja sama strategis dengan startup di Indonesia.

Kolaborasi terbaru yang diumumkan adalah dengan Kargo Technologies, dilakukan untuk membantu memperluas strategi bisnis dan proses digitalisasi logistik di Indonesia. Kerja sama ini turut membuahkan investasi pertama Amatil X kepada startup Indonesia, yang diharapkan bisa meningkatkan kemampuan logistik Amatil secara keseluruhan.

“Sebagai kekuatan di balik merek minuman favorit Indonesia, kami percaya bahwa investasi kami di Kargo Technologies akan mendukung ambisi Amatil Indonesia untuk menjadi pemain terkemuka dalam ekosistem digital di Indonesia,” kata Presiden Direktur Coca-Cola Amatil Indonesia Kadir Gunduz.

Tidak disebutkan lebih lanjut berapa nilai investasi yang diberikan Amatil X kepada Kargo Technologies. Namun menyesuaikan komitmen mereka, Amatil X tidak hanya meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan melalui CVC, namun juga ingin membantu dan bekerja sama dengan startup lokal yang tepat untuk bisnis Amatil Indonesia.

“Saat ini, Amatil X fokus untuk melakukan investasi pada startup yang menawarkan inovasi untuk strategi penjualan produk pada konsumen, pengiriman minuman, membantu pelanggan untuk tumbuh dan mengurangi dampak pada lingkungan. Amatil X juga mencari startup yang dapat mendukung upaya perusahaan dalam menyelesaikan tantangan bisnis dan membantu meningkatkan pelayanan pelanggan dengan lebih baik,” kata Head of Amatil X, Coca-Cola Amatil Alix Rimington.

Memperkuat logistik dan mengoptimalkan rantai pasokan

Tim dan manajemen Kargo Technologies
Tim dan manajemen Kargo Technologies

Menurut CEO Kargo Technologies Tiger Fang, logistik yang didukung teknologi merupakan tren yang telah terbukti di pasar lain, termasuk India, Tiongkok, dan Amerika Serikat. Pihaknya juga menyambut baik kerja sama strategis ini dan berharap dapat bekerja dengan Amatil Indonesia untuk lebih mendigitalkan dan mengoptimalkan rantai pasokan mereka di Indonesia.

Nantinya pendanaan yang diberikan oleh Amatil X akan digunakan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan logistik yang dibutuhkan oleh Coca Cola Amatil serta meningkatkan efisiensi operasional logistik tersebut dengan teknologi milik Kargo Technologies.

Didirikan oleh mantan Country Manager Uber Indonesia Tiger Fang (CEO) dan Yodi Aditya (CTO), Kargo Technologies melihat permasalahan selama ini truk pulang tanpa muatan setelah pengantaran di sentra-sentra produksi. Kargo Technologies berharap bisa meminimalisir hal ini sambil memenuhi kebutuhan perusahaan-perusahaan e-commerce dan FMCG.

Secara khusus perusahaan menawarkan platform berbasis mobile, di platform Android untuk memudahkan perusahaan pengguna dan pengirim berinteraksi dan memantau pergerakan kiriman secara real time.

“Kargo Technologies menghubungkan bisnis dan kebutuhan pengiriman mereka dengan perusahaan angkutan truk yang memiliki kendaraan, dengan ruang kargo yang tersedia di dekatnya. Hal yang terpenting, Kargo dapat mengambil banyak muatan untuk backhaul. Artinya, truk dapat kembali dengan muatan kosong yang lebih sedikit, sehingga memungkinkan mereka untuk memaksimalkan pendapatan dan mendistribusikan biaya dengan lebih baik,” kata Tiger.

Kargo Technologies merupakan marketplace logistik yang menghubungkan perusahaan dan layanan penyedia truk. Pertengahan tahun lalu mereka perolehan pendanaan senilai $7,6 juta (lebih dari 107 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh Sequoia India dan 10100 Fund — yang terakhir ini didirikan oleh Co-Founder Uber Travis Kalanick.

Application Information Will Show Up Here

Ritase Buat Platform Logistik Khusus Transportasi Laut

Startup logistik digital Ritase mengumumkan ekspansi produk baru bernama RitSea, khusus menangani sektor transportasi laut. Ekosistem yang sudah dianggap siap dengan transformasi digital dan permintaan yang datang dari pasar, menjadi alasan kuat Ritase main ke sektor ini.

