Kaskus Berinvestasi Strategis Ke Perusahaan Teknologi Periklanan ProPS

Kaskus, platform social commerce, mengumumkan investasi strategis ke ProPS (PT Promedia Punggawa Satu), perusahaan teknologi periklanan dengan nilai investasi yang tidak disebutkan. Investasi ini bersifat terbatas dan Kaskus menjadi pemegang saham minoritas dan pasif.

CEO ProPS Edi Taslim disebutkan akan bergabung ke dalam GDP Venture, investor pemilik saham mayoritas Kaskus, untuk membantu pengembangan bisnis di Kaskus.

Alasan Kaskus berinvestasi di ProPS karena founding team-nya yang sangat berpengalaman, sehingga produk yang dihasilkan membuat perusahaan berhasil memasarkan produknya dalam waktu singkat. Kehadiran ProPS diharapkan dapat melengkapi teknologi periklanan yang sudah dimiliki Kaskus.

“Inisiatif dan platform data driven advertising yang dikembangkan ProPS berperan penting dalam melengkapi ekosistem periklanan digital. Kami percaya ProPS dapat melengkapi teknologi periklanan yang dimiliki Kaskus,” ucap CEO Kaskus On Lee dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial, Jumat (17/11).

ProPS mengembangkan data management platform dan publisher trading desk. Perusahaan ini didirikan pada Maret 2016 oleh Edi Taslim dan Ilona Juwita.

Misi perusahaan adalam memajukan penerbit dan pengiklan dengan memberdayakan ProPS untuk memahami audience. Memaksimalkan penggunaan 1st, 2nd, dan 3rd party data untuk keperluan rekomendasi audience buying dan selling. Juga rekomendasi konten dan pengalaman produk.

“Sejak awal ProPS berkomitmen untuk mendukung publisher lokal. Jaringan dan pengalaman Kaskus akan memberikan ProPS kesempatan dalam memperkuat layanan teknologi dan pemanfaatan audience data untuk periklanan digital,” pungkas Edi.

Application Information Will Show Up Here

Layanan Penyedia Diskon dan “Cashback” ShopBack Raih Pendanaan Rp338 Miliar yang Dipimpin Credit Saison

ShopBack, startup penyedia jasa diskon dan cashback dari Singapura, meraih pendanaan segar sebesar US$25 juta (sekitar Rp338 miliar) yang dipimpin oleh Credit Saison, perusahaan kartu kredit dan ritel keuangan dari Jepang.

10 investor institusional lainnya yang turut berpartisipasi, termasuk investor baru Blue Sky dan Intouch Holdings, serta investor yang sudah ada, di antaranya SoftBank Ventures Korea, Singtel Innov8, Qualgro, East Ventures, dan AppWorks.

Perolehan dana segar di putaran terbaru ini akan digunakan untuk menggerakkan tiga area pengembangan utama, yaitu memperoleh sumber daya manusia tingkat dunia, meluncurkan fitur produk terbaru, dan membangun kepemimpinan pasar.

Secara total, ShopBack telah mendapat penggalangan senilai hampir mendekati US$40 juta (sekitar Rp540 miliar).

“Model bisnis ShopBack dibangun di atas meledaknya pertumbuhan e-commerce di Asia Pasifik, untuk mendorong nilai nyata bagi para penggunanya dan juga penjualan yang hemat biaya bagi para mitra pedagangnya. Model ini memungkinkan ShopBack memanfaatkan wawasan pengguna dalam kategori belanja untuk mengembangkan solusi belanja cermat, seperti rekomendasi dari kategori belanja lainnya,” ujar Partner Softbank Ventures Korea Sean Lee dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.

ShopBack beroperasi di enam negara, yaitu Singapura, Malaysia, Filipina, Indonesia, Taiwan, dan Thailand.

ShopBack mengklaim sejauh ini telah ada 1.000 transaksi setiap jamnya dan lebih dari 740 ribu transaksi per bulan. Angka penjualan lebih dari 300 juta dolar dengan lebih dari 1.300 mitra yang bergerak di penjualan online, perjalanan, dan gaya hidup.

Perusahaan telah menghimpun lebih dari 3,5 juta pelanggan tersebar di enam negara di Asia Pasifik sejak pertama kali didirikan pada 2014. Sekitar 1,5 juta d iantaranya berasal dari Indonesia.

Dari segi web traffic, secara regional mencapai 5 juta kunjungan (desktop dan mobile) per bulannya hingga Oktober 2017. Sekitar 2 juta kunjungan berasal dari Indonesia. Besarnya kontribusi dari Indonesia menjadikan negara ini pasar utama ShopBack. Total cashback yang diberikan perusahaan untuk pengguna Indonesia mencapai Rp35 miliar.

