The End of an Era, Zenius Edtech to Acquire Offline Tutoring Service Primagama

Edtech startup, Zenius, is reported to have acquired the offline tutoring service, Primagama. According to a reliable source, this acquisition involves all branches of the course institution. According Primagama’s website, the company currently operates more than 250 branches in various provinces in Indonesia, serving 4 million students with 3 thousand employees. Branch expansion is carried out with the franchise concept.

We tried to contact Zenius’ rep, but haven’t received official confirmation.

Founded by Sabda PS and Medy Suharta, Zenius is known as one of the pioneers of online tutoring services in Indonesia. They debuted with offline tutoring, packaged the material on DVD, then fully became an online service. In fact, Primagama was founded in 1982. The collaboration between the two allows an integration of online to offline learning models or blended learning, utilizing their infrastructure and capabilities.

Previously, around the early 2010s, Primagama has developed an online service called “PrimagamaPlus”. However, due to the very premature market, the service seems to get less attention. At that time, direct tutoring (offline) was still the prima donna. Currently. the applications are there to support learning, but there is not much traction.

Zenius’ corporate action was held amidst the collapse of many offline tutoring businesses due to the pandemic. The school-from-home appeal has caused declining enthusiasm, especially when edtech services are rising digitally.

On the other hand, Zenius’ penetration to Primagama has the potential to provide a more interesting learning experience. Especially once the learning activities return to normal.

According to the 2021 KPAI survey, 78% of students demand to return to class. Virtual spaces are considered less effective. 57% of students find it difficult to follow the subject matter and practicum.

Zenius growth

Zenius currently has several products, the best selling is the online tutoring. Throughout the 2019/2020 school year, the Zenius tutoring application was accessed by more than 20 million users. It contains about 100 thousand learning videos and practice questions that is accessible for free. In addition, Zenius also provides Live Class services for direct guidance with selected teachers; there is also a UTBK simulation, and several other learning products.

Apart from formal learning, there is also Zenius Land app for toddler. While ZenPro is intended for professional learning with more general subject. Apart form focusing on students, Zenius also developed ZenRu for the teaching management platform.

In early 2021, Zenius secured a Pre-Series B round backed by a number of investors, including Alpha JWC Ventures, Openspace Ventures, Northstar, Kinesys, and BeeNext. One year earlier, they posted an investment of $20 million in a Series A round. Zenius’ value is currently estimated at over $100 million.

Market competition and value propotition

Indonesian edtech sector is growing rapidly. The two head-tohead players are Ruangguru and Zenius – statistically, Ruangguru’s site visits and application downloads are far more superior. In addition, the two owned very similar sub-product variants.

Zenius always have strong sense to the material side. Instead of driving students to simply memorize, the material at Zenius emphasizes understanding fundamental concepts and critical thinking through various case studies.

Visitor statistic of Zenius and Ruangguru / Similarweb

Apart from Zenius and Ruangguru, a number of edtechs are haveing quite the maneuver. Most recently, CoLearn has recently secured a Series A funding of IDR 244 billion. The app heavily focused on math and science subjects, helping students complete homework independently. Other than that, there are Pahamify, Squline, and others.

The presence of Primagama in Zenius’ line of business has the potential to strengthen its value proposition once it succeeds in wrapping up a hybrid learning experience – this could also be the first in Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Akhir Sebuah Era, Platform Edtech Zenius Dikabarkan Akuisisi Lembaga Bimbingan Belajar Primagama

Startup edtech Zenius dikabarkan telah mengakuisisi penyedia layanan bimbel (bimbingan belajar) Primagama. Menurut sumber terpercaya, akuisisi ini melibatkan seluruh cabang lembaga kursus. Menurut data di situs Primagama, saat ini perusahaan mengoperasikan lebih dari 250 cabang di berbagai provinsi di Indonesia, melayani 4 juta siswa dengan 3 ribu pegawai. Perluasan cabang dilakukan dengan konsep waralaba.

Kami mencoba menghubungi pihak Zenius, tetapi belum mendapatkan konfirmasi resmi.

Didirikan oleh Sabda PS dan Medy Suharta, Zenius dikenal sebagai salah satu pelopor layanan bimbel online di Indonesia. Mereka memulai debut dengan bimbel offline, selanjutnya mengemas materi dalam piringan DVD, lalu sepenuhnya menjadi layanan online online. Pun demikian Primagama berdiri sejak tahun 1982. Kolaborasi keduanya memungkinkan adanya integrasi model pembelajaran online to offline atau belended learning memanfaatkan infrastruktur dan kapabilitas yang dimiliki.

Sebelumnya, sekitar awal tahun 2010an, Primagama sebenarnya juga sempat mengembangkan layanan online berjuluk “PrimagamaPlus”. Hanya saja karena pasar yang belum siap, layanan tersebut tampak kurang mendapatkan perhatian. Kala itu bimbingan belajar secara langsung (offline) masih menjadi primadona. Sekarang pun mereka juga punya aplikasi untuk penunjang pembelajaran, namun traksi yang didapat kurang maksimal.

Aksi korporasi Zenius dilakukan di tengah goncangan hebat yang dirasakan pebisnis bimbel akibat pandemi. Aturan belajar di rumah membuat kelas-kelas bimbel sepi peminat, apalagi sekarang dimudahkan layanan edtech yang bergerak secara digital.

Di sisi lain, masuknya Zenius ke Primagama berpotensi menghadirkan pengalaman pembelajaran yang lebih menarik. Apalagi saat aktivitas pembelajaran kembali normal nantinya.

Menurut survei KPAI tahun 2021, 78% siswa/i memang menginginkan pembelajaran kembali ke kelas. Ruang-ruang virtual dirasa kurang efektif. 57% siswa/i merasa kesulitan mengikuti materi pelajaran dan pratikum.

