Angon Resmikan Kantor Baru dan Siapkan Sejumlah Inovasi

Angon Indonesia (Angon) saat ini menjadi startup peternakan yang cukup aktif di Indonesia. Mereka sudah bekerja sama beberapa sentra peternakan dan peternak di Bogor, Semarang, dan Sumbawa. Bahkan sudah ada kerja sama dengan peternak dari Selandia Baru dan Australia.

Awal bulan Agustus kemarin, Angon baru saja meresmikan kantor barunya di Semarang. Hal tersebut tampaknya menjadi awal untuk sejumlah manuver besar yang akan dilakukan dalam waktu dekat.

Mengingatkan kembali, Angon adalah startup yang mengusung semangat beternak online melalui investasi budidaya. Anggotanya dapat membeli hewan ternak (domba atau sapi) untuk kemudian dirawat di peternakan-peternakan mitra Angon.

Siklus ternak untuk anggota yang menjadi investor adalah 3 kali masa ternak. Satu masa ternak memakan waktu 3 bulan. Setelah itu, anggota dibebaskan untuk menjual atau menarik hewan ternak tersebut. Keuntungannya didapat dengan sistem bagi hasil.

Proses tersebut dapat sepenuhnya dilakukan melalui aplikasi Angon yang kini tersedia di Google Play dan App Store.

Perombakan kebijakan dan inovasi

Dalam upaya menumbuhkan bisnis, Yoki B. Sembodo selaku Vice President Angon menceritakan akan ada sejumlah perubahan di bulan Agustus ini. Pertama soal kebijakan kepemilikan hewan ternak. Saat ini semua hewan ternak dari peternak dibeli dulu oleh Angon, baru kemudian ditawarkan untuk para anggotanya.

Konsep tersebut rencananya akan berubah per tanggal 25 Agustus nanti. Angon akan menjadi marketplace yang menghubungkan anggotanya dan peternak. Harga ternak yang ditawarkan berdasarkan bobot dan juga perhitungan biaya perawatan selama masa ternak.

Saat ini total hewan ternak yang dimiliki Angon sudah mencapai lebih dari 20 ribu ekor.

Sedangkan inovasi yang tengah disiapkan adalah membangun model B2B dan B2C untuk penyaluran ternak. Tidak hanya menyediakan solusi bagi individu yang ingin beternak secara online, Angon akan menyediakan hewan ternak bagi lembaga atau bisnis yang membutuhkan. Termasuk juga penjualan daging segar yang didapat langsung dari peternak.

Bulan ini menyambut hari raya Idul Adha, Angon meluncurkan program “Semarak Qurban”. Sebuah program yang membantu para anggota untuk membeli dan menyalurkan daging kurban ke mitra-mitra yang bekerja sama dengan Angon.

Membangun desa peternak online

Satu dari beberapa sentra peternakan Angon ada di Desa Wawar, Kecamatan Jambu, Semarang, Jawa Tengah. Di sana Angon mempunyai mimpi untuk membangun desa peternakan online. Inisiatif ini juga didukung Telkom, selaku mitra yang telah menginkubasi dalam program Indigo. Akan ada akses internet yang dibawa masuk untuk memudahkan update perkembangan ternak dan lain sebagainya.

Salah satu misi Angon adalah memudahkan masyarakat Indonesia memiliki hewan ternak tanpa repot memiliki kandang, mengurusi pakan, dan lainnya. Angon juga menerapkan standar peternakan yang tinggi, mulai dari kualitas kandang, pakan, perawatan dan pengawasan untuk menjamin pertumbuhan hewan ternak maksimal. Angon juga memberikan asuransi ke semua hewan ternak untuk melindungi kerugian jika ada kasus kematian hewan ternak.

Application Information Will Show Up Here

 

Kredivo Secures Series B Funding Worth Over Rp435 Billion, Ready for Regional Expansion

Fintech startup engaged in online lending service FinAccel (using Kredivo brand) announces Series B funding worth US$30 million (over Rp435 billion) led by Square Peg Capital, with the new investor MDI Ventures and Atami Capital. Existing investors, such as Jungle Ventures, OpenSpace Ventures, GMO Ventures, AlphaJWC, and 500 Startups also participated in this round.

Akshay Garg, Kredivo’s CEO said it’ll be used for new service development outside the loan via e-commerce, regional expansion, and recruiting more talents in engineer and data scientists.

Regarding the target countries, it’s still in evaluation. The three countries in consideration are Thailand, Philippines, and Singapore. In the next six months, FinAccel will announce one of the countries ready for expansion.

“In the next six months, we’ll decide a country for expansion. It’s now being evaluated,” Garg said on Wed (7/25).

He continued that the new product in development will be targeting outside the e-commerce ecosystem, like loan for study, medical, emergency cost, house renovation, and others.

Tushar Roy, Square Peg Capital’s Partner commented in the official release that Kredivo is an institutional-class business in all aspects, through the automation of very complex loan elements, and trusted by Indonesia’s best merchants. Kredivo has a bank-class risk metric and already draw institutional debts.

Kredivo is claimed to have teams with integrity and high experience to be motivated in solving big problems for sellers and consumers in Indonesia, therefore, it’ll support the whole economic growth.

“We’re very proud to support Kredivo’s team vision in allowing a better financial service for the young generation in Indonesia and SEA,” he explained.

Nicko Widjaja, MDI Ventures’ CEO added, Kredivo is a market leader in consumer loan service with an advanced credit scoring process in the industry. Investment in Kredivo will mark MDI Ventures’ first portfolio in fintech lending segment.

“With our participation, we expect to support more underserved segments in this market, where we can access various kinds of credit sources that can use Kredivo technology to fasten the disbursement process,” he said.

Business performance and next plans

Garg said, the company will increase the marketing activities for new customer’s acquisition by setting up some billboards in public. They also raised some initiatives for strategic partnerships with Telkom Group that now involved as Kredivo investors network.

“We choose the leading strategic investors for the next time we can make partnership synergy. There will be many new initiatives to do with Telkom Group, particularly Telkomsel.”