Country General Manager ShopBack Indonesia Indra Yonathan menambahkan agar tetap relevan dengan kebutuhan pengguna, perusahaan baru-baru ini menambahkan beberapa fitur layanan perbandingan harga, mulai dari perbandingan harga transportasi online, agregasi kupon diskon, dan harga pulsa termurah. Fitur tersebut diharapkan dapat mempermudah pengguna dalam membuat keputusan untuk membeli sesuatu.

Pihaknya percaya bahwa pelokalan yang cepat dan efektif sangat penting bagi pihak yang beroperasi di wilayah yang sudah terbagi seperti Asia Pasifik. Meskipun penawaran layanan intinya tetap sama di berbagai negara, perusahaan tetap mengadopsi strategi produk dan pemasaran yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan pelanggan di pasar dengan lebih baik.

“Kami berusaha keras untuk dapat menjadi satu-satunya portal atau alat bagi masyarakat Indonesia untuk berbelanja dan memenuhi kebutuhan gaya hidup mereka dengan lebih cermat,” terang Indra.

Wavemaker Partners Umumkan Dana Investasi Kedua Khusus Asia Tenggara Senilai Hampir 900 Miliar Rupiah

Perusahaan modal ventura berbasis di Singapura Wavemaker Partners mengumumkan perolehan dana investasi kedua yang khusus diarahkan untuk perusahaan teknologi di Asia Tenggara sebesar US$66 juta (atau sekitar Rp891 miliar). Dana yang diperoleh Wavemakers melebihi ekspetasi awal dari target semula sebesar US$50 juta.

Salah satu perusahaan yang turut berpartisipasi dalam pengumpulan dana ini adalah anggota World Bank, International Financial Corporation (IFC) yang menaruh dananya sebesar US$10 juta.

Pihak IFC menuturkan partisipasinya ini menunjukkan komitmen perusahaan dalam mendukung penetrasi startup pada tahap awal. Sekaligus membentuk ekosistem untuk terus berinovasi dan mendorong pertumbuhan di pasar negara berkembang di Asia.

“Fokus kami di IFC adalah mendukung inovasi, transformasi digital, dan kewirausahaan di negara berkembang di Asia Tenggara. Hal tersebut mendorong kami untuk bermitra dengan perusahaan modal ventura yang fokus untuk pendanaan tahap awal skala regional,” terang Head of Investment Asia IFC Pravan Malhotra, dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.

Selain IFC, turut serta perusahaan modal ventura lainnya dari Thailand yaitu AddVentures. Perusahaan ini adalah bagian dari konglomerat Siam Cement Group (SCG). Partisipasi AddVentures menandakan langkah perdananya berinvestasi di Wavemaker. Perusahaan lainnya yang turut disebut adalah Temasek, perusahaan investasi milik negara berbasis di Singapura.

Managing Partner Wavemaker Partner Paul Santos mengatakan perusahaan menggunakan pendekatan yang berbeda ketika berinvestasi di Asia Tenggara. Hampir 80% investasi yang dilakukan perusahaan tergolong pendanaan tahap awal. Perusahaan juga menekankan portofolio yang dipilih harus dipimpin oleh founder yang cakap dibidangnya.

“Kami telah menempuh perjalanan jauh sejak kami pertama kali memulai di Singapura pada lima tahun lalu. Dalam banyak hal, kami mengalami banyak pengalaman pahit yang sama dialami startup. Kami pun terdorong oleh hasil yang telah dicapai dan respons dari para investor,” kata Paul.

Dengan dana segar yang baru diperoleh ini, Wavemaker telah melakukan investasi lanjutan dengan nominal yang signifikan untuk beberapa perusahaan. Termasuk diantaranya, Coins.ph, sebuah platform layanan keuangan berbasis blockchain; Wavecell, platform komunikasi dengan komputasi awan; dan Zilingo, marketplace fesyen dari Thailand yang kini sudah ekspansi ke Indonesia.

Selanjutnya, Paul memperkirakan setidaknya ada tambahan tiga investasi baru untuk putaran seri B sebelum akhir tahun ini. Dia juga mengatakan beberapa portofolio startup telah mencetak lebih dari US$3 juta untuk pendapatan tahunannya.

Diantaranya, Smove, platform berbagi mobil di Singapura; Ematic, penyedia solusi pemasaran; dan Lynk, platform berbagi pengetahuan dengan para pakar.

Wavemaker juga mengumumkan penambahan portofolio baru, misalnya Structo, solusi pencetakan 3D untuk gigi; dan Silent8, kecerdasarn buatan untuk memberantar praktik pencucian uang.

