Jadi Mitra Ovo, Platform P2P Lending Do-It Siap Layani Seluruh Indonesia

Startup p2p lending Do-It siap mengembangkan layanannya ke seluruh Indonesia berkat kemitraannya dengan Ovo sebagai penyalur pinjaman online, baik channel online maupun offline. Do-It akan menjangkau 115 juta basis pengguna Ovo di 300 kota agar semakin kenal dengan layanan fintech lending.

“Tujuan kerja sama ini adalah meningkatkan awareness publik akan teknologi finansial, yang pada akhirnya dapat membantu mewujudkan inklusi keuangan. Pada tahap ini, kami bekerja sama dengan Ovo untuk menjangkau 115 juta basis pengguna Ovo di 300 kota agar bisa tersentuh produk pinjaman online Do-It,” terang Direktur Do-It Kadi kepada DailySocial.

Kadi tidak merinci lebih lanjut bagaimana bentuk nyata dari kemitraan ini. Kemungkinan besar, Do-It akan tersedia di aplikasi Ovo dan pengguna bisa langsung memanfaatkan layanan Do-It langsung dari sana.

Dari pantauan DailySocial, Ovo sudah mengirim notifikasi kepada para penggunanya yang terpilih terkait layanan Do-It. Namun sejauh ini belum tersedia langsung dalam aplikasi Ovo, sehingga untuk pengajuan pinjaman masih diarahkan ke aplikasi Do-It.

Notifikasi dari Ovo untuk perkenalan layanan Do-It / DailySocial
Notifikasi dari Ovo untuk perkenalan layanan Do-It / DailySocial

Rencana ini sebelumnya pernah disinggung CPO Ovo Albert Lucius yang menyebut Ovo akan melengkapi layanan finansial meliputi asuransi, cicilan online tanpa kartu kredit, dan pinjaman online. Seluruh layanan tersebut akan paralel hadir pada kuartal pertama tahun ini lewat kemitraan dengan berbagai perusahaan.

Kadi menjelaskan untuk dukung kemitraan ini, pihaknya berkomitmen akan terus memberikan edukasi kepada lebih banyak orang lewat roadshow dan membuat acara di berbagai lokasi. Tahun lalu Do-It melakukan kegiatan di 12 kota di Jawa, Sumatera, Bali, dan Sulawesi.

“Tahun ini kami akan lebih meningkatkan edukasi keuangan di bagian Indonesia Timur.”

Model bisnis Do-It

Tim Do-It / Do-It
Tim Do-It / Do-It

Do-It sudah berdiri sejak 1 Februari 2018 dan telah mengantongi surat terdaftar dari OJK per tanggal 23 Mei 2018. Untuk model bisnisnya, Do-It tidak hanya memberikan kredit yang sifatnya konsumtif juga produktif. Nasabah bisa memanfaatkan dana yang mereka terima untuk bangun usaha.

“Fokus kami selalu memberikan yang terbaik kepada pengguna, di mana pemilik dana akan mendapatkan imbal hasil yang menarik dan calon peminjam bisa memperoleh dana talangan dengan cepat.”

Dari penjelasannya, Do-It memberikan pinjaman dana cepat dengan nominal dari Rp600 ribu sampai Rp1 juta dengan tenor 7 hari-14 hari. Bunga tahunan yang dipatok tidak melebihi 10,4%. Ambil contoh, untuk pinjaman sebesar Rp1,2 juta beban bunga yang diberikan adalah 1,4%. Ketika jatuh tempo tiba maka nasabah harus membayar Rp1,216 juta.

Dokumen yang dibutuhkan untuk mengajukan pinjaman hanya KTP nasabah, tanpa agunan sama sekali. Lalu mengisi kelengkapan informasi lainnya lewat aplikasi Do-It, seperti nomor handphone, pendapatan yang mapan, dan akun bank. Kemudian mengisi jumlah dan durasi pinjaman yang diinginkan. Seluruh proses ini diklaim hanya butuh waktu 5 menit saja.

