Kantongi Pendanaan Seri C 404 Miliar Rupiah, Induk Usaha CekAja Ekspansi ke Thailand

Induk usaha CekAja, C88 Fintech Technologies, mengumumkan perolehan dana segar Seri C senilai $28 juta (lebih dari 404 miliar Rupiah) dari konsorsium investor yang dipimpin layanan global informasi dan analitik fintech Experian. Salah satu langkah yang dilakukan untuk pemanfaatan dana tersebut adalah persiapan ekspansi ke Thailand. Sebelumnya mereka juga memiliki bisnis di Filipina bernama eCompareMo.

Investor lain yang terlibat di putaran pendanaan kali ini antara lain ResponAbility Investments AG, DEG, InterVest, FengHe Fund Management, Pelago Capital, dan Fuchsia Venture Capital. Turut berpartisipasi investor terdahulu, yaitu Monk’s Hill Ventures, Telstra Ventures, Kickstart Ventures, dan Kejora Ventures.

Kepada DailySocial saat acara penandatanganan kemitraan strategis dengan Experian, Co-Founder dan Group CEO C88 J.P. Ellis mengungkapkan, investasi yang dipimpin Experian ini telah berjalan selama 8 bulan terakhir, namun proses perkenalan sudah dilakukan jauh sebelum investasi disepakati.

Saat ini pihaknya telah menempatkan tim untuk melakukan pendekatan dan proses perizinan ke pemerintah Thailand. Jika tidak ada hambatan, proses finalisasi peluncuran layanan tersebut segera diselesaikan.

“Pada dasarnya CekAja dan Experian memiliki misi dan komitmen yang sama, yaitu mendukung inklusi finansial dan menyasar konsumen secara langsung,” kata Ellis.

Selain itu, dana baru ini akan dimanfaatkan C88 untuk mengembangkan teknologi, menerapkan digital onboarding hingga menambah talenta baru untuk mempercepat pertumbuhan bisnis.

“Di saat yang bersamaan layanan informasi dan perbandingan produk keuangan eCompareMo di Filipina, juga tengah bersiap mengembangkan bisnis. Selain fokus kepada layanan kepada konsumen dan revenue, kita juga berencana untuk mulai fokus kepada mobile. Kita juga terus melakukan pengembangan dari sisi operasional, back office hingga data center,” kata Ellis.

Kondisi fintech di Indonesia

Menurut Ellis, di Indonesia (dan Filipina) infrastruktur kredit belum dibangun dengan baik. Itu sebabnya model KTA dan rentenir menjadi bermunculan.

“Hal ini buruk bagi negara, bagi masyarakat, dan bagi institusi finansial. Fokus kami di putaran pendanaan kali ini adalah terus mencoba menyelesaikan masalah ini dengan meninggalkan sistem finansial eksklusif, tidak efisien, mahal, dan berbasis kertas menuju sistem finansial inklusif, personal, efektif secara biaya, efisien, dan digital.”

Ellis memastikan bahwa pihaknya terus bermitra dengan pihak perbankan dan regulator, bukan berkompetisi melawan mereka.

Ellis mengatakan, “[Ekspansi ke] Thailand adalah satu satu obyektif bisnis kami, tapi bukan satu-satunya. Untungnya kami memiliki investor dan mitra bisnis global yang terpercaya di Experian. Experian adalah ahli untuk sistem dan layanan ini [seperti Scoring and Decisioning Services], sehingga kami memiliki kepercayaan tinggi dalam kualitas, reliabilitas, dan dampak layanan kami untuk pasar.”

“Fokusnya harus ke jutaan konsumen yang merasa putus asa karena mereka tidak punya pilihan [sehingga datang ke rentenir]. Ini adalah bukti terbesar ada permasalahan dan sistem yang ada saat ini belum memadai. Kami memberikan penawaran sistem digital modern sehingga kami bisa membantu menyelesaikan masalah ini untuk kebaikan masyarakat,” ujar Ellis.

Experian dan rencana investasi

Mengedepankan pengalaman, jaringan bisnis, ragam produk dan layanan yang dimiliki, Experian ingin menerapkan teknologi hingga pengalaman secara global kepada pasar yang memiliki potensi seperti Indonesia.

Kepada DailySocial, CEO Experian Asia Pasifik Ben Elliott mengungkapkan, CekAja/C88 dipilih untuk investasi setelah melalui proses dialog yang cukup panjang.

“Kita sudah melakukan dialog sebelumnya dengan J.P. Ellis, namun dalam waktu 8 bulan terakhir perbincangan tersebut makin intensif dan mulai serius membicarakan hal apa yang bisa kita lakukan bersama, dalam hal ini memberikan investasi. [Selain itu] Juga kolaborasi komersial yang kuat seperti digital onboarding dan fase selanjutnya bagaimana kita bisa mengembangkan teknologi anti fraud di industri ini,” kata Ben.

Ben melanjutkan, “Jadi dari perspektif kenapa memilih CekAja karena kami percaya dengan visi mereka. Kami juga sudah melihat dengan baik bisnis mereka dan mengerti sepenuhnya teknologi mereka dan bagaimana teknologi milik Experian bisa dikontribusikan.”

Ellis menambahkan, “Selain menjadi salah satu layanan data kredit dan analitik terbesar di dunia, Experian juga merupakan pemimpin untuk digital onboarding, decisionn engines, fraud detection, electronic KYC, dan banyak fungsi critical lainnya. Experian memiliki fokus global dan telah banyak mendapatkan kesuksesan di berbagai pasar, seperti Brazil dan India.”