Trik Terlihat Memesona di Hadapan Calon Angel Investor Menurut Doogether, Kartoo, dan Kokatto

Membangun startup bukanlah perkara mudah. Sebab di sanalah Anda (sebagai founder) akan diuji bagaimana memimpin perusahaan yang baik, membangun budaya kerja, membina tim, hingga manajemen waktu untuk berbagai keputusan yang tepat. Kesulitan ini akan semakin terasa bila Anda sebagai founder belum memiliki banyak pengalaman untuk menanganinya.

Pada saat itulah, Anda memerlukan rekanan yang dapat berjalan bersama pertumbuhan bisnis. Banyak pilihannya, bisa dengan merekrut co-founder atau menggandeng angel investor yang telah berinvestasi. Angel investor tidak hanya bisa ditempatkan sebagai orang yang memberikan suntikan investasi dana saja, lebih dari itu, pengalamannya dapat menjadi investasi ilmu bisnis yang menjanjikan.

Angel investor dapat dianggap sebagai sosok mentor yang membantu Anda untuk mengelola perusahaan dengan wejangan-wejangannya. Selain itu, Anda juga mendapat fasilitas tambahan lainnya berupa bantuan jaringan untuk memperluas relasi perusahaan. Angel investor memiliki peranan penting da;lam hal ini, terlebih saat membangun startup pada tahap awal.

Bahkan disebut-disebut, sebanyak 71% startup yang pendanaannya berangkat dari angel investor berhasil berlanjut ke tahap berikutnya, yaitu modal ventura. Kesempatan untuk bertahan jauh lebih besar dibandingkan dengan startup yang memakai dana sendiri.

Dalam sesi diskusi panel hari kedua IDByte 2017 dibahas khusus tema tersebut, bertajuk “Revealing Things Angel Investors Are Looking for in a Business + The Secret Guide to Working with Angel Investor”. Dihadirkan CEO Kokatto Arsyah Rasyid, CEO dan Co-Founder Doogether Fauzan Gani, CEO dan Co-Founder Kartoo Ardheta Natalegawa, dan Shinta Dhanuwardoyo selaku angel investor dari Angel eQ, serta dimoderatori oleh CEO dan Co-Founder DailySocial Rama Mamuaya.

Kokatto, Doogether, dan Kartoo merupakan startup yang masuk ke dalam portofolio Shinta selaku angel investor. Seluruh pembicara banyak mengungkap hal-hal terkait apa saja yang perlu dilakukan agar dapat terlihat memesona di hadapan calon angel investor. Berikut rangkumannya:

Bangun chemistry

Baik Arsyah Gani maupun Ardheta Natalegawa sepakat bahwa hal utama yang perlu dilakukan agar terlihat memesona adalah membangun chemistry. Menurut mereka, chemistry penting saat membangun kesan pertama.

Dalam hal ini, chemistry tidak hanya untuk kebutuhan bisnis saja tapi juga secara personal. Kombinasi antara keduanya akan menciptakan nuansa yang penting. Chemistry yang baik akan menggiring terjadinya kejujuran.

Founder harus dapat mengutarakan secara jujur apa tujuan yang ingin didapat saat bertemu investor. Bagaimana kondisi keuangan terkini, berapa jumlah uang yang dibutuhkan, dan lain sebagainya.

“Intinya harus jujur dan terbuka dengan kondisi yang sedang dialami founder. Dengan demikian, first impression yang didapat angel investor terhadap founder akan terbangun secara positif. Sebab manfaat terbesar dengan memperoleh angel investor adalah kebebasan mentoring, dibandingkan dengan VC yang terbatas,” kata Arsyah.

Buat model bisnis yang jelas

Sementara itu, Fauzan Gani menuturkan pentingnya membuat model bisnis yang jelas dan terbaik agar dapat menarik atensi angel investor. Meski secara selera, setiap angel investor memiliki preferensi tahapan startup yang berbeda-beda, akan lebih baik bila startup sudah memiliki model bisnis yang jelas.

Sebab di satu sisi akan mempermudah dan mempercepat angel investor dalam menentukan jenis bantuan apa yang dibutuhkan. Bagi founder pun, semakin baik model bisnis yang mereka bangun, mereka tidak perlu bersusah payah meyakinkan angel investor. Investor sendirilah yang akan datang menghampiri mereka.

Punya passion yang berkaitan

Arsyah menambahkan, memiliki passion yang berkaitan dengan startup yang sedang digeluti juga memiliki nilai tambah di hadapan angel investor. Apalagi jika terdapat kesamaan passion antara founder dengan angel investor. Memiliki kesamaan passion, turut membantu founder dalam mempercepat akselerasi bisnis itu sendiri.