After dua years establishment, Kredivo has become one of the most adopted alternative method for digital credit card by Indonesia’s marketplace. It is claimed to be the only online payday loan that has collaborated with almost 10 e-commerce sites, including Tokopedia, Shopee, Bukalapak, Lazada, and more than 200 others.

Kredivo’s business growth in GMV (Gross Merchandise Value) reaches 5 times up without any detailed number. The company has evaluated more than 2 million of Indonesia’s consumers and help the online merchants for significant customer retention and revenue.

Around 80% of the transaction every month comes from Kredivo loyal customers with more than 500,000 people in total. In fact, the bad loans ratio is kept under 5% according to the financial industry.

It has 15 companies as lenders that are multi finance and credit funds. Credit funds come from Hong Kong and SEA countries. BFI is still one of the exclusive lenders in Kredivo.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Kantongi Pendanaan Seri C 404 Miliar Rupiah, Induk Usaha CekAja Ekspansi ke Thailand

Induk usaha CekAja, C88 Fintech Technologies, mengumumkan perolehan dana segar Seri C senilai $28 juta (lebih dari 404 miliar Rupiah) dari konsorsium investor yang dipimpin layanan global informasi dan analitik fintech Experian. Salah satu langkah yang dilakukan untuk pemanfaatan dana tersebut adalah persiapan ekspansi ke Thailand. Sebelumnya mereka juga memiliki bisnis di Filipina bernama eCompareMo.

Investor lain yang terlibat di putaran pendanaan kali ini antara lain ResponAbility Investments AG, DEG, InterVest, FengHe Fund Management, Pelago Capital, dan Fuchsia Venture Capital. Turut berpartisipasi investor terdahulu, yaitu Monk’s Hill Ventures, Telstra Ventures, Kickstart Ventures, dan Kejora Ventures.

Kepada DailySocial saat acara penandatanganan kemitraan strategis dengan Experian, Co-Founder dan Group CEO C88 J.P. Ellis mengungkapkan, investasi yang dipimpin Experian ini telah berjalan selama 8 bulan terakhir, namun proses perkenalan sudah dilakukan jauh sebelum investasi disepakati.

Saat ini pihaknya telah menempatkan tim untuk melakukan pendekatan dan proses perizinan ke pemerintah Thailand. Jika tidak ada hambatan, proses finalisasi peluncuran layanan tersebut segera diselesaikan.

“Pada dasarnya CekAja dan Experian memiliki misi dan komitmen yang sama, yaitu mendukung inklusi finansial dan menyasar konsumen secara langsung,” kata Ellis.

Selain itu, dana baru ini akan dimanfaatkan C88 untuk mengembangkan teknologi, menerapkan digital onboarding hingga menambah talenta baru untuk mempercepat pertumbuhan bisnis.

“Di saat yang bersamaan layanan informasi dan perbandingan produk keuangan eCompareMo di Filipina, juga tengah bersiap mengembangkan bisnis. Selain fokus kepada layanan kepada konsumen dan revenue, kita juga berencana untuk mulai fokus kepada mobile. Kita juga terus melakukan pengembangan dari sisi operasional, back office hingga data center,” kata Ellis.

Kondisi fintech di Indonesia

Menurut Ellis, di Indonesia (dan Filipina) infrastruktur kredit belum dibangun dengan baik. Itu sebabnya model KTA dan rentenir menjadi bermunculan.

“Hal ini buruk bagi negara, bagi masyarakat, dan bagi institusi finansial. Fokus kami di putaran pendanaan kali ini adalah terus mencoba menyelesaikan masalah ini dengan meninggalkan sistem finansial eksklusif, tidak efisien, mahal, dan berbasis kertas menuju sistem finansial inklusif, personal, efektif secara biaya, efisien, dan digital.”

Ellis memastikan bahwa pihaknya terus bermitra dengan pihak perbankan dan regulator, bukan berkompetisi melawan mereka.

Ellis mengatakan, “[Ekspansi ke] Thailand adalah satu satu obyektif bisnis kami, tapi bukan satu-satunya. Untungnya kami memiliki investor dan mitra bisnis global yang terpercaya di Experian. Experian adalah ahli untuk sistem dan layanan ini [seperti Scoring and Decisioning Services], sehingga kami memiliki kepercayaan tinggi dalam kualitas, reliabilitas, dan dampak layanan kami untuk pasar.”

“Fokusnya harus ke jutaan konsumen yang merasa putus asa karena mereka tidak punya pilihan [sehingga datang ke rentenir]. Ini adalah bukti terbesar ada permasalahan dan sistem yang ada saat ini belum memadai. Kami memberikan penawaran sistem digital modern sehingga kami bisa membantu menyelesaikan masalah ini untuk kebaikan masyarakat,” ujar Ellis.

Experian dan rencana investasi

Mengedepankan pengalaman, jaringan bisnis, ragam produk dan layanan yang dimiliki, Experian ingin menerapkan teknologi hingga pengalaman secara global kepada pasar yang memiliki potensi seperti Indonesia.

Kepada DailySocial, CEO Experian Asia Pasifik Ben Elliott mengungkapkan, CekAja/C88 dipilih untuk investasi setelah melalui proses dialog yang cukup panjang.

“Kita sudah melakukan dialog sebelumnya dengan J.P. Ellis, namun dalam waktu 8 bulan terakhir perbincangan tersebut makin intensif dan mulai serius membicarakan hal apa yang bisa kita lakukan bersama, dalam hal ini memberikan investasi. [Selain itu] Juga kolaborasi komersial yang kuat seperti digital onboarding dan fase selanjutnya bagaimana kita bisa mengembangkan teknologi anti fraud di industri ini,” kata Ben.

Ben melanjutkan, “Jadi dari perspektif kenapa memilih CekAja karena kami percaya dengan visi mereka. Kami juga sudah melihat dengan baik bisnis mereka dan mengerti sepenuhnya teknologi mereka dan bagaimana teknologi milik Experian bisa dikontribusikan.”