Setelah CekAja/C88, Experian memiliki rencana untuk memberikan investasi di startup lainnya. Tidak hanya layanan fintech, tetapi juga kategori lain yang dinilai relevan dan memiliki potensi.

“Bukan hanya startup di Indonesia. Bisa jadi kita nantinya akan memberikan investasi kepada startup di negara lain,” tutup Ben.

Investree Raih Pendanaan Seri B, Sasar Thailand untuk Ekspansi Selanjutnya

Startup p2p lending Investree mengumumkan perolehan pendanaan Seri B dengan nilai yang tidak disebutkan dipimpin SBI Holdings Inc. Investor baru lainnya yang turut bergabung adalah Mandiri Capital Indonesia, Persada Capital, Endeavor Catalyst, dan 9F Fintech Holdings Group. Kejora Ventures sebagai investor terdahulu turut bergabung dalam putaran ini.

SBI Holdings Inc. merupakan perusahaan multinasional berbasis di Jepang. Bersama anak-anak usahanya, perusahaan ini bermain di segmen jasa keuangan seperti perbankan, asuransi, informasi ekonomi, investasi, kartu kredit, p2p lending, manajemen aset, dan bioteknologi.

Dana segar tersebut akan digunakan Investree untuk mengembangkan teknologi dan lini produk baru, memperluas basis pengguna dengan melancarkan sejumlah strategi marketing, serta merekrut lebih banyak talenta baru. Di samping itu, Investree juga siap menyasar Thailand setelah pada awal tahun ini resmi beroperasi di Vietnam dengan brand eLoan.

CEO dan Co-Founder Investree Adrian Gunadi mengatakan kantor baru Investree di Thailand akan resmi beroperasi pada akhir tahun ini. Sekarang pihaknya masih melakukan proses pendalaman bersama mitra lokal perihal regulasi dan mekanisme lainnya.

“Saat pertama kali Investree hadir di Indonesia, hubungan dengan regulator dan pemahaman mendalam soal pasar adalah dua isu critical. Inilah yang menjadi bekal kami saat ekspansi ke regional,” terang Adrian, Selasa (31/7).

Rencana berikutnya

Tak hanya ekspansi regional, Investree juga mulai hadir di luar Pulau Jawa. Daerah yang akan disasar adalah Sumatera Utara. Kali ini perusahaan melakukan diversifikasi dengan skema channeling untuk penyaluran pembiayaannya menggandeng BPD atau BPR sebagai mitra. Untuk tahap awal bersama BPD Sumut yang sudah menunjukkan komitmen awal penyaluran sebesar Rp200 miliar.

“Berikutnya kita bisa bekerja sama dengan Asbanda untuk penyaluran pinjaman bersama BPD atau BPR yang memiliki potensi baik demi dukung ekspansi kami ke luar Pulau Jawa.”

Disamping itu, perusahaan berupaya mencari lender baru dengan menggiatkan sejumlah inisiatif pemasaran. Tak hanya lender ritel, perusahaan bakal terus perbanyak sumber pinjaman dari kalangan institusi sebagai upaya mencari dana murah untuk disalurkan berbentuk pinjaman kepada para borrower.

Menurut Adrian, saat ini lender institusi baru mencapai 10% dari total lender di Investree. Mereka berasal dari lembaga keuangan, hedge fund dari domestik dan luar negeri, bank, dan multifinance. Dia berharap tahun depan porsi lender dari golongan ini bisa mencapai 30%.

Investree memiliki 45.528 lender dan total borrower mencapai 2.256 orang sampai Juli 2018. Dana yang telah disalurkan Rp1,04 triliun, atau hampir 70% dari total target sepanjang tahun ini Rp1,5 triliun.

Total penyaluran tersebut sekitar 80%-90% di antaranya berasal dari produk invoice financing. Sisanya dari produk lainnya seperti merchant cash advance, online seller financing, employee b2b loan, penjualan SBR 003, dan produk berbasis syariah. Secara rerata, tenor yang diberikan adalah 59 hari dengan tingkat pengembalian bunga 16,6%.

Automo Kantongi Pendanaan Tahap Awal, Kuatkan Bisnis Sewa Kendaraan Mewah di Indonesia

Setelah meluncurkan layanan di Jakarta, platform penyewaan kendaraan mewah Automo baru saja mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal (seed funding) senilai 1 miliar Rupiah dari Startup SG. Startup berbasis di Singapura yang didirikan Charles Lin tersebut juga berhasil mendapatkan grant dari Enterprise Singapore senilai 300 juta Rupiah.

Selain pendanaan, Automo juga mengumumkan ekspansi di tiga kota baru meliputi Yogyakarta, Bandung, dan Bali.

“Saat ini selain Jakarta, Automo telah hadir di tiga kota wisata populer di Indonesia. Berawal dari Jakarta, kami masih fokus mengembangkan tim, dan berencana untuk menambah kota-kota baru lainnya,” kata Charles.

Automo juga berencana menambah varian layanan transportasi wisata untuk kelas menengah ke atas, di antaranya adalah jet pribadi, helikopter, dan yacht.

“Kami juga telah menjalin kemitraan dengan Transwisata dan CeoJetset untuk menambah pilihan penyewaan transportasi premium wisatawan. Sementara itu untuk mobil kami juga menambah pilihan merek internasional seperti Mercedes S Class, Rolls Royce, hingga Limousine,” kata Charles.

Khusus untuk kota wisata paling favorit di Indonesia yaitu Bali, Automo juga menyediakan penyewaan transportasi sepeda motor. Menyesuaikan kebiasaan dan kebutuhan dari wisatawan asing hingga lokal yang berkunjung ke pulau Bali.