“Jika nanti dapat angel investor yang cocok, mereka pasti juga akan sama dengan kita. Penuh passion dan tulus berinvestasi demi kelanjutan bisnis dengan dampak yang lebih besar.”

Pertimbangan Startup Pemula dalam Pendanaan Modal Ventura

Tren pendanaan dalam usaha rintisan menjadi sangat booming saat apa yang disebut dengan startup (digital) berkembang di Indonesia. Sebenarnya bukan saja di Indonesia, tren tersebut juga terjadi secara menyeluruh di Asia Tenggara –mengikuti apa yang sudah ada sebelumnya di barat, khususnya Silicon Valley. Model pendanaan pun semakin beragam, setelah modal ventura, ada juga angel investor, corporate investor, hingga grant khusus yang diberikan oleh pemerintah setempat.

Alasan mendasar untuk startup dalam mengejar pendanaan adalah akselerasi bisnis. Butuh modal tambahan untuk memperkuat anggota tim atau memperlancar pengembangan produk. Namun demikian bagi startup baru kadang perlu mempelajari lebih dalam, apakah sebenarnya startup yang didirikan sudah saatnya mendapatkan pendanaan. Faktanya banyak juga startup pemula atau tahap awal yang sudah didanai akan tetapi berakhir dengan kegagalan –pun dengan di Indonesia.

Khusus untuk pendanaan dari modal ventura, startup tahap awal perlu juga memahami beberapa hal berikut sebelum benar-benar memastikan deal dengan mereka:

Memahami kesepakatan yang akan dijalin

Sudah menjadi rahasia umum, ketika seseorang atau organisasi berinvestasi pada suatu hal, maka ia mengharapkan sebuah pengembalian yang lebih menguntungkan. Ini wajar dalam sebuah bisnis, dan memang demikian jalannya, kerja sama untuk saling menguntungkan. Hal yang perlu diperhatikan di sini lebih ke arah detail untuk setiap kesepakatan yang ditawarkan.

Ketika investasi disuntikkan maka akan ada perhitungan valuasi dan kepemilikan dari bisnis tersebut. Angka-angka itu harus dipahami secara cermat. Termasuk penawaran pembagian keuntungan dari setiap persen investasi yang diberikan. Sehingga bisa dikatakan, dalam proses ini tidak hanya investor yang bertaruh –karena saat startup gagal maka mereka juga yang akan rugi—namun juga startup. Ada baiknya untuk mendapat mentoring sebelum benar-benar mulai fundraising.

Kesuksesan startup adalah yang utama

Sebelum mempertimbangkan pendanaan, penting juga untuk mendiskusikan secara intend bersama anggota tim –khususnya sesama co-founder—tentang apa yang sebenarnya akan dikejar oleh startup bersama bisnisnya. Definisikan dengan pasti milestone yang harus diraih, termasuk alasan mengapa pendanaan tersebut penting.

Pada dasarnya perusahaan modal ventura tidak hanya akan memberikan pendanaan saja, lebih dari itu, mereka akan menawarkan berbagai value added untuk mendorong perkembangan startup itu sendiri. Diskusi tadi penting untuk disampaikan di sini, sehingga bisa saja kompetensi yang belum dimiliki startup untuk meraih sukses, bisa dilengkapi dengan apa yang akan disediakan oleh modal ventura –bisa berupa kesempatan dihubungkan dengan rekanan bisnis atau penempatan ahli dalam board advisory.

Menyiapkan strategi peningkatan secara tepat

Salah satu implikasi dari permodalan bagi startup biasanya terkait likuiditas. Akuisisi atau IPO menjadi pilihan yang sering ditawarkan ketika menjadi well-funded, terlebih oleh modal ventura. Trennya masa pendanaan berkisar 7-10 tahun, tiga tahun pertama akan didedikasikan pada optimasi dana untuk kegiatan operasional dan produksi.

Tujuan pemodal ventura pun pasti ke arah sana, saat startup bisa exit maka akan memberikan keuntungan yang bergelimang, terlebih saat dalam keadaan bertumbuh. Untuk itu strategi peningkatan skala bisnis harus juga diperhitungkan, untuk mengoptimalkan pendanaan modal ventura. Karena ketika exit, yang diuntungkan pun juga founder. Sementara skala bisnis dan pertumbuhannya menjadi ukuran mendasar untuk mencapai sana.

