Sepanjang Q3 2021, Startup Indonesia Bukukan Pendanaan 13,8 Triliun Rupiah

Iklim investasi di ekosistem startup Indonesia pasca pandemi menunjukkan tren yang terus meningkat. Menurut catatan DailySocial.id, didasarkan pada transaksi pendanaan yang diumumkan ke publik dan/atau dicatatkan ke regulator, sepanjang kuartal ketiga (Q3) 2021 terdapat 68 pendanaan startup yang membukukan nominal hingga $974.220.000 atau lebih dari Rp13,8 triliun dari 45 transaksi yang disebutkan nilai pendanaannya.

Secara kuantitas dan nominal, kondisi ini meningkat dibandingkan dua kuartal sebelumnya. Di Q1 2021 ada sekitar 40 pendanaan startup dengan total nilai $554.750.000, sementara di Q2 2021 ada 47 transaksi dengan nominal $750.520.000.

Jika dibandingkan dengan Q3 di dua periode tahun sebelumnya, nilai investasi yang diumumkan memiliki peningkatan hampir 2x lipat.

Hal ini menjadi indikasi menarik bahwa pandemi tetap memberikan efek akselerasi terhadap iklim investasi startup di Indonesia. Selama periode Juli s/d September 2021, ada 2 startup yang berhasil menggaet status “unicorn” dengan pendanaan barunya, yakni Xendit dan Kredivo. Blibli dan Tiket.com menjadi startup yang akhirnya mengonfirmasi saat ini valuasi mereka sudah di atas $1 miliar.

Tren pendanaan sepanjang Q3 2021

Ditinjau lebih dalam, didasarkan pada tingkatannya, putaran pendanaan Seri B di periode ini berhasil membukukan nilai paling banyak dengan jumlah transaksi yang cukup signifikan. Kecenderungan investor melakukan follow-on funding di later stage juga sebenarnya sudah tercatat sejak tahun 2020 lalu, seperti didata dalam Startup Report 2020.

Secara kuantitas, transaksi pada Q3 paling banyak berada di putaran seed dan Seri A.

Jika ditinjau dari segmen bisnis, fintech masih mendominasi perolehan. Tren ini berlanjut sejak 3 tahun terakhir di tengah ramainya pemain yang bermanuver di setiap sub-vertikal fintech, mulai dari e-money, lending, open finance, paylater, dan sebagainya.

Sektor populer berikutnya adalah logistik. Sejak paruh kedua tahun lalu, sektor ini tampak mendapatkan perhatian spesial dari investor. Selama masa pandemi, kinerjanya meningkat sebagai infrastruktur pendukung layanan e-commerce dan online marketplace.

Dua vertikal baru yang menjadi “rising star” pada periode ini adalah online grocery dan social commerce. Selain pendanaan bagi existing startup, beberapa investor turut mendukung para pemain baru di putaran seed. Online grocery dinilai memiliki potensi pasar yang cerah dengan adanya perubahan perilaku konsumen untuk mulai memenuhi kebutuhan sehari-hari secara online.

Sektor social commerce juga dinilai relevan di tengah penetrasi e-commerce yang belum maksimal, khususnya di kota tier-2 sampai tier-4. Konsep keagenan dan pemberdayaan komunitas yang diusung dianggap relevan dengan kultur dan kondisi di banyak wilayah di Indonesia.

Startup dan investor unggulan

Dari startup yang mendapatkan pendanaan sepanjang Q3, tiga di antaranya memperoleh nilai ratusan juta dolar. Sementara 17 startup juga mendapatkan pendanaan belasan juta dolar.

Berikut daftar 20 startup dengan pendanaan terbesar, yang diumumkan secara publik, sepanjang periode Q3 2021:

Startup  Nilai Pendanaan
 Xendit  $150.000.000
 Kredivo  $125.000.000
 GudangAda  $100.000.000
 Happy Fresh  $65.000.000
 AwanTunai  $56.200.000
 Migo  $40.000.000
 SIRCLO  $36.000.000
 Pintu  $35.000.000
 Pluang  $35.000.000
 Aruna  $35.000.000
 DOKU  $32.000.000
 AnterAja  $31.000.000
 Evermos  $30.000.000
 Oy!  $30.000.000
 Pinhome  $25.500.000
 Hypefast  $19.500.000
 Alami  $17.500.000
 Segari  $16.000.000
 Dekoruma  $15.000.000
 Dagangan  $11.500.000

Beberapa investor juga aktif berpartisipasi dalam putaran pendanaan startup di Indonesia. Jika dilihat di periode ini, mayoritas masih didominasi oleh pemodal ventura lokal, dengan East Ventures (EV) memiliki kuantitas paling banyak.

Melalui dana kelolaannya, EV berinvestasi pada startup dari tahap awal sampai tahap pertumbuhan (growth fund). Hipotesis pada model bisnis agnostik  membuatnya lebih fleksibel membantu startup-startup baru.

Investor paling aktif berikutnya adalah AC Ventures. Di beberapa kesempatan, mereka melakukan co-investment bersama EV.

Venture Capital Keterlibatan Investasi
East Ventures 17
AC Ventures 7
Jungle Ventures 4
Go-Ventures 4
Vertex Ventures 4
Alpha JWC Ventures 4
MDI Ventures 4
New Energy Nexus 4
BEENEXT 4
Insignia Venture Partners 4

Hal yang mulai terlihat tahun ini adalah keterlibatan aktif kalangan angel investor. Sebagian besar hadir dari kalangan founder startup tahap akhir dan  unicorn. Ada 15 putaran pendanaan startup yang di Indonesia pada Q3 2021 yang melibatkan angel investor. Jumlah ini sedikit meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya–di Q2 2021 mereka terlibat dalam 13 pendanaan startup.