Rencana dan target Automo

Untuk pembayaran Automo masih menyediakan pilihan kartu kredit saja. Namun demikian untuk menambah pilihan pembayaran kepada pengguna, Automo saat ini tengah membangun perusahaan lokal (PT), agar nantinya bisa terintegrasi dengan penyedia pembayaran lokal di Indonesia. Rencananya akan final akhir tahun 2018.

“Selain bank transfer kami juga berencana untuk menyediakan pilihan pembayaran cicilan kepada pelanggan,” kata Charles.

Selain menambah lokasi baru di kota-kota wisata populer, Automo juga masih terus mengembangkan teknologi di Singapura. Automo juga masih terus melakukan negosiasi dan perbincangan dengan hotel dan agen travel untuk bisa menghubungkan layanan Automo kepada wisatawan asing dan lokal.

“Kita masih terus menambah kemitraan dengan vendor di Singapura dan Indonesia. Salah satu contoh adalah pelanggan CeoJetset yang menyewa pesawat dari Jakarta ke Bali, mereka juga bisa menyewa mobil Mercedes S Class di Bali melalui Automo dengan CeoJetset sebagai vendor mitra. Nantinya mitra akan menerima referral fee,” kata Charles.

Dengan demikian secara langsung Automo ingin mengajak lebih banyak mitra untuk menyediakan pilihan penyewaan dan bisa dimonetisasi langsung oleh mitra terkait. Hal tersebut juga berlaku untuk semua agen travel di Bali.

“Saat ini secara keseluruhan kami telah memiliki sekitar 50 mitra vendor di Indonesia demikian juga di Singapura,” tutup Charles.

ZEN Rooms Jual Sebagian Saham ke Jaringan Aplikasi Hotel Korea Selatan Yanolja

ZEN Rooms jaringan budget hotel yang beroperasi di Asia Tenggara diberitakan telah menjual sebagian saham mereka ke jaringan aplikasi hotel asal Korea Selatan, Yanolja. Dengan total dana $15 juta, Yanolja membayar untuk “strategic non-controlling stake” yang dirahasiakan — tetapi tetap membuka kemungkinan Yanolja mendapatkan 100% saham ZEN Rooms di kemudian hari.

Didirikan tahun 2015, ZEN Rooms berhasil mendapatkan pendanaan $4.1 juta untuk seri A dari Redbadge dan SBI Investment Korea. Tiga tahun ZEN Rooms berjalan, tepatnya pada Maret silam, diberitakan ZEN Rooms menghadapi masalah keuangan serius dan ingin menjual atau menutup layanannya. Pembelian sebagian saham oleh Yanolja ini akan memberikan dana segar bagi ZEN Rooms untuk bisa tetap bertahan dan mengusahakan untuk berkembang.

“Kami sekarang memiliki modal untuk berinvestasi, Kesepakatan itu telah didiskusikan sejak awal tahun ini . . . kami memperlakukan seperti akuisisi tetapi ini adalah langkah pertama,” terang co-founder ZEN Rooms Kiren Tanna kepada TechCrunch.

Di Indonesia industri budget hotel saat ini masuk dalam “seleksi alam”, persaingan ketat antar pemain diramaikan dengan persaingan dengan OTA (Online Travel Agent). Kondisi ini menyebabkan layanan harus bisa bertahan dengan memenuhi kebutuhan pelanggan lokal atau angkat kaki.

NIDA Rooms contohnya, diam-diam sudah tidak beroperasi di Indonesia dengan menarik aplikasi dan situs pemesanan mereka. Kondisi serupa pun bisa menimpa ZEN Rooms jika gagal memenuhi kebutuhan pelanggan lokal. Meski kebutuhan akan budget hotel masih tinggi.

Mengacu pada laporan survei yang dikeluarkan DailySocial tahun lalu, budget hotel masih menjadi pilihan banyak responden. Total 58,61% responden memilih budget hotel, dengan harga sebagai perbandingan utama. Masalahnya, di Indonesia para pemain OTA seperti Traveloka, Tiket, dan lain sebagainya juga memasukkan daftar hotel budget ke dalam pencarian mereka. Ini tentu membantu para pelanggan tetap tidak untuk jaringan budget hotel yang beroperasi di Indonesia. Persaingan sekarang lebih mengerucut ke kualitas layanan, termasuk harga.

Kini di Indonesia jaringan hotel budget ada ZEN Rooms, RedDoorz, Airy Rooms dan beberapa lainnya. Mereka akan berhadapan langsung dengan penyedia layanan OTA yang juga menjajakan kamar-kamar hotel dengan harga terjangkau. Dengan investasi yang didapat ZEN Rooms ini wajib ditunggu apa yang akan dilakukan mereka untuk pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia dengan persaingan yang ada saat ini.

Application Information Will Show Up Here

NFC Indonesia dan M Cash Berinvestasi ke Perusahaan Iklan Digital DMS

NFC Indonesia dan M Cash mengumumkan investasi ke perusahaan periklanan digital berbasis cloud PT Digital Marketing Solution (DMS) dengan masing-masing mendapatkan kepemilikan saham sebesar 30% dan 5%. Investasi ini adalah langkah strategis pertama NFC Indonesia selepas IPO sebagai bagian strategi memperkaya pertukaran iklan digitalnya. Bagi M Cash, investasi ini untuk memperluas jangkauan distribusi digitalnya di Indonesia.