East Ventures Siapkan Dana Investasi Baru 400 Miliar Rupiah untuk Startup Asia Tenggara

Perusahaan modal ventura East Ventures mengumumkan pengumpulan dana investasi baru sebesar US$30 juta (hampir 400 miliar Rupiah) untuk startup di Asia Tenggara. Pengumuman ini menjadi komitmen berkelanjutan yang ditunjukkan perusahaan dalam menciptakan peluang bagi pengusaha digital muda dalam membangun perusahaan yang berkelanjutan.

Dana ini merupakan perolehan yang keenam sejak East Ventures dikelola Willson Cuaca, Batara Eto, dan Taiga Matsuyama. Tahapan suntikan investasi akan tetap ditempatkan untuk pendanaan tahap awal (seed) hingga seri A.

Perusahaan juga tetap mengarahkan fokus suntikan untuk startup Indonesia demi mendukung ekosistem digital di seluruh Asia Tenggara. Sejauh ini, East Ventures telah berinvestasi untuk perusahaan di Indonesia, Singapura, Jepang, Malaysia, dan Thailand.

East Ventures bisa dibilang sebagai salah satu investor yang paling aktif di Indonesia. Terlihat dari kontribusinya terhadap 192 transaksi atau sekitar 50% dari total transaksi investasi.

Data internal perusahaan menyebutkan lebih dari 70% perusahaan startup Indonesia menerima pendanaan Seri A dan seri di atasnya didukung East Ventures. Kemudian, sebanyak 116 perusahaan yang telah didanai memiliki tingkat kelangsungan hidup sebesar 83%.

Dari 96 perusahaan yang aktif, mayoritas di antaranya telah mengikuti putaran investasi Seri A ke atas. East Ventures juga menjadi pemegang saham di tiga perusahaan dari lima unicorn di Asia Tenggara, yaitu Traveloka, Tokopedia, dan Loket (sekarang Go-Jek).

Perusahaan lainnya, juga terhitung sebagai portofolio dari East Ventures mulai dari Shopback, Orami, Valuklik, MokaPOS, Ruangguru, IDN Times, EV Hive, Julo Finance, Cicil, Omise, Cermati, 99.co, Sociolla, dan Ralali.

Tahun ini, East Ventures juga turut terlibat dalam pendanaan yang signifikan untuk investasi senilai US$1,1 miliar yang dipimpin Alibaba ke Tokopedia. Kemudian investasi oleh Expedia untuk US$500 juta ke Traveloka, akuisisi Kudo oleh Grab, akuisisi Loket oleh Go-Jek, dan salah satu initial coin offering (ICO) terbesar di Asia Tenggara oleh Omise.

Gambaran Umum Program Akselerator Startup Global 2016

Gust, platform penghubung pengusaha dengan investor, baru-baru ini merilis hasil penelitiannya seputar lanskap akselerasi global dalam “Global Accelerator Report 2016”. Ada beberapa fakta yang dipaparkan dalam laporan ini, salah satunya total nilai investasi yang mencapai lebih dari $206 juta kepada 11305 startup melalui 579 program akselerator di 68 negara.

Dalam riset ini, Gust melakukan survei terhadap 1456 organisasi, dengan 579 di antaranya adalah akselerator yang memenuhi standar seperti definisi oleh Miller and Bound (2011). Temuan Gust juga mengemukakan bahwa ada kenaikan jumlah startup secara global di tahun 2016, tepatnya meningkat 27,9 persen dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan dipimpin oleh kawasan Eropa dengan jumlah startup tertinggi.

Kategori Financial Technology (Fintech), Internet of Things (IoT), Big Data Analysis, dan Software as a Service (SaaS) masih menjadi yang paling populer baik dalam program akselerator ataupun investasi startup. Trennya bahkan masih sangat kental sampai tahun 2017 ini. Tercatat juga 178 startup yang berhasil exit selama tahun 2016 lalu.

Gambar 1 - ABC

Akselerator di wilayah Asia Pasifik

Untuk wilayah Asia Pasifik, Gust mencatat total investasi mencapai lebih dari $15,5 juta, diinvestasi kepada 1368 startup dari 76 program akselerator. MaGIC Global Accelerator Program menjadi salah satu yang paling produktif berinvestasi di wilayah ini. Sayangnya dalam laporan kali ini tidak ada highlight spesifik tentang kondisi di Indonesia atau Asia Tenggara.

[Baca juga: Daftar Program Inkubator dan Akselerator Startup Indonesia]

Terkait program akselerator ada sebuah data menarik, yakni tentang keterlibatan akselerator dalam kepemilikan ekuitas startup. Sebanyak 59,4 persen akselerator mengambil ekuitas di startup, namun hanya 32,7 persen yang berniat menghasilkan pendapatan dari sana. Sementara 90,4 persen akselerator berencana menghasilkan uang melalui sumber pendapatan alternatif.