“Do-It didukung dengan teknologi yang canggih, sesuai moto kami yaitu aman, cepat, dan nyaman. Setelah pengajuan pinjaman, pencairan hanya dalam hitungan menit. Selain itu, tim desk collection kami bekerja sesuai aturan OJK. Kenyamanan nasabah sangat kami utamakan.”

Setelah masuk ke proses analisa dalam kurun waktu 1 hari, apabila nasabah lolos dana akan langsung ditransfer ke rekening bank. Juga mengirimkan hasil verifikasi lewat SMS. Apabila ada keterlambatan pembayaran, nasabah akan dikenakan denda 1% dari total pinjaman dalam tiga hari pertama. Jika nasabah baru bisa bayar di hari berikutnya (hari ke-4), denda naik jadi 4%.

Adapun untuk pemberi pinjaman, Do-It memberi imbal hasil sebesar 14%-18% per tahun sesuai dengan tingkat risikonya. Untuk registrasinya, minimal harus berusia 18 tahun, berdomisili pajak di Indonesia dengan memberikan bukti NPWP, dan KTP.

Tanpa menyebut angka spesifik, Kadi menerangkan hingga Desember 2018 Do-It telah melayani lebih dari 60 ribu nasabah di 30 provinsi di Indonesia.

Akulaku Umumkan Kehadiran Layanan Afiliasi P2P Lending “Asetku”

Perusahaan afiliasi Akulaku, layanan p2p lending Asetku, mengumumkan kehadirannya di Indonesia. Pada tahap awal, Asetku khusus melayani pengguna Akulaku yang ingin mendapatkan pinjaman, baik itu merchant maupun konsumen individu.

“Kita berdiri di akhir 2017 dan aktif di awal 2018. Sekarang baru take off karena kami ingin penetrasi ke pasar jauh lebih besar dari tahun lalu,” terang Direktur Asetku Andrisyah Tauladan kepada DailySocial.

Asetku pada tahap ini baru menyediakan pinjaman khusus untuk pengguna Akulaku. Salah satu layanan yang bisa dimanfaatkan pengguna adalah pinjaman tunai (cash loan) dengan dana bersumber dari para pemberi pinjaman Asetku yang sudah terdaftar.

Tim Asetku saat ini berjumlah 60 orang, kebanyakan ditempatkan di bagian front liner dan risk management. Untuk proses collection, Asetku bermitra dengan Akulaku. Andrisyah enggan menjelaskan lebih detail kepemilikan saham Akulaku di Asetku.

Aplikasi Asetku disebutkan telah diunduh lebih dari 500 ribu kali dan terdaftar di OJK per tanggal 21 Desember 2018.

Andrisyah menjelaskan, tidak sembarang pengguna Akulaku yang bisa lolos menerima pinjaman dari Asetku. Pasalnya perusahaan melakukan mitigasi risiko tersendiri. Nominal dana yang bisa dipinjam oleh pengguna untuk produk ini mulai dari Rp500 ribu-Rp2 juta dan tenor maksimal 30 hari.

Model bisnis seperti ini, sambungnya, menjadi diferensiasi yang paling mencolok antara Asetku dengan pemain p2p lending lainnya. Perusahaan berkomitmen untuk menjaga kualitas peminjam dengan rekam jejak yang jelas dari Akulaku, agar investasi yang diberikan pemberi pinjaman tetap aman.

“Kita concern banget dari sisi lender makanya benar-benar saring borrower-nya. Itu yang membedakan kami dengan yang lain.”

Untuk menjadi pemberi pinjaman di Asetku, minimal dana yang dapat diinvestasikan Rp2 juta dan imbal hasil sebesar 18%-24% dalam setahun. Perusahaan akan memberikan daftar rekomendasi peminjam dari Akulaku yang bisa dipilih pemberi pinjaman dan menyarankan untuk melakukan diversifikasi pembiayaan untuk mengurangi potensi default.

Akses untuk pemberi pinjaman hanya tersedia lewat aplikasi Asetku, sementara peminjam bisa mengajukan pinjaman dana lewat Akulaku.

“Produk pinjaman apa saja yang ada di Akulaku bisa kita danai, tidak hanya pinjaman tunai saja.”