Platform Konsultasi Gizi Sirka.io Segera Rampungkan Penggalangan Dana Lanjutan

Tercatat saat ini 1 dari 3 orang dewasa mengalami kelebihan berat badan dengan Body Mass Index (BMI) di atas 25. Meskipun BMI bukan satu-satunya referensi ukuran, namun biasanya dari hasil tersebut akan ada ada relasi dengan penyakit kronis terutama untuk jangka panjang.

Berangkat dari pengalaman pribadi kedua pendirinya yaitu Rifanditto Adhikara dan Vincentius Dito Krista Holanda saat harus berhadapan dengan persoalan penyakit kronis yang dimiliki oleh orang tua mereka, platform kesehatan Sirka.io diluncurkan. Layanan tersebut berfungsi untuk memonitor dan mencegah penyakit melalui program konsultasi terpadu dengan ahli gizi secara online.

Kepada DailySocial.id, Rifanditto selaku CEO mengungkapkan, melalui platform Sirka.io diharapkan bisa mendemokratisasi layanan konsultasi ahli gizi dan nutrisi yang berkualitas secara online fokus kepada chronic prevention program.

“Saat ini sudah banyak layanan yang menawarkan konsultasi program diet atau rekomendasi nutrisi yang tepat untuk mereka yang memiliki penyakit seperti hipertensi hingga diabetes secara offline. Melalui Sirka.io kami ingin menjembatani kebutuhan orang banyak terhadap masalah tersebut secara online sekaligus membantu ahli nutrisi dan ahli gizi di Indonesia untuk mendapatkan jenjang karier yang lebih baik.”

Sejak diluncurkan bulan April tahun ini, Sirka.io telah memiliki pertumbuhan pengguna hingga 60% setiap bulannya. Layanan tersebut sudah bisa diakses melalui perangkat Android dan segera menyusul di sistem operasi iOS dalam waktu dekat. Mereka juga telah melayani di 32 kota dengan jumlah ahli gizi dan nutrisi yang dimiliki sekitar 10 orang.

Untuk menyelaraskan misi dan visi perusahaan, Sirka.io tidak merekrut mitra, namun langsung mempekerjakan ahli gizi dan nutrisi menjadi pegawai. Cara seperti itu menurut mereka lebih efisien bagi perusahaan untuk saat ini dan ke depannya.

“Agar hasil program bisa lebih efektif kami menerapkan pilihan subscription kepada pengguna. Dengan demikian konsultasi dan program bisa dilakukan secara bertahap hingga mendapatkan hasil yang sesuai,” kata Rifanditto.

Terkait dengan program yang paling banyak dipilih oleh pengguna yaitu program weight loss dan wellness, yaitu program yang memberikan mereka rekomendasi makanan yang ideal berdasarkan ahli gizi dan nutrisi. Untuk kegiatan pemasaran, Sirka.io memanfaatkan jaringan ahli gizi dan nutrisi yang telah bergabung untuk melakukan kegiatan pemasaran. Fokus perusahaan saat adalah lebih kepada nutrisi dan membangun brand.

Segera rampungkan penggalangan dana lanjutan

Setelah mengantongi pendanaan tahap awal dari Sequoia Capital, Y Combinator, dan mantan partner Sequoia Tim Lee awal bulan September tahun ini, saat ini Sirka.io sedang dalam proses merampungkan penggalangan dana baru yang rencananya akan diumumkan awal tahun 2022 mendatang.

Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk membangun teknologi dan merekrut tim engineer, membuat perusahaan membutuhkan dana segar untuk mempercepat pertumbuhan. Pendanaan yang telah diterima sebelumnya, kebanyakan digunakan oleh perusahaan untuk mengembangkan produk, merekrut tim engineer dan sisanya untuk kegiatan pemasaran.

“Sebagai pemain baru kami belum ingin melakukan kegiatan pemasaran secara masif. Fokus kami saat ini adalah mengembangkan teknologi yang tujuannya untuk mempermudah pengguna mengakses layanan kami,” kata Rifanditto.

Startup yang merupakan lulusan program Y Combinator ini juga ingin menghadirkan konten yang relevan kepada pengguna dalam aplikasi. Dengan demikian bukan hanya mendapatkan informasi dari ahli gizi saja pengguna juga bisa mendapatkan informasi seputar gizi dan kesehatan dari konten yang dibuat sendiri oleh tim Sirka.io.

Disinggung siapa kompetitor Sirka.io saat ini, diungkapkan oleh Rifanditto hingga saat ini belum ada pemain lokal hingga asing yang tampil unggul menawarkan layanan seperti Sirka.io di Indonesia. Namun demikian saat ini sudah mulai ada pemain lokal yang menawarkan layanan hampir serupa dengan Sirka.io, demikian juga pemain asing dari India yang berencana untuk masuk ke pasar Indonesia dalam waktu dekat.

“Target Sirka.io selanjutnya adalah selain menambah jumlah pengguna, kami juga ingin terus menghadirkan fitur baru yang bisa bermanfaat untuk pengguna Sirka.io,” kata Rifanditto.

Application Information Will Show Up Here

Ajaib Dikabarkan Tengah Galang Pendanaan 2,1 Triliun Rupiah, Berpotensi Jadi Unicorn Berikutnya

Platform wealthtech Ajaib dikabarkan akan segera menyandang status unicorn berikutnya dari Indonesia. Perusahaan kini sedang merampungkan pendanaan berikutnya, ditargetkan nilainya mencapai $150 juta (lebih dari 2,1 triliun Rupiah). Menurut pemberitaan DealStreetAsia, DST Global telah memimpin pendanaan ini.