Laju pertumbuhan Zenius

Saat ini Zenius memiliki beberapa produk, yang terlaris adalah bimbel online mereka. Sepanjang tahun ajaran 2019/2020, aplikasi bimbel Zenius diakses lebih dari 20 juta pengguna. Di dalamnya berisi sekitar 100 ribu video pembelajaran dan latihan soal yang bisa diakses secara gratis. Tidak hanya itu, Zenius juga menghadirkan layanan Live Class untuk bimbingan langsung dengan guru-guru terpilih; ada juga simulasi UTBK, dan beberapa produk pembelajaran lain.

Di luar materi pembelajaran formal, ada juga Zenius Land untuk aplikasi pembelajaran anak balita. Sementara ZenPro ditujukan untuk pembelajaran kalangan profesional dengan materi yang lebih umum. Tidak hanya fokus ke siswa, Zenius juga mengembangkan ZenRu untuk platform manajemen pengajaran guru.

Awal tahun 2021, Zenius mendapatkan pendanaan putaran Pra-Seri B yang didukung sejumlah investor, termasuk Alpha JWC Ventures, Openspace Ventures, Northstar, Kinesys, dan BeeNext. Satu tahun sebelumnya mereka membukukan investasi $20 juta pada putaran Seri A. Diperkirakan saat ini Zenius sudah memiliki valuasi di atas $100 juta.

Kompetisi pasar dan proposisi nilai

Sektor edtech di Indonesia cukup berkembang pesat. Dua pemain yang saat ini mendominasi adalah Ruangguru dan Zenius – secara statistik kunjungan situs dan unduhan aplikasi Ruangguru lebih unggul. Selain itu, untuk varian sub-produk yang dimiliki keduanya juga nyaris memiliki kesamaan.

Satu hal yang selalu digaungkan Zenius adalah di sisi materi. Alih-alih mengajak peserta didik hanya menghafal, materi di Zenius mengedepankan pada pemahaman konsep fundamental dan cara berpikir kritis melalui berbagai studi kasus.

Statistik kunjungan situs Zenius dan Ruangguru / Similarweb

Di luar dari Zenius dan Ruangguru, sejumlah edtech juga terus bermanuver. Yang terbaru CoLearn baru saja membukukan pendanaan Seri A senilai 244 miliar Rupiah. Aplikasinya fokus pada pembelajaran matematika dan sains, membantu para siswa menyelesaikan berbagai PR secara mandiri. Di luar itu masih ada Pahamify, Squline, dan lain-lain.

Hadirnya Primagama di jajaran lini bisnis Zenius berpotensi menguatkan proposisi nilai jika benar-benar berhasil membungkus pengalaman belajar hybrid – ini juga bisa menjadi yang pertama di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Telkomsel Resmikan Anak Usaha Baru untuk Mewadahi Inisiatif Digital Perusahaan

Dalam upaya mendukung kelangsungan peta jalan transformasi digital di Indonesia, Telkomsel secara khusus membentuk sebuah entitas baru yang dinamakan PT Telkomsel Ekosistem Digital. Hal ini dinyatakan sebagai wujud keseriusan perusahaan dalam memperluas portofolio bisnis digital.

PT Telkomsel Ekosistem Digital akan mengambil posisi sebagai perusahaan induk yang menaungi beberapa anak perusahaan dari portofolio bisnis vertikal Telkomsel di sektor digital. Melalui inisiatif ini, mereka akan mengoptimalkan pemanfaatan sinergi seluruh ekosistem aset yang dimiliki. Hingga saat ini, perusahaan belum mengumumkan nama resmi yang akan digunakan sebagai brand atau identitas bisnis.

Selain itu, pembentukan anak usaha baru Telkomsel ini juga diharapkan bisa membuka peluang serta mempermudah pemanfaatan teknologi digital terkini. Hal ini semata-mata bertujuan untuk memperkuat ekosistem digital tanah air demi mengantarkan Indonesia menjadi digital powerhouse di Asia Tenggara.

Direktur Utama Telkomsel Hendri Mulya Syam mengatakan, “Telkomsel ingin terus memberikan manfaat kepada masyarakat dengan mengoptimalkan kapabilitas digital trifecta (digital connectivity, digital platform, dan digital service) yang dimiliki untuk mendorong perluasan portofolio bisnis di berbagai sektor, terutama yang dapat memperkuat perekonomian digital nasional.”

Indonesia kini telah menjadi salah satu negara dengan penetrasi ekonomi digital yang terus tumbuh positif setiap tahunnya dengan transaksi digital yang diproyeksikan mencapai $124 miliar pada tahun 2025.

Berdasarkan studi yang dilakukan Google, Temasek, dan Bain & Co., sekitar 41,9% dari total transaksi ekonomi digital Asia Tenggara berasal dari Indonesia. Nilai ekonomi digital Indonesia sendiri pada 2020 telah mencapai $44 miliar, tumbuh 11% dibandingkan 2019, dan memiliki kontribusi sebesar 9,5% terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

“Kami berharap, PT Telkomsel Ekosistem Digital dapat menjalankan perannya memperkuat Telkomsel sebagai digital ecosystem enabler, melalui optimalisasi kapabilitas ekosistem layanan digital yang dimiliki, guna mewujudkan visi Indonesia menjadi salah satu negara ekonomi digital terbesar di dunia,” ungkap Hendri.

Di tahap awal, PT Telkomsel Ekosistem Digital akan dipimpin oleh Andi Kristianto sebagai Chief Executive Officer (CEO). Sebelumnya, Andi juga pernah menjabat sebagai CEO Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) dan SVP Corporate Strategy and Strategic Investment di Telkomsel. Selain itu, Andi juga akan didampingi oleh Andry Firdiansyah sebagai Chief Financial Officer (CFO) dan Chief Human Resource Officer (CHRO), dan Luthfi K. Arif sebagai Chief Technology Officer (CTO).

Inisiatif digital Telkomsel

Beberapa tahun terakhir, Telkomsel telah memperluas cakupan solusi digitalnya melalui divisi inkubasi dan akselerasi internal Telkomsel Innovation Center (TINC) dan Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) sebagai perusahaan perpanjangan investasi di luar ekosistem perusahaan. Ini menjadi salah satu langkah strategis untuk mencari model bisnis yang tepat bagi bisnis telekomunikasinya.

