10 Startup Ikuti “Demo Day” dalam Program Synrgy Accelerator Milik BCA

Synrgy Accelerator telah masuk memasuki batch ketiga. Total ada 10 startup yang sudah lolos seleksi. Semuanya telah mengikuti serangkaian kegiatan yang dilakukan selama tiga bulan terakhir. Kemarin (30/9) mempresentasikan diri dalam gelaran Demo Day.

“Selama program Synrgy Accelerator batch ketiga, kami bersama-sama mengeksplorasi kebutuhan setiap startup, setelah itu kami melengkapinya dengan sesi mentoring 1-on-1, workshop untuk mendukung pengetahuan mereka, dan sharing dengan ahli di berbagai bidang. Hingga akhirnya para startup mempersiapkan diri dengan baik untuk Synrgy Accelerator Demo Day,” terang SVP Digital Innovation Solution BCA Adi Prasetyo Susilo dalam pembukaannya.

Sementara itu Director GK-Plug and Play Aaron Nio memaparkan bahwa selama 3 bulan terakhir meski semua dilakukan secara virtual semangat para peserta tidak surut, sehingga semua program bisa berjalan dengan baik.

“Salah satu tujuan utama dari program ini adalah untuk memperkuat komitmen BCA dalam giving back untuk ekosistem teknologi di Indonesia, dan kami yakin startup dan solusi yang mereka kerjakan akan menjadi contoh tersebut,” terang Arron.

Berikut adalah 10 startup yang turut serta:

  • Aman: Aman merupakan sebuah platform digital yang memberikan pelayanan bagi individual maupun perusahaan untuk mencari dan mengelola asuransi yang tepat dan sesuai kebutuhan.
  • Bangku: Bangku merupakan startup yang memudahkan UKM dalam mencari pinjaman usaha. Mereka bekerja sama dengan berbagai institusi finansial untuk menghadirkan berbagai macam produk pinjaman melalui platformnya.
  • Katalis: menawarkan solusi pembayaran berbasis kartu yang bisa diimplementasikan di berbagai sektor. Solusi yang ditawarkan antara lain close-loop transaction, akses pintu, parkir, vending machine, dan lainnya.
  • Moodah: solusi yang ditawarkan adalah pencatatan keuangan berbasis digital. Targetnya para UKM yang membutuhkan pencatatan keuangan yang lebih baik agar bisa memperbaiki arus kas.
  • Nimbly: solusi yang ditawarkan adalah kemudahan pengelolaan bisnis dan automasi proses untuk perusahaan.
  • Sales1: Merupakan sebuah platform yang menawarkan solusi CRM bagi perusahaan di berbagai sektor.
  • Shortlyst: sebuah perusahaan data analitik yang menerapkan teknologi machine learning dan big data untuk menghadirkan solusi pengelolaan sumber daya manusia.
  • SmartEye: mengembangkan solusi AR dan VR untuk sektor pemasaran dan pelatihan.
  • Taphomes: startup ini bergerak di bidang properti dengan konsep Rent To Own (Sewa untuk Beli).
  • Vexanium: startup dengan keahlian di bidang blockchain dengan menawarkan solusi smart contract untuk bisnis atau perusahaan.

Kominfo Launches “Startup Studio” to Support Early-Stage Startup Business Acceleration

The Ministry of Communication and Information strives to complete the variant of digital startup empowerment programs in Indonesia. After the previous “National 1000 Startup Digital Movement” for founders for the ideation stage and “Next Indonesia Unicorn” for later-stage startups, Kominfo now presents a “Startup Studio” program for startups in the middle of the two stages. It is for early-stage startups starting to accelerate their business scale.

Startup Studio Indonesia aims to facilitate business growth through a variety of supports. It is focused on five things, product and team acceleration, validation of fundraising strategies, validation of growth marketing strategies, support for technology development, and sharpening business capabilities.

Director General of Kominfo Informatics Applications, Semuel Abrijani Pangerapan said to DailySocial, his team will select 20 startups for the first stage of Startup Studio. Overall, this program targets to gather around 300 startups by 2024.

In the curation process, Kominfo involved several parties. “Startup Studio Indonesia has formed a professional curatorial board consisting of various stakeholders in the tech startup ecosystem. Indeed, the decision of the curator board is absolute, without any intervention from anywhere.”

More brainstorming, less classes

Regarding its unique values, Semuel said “More brainstorming, less classes. Seeing the many sources of information about startups on the internet, we reduce the portion for the class format and prioritize two-way brainstorming with coaches.”

Each selected startup founder will be matched with a mentor according to the pain points they face in developing their business. “We believe founders need to have two-way discussions with experts in various fields, such as products, fundraising, growth hacking, people and culture, and others,” Semuel added.

In the practice, pitching sessions to investors will be held periodically for 4 weeks and on a one-on-one basis. Every week, the startup will be pitching with at least 2 investors. It is expected to strengthen the network between startups and potential investors.

Mechanism and criteria

The Startup Studio Indonesia program runs intensively for 3 months. It consists of three main lines, Founder’s Camp, 1-on-1 Mentoring, and Networking. The first event, Founder’s Camp, is a series of mentoring or brainstorming with industry players, discussing the practical knowledge that founders should master to expand their business scale.