Gambar 2 - ABC

Di tahun 2016, model akselerasi startup juga terus berkembang. Empat tren utama dapat diidentifikasi dalam survei ini di antaranya hubungan akselerator dan korporasi yang kian terjalin, vertikalisasi segmen bisnis, fokus ekspansi, dan peleburan garis batas antara elemen pendukung startup.

Berikut adalah 10 program akselerator paling aktif di tahun 2016 lalu menurut catatan Gust. Hanya satu yang berlokasi di Asia Tenggara, yaitu MaGIC (Malaysia) yang mengakselerasi 140 startup melalui program Global Accelerator Program (GAP) sepanjang tahun 2016.

Gambar 3 - ABC

Pandangan Pengguna Bitcoin di Indonesia (Update)

Bitcoin banyak diperbincangkan akhir-akhir ini. Menjadi salah satu alat transaksi digital yang cukup revolusioner. Beberapa kini bahkan memanfaatkannya sebagai investasi, di tengah nilainya yang begitu fluktuatif—cenderung terus meningkat. Baru-baru ini, Luno (sebelumnya dikenal dengan nama BitX) sebagai penyedia platform jual, beli, kirim, terima, dan simpan Bitcoin di Indonesia, merilis sebuah haris survei tentang pandangan masyarakat Indonesia terhadap penggunaan Bitcoin.

Pertama ialah terkait dengan kepercayaan atas penggunaan Bitcoin. Sebagai instrumen investasi kepercayaan masyarakat cenderung mulai lebih percaya dengan mata uang digital ini. Dari 10 ribu responden survei, 47,9 persen di antaranya mengaku percaya Bitcoin efektif dan menjanjikan untuk dijadikan sebagai investasi. Pun demikian dengan pemanfaatan Bitcoin sebagai alat pembayaran, sebanyak 44,2 persen dari responden percaya untuk melakukan transaksi melalui Bitcoin, 36,2 persen masih ragu-ragu, dan sisanya 19,6 persen masih belum sepenuhnya percaya.

Gambar 1

Dalam survei juga diajukan pertanyaan terkait pilihan antara investasi emas atau Bitcoin. Sebanyak 46,6 persen dari responden lebih memilih berinvestasi pada Bitcoin, sebanyak 12,9 persen lebih percaya emas, dan sisanya netral. Angka yang cukup menarik, menunjukkan literasi digital yang mulai matang dan kebutuhan akan investasi yang lebih mudah dipantau, dikontrol dan didapatkan.

“Popularitas Bitcoin meroket dalam satu tahun terakhir baik dalam konteks global maupun di Indonesia. Kini kita dapat melihat banyak pemberitaan positif di media, seperti berita ketika Jepang melegalkan Bitcoin sebagai mata uang, negara-negara dan regulator yang mulai membahas mengenai aturan yang sesuai untuk industri Bitcoin, serta pertumbuhan industri Bitcoin secara keseluruhan – total nilai aset mata uang digital secara global telah tumbuh dari $20 miliar pada awal tahun 2017 menjadi sekitar $150 miliar sekarang,” ujar Claristy, Country Analyst Luno

Claristy melanjutkan, “Di Indonesia khususnya, kita melihat tingginya antusiasme terhadap Bitcoin. Selalu ada pelanggan baru yang daftar setiap hari untuk membeli Bitcoin setelah membaca tentang Bitcoin di media dan mendengar dari teman-teman mereka. Tentunya ada tantangan seperti edukasi, regulasi, dan sebagainya, namun sejauh ini trennya mengarah ke arah positif.”

Selanjutnya terkait dengan mengapa sebagian dari masyarakat mulai mempertimbangkan untuk membeli Bitcoin. Dari survei disebutkan, bahwa alasan finansial cenderung lebih dominan, yakni seputar kebutuhan investasi dan spekulasi kenaikan harga. Terkait dengan layanan yang menjembatani pengguna untuk bertransaksi dengan Bitcoin sendiri di Indonesia sudah cukup beragam. Selain dukungan Luno, layanan digital wallet seperti Doku juga telah memudahkan akses transfer pembelian Bitcoin.

Bahkan baru-baru ini dikabarkan bahwa perusahaan di jaringan konglomerasi Tahir di Indonesia tengah bersiap untuk menerima transaksi dengan Bitcoin di lini bisnisnya. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan terhadap Bitcoin semakin meningkat.

Gambar 2

Bicoin sendiri bukan satu-satunya cryptocurrency yang saat ini bisa digunakan, ada beberapa sistem lain yang juga menyajikan produk sejenis. Namun dari hasil survei dikemukakan bahwa Bitcoin tetap yang paling populer di antara lainnya. Hal ini sejalan dengan keyakinan responden, 47,9 persen meyakini di akhir tahun nanti nilai konversi Bitcoin dapat mencapai 60 juta.