Dalam upaya mendorong pengembangan di gelombang pertama, PT Telkomsel Ekosistem Digital akan fokus pada tiga sektor industri digital, yakni edtech, healthtech, dan gaming. Ketiga lini bisnis tersebut dinilai berpotensi untuk mendorong perekonomian digital nasional dan akan menjadi bagian dari emerging portofolio bisnis digital Telkomsel yang berkelanjutan.

Di pertengahan tahun 2021, Telkomsel memperkenalkan Kuncie, platform edtech yang menyediakan layanan pembelajaran pengembangan bisnis di berbagai macam kategori dengan mentor berpengalaman. Edtech merupakan vertikal bisnis yang mungkin belum pernah menjadi diversifikasi lini bisnis operator telekomunikasi, baik dikembangkan sendiri maupun lewat skema investasi atau kemitraan strategis.

Selang beberapa waktu, tepatnya di akhir tahun 2021, perusahaan resmi meluncurkan platform digital terbaru Fita yang bermain di segmen prevented healthcare. Produk ini disebut mengamalkan growth mentality yang lekat pada kultur startup. Sebelumnya, aplikasi Fita sudah lebih dulu hadir di Google Play Store dan Apps Store pada pertengahan tahun ini.

Dalam waktu dekat, Telkomsel berencana melakukan pemekaran usaha melalui pemisahan keseluruhan bisnis aplikasi Kuncie dan Fita untuk dialihkan kepada PT Telkomsel Ekosistem Digital, guna memperkuat penetrasi bisnis vertikal, masing-masing di sektor edutech dan healthtech.

Sedangkan untuk sektor gaming, Telkomsel juga telah mengalihkan kontrak usaha patungan kepada PT Telkomsel Ekosistem Digital untuk mendirikan perusahaan Joint Venture (JV) yang memiliki fokus bisnis sebagai perusahaan penerbit (publisher) gaming guna meningkatkan kompetensi dan kapabilitas di vertikal bisnis Telkomsel di industri gaming.

Terampil Jembatani Trainer Profesional dan Pengguna dalam Satu Platform

Baru melakukan rebranding bulan Agustus 2021, platform pelatihan online Terampil mengklaim mengalami pertumbuhan bisnis yang positif. Kepada DailySocial.id, Founder & CEO Terampil Amrullah Azmy mengungkapkan, startupnya ingin membantu pengguna mendapatkan kelas pelatihan secara terpadu, baik dari sisi materi hingga komunikasi dengan trainer dan pengguna lainnya.

“Pada umumnya platform yang menawarkan teknologi dan layanan serupa dengan Terampil lebih fokus kepada speech, namun di Terampil kami melakukan role play dan memiliki materi yang diperagakan langsung oleh para trainer.”

Terampil menyediakan tujuh kategori pelatihan. Di antaranya adalah Personal Foundation, Business Foundation, Marketing & Branding, Sales, Operation & Technology, Finance & Accounting, dan Human Capital.

Untuk pengguna yang baru mulai memasuki dunia kerja atau profesional muda yang ingin mengetahui aspek apa yang harus dikembangkan untuk peningkatan kriernya dan ingin mengetahui profil diri secara singkat maka dapat mengambil short assessment secara gratis di Terampil. Tercatat saat ini sudah ada sekitar 124 modul di dalam platform.

“Bukan hanya soft skill dan hard skill, Terampil juga menawarkan technical skill untuk pengguna. Sebelumnya kita menetapkan dulu kurikulum yang sudah ada menyesuaikan kebutuhan pasar, namun kita juga menerima permintaan dari pengguna sebelum akhirnya kita meluncurkan kurikulum tersebut,” kata Amrullah.

Strategi monetitasi

Untuk strategi monetisasi, selain memberikan pilihan gratis mengakses video untuk pengguna baru, disediakan pula kuota yang bisa dipilih oleh mereka. Di antaranya adalah paket bronze, silver, dan gold. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp95 ribu hingga Rp495 ribu. Untuk pilihan pembayaran juga menyediakan semua pilihan pembayaran yang tersedia dengan mitra strategis mereka yaitu Midtrans. Tersedia juga pilihan pembayaran menggunakan DANA.

“Sejak awal kita fokus kepada segmen B2C. Namun satu bulan terakhir kami mulai menggarap segmen B2B. Kebanyakan pengguna kita ada di Jabodetabek. Namun Terampil juga sudah tersebar di Semarang, Jogjakarta, Surabaya, Medan dan Palembang,” kata Amrullah.

Platform serupa yang menawarkan layanan seperti Terampil di antaranya adalah Rolmo dan ProSpark.

Metode hybrid learning

Selain memiliki trainer yang berasal dari perusahaan nasional dan multinasional di Indonesia, Terampil juga memiliki trainer dari kalangan umum yang memiliki skill dan pengalaman yang baik. Namun untuk memastikan trainer tersebut masuk dalam kriteria, proses kurasi yang ketat dilakukan oleh tim. Tercatat saat ini ada sekitar 98 trainer yang bergabung.

Untuk memberikan solusi dan layanan yang lebih terpadu, Terampil yang menerapkan metode hybrid learning, menggabungkan antara pembelajaran Intra-Active dan Inter-Active. Metode Intra-Active ini dirancang untuk mendorong pembelajar untuk lebih aktif dalam meningkatkan kapasitas dirinya, sedangkan Inter-Active adalah metode yang memungkinkan untuk berperan secara aktif berinteraksi langsung dengan sesama pengguna lainnya dan trainer di dalam Forum Diskusi dan Live Q&A.

Forum diskusi berbentuk teks ini terdapat di setiap modul pelatihan sehingga diskusi yang terjadi khusus untuk membahas materi pada modul tersebut. Sedangkan Live Q&A adalah layanan yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi langsung dengan trainer secara audio. Tahun 2022 mendatang Terampil juga memiliki rencana untuk meluncurkan fitur serupa dengan aplikasi Club House.