Next, 1-on-1 Mentoring is a private session per startup to get consultation and execution supervision with the experts. Finally, Networking, an effort to expand the network to dozens of venture capitalists and leaders in related industries.

The agenda is scheduled as follows:

Timeline program Startup Studio 2020 / Kominfo
Startup Studio 2020 timeline / Kominfo

In general, the startups’ criteria are those who have reached a product-market fit, as proven by traction. This includes getting angel, pre-seed, seed, or maximum pre-series A funding. Although this is open to all landscapes, Kominfo prioritizes startups in the fields of education, health, maritime, agriculture, tourism, and logistics.

Kominfo also emphasized that this program is open to anyone, not only for the alumni of the 1000 Startup program that has been previously implemented.

“We open up opportunities for all early-stage startups that are in line with the listed participant criteria. If the registrant startup is a graduate of 1000 Startups, of course this is a plus point for us. However, this does not guarantee that the registrant startup has a special portion,” he said. Semuel.

For more information and registration, visit: https://startupstudio.id/.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Kominfo Luncurkan “Startup Studio”, Dukungan Akselerasi Bisnis Startup Tahap Awal

Kementerian Kominfo terus melengkapi varian program pemberdayaan startup digital di Indonesia. Setelah sebelumnya ada “Gerakan Nasional 1000 Startup Digital” untuk founder di tahap ideation dan “Next Indonesia Unicorn” untuk startup later stage, kini Kominfo hadirkan program “Startup Studio” untuk startup yang ada di tengah-tengah dari dua tahap tadi. Yakni startup tahap awal yang mulai mengakselerasi skala bisnisnya.

Startup Studio Indonesia ingin memfasilitasi kebutuhan pengembangan bisnis melalui beragam dukungan. Fokusnya pada lima hal, yakni akselerasi produk dan tim, validasi strategi fundraising, validasi strategi growth marketing, dukungan pengembangan teknologi, dan menajamkan kemampuan bisnis.

Kepada DailySocial, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan, di tahap pertama dari Startup Studio pihaknya akan memilih 20 startup. Namun, secara keseluruhan, target jumlah startup yang ingin dirangkul dalam program ini hingga tahun 2024 adalah 300 startup.

Dalam pemilihannya, Kominfo melibatkan banyak pihak. “Startup Studio Indonesia telah membentuk dewan kurator profesional terdiri dari berbagai stakeholders di ekosistem tech startup. Tentunya keputusan dewan kurator bersifat mutlak, tanpa ada intervensi dari mana pun.”

“More brainstorming, less classes“

Disinggung mengenai nilai unik apa yang coba ditawarkan, Semuel mengatakan “More brainstorming, less classes. Melihat banyaknya sumber informasi mengenai startup di internet, kami mengurangi porsi untuk format kelas dan lebih mengutamakan brainstorming dua arah dengan para coach.”

Setiap founder startup terpilih akan dipertemukan dengan mentor yang sesuai dengan pain points yang mereka hadapi dalam pengembangan bisnisnya. “Kami yakin founders lebih butuh melakukan diskusi dua arah dengan ahli di berbagai bidang, seperti produk, fundraising, growth hacking, people and culture, dan lain-lain,” imbuh Semuel.

Dalam pelaksanaannya, sesi picthing ke investor akan dilaksanakan secara berkala selama 4 minggu dan secara one-on-one. Setiap minggu, startup akan pitching dengan setidaknya 2 investor. Diharapkan dapat memperkuat jejaring antara startup dengan investor potensial.

Mekanisme dan kriteria

Program Startup Studio Indonesia berjalan secara intensif selama 3 bulan. Terdiri dari tiga genda utama, yakni Founder’s Camp, Mentoring 1-on-1, dan Networking. Acara pertama, Founder’s Camp merupakan rangkaian mentoring atau brainstorming dengan para pelaku industri, mendiskusikan ilmu praktis yang harus dikuasai para founder untuk mengembangkan skala usahanya.

Kemudian Mentoring 1-on-1 adalah sesi privat per startup untuk mendapatkan konsultasi dan supervisi eksekusi bersama para ahli. Terakhir Networking, upaya memperluas jejaring pada puluhan venture capital dan para pemimpin di industri terkait.

Adapun untuk agendanya telah terjadwal sebagai berikut:

Timeline program Startup Studio 2020 / Kominfo
Timeline program Startup Studio 2020 / Kominfo

Secara umum, kriteria startup yang ditargetkan adalah mereka yang sudah mencapai product-market fit, dibuktikan dengan traction. Termasuk sudah mendapatkan pendanaan angel, pre-seed, seed, atau maksimal pre-series A. Kendati terbuka untuk semua lanskap, namun Kominfo memprioritaskan startup di bidang pendidikan, kesehatan, maritim, agrikultur, pariwisata, dan logistik

Kominfo juga menekankan bahwa program ini terbuka untuk siapa saja, tidak hanya untuk alumni program 1000 Startup yang telah dilaksanakan sebelumnya.