DMS merupakan perusahaan yang memberdayakan teknologi artificial intelligence untuk memberikan solusi lengkap, dengan memadukan kanal komunikasi online dan offline. DMS saat ini sudah mencakup lebih dari 4000 titik di 19 kota yang tersebar di Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan hingga Sulawesi, dengan klien ritel seperti Grup Djarum, Indomaret, Circle-K, The Body Shop Indonesia, dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Direktur DMS Budiasto Kusuma menjelaskan bahwa kolaborasi strategis dengan NFC Indonesia dan M Cash akan memperluas jaringan untuk menjangkau lebih banyak khalayak, tidak hanya melalui saluran ritel tetapi juga melalui saluran distribusi digital yang dimiliki NFC Indonesia dan M Cash.

“Kami mengeksploitasi teknologi distribusi melalui cloud untuk mengelola layanan iklan tanpa [konsumen] perlu pergi ke masing-masing tempat beriklan lagi. Dilengkapi dengan analisis kamera pintar, aplikasi berbasis mobile, dan artificial intelligence kami dapat mengirimkan iklan yang sesuai dengan pengguna yang ditargetkan,” terang Budiasto.

Presiden Director NFC Indonesia Abraham Theofilus dalam keterangan resminya menyambut gembira investasi ini. NFC dan DMS akan bersinergi untuk bersama-sama memperkuat akuisisi pelanggan. NFC Indonesia akan membantu DMS mendapatkan exposure penuh dari ekosistem periklanan yang dibangun, sedangkan DMS akan membantu menambah penawaran platform iklannya bagi pelanggan komersial.

Sementara itu Direktur M Cash Suryandy Jahja menambahkan, pihaknya tahun ini akan memulai bisnis periklanan melalui kios digitalnya.

“Tahun ini M Cash akan memulai bisnis periklanan melalui kios digitalnya. Kami berencana untuk memasang layar TV tambahan di atas mesin, lebih jauh lagi, di (mesin) kiosk layar monitor dan body yang akan berfungsi sebagai jalan iklan kami sehingga menambah aliran pendapatan baru. Di sinilah keahlian DMS dalam teknologi iklan digital berbasis cloud akan menjadi nilai tambah yang bagus untuk bisnis M Cash,” ujar Suryandy.

Kredivo Peroleh Pendanaan Seri B Lebih Dari Rp435 Miliar, Siapkan Ekspansi Regional

Startup fintech yang bergerak di layanan online lending FinAccel (menggunakan nama produk Kredivo) mengumumkan peroleh pendanaan seri B senilai US$30 juta (lebih dari Rp435 miliar) yang dipimpin Square Peg Capital, dengan partisipasi investor baru MDI Ventures dan Atami Capital. Investor sebelumnya, Jungle Ventures, OpenSpace Ventures, GMO Ventures, AlphaJWC, dan 500 Startups juga turut berpartisipasi dalam putaran ini.

Dana segar ini, menurut CEO Kredivo Akshay Garg, akan digunakan untuk membangun layanan baru di luar pinjaman via situs e-commerce, ekspansi regional, dan menambah talenta baru di bidang engineer dan data scientist.

Adapun negara yang akan disasar, menurutnya, masih dalam tahap evaluasi. Tiga negara yang sedang dipelajari di antaranya Thailand, Filipina, dan Singapura. Dalam enam bulan ke depan, FinAccel akan mengumumkan satu negara yang siap disambangi Kredivo sehingga tahun depan Kredivo resmi memiliki dua wilayah operasional.

“Dalam enam bulan ke depan akan kami putuskan satu negara yang akan kami sambangi. Sekarang masih dalam tahap evaluasi,” ujar Akshay, Rabu (25/7).

Dia melanjutkan produk baru yang sedang dikembangkan ini nantinya akan menyasar di luar ekosistem situs e-commerce, seperti pinjaman untuk sekolah, medis, dana darurat, renovasi rumah, dan sebagainya.

Secara terpisah, dalam keterangan resmi Partner Square Peg Capital Tushar Roy mengatakan Kredivo adalah bisnis berkelas institusional dalam seluruh aspek, lewat otomasi berbagai macam elemen pinjaman yang sangat kompleks dan telah dipercaya oleh merchant terbaik di Indonesia. Kredivo memiliki metrik risiko sekelas bank dan sudah menarik utang institusional.

Kredivo disebutkan memiliki tim yang berintegritas dan pengalaman tinggi sehingga termotivasi untuk memecahkan masalah besar untuk pedagang dan konsumen Indonesia, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi keseluruhan.

“Kami sangat bangga untuk mendukung visi tim Kredivo untuk memungkinkan layanan finansial yang lebih baik untuk masyarakat muda Indonesia dan Asia Tenggara,” terang Tushar.

CEO MDI Ventures Nicko Widjaja menambahkan, Kredivo adalah pemimpin pasar di layanan pinjaman konsumen dengan proses credit scoring yang sangat maju di industri ini. Investasi di Kredivo sekaligus menandakan portofolio perdana MDI Ventures di bidang fintech lending.

“Dengan partisipasi kami, kami berharap untuk mendorong lebih banyak segmen yang kurang terlayani dalam pasar ini, di mana kami dapat mengakses berbagai macam sumber kredit yang dapat memakai teknologi Kredivo untuk mempercepat proses pencairan dana,” ucap Nicko.

Pencapaian bisnis dan rencana berikutnya

Akshay melanjutkan perusahaan akan menggiatkan kegiatan pemasaran untuk akuisisi pengguna baru dengan memasang berbagai papan iklan di tempat umum.  Mereka juga menggencarkan beberapa inisiasif kerja sama strategis dengan Telkom Group yang kini tergabung sebagai jaringan investor Kredivo.

“Kami pilih investor strategis yang terkemuka agar ke depannya kami bisa jalin sinergi kerja sama. Akan ada banyak inisiasi baru yang siap kami lakukan bersama Telkom Group, khususnya Telkomsel.”

