Ritase Announces Series A Funding Worth of 120 Billion Rupiah

Management logistics startup for trucks, Ritase announced the Series A funding worth $8.5 million (more than Rp120 billion) led by Golden Gate Ventures. New investors include Jafco Asia and QWC, followed by previous investors Insignia Ventures, Beenext, and Skystar Capital.

Fresh money will be used to tighten up Ritase position in Indonesia, while debuting in the Southeast Asian market.

Ritase‘s CEO, Iman Kusnadi said on this funding, the company is committed to empowering more local logistics on its platform through supply chain finance. Also, greater access to affordable spare parts and trucks through Group Buy features.

“Sustainable and platform improvement are their continuous plan for that will be eventually become a channel to introduce semi-autonomous trucks in Southeast Asia,” he said in an official statement.

Golden Gate Ventures Partner, Hall Justin explained his interest in funding Ritase. For him, when the Indonesian economy grows, a digitalized logistics infrastructure is necessary to meet the couriers and truck drivers demand.

“Ritase will be the cornerstone of digital logistics infrastructure in Indonesia and we are glad to work with Iman [Ritase’s CEO] and his team,” Justin said.

In a previous interview with DailySocial, Iman said this funding will be used to build an R&D office for the autonomous trucking technology development. The Japanese truck manufacturer partner will be involved to realize this ambition.

The business growth is said to be rapid since its debut two years ago. The company is said to facilitate hundreds of deliveries each month using more than 7,500 trucks, 500 transporters, and 7 thousand driver-partners connected to the Ritase app.

A number of company partners who have been using Ritase include Nestle, Unilever, Universal Ribena Corporation (URC), Japfa, Signify, and Lotte. For Nestle, Ritase partnered to fulfill the FMCG industry demand, such as transparency for senders and couriers, digital order processing management, cargo planning, and route optimization.

Ritase provides an open API platform and cloud-based software that allows the sender to access the real-time information from the truck marketplace and the delivery flow.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Ritase Umumkan Perolehan Pendanaan Seri A 120 Miliar Rupiah

Startup manajemen logistik khusus truk Ritase mengumumkan perolehan pendanaan Seri A senilai $8,5 juta (lebih dari Rp120 miliar) yang dipimpin Golden Gate Ventures. Investor baru yang turut bergabung di antaranya Jafco Asia dan QWC, diikuti investor sebelumnya Insignia Ventures, Beenext and Skystar Capital.

Dana segar tersebut akan digunakan memperkuat dominasi Ritase di Indonesia, sekaligus memulai debutnya di pasar Asia Tenggara.

CEO Ritase Iman Kusnadi menjelaskan, lewat pendanaan ini perusahaan berkomitmen untuk memberdayakan lebih banyak pengangkut lokal di platform-nya melalui pembiayaan rantai pasokan. Juga, aksesibilitas yang lebih besar ke suku cadang dan truk yang terjangkau melalui fitur Group Buy.

“Pertumbuhan berkelanjutan dan penyempurnaan platform adalah rencana yang terus Ritase lakukan sehingga akhirnya menjadi channel yang memperkenalkan truk semi-otonom di Asia Tenggara,” katanya dalam keterangan resmi.

Partner Golden Gate Ventures Hall Justin menjelaskan, ketertarikannya untuk mendanai Ritase. Menurutnya, ketika ekonomi Indonesia terus tumbuh, perlu infrastruktur logistik yang sudah terdigitalkan untuk memenuhi permintaan yang berkembang untuk pengirim dan pengemudi truk.

“Ritase akan menjadi landasan infrastruktur logistik digital di Indonesia dan kami merasa terhormat untuk bekerja sama dengan Iman [CEO Ritase] beserta timnya,” kata Justin.

Sebelumnya, dalam wawancara bersama DailySocial, Iman menyebut pendanaan ini juga akan dipakai untuk membangun kantor R&D untuk pengembangan teknologi autonomous trucking. Mitra pabrikan truk asal Jepang akan digandeng untuk mewujudkan ambisi tersebut.

Perkembangan bisnis Ritase bisa dikatakan pesat sejak pertama kali meluncur dua tahun lalu. Diklaim perusahaan telah memfasilitasi ratusan pengiriman tiap bulannya dengan lebih dari 7.500 armada truk, 500 transporter, dan 7 ribu mitra pengemudi yang telah terhubung dengan aplikasi Ritase.