Gambar 3

“Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh komunitas dan industri Bitcoin di Indonesia adalah tidak adanya regulasi yang jelas. Seperti yang Anda lihat di survei yang kami lakukan, lebih dari 88% responden akan membeli lebih banyak Bitcoin jika pemerintah (dalam konteks ini, Bank Indonesia) membuat regulasi penggunaan Bitcoin di Indonesia. Tapi seperti halnya industri baru, hal ini lumrah terjadi. Regulator harus berhati-hati dalam membuat keputusan, dan kami selalu terbuka untuk bekerja sama dan berdiskusi mengenai industri Bitcoin secara menyeluruh,” pungkas Claristy.

––

Disclaimer: Tulisan ini hanya bersifat informatif, sehingga segala pilihan investasi yang diambil setelah membaca tulisan ini berada di luar tanggung jawab penulis.

Jika Anda tertarik untuk investasi Bitcoin, Anda dapat membaca artikel tiga cara mudah beli Bitcoin. Namun, pastikan Anda telah membaca dan memahami risiko Bitcoin sebelum melakukan investasi tersebut.

Update: Penambahan pernyataan tanggapan dari Luno seputar tren dan tantangan adopsi Bitcoin saat ini.

Tahap Pendanaan dan Peranannya dalam Roda Bisnis Startup

Pendanaan saat ini menjadi hal yang sangat umum dibutuhkan startup untuk akselerasi. Dengan banyaknya dana yang didapat membuat startup menjadi produktif dan berkembang pesat. Bagi startup pendanaan dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal, seperti untuk hasil dari menyewa kantor yang lebih luas, membayar pekerja, serta menyiapkan dana untuk kampanye pemasaran, dan sebagainya.

Pendanaan sebagai investasi startup sendiri sebenarnya dapat didefinisikan lebih luas. Biasanya terbagi menjadi dua hal:

  1. Anda bisa mendapatkan pendanaan dari hasil tabungan Anda atau keluarga. Istilah ini biasa digunakan startup sebagai bootstrapping, yaitu menggunakan dana pribadi untuk tahap awal kelangsungan startup.
  2. Dengan mencari atau pitching ke investor sebagai bagian dari usaha investasi startup untuk mendapatkan dana dengan pembagian kepemilikan dalam startup yang Anda jalani.

Itulah mengapa startup membutuhkan pendanaan untuk bertahan dari tahap investasi. Namun, lebih beruntung lagi di era sekarang ini, banyak investor baik asing maupun lokal yang berani investasi pada startup.

Akses dan pitching ke investor pun tidak sesulit dulu, berkat kesuksesan para Founder hebat dari startup lokal. Maka dari itu, investor akhirnya melihat potensial startup di Indonesia sebagai target investasi.

Jika ingin mencari investor untuk pendanaan, ada baiknya Anda memahami beberapa stage dalam mendapatkan investasi ini:

Pre-Seed Funding

Pendanaan tahap awal ini menjadi angin segar bagi para founder startup. Namun, cara tersebut bukan dengan gegabah untuk bertemu investor skala besar. Ada cara lain yang bisa dilakukan startup dengan berkenalan dengan pihak angel investor, yang biasa tidak memiliki dana besar, tapi setidaknya mampu membiayai keperluan Anda di tahap awal.

Seed Funding

Melalui tahap ini lah kisaran dana investor bisa menyokong dana berkisar antara USD500 – 1 juta. Namun, pada putaran ini investor lebih memperhatikan startup yang Anda bentuk sesuai harapan. Beberapa startup di antaranya masih berada dalam seed funding adalah Taralite, KitaBisa, Kakoa Chocolate.

Adapun angel investor yang berada di tahapan ini, yaitu Cyber agen Venture, Fenox, East Venture, GEPI, ANGIN.

Pendanaan seri A sampai seri berikutnya

Tahap berikutnya dalam pendanaan startup setelah seed funding adalah pendanaan seri A. Startup ini pada umumnya sudah memiliki beberapa produk yang matang dan mendapat banyak klien, namun masih membutuhkan inovasi untuk terus growth. Kunci kesuksesan dalam tahap seri A ini adalah menemukan VC yang tepat, melihat dan mencari partner yang sesuai.

Setelah lanjutan dari pendanaan serieA, pada tahap seri B startup biasanya  sudah berumur 2-4 tahun dengan keuangan perusahaan akan diaudit oleh auditor publik sebelum dana masuk oleh investor untuk mengetahui kondisi riil kas startup.