Founder dan CEO Ritase Iman Kusnadi menjelaskan, selama ini para pemangku kepentingan di bisnis transportasi laut menghadapi sejumlah masalah. Para pengirim (shipper) direpotkan dengan keharusan menyelesaikan berbagai tahapan secara manual seperti penyortiran dan menghubungi pengangkut.

Lalu, memantau pengiriman via telepon karena alphanya kejelasan titik berangkat (port of loading) dan jadwal pengiriman (shipment). Laporan juga harus disusun secara manual.

Sementara itu, dari sisi pengangkut (transporter) berkutat dengan rute yang tidak efisien, pencatatan order booking yang rumit, serta banyaknya broker yang membuat harga tidak kompetitif.

“Konsumen mendapatkan harga yang transparan dan bisa booking sesuai jadwal kapal secara online. Kami juga mengembangkan solusi sehingga konsumen mendapatkan jadwal shipping secara real time. Ini sangat memudahkan konsumen,” ujar Iman dalam keterangan resmi, Kamis (12/3).

Melalui RitSea, pengirim akan memiliki akses dasbor, sehingga dapat memantau pengemudi dan muatan, serta memonitor booking dan shipment dalam satu layar.

Adapun, buat pengangkut akan mudah menerima pesanan melalui sistem, memantau pengemudi dan muatan secara online selama 24 jam, dan pembayaran yang mudah lewat e-wallet.

Diterangkan lebih jauh, RitSea merupakan bagian dari solusi transportasi multimoda Ritase yang memadukan angkutan kereta untuk jalur darat, pesawat untuk jalur udara, dan pelayaran unuk jalur air. Melalui solusi seperti ini, platform akan mencari kombinasi angkutan yang tercepat dan termurah secara sistem. “Konsumen punya pilihan yang sesuai dengan kebutuhannya.”

Bagaimana Ritase Mendisrupsi Pasar Logistik dan Kargo di Indonesia
Bagaimana Ritase Mendisrupsi Pasar Logistik dan Kargo di Indonesia

Iman menyebut RitSea telah terkoneksi dengan pelayaran besar nasional untuk memastikan pelayanan yang prima. Tidak disebutkan identitas dari mitra yang Ritase gaet.

Sebagai catatan, RitSea menambah rangkaian platform berbasis SaaS yang dikembangkan perusaahaan dalam mempertemukan stakeholder yang membutuhkan pengiriman dan para vendor pengangkut. Sebelumnya, startup ini menyediakan Ritase TMS (Transport Management System), Ritase Enterprise, Ritase Supply Chain Financing (SCF).

Berikutnya, Ritshop untuk pembelian spare part dan kebutuhan pendukung, Rit2Go untuk mendukung pengiriman buat UKM, dan Ritase Pay. “RitSea telah mencakup semua aspek first mile dalam logistik. Sebentar lagi kami akan menjadi super app di bidang logistik.”

Pada Juli 2019, perusahaan mengumumkan pendanaan seri A senilai Rp120 miliar dari Golden Gate Ventures, Insignia Ventures, Skystar Capital, dan lainnya. Pada tahun lalu, perusahaan memfasilitasi lebih dari 40 ribu pengiriman per bulan dan bekerja sama dengan 74 merek global dan ritel, seperti Nestle, Unilever, Japfa dan Lotte.

Perusahaan telah menghimpun lebih dari 600 perusahaan transportasi kecil dan menengah, dengan total lebih dari 11 ribu truk individu sejak pertama kali didirikan pada 2018.

Daya saing logistik Indonesia

Startup Logistik di Indonesia

Ekspansi Ritase sebenarnya sangat tercermin dari masih besarnya potensi logistik yang dapat disentuh lewat transformasi digital. Menurut Bank Dunia, Indonesia masih berada di urutan ke-5 dari negara ASEAN lain berdasarkan performa logistik (Logistics Performance Index/LPI) di level 3,15 dari skala 1-5.

Semakin mendekati skala 5 mengindikasikan daya saing logistik suatu negara semakin baik, sebaliknya kian mendekati 1 semakin buruk.

Posisi Indonesia kalah dari Singapura (4,0), Thailand (3,41), Vietnam (3,27), dan Malaysia (3,22). Kendati begitu, dalam delapan tahun terakhir daya saing logistik Indonesia menunjukkan perbaikan. Dalam skala global, Indonesia ada di urutan ke-46 dari 160 negara di 2018 yang merupakan terbaik sejak 2010.

Data tersebut dibarengi dengan momentum pertumbuhan lapangan usaha transportasi dan pergudangan dalam produk PDB yang naik 7,01% secara keseluruhan di 2018. Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan tahun 2018 sebesar 5,17%.