Ellis menambahkan, “Selain menjadi salah satu layanan data kredit dan analitik terbesar di dunia, Experian juga merupakan pemimpin untuk digital onboarding, decisionn engines, fraud detection, electronic KYC, dan banyak fungsi critical lainnya. Experian memiliki fokus global dan telah banyak mendapatkan kesuksesan di berbagai pasar, seperti Brazil dan India.”

Setelah CekAja/C88, Experian memiliki rencana untuk memberikan investasi di startup lainnya. Tidak hanya layanan fintech, tetapi juga kategori lain yang dinilai relevan dan memiliki potensi.

“Bukan hanya startup di Indonesia. Bisa jadi kita nantinya akan memberikan investasi kepada startup di negara lain,” tutup Ben.

ZEN Rooms Jual Sebagian Saham ke Jaringan Aplikasi Hotel Korea Selatan Yanolja

ZEN Rooms jaringan budget hotel yang beroperasi di Asia Tenggara diberitakan telah menjual sebagian saham mereka ke jaringan aplikasi hotel asal Korea Selatan, Yanolja. Dengan total dana $15 juta, Yanolja membayar untuk “strategic non-controlling stake” yang dirahasiakan — tetapi tetap membuka kemungkinan Yanolja mendapatkan 100% saham ZEN Rooms di kemudian hari.

Didirikan tahun 2015, ZEN Rooms berhasil mendapatkan pendanaan $4.1 juta untuk seri A dari Redbadge dan SBI Investment Korea. Tiga tahun ZEN Rooms berjalan, tepatnya pada Maret silam, diberitakan ZEN Rooms menghadapi masalah keuangan serius dan ingin menjual atau menutup layanannya. Pembelian sebagian saham oleh Yanolja ini akan memberikan dana segar bagi ZEN Rooms untuk bisa tetap bertahan dan mengusahakan untuk berkembang.

“Kami sekarang memiliki modal untuk berinvestasi, Kesepakatan itu telah didiskusikan sejak awal tahun ini . . . kami memperlakukan seperti akuisisi tetapi ini adalah langkah pertama,” terang co-founder ZEN Rooms Kiren Tanna kepada TechCrunch.

Di Indonesia industri budget hotel saat ini masuk dalam “seleksi alam”, persaingan ketat antar pemain diramaikan dengan persaingan dengan OTA (Online Travel Agent). Kondisi ini menyebabkan layanan harus bisa bertahan dengan memenuhi kebutuhan pelanggan lokal atau angkat kaki.

NIDA Rooms contohnya, diam-diam sudah tidak beroperasi di Indonesia dengan menarik aplikasi dan situs pemesanan mereka. Kondisi serupa pun bisa menimpa ZEN Rooms jika gagal memenuhi kebutuhan pelanggan lokal. Meski kebutuhan akan budget hotel masih tinggi.

Mengacu pada laporan survei yang dikeluarkan DailySocial tahun lalu, budget hotel masih menjadi pilihan banyak responden. Total 58,61% responden memilih budget hotel, dengan harga sebagai perbandingan utama. Masalahnya, di Indonesia para pemain OTA seperti Traveloka, Tiket, dan lain sebagainya juga memasukkan daftar hotel budget ke dalam pencarian mereka. Ini tentu membantu para pelanggan tetap tidak untuk jaringan budget hotel yang beroperasi di Indonesia. Persaingan sekarang lebih mengerucut ke kualitas layanan, termasuk harga.

Kini di Indonesia jaringan hotel budget ada ZEN Rooms, RedDoorz, Airy Rooms dan beberapa lainnya. Mereka akan berhadapan langsung dengan penyedia layanan OTA yang juga menjajakan kamar-kamar hotel dengan harga terjangkau. Dengan investasi yang didapat ZEN Rooms ini wajib ditunggu apa yang akan dilakukan mereka untuk pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia dengan persaingan yang ada saat ini.

Application Information Will Show Up Here

iflix Siapkan Investasi Rp700 Miliar untuk Perkuat Konten Lokal

iflix menyiapkan dana investasi sekitar Rp560 miliar hingga Rp700 miliar dalam dua tahun mendatang. Investasi tersebut difokuskan untuk perkuat konten lokal yang kini menjadi amunisi utama iflix dalam menggaet pengguna di Indonesia.

Investasi tersebut diklaim terbesar yang pernah dilakukan iflix sejak berdiri, demi mengukuhkan posisinya sebagai pemain terkuat di bidang video streaming berbasis aplikasi. Indonesia disebut sebagai pasar utama iflix dari 27 negara lainnya.

Co-Founder & CEO Iflix Mark Britt merinci investasi tersebut akan dipakai untuk produksi lima konten lokal original yang digarap bersama BEKRAF dan Badan Perfilman Indonesia (BPI), berupa film yang diinspirasi dari lagu anak, pemenang kompetisi Cipta Lagu Anak 2018.

iflix sebagai investor utama akan mengundang sineas muda untuk mengirimkan proposal sebelum nantinya mulai masuk tahap produksi. Film tersebut bakal tayang secara eksklusif di platform iflix pada akhir tahun ini sampai 2019. Di luar itu, iflix terus perkuat kerja sama dengan perusahaan studio secara eksklusif dan produksi serial original lainnya.

Britt melanjutkan, selain produksi baru, iflix akan merestorasi film lama ke dalam bentuk digital untuk memperkuat inventaris perusahaan. Pengguna pun memiliki banyak pilihan untuk menikmati konten sesuai selera.

“Pada akhirnya ambisi kami adalah membuat pengguna iflix di Indonesia dimanjakan dengan konten yang disediakan. Indonesia adalah pasar terbesar kami di antara negara berkembang lainnya. Banyak strategi yang kami persiapkan, termasuk mengundang orang lokal untuk menempati posisi strategis di manajemen,” ujar Britt , kemarin (25/7).

Sejalan dengan strategi perusahaan yang ingin mengakuisisi pengguna baru, kali ini iflix menghadirkan inovasi iflix 3.0, perubahan tampilan UI/UX yang lebih segar. Ditambah fitur dan konten baru untuk dua macam pengguna.