Rencana bisnis

Saat ini Asetku sudah menyalurkan sekitar Rp218 miliar kepada 2,31 juta peminjam. Jumlah pemberi pinjaman yang teregistrasi sebanyak 172.165 orang. Diklaim selama setahun beroperasi Asetku memiliki pengembalian dana pokok dan bunga selalu mencapai 100%. Alhasil NPL di Asetku masih 0%.

Tahun ini perusahaan berencana melipatgandakan penyaluran pembiayaan sampai ke angka Rp500 miliar per bulan dari saat ini Rp50 miliar-Rp100 miliar.

Untuk merealisasikan target tersebut, perusahaan akan mengundang segmen institusi sebagai pemberi pinjaman. Dengan demikian, akan semakin banyak pengguna bisa mendapatkan pinjaman dana dan prosesnya lebih cepat.

Asetku juga segera memperluas layanan ke segmen syariah untuk menangkap calon pemberi pinjaman yang peduli dengan ranah tersebut.

Diungkapkan perusahaan masih dalam proses persiapan perizinan untuk peluncuran layanan ini. Rencananya bakal diresmikan pada kuartal ketiga 2019.

“Dua rencana kami itu market-nya sangat besar. Dari sisi tingkat risikonya, mau kami perkuat lewat kerja sama dengan Dukcapil, kredit biro, dan sebagainya sebab makin besar pasar maka risikonya juga makin besar, makanya perlu diperkuat fondasinya,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Rencana dan Fokus UangTeman di Tahun 2019

Platform pinjaman online UangTeman (PT Digital Alpha Indonesia) mengklaim telah berhasil mencatatkan kinerja positif selama tahun 2018. Pihaknya telah menyalurkan total pinjaman lebih dari 430 miliar Rupiah. Nilai ini meningkat hampir 200% dibandingkan tahun sebelumnya. Selain pesatnya pertumbuhan penyaluran pinjaman, UangTeman juga berhasil mempertahankan tingkat kredit macet (NonPerforming Loan/NPL) di bawah 3%.

Sebelumnya pada bulan November 2018, UangTeman mengumumkan rencananya untuk melakukan ekspansi ke Filipina. Hingga saat ini rencana tersebut masih menjadi fokus UangTeman, namun masih dalam tahap pengembangan dan riset oleh tim internal.

Sepanjang tahun 2018, pinjaman online UangTeman disalurkan kepada lebih dari 50 ribu nasabah baru di seluruh Indonesia dengan pengajuan pinjaman hampir 200 ribu kali. Sementara 74% dari pengajuan tersebut merupakan pengajuan berulang. Dari sisi penggunaan pinjaman, mayoritas dana dipakai untuk kebutuhan modal usaha dan kebutuhan dana darurat lainnya, seperti pendidikan, biaya kesehatan, dan konsumsi lainnya.

“Capaian penyaluran pinjaman kami pada tahun 2018 merupakan fondasi yang baik untuk membukukan pertumbuhan yang lebih besar pada tahun 2019. Jika melihat pertumbuhan rata-rata per tahun sejak awal kami berdiri (tahun 2015) hampir 300%, ini membuktikan bahwa model bisnis dan juga produk pinjaman online mikro jangka pendek telah diterima dengan baik oleh masyarakat,” kata Presiden Direktur UangTeman Aidil Zulkifli.

Menerapkan “credit underwriting”

Di tahun 2019 ini UangTeman juga memiliki rencana untuk mengembangkan teknologi yang relevan untuk kepentingan nasabah. Salah satunya adalah penerapan “credit underwriting”, yakni teknologi yang dikembangkan oleh untuk mempercepat analisis risiko kredit calon nasabah menggunakan big data dan machine learning.

“Banyak yang menganggap bahwa penerapan credit underwriting yang hati-hati semata-mata untuk melindungi kepentingan perusahaan. Namun demikian, sesungguhnya hal ini justru untuk melindungi masyarakat atau peminjam itu sendiri agar di kemudian hari tidak mengalami kesulitan dalam pengembalian dana pinjamannya. Kami sangat selektif dalam memberikan persetujuan kredit, sehingga acceptance rate kami tidak sampai seperempat dari total pengajuan tiap bulannya,” kata Aidil.