Dua tahun berdiri, Kredivo telah menjadi metode alternatif untuk pembayaran online dengan kartu kredit digital yang paling banyak diadopsi oleh marketplace di Indonesia. Kredivo diklaim sebagai satu-satunya perusahaan KTA online yang telah menjangkau hampir 10 situs e-commerce terkemuka, termasuk Tokopedia, Shopee, Bukalapak, Lazada, dan lebih dari 200 situs lainnya.

Pertumbuhan bisnis Kredivo secara GMV (Gross Merchandise Value) mencapai 5 lipat lipat, tanpa disebutkan angka detailnya. Perusahaan telah menilai lebih dari dua juta konsumen Indonesia dan membantu pedagang online mendapatkan pendapatan dan retensi pelanggan secara signifikan.

Disebutkan 80% dari transaksi setiap bulannya berasal dari konsumen loyal Kredivo yang jumlahnya lebih dari 500 ribu orang. Adapun rasio kredit macet dijaga di bawah 5% sesuai rata-rata industri keuangan.

Perusahaan memiliki 15 perusahaan sebagai pendana yang berasal dari multifinance dan credit fund. Credit fund tersebut berasal dari Hong Kong dan negara-negara di Asia Tenggara. BFI masih menjadi salah satu pendana eksklusif di Kredivo.

Application Information Will Show Up Here

Kapan dan Bagaimana Mencari Investor

Rasanya kita semua sepakat bahwa pendanaan merupakan salah satu hal terpenting dalam menjalankan perusahaan rintisan. Jika 23% dari penyebab startup gagal adalah karena tim manajemen yang tidak tepat, maka kehabisan dana ternyata memiliki peluang lebih besar dalam menggagalkan startup yakni 29%. Oleh karena itu, apabila Anda sedang atau hendak membangun startup, pastikan Anda memiliki rencana yang matang terkait hal ini.

Pendanaan startup kebanyakan diperoleh dari investor berupa investasi saham. Hal ini disebabkan periode investasi startup kebanyakan memerlukan waktu lama, sehingga kurang cocok apabila menggunakan pendanaan yang bertipe utang. Ditambah lagi, di Indonesia hampir belum ada bank atau lembaga keuangan yang memberikan kredit bagi startup.

Kapan kita harus mulai mencari investor

Banyak yang mengira bahwa untuk memulai startup, kita membutuhkan dana yang besar, sehingga kita perlu mencari investor dari awal ketika kita masih berada di fase ide atau prototipe. Namun, saya kurang sependapat akan hal ini. Di fase tersebut, daya tawar kita kepada investor sangat lemah, sehingga akan sulit mendapatkan investor, dan kalaupun berhasil, startup kita akan dihargai sangat murah.

Pertanyaan terkait hal ini lumayan sering ditanyakan kepada saya dan jawaban saya selalu sama: Sebisa mungkin kembangkan startup hingga memperoleh proof of concept berupa initial traction, yakni terlihat pertumbuhan pengguna startup kita seiring waktu. Jika ini tercapai, kita akan memperoleh posisi tawar yang kuat ketika bernegosiasi dengan investor. Jika tidak atau belum, mungkin perlu kita evaluasi kembali, jangan-jangan startup yang kita kembangkan ini memang perlu diperbaiki kembali, atau bisa jadi memang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar.

Alasan lainnya adalah, untuk sampai kepada tahap initial traction, sebenarnya kita tidak membutuhkan dana terlalu besar. Kita semestinya tidak mengeluarkan terlalu banyak biaya pemasaran karena kita membutuhkan respon organik dari calon pelanggan kita. Startup yang sukses membuat pelanggan datang karena memang mereka tertarik menggunakan produk kita, bukan karena diiming-imingi manfaat tertentu. Oleh karena itu, pengeluaran di tahap ini biasanya cenderung terkait dengan pengembangan produk yang lagi-lagi semestinya tidak terlalu besar karena pada fase ini keluarannya masih berupa produk awal (MVP).

Pendanaan di tahap ide/prototipe

Barangkali di antara pembaca ada yang bertanya, well, meski tidak terlalu banyak, kita tetap memerlukan dana kan? Bagaimana atau ke mana kita mencarinya? Saya coba rangkum ke dalam empat jenis di bawah ini.

1. Dana pribadi (bootstrap)

Jika kita memiliki dana sendiri dan mau menggunakan dana ini untuk startup kita, berarti masalah selesai. Sedikit catatan, pada dasarnya tingkat kemungkinan startup gagal itu tinggi, jadi pastikan untuk hanya menggunakan dana yang tidak mengganggu kehidupan personal kita.

2. Proyek

Hal ini lumayan sering dilakukan oleh para pendiri startup yang memiliki latar belakang IT. Dalam hal ini, kita menawarkan jasa pembuatan aplikasi/sistem IT kepada klien dan keuntungan dari proyek ini kita gunakan untuk merealisasikan ide startup kita. Tantangan dalam hal ini biasanya bagaimana menyeimbangkan sumber daya antara mengerjakan proyek dari klien dan mengembangkan startup kita.

3. Angel investor

Apabila kita memiliki kenalan HNWI, tidak ada salahnya untuk menawarkan kerja sama. Challenge terbesar biasanya karena startup kita masih berupa ide/prototipe, sulit untuk menghitung dengan pasti berapa sebenarnya nilai yang fair akan ide atau prototipe ini.