Pertama, iflix versi gratis menyajikan konten film, video pendek (iflix Snacks), serial TV original dan internasional eksklusif, episode perdana dari serial TV premium, dan film original premium eksklusif (iflix Originals). Seluruhnya dapat diunduh dan ditonton secara offline.

Kemudian, iflix VIP dengan fitur di atas versi gratis karena bisa menikmati siaran olahraga premium, siaran langsung suatu event, dan tidak ada iklan.

iflix mengklaim saat ini layanannya telah dinikmati oleh lebih dari 1 miliar orang sedunia. Indonesia sendiri menyumbang 10 juta orang, terbesar dibandingkan 27 negara iflix beroperasi.

Pertumbuhan pengguna iflix Indonesia pada tahun lalu 6,6 juta orang, sementara di 2016 sebanyak 2,3 juta. Diharapkan tahun ini pengguna iflix Indonesia dapat tembus 15 juta orang.

Dilihat dari waktu streaming yang sudah dihabiskan pengguna mencapai 2,2 juta menit per Juni 2018. Angka ini melesat tumbuh dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 0,5 juta menit dan 0,2 juta menit di Juni 2016.

Secara komposisi, konten lokal di iflix mencapai lebih dari 70% dari inventori, sisanya ditempati dari luar negeri dan regional.

Perkenalkan komisaris baru

Dalam kesempatan yang sama, Britt juga memperkenalkan Alexander Rusli, eks CEO Indosat Ooredoo sebagai komisaris di iflix Indonesia. Posisi ini diberikan dalam rangka mendukung ambisi iflix untuk memajukan konten lokal lewat sosok yang senior di bidangnya.

Menurut Britt, Alex pun juga berinvestasi di iflix dengan nilai yang tidak disebutkan pada beberapa bulan lalu.

“Alex adalah bagian terbesar kami saat pertama kali iflix berdiri. Setelah kami bujuk selama dua tahun, akhirnya dia bersedia jadi bagian kami, resmi bulan lalu.”

Alex menambahkan dirinya setuju bergabung ke iflix , lantaran perusahaan tersebut sejak awal berkomitmen untuk memajukan konten lokal ke ranah internasional. Hal itu masih dilakukan hingga kini.

“Waktu launching Spotify dan iflix dengan Indosat, saya setuju karena semangatnya mau dorong konten lokal ke seluruh dunia. Distribusi mereka itu luas, jadinya perlu,” kata Alex.

Selain iflix , Alex juga berinvestasi ke sembilan startup lainnya. Dua di antaranya berlokasi di luar negeri, startup yang bergerak di bidang sistem keamanan berbasis di Amerika Serikat dan bidang wifi sharing di Singapura.

Sisanya ada yang bergerak fintech, di antaranya Digi Asia perusahaan yang memiliki beragam produk keuangan seperti remitansi, transfer dana, dan lainnya. Anak usaha Digi Asia diantaranya PT Solusi Pasti Indonesia (PayPro), PT Tri Digi Fin (KreditPro) dan PT Reyhan Putra Mandiri (RemitPro).

“Ada satu juga investasi untuk fintech yang beri pinjaman ke petani rumput laut. Saya investasinya kecil-kecil dan saya investasi ke founder-nya. Dari semua yang saya investasikan, tidak ada yang di posisi manajemen, semuanya di komisaris,” tutup Alex.

Application Information Will Show Up Here

NFC Indonesia dan M Cash Berinvestasi ke Perusahaan Iklan Digital DMS

NFC Indonesia dan M Cash mengumumkan investasi ke perusahaan periklanan digital berbasis cloud PT Digital Marketing Solution (DMS) dengan masing-masing mendapatkan kepemilikan saham sebesar 30% dan 5%. Investasi ini adalah langkah strategis pertama NFC Indonesia selepas IPO sebagai bagian strategi memperkaya pertukaran iklan digitalnya. Bagi M Cash, investasi ini untuk memperluas jangkauan distribusi digitalnya di Indonesia.

DMS merupakan perusahaan yang memberdayakan teknologi artificial intelligence untuk memberikan solusi lengkap, dengan memadukan kanal komunikasi online dan offline. DMS saat ini sudah mencakup lebih dari 4000 titik di 19 kota yang tersebar di Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan hingga Sulawesi, dengan klien ritel seperti Grup Djarum, Indomaret, Circle-K, The Body Shop Indonesia, dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Direktur DMS Budiasto Kusuma menjelaskan bahwa kolaborasi strategis dengan NFC Indonesia dan M Cash akan memperluas jaringan untuk menjangkau lebih banyak khalayak, tidak hanya melalui saluran ritel tetapi juga melalui saluran distribusi digital yang dimiliki NFC Indonesia dan M Cash.

“Kami mengeksploitasi teknologi distribusi melalui cloud untuk mengelola layanan iklan tanpa [konsumen] perlu pergi ke masing-masing tempat beriklan lagi. Dilengkapi dengan analisis kamera pintar, aplikasi berbasis mobile, dan artificial intelligence kami dapat mengirimkan iklan yang sesuai dengan pengguna yang ditargetkan,” terang Budiasto.

Presiden Director NFC Indonesia Abraham Theofilus dalam keterangan resminya menyambut gembira investasi ini. NFC dan DMS akan bersinergi untuk bersama-sama memperkuat akuisisi pelanggan. NFC Indonesia akan membantu DMS mendapatkan exposure penuh dari ekosistem periklanan yang dibangun, sedangkan DMS akan membantu menambah penawaran platform iklannya bagi pelanggan komersial.

Sementara itu Direktur M Cash Suryandy Jahja menambahkan, pihaknya tahun ini akan memulai bisnis periklanan melalui kios digitalnya.

“Tahun ini M Cash akan memulai bisnis periklanan melalui kios digitalnya. Kami berencana untuk memasang layar TV tambahan di atas mesin, lebih jauh lagi, di (mesin) kiosk layar monitor dan body yang akan berfungsi sebagai jalan iklan kami sehingga menambah aliran pendapatan baru. Di sinilah keahlian DMS dalam teknologi iklan digital berbasis cloud akan menjadi nilai tambah yang bagus untuk bisnis M Cash,” ujar Suryandy.