Rencana UangTeman di tahun 2019

Hingga saat ini UangTeman telah memiliki 68 ribu nasabah, sementara dari sisi penggunaan pinjaman, mayoritas dana dipakai untuk kebutuhan modal usaha dan kebutuhan dana darurat lainnya.

Untuk memberikan pilihan lebih kepada nasabah, UangTeman juga memiliki rencana meluncurkan sejumlah produk baru untuk memperluas jangkauan produk payday loan yang ada saat ini. Salah satunya dengan meluncurkan produk pinjaman online mikro berbasis syariah.

Kehadiran layanan ini merupakan langkah strategis perusahaan untuk memperluas segmen pasar dan menjangkau lebih banyak golongan masyarakat yang dapat memperoleh manfaatnya. Saat ini produk pinjaman online mikro yang berprinsip syariah masih dikembangkan.

“Kalau rata-rata tren pertumbuhan UangTeman itu dua kali lipat per tahunnya, maka tahun 2019 kami tentunya mengincar pertumbuhan yang kurang lebih sama,” ujar Aidil.

Application Information Will Show Up Here

AFPI Ditunjuk OJK sebagai Asosiasi Resmi Penyelenggara Layanan P2P Lending

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi menerbitkan surat penunjukan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) sebagai badan resmi yang mewadahi penyelenggara layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi (p2p lending) di Indonesia.

Dengan keluarnya surat dari OJK dan sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 77/POJK.01/2016 Bab XIII Pasal 48, maka seluruh p2p lending di Indonesia wajib mendaftarkan diri sebagai anggota AFPI. Sejauh ini, per tanggal 18 Januari 2019 tercatat ada 88 penyedia layanan telah terdaftar.

“Kami sangat mengapresiasi pihak OJK yang telah mendengarkan aspirasi para penyelenggara mengenai pentingnya kehadiran asosiasi untuk menjalankan fungsi pengawasan dan pengaturan kepada anggota. Hal ini sangat penting untuk menjaga industri agar dapat bertumbuh dengan sehat dan berkesinambungan, serta membawa manfaat bagi masyarakat Indonesia yang selama ini belum memiliki akses jasa keuangan konvensional,” kata Ketua Umum AFPI Adrian Gunadi.

Setelah penunjukan ini, AFPI akan menjadi mitra strategis OJK dalam menjalankan fungsi pengaturan dan pengawasan para penyelenggara yang menjadi anggotanya dan berperan dalam mendukung berbagai kegiatan edukasi dan perlindungan konsumen perusahaan fintech di Indonesia.

AFPI sendiri saat ini sudah memiliki beberapa agenda dan program kerja yang telah ditetapkan para pengurusnya, di antaranya program sertifikasi internal terhadap proses bisnis yang terkait dengan pelayanan kepada nasabah. Selain itu asosiasi juga akan melakukan pembentukan pusat data p2p lending sebagai inovasi yang mendukung kebutuhan manajemen dan penilaian risiko kredit.

Pusat data tersebut nantinya akan memiliki sistem kerja yang serupa dengan Sistem Layanan Informasi Keuangan yang sebelumnya ada di OJK.

“Beberapa program kerja telah kami siapkan, namun prioritas kami saat ini adalah menyelenggarakan sertifikasi internal untuk menjaga standar minimum pelayanan kepada nasabah dan juga pembangunan pusat data tekfin pinjam meminjam uang.”

“Ini menjadi bentuk solusi nyata yang inovatif dari para penyelenggara atas banyaknya keluhan masyarakat yang merasa terjebak oleh pinjaman dari beberapa perusahaan tekfin sekaligus mencegah terjadinya praktik gali lubang tutup lubang oleh masyarakat,” terang Ketua Harian AFPI Kuseryansyah.

Dana Cita Awali 2019 dengan Pendanaan Lanjutan dan Nominasi Penghargaan Global

Secara khusus Dana Cita menyajikan solusi pembiayaan di bidang pendidikan. Sepanjang tahun 2018, startup fintech lending yang sudah mengantongi izin dari OJK ini terus fokus melakukan akuisisi pengguna, salah satunya dengan mengadakan ragam acara bertema akademik.