4. Inkubator

Inkubator teknologi merupakan inisiatif yang beberapa tahun belakangan mulai muncul. Pada dasarnya inkubator memberikan one-stop-solution kepada pendiri startup untuk merealisasikan idenya. Hal ini tentu saja bermanfaat bagi kita terutama apabila kita membutuhkan masukan dari berbagai aspek. Apabila kita ingin masuk inkubator, maka jika memungkinkan, cari testimoni dari startup yang sudah masuk ke dalam inkubator tersebut untuk kroscek manfaat yang diberikan dan persyaratan yang diminta.

Sebagai contoh, apabila inkubator menjanjikan mentorship dengan para tokoh startup terkenal atau sukses, apakah hal tersebut benar-benar dijalankan, paling tidak sesuai yang dijanjikan? Atau jangan-jangan pada kenyataannya startup di dalam inkubator tersebut hampir tidak pernah atau sulit bertemu dengan para mentor?

Mana yang terbaik di antara keempat pilihan tersebut? Saya pikir bergantung kepada masing-masing. Founder yang berpengalaman di bidang IT cenderung memilih proyek, sedangkan founder dengan koneksi HNWI dapat memilih angel investor. Sedikit catatan bahwa apapun yang dipilih, jangan lupa untuk mencari perbandingan agar kita tidak memilih deal yang kurang baik.

Mencari pendanaan setelah memperoleh initial traction

Di sinilah biasanya kita memerlukan pendanaan dalam jumlah yang agak besar untuk mengeskalasi startup kita melalui pemasaran dan pengembangan produk. Pertanyaan selanjutnya, ke mana atau bagaimana kita mencari investor?

Apabila kita ternyata mengenal investor tersebut, entah melalui suatu event atau memang sudah megenal sejak dahulu, maka solusinya mudah: hubungi langsung. Bagaimana jika kita tidak memiliki kenalan investor sama sekali?

Cara terbaik menurut saya adalah melalui referral. Investor biasanya memperoleh banyak sekali proposal pendanaan, dan untuk memvalidasi atau memperkuat keyakinan mereka, investor biasanya mencari pendapat pihak lain. Founder startup yang sudah mereka beri investasi adalah pihak yang sering mereka tanya, sebab founder tersebut setidaknya familiar akan pasar di negara tersebut, dan boleh jadi familiar dengan para founder startup lain.

Oleh karena itu, apabila koneksi ke investor terbatas atau sulit dicari, kita bisa memulai dengan menjalin koneksi dengan para founder startup lain yang sudah memperoleh pendanaan. Datangi seminar yang menghadirkan founder tersebut. Cara lain adalah dengan mengidentifikasi kemungkinan kerjasama antara startup kita dengan startup yang dimiliki founder tersebut untuk memulai komunikasi. Karena jumlah startup yang sudah memperoleh investasi lebih banyak daripada jumlah investor, maka semestinya untuk menjalin koneksi dengan founder ini relatif lebih mudah.

Selain melalui referral, cara lainnya adalah dengan mengikuti event semacam startup dating, perlombaan, dan lain sebagainya. Namun, karena di event semacam ini biasanya diikuti oleh banyak sekali startup, sulit bagi kita untuk mengkomunikasikan startup kita sepenuhnya karena terbatasnya waktu. Oleh karena itu, gunakan event-event semacam ini untuk menimba pengalaman khususnya terkait presentasi/komunikasi, namun apabila kita benar-benar sedang mencari pendanaan, jangan hanya mengandalkan event semacam ini.

Hal yang perlu dipersiapkan sebelum berkomunikasi dengan investor

Memperoleh akses ke investor sebenarnya tidak sulit dibandingkan mempersiapkan hal-hal untuk disampaikan ke investor tersebut. Terkait hal ini, hal yang paling utama adalah memastikan startup kita ini memang memiliki kualitas yang baik.

Pastikan kita familiar dengan parameter industri startup kita, misalnya parameter e-commerce salah satunya adalah jumlah dan nilai transaksi, parameter media online adalah jumlah kunjungan dan pageview, dan semacamnya. Setelah itu, cek bagaimana performa startup kita secara historis dan juga dibandingkan dengan startup lain di pasar. Tentu saja, semakin cepat pertumbuhan startup kita maka semakin menjanjikan startup kita di mata investor. Begitu juga apabila performa startup kita unggul dibandingkan startup sejenis lain.

Secara teknis, ketika bertemu investor, ada tiga hal yang perlu dipersiapkan:

1. Presentasi/proposal/pitch deck

Intinya, ini adalah dokumen yang kita tunjukkan atau presentasikan kepada investor. Banyak sekali contoh presentasi yang bisa kita cari di Internet, sehingga kita bisa memilih yang paling sesuai dengan style kita. Namun, secara umum paling tidak presentasi ini harus memuat hal-hal di bawah ini:

– Masalah yang dihadapi dan bagaimana startup kita memecahkan masalah tersebut (value proposition)

– Potensi pasar, yang meliputi ukuran pasar saat ini dan pertumbuhan ke depannya

– Keunggulan (competitive advantage) startup kita — jangan terlalu banyak karena akan mengaburkan pesan yang ingin kita sampaikan (kebanyakan menganjurkan jumlahnya tiga saja)

– Performa historis startup kita

– Perkiraan kebutuhan dana dan alokasi penggunaan dana tersebut

– Proyeksi pertumbuhan startup ke depan (1–5 tahun)

– Profil founder — paling tidak memuat pendidikan dan pengalaman terkait

2. Proyeksi keuangan

Dokumen ini adalah spreadsheet yang menggambarkan kondisi keuangan startup 1–5 tahun ke depan. Terkait hal ini, ada beberapa tips:

– Buatlah model sedinamis mungkin dengan angka-angka asumsi yang bisa diubah-ubah (tidak hard coded). Dengan demikian, apabila ada asumsi kita yang ternyata salah, dapat cepat kita perbaiki

– Jabarkan parameter startup kita sedetail mungkin, sehingga asumsi yang kita gunakan semakin masuk akal. Sebagai contoh, daripada langsung mengasumsikan pertumbuhan transaksi 10% per bulan, akan lebih baik jika kita membuat model di mana transaksi dipengaruhi oleh jumlah kunjungan dan conversion rate, dan masing-masing kita asumsikan tumbuh 5% per bulan

– Jika memungkinkan, buat beberapa asumsi terkait jumlah dana yang ingin kita peroleh, dikaitkan dengan proyeksi pertumbuhan startup kita. Dengan kata lain, kita membuat beberapa versi pertumbuhan (misalnya kita sebut normal/base case, high growth case, dan worst case).