Kredivo Peroleh Pendanaan Seri B Lebih Dari Rp435 Miliar, Siapkan Ekspansi Regional

Startup fintech yang bergerak di layanan online lending FinAccel (menggunakan nama produk Kredivo) mengumumkan peroleh pendanaan seri B senilai US$30 juta (lebih dari Rp435 miliar) yang dipimpin Square Peg Capital, dengan partisipasi investor baru MDI Ventures dan Atami Capital. Investor sebelumnya, Jungle Ventures, OpenSpace Ventures, GMO Ventures, AlphaJWC, dan 500 Startups juga turut berpartisipasi dalam putaran ini.

Dana segar ini, menurut CEO Kredivo Akshay Garg, akan digunakan untuk membangun layanan baru di luar pinjaman via situs e-commerce, ekspansi regional, dan menambah talenta baru di bidang engineer dan data scientist.

Adapun negara yang akan disasar, menurutnya, masih dalam tahap evaluasi. Tiga negara yang sedang dipelajari di antaranya Thailand, Filipina, dan Singapura. Dalam enam bulan ke depan, FinAccel akan mengumumkan satu negara yang siap disambangi Kredivo sehingga tahun depan Kredivo resmi memiliki dua wilayah operasional.

“Dalam enam bulan ke depan akan kami putuskan satu negara yang akan kami sambangi. Sekarang masih dalam tahap evaluasi,” ujar Akshay, Rabu (25/7).

Dia melanjutkan produk baru yang sedang dikembangkan ini nantinya akan menyasar di luar ekosistem situs e-commerce, seperti pinjaman untuk sekolah, medis, dana darurat, renovasi rumah, dan sebagainya.

Secara terpisah, dalam keterangan resmi Partner Square Peg Capital Tushar Roy mengatakan Kredivo adalah bisnis berkelas institusional dalam seluruh aspek, lewat otomasi berbagai macam elemen pinjaman yang sangat kompleks dan telah dipercaya oleh merchant terbaik di Indonesia. Kredivo memiliki metrik risiko sekelas bank dan sudah menarik utang institusional.

Kredivo disebutkan memiliki tim yang berintegritas dan pengalaman tinggi sehingga termotivasi untuk memecahkan masalah besar untuk pedagang dan konsumen Indonesia, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi keseluruhan.

“Kami sangat bangga untuk mendukung visi tim Kredivo untuk memungkinkan layanan finansial yang lebih baik untuk masyarakat muda Indonesia dan Asia Tenggara,” terang Tushar.

CEO MDI Ventures Nicko Widjaja menambahkan, Kredivo adalah pemimpin pasar di layanan pinjaman konsumen dengan proses credit scoring yang sangat maju di industri ini. Investasi di Kredivo sekaligus menandakan portofolio perdana MDI Ventures di bidang fintech lending.

“Dengan partisipasi kami, kami berharap untuk mendorong lebih banyak segmen yang kurang terlayani dalam pasar ini, di mana kami dapat mengakses berbagai macam sumber kredit yang dapat memakai teknologi Kredivo untuk mempercepat proses pencairan dana,” ucap Nicko.

Pencapaian bisnis dan rencana berikutnya

Akshay melanjutkan perusahaan akan menggiatkan kegiatan pemasaran untuk akuisisi pengguna baru dengan memasang berbagai papan iklan di tempat umum.  Mereka juga menggencarkan beberapa inisiasif kerja sama strategis dengan Telkom Group yang kini tergabung sebagai jaringan investor Kredivo.

“Kami pilih investor strategis yang terkemuka agar ke depannya kami bisa jalin sinergi kerja sama. Akan ada banyak inisiasi baru yang siap kami lakukan bersama Telkom Group, khususnya Telkomsel.”

Dua tahun berdiri, Kredivo telah menjadi metode alternatif untuk pembayaran online dengan kartu kredit digital yang paling banyak diadopsi oleh marketplace di Indonesia. Kredivo diklaim sebagai satu-satunya perusahaan KTA online yang telah menjangkau hampir 10 situs e-commerce terkemuka, termasuk Tokopedia, Shopee, Bukalapak, Lazada, dan lebih dari 200 situs lainnya.

Pertumbuhan bisnis Kredivo secara GMV (Gross Merchandise Value) mencapai 5 lipat lipat, tanpa disebutkan angka detailnya. Perusahaan telah menilai lebih dari dua juta konsumen Indonesia dan membantu pedagang online mendapatkan pendapatan dan retensi pelanggan secara signifikan.

Disebutkan 80% dari transaksi setiap bulannya berasal dari konsumen loyal Kredivo yang jumlahnya lebih dari 500 ribu orang. Adapun rasio kredit macet dijaga di bawah 5% sesuai rata-rata industri keuangan.

Perusahaan memiliki 15 perusahaan sebagai pendana yang berasal dari multifinance dan credit fund. Credit fund tersebut berasal dari Hong Kong dan negara-negara di Asia Tenggara. BFI masih menjadi salah satu pendana eksklusif di Kredivo.

Application Information Will Show Up Here

Kapan dan Bagaimana Mencari Investor

Rasanya kita semua sepakat bahwa pendanaan merupakan salah satu hal terpenting dalam menjalankan perusahaan rintisan. Jika 23% dari penyebab startup gagal adalah karena tim manajemen yang tidak tepat, maka kehabisan dana ternyata memiliki peluang lebih besar dalam menggagalkan startup yakni 29%. Oleh karena itu, apabila Anda sedang atau hendak membangun startup, pastikan Anda memiliki rencana yang matang terkait hal ini.

Pendanaan startup kebanyakan diperoleh dari investor berupa investasi saham. Hal ini disebabkan periode investasi startup kebanyakan memerlukan waktu lama, sehingga kurang cocok apabila menggunakan pendanaan yang bertipe utang. Ditambah lagi, di Indonesia hampir belum ada bank atau lembaga keuangan yang memberikan kredit bagi startup.