DailySocial.id sudah menghubungi salah satu investor dan manajemen Ajaib untuk dimintai konfirmasinya. Jawabannya kompak bahwa mereka menolak berkomentar atas rumor tersebut.

Bila mengacu dari kabar burung tersebut, dengan menghitung total pendanaan yang diterima Ajaib sebelumnya sebesar $92 juta, maka total pendanaan yang telah dikantongi perusahaan menjadi $242 juta.

Ada yang menghitung, secara kasarnya valuasi $1 miliar itu bisa dicapai dengan 4,1x-4,2x dari total pendanaan. Angka tersebut sedikit jauh lebih tinggi dari total perolehan Xendit sebesar $238 juta untuk mengantarkan mereka ke status unicorn.

Pada tahun ini saja, Ajaib sudah dua kali mengumumkan pendanaan untuk putaran seri A. Pertama pada Januari 2021 yang dipimpin Horizons Ventures dan Alpha JWC sebesar $25 juta. Selang dua bulan kemudian di Maret 2021, kembali mengumumkan pendanan tambahan sebesar $65 juta yang dipimpin Ribbit Capital.

Antusiasme investor baru yang tinggi selama pandemi, turut mendongkrak kinerja Ajaib secara signifikan. Semenjak masuk ke kelas aset saham sejak Juni 2020 – melalui akuisisi PT Primasia Unggul Sekuritas, memboyong Ajaib sebagai broker saham terbesar ke-4 di Indonesia berdasarkan frekuensi perdagangan di Maret 2021 dengan total lebih dari 10 juta transaksi. Disebutkan Ajaib telah memiliki pengguna lebih dari 1 juta orang.

Selain didukung iklim investasi saham yang bergairah, perusahaan juga memiliki strategi growth hacking yang kencang. Terbukti lewat aktif menggandeng berbagai selebritas dari lokal maupun luar negeri sebagai brand ambassador untuk menarik perhatian.

Kompetitor terdekat Ajaib, Stockbit, juga didukung dengan pendanaan yang kencang. Pada Mei 2021 kemarin, mereka mengumumkan tambahan pendanaan senilai $65 juta yang dipimpin Sequoia Capital India, setelah sebelumnya memimpin putaran sebelumnya sebesar $30 juta pada awal tahun ini.

Daftar unicorn dari Indonesia

Melihat dari kencangnya investasi yang dikucurkan untuk berbagai startup Indonesia, kemungkinan besar kita masih akan terus menyambut generasi unicorn berikutnya. Pasalnya, startup bervaluasi centaur jumlahnya sudah puluhan.

Dalam catatan DailySocial, ada Akulaku, Ruangguru, SiCepat, dan Kopi Kenangan yang sudah mencapai centaur tahap akhir. Artinya, apabila ada satu putaran pendanaan yang mereka umumkan, otomatis akan masuk sebagai unicorn berikutnya.

Dari data DailySocial, Indonesia memiliki 10 startup yang terkonfirmasi sebagai unicorn. Mereka adalah:

Perusahaan Est. Valuasi
Gojek-Tokopedia $18 miliar
Traveloka ~$3 miliar
Bukalapak ~$3 miliar
OVO ~$2,9 miliar
JD.id (dikonfirmasi perusahaan) undisclosed
Blibli (dikonfirmasi perusahaan) undisclosed
Tiket.com (dikonfirmasi perusahaan) ~$1 miliar
Kredivo* $2,5 miliar
Xendit ~$1 miliar

*dengan asumsi telah menyelesaikan proses merger untuk selanjutnya go-public via SPAC

Application Information Will Show Up Here

Targetkan Segmen B2C, Prosa.ai Luncurkan Produk SaaS “Text-to-Speech”

Setelah sempat mengalami hambatan dalam pertumbuhan bisnis akibat pandemi, pengembang platform Natural Language Processors (NLP) Bahasa Indonesia Prosa.ai mengklaim terus mengalami pertumbuhan yang positif hingga saat ini.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO Prosa.ai Teguh Eko Budiarto mengungkapkan, selama ini perusahaan fokus pada segmen B2B dari kalangan pemerintahan, menjadikan proyek yang telah dijalankan harus ditunda karena adanya pengalihan budget. Namun di pertengahan 2021 kondisi sudah semakin pulih dan proyek yang sempat tertunda berjalan kembali.

“Di sisi lain saya melihat pandemi sudah mengakselerasi adopsi digital. Sehingga jika dulunya tidak menjadi fokus, kini sudah banyak perusahaan hingga pemerintahan yang mengadopsi teknologi untuk mempermudah pekerjaan mereka,” kata Teguh.

Dalam implementasinya, Prosa.ai memiliki dua produk utama. Ada Prosa Text untuk layanan rekognisi teks, menyediakan jasa dalam bentuk API dan juga aplikasi kustom. Beberapa di antaranya adalah identifikasi berita hoax, hate speech, ekstraksi opini, klasifikasi jenis dokumen, ekstraksi informasi khusus, alat dasar NLP, dan lain-lain.

“Saat ini kami masih fokus kepada dua produk utama tersebut. Namun saat ini sudah mengalami pengembangan, bukan hanya conversational AI saja kita juga sudah muai merambah ke regulation technology,” kata Teguh.

Salah satu kerja sama strategis yang telah terjalin adalah dengan Bank Indonesia untuk risk analysis. Prosa.ai juga telah menjalin kemitraan dengan DPR untuk pengecekan regulasi. Sementara untuk layanan healthcare yang terbilang high regulated, mereka juga mengklaim turut membantu proses tersebut memanfaatkan analysis tools yang ada.