“Kami membuka kesempatan bagi seluruh startup early-stage yang selaras dengan kriteria peserta yang sudah tertera. Apabila startup pendaftar merupakan lulusan 1000 Startup, tentunya menjadi sebuah poin plus bagi kami. Namun, hal tersebut tidak menjamin bahwa startup pendaftar memiliki porsi khusus,” ujar Semuel.

Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, kunjungi: https://startupstudio.id/.

6 Hal Seputar Membangun Inovasi Regional Melalui Program Akselerasi

Dalam satu dekade terakhir, industri startup telah berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi digital Indonesia. Lebih lagi, keberadaan startup ini telah mendorong daya saing inovasinya di Asia Tenggara. Tercatat, Indonesia termasuk salah satu negara dengan unicorn terbanyak di kawasan ini.

Beberapa unicorn tersebut kini bahkan membentuk program inkubasi dan akselerasi untuk mendorong pertumbuhan inovasi, tak hanya untuk negara sendiri, tetapi juga untuk kawasan regional.

Salah satunya Grab Ventures melalui program Grab Ventures Velocity (GVV) yang hadir untuk pasar Indonesia. Bagaimana pengalaman dan tantangan Grab Ventures dalam membangun inovasi di regional? Simak selengkapnya sesi #SelasaStartup kali ini bersama Director of Grab Ventures Aditi Sharma.

Lokalisasi sebagai strategi pendekatan setiap negara

Aditi menilai, lokalisasi menjadi strategi penting bagi program semacam GVV untuk memulai pengembangan inovasi di suatu negara. Hal ini patut digarisbawahi mengingat kebutuhan dan gap di kalangan masyarakat di setiap negara berbeda-beda. Di GVV, setiap pasar tujuan memiliki program yang sangat targeted dan spesifik.

“Sebagai contoh, GVV fokus terhadap [startup] di fase growth, dan kami lihat ini untuk pasar Indonesia. Ada beberapa partner potensial di sini, di mana kami bisa lakukan semacam test partnership selama program berjalan. Mereka berpeluang jadi commercial partner ke depan. Bagi kami, program ini well-suited untuk ekosistem Indonesia,” paparnya.

Kondisinya tentu berbeda jika dibandingkan negara lain. Ambil contoh Vietnam. Menurut pengalaman Aditi, Grab Ventures perlu melakukan ground work yang lebih besar di negara ini, seperti membangun ekosistem dan kapabilitas founder yang kuat.

“Kebutuhannya berbeda. Makanya, nama program di sana adalah Grab Ventures Ignite yang membidik startup early stage. Modelnya lebih ke capability-centric. Kami membuat program lebih kontekstual sesuai kebutuhan di negara tersebut,” tambah Aditi.

Bukan target pasar, tetapi tujuan

Selain lokalisasi, penting bagi Aditi untuk menentukan tujuan program. Artinya, selama punya dampak berarti terhadap ekosistem, bukan soal bahwa program tersebut harus dijalankan di setiap target negara tujuan.

“Kami terus mengeksplorasi peluang kerja sama di industri startup. Tapi, kami bukan sekadar buat program di setiap negara. Kami lihat apakah ada kebutuhan untuk meluncurkan program ini, negara mana yang dapat memberikan dampak positif terhadap ekosistem,” jelasnya.

Mencari target pasar yang menciptakan tren

Ada alasan mengapa Indonesia sering menjadi target utama investasi. Selain pasarnya besar, Indonesia dinilai memiliki tren pasar tersendiri. Bahkan menurut Aditi, hal ini menjadi alasan kuat mengapa program GVV dibuka pertama kali untuk pasar Indonesia.

Ia menyebutkan sebanyak 60 persen investasi digital di Asia Tenggara ‘lari’ ke Indonesia. Menurutnya, data tersebut menunjukkan bahwa perkembangan inovasi di Indonesia menjadi sebuah tren menarik.

Tren lainnya adalah perkembangan adopsi digital di Indonesia turut disumbang oleh segmen UKM. Selama ini, segmen UKM menjadi salah satu penopang pereknomian Indonesia. Tercatat, ada lebih dari 50 juta UKM di sini.

“UKM ini menjadi peluang besar bagi pertumbuhan inovasi. Apalagi di situasi pandemi, mereka dituntut untuk mengadopsi digital. Ini adalah sebuah tren yang membuat pasar Indonesia menarik,” kata Aditi.

Adaptasi baru menjadi tantangan

Dalam perjalanannya, Aditi telah bertemu dan bekerja sama dengan banyak founder lewat program yang diinisiasi Grab tersebut. Ada sejumlah tantangan yang ia anggap sebagai sebuah proses pembelajaran.

Salah satunya adalah beradaptasi dengan founder agar dapat saling bekerja sama. “Kami melihat saat itu founder belum meyakini what it means bekerja dengan venture capital dan tim-tim yang mengeksplorasi model bisnis baru, seperti kami,” ungkap Aditi.

Ia menilai bahwa hal ini dapat menjadi pembelajaran untuk saling memahami apa yang diinginkan satu sama lain dan menemukan partner startup yang potensial. “Feedback yang kami dapatkan saat bekerja bareng founder adalah mengalokasikan banyak waktu untuk mengetahui sama lain,” ujarnya.