Baru-baru ini Dana Cita dikabarkan memperoleh pendanaan lanjutan dari Patamar Capital — kami sudah mendapatkan konfirmasi dari pihak terkait, hanya saja sampai tulisan ini diterbitkan belum mendapatkan detail pendanaannya.

Debut di tahun 2017, Dana Cita memberikan pinjaman kepada pelajar untuk memenuhi kebutuhannya. Pinjaman yang diberikan memiliki tenor yang relatif panjang maksimal sampai 72 bulan, dengan bunga berkisar 1-1,5% per bulan. Saat ini Dana Cita juga sudah menjalin kerja sama strategis dengan Gojek untuk menghadirkan program kolaborasi di waktu mendatang.

Sebelumnya Dana Cita sudah mendapatkan putaran pendanaan awal (seed round) dari Y Cobminator, nilainya mencapai 1.6 miliar Rupiah. Dengan pendanaan tersebut, Dana Cita menjalankan operasional dengan cukup baik di tahun 2018. Per Maret 2018, Dana Cita berhasil menyalurkan dana hingga 2 miliar Rupiah.

Prestasi tersebut turut membawa Dana Cita menjadi startup lokal yang masuk ke dalam “50 World-Changing Startup to Watch in 2019” versi Inc.com. Dana Cita dianggap mampu menghadirkan solusi berdampak sosial bagi masyarakat.

Dalam kegiatannya, Dana Cita aktif memberikan acara bertajuk literasi digital dan finansial. Untuk terhubung dengan para pelajar Dana Cita juga miliki program Campus Ambassadors, semacam program mahasiswa binaan untuk membantu teman-temannya terhubung dengan solusi Dana Cita.

Laporan DailySocial: Fintech Report 2018

Di antara beberapa kategori industri digital lainnya, fintech banyak dikatakan yang paling pesat pertumbuhannya dalam beberapa tahun terakhir. Dengan pangsa pasar dan model bisnis yang beragam, perkembangan fintech menjadi menarik untuk diikuti.

Tahun ini DailySocial kembali merilis signature report bertajuk “Fintech Report 2018“. Melanjutkan publikasi tahun lalu, laporan ini mencoba menyajikan tren perkembangan industri fintech di Indonesia selama tahun 2018.

Terdapat empat pembahasan utama di laporan ini, yakni mengenai dinamika industri, pemain fintech terkini, perspektif konsumen terhadap layanan fintech, dan perspektif industri terhadap ekosistem fintech.


Banyak temuan menarik yang coba dirangkum dalam laporan ini, beberapa di antaranya sebagai berikut:

  1. Fintech lending menjadi yang paling dominan mewarnai industri tahun ini. Dari $182,3 juta total pendanaan yang diumumkan untuk startup fintech tahun ini, 57% terkait dengan sub-sektor lending –mencakup p2p lending dan payday loan.
  2. Masyarakat semakin aware dengan pentingnya regulasi fintech. Hal ini dibuktikan dalam survei konsumen yang dilakukan bersama Jakpat Mobile Survey Platform. Dari 1419 responden, 98.03% menyatakan sepakat bahwa fintech harus terdaftar dan diawasi Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.
  3. Industri menilai saat ini pangsa pasar Indonesia cukup memadai untuk fintech. Separuh dari responden mengatakan literasi digital konsumen Indonesia sudah baik, namun sisanya menyatakan masih perlu edukasi lebih banyak.
  4. Dalam laporan juga disajikan layanan fintech populer berdasarkan kategorinya. Untuk e-money, Go-Pay (79,38%) masih berada di peringkat pertama, disusul OVO (58,42%) di posisi kedua.

Selain e-money, masih ada kategori lain yang dibahas dalam laporan, termasuk payday loan, p2p lending, insurtech, hingga credit loan. Dirangkum juga daftar pemain fintech yang ada saat ini, beserta regulasi baru yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Selengkapnya unduh gratis Fintech Report 2018.