Kapan kita harus mulai mencari investor

Banyak yang mengira bahwa untuk memulai startup, kita membutuhkan dana yang besar, sehingga kita perlu mencari investor dari awal ketika kita masih berada di fase ide atau prototipe. Namun, saya kurang sependapat akan hal ini. Di fase tersebut, daya tawar kita kepada investor sangat lemah, sehingga akan sulit mendapatkan investor, dan kalaupun berhasil, startup kita akan dihargai sangat murah.

Pertanyaan terkait hal ini lumayan sering ditanyakan kepada saya dan jawaban saya selalu sama: Sebisa mungkin kembangkan startup hingga memperoleh proof of concept berupa initial traction, yakni terlihat pertumbuhan pengguna startup kita seiring waktu. Jika ini tercapai, kita akan memperoleh posisi tawar yang kuat ketika bernegosiasi dengan investor. Jika tidak atau belum, mungkin perlu kita evaluasi kembali, jangan-jangan startup yang kita kembangkan ini memang perlu diperbaiki kembali, atau bisa jadi memang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar.

Alasan lainnya adalah, untuk sampai kepada tahap initial traction, sebenarnya kita tidak membutuhkan dana terlalu besar. Kita semestinya tidak mengeluarkan terlalu banyak biaya pemasaran karena kita membutuhkan respon organik dari calon pelanggan kita. Startup yang sukses membuat pelanggan datang karena memang mereka tertarik menggunakan produk kita, bukan karena diiming-imingi manfaat tertentu. Oleh karena itu, pengeluaran di tahap ini biasanya cenderung terkait dengan pengembangan produk yang lagi-lagi semestinya tidak terlalu besar karena pada fase ini keluarannya masih berupa produk awal (MVP).

Pendanaan di tahap ide/prototipe

Barangkali di antara pembaca ada yang bertanya, well, meski tidak terlalu banyak, kita tetap memerlukan dana kan? Bagaimana atau ke mana kita mencarinya? Saya coba rangkum ke dalam empat jenis di bawah ini.

1. Dana pribadi (bootstrap)

Jika kita memiliki dana sendiri dan mau menggunakan dana ini untuk startup kita, berarti masalah selesai. Sedikit catatan, pada dasarnya tingkat kemungkinan startup gagal itu tinggi, jadi pastikan untuk hanya menggunakan dana yang tidak mengganggu kehidupan personal kita.

2. Proyek

Hal ini lumayan sering dilakukan oleh para pendiri startup yang memiliki latar belakang IT. Dalam hal ini, kita menawarkan jasa pembuatan aplikasi/sistem IT kepada klien dan keuntungan dari proyek ini kita gunakan untuk merealisasikan ide startup kita. Tantangan dalam hal ini biasanya bagaimana menyeimbangkan sumber daya antara mengerjakan proyek dari klien dan mengembangkan startup kita.

3. Angel investor

Apabila kita memiliki kenalan HNWI, tidak ada salahnya untuk menawarkan kerja sama. Challenge terbesar biasanya karena startup kita masih berupa ide/prototipe, sulit untuk menghitung dengan pasti berapa sebenarnya nilai yang fair akan ide atau prototipe ini.

4. Inkubator

Inkubator teknologi merupakan inisiatif yang beberapa tahun belakangan mulai muncul. Pada dasarnya inkubator memberikan one-stop-solution kepada pendiri startup untuk merealisasikan idenya. Hal ini tentu saja bermanfaat bagi kita terutama apabila kita membutuhkan masukan dari berbagai aspek. Apabila kita ingin masuk inkubator, maka jika memungkinkan, cari testimoni dari startup yang sudah masuk ke dalam inkubator tersebut untuk kroscek manfaat yang diberikan dan persyaratan yang diminta.

Sebagai contoh, apabila inkubator menjanjikan mentorship dengan para tokoh startup terkenal atau sukses, apakah hal tersebut benar-benar dijalankan, paling tidak sesuai yang dijanjikan? Atau jangan-jangan pada kenyataannya startup di dalam inkubator tersebut hampir tidak pernah atau sulit bertemu dengan para mentor?

Mana yang terbaik di antara keempat pilihan tersebut? Saya pikir bergantung kepada masing-masing. Founder yang berpengalaman di bidang IT cenderung memilih proyek, sedangkan founder dengan koneksi HNWI dapat memilih angel investor. Sedikit catatan bahwa apapun yang dipilih, jangan lupa untuk mencari perbandingan agar kita tidak memilih deal yang kurang baik.

Mencari pendanaan setelah memperoleh initial traction

Di sinilah biasanya kita memerlukan pendanaan dalam jumlah yang agak besar untuk mengeskalasi startup kita melalui pemasaran dan pengembangan produk. Pertanyaan selanjutnya, ke mana atau bagaimana kita mencari investor?

Apabila kita ternyata mengenal investor tersebut, entah melalui suatu event atau memang sudah megenal sejak dahulu, maka solusinya mudah: hubungi langsung. Bagaimana jika kita tidak memiliki kenalan investor sama sekali?

Cara terbaik menurut saya adalah melalui referral. Investor biasanya memperoleh banyak sekali proposal pendanaan, dan untuk memvalidasi atau memperkuat keyakinan mereka, investor biasanya mencari pendapat pihak lain. Founder startup yang sudah mereka beri investasi adalah pihak yang sering mereka tanya, sebab founder tersebut setidaknya familiar akan pasar di negara tersebut, dan boleh jadi familiar dengan para founder startup lain.

Oleh karena itu, apabila koneksi ke investor terbatas atau sulit dicari, kita bisa memulai dengan menjalin koneksi dengan para founder startup lain yang sudah memperoleh pendanaan. Datangi seminar yang menghadirkan founder tersebut. Cara lain adalah dengan mengidentifikasi kemungkinan kerjasama antara startup kita dengan startup yang dimiliki founder tersebut untuk memulai komunikasi. Karena jumlah startup yang sudah memperoleh investasi lebih banyak daripada jumlah investor, maka semestinya untuk menjalin koneksi dengan founder ini relatif lebih mudah.