Sehingga pada tahap seri C ini, startup sudah memasuki tahap dewasa. Umumnya dana funding ini digunakan untuk ekspansi produk dan membuka cabang secara nasional atau internasional.

Beberapa startup di Indonesia yang sudah mencapai pendanaan tersebut misalnya aCommerce, HappyFresh, YessBoss, eFishery, Jualo, Fabelio, HijUp.

IPO

IPO (Initial Public Offering) adalah tahap akhir “pendanaan” startup oleh investor, perusahaan Anda akan go public dan dijual sahamnya di pasar terbuka. Dengan adanya ini, startup Anda memiliki tahap yang paling lama untuk mendapat pendanaan. Biasanya, 5-10 tahun sebelum akhirnya startup memberanikan diri untuk IPO.

Dari pendanaan tahap akhir ini, startup yang akan melantai di bursa efek Indonesia, yaitu PT Mcash Integrasi (MCI) dan Kioson.

Beberapa Tipe Investor yang Perlu Dihindari Startup dalam Mengembangkan Bisnis

Tujuan utama investasi, selain untuk mendorong akselerasi startup, juga membangun hubungan antara investor dengan pebisnis sebagai bentuk kerja sama yang menguntungkan. Hal yang berkaitan ini menjadi kunci keberhasilan dunia bisnis. Pengusaha membutuhkan investor untuk meningkatkan pendanaan di sektor infrastruktur, dengan investor yang mengapresiasi dengan bentuk dukungan finansial dan bimbingan terhadap perusahaan rintisan tersebut.

Sebagai pendiri perusahaan sejatinya harus lebih mengenal jenis investor yang akan menaungi bisnisnya, agar tidak terjadi hal buruk pada bisnisnya kelak. Sehingga perusahaan dapat berkembang dengan merangkul investor terpercaya menjalin hubungan yang harmonis.

Namun, di era globalisasi yang sudah maju ini, ternyata masih menyisakan pilu terhadap ekspektasi perusahaan menghasilkan hubungan yang baik dengan investor dengan kendala yang tidak sesuai harapan. Adapun karakter investor yang segera dihindari pebisnis, antara lain:

Berniat memegang kendali bisnis sepenuhnya

Sebelum melakukan investasi para investor harus mengetahui dampak/risiko yang ditanggung dalam melakukan penanaman modal pada perusahaan. Namun, saat ini perusahaan masih dihadirkan oleh investasi yang mencari kesempatan saat bisnis mengalami kesulitan.

Awalnya investor ini berperilaku baik sebagai teman dekat Anda. Namun, begitu bisnis mengalami penurunan kualitas, mereka malah membuat klausa perjanjian sebagai pemegang kendali bisnis Anda.

Padahal, investor seharusnya menjadi roda perkembangan bisnis yang membantu mencapai kemajuan bisnis. Bukan dengan karakter investor seperti ini, mengambil alih bisnis melalui perjanjian yang menjebak.

Investor “predator”

Dari namanya sudah isyaratkan kurang baik, untuk  investor yang memberikan dampak buruk pada perkembangan bisnis Anda. Padahal sebelum menjalin kerja sama ada pembahasan yang saling menguntungkan bagi keduanya, ternyata berbalik merugikan perusahaan dengan menanggung kerugian investor.

Faktor ini harus segera di meminimalkan atau pun dijauhi oleh para pebisnis selaku penyedia wadah investor. Sehingga kejadian seperti ini yang terkait dengan dana, menjadi peringatan sendiri bagi investor predator dalam menanggung kerugiannya.

Memberi harapan tanpa kepastian

Hadirnya investor dalam usaha bisnis, sesungguhnya memiliki maksud dan tujuan yang jelas mengapa mereka investasi. Namun, sangat berbeda dengan investor yang cenderung muncul dengan banyak alasan pertanyaan yang kurang jelas arahnya. Mereka datang sekedar mengetahui prospek bisnis Anda, namun tidak satu pun arah kesepakatan dalam pembicaraan tersebut.

Perantara investor

Saat ini sangat banyak orang atau investor jadi-jadian di sekitar para pengusaha bisnis atau startup. Mereka akan sangat pintar menjadi pengacara maupun seorang akuntan, yang pada akhirnya membuat Anda mempercayai sebuah perjanjian pembayaran untuk ditandatangani sebelum bertemu investor sesungguhnya.

Perantara ini memang sering berguna untuk mengantarkan Anda pada investor besar yang menjanjikan. Akan tetapi, sebagai pengusaha baru tetap waspada mengantisipasi datangnya investor sejati atau hanya pura-pura.