“Sejak rebranding fokus kita lebih kepada pengembangan teknologi. Di kuartal pertama tahun depan fitur ini bisa digunakan oleh pengguna dan trainer kita,” kata Amrullah.

Untuk meningkatkan layanan pelanggan Terampil juga kerap melakukan komunikasi langsung dengan pengguna demi mendapatkan feedback. Dengan demikian bisa memaksimalkan video dan materi lainnya yang sudah menjadi pilihan pengguna hingga saat ini.

Masih menjalankan bisnis secara bootstrap, Terampil belum memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana dalam waktu dekat. Namun demikian tahun 2022 mendatang rencananya perusahaan akan melakukan kegiatan penggalangan dana di kuartal ketiga.

“Kami ingin Terampil bukan sekadar menjadi platform pelatihan online pilihan utama dari masyarakat, namun lebih dari itu kami ingin menjadi selayaknya seorang guru dan orang tua yang bangga apabila anak didik kami sukses meraih cita-citanya dan mendapatkan masa depan yang cerah. Sedangkan di sisi bisnis, kami bermimpi Terampil menjadi salah satu edutech unicorn yang membanggakan Indonesia,” tutup Amrullah.

Application Information Will Show Up Here

Kantongi Pendanaan Seri C, Platform Pembelajaran LingoAce Perluas Cakupan Bahasa Yang Ditawarkan

Akhir tahun 2021 ini platform pembelajaran bahasa Mandarin yang berbasis di Singapura LingoAce mendapatkan pendanaan Seri C. Putaran pendanaan sebesar $105 juta ini dipimpin Sequoia Capital India dan diikuti Owl Ventures, Shunwei Capital, dan SWC Global. Secara total LingoAce telah mengumpulkan pendanaan sebesar $180 juta.

Dana segar akan digunakan untuk melanjutkan misi LingoAce, yaitu membuat pembelajaran bahasa baru menjadi sesuatu yang menyenangkan, mendalam dan interaktif bagi anak-anak.

Selain itu, pendanaan juga akan dipakai untuk mengembangkan tim global dengan perekrutan yang signifikan di wilayah Asia Tenggara, Amerika Serikat dan Eropa, untuk memperkuat pengembangan produk dan kurikulum, serta meningkatkan dukungan penjualan dan pemasaran.

“Dana tersebut juga akan digunakan untuk menumbuhkan tim global dengan perekrutan signifikan yang sedang berlangsung di Amerika Serikat, Eropa dan Asia Tenggara, untuk memperkuat kurikulum dan pengembangan produk, dan untuk skala penjualan dan dukungan pemasaran,” kata Founder & CEO LingoAce Hugh Yao.

LingoAce menyediakan platform belajar bahasa Mandarin untuk anak usia 4-15 tahun. Pengguna akan diajarkan oleh tutor native speaker yang tersertifikasi dan sudah lolos seleksi dalam mengajarkan bahasa Mandarin untuk anak dan remaja. Tutor ini berasal dari Singapura dan Tiongkok.

Selain LingoAce, platform pembelajaran bahasa secara online di Asia Tenggara lainnya adalah Cakap, LingoTalk, dan Bahaso.

Pertumbuhan bisnis secara global

Resmi meluncur di Indonesia tahun 2020 lalu, LingoAce mengklaim telah mengalami pertumbuhan jumlah pengguna. Pandemi yang mengakselerasi pertumbuhan platform edtech juga dirasakan oleh platform belajar bahasa Mandarin seperti LingoAce.

“Konten dan platform digital inovatif kami telah menciptakan pengalaman online yang berbeda bagi siswa. 60% siswa kami dirujuk ke LingoAce dari siswa dan orang tua yang sebelumnya telah menggunakan LingoAce,” kata Hugh.

LingoAce mengubah cara anak-anak mempelajari bahasa Mandarin dengan menciptakan pengalaman pendidikan yang menarik dan menyenangkan bagi siswa melalui perangkat yang memudahkan orang tua untuk merencanakan, menjadwalkan dan memonitor pembelajaran anak-anaknya.

Di Indonesia, LingoAce mengadakan kelas one-on-one dan small-group secara langsung dengan kualitas terbaik, guru bersertifikat yang dapat memberikan umpan balik dan interaksi secara real-time untuk memberikan yang efektif, pembelajaran yang efisien.

Saat ini ada dua program bahasa Mandarin di Indonesia. Yang pertama ditujukan untuk pelajar yang baru mulai belajar bahasa Mandarin sebagai bahasa kedua dan progam kedua untuk yang lebih mahir. Keduanya didasarkan pada materi pembelajaran bahasa Mandarin yang diakui secara global.

Meskipun sejak awal fokus kepada bahasa Mandarin, perusahaan juga berencana mengembangkan bisnis dengan menghadirkan bahasa Inggris dan membuka peluang pelajaran lainnya untuk memenuhi permintaan pendidikan yang berkelanjutan secara global.

“Kami juga telah meluncurkan penawaran bahasa Inggris kami (aplikasi ACE Early Learning) di Indonesia, dengan rencana untuk memperluas ke seluruh wilayah,” kata Hugh.

Application Information Will Show Up Here

Cakap Language Learning Platform Secures Series B Funding, Advancing the “Artificial Intelligence” Tech Features

After securing the series A+ funding of $3 million or equivalent to IDR42.6 billion in late 2020, Cakap recently received Series B funding worth $10 million (more than IDR140 billion IDR). This funding round was led by the KB-MDI Centauri Fund and Heritas Capital. Participating also the KB Investment and other undisclosed investors.

The company plans to use the fresh money to expand the certified-course offerings, as well as to drive market expansion in providing better access to high-quality education in Indonesia. Cakap aims to improve its learning technology by exploring the machine learning and artificial intelligence application, which allows more personal learning progress for each student through adaptive learning.