Mekar Bidik Dana 1,4 Triliun Rupiah untuk Program “Impact Fund”

Mekar sebagai platform fintech lending yang fokus menciptakan dampak sosial, akan melakukan penggalangan dana melalui program Mekar Impact Fund di tahun 2019. Mereka menargetkan dapat mengantongi dana hingga Rp1,4 triliun lewat program tersebut.

COO Mekar Pandu Aditya Kristy mengungkapkan, pihaknya ingin meningkatkan pertumbuhan usaha di sektor yang lebih besar, tidak hanya terpaku pada skala mikro atau UKM. Terlebih masih banyak sektor bisnis di Indonesia yang jika dikembangkan dapat memberikan dampak luas dan lebih baik.

Maka itu pendanaan dari Mekar Impact Fund akan dialokasikan untuk enam sektor terpilih, antara lain clean energy, food and agriculture, recycle and eco-materials, healthcare, education, serta financial inclusion.

Sebagaimana diketahui, impact fund tidak berorientasi pada imbal hasil, tetapi dampaknya terhadap lingkungan. Mekar akan memilih perusahaan penerima investasi (investee) berdasarkan dampak terbesar yang dapat ditawarkan. Dengan demikian, dana tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal.

“Target pengumpulan dana sebesar $50-100 juta, dan akan disalurkan ke 20-25 perusahaan. Jadi, rata-rata per sektor mendapat alokasi $8 juta. Rencananya [Mekar Impact Fund] akan jalan setelah Pilpres selesai, yaitu di kuartal kedua 2019,” ungkap Pandu.

Lebih lanjut, Pandu menjelaskan pelaku usaha dapat terhubung langsung dengan para investor. Nantinya, perusahaan akan memberikan opsi produk kepada calon investee, yang kemudian dapat dianalisis sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka.

Ada tiga opsi yang ditawarkan para investee, yaitu revenue sharing loan, bridge loan (mezzanine loan), dan venture debt (berdasarkan surat utang yang dapat dikonversi dalam bentuk kepemilikan saham).

Sementara pengumpulannya sendiri dapat dilakukan dengan sejumlah metode, seperti equity fund (filantropi/family office/investor), performance debt (pemerintahan/financial institution soft loan fund), dan grant fund (NGO/filantropi/CSR perusahaan besar). Perlu dicatat, pendanaan dapat berupa mata uang rupiah atau dolar.

Menurut Pandu, skema bisnis yang ditawarkan akan menarik bagi semua stakeholder. Pasalnya, Mekar Impact Fund menawarkan bunga dasar rendah bagi perusahaan investee, serta dampak sosial dan lingkungan yang lebih efisien dan terukur. Mekar juga memiliki perhitungan IRR di angka 16-22 persen p.a.

“Karena bunga dasar kami rendah, para investee dapat fokus ke bisnis agar bisa dorong omzet dan memberikan bagi hasil. Dengan begitu, perusahaan yang memberikan dampak sosial dan lingkungan dapat tumbuh bersama. Jika omzet tumbuh, dampak positif yang diberikan otomatis melebar jangkauan areanya dan jumlahnya.”

Saat ini Mekar telah menyalurkan total pinjaman sebanyak Rp100 miliar kepada 43.161 peminjam di Indonesia. Dengan total 48.000 jumlah pinjaman, rata-rata dana yang disalurkan berkisar Rp2,5-3,5 juta. Di tahun depan, Mekar akan menambah jumlah lending partner, tidak hanya dari koperasi simpan pinjam saja.

Finmas Fintech Lending Parent Company Raises $105 Million Funding

Hong Kong-based fintech developer company Oriente, a parent company of Finmas fintech lending, today announced a $105 million (equal to 1.5 trillion Rupiah) Series A funding. Sinar Mas (Indonesia), Berjaya (Malaysia), and JG Summit (Philippines) are involved as investors. This funding has set a record as the biggest Series A funding in Asia.

We’ve tried contacting relevant parties, whether funding from Sinar Mas is delivered through its investment arm, SMDV or LVP, but until this article is published, it’s left unanswered. Recently, through SMDV, Sinar Mas Group also invested in an overseas startup named Eko.