Selain melalui referral, cara lainnya adalah dengan mengikuti event semacam startup dating, perlombaan, dan lain sebagainya. Namun, karena di event semacam ini biasanya diikuti oleh banyak sekali startup, sulit bagi kita untuk mengkomunikasikan startup kita sepenuhnya karena terbatasnya waktu. Oleh karena itu, gunakan event-event semacam ini untuk menimba pengalaman khususnya terkait presentasi/komunikasi, namun apabila kita benar-benar sedang mencari pendanaan, jangan hanya mengandalkan event semacam ini.

Hal yang perlu dipersiapkan sebelum berkomunikasi dengan investor

Memperoleh akses ke investor sebenarnya tidak sulit dibandingkan mempersiapkan hal-hal untuk disampaikan ke investor tersebut. Terkait hal ini, hal yang paling utama adalah memastikan startup kita ini memang memiliki kualitas yang baik.

Pastikan kita familiar dengan parameter industri startup kita, misalnya parameter e-commerce salah satunya adalah jumlah dan nilai transaksi, parameter media online adalah jumlah kunjungan dan pageview, dan semacamnya. Setelah itu, cek bagaimana performa startup kita secara historis dan juga dibandingkan dengan startup lain di pasar. Tentu saja, semakin cepat pertumbuhan startup kita maka semakin menjanjikan startup kita di mata investor. Begitu juga apabila performa startup kita unggul dibandingkan startup sejenis lain.

Secara teknis, ketika bertemu investor, ada tiga hal yang perlu dipersiapkan:

1. Presentasi/proposal/pitch deck

Intinya, ini adalah dokumen yang kita tunjukkan atau presentasikan kepada investor. Banyak sekali contoh presentasi yang bisa kita cari di Internet, sehingga kita bisa memilih yang paling sesuai dengan style kita. Namun, secara umum paling tidak presentasi ini harus memuat hal-hal di bawah ini:

– Masalah yang dihadapi dan bagaimana startup kita memecahkan masalah tersebut (value proposition)

– Potensi pasar, yang meliputi ukuran pasar saat ini dan pertumbuhan ke depannya

– Keunggulan (competitive advantage) startup kita — jangan terlalu banyak karena akan mengaburkan pesan yang ingin kita sampaikan (kebanyakan menganjurkan jumlahnya tiga saja)

– Performa historis startup kita

– Perkiraan kebutuhan dana dan alokasi penggunaan dana tersebut

– Proyeksi pertumbuhan startup ke depan (1–5 tahun)

– Profil founder — paling tidak memuat pendidikan dan pengalaman terkait

2. Proyeksi keuangan

Dokumen ini adalah spreadsheet yang menggambarkan kondisi keuangan startup 1–5 tahun ke depan. Terkait hal ini, ada beberapa tips:

– Buatlah model sedinamis mungkin dengan angka-angka asumsi yang bisa diubah-ubah (tidak hard coded). Dengan demikian, apabila ada asumsi kita yang ternyata salah, dapat cepat kita perbaiki

– Jabarkan parameter startup kita sedetail mungkin, sehingga asumsi yang kita gunakan semakin masuk akal. Sebagai contoh, daripada langsung mengasumsikan pertumbuhan transaksi 10% per bulan, akan lebih baik jika kita membuat model di mana transaksi dipengaruhi oleh jumlah kunjungan dan conversion rate, dan masing-masing kita asumsikan tumbuh 5% per bulan

– Jika memungkinkan, buat beberapa asumsi terkait jumlah dana yang ingin kita peroleh, dikaitkan dengan proyeksi pertumbuhan startup kita. Dengan kata lain, kita membuat beberapa versi pertumbuhan (misalnya kita sebut normal/base case, high growth case, dan worst case).

3. Due diligence

Due diligence pada dasarnya merupakan proses memeriksa keseluruhan perusahaan kita, untuk memastikan bahwa seluruh data yang kita sampaikan benar dan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. Due diligence ini mencakup berbagai aspek, di antaranya IT, bisnis, keuangan dan perpajakan, serta legal. Beberapa yang perlu diperhatikan terkait hal ini:

– Dalam berkomunikasi kepada investor, jangan pernah menyampaikan data yang tidak akurat. Apabila investor bertanya terkait suatu parameter startup dan kita tidak ingat/tidak yakin, lebih baik sampaikan bahwa kita akan segera berikan data parameter tersebut setelah kita kroscek. Jangan mengira-ngira suatu angka karena berisiko apabila ternyata salah.

– Rapikan pencatatan keuangan kita. Tidak perlu sampai harus menggunakan sistem ERP atau semacamnya, tetapi paling tidak, laporan keuangan standard seperti neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas tersedia dalam format bulanan dan tahunan. Begitu juga pastikan pelaporan perpajakan sudah sesuai aturan yang berlaku.

– Pastikan kembali seluruh dokumen legal perusahaan. Apabila ternyata ada izin atau dokumen yang belum dimiliki, maka paling tidak kita harus apply sebelum berkomunikasi dengan investor. Pastikan juga bahwa aset-aset termasuk aset IT bahkan domain startup dimiliki oleh perusahaan (bukan dimiliki oleh founder apalagi pihak lain).

Apa yang perlu diperhatikan dari investor

Selain valuasi startup yang pernah saya sampaikan pada postingan sebelumnya, perhatikan aspek-aspek sebagai berikut:

– Bagaimana kompetensi investor ini di bidang yang startup kita geluti. Semakin besar kompetensi atau pengalamannya maka tentu ini menjadi nilai lebih.

– Bagaimana koneksi investor ini dengan para investor lain khususnya investor yang lebih besar. Hal ini penting karena besar kemungkinan kita tidak mencari pendanaan sekali ini saja. Apabila startup kita tumbuh besar, kita mungkin saja akan mencari pendanaan berikutnya dalam jumlah yang lebih besar. Investor yang memiliki banyak koneksi akan memudahkan pada proses pendanaan berikutnya nantinya.