Penyebab dari kenaikan ini karena dampak dari kontribusi perhubungan udara dan darat yang meningkat karena perhelatan kegiatan internasional dan pembangunan infrastruktur perhubungan darat. BPS mencatat total produksi dari sektor ini mencapai Rp796,76 triliun atau berkontribusi 5,37% dari total PDB di 2018.

Lebih lanjut, data BPS memaparkan angkutan darat berkontribusi sebesar 44,41% terhadap sektor logistik, angkutan udara sebesar 30,16%, pergudangan dan jasa penunjang angkutan 1,24%, angkatan laut 0,57%, angkutan sungai danau dan penyeberangan 0,14%, dan angkutan rel 0,1%.

Harapan Lahirnya Gebrakan di Sistem Manajemen Rantai Pasokan

Pertumbuhan bisnis yang mengesankan, dibarengi dengan pengembangan teknologi berkelanjutan menjadikan Amazon sebagai salah satu kiblat inovasi di sektor e-commerce. Menyadur data terakhir perusahaan, pertumbuhan bisnis dari tahun 2018 ke 2019 telah mencapai 30%. Sementara 13% keuntungan didapat dari transaksi global, termasuk di kawasan Asia Pasifik.

Secara lebih mendetail, banyak hal yang bisa dipelajari dari kesuksesan perusahaan yang dinakhodai Jeff Bezos tersebut. Manajemen rantai pasokan (supply-chain management) jadi salah satunya, memungkinkan Amazon mengakomodasi ekspektasi pelanggan terkait pengiriman barang yang dilakukan cepat. Salah satu realisasinya dalam fitur “same day delivery”.

Robot pengiriman yang tengah diuji coba oleh Amazon / Amazon
Robot pengiriman yang tengah diuji coba oleh Amazon / Amazon

Dewasa ini konsep serupa masif diterapkan oleh pemain e-commerce di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Transformasi besar-besaran dilakukan agar memungkinkan jalur distribusi barang menjadi lebih efisien. Untuk beberapa pengiriman ke kota besar, khususnya wilayah Jabodetabek, platform seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak dan sebagainya sudah mungkinkan pengiriman sehari, manfaatkan kerja sama dengan aplikasi ride-sharing.

Mengapa rantai pasokan jadi aspek penting?

Proses rantai pasokan (supply chain) telah berubah dari masa ke masa. Di era sebelum e-commerce, prosesnya hanya melibatkan pembeli dan pemilik toko, karena transaksi terjadi secara langsung di tempat. Di era jual-beli online, aktivitasnya menjadi lebih panjang. Pada setiap aspek rantai pasokan terdapat berbagai aktivitas pertukaran informasi, transaksi dana, pengelolaan barang, manajemen logistik, hingga proses pelaporan.

Kemitraan strategis dengan pihak ketiga dijadikan solusi agar alurnya efisien. Masing-masing perusahaan dengan kompetensinya melakukan pengelolaan di masing-masing bidang. Misalnya, platform e-commerce fokus menyediakan kanal, perusahaan logistik konsentrasi pada distribusi produk dan perusahaan rantai pasokan sediakan gudang.

Di titik sekarang ini, fragmentasi layanan e-commerce justru menghadirkan permasalahan baru. Dengan ekspektasi sama soal pengiriman cepat, sistem logistik sering terseok-seok hadapi traksi pesanan yang membludak. Hal ini rutin terjadi di momen-momen khusus, misalnya perayaan hari belanja atau mendekati hari raya.

Tak mau pasrah dengan keadaan, beberapa perusahaan e-commerce mulai bangun infrastruktur secara mandiri. Seperti yang dilakukan Tokopedia melalui visinya untuk menjadi “Insftrastruktur as a Services” di sektor ritel. Mereka membangun layanan pemenuhan (fullfilment) TokoCabang untuk memperlancar proses distribusi produk.

Head of Fulfillment Tokopedia Erwin Dwi Saputra kepada DailySocial menceritakan cara kerjanya. “TokoCabang memungkinkan penjual menitipkan stok produk di gudang Tokopedia di berbagai daerah, terutama di wilayah di mana permintaan produk cenderung tinggi. Dengan layanan pemenuhan yang efisien, penjual kini tidak perlu lagi mempertimbangkan isu operasional pemenuhan pesanan, terutama ketika usaha penjual mulai berkembang pesat.”