“We are proud and excited to be part of the educational transformation in Indonesia, where we combine high-quality learning content, state-of-the-art technology, and professional teachers in our ecosystem to provide the best learning experience for our students,” Cakap’s Co-Founder & CEO, Cakap Tomy. Yunus said.

Cakap has been a profitable company in the last two years, managed to build credibility and gain growth by acquiring 1.5 million students with 500% YoY growth and downloads of more than 1 million applications. The Series B funding round settles the company’s achievements this year, with good growth through profitability and a role in supporting distance learning as a solution to minimize the impact of the pandemic.

Empowering students and teachers

Cakap is one of the largest edtech platforms in Indonesia that develops online learning applications with two-way interaction between students and teachers through video calls and texts. This concept enables two-way learning interactions for life skills learning across Asia Pacific.​

To date, Cakap claims to have led online language courses for the Adult and Children segment in Indonesia. As a technology platform, it is possible for Cakap to offer its subscription services at affordable prices compared to the concept of offline tutoring services. Cakap has empowered more than 1,000 teachers in all regions. Furthermore, the company plans to expand to the new markets and technological advances.

“Therefore, to support our mission of elevating people’s lives, we are consistently studying the unique behavior of students and improving our solutions by developing our machines around AI and machine learning, to deliver localized and personalized learning to accelerate student learning progress.” Tommy said.

Application Information Will Show Up Here

Platform Pembelajaran Bahasa Cakap Kantongi Pendanaan Seri B, Fokus Kembangkan Fitur Berteknologi “Artificial Intelligence”

Setelah mengantongi pendanaan seri A+ senilai $3 juta atau setara Rp42,6 miliar Rupiah akhir tahun 2020 lalu, bulan Desember ini Cakap kembali memperoleh pendanaan Seri B senilai $10 juta (lebih dari Rp140 miliar Rupiah). Putaran pendanaan ini dipimpin oleh KB-MDI Centauri Fund dan Heritas Capital. Turut berpartisipasi KB Investment dan invstor lainnya yang tidak diungkapkan lebih lanjut.

Dana segar tersebut nantinya akan digunakan perusahaan untuk memperluas penawaran kursus bersertifikat, serta untuk mendorong ekspansi pasar dalam menyediakan akses yang lebih baik ke pendidikan berkualitas tinggi di Indonesia. Cakap juga ingin meningkatkan teknologi pembelajaran mereka dengan mengeksplorasi penerapan machine learning dan artificial intelligence, yang memungkinkan kemajuan belajar menjadi lebih personal bagi setiap siswa melalui pembelajaran adaptif.

“Kami bangga dan bersemangat untuk menjadi bagian dari transformasi pendidikan di Indonesia, di mana kami menggabungkan konten pembelajaran berkualitas tinggi, canggih teknologi, dan guru profesional di ekosistem kami untuk memberikan pengalaman belajar terbaik bagi kami siswa,” kata Co-Founder & CEO Cakap Tomy Yunus.

Tercatat dalam waktu dua tahun terakhir Cakap telah mendapatkan profit, telah berhasil membangun kredibilitas dan memperoleh pertumbuhan dengan mengakuisisi 1,5 Juta siswa, dengan pertumbuhan 500% YoY pada siswa aktif dan unduhan lebih dari 1 juta aplikasi. Putaran pendanaan Seri B ini sekaligus menutup pencapaian perusahaan tahun ini, dengan pertumbuhan yang baik melalui profitabilitas dan peran dalam mendukung pembelajaran jarak jauh sebagai solusi untuk meminimalisir dampak pandemi.

Memberdayakan siswa dan guru

Cakap adalah salah satu platform edtech terbesar di Indonesia yang mengembangkan aplikasi pembelajaran online dengan interaksi dua arah antara siswa dan guru melalui panggilan video dan percakapan teks. Konsep ini memungkinkan interaksi pembelajaran dua arah untuk pembelajaran life skill di seluruh Asia Pasifik. ​

Selama ini Cakap mengklaim telah memimpin kursus bahasa online untuk segmen Dewasa dan Anak-anak di Indonesia. Sebagai platform teknologi memungkinkan Cakap untuk menawarkan layanan berlangganan mereka dengan harga terjangkau dibandingkan dengan konsep layanan bimbingan belajar offline. Cakap juga telah memberdayakan lebih dari 1.000 guru di seluruh daerah. Ke depannya Cakap memiki rencana untuk perluasan pasar baru dan kemajuan teknologi.

“Oleh karena itu, untuk mendukung misi kami dalam mengangkat kehidupan masyarakat, kami secara konsisten mempelajari perilaku unik siswa dan meningkatkan solusi kami dengan mengembangkan mesin kami di sekitar AI dan machine learning, untuk memberikan pembelajaran yang terlokalisasi dan terpersonalisasi dalam mempercepat kemajuan belajar siswa,” kata Tomy.

Application Information Will Show Up Here

Lewat Platformnya, Zenius Ingin Tingkatkan Keterampilan Guru di Era Pembelajaran Digital

Pascapandemi, pendidikan berbasis keterampilan bakal menjadi modal belajar penting untuk siswa, terlebih kondisi pembelajaran saat ini berangsur-angsur dilakukan secara hybrid. Guru yang dianggap sebagai profesi multiperan terus mendapat tuntutan dalam meningkatkan kemampuannya di bidang digital agar tidak kalah dengan kemampuan digital para siswanya.

Semangat inilah inilah yang melatarbelakangi hadirnya Zenius untuk Guru (ZenRu, sebelumnya memakai singkatan ZuG) tepat pada 25 November 2020. Satu tahun berjalan, Zenius melihat perjuangan nyata para guru di komunitas ZenRu yang harus menempuh perjalanan panjang demi bisa mendapatkan sinyal untuk mewujudkan pembelajaran yang berkualitas dan tetap memberikan stabilitas stabilitas para siswa di tengah jadwal pembelajaran tatap muka yang kerap berubah.