Disinggung seperti apa persaingan di antara pemain yang menawarkan layanan serupa, menurut Teguh untuk Indonesia sendiri belum terlalu banyak pemain lokal. Selain Prosa.ai, ada pemain lokal lain yang juga menggarap NPL berbahasa Indonesia, antara lain Media Kernels Indonesia, Bahasa.ai, dan Kata.ai.

Kebanyakan pemain yang mencoba menawarkan layanan serupa dengan Prosa.ai adalah perusahaan teknologi raksasa seperti Google, Microsoft dan lainnya. Namun demikian kapabilitas utama mereka lebih ke Bahasa Inggris untuk produk NLP-nya.

Untuk mempercepat akselerasi bisnis Prosa.ai memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana. Harapannya proses tersebut bisa dilancarkan dalam beberapa bulan ke depan.

Pendanaan terakhir yang diterima oleh Prosa.ai adalah tahun 2019 lalu untuk tahapan seri A. Pendanaan tersebut dipimpin oleh GDP Venture. Investasi tersebut melanjutkan pendanaan awal yang diterima tahun 2018 dari Kaskus (juga merupakan portofolio GDP Venture).

“Target kita tahun ini bisa mencapai pertumbuhan bisnis hingga dua kali lipat dibandingkan tahun lalu,” kata Teguh.

Luncurkan produk di segmen B2C

 

Produk terbaru yang telah diluncurkan menyasar segmen B2C adalah SaaS Text-to-Speech (TTS), sebuah solusi berbasis cloud yang dapat memenuhi kebutuhan dalam mengubah teks menjadi suara.

Prosa TTS dilengkapi dengan berbagai macam fitur yang memudahkan pengguna. Saat pandemi permintaan yang datang justru banyak dari end consumer, terutama mereka konten kreator hingga influencer untuk keperluan pengisian suara video dan sejenisnya.

“Kami menawarkan pilihan freemium kepada pengguna. Secara gratis mereka bisa mencoba namun dengan keterbatasan yang ada. Jika ingin menikmati fitur lainnya mereka bisa berlangganan dengan harga mulai dari Rp50 ribu,” kata Teguh.

Ke depannya Prosa.ai juga memiliki rencana untuk meluncurkan produk menarik lainnya yang bisa dimanfaatkan oleh segmen B2C. Untuk memperluas bisnis, perusahaan saat ini juga telah menjalin kolaborasi dengan publisher besar di Indonesia untuk generating content E-Book secara otomatis. Rencana strategis lainnya yang mulai dilirik oleh Prosa.ai adalah, menyediakan pilihan bahasa Indonesia untuk berbagai platform seperti media sosial.

“Saat ini sudah ada perusahaan asal Tiongkok yang tengah menjajaki kerja sama dengan kami. Mereka memiliki platform text dan speech namun hanya untuk bahasa inggris dan bahasa mandarin. Kita masih melakukan technical due diligence jika proses sudah rampung semoga bisa menjadi mitra agar bisa melakukan request recommendation dengan mereka,” kata Teguh.

Proyeksi ukuran pasar layanan NLP global / MarketsAndMarkets

Menurut laporan, ukuran pasar NLP global telah mencapai $11,6 miliar pada tahun 2020 dan akan tumbuh hingga $35,1 miliar pada 2026 dengan CAGR 20,3%. Pertumbuhan SaaS tersebut dikarenakan kompleksitas pembuatannya. Pengembang aplikasi memiliki kecenderungan layanan siap pakai yang dapat diintegrasikan dengan backend kreasinya.

Peluang lain, saat ini belum banyak platform yang mengakomodasi korpus bahasa Indonesia. Sementara perkembangan ekosistem digital di tanah air menunjukkan traksi luar biasa. Konsumen menuntut layanan aplikasi yang semakin cerdas. Sehingga peluang layanan berbasis kecerdasan buatan seperti TTS tersebut juga semakin besar.

Dukungan Prasetia Dwidharma untuk Ekosistem Startup Global

Sebagai perusahaan modal ventura yang berdiri sejak tahun 2016, Prasetia Dwidharma berinvestasi ke startup Indonesia, startup regional Asia Tenggara, dan bahkan startup yang berpusat di Amerika Serikat. Tercatat terdapat 100 startup yang telah didanai mereka.

Kepada DailySocial, CEO Prasetia Dwidharma Arya Setiadharma mengungkapkan strategi investasi dan harapannya ke pendiri startup yang memiliki passion dan hunger yang cukup besar untuk mengembangkan bisnis mereka.

Fokus ke teknologi

Para pendiri Prasetia Dwidharma Arya, Ardi dan Budi Setiadharma

Didirikan bersama saudara kembarnya Ardi Setiadharma, Prasetia Dwidharma memposisikan diri sebagai CVC. Semua investasi berasal dari balance sheet perusahaan yang didirikan Arya, Ardi, dan sang ayah, Budi Setiadharma.

Salah satu industri yang menjadi fokus Prasetia Dwidharma adalah industri game.

“Gaming merupakan industri di mana teknologi baru banyak digunakan, seperti AR dan VR. Saya melihat akan terus tumbuh ditambah dengan pengalaman pengguna yang semakin baik saat ini. Ke depannya saya melihat semakin banyak teknologi dimasukan ke dalam ekosistem tersebut,” kata Arya.

Setelah sebelumnya berinvestasi ke Touchten, Prasetia Dwidharma tahun ini memberikan dana segar ke pengembang platform mobile gaming Singapura Goama. Goama memungkinkan aplikasi lain memasukkan segmen gaming ke dalam platform-nya, biasanya untuk tujuan user retention.

“Saya melihat angle-nya sangat scalable. Tidak hanya pasar Indonesia, konsep ini juga bisa diterapkan di pasar global. Kita melihat angle yang menarik menyasar segmen B2B hingga B2B2C,” kata Arya.