3. Due diligence

Due diligence pada dasarnya merupakan proses memeriksa keseluruhan perusahaan kita, untuk memastikan bahwa seluruh data yang kita sampaikan benar dan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. Due diligence ini mencakup berbagai aspek, di antaranya IT, bisnis, keuangan dan perpajakan, serta legal. Beberapa yang perlu diperhatikan terkait hal ini:

– Dalam berkomunikasi kepada investor, jangan pernah menyampaikan data yang tidak akurat. Apabila investor bertanya terkait suatu parameter startup dan kita tidak ingat/tidak yakin, lebih baik sampaikan bahwa kita akan segera berikan data parameter tersebut setelah kita kroscek. Jangan mengira-ngira suatu angka karena berisiko apabila ternyata salah.

– Rapikan pencatatan keuangan kita. Tidak perlu sampai harus menggunakan sistem ERP atau semacamnya, tetapi paling tidak, laporan keuangan standard seperti neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas tersedia dalam format bulanan dan tahunan. Begitu juga pastikan pelaporan perpajakan sudah sesuai aturan yang berlaku.

– Pastikan kembali seluruh dokumen legal perusahaan. Apabila ternyata ada izin atau dokumen yang belum dimiliki, maka paling tidak kita harus apply sebelum berkomunikasi dengan investor. Pastikan juga bahwa aset-aset termasuk aset IT bahkan domain startup dimiliki oleh perusahaan (bukan dimiliki oleh founder apalagi pihak lain).

Apa yang perlu diperhatikan dari investor

Selain valuasi startup yang pernah saya sampaikan pada postingan sebelumnya, perhatikan aspek-aspek sebagai berikut:

– Bagaimana kompetensi investor ini di bidang yang startup kita geluti. Semakin besar kompetensi atau pengalamannya maka tentu ini menjadi nilai lebih.

– Bagaimana koneksi investor ini dengan para investor lain khususnya investor yang lebih besar. Hal ini penting karena besar kemungkinan kita tidak mencari pendanaan sekali ini saja. Apabila startup kita tumbuh besar, kita mungkin saja akan mencari pendanaan berikutnya dalam jumlah yang lebih besar. Investor yang memiliki banyak koneksi akan memudahkan pada proses pendanaan berikutnya nantinya.

– Bagaimana keterlibatan investor yang diharapkan oleh kita maupun oleh investor tersebut. Ada investor yang berharap dilibatkan secara detail terkait operasional, ada juga yang tidak ingin terlibat sama sekali. Mana yang paling baik? Berpulang pada diri kita masing-masing. Pendapat pribadi saya, investor yang baik tidak terlalu mencampuri kegiatan operasional perusahaan, namun selalu siap apabila diminta bantuan oleh founder.

– Hal-hal lain yang diharapkan dari investor yang dituangkan di dalam shareholders agreement. Ketika kita memperoleh pendanaan dari investor, biasanya mereka juga meminta hak-hak khusus seperti menerima laporan bulanan, meng-approve pengeluaran besar, dan sebagainya. Sebisa mungkin kita libatkan lawyer untuk memeriksa shareholders agreement supaya kita mengerti akan hal-hal ini dan jika perlu menegosiasikan kepada investor apabila kita memiliki keberatan.

Pada akhirnya, mencari investor ibarat mencari partner hidup. Sekali menjadi investor, maka proses untuk berpisah itu tidak mudah karena investor harus bersedia untuk menjual saham mereka. Oleh karena itu, pastikan kita sendiri merasa yakin bahwa investor ini memang pihak yang tepat untuk mendukung kita dalam jangka panjang.


Disclosure: artikel tamu ini dibuat oleh Muhamad Fajrin Rasyid, Co-Founder dan President Bukalapak. Tulisan aslinya dimuat di Medium dan dipublikasi ulang atas izin penulis.

As of May 2018, VC Investment Exceeds Rp8.22 Trillion

Approaching the mid-year, OJK (Indonesia’s FSA) records the venture capital industry has invested Rp8.22 trillion by May 2018. The number has increased by 14.95% compared to the same period last year with Rp7.15 trillion.

The business portfolio is still dominated by profit sharing scheme with 78%, followed by equity participation with 16.3%, and the rest is the conversion obligation with 5.7%.

Rimawan Yasin, Vice Secretary-General of Indonesia’s Startup and Venture Capital Association (Amyesindo) said the positive performance is a result of the players’ business improvement. A business development also contributes to the good performance, including an intense expansion.

Currently, the profit-sharing scheme is still dominant. Furthermore, the association will keep pushing its members to start redirecting business into equity participation according to its core business.

“It’s not easy to change the mindset, it takes time. As the player’s understanding is important right now,” Yasin said, quoted from Kontan.