Selanjutnya barang-barang tersebut dikelola pengirimannya oleh 12 mitra logsitik yang telah bekerja sama dengan Tokopedia. Selain lebih cepat, memungkinkan perusahaan memberikan ongkos kirim yang lebih terjangkau. Tokopedia menyebut fitur tersebut sebagai “instant delivery”.

Di fase awalnya, layanan TokoCabang tersedia di daerah Jakarta, Bandung dan Surabaya, kemudian akan terus bertambah hingga menjangkau seluruh penjuru di Indonesia di waktu mendatang.

Inovasi lain soal logistik

Visi penguatan logistik turut digaungkan oleh perusahaan lain. JD.id salah satunya, disampaikan President & CEO Zhang Li prioritas mereka saat ini mengupayakan layanan “same day delivery”, dimulai dari seluruh wilayah Jabodetabek. Layanan yang dimaksud memungkinkan pesanan dikirim ke pelanggan pada hari yang sama jika pemesanan dilakukan sebelum pukul 10.00 WIB.

Zhang mengklaim 85% pesanan di Jabodetabek telah memakai same day delivery. Angka tersebut turut menjadi pendorong memperkuat infrastruktur logistik, karena saat ini kecepatan tersebut jadi layanan unggulan. Untuk perluasan, pihaknya sudah bangun 11 gudang yang tersebar di berbagai kota, termasuk Medan, Makassar, Surabaya, Semarang dan Pontianak.

Praktiknya lebih kompleks dibandingkan di negara lain, pun bagi platform logistik JD.id yang terlebih dulu diaplikasikan di negara asalnya Tiongkok. Indonesia secara geografis miliki wilayah berpulau-pulau. Minimal logistik diakomodasi dengan dua moda transportasi, darat-laut atau darat-udara untuk menyeberang, diambil mana yang lebih efisien secara muatan, waktu dan biaya.

Melihat kondisi tersebut, Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung menyampaikan bahwa pengelolaan yang berbasis data menjadi penting.Menurutnya, di satu titik semua perusahaan membutuhkan pendekatan yang lebih end-to-end untuk memaksimalkan kebutuhan konsumen. Manajemen rantai pasokan juga masih menjadi fokus diskusi antar-anggota asosiasi.

Pendekatan berbasis data tadi memang jadi acuan penting. Soal logistik, sistem butuh algoritma tepat untuk menghasilkan analisis tentang jalur distribusi yang efisien. Termasuk untuk menentukan titik-titik gudang menampung produk.

Pendekatan berbeda dilakukan Bukalapak. Sembari menyempurnakan infrastruktur, mereka mencoba meningkatkan efektivitas pengiriman dengan menghadirkan platform terintegrasi. Mereka menyadari, bahwa bisnis logistik di Indonesia saat ini sangat banyak, terutama saat berbicara tentang pemain-pemain di tingkat daerah. Ada bisnis logistik yang punya spesialisasi kirimkan barang bermuatan besar, antar pulau melalui jalur laut hingga bisnis logistik yang menjangkau kawasan pelosok.

Fitur BukaPengiriman fokus membantu mitra penjual mengelola proses pengiriman. Mitra logistik ditempatkan dalam satu kanal terintegrasi, termasuk menawarkan layanan penjemputan agar pesanan dapat diproses secepatnya. Lagi-lagi prioritasnya untuk memenuhi tuntutan konsumen agar mendapatkan barang yang diinginkan dalam waktu yang cepat.

Butuh gebrakan manajemen rantai pasokan

Lengan robot pintar di jaringan pergudangan Alibaba
Lengan robot pintar di jaringan pergudangan Alibaba / Alibaba

Raksasa e-commerce seperti Amazon, Alibaba atau JD.com mulai merilis perangkat logistik manfaatkan kemajuan teknologi. Sebut saja pengiriman barang dengan pesawat nirawak (drone) atau mobil tanpa supir (driverless car). Misinya menghadirkan automasi dalam proses distribusi. Bahkan di gudang-gudang mereka, bantuan “lengan robot” juga sudah diterapkan untuk pangaturan barang yang lebih cermat.

Dengan kondisi yang ada di Indonesia, meninjau dari sisi infrastruktur publik dan tatanan sosio-ekonomi, pemain lokal juga terus dituntut untuk hadirkan gebrakan baru dalam sektor logistik. Harapan besar untuk 2020 dan tahun-tahun mendatang agar sistem rantai distribusi bisnis ritel di tanah air semakin membaik.