Selain gaming, Prasetia Dwidharma juga tertarik berinvestasi di sektor robotika. Di tahun 2018 mereka mendanai startup Singapura Ratio. Menurut mereka, pendiri Ratio memiliki pengalaman yang sangat matang. Selain itu, model bisnis dan teknologi yang dihadirkan relevan untuk pasar global.

“Saya mengenal pendirinya saat studi di Universitas Purdue. Melihat pengalamannya yang pernah bekerja di Tiongkok turut membesarkan Yum China, ke depannya dengan teknologi robot yang mereka hadirkan bisa mengatasi masalah sumber daya, seperti tenaga barista di cafe atau coffee shop. Terutama di negara yang memiliki cost labor cukup besar,” kata Arya.

Arya menambahkan, bisnis yang paling sulit untuk di-scale up adalah industri makanan dan minuman. Solusi robotika dari Ratio diharapkan bisa meminimalisir persoalan tersebut.

Diversifikasi kategori startup

Selama pandemi, Prasetia Dwidharma terbilang aktif memberikan pendanaan. Dalam waktu dua tahun terakhir terdapat 14 startup yang telah didanai. Startup yang telah didanai tahun lalu termasuk Neurobit, Traktor, Decentro, Danamart, MyRobin, Brick dan LunaPOS. Sementara tahun ini tercatat Jago Coffee, Populix, Bamms, Dagangan, Goama dan Fresh Factory sebagai portofolionya.

“Untuk Fresh Factory kami tertarik dengan model bisnis yang ditawarkan. Mereka meng-convert ruko yang ada menjadi cold storage. Logistic angle tersebut yang kemudian menjadi perhatian kita, ditambah dengan pendirinya yang sudah sangat berpengalaman,” kata Arya.

Portofolio investasi yang dimiliki Prasetia Dwidharma cukup beragam. Sekitar 60% investasi diberikan untuk perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Mereka juga mengalokasikan dana 20% untuk startup Asia Tenggara (di luar Indonesia) dan 20% lagi untuk startup Amerika Serikat.

Meskipun pasar di Indonesia sangat besar potensinya, Arya melihat kebanyakan startup Indonesia masih fokus ke pasar lokal. Berbeda dengan startup asal Singapura atau Amerika Serikat yang kebanyakan menargetkan pasar global.

Investasi di luar negeri biasanya didapatkan tim Prasetia Dwidharma berdasarkan rekomendasi program inkubator, seperti Y Combinator dan Antler. Mereka juga banyak menerima rekomendasi dari berbagai organisasi yang relevan. Cara ini dinilai Arya cukup efektif karena keterbatasan sumber daya untuk melakukan kurasi dan background check.

“Kita berupaya untuk mendiversifikasi tesis investasi dan strategi. Dengan demikian kita makin ter-expose kepada teknologi yang berbeda. Bukan hanya consumer oriented, SaaS dan lainnya,” kata Arya.

Arya juga mengajak lebih banyak korporasi berinvestasi ke startup. Tidak hanya fokus ke pendiri startup yang masih belia usianya, namun juga ke startup yang memiliki passion dan semangat muda, meskipun pendirinya sudah berusia lebih senior (40 tahun ke atas).

“Sebagai investor kita bisa memposisikan sebagai helicopter view. Berdasarkan pengalaman yang dimiliki sebagai korporasi, kita bisa melihat industri mana yang bakal tumbuh dan tentunya memiliki potensi yang baik,” kata Arya.

Evermos to Complete Its Series B Funding Round

Evermos social commerce platform for halal products is to complete its series B fundraising. Some investors, including the UOB venture unit, Jungle Ventures, and several others will be participated in this round. This news was confirmed by one of the company’s founders. This round is said to close in 1 or 2 weeks and to be officially announced.

Based on data, this round has generated $19.5 million or around 281 billion Rupiah. With its current status [open], the lists of investors and its valuation might still be changed.

Previously, Evermos received series A funding in late 2019. The fund worth of $8.25 million were successfully secured from Jungle Ventures, Shunwei Capital, and Alpha JWC Ventures.

Regarding business, Evermos Co-Founder Ghufron Mustaqim said in a previous interview, the business recorded a month-on-month growth of around 20% in 2020. Currently, Evermos has collaborated with around 500 brand owners (more than 90% are SMEs), gathering 50-75 thousand active resellers that reach 504 cities/regencies in Indonesia, and serve around 200-400 thousand consumers.

Efficient business model

The social commerce approach allows Evermos app to connect product owners and resellers. Each reseller partner also has the opportunity to receive training, including its relation to fiqh in business transactions. The Evermos warehouse has also been established as a fulfillment center, enabling partners to get more efficient COD and delivery features for their customers.

“Evermos is naturally more efficient with our business model. We do not have inventory and also do not burn much money for marketing as we are assisted by a team of resellers to market products to their neighbors, friends and family. Even from the start, Evermos’ contribution margin has been positive, also through 2020 when the pandemic occurred and we accelerated growth,” Ghufron said.

In Indonesia, there are already several players for social commerce services, such as Dagangan, Super, KitaBeli, RateS, etc. However, there is no specific player fully focused on halal products and sharia concepts. Also with e-commerce services or online marketplaces, halal products are also provided mingling with other brand variants, therefore, it is more fragmented.

Sharia economy opportunity

According to the “2020 Islamic Economic & Financial Report” published by Bank Indonesia, the market share of the halal industry in Indonesia has consistently increased. The most significant commodities are halal food and fashion.