Funding for Oriente will be focused on improving technology and product development. In addition, build-up the current services and further expansion in Southeast Asia will have its part of the fresh fund. Oriente currently operates two fintech lending platforms, Finmas in Indonesia and Cashalo in the Philippines. Oriente services target the unbankable and capital for SME.

Geoffrey Prentice, one of Oriente’s Co-Founder, who’s also the Co-Founder of Skype, said in its release that Oriente was founded based on inclusion and innovation principal. Its vision is to open financial access, freedom, and opportunity for those underserved by banking. Thus, they (the unbankable) can participate in the global economic growth.

Since was founded in 2017, Oriente currently has representative offices in some regions for business development and expansion preparation, including Hong Kong (HQ), Shanghai, Singapore, Taipei, Manila, Jakarta, and Ho Chi Minh. In Indonesia, Finmas is working under PT Oriente Mas Sejahtera. It’s registered and supervised by OJK and has acquired legal license to run fintech lending. Sinar Mas is also a strategic partner of Finmas services.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Induk Perusahaan Fintech Lending “Finmas” Dapatkan Pendanaan $105 Juta, Sinar Mas Turut Terlibat

Perusahaan pengembang teknologi finansial asal Hong Kong bernama Oriente –juga sebagai induk fintech lending Finmas– hari ini mengumumkan perolehan investasi seri A senilai $105 juta (setara dengan 1.5 triliun Rupiah). Investasi kali ini cukup unik, karena yang turut terlibat di dalamnya adalah konglomerasi dari tiga negara yang berbeda, yakni Sinar Mas (Indonesia), Berjaya (Malaysia), dan JG Summit (Filipina). Perolehan pendanaan ini turut memecahkan rekor menjadi pendanaan seri A dengan nilai terbesar di Asia.

Kami sudah mencoba menghubungi pihak terkait, menanyakan apakah pendanaan dari Sinar Mas Group disampaikan melalui unit investasinya SMDV atau LVP, namun sampai tulisan ini terbit belum mendapatkan jawaban. Sebelumnya melalui SMDV, belum lama ini Sinar Mas Group juga berinvestasi pada startup luar negeri bernama Eko.

Pendanaan Oriente akan difokuskan untuk peningkatan teknologi dan pengembangan produk. Selain itu penguatan layanan yang sudah ada dan ekspansi lanjutan di Asia Tenggara akan turut mendapat porsi dalam alokasi dana modal baru tersebut. Oriente saat ini mengoperasikan dua paltform fintech lending, yakni Finmas di Indonesia dan Cashalo di Filipina. Layanan fintech Oriente menargetkan kalangan unbankable dan permodalan bagi UMKM.

Dalam rilisnya, salah satu pendiri Oriente yang juga mantan co-founder Skype, Geoffrey Prentice, mengatakan bahwa Oriente didirikan dengan prinsip inklusi dan inovasi. Visinya untuk membuka akses keuangan, kebebasan, dan kesempatan bagi orang-orang yang kurang terlayani oleh layanan perbankan. Dengan demikian mereka (unbankable) bisa berpartisipasi dalam pertumbuhan ekonomi global.

Sejak didirikan pada tahun 2017, saat ini Oriente sudah memiliki kantor perwakilan di beberapa wilayah untuk penguatan bisnis dan persiapan ekspansi, yakni Hong Kong (HQ), Shanghai, Singapura, Taipei, Manila, Jakarta dan Ho Chi Minh. Di Indonesia, Finmas berada di bawah naungan PT Oriente Mas Sejahtera. Mereka juga telah terdaftar dan diawasi OJK, sehingga sudah mendapatkan legal mengoperasikan fintech lending. Sinar Mas juga menjadi mitra strategis dalam operasional layanan Finmas.

Application Information Will Show Up Here

Upaya Kredit Pintar Berikan Alternatif Investasi dan Pinjaman

Tingginya kebutuhan kredit di Indonesia menjadi peluang bisnis untuk digeluti oleh para pemain fintech lending. Kredit Pintar menjadi salah satu di antara puluhan startup lainnya yang mencoba memberikan kemudahan tersebut, baik untuk mencari pinjaman cepat dan alternatif investasi dengan nominal yang terjangkau.