Pivot di situasi pandemi

Selama masa pandemi Covid-19, terjadi perubahan yang sangat signifikan pada perilaku dan kebutuhan konsumen. Situasi ini juga menuntut pelaku bisnis untuk mengakselerasi digitalisasi.

Di sisi lain, sejumlah sektor bisnis terdampak positif dari krisis kesehatan ini, seperti kesehatan dan kebutuhan pokok. Bagi Aditi, hal ini menandakan bahwa Indonesia terus berupaya untuk mendorong pertumbuhan sektor bisnis, baik B2B maupun B2C.

“Makanya, penting untuk melihat kebutuhan customer di tengah situasi yang berubah saat ini. Pada kasus GVV batch ke-3, kami akhirnya melakukan pivot dengan fokus pada peluang digitalisasi di sektor UKM. Kini semua tentang solusi digital untuk membuat layanan Grab menjadi fleksibel di era pandemi. Di sini kami dapat membantu mereka mengadopsi teknologi digital,” katanya.

Perihal kriteria startup dan KPI

Kriteria menjadi standar umum dalam mencari partner yang potensial. Pada program akselerasi semacam GVV, Aditi menekankan strategic feed yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Terutama, apabila startup tersebut dapat men-deliver tujuan ini pada waktu yang tepat.

“Kami melihat kriteria semacam ini, seperti seberapa kuat komitmen founder, chesmistry dengan founder, atau apakah mereka mau mendukung ekosistem UKM. Ini yang kami sebut bahwa kami berbagi tujuan yang sama,” tutur Aditi.

Selain itu, program inkubasi juga tetap memiliki KPI untuk memastikan bahwa startup yang diajak kerja sama menjalankan misi yang sama dengan misi perusahaan. “Bagi kami, metrik utamanya adalah apakah tim dapat menciptakan model bisnis dan membawa tech leader. Tentu program ini selalu dievaluasi.”

Disclosure: DailySocial merupakan strategic partner Grab Ventures Velocity

BEKUP 2020 Hadir di Lima Kota, dari Jakarta Telah Terpilih Delapan Startup Terbaik

Program BEKUP kembali diselenggarakan. Tahun ini, sehubungan dengan perubahan nomenklatur dan tujuan program, nama program yang sebelumnya Bekraf For Pre-Startup bertransformasi menjadi Baparekraf for Startup. Tujuan dari BEKUP 2020 adalah membantu pelaku industri kreatif Indonesia melalui pengembangan startup digital, sehingga memberikan dampak sosial yang besar khususnya yang berhubungan dengan pariwisata dan ekonomi kreatif.

Rangkaian BEKUP sudah diresmikan sejak 7 Juli 2020 lalu. Menargetkan peserta dari lima kota besar, yakni Jakarta, Surabaya, Bali, Makassar, dan Medan. Adapun rangkaian program yang telah diselenggarakan meliputi mentoring dan pengembangan skill bagi para founder.

Pada tanggal 21-23 Agustus 2020 kemarin tahap bootcamp untuk regional Jakarta telah sukses diselenggarakan. Di tahap ini, fokusnya untuk penajaman problem definition, product growth, dan pitching skill. Ada 20 tim yang turut andil secara daring, menghadirkan para mentor di bidang terkait.

Rangkaian acara bootcamp Jakarta yang diselenggarakan secara online
Rangkaian acara bootcamp Jakarta yang diselenggarakan secara online

Acara tersebut dilanjutkan dengan sesi pitching di hadapan juri pilihan. Dari 20 tim yang sebelumnya lolos interview, 8 startup berhasil lolos ke babak selanjutnya berdasarkan penilaian para juri. Adapun tim yang lolos meliputi:

  • MOOXIQ, platform broadcast streaming
  • KALM, platform online yang berfokus pada kesehatan mental melalui konseling.
  • Atourin, platform layanan informasi seputar informasi dan destinasi pariwisata.
  • Open Trip ID, platform pemesanan paket wisata.
  • Ceritech Indonesia, platform IoT yang berfokus pada peningkatan hasil panen, produksi, dan distribusi kopi.
  • Quoroom, platform yang berfokus pada layanan event management.
  • Aglonera, platform penyedia layanan untuk membantu penjual makanan lebih mudah mendapatkan bahan langsung dari produsen.
  • TemanBersih, platform penyedia layanan kebersihan berbasis digital.

Startup terpilih akan mengikuti tahap selanjutnya, yakni in-depth mentoring. Setiap founder akan mendapatkan bimbingan langsung oleh mentor pilihan secara intensif selama satu bulan.

Adapun untuk kegiatan di empat kota lainnya masih dalam proses. Untuk mengikuti perkembangannya, bisa menilik ke kanal media sosial resmi BEKUOP.