By the end of this year, he projected the venture capital business can still increase by two digits. The tax incentive from the government, he added, will take part in improving the business performance.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Mandiri Capital Indonesia Tahun Ini Siapkan Dana Segar untuk Empat Startup

Mandiri Capital Indonesia (MCI) kembali mencari startup lokal untuk didanai. Kepada DailySocial, Presdir MCI Eddi Danusaputro mengungkapkan,  tahun ini akan dipilih empat startup lokal yang akan mendapatkan pendanaan, khususnya yang berkecimpung di industri pembayaran dan p2p lending (pembiayaan).

Tahun 2017 lalu, MCI berinvestasi ke delapan startup lokal, termasuk di dalamnya PrivyID, Moka, Amartha, dan Cashlez

“Fokus kami tahun ini masih seputar layanan financial technology, terutama mereka yang menyasar area pembayaran (payment), peer-to-peer lending (P2P) dan juga Enterprise Tech/SME Solutions.”

Eddi enggan menyebutkan berapa nilai investasi yang akan digelontorkan kepada masing-masing startup, tetapi dipastikan startup-startup yang dibidik adalah yang berada di tahapan pendanaan Seri A.

Mendukung startup binaan

Selain memberikan investasi, MCI juga senantiasa memberikan dukungan kepada startup binaannya. Salah satu yang dilakukan adalah sinergi yang akan dilakukan PrivyID dan Bank Mandiri Group dalam dua tahap. Pada tahap pertama, sinergi internal antar divisi grup dan anak usahanya. Kemudian tahap kedua akan masuk ke nasabah untuk keperluan pembukaan rekening baru.

“Tahun ini startup terpilih juga akan dibina ke dalam Mandiri Group, di mana akan dijajaki kolaborasi yang nantinya bisa membantu Mandiri Group sekaligus membantu traksi startup tersebut,” kata Eddi.

Selama tahun 2017, MCI telah menggelontorkan investasi sekitar Rp300 miliar untuk startup fintech. Sebagai perusahaan modal ventura yang berada di bawah naungan Mandiri Group, MCI berperan sebagai jembatan penghubung antara investor dan pelaku startup yang menyasar layanan fintech.

Bizzy Konfirmasi Perolehan Pendanaan Pra-Seri B Senilai 115 Miliar Rupiah

Pengembang layanan e-commerce B2B Bizzy mengonfirmasi perolehan pendanaan Pra-Seri B senilai $8 juta (setara sekitar 115 miliar Rupiah), yang pertama kali dikabarkan DealStreetAsia. Pendanaan tersebut dipimpin Sinar Mas Digital Ventures (SMDV) dan beberapa investor baru dari vertikal industri berbeda — detailnya masih enggan diungkapkan pihak Bizzy.

Rencananya dana yang diperoleh akan dialokasikan untuk perekrutan talenta guna mendukung pengembangan solusi B2B yang terintegrasi dari hulu ke hilir, yakni berupa platform e-marketplace, e-procurement, e-distribution dan e-logistics.

“Pendanaan ini mampu menunjukkan besarnya ketertarikan investor yang berasal dari berbagai sektor terhadap platform yang sedang kami bangun. Dengan pengalaman dan dukungan mereka di sektor bisnis perkebunan, manufaktur, finansial, pertambangan, properti, dan teknologi, kami lebih percaya diri menghadirkan teknologi B2B multi-sektor dari hulu ke hilir,” ujar Co-Founder & CTO Bizzy Norman Sasono kepada DailySocial.

Seiring perkembangan yang ada, Bizzy mengaku menyadari untuk menjalankan model bisnis B2B tidak cukup dengan sekadar e-commerce. Sehingga dalam satu tahun terakhir, Bizzy lebih banyak fokus melakukan pengembangan platform agar bisa menjadi solusi menyeluruh bagi pelanggannya.

Norman juga menceritakan, timnya baru saja selesai melakukan perombakan besar pada platform Bizzy dari sisi teknologi untuk bisa menunjang fitur yang lebih luas dari sebelumnya.

“Sekarang platform Bizzy mendukung business model kuasi-ritel dan juga marketplace, lengkap dengan e-procurement, serta integrasi dengan ERP dan sistem e-procurement internal untuk customer skala enterprise. Ke depannya platform Bizzy juga akan mendukung banyak aspek lain yang lebih luas di dunia B2B selain e-commerce,” lanjut Norman.

Kemampuan integrasi dengan ERP internal yang dimiliki perusahaan menjadi salah satu keunggulan yang menarik. Norman menceritakan, integrasi yang ditawarkan Bizzy menggunakan protokol khusus yang memang telah disepakati oleh industri e-commerce, e-distribution, dan e-logistics di dunia, sebuah protokol yang lebih spesifik dari sekedar Web API pada umumnya.

Dari sisi bisnis disampaikan, Bizzy akan memperkuat jaringan vendor lokal di kota-kota utama di Indonesia seperti Banjarmasin, Pekanbaru, Palembang, Pontianak, Surabaya, hingga Medan. Kemudian juga akan mengundang perusahaan kelas korporasi dan menengah dalam vertikal yang didukung oleh investor, yaitu bidang perkebunan, manufaktur, finansial, pertambangan, properti dan teknologi.

“Selain memperluas bisnis, ke depan tentunya kami akan memperkaya barang-barang B2B yang tersedia. Saat ini sudah ada lebih dari 100 ribu barang dalam 14 kategori utama. Dari sisi produk dan platform, Bizzy akan menambah fitur-fitur baru yang akan membuat pelanggan dan vendor pengguna untuk dapat melakukan transaksi secara lebih transparan, accountable dan efisien lagi. Aplikasi mobile juga menjadi pelengkap dalam roadmap kami setelah aplikasi web yang sekarang tersedia,” Norman menjelaskan target Bizzy di tahun ini.