Kredit Pintar sudah terdaftar di OJK sejak April 2018, sehingga dijamin seluruh kegiatan operasionalnya dipantau langsung oleh regulator. Perusahaan menyediakan layanan pinjaman dana cepat dengan nominal mulai dari Rp500 ribu sampai Rp2 juta, dengan tenor mulai 14 sampai 90 hari.

Vice President of Business Development Kredit Pintar Boan Sianipar mengatakan, pembeda Kredit Pintar dengan platform p2p lending lainnya adalah pendana tidak harus memilih sendiri calon peminjam dari dasbor. Seluruh proses tersebut secara otomatis dibantu oleh sistem Kredit Pintar, sehingga tidak ada interaksi antara peminjam dengan pendana di luar platform.

Orang yang mengajukan pinjaman, menurutnya, sudah melalui banyak proses scoring dan analisis yang cukup ketat. Boan menjamin hanya yang memenuhi kriteria kelayakan yang dapat meminjam lewat platform, demi memastikan tidak terjadi kredit macet. Apabila terjadi keterlambatan, bunga per harinya mulai dari 0,3% sampai 1%.

“Kami banyak melakukan tindakan preventif, ada teknologi fraud detection dalam credit scoring kami. Untuk mitigasi risiko ada asuransi yang siap mengganti mayoritas kerugian,” terangnya kepada DailySocial.

Buat para pendana, Kredit Pintar menyediakan dua opsi, yakni fleksibel tanpa batasan periode pencairan dan berjangka dari 30 hari sampai 1 tahun. Kedua produk ini memberi kesempatan kepada pendana pemula karena minimal penempatan yang terjangkau sebesar Rp10 ribu sampai Rp1 miliar.

Pendana diproyeksikan akan mendapat imbal hasil dari 9% untuk pendanaan fleksibel, atau 12% sampai 20% untuk pendanaan berjangka per tahunnya.

“Opsi pendanaan ini kami buat menyesuaikan kebutuhan para pendana. Kami melihat di perbankan, deposito yang laku justru yang tenornya 1 tahun saja. Dari situ kami lihat ada orang yang ingin berinvestasi tapi ingin mencairkan dananya segera ketika ada kebutuhan mendesak, akhirnya kami juga rilis pendanaan fleksibel.”

Rencana Kredit Pintar

Agar penetrasi bisnis semakin meluas di Indonesia, Boan mengungkapkan Kredit Pintar berencana untuk melakukan rebranding. Namun demikian belum ada keputusan dengan strategi rebranding yang akan diambil.

Di samping itu, perusahaan juga terus mengembangkan produk agar semakin relevan dengan seluruh lapisan masyarakat. Boan menuturkan Kredit Pintar saat ini sedang uji coba produk pinjaman untuk pendidikan dan berencana membuat produk yang menyasar kalangan unbanked di pedesaan.

Gambaran besarnya, produk ini akan menjembatani para unbanked mendapatkan pinjaman cepat lewat smartphone mereka tanpa harus memiliki rekening bank.

“Kami masih mendesain produk ini mau seperti apa model bisnisnya, apakah harus bekerja sama dengan agen Laku Pandai atau agen telko. Semuanya masih dalam tahap diskusi karena ini tingkat fraud-nya tinggi.”

Diklaim Kredit Pintar sudah menyalurkan pinjaman kredit lebih dari Rp1 triliun kepada lebih dari 500 ribu peminjam. Adapun dari segi pendana sudah mencapai 1000 investor yang terdiri atas korporat dan individu.

Lokasi peminjam terkonsentrasi di Jawa Barat dengan persentase terbesar, kemudian disusul Jakarta, dan Jawa Timur. Rata-rata peminjam mengajukan pinjaman sebesar Rp800 ribu. Tanpa menyebut angka, Boan mengatakan kredit macet di platformnya masih terkendali di bawah rerata industri keuangan.

Application Information Will Show Up Here