“Konten-konten Zenius sendiri selalu mengedepankan keterampilan, sebelum pengetahuan; dan ketika guru memiliki wadah berkreasi dan bertukar pikiran untuk melakukan pengajaran yang menggarisbawahi keterampilan berpikir, bersama-sama, Zenius dan guru-guru dapat ikut ambil bagian dalam pemulihan pendidikan pasca pandemi,” ucap Chief of Teachers’ Initiative Zenius Amanda Witdarmono dalam konferensi pers, kemarin (25/11).

Komunitas bagi guru

Saat ini, ZenRu telah menjadi komunitas bagi lebih dari 250 ribu guru di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, hampir 200 ribu di antaranya menggunakan platform ZenRu. Dalam perjalanannya, platform ini semakin ditingkatkan fiturnya, salah satunya terintegrasi dengan Google Classroom lewat akses Learning Management System (LMS). Dalam LMS ini, guru bisa membuat kelas, memberikan latihan soal untuk para siswa dan melakukan penilaian.

Fitur tersebut sangat membantu para guru dalam memantau pembelajaran para siswa dan mengerjakan tugas-tugas administratif, sehingga mereka memiliki waktu lebih untuk fokus pada perkembangan siswa mereka. Sementara itu, dalam aplikasi dan situs ZenRu berisi pustaka konten pembelajaran Zenius dan membagikan konten pembelajaran.

Unsur komunitas tak lepas dari semangat ZenRu agar para guru dapat saling berbagi dan bertukar pikiran di platform media sosial. Amanda menuturkan, pihaknya rutin menyelenggarakan workshop, baik yang diselenggarakan secara mandiri maupun bekerja sama dengan Dinas Pendidikan di Indonesia. Melalui kegiatan ini, para guru yang tergabung bisa mendapatkan berbagai hal positif yang bisa membantu mereka untuk menjalani aktivitas pembelajaran di kelas.

Ketua Biro Pengembangan Profesi PGRI Aceh Juanda mengatakan, “Guru merupakan salah satu elemen terpenting dalam proses pembangunan pendidikan di Indonesia, karena peran dan keberadaannya dapat menjadi penentu keberhasilan pendidikan di masa mendatang. Dengan membuka diri terhadap perubahan dan kemajuan teknologi, guru akan mampu memberikan pembelajaran terbaik bagi para siswa. Kami berharap kolaborasi-kolaborasi dengan platform edukasi teknologi seperti Zenius akan mampu untuk mempercepat pemulihan pendidikan pasca pandemi.”

Secara angka, ZenRu telah mengadakan 37 workshop yang setara dengan 1.184 jam pelajaran yang diikuti oleh 85.110 guru dan menjangkau 75.595 sekolah di seluruh Indonesia. Kemudian, memiliki total 174.564 kelas yang dibuat oleh para guru, rata-rata sebanyak 300 kelas yang dibuat oleh para guru dalam satu harinya, dengan rata-rata 10 siswa di tiap kelasnya; serta, memiliki lebih dari 140 ribu kontan materi video pembelajaran yang lengkap.

Amanda melanjutkan, pembelajaran tatap muka (PTM) diterapkan secara beragam oleh banyak sekolah yang masing-masing memiliki skemanya. Lantas kondisi tersebut tidak membuat ZenRu tidak bisa masuk mengambil perannya dalam pendidikan. ZenRu akan terus meluncurkan fitur lainnya yang didapat dari masukan para guru. Salah satunya yang sedang dipersiapkan adalah materi pelajaran dalam bahasa daerah dan lebih banyak animasi.

“Fitur berikutnya akan memenuhi kebutuhan tersebut, harapannya ZenRu dapat dipersonalisasi lebih jauh, sehingga dapat mendukung pembelajaran di kelas dan bisa menemani guru dalam mewujudkan pembelajaran yang bermakna. Semoga bisa reach 4 juta guru agar mereka bisa mengajar lebih bermakna mulai dari mana saja,” tutup Amanda.

ZenRu adalah salah satu produk Zenius yang menyasar khusus para guru. Produk utama dari Zenius adalah Zenius app, platform belajar online berbasis aplikasi yang memuat lebih dari 100 ribu video pembelajaran dan ratusan ribu latihan soal untuk jenjang SD-SMA. Sepanjang tahun lalu 2020, Zenius telah diakses oleh lebih dari 20 juta pengguna dari pedesaan dan perkotaan di seluruh Indonesia.

Perusahaan baru-baru ini merilis ZeniusLand, platform belajar yang dirancang khusus untuk mengembangkan kemampuan fundamental dan cara berpikir kritis siswa sekolah dasar usia 7-12 tahun. Bentuknya melalui permainan edukatif yang dapat meningkatkan kecerdasan kognitif maupun emosional anak dengan mempelajari Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris melalui metode gamifikasi.

Momentum edtech

Berbagai pemain edtech di Asia Tenggara terus memanfaatkan situasi Covid-19 sebagai momentum untuk mengakselerasi pertumbuhan produk dan bisnisnya ke depan. Khusus di Indonesia, kegiatan belajar-mengajar (KBM) secara tatap muka di sekolah baru dibuka secara bertahap.

Dalam kesempatan terpisah, Co-founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca mengungkap tentang bagaimana pandemi telah mengakselerasi adopsi digital dan mendorong investasi di sektor digital Indonesia. Healthtech dan edtech merupakan dua dari sekian sektor digital yang memainkan peran signifikan sejak pandemi pertama kali berlangsung.

Dampak ini turut tercermin dari meningkatnya layanan dari portofolio East Ventures, yakni Ruangguru dengan kenaikan jumlah pengguna hingga 50%. Selain itu, Willson menyoroti bagaimana pandemi mendongkrak iklim investasi di Indonesia dari sebelumnya $3,4 juta di 2020 menjadi $4,9 juta di kuartal ketiga 2021.

“Peningkatan ini teridentifikasi karena perilaku konsumen berubah menjadi perilaku berbasis digital atau online. Semua investor menjadi lebih agresif dan optimistis karena akselerasi digital terjadi sebelum hal lain,” kata Willson.