Beberapa nama mitra perusahaan yang telah memanfaatkan Ritase diantaranya Nestle, Unilever, Universal Ribena Corporation (URC), Japfa, Signify, dan Lotte. Untuk Nestle, Ritase menjadi mitra teknologi untuk memenuhi kebutuhan di industri FMCG, seperti transparansi kepada pengirim dan pengangkut, manajemen pemrosesan pesanan digital, perencanaan muatan, dan optimalisasi rute.

Ritase menyediakan platform API terbuka dan perangkat lunak berbasis cloud yang memungkinkan pengirim untuk menikmati akses informasi real time dari marketplace truk dan arus barangnya.

Application Information Will Show Up Here

Rencana Ekspansi “Smart Locker” Paxel Tahun Ini, Targetkan Tersedia di 20 Kota

Direktur Utama Paxel Zaldy Ilham Masita punya mimpi suatu hari nanti setiap orang dapat menikmati biaya pengiriman yang sama di setiap jengkal wilayah Indonesia. Kedengarannya mustahil mengingat geografis Indonesia dipetakan oleh ribuan pulau.

Akan tetapi, Zaldy melalui perusahaan logistik Paxel yang dirintisnya bersama Bryant Christanto, telah memulai langkah tersebut dengan merevolusi model bisnis yang selama ini dianggap konvensional karena menggabungkan bisnis logistik dengan teknologi.

Paxel adalah startup logistik berbasis aplikasi yang mengunggulkan layanan same day delivery dengan tarif flat. Layanannya hadir dalam beberapa model pengiriman, tetapi saat ini baru tersedia pemesanan via aplikasi yang akan diantarkan mitra kurir ke feeder Paxel terdekat.

Perusahaan mengusung sistem pengiriman estafet dengan memanfaatkan big data, algoritma AI, dan loker pintar (smart locker) yang berfungsi sebagai hub untuk sorting barang.

Loker tersebut berbentuk screenless dan dilengkapi akses QR Code bagi mitra kurir yang ingin menaruh barang. Di dalamnya terdapat mini sorting location berbasis AI yang mana akan memproses sorting berdasarkan kota tujuan, misal Bekasi.

Ditemui di Editor Luncheon, Rabu (3/7), Zaldy mengungkap optimismenya dengan model bisnis baru ini. Menurutnya, revolusi bisnis logistik harus dilakukan untuk membangkitkan kembali gairah di industri ini untuk beberapa tahun ke depan.

“E-commerce memang menyelamatkan bisnis logistik tapi tidak bisa sustain jika e-commerce dan logistik terus-terusan subsidi ongkos kirim. Kita perlu terobosan model bisnis baru karena model yang sudah ada tidak dirancang untuk same day delivery. Jangan sampai bisnis logistik dalam negeri tidak dapat menikmati keuntungan dari pesatnya bisnis e-commerce Indonesia,” papar Zaldy.

Kita tahu tantangan terbesar di industri logistik adalah mahalnya biaya logistik. Kemenhub mencatat biaya logistik di Indonesia mencapai 25 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu, e-commerce yang menjadi motor penggerak logistik kebanyakan marketplace yang hub-nya terdesentralisasi.

Ketersediaan lebih banyak smart locker yang tersebar di Indonesia menjadi kunci untuk menjalankan model bisnis baru ini. Menurut Zaldy, smart locker dapat mengurangi biaya logistik tanpa mengorbankan service level.

Targetnya, ia ingin menghadirkan setidaknya satu smart locker untuk setiap kode pos wilayah. Saat ini smart locker baru ada di 150 titik di Jawa dan Bali, dengan 67 buah berada di Jakarta. Saat ini total mitra kurir Paxel telah meningkat menjadi 1.500.

“Sampai tahun ini, kami ingin ekspansi lagi jumlahnya menjadi 500 titik di seluruh Indonesia. Ini sejalan dengan ekspansi layanan kami di delapan kota tambahan di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi sehingga targetnya tahun ini Paxel tersedia di 20 kota,” ungkapnya.

Melalui ekspansi smart locker di sejumlah wilayah Indonesia, ungkapnya, Paxel menargetkan dapat mengomersialisasikan fitur layanan locker-to-locker tahun depan. Dengan fitur ini, pengguna dapat mengirim barang dengan menaruhnya di loker, dan penerima barang dapat mengambilnya sendiri.