Menurut Muhammad Neil El Himam, selaku Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif dari Kemenparekraf/Baparekraf dalam pidatonya di pembukaan Bootcamp Jakarta, ia berharap masa pandemi Covid-19 menjadi momentum yang tepat bagi pelaku startup digital untuk mengekspos diri mereka untuk lebih berkembang, berkualitas, dan berdampak secara nasional dan internasional.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Baparekraf for Startup 2020

Saoraja Hub Kembali Digelar, Program Inkubator Bisnis dan Startup di Indonesia Timur

Setelah tahun lalu Saoraja Hub meluncurkan program inkubasi startup batch pertama, tahun ini mereka melanjutkan batch kedua. Rencananya akan digelar akhir bulan Juli 2020. Program yang diinisiasi oleh Kalla Group tahun 2018 lalu ini, ingin menyaring lebih banyak ide segar dan inovasi digital terutama bagi pelaku startup di Indonesia Timur.

VP of Business Development Kalla Group, Saoraja Hub Damoza Nirwan mengungkapkan, berbeda dengan tahun lalu yang hanya fokus kepada startup, tahun ini Saoraja Hub ingin mengundang lebih banyak masyarakat di Indonesia Timur yang memiliki ide menarik dari berbagai kalangan. Mulai dari pelajar hingga ibu rumah tangga, jika mereka memiliki ide segar yang nantinya memiliki potensi untuk dikembangkan, berhak untuk mengikuti kegiatan ini.

“Berbeda dengan investasi yang diberikan oleh perusahaan modal ventura lainnya yang hanya fokus kepada investasi, batch kedua ini kami ingin mengajak lebih banyak masyarakat untuk berpartisipasi menyampaikan ide mereka yang relevan dengan kondisi pandemi dan new normal,” kata Damoza.

Nantinya startup yang beruntung serta ide dari peserta yang lolos dari proses penyaringan, berhak mendapatkan bimbingan berupa mentoring dari pihak internal Kalla Group dan Kalla Business School. Mereka juga bisa mendapatkan pendanaan yang disesuaikan dengan kebutuhan hingga kesempatan networking dengan ekosistem di Kalla Group.

Kategori ide dan startup agnostik

Disinggung startup atau ide seperti apa yang menarik perhatian dari Saoraja Hub batch kedua tahun ini, Damoza menyebutkan secara khusus mereka tidak hanya mengincar pada satu atau dua kategori saja. Selama ide tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan, Saoraja Hub akan menerima semua ide yang masuk. Demikian pula dengan startup yang saat ini mungkin masih dalam tahap early stage dan membutuhkan networking hingga pendanaan untuk tumbuh, Saoraja Hub siap membantu.

“Jika nantinya ada ide dari peserta atau model bisnis dari startup yang relevan dengan lini bisnis dari Kalla Group, menjadi tidak mungkin proses akuisisi akan kami lakukan. Namun sesuai dengan misi awal Saoraja Hub, kami ingin mengajak lebih banyak masyarakat di Indonesia Timur lebih kreatif menghadirkan inovasi baru,” kata Damoza.

Saoraja Hub juga mengundang investor di luar dari Kalla Group, seperti yang telah dilakukan di batch pertama melibatkan Mandiri Capital Indonesia (MCI) untuk berinvestasi di startup yang mengikuti program inkubasi mereka. Di batch yang pertama beberapa startup terpilih yang mengikuti program inkubasi Saoraja Hub di antaranya adalah Aidu (Education), Digital Desa (Government), Mall Sampah (Environment), Panen Mart (Agricultural) dan Perawat.Id (Health).

“Tahun ini karena ada dua kategori yaitu startup dan idea innovation harapannya akan lebih banyak lagi peserta yang tertarik untuk mengikuti kegiatan ini, terutama bagi semua kalangan di Indonesia Timur,” kata Damoza.

Telkomsel Gelar Program TINC Batch 5, Incar Startup Potensial di Tengah Pandemi

Telkomsel kembali menggelar program corporate inkubator dan akselerator Telkomsel Innovation Center (TINC) Batch 5. Kali ini TINC tidak mengangkat tema khusus dalam membidik startup binaan, melainkan ada sejumlah segmen yang dinilai memiliki kenaikan momentum di tengah pandemi yang masih berlangsung.

Segmen startup tersebut di antaranya IoT, pemelajaran mesin (ML), kecerdasan buatan (AI), teknologi periklanan (ads tech), fintech, logistik dan supply chain, healthtech, dan edutech.

“TINC fokus pada lini vertikal yang bisa difasilitasi oleh aset milik Telkomsel. Pada batch sebelumnya, kebanyakan solusinya untuk telko, tapi makin ke sini kami banyak berinteraksi ada banyak masalah di luar sana yang bisa diselesaikan oleh startup. Jadinya kami perluas cakupannya,” ujar VP Corporate Strategy Telkomsel Andi Kristianto, dalam konferensi pers secara online, kemarin (7/7).

Pendaftaran untuk batch ini sudah dibuka secara resmi sejak 15 Juni 2020. Dibandingkan batch sebelumnya, TINC memperkenalkan tiga manfaat lebih untuk startup binaannya, yakni market access, go to market and sales channels, dan innovation lab (testing lab IoT dan 5G, sandboxing platform, dan development kit).

Dalam pengembangan inovasi, TINC membaginya menjadi dua tahap, yakni inkubasi (prototyping, proof of concept) dan akselerasi (piloting, commercial), dengan pelaksanaan yang berlangsung selama tiga sampai 12 bulan.