Application Information Will Show Up Here

Platform Edukasi Saham Emtrade Jalin Kemitraan Strategis dengan Pandu Sjahrir

Bertujuan untuk mengembangkan dan memperluas edukasi kepada investor ritel di Indonesia, Founder & CEO Emtrade Ellen May menjalin kolaborasi strategis dengan Komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI) Pandu Patria Sjahrir. Selain sebagai advisor (penasihat), Pandu juga memiliki peran sebagai pemegang saham minoritas di Emtrade.

Kepada DailySocial.id Ellen menyebutkan, besarnya pengalaman dan wawasan yang dimiliki Pandu menjadi alasan kuat bagi mereka untuk melakukan kerja sama. Sesuai dengan visi dan misi Emtrade yaitu meningkatkan literasi dan inklusi investasi di pasar modal secara lebih berkualitas, bukan hanya kuantitas.

“Emtrade percaya dengan kehadiran Pak Pandu sebagai advisor di Emtrade dapat membawa kami maju lebih jauh lagi.”

Ditambahkan olehnya, kesamaan visi dari Pandu dan dirinya juga menjadi alasan kuat terjalinnya kerja sama strategis ini. Secara khusus Pandu memiliki visi untuk mendukung pertumbuhan investor pasar modal di Indonesia, khususnya dari kalangan ritel. Menurutnya, hal itu perlu dilakukan agar investor ritel mendapatkan literasi dan inklusi keuangan dengan benar.

Lebih lanjut lagi, Ellen mengatakan, pihaknya akan menggunakan dukungan [pendanaan] yang diberikan oleh Pandu untuk melakukan penataan arah bisnis (business direction), mengembangkan teknologi dan automasi, meningkatkan basis pengguna, serta pengembangan model bisnis dari edutech menjadi fintech, sehingga tidak hanya meningkatkan literasi namun juga inklusi.

“Setelah itu kita juga akan meningkatkan user based kita untuk user acquisition yang lebih bagus lagi untuk mendorong inklusi di pasar modal lebih bagus lagi,” kata Ellen.

Tercatat berdasarkan data KSEI per 30 September 2021, jumlah investor pasar modal Indonesia telah mencapai lebih dari 6.287.350 Single Identification Number (SID), termasuk di dalamnya adalah 2,9 juta SID saham. Dari keseluruhan investor pasar modal, 80 persen merupakan investor muda berusia di bawah 40 tahun (generasi milenial dan Gen Z).

Untuk segmen pasar tersebut, berbagai layanan investasi hadir, baik untuk memfasilitasi transaksi maupun edukasi. Untuk layanan edukasi, selain Emtrade, saat ini ada startup lain yang main di segmen sama dengan pendekatan yang berbeda-beda. Misalnya ada aplikasi Ternak Uang dan DigiSaham milik MCASH.

Rencana Emtrade

Didirikan tahun 2019 lalu, sejak dua tahun terakhir perusahaan mencatat telah mengalami peningkatan pengguna. Tercatat saat ini ada sekitar puluhan ribu pengguna aktif di Emtrade. Selain menghadirkan referensi saham pada platform secara transparan dan pengguna dapat melihat hasil studi kasus referensi, baik untung maupun rugi, saat ini Emtrade juga sedang bertransformasi dari aplikasi berbasis edutech menjadi platform fintech robo-advisory.

Setelah sebelumnya telah meluncurkan konten premium sejak tahun 2019, kini Emtrade juga telah meluncurkan konten bebas biaya untuk pengguna. Baru diluncurkan dua bulan lalu, diharapkan konten ini bisa dinikmati oleh mereka yang tertarik belajar lebih banyak tentang saham.

Sementara untuk layanan virtual trading yang rencananya akan meluncur akhir bulan Juni, saat ini masih dalam persiapan. Demikian juga dengan fitur online trading yang memungkinkan pengguna bertransaksi saham di aplikasi. Disinggung siapa mitra Emtrade untuk layanan tersebut, Ellen enggan menjelaskan lebih lanjut karena alasan regulatory.

“Emtrade akan terus berkembang menjadi personalized investment platform yang membuat investasi menjadi mudah dan menyenangkan,” tutup Ellen.

Application Information Will Show Up Here

Perkuat Inisiatif Digitalisasi Dunia Pendidikan, Pintro Kolaborasi dengan Perbankan

Digitalisasi dalam dunia pendidikan menjadi sebuah persoalan serius yang perkembangannya selalu mendapat perhatian dari berbagai kalangan masyarakat. Terlebih dalam kondisi pandemi yang sudah memasuki tahun kedua ini, dunia pendidikan dipaksa untuk bertransformasi secara digital untuk bisa beradaptasi dengan situasi yang ada saat ini.

Tentunya membangun digitalisasi layanan pendidikan bukanlah perkara mudah, dibutuhkan kesadaran, keinginan serta komitmen yang kuat mulai dari sisi lembaga pendidikan sendiri maupun dari sisi sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya. Selain itu, upaya ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi dan sangat kompleks dalam prosesnya mulai dari proses desain, pengembangan, sosialisasi, dan implementasi sistem.

Beberapa lembaga pendidikan sudah mengambil langkah untuk menggunakan platform aplikasi dalam membantu pengelolaan pelayanan pendidikan, namun bukan berarti hal ini tanpa tantangan. Dengan menggunakan platform pihak ketiga, lembaga pendidikan harus mengikuti aturan dan sistem yang berlaku dan sering kali tidak menyediakan opsi integrasi dan personalisasi.

Pintro sebagai salah satu pemain di sektor ini menyadari kedua kendala di atas dapat menjadi kunci untuk menyukseskan transformasi digital di dunia pendidikan. Platform yang menyediakan solusi sistem tata kelola administrasi dan manajemen lembaga pendidikan berbasis SaaS ini mencoba memperkuat inisiatif dari berbagai sisi, salah satunya finansial.