Pendanaan Seri B Evermos
Indonesia’s halal industry market share towards global / Bank Indonesia

In terms of logistics movements, the volume of halal product transactions in May to December 2020 quantitatively grew 81.5% compared to the previous year period. Online shopping activity alone has experienced a 29.96% increase in e-commerce platforms and marketplaces over the past year.

With more than 200 million Muslim population, Indonesia is predicted to have tremendous potential for the halal industry. This makes players like Evermos quite optimistic to meet the market in the future.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Evermos Segera Rampungkan Putaran Pendanaan Seri B

Platform social commerce untuk produk halal Evermos tengah merampungkan penggalangan seri B. Sejumlah investor seperti unit ventura UOB, Jungle Ventures, dan beberapa lainnya akan terlibat dalam putaran ini. Kabar ini turut dikonfirmasi oleh salah satu pendiri perusahaan. Dikatakan bahwa tidak lama lagi putaran ini akan ditutup; sekitar 1 s/d 2 minggu dan diumumkan secara resmi.

Dari data yang kami peroleh, putaran ini telah menghasilkan $19,5 juta atau sekitar 281 miliar Rupiah. Dengan posisi putaran pendanaan yang masih terbuka, ada kemungkinan susunan investor dan nilainya akan turut berubah.

Sebelumnya Evermos mendapatkan pendanaan seri A pada akhir 2019 lalu. Dana investasi senilai $8,25 juta berhasil dibukukan dari Jungle Ventures, Shunwei Capital, dan Alpha JWC Ventures.

Terkait bisnis, dalam wawancara sebelumnya Co-Founder Evermos Ghufron Mustaqim mengungkapkan, bisnisnya membukukan month-on-month growth sekitar 20% pada 2020. Saat ini Evermos telah bekerja sama dengan sekitar 500 pemilik brand (lebih dari 90%-nya adalah UMKM), memiliki 50-75 ribu reseller aktif yang menjangkau 504 kota/kabupaten di Indonesia, dan melayani sekitar 200-400 ribu konsumen.

Model bisnis efisien

Pendekatan social commerce yang diusung memungkinkan aplikasi Evermos menghubungkan pemilik produk dan reseller. Setiap mitra reseller juga mendapat kesempatan untuk mendapatkan pelatihan, termasuk kaitannya dengan fikih dalam bertransaksi bisnis. Gudang Evermos juga sudah didirikan sebagai fulfillment center, memungkinkan mitra mendapatkan fitur COD dan pengiriman yang lebih efisien untuk konsumennya.

“Evermos secara alami lebih efisien karena model bisnis kita. Kami tidak memiliki inventory dan juga tidak banyak bakar uang untuk marketing karena dibantu oleh pasukan reseller untuk memasarkan produk-produk ke tetangga, teman, dan keluarga mereka. Bahkan sejak awal secara contribution margin Evermos positif, termasuk di tahun 2020 ketika pandemi dan kami melakukan percepatan pertumbuhan,” tutup Ghufron.

Di Indonesia sendiri untuk layanan social commerce sudah ada beberapa yang bermain, seperti Dagangan, Super, KitaBeli, RateS, dll. Hanya saja memang belum ada yang sepenuhnya memfokuskan ke produk halal dan konsep syariah. Pun demikian layanan e-commerce atau online marketplace, produk halal juga tetap disediakan berbaur dengan varian brand lainnya, sehingga lebih terfragmentasi.

Potensi ekonomi syariah

Menurut “Laporan Ekonomi & Keuangan Syariah 2020” yang diterbitkan Bank Indonesia, pangsa pasar industri halal di Indonesia mengalami peningkatan konsisten. Komoditas yang paling signifikan adalah makanan halal dan fesyen.

Pendanaan Seri B Evermos
Pangsa pasar industri halal Indonesia terhadap global / Bank Indonesia

Ditinjau dari pergerakan logistik, volume transaksi produk halal pada Mei s/d Desember 2020 secara kuantitatif tumbuh 81,5% dibanding periode tahun sebelumnya. Aktivitas belanja online sendiri juga mengalami peningkatan 29,96% di platform e-commerce dan marketplace sepanjang tahun lalu.

Dengan lebih dari 200 juta penduduk muslim, Indonesia digadang-gadang memiliki potensi luar biasa untuk industri halal. Hal ini membuat pemain seperti Evermos cukup optimis untuk menyongsong pasar di kemudian hari.

Application Information Will Show Up Here

Strategi Astronaut Sinergikan Sistem Perekrutan dan Peningkatan Keterampilan

Melalui pendekatan teknologi, Astronaut menawarkan kepada perusahaan cara yang lebih aman dan efektif untuk melakukan proses perekrutan, termasuk membangun basis data telenta untuk keperluan di masa mendatang. Didirikan sejak 2016, startup ini telah membantu berbagai perusahaan korporat global dan multinasional, menyaring lebih dari 150 ribu kandidat per Juli 2021, dengan 50% di antaranya dijaring ketika pandemi.

Kepada DailySocial, Co-founder & CEO Astronaut Nigel Hembrow mengungkapkan, tahun 2020 khusus untuk pasar Indonesia sudah mencakup setengah dari total pendapatan. Masih fokus kepada korporasi, mereka memiliki rencana untuk menyasar kalangan UMKM.

Selain berfokus di Asia Tenggara, Astronaut juga memiliki klien yang tersebar di Eropa dan Selandia Baru. Pada kuartal kedua tahun ini, Astronaut telah mencatatkan pertumbuhan jumlah klien sebesar 30% di Indonesia, Singapura, dan India.

“Sekarang masih tahap awal, karena masih early success di pasar New Zealand. Nanti akan diluncurkan lebih banyak fitur terkait itu di kuartal empat mendatang,” kata Nigel.