Ada dana hibah yang diberikan untuk tahap awal. Andi menjelaskan, besarannya akan tergantung pada proposal yang diajukan startup terpilih. Nantinya dana tersebut akan dipakai untuk pengembangan startup agar lebih matang.

Model pendanaan berikutnya adalah berbentuk investasi. Ketika MVP sudah siap dan butuh akselerasi lebih jauh, startup akan menerima dana investasi yang berupa convertible notes. Nominalnya akan lebih besar dengan tenor yang lebih panjang.

“Kalau startup tumbuh fit dalam jangka panjang dan memberi nilai tambah buat Telkomsel, maka akan diinvestasi. Dari sisi kita akan dibantu untuk leverage network.”

Program Telkomsel lainnya

Sejak pertama kali digelar, TINC merupakan bagian dari salah satu pilar Telkomsel dalam mentransformasi perseroan menjadi perusahaan telkomunikasi digital terdepan, bersama pilar inovasi digital lainnya yaitu The NextDev dan Telkomsel Mitra Inovasi (TMI).

Ketiganya punya kesamaan misi, sama-sama ingin membangun ekosistem bagi para pegiat startup. Akan tetapi, ketiganya punya fokus yang berbeda. Misalnya The NextDev lebih diarahkan pada talent scouting dan social impact, TINC sebagai wadah untuk berakselerasi dan berkomersialisasi bersama Telkomsel, dan TMI fokus pada investasi strategis.

TINC sendiri telah berlangsung sejak 2018. Tiap batch memiliki tema khusus yang diangkat. Secara berurutan, batch pertama mengangkat soal smart city and environment; agritech; industrial IoT. Berikutnya dalam batch 4 dan 5 tidak mengangkat tema, alias Telkomsel terbuka pada semua inovasi tapi dengan catatan ada beberapa sektor yang diincar karena sedang “hot” pada momentum tersebut.

“Mulai batch 4 kita mau beyond IoT karena pada batch 1-3 kita merasa sudah me-represent semua use case utama di industri. Batch 4 ini dimulai awal tahun 2020 dan mulai tahun ini pula kita mau lihat tren apa yang lagi banyak di ekosistem startup di tahap awal maupun level yang sudah siap masuk market,” jelas GM Business Incubation Telkomsel Eko Seno Prianto.

Secara total ada 19 startup binaan yang berhasil masuk sampai proses inkubasi sepanjang TINC dilaksanakan, di dalamnya terdapat dua solusi startup yang dikembangkan dari tim internal Telkomsel, salah satunya adalah Intank (Intelligent Tank Monitoring System).

Nama-nama startup binaan lainnya adalah eFishery, Jala, Mertani, Banopolis, Smash, Habibi Garden, Bantuternak, Neurafarm, TraffoBit, Eltisia, Manpro, Chatbiz.id, Cryptoscope, T-Man, Birru, Calty Farms, Fishgator, dan Mantis ID.

Mengoptimalkan Keikutsertaan Founder dan Startup di Program Inkubator

Program inkubator atau akselerator masih akan relevan saat ini, khususnya bagi startup tahap awal yang tengah memvalidasi bisnisnya. Faktanya banyak pertumbuhan startup dimulai dari sana. Di Indonesia, beberapa nama seperti Payfazz, Halofina, Privy, dan Storial merupakan jebolan dari program tersebut dengan penyelenggara berbeda-beda.

Banyak hal yang bisa jadi “takeaways” bagi founders – tentu ini bukan sekadar berbicara modal awal yang umumnya disalurkan melalui program ini. Untuk memberikan gambaran apa saja yang bisa didapat founder ketika bergabung di program inkubator, DailySocial mencoba mengumpulkan beberapa testimoni dari berbagai sumber.

Mematangkan ide bisnis, peluang kolaborasi awal

Cerita ini datang dari Founder & CEO PrivyID Marshall Pribadi. Program inkubator yang diikutinya adalah Indigo besutan grup Telkom. Ia mengatakan, keterlibatannya di inkubator menciptakan lingkungan yang tepat bagi pengembangan ide dan konsep bisnis startupnya.

“Ide PrivyID ini konsep awalnya berupa digital identity. Dengan platform PrivyID, pengguna tidak lagi harus isi formulir pendaftaran lagi untuk apply apapun, contohnya asuransi, kartu kredit, buka rekening bank, dan lain-lain. Biasanya, setiap kali mendaftar sesuatu, pengguna harus berulang kali mengisi data diri seperti nama, alamat, tanggal lahir, dan sebagainya. Untuk tanda tangannya dapat dilakukan secara digital. Ide seperti ini, di tahun 2015, masih asing,” ujarnya.

Marshall melanjutkan, dengan masuk program inkubator Indigo, PrivyID tidak hanya mendapatkan investasi awal, tetapi juga berhasil memperoleh klien pertama dan ide yang berharga. Saat mentoring, ia mendapatkan saran mengenai username PrivyID yang disusun dari kombinasi 2 huruf inisial nama dan 4 digit nomor telepon genggam.