Kolaborasi dengan perbankan

Pada awal bulan September 2021 lalu, Pintro resmi menggandeng Bank Mega Syariah untuk mewujudkan komitmen memberikan solusi digitalisasi pendidikan melalui program “EduBerkah”. Bukan hanya sekedar memberikan kredit pengembangan infrastruktur fisik pendidikan, bank yang pada awalnya hanya berurusan dengan sistem pembayaran diharapkan bisa memberikan subsidi biaya atas kebutuhan pengembangan transformasi digital.

Di sisi lain, segmen pasar lembaga pendidikan khususnya yang berbasis agama sangat luas di Indonesia. Pintro melihat kolaborasi dengan Bank Mega Syariah dengan fokus yang sejalan akan mempermudah proses digitalisasi serta memaksimalkan potensi yang ada.

Beragam keunggulan layanan EduBerkah ini nantinya akan diluncurkan mulai dari transaksi pendaftaran, proses pembayaran online dengan sistem multichannel yang terhubung secara otomatis ke sistem akademik, pembelajaran jarak jauh, online test, sistem penilaian, transkrip khs, hingga sistem layanan lainnya.

Program “EduBerkah” juga memberikan gratis pelatihan fitur layanan pendidikan yang akan digunakan. Dengan dukungan sistem tata kelola manajemen yang saling terintegrasi tersebut, diharapkan lembaga pendidikan dapat mengikuti laju pertumbuhan teknologi dan merasakan beragam kemudahan dalam kegiatan pendidikan sehari-hari. Layanan Eduberkah sendiri dapat diakses 24/7 dengan implementasi super mudah serta sudah terintegrasi & terautomasi.

Disebutkan juga dalam rilis bahwa nantinya kerja sama yang dibangun bukan hanya mengintegrasikan sistem pendidikan dengan sistem perbankan saja, akan tetapi diharapkan dapat mengintegrasikan juga dengan 30 unit bisnis di bawah naungan CT Corp yang bergerak di bidang retail, e-commerce dan hospitality lainnya secara nasional.

Pengembangan fitur

Di Pintro sendiri, sudah ada 2 kategori produk, yaitu Pintro Co-brand yang memungkinkan lembaga pendidikan untuk melakukan whitelabel atau kustomisasi, serta Pintro Lite dengan fitur yang lebih terbatas. Selama dua tahun beroperasi, sudah ada puluhan ribu pengguna aktif setiap hari dari 500+ Lembaga Pendidikan nasional dari setiap tingkatan pendidikan yang tersebar di berbagai kota termasuk Jabodetabek, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Pekanbaru, dan lainnya.

Dalam wawancara terpisah, CEO Pintro, Syarif Hidayat mengungkapkan adanya sedikit perubahan dalam prioritas pengembangan fitur/produk baru menyesuaikan kondisi pendidikan saat ini. Salah satu produk yang dikembangkan sejak tahun lalu adalah LMS (Learning Management System), diikuti dengan aplikasi tes online berbasis CBT “PintroTest” yang terintegrasi dengan modul pendaftaran murid baru, kegiatan akademik, serta pembayaran.

Produk lain yang juga sudah dikembangkan adalah “PintroConference” yang bukan hanya menawarkan video conference, namun juga terintegrasi dalam proses kegiatan pembelajaran harian dan fitur PintroTest. Selain untuk meminimalisir tindak kecurangan, fitur ini juga diklaim praktis serta terintegrasi ke sistem penilaian sehingga memungkinkan mobilisasi yang cepat dan tepat.

Selain itu, Pintro juga semakin memperkuat layanan pembayaran online dengan menambah opsi pembayaran di fitur “PintroPay” dengan LinkAja dan Jenius. Dalam fitur ini juga tersedia opsi paylater berkolaborasi dengan Kredivo.

Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa layanan yang menelurkan solusi sejenis, seperti Codemi yang pada akhir tahun lalu berhasil meraih pendanaan dari init-6, perusahaan investasi yang didirikan oleh Co-Founder Bukalapak, Achmad Zaki. Selain itu juga ada HarukaEDU dan RuangKerja oleh RuangGuru.

Target ke depannya

Dalam Edeech Report 2020 yang dikeluarkan DailySocial.id, disebutkan bahwa pasar e-learning global akan mencapai $325 miliar pada tahun 2025 dari $107 Miliar pada 2015. Menurut Holon IQ, pengeluaran masyarakat terkait kecanggihan teknologi dalam pendidikan akan mencapai $12,6 miliar pada 2025, yang naik dari $1,8 miliar pada 2018.

Sebagai bagian dari visi Pintro untuk terus bisa melakukan inovasi yang berkelanjutan khususnya di sektor pendidikan, ke depannya, timnya menyatakan keinginan untuk eksplorasi di luar sistem tata kelola manajemen pendidikan. CT Corp sebagai induk Bank Mega Syariah dengan ragam layanan yang ditawarkan, diharapkan dapat mempermudah Pintro untuk mengintegrasikan layanan pendidikan di sektor e-commerce, hiburan, pariwisata/perhotelan dan lainnya.

Salah satu target yang juga disampaikan terkait fitur Edumart yang saat ini masuk dalam pembahasan untuk skema komersial dan bisnis. “Harapannya bisa segera rilis di akhir tahun ini,” ujar Syarif.

Dari sisi pendanaan, hingga saat ini Pintro masih bertahan dengan sistem bootstrap. Syarif menyampaikan bahwa ada beberapa VC dari dalam dan luar negeri yang sudah mencoba membangun relasi, namun ketika itu Pintro belum fokus ke masalah pendanaan.

“Mudah-mudahan paling cepat tahun depan setelah urusan internal produk, organisasi dan bisnisnya makin matang, kami secara paralel bisa mempersiapkan proposal investasi yang lebih baik. Fundraising sendiri dibutuhkan untuk perluasan market Pintro secara nasional,” tutup Syarif.

Application Information Will Show Up Here