Tim Astronaut sedang fokus pada pengembangan solusi berbasis SaaS dan PaaS agar dapat terintegrasi dengan sistem yang dimiliki perusahaan. Mereka juga sedang melakukan diskusi untuk kesempatan pembukaan job marketplace dan kanal edukasi di tahun 2022 mendatang.

Astronaut saat ini sedang melakukan penggalangan dana tahap pra-seri Adengan target $2 juta.

“Visi kami di Astronaut adalah menciptakan ekosistem tenaga kerja yang berkelanjutan di Indonesia melalui kekuatan teknologi,” kata Nigel.

Akuisisi POPSkul

Bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas Astronaut dalam meningkatkan kualitas lamaran tenaga kerja, Astronaut mengakuisisi POPSkul. Sebuah platform yang menyediakan layanan uji kompetensi dan sertifikasi keterampilan. Didirikan pada tahun 2020 oleh Chandra Marsono, POPSkul telah menggunakan dan berkolaborasi bersama Astronaut sebelum akuisisi.

Setelah akuisisi, Chandra akan menempati posisi baru sebagai Head of PR & Marketing di Astronaut.

Dengan akuisisi perdana ini, Astronaut akan terus berinvestasi mengembangkan platform POPSkul, dan mengintegrasikan sertifikat kompetensi ke dalam profil kandidat tenaga kerja di platform Astronaut.

“Tentunya, dengan bergabung bersama Astronaut, kami bisa membuat proses sertifikasi lebih mudah diakses oleh lebih banyak orang, terutama selama pandemi ini,” kata Chandra.

Di pasar tenaga kerja saat ini, memiliki sertifikasi resmi adalah indikator terbaik yang banyak dicari oleh perusahaan pemberi kerja. Di sini, Lembaga Sertifikasi Kompetensi berperan sangat penting dalam peningkatan kualitas SDM. Namun, akses sertifikasi ini banyak terhalang faktor logistik, terutama di daerah kepulauan seperti Indonesia.

Pandemi dan tenaga kerja

Meskipun pandemi menimbulkan berbagai tantangan, namun ekosistem rekrutmen di Asia Tenggara dapat beradaptasi dengan baik. Berbagai universitas dan pusat pelatihan lebih membuka diri dan mengapresiasi kehadiran sistem digital yang andal dan hemat biaya, yang digunakan untuk penilaian keterampilan, wawancara, pelatihan, ujian, dan proses rekrutmen lainnya.

Adaptasi ini membawa disrupsi signifikan dalam ekosistem tenaga kerja. Pemain tradisional dipaksa mengadopsi alat digital untuk menjalankan divisi personalia mereka, dengan mengandalkan platform dan tools seperti Astronaut dan POPSkul sebagai mitra teknologi terpercaya.

Badan Pusat Statistik mencatat, terdapat 29,12 juta orang (14,28 persen) penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19, terdiri dari pengangguran karena Covid-19 (2,56 juta orang), Bukan Angkatan Kerja (BAK) karena Covid-19 (0,76 juta orang), sementara tidak bekerja karena Covid-19 (1,77 juta orang), dan penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja karena Covid-19 (24,03 juta orang).

Menurut Kepala Pusat Statistik Pemerintah Indonesia Dr. Suhariyanto, di Indonesia sekitar 8,8% (2,56 juta) penduduk usia kerja saat ini belum memiliki pekerjaan, sementara 30 juta lulusan baru akan memasuki dunia kerja selama lima tahun ke depan. Pandemi pun akan ikut memperparah angka ini. Dengan jumlah pasokan tenaga kerja yang tinggi, perusahaan pun harus mengandalkan teknologi untuk mencari dan menemukan kandidat yang tepat.

“Sebagai platform rekrutmen berbasis mobile yang didukung oleh data, Astronaut bertujuan untuk menjadi teknologi SDM canggih yang meningkatkan kecepatan dan kualitas perekrutan,” kata Nigel.

Platform SDM di Indonesia

Di Indonesia sendiri, banyak platform edtech yang fokus pada peningkatan keterampilan. Popularitasnya turut didorong program pemerintah dalam upaya memperbaiki kualitas SDM, seperti pada program Kartu Prakerja — bantuan pendanaan bagi masyarakat untuk mengakses program keterampilan secara online.

Pemainnya juga sudah cukup beragam seperti Skill Academy dari Ruangguru, Rolmo untuk belajar dari role model di industri, Binar Academy dan Hacktiv8 untuk pemrograman, Cakap UpSkill, Sekolah.mu, dan masih banyak lagi.

Sementara startup yang menawarkan layanan pekerjaan juga cukup berkembang pesat, bahkan ada yang secara spesifik fokus ke kalangan kerah biru seperti Sampingan, MyRobin, AdaKerja, dan lain-lain. Tentu ini menjadi sinyal bagus untuk membantu masyarakat mendapatkan akses ke sumber perekonomian yang lebih baik.

Ayoconnect Finalisasi Pendanaan Lanjutan Tahun Ini

Startup fintech penyedia layanan API Ayoconnect tengah merampungkan pendanaan lanjutan. Sejumlah venture capital turut andil di dalamnya. Beberapa nama angel investor ternama juga berpartisipasi di putaran ini.

Menurut data yang kami terima, sebuah impact investor dan sebuah CVC BUMN terlibat di dalam putaran pendanaan kali ini. Selain itu, beberapa angel investor, termasuk anak mantan Presiden, juga berpartisipasi. Yang bersangkutan saat ini menjadi Penasihat perusahaan.

Pihak Ayoconnect mengonfirmasi, putaran investasi ini masih dalam tahap finalisasi. Disebutkan belum ada keputusan final mengenai keterlibatan nama-nama tersebut dan jumlah investasinya. Hal senada disampaikan salah satu investor yang kabarnya terlibat dalam putaran tersebut.