“Adanya Telkom Indonesia sebagai klien pertama juga membuat PrivyID lebih dipercaya oleh perusahaan-perusahaan lain yang ingin memanfaatkan layanannya,” ungkapnya.

Kesuksesan tetap ditentukan oleh founder

Selain pembelajaran dari mentor berpengalaman, keuntungan lain yang bisa didapat dari keikutsertaan startup di program inkubator/akselerator adalah memperluas jaringan ke ekosistem. Penyelenggara program umumnya memiliki platform yang menghubungkan antara startup, investor, atau stakeholder lain yang berpeluang untuk kolaborasi, termasuk dengan sesama startup lain. Hal ini turut dirasakan Co-Founder & CEO Halofina Adjie Wicaksana.

Adjie dan startupnya tergabung di program GK-Plug and Play Indonesia. Menurutnya, manfaat sebuah program pengembangan bisnis seperti ini akan sangat tergantung pada tingkat partisipasi founder. Untuk itu, sebelum memulai program (bahkan mendaftar), pastikan founder punya target capaian yang jelas – apa yang ingin mereka optimalkan melalui program ini. Apakah mencari investor, mendapatkan mentor, mematangkan produk, atau lainnya.

Set our own target expectation. Pada akhirnya, program akselerator adalah sebuah fasilitas. Kita sendiri yang perlu melakukan berbagai upaya untuk memaksimalkan kesempatan tersebut. Melakukan goal setting di awal akan membantu kita meraih hasil optimal dari program tersebut,” ujar Adjie.

Mengoptimalkan keikutsertaan

Startup pengembang platform publikasi konten kreatif Storial juga sempat mengikuti program akselerator Skala. Co-Founder & CEO Steve Wirawan mengatakan, keikutsertaannya di program tersebut memberikan banyak pembelajaran, termasuk mengenai pengembangan produk, membangun tim yang efisien, menentukan prioritas, dan perluasan jaringan bisnis. Hadirnya mentor berpengalaman begitu dirasakan manfaatnya.

Always be hungry to learn. Unlearn what you’ve already known, drop all the assumptions that was already built in your mind and re-learn. Selalu memiliki rasa ingin tahu dan minta akses ke banyak network untuk diperkenalkan,” ujar Steve memberikan kiatnya.

Soal effort founder di program inkubator ini juga diamini Marshall. “Jika ingin optimal dalam mengikuti program inkubator, jangan berpikir bahwa dengan masuk inkubator semuanya akan diberikan dari mentor hingga investasi. Inkubator ada untuk menyediakan environment yang sesuai untuk ide bisnis yang dimiliki.”

Founder atau startup sendirilah yang harus bisa tumbuh dan berkembang melalui lingkungan yang disediakan. Selain itu, menurut Marshall, jangan pula meremehkan kebaikan-kebaikan dari orang yang ditemui.

Memilih program yang pas

Makin berkembangnya ekosistem startup di Indonesia – khususnya terkait minat anak muda untuk menjadi founder startup – ditanggapi baik para penyelenggara program inkubator. Para penyelenggara tersebut hadir dari berbagai kalangan, mulai dari korporasi, media, pemodal ventura, hingga institusi lainnya. Latar belakang tersebut kadang memberikan diferensiasi antar program.

Program IDX Incubator yang diprakarsai Bursa Efek Indonesia misalnya, mendesain programnya untuk startup yang berminat go public atau IPO. Beda lagi dengan Mandiri Digital Incubator yang digawangi perusahaan perbankan dan mendampingi startup di bidang keuangan. DSLaunchpad, yang dihadirkan DailySocial, secara khusus memfasilitasi para founder (terutama di luar Jawa) untuk bisa mengikuti program mentorship secara online. Ada juga Simona Ventures yang disajikan khusus untuk founder perempuan.

Meskipun demikian, biasanya memiliki aktivitas-aktivitas umum yang sama, seperti bimbingan dengan pakar dari industri, networking, hingga membagikan sumber daya. Spesialisasi tadi bisa menjadi tambahan pertimbangan founder untuk memilih sebuah program inkubator/akselerator. Apalagi saat ini terbuka akses bagi pelaku startup Indonesia untuk bergabung dengan program global, misalnya Y Combinator, Google Launchpad Accelerator, Surge, dan lain-lain.

Sudah ada sejumlah penyelenggara program inkubator/akselerator startup di Indonesia. Beberapa yang masih aktif di antaranya adalah:

Nama Program Penyelenggara Situs Web
Digitaraya Digitaraya https://digitaraya.com/
DSLaunchpad DailySocial https://dailysocial.id/dslaunchpad
GK-Plug and Play Gan Kapital, Plug and Play Indonesia https:/plugandplaytechcenter.com/indonesia/
GnB Accelerator Pegasus Tech, Infocom Corporation https://gnb.ac/
IDX Incubator Bursa Efek Indonesia http://idxincubator.com/
Indigo Creative Nation Telkom Group http://indigo.id/
Kolaborasi Kolaborasi https://kolaborasi.co/
Mandiri Digital Incubator Mandiri Capital Indonesia https://mandiri-capital.co.id/en/mandiri-digital-incubator/
Skala Innovation Factory, Strive https://joinskala.com/
Simona Ventures Digitaraya http://simona.ventures/
Skystar Ventures Universitas Multimedia Nusantara, Kompas http:/skystarventures.com/
Synergy Bank Central Asia https://synrgy.id/
Xcelerate Gojek https://www.gojek.com/gojekxcelerate/

StartupIndonesia.co Bermitra dengan Draper University, Hubungkan Startup Lokal dengan Program Inkubator di Silicon Valley

Sejak diluncurkan pada akhir tahun lalu, StartupIndonesia.co platform hub online untuk pengusaha rintisan lokal terus menambah kapabilitas dan memperluas jaringan. Teranyar, mereka baru umumkan kolaborasinya dengan program pra-akelerasi dari Silicon Valley, Draper University.