– Bagaimana keterlibatan investor yang diharapkan oleh kita maupun oleh investor tersebut. Ada investor yang berharap dilibatkan secara detail terkait operasional, ada juga yang tidak ingin terlibat sama sekali. Mana yang paling baik? Berpulang pada diri kita masing-masing. Pendapat pribadi saya, investor yang baik tidak terlalu mencampuri kegiatan operasional perusahaan, namun selalu siap apabila diminta bantuan oleh founder.

– Hal-hal lain yang diharapkan dari investor yang dituangkan di dalam shareholders agreement. Ketika kita memperoleh pendanaan dari investor, biasanya mereka juga meminta hak-hak khusus seperti menerima laporan bulanan, meng-approve pengeluaran besar, dan sebagainya. Sebisa mungkin kita libatkan lawyer untuk memeriksa shareholders agreement supaya kita mengerti akan hal-hal ini dan jika perlu menegosiasikan kepada investor apabila kita memiliki keberatan.

Pada akhirnya, mencari investor ibarat mencari partner hidup. Sekali menjadi investor, maka proses untuk berpisah itu tidak mudah karena investor harus bersedia untuk menjual saham mereka. Oleh karena itu, pastikan kita sendiri merasa yakin bahwa investor ini memang pihak yang tepat untuk mendukung kita dalam jangka panjang.


Disclosure: artikel tamu ini dibuat oleh Muhamad Fajrin Rasyid, Co-Founder dan President Bukalapak. Tulisan aslinya dimuat di Medium dan dipublikasi ulang atas izin penulis.

As of May 2018, VC Investment Exceeds Rp8.22 Trillion

Approaching the mid-year, OJK (Indonesia’s FSA) records the venture capital industry has invested Rp8.22 trillion by May 2018. The number has increased by 14.95% compared to the same period last year with Rp7.15 trillion.

The business portfolio is still dominated by profit sharing scheme with 78%, followed by equity participation with 16.3%, and the rest is the conversion obligation with 5.7%.

Rimawan Yasin, Vice Secretary-General of Indonesia’s Startup and Venture Capital Association (Amyesindo) said the positive performance is a result of the players’ business improvement. A business development also contributes to the good performance, including an intense expansion.

Currently, the profit-sharing scheme is still dominant. Furthermore, the association will keep pushing its members to start redirecting business into equity participation according to its core business.

“It’s not easy to change the mindset, it takes time. As the player’s understanding is important right now,” Yasin said, quoted from Kontan.

By the end of this year, he projected the venture capital business can still increase by two digits. The tax incentive from the government, he added, will take part in improving the business performance.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Mimpi TaniJoy Selesaikan Permasalahan Industri Pertanian Indonesia

Dikomandoi tiga co-founder, Muhamad Nanda Putra, Kukuh Budi Santoso dan Febrian Imanda Effendy, TaniJoy berangkat dengan tujuan untuk menyejahterakan petani. TaniJoy menemukan fakta bahwa permasalahan petani begitu komplit, mulai dari akses pemodalan hingga keterbatasan pilihan untuk menjual hasil pertanian. Dengan bantuan teknologi, TaniJoy berusaha menjadi platform all-in-one memecahkan permasalahan petani dengan solusi yang lengkap.

TaniJoy cukup aktif turun ke lapangan untuk mendengar permasalahan dan kebutuhan dari petani. Mereka menawarkan layanan mereka ke kelompok atau daerah-daerah.  Sejauh ini layanan mereka sudah mencakup wilayah Medan, Bogor, Bandung Barat, Sukabumi, Garut, Dieng, Bromo, hingga Malang.

“Kami memulai kerja sama dengan menawarkan model bisnis dan sistem kami ke local leader daerah tersebut, seperti ketua kelompok tani, kepala desa, tuan tanah, dan lain-lain. Kami menyasar daerah yang memiliki potensi komoditas tertentu namun masih belum tentu produktif, konsep kami adalah berangkat dari kebutuhan pasar sehingga petani tidak lagi kebingungan untuk menjual hasil taninya, lalu melakukan survei dan uji lapang terkait komoditas apa yang cocok di daerah tersebut,”  terang co-founder TaniJoy Muhamad Nanda Putra.

Di lapangan, TaniJoy menemui beberapa hal yang menghambat kegiatan mereka, di antaranya mengenai sulitnya akses internet atau sinyal di daerah dan menemukan petani yang mampu bertanggung jawab.

“Salah satu pengalaman menarik saya adalah ketika ada petani ingin mengajak kerja sama menanam tomat. Ketika itu saya bertindak sebagai investornya dan kesalahan saya saat itu adalah memberikan fresh money langsung ke petani tersebut. Ketika masa panen tiba selalu ada alasan petani bahwa tomatnya busuk, panennya kurang dan lain sebagainya. Sehingga saya tidak pernah merasakan keuntungan dari kerja sama ini,” kisah Nanda.

“Setelah saya selidiki pernah satu musim panen itu bagus tetapi petani tidak transparan kepada saya. Ternyata 50% dari dana yang saya berikan juga dipakai untuk membeli kebutuhan pribadi. Dari sini saya belajar dua hal, yang pertama adalah petani butuh pendampingan dan edukasi, yang kedua adalah ketika bekerja sama dengan petani jangan memberikan fresh money, tapi berikan dalam bentuk barang seperti suplai pertanian. Model ini yang kami terapkan di TaniJoy melalui field manager kami,” kisah Nanda.

Di TaniJoy, selain platform investasi, fitur yang dikembangkan adalah fitur farming management system. Sistem ini disediakan untuk membantu field manager yang bertugas untuk mengumpulkan data di lapangan, aktivitas petani dan perkembangan proyek yang berjalan. Fitur ini diharapkan bisa membantu para investor memantau proyek secara langsung.

TaniJoy menjadi salah satu platform investasi di sektor pertanian yang cukup yakin bahwa sektor pertanian bisa ditolong dengan pendekatan teknologi. Nanda menyebutkan bahwa salah satu harapan mereka adalah bisa menjadi solusi terhadap sistem pertanian di Indonesia.

“Target kami untuk tahun 2018 adalah bertambah 60 Ha lahan yang ditanam dengan memberdayakan lagi 100 pertani tambahan,” tutup Nanda.