Sebelumnya pendanaan Pra-Seri B diumumkan pada pertengahan tahun 2020 lalu, bersamaan dengan rebranding perusahaan dari Ayopop menjadi Ayoconnect. BRI Ventures memimpin pendanaan tersebut dengan keterlibatan Kakaku.com, Brama One Ventures, dan investor sebelumnya, yakni Finch Capital, Amand Ventures, Strive, dan AC Ventures.

Berbasis API, ekosistem produk open finance yang disediakan Autoconnect cukup beragam. Satu yang paling populer adalah Digital Products API, memungkinkan pengembang aplikasi untuk mengintegrasikan pembayaran ke lebih dari 3000 layanan digital (bill payment). Selain itu mereka menyediakan API untuk berbagai kebutuhan lainnya, seperti auto-billing, payment points, bulk-transaction, pembayaran pendidikan, hingga properti.

Tidak hanya mengelola proses transaksi, Ayoconnect juga menawarkan platform skoring kredit alternatif melalui fitur Insight.

Sebelumnya Ayoconnect juga telah menjalin kemitraan secara khusus dengan Bank Mandiri (induk MCI) untuk integrasi layanan Autobilling API ke Mandiri Power Bill. Solusi ini memungkinkan pengguna kartu kredit Mandiri untuk melakukan pembayaran berbagai transaksi tagihan secara otomatis di lebih dari 200 merchant dari 8 kategori produk.

Dorongan penetrasi e-wallet

Layanan bill payment ini didesain untuk memudahkan berbagai jenis aplikasi untuk menyediakan layanan pembayaran seperti PPOB atau langganan, integrasinya termasuk di e-commerce, fintech, sampai aplikasi produktivitas bagi UMKM. Bagi pelaku bisnis, ini menjadi salah satu kanal yang cukup baik untuk meningkatkan perputaran transaksi dalam aplikasi dan meningkatkan retensi. Kemudian bagi konsumen, adanya opsi pembayaran kebutuhan pokok (seperti listrik, telepon dll.) di aplikasi favoritnya tentu akan memudahkan.

Tingginya penetrasi e-wallet disinyalir menjadi faktor kunci peningkatan adopsi dan penggunaan layanan bill payment ke depannya. Di sisi pengalaman pengguna, metode pembayaran dengan e-wallet tergolong paling memudahkan saat ini, terlebih terintegrasi langsung kepada aplikasi tertentu.

Menurut hasil penelitian yang diterbitkan BCG pada pertengahan tahun lalu, penetrasi e-wallet di Indonesia sendiri telah mendekati tingkat kematangan.

Penetrasi layanan e-wallet di Indonesia mendekati tahap matang / BCG

Pihak Ayoconnect sendiri mengatakan bahwa hingga Desember 2021 mereka menargetkan pertumbuhan hingga 10x lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan traksi, termasuk dengan menyajikan bill payment aggregator. Per H1 2021, total transaksi dari jaringan API mereka diklaim meningkat 600% dari 80 mitra integrasi.

Trustmedis Launches Doctugo App, Preparing for Fundraising

In order to accommodate patients to access services from health facilities integrated with Trustmedis, the Doctugo application was introduced for public. In a general note, Trustmedis is a cloud-based platform aimed to support health facility services such as hospitals and clinics.

Trustmedis’ Founder & CEO, Achmad Zulkarnain revealed to DailySocial, in order to extend the business, Trustmedis also plans to expand strategic partnerships with healthetch platforms and super apps in Indonesia.

“Through Doctugo, we want to expand collaboration with healthtech platforms and other startups in Indonesia. We realize that in order for businesses to grow bigger, the most relevant way is collaboration not competition,” Achmad said.

Regarding finalization process, some leading healthtech platforms and startups will be partnered up with Doctugo. With the number of health facilities by Trustmedis, around 240 hospitals and clinics, partners should be able to benefit each other. They also wanted to provide more options and flexibility for patients from each health facilities.

“Currently, we have around 5 million registered patients from health facilities who have joined Trustmedis. We expect with the Doctugo application this number can be doubled by the end of 2021,” Achmad said.

Although it was recently launched, Achmad claims that the Doctugo application has been downloaded by around 500 people on the Play Store and has established partnerships with 6 hospitals in several regions in Indonesia. It is expected as the download increases to 5 thousand, they will held official launching.

Medical resume access and fundraising plan

In order to ensure all patients are verified, those who intend to use various services on the Doctugo app must download the app at the health facilities they visit. Later, the hospital or clinic partner will recommend the patient to download the Doctugo app. It’s not only for the queue, but it can also provide access to patient’s medical resume through the application.

“We make sure to follow all the rules from our regulator. Later, medical resumes can be viewed directly in the application as well as various other services,” Achmad said.

Thus, Trustmedis is not required to provide educational activities to raise awareness. All processes will be the responsibility of the participating health facilities. Therefore, verifying the data of existing patients, to be able to use all the services available in the application.

In business terms, through the Doctugo application, Trustmedis is expected to be able to easily launch monetization activities to health facilities which in the future have the potential to increase the number of their patients.

“In terms of quantity, we see more health facilities in the form of clinics. However, in terms of value, hospitals are ideal for us due to the large number of patients we have,” Achmad said.

After securing seed funding in early 2020, Trustmedis plans to held another fundraising this year. It is currently in the exploratory process, the fresh funding is targeted to finish in the third quarter this year.

“Even though our business that relied entirely on health facilities declined in the early pandemic, we really expect to accelerate Trustmedis business growth with Telemedical services and currently the Doctugo application, which is increasingly developed thanks to the massive digital adoption among the Indonesian people,” Achmad said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here