Melalui kolaborasi ini, StartupIndonesia.co menjadi official partner bagi Draper University untuk menjaring startup dari Indonesia. Memungkinkan para startup di StartupIndonesia.co mendapatkan akses untuk bergabung dengan program tersebut, termasuk terkoneksi dengan para investor dari Silicon Valley. Program kerja sama ini resmi dibuka mulai 11 Juni 2020.

“Dengan kerja sama ini, kami berharap bisa memberikan kesempatan yang sama bagi semua startup yang ada di Indonesia, bahkan yang di luar Jakarta untuk terhubung dengan Silicon Valley. Harapannya, partnership dengan Draper University bisa mengangkat visibility startup dari Indonesia,” ungkap Head of StartupIndonesia.co Erwin Arifin.

Sementara itu Chairman StartupIndonesia.co Shinta Dhanuwardoyo juga menambahkan, “Kami mengajak para startup dan founder dari seluruh Indonesia untuk berpartisipasi dalam kerja sama ini, karena merupakan kesempatan yang bagus untuk bisa terhubung dan belajar dari salah satu hub inovasi dunia di Silicon Valley.”

StartupIndonesia.co diluncurkan untuk membantu founder mendapatkan informasi dan akses ke jaringan mitra strategis, seperti mentor atau investor. Platform online ini diinisiasi oleh KADIN dan didukung oleh Kementerian Riset & Teknologi, Kementerian Telekomunikasi & Informatika, Asosiasi Modal Ventura Indonesia, dan BUBU.com.

Didirikan pada tahun 2012 oleh Tim Draper, Draper University telah memiliki lebih dari 1000 alumni dari 89 negara yang tergabung dengan Techstars, 500 Startups, dan YCombinator. Selain itu, startup lulusan Draper University juga telah mendapatkan venture funding lebih dari US$240 juta dan masuk ke dalam Forbes 30 Under 30.

Sebagai pengenalan, StartupIndonesia.co akan mengadakan webinar pada tanggal 20 Juni 2020 mendatang. Beberapa pemateri dari Draper University dan StartupIndonesia.co akan berbagi ide inovatif dan solusi untuk para startup sebagai persiapan new normal dalam Webinar bertajuk “Live from Silicon Valley: Innovation for the New Normal”.

SID x Draper - DailySocial

Disclosure: DailySocial merupakan strategic partner StartupIndonesia.co

MRT Jakarta Luncurkan Program Akselerator, Buka Peluang Kerja Sama dengan Startup

Meliat perkembangan startup digital di Indonesia yang sangat mengesankan, PT MRT Jakarta (Perseroda) merasa perlu turut terlibat dalam pengembangan ekosistemnya. Sebagai langkah awal, perusahaan meluncurkan program akselerator bernama “MRTJ ACCEL”. Program ini akan mulai dibuka pada 8 Juni 2020 mendatang.

Kegiatan tersebut akan berlangsung selama 6 bulan untuk startup  yang terpilih. Peserta juga akan mendapatkan akses ekosistem MRT Jakarta seperti pengguna jasa MRT Jakarta, fasilitas stasiun, ratangga, dan area di kawasan berorientasi transit di sekitar stasiun. Selain itu juga akan mendapatkan pembinaan dari pihak MRT, mentor terpilih, hingga venture capital.

“Program ini bertujuan menciptakan kerja sama menguntungkan bagi perusahaan dan startup tersebut. Dan tentunya akan berdampak baik bagi peningkatan pendapatan, branding, hingga pengalaman pengguna jasa MRT Jakarta,” ungkap Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar.

Program akselerator startup MRTJ ACCEL yang diinisiasi MRT Jakarta
Program akselerator startup MRTJ ACCEL yang diinisiasi MRT Jakarta

Sebagai perusahaan transportasi massal perkotaan berbasis rel pertama di Indonesia, MRT Jakarta memiliki mandat untuk mengembangkan bisnis yang dimilikinya, salah satunya melalui pendapatan non-tiket seperti telekomunikasi, hak penamaan stasiun, retail, dan iklan. Selain itu, perseroan juga senantiasa mencari dan mengembangkan peluang bisnis baru, salah satunya melalui program kerja sama dengan platform digital.

Bagi startup yang tertarik mengikuti MRTJ ACCEL dapat melihat informasi di situs web accel.jakartamrt.co.id atau mendengarkan siaran elektronik di tautan berikut.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner untuk program akselerator MRTJ ACCEL