Pengembangan algoritma dan produksi lokal

Sebelumnya smart locker Paxel dimanufaktur oleh mitra asal Hong Kong, yakni Pokpobox. Zaldy mengungkap kini smart locker Paxel telah dirakit tiga perusahaan manufaktur lokal. Pokpobox hanya memproduksi motherbroad-nya. Biaya produksi satu smart locker berkisar Rp50 juta.

Terkait kemampuan sorting, ia mengaku pengembangan algoritma smart locker terus ditingkatkan oleh tim Paxel untuk meminimalisasi kesalahan. Jika ini terjadi, kesalahan sorting akan terdeteksi langsung di sistem Paxel.

Smart locker itu berbasis QR Code, begitu scan langsung ketahuan lokasi tujuannya. Tentu kami tune up terus algoritmanya untuk menekan kemungkinan salah sorting. Kurir juga kami edukasi karena di awal baru 10 persen yang bisa pakai ini.” Pungkasnya.

Melihat Penerapan Blockchain dan Face Recognition di Ritel Modern Milik JD.com

Salah satu layanan yang menjadi andalan dari raksasa ritel JD.com adalah menyediakan bahan makanan segar kepada konsumen di Tiongkok. Pengiriman bahan makanan segar ini sudah dilakukan sejak tahun 2012. Melihat besarnya permintaan dan potensi, perusahaan kemudian memutuskan untuk menjalankan divisi bahan makanan segar secara independen.

JD.com kemudian mendirikan 7Fresh, sebuah supermarket premium khusus produk bahan makan segar, baik dari supplier lokal atau asing. Supermarket tersebut juga dilengkapi dengan teknologi terkini, misalnya memanfaatkan blockchain untuk memberikan ulasan histori produk.

DailySocial bersama dengan awak media asal Indonesia lainnya mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi 7Fresh yang terletak di kota Beijing, Tiongkok, beberapa waktu yang lalu.

Kombinasi produk segar dan penerapan teknologi

Suasana khas supermarket biasa memang tampak terasa ketika kami memasuki 7Fresh. Namun setelah dilihat lebih dalam, terpampang beragam produk bahan segar yang didatangkan dari 50 kawasan di Tiongkok. Terdapat juga beberapa produk yang diimpor dari berbagai negara. Bukan hanya untuk kebutuhan individu, 7Fresh juga menyuplai kebutuhan restoran yang tersebar di Beijing dan sekitarnya.

Sesuai dengan komitmen mereka mengantarkan barang dengan cepat, 7Fresh menjamin semua barang yang dibeli secara online melalui aplikasi JD.com dikirimkan hanya dalam waktu 30 menit saja di kawasan Beijing dan sekitarnya.

7Fresh menyematkan blockchain dalam bentuk tampilan layar di beberapa sudut rak. Hanya dengan mesin pemindai (scanner), pengunjung bisa mengetahui histori produk mulai dari awal di petani hingga tiba di toko.

Terkait dengan teknologi ini, JD.com menjalin kerja sama strategis dengan beberapa mitra untuk bisa mengimplementasikan tracking system. Semua informasi tersebut juga bisa diakses oleh pembeli melalui aplikasi.

Jika ada perubahan harga, sistem secara otomatis akan melakukan pembaruan. Sehingga saat barang dipindah, semua informasi yang muncul dipastikan aktual. Untuk pembayaran 7Fresh juga menyediakan pilihan non-tunai yang terintegrasi langsung dengan akun WeChat dan platform lainnya.

Memanfaatkan teknologi facial recognition

XMart manfaatkan facial recognition
XMart manfaatkan facial recognition

Toko ritel milik JD.com lainnya yang secara keseluruhan memanfaatkan teknologi adalah XMart. Toko yang lokasinya terletak di kantor pusat JD.com ini, dimanfaatkan oleh pegawai untuk membeli makanan dan minuman hingga kebutuhan sehari-hari.

Keunikan toko ini adalah pembeli tidak perlu melakukan pembayaran di kasir khusus. Semua barang yang dibeli terekam secara langsung oleh kamera yang tersebar di atap toko, kemudian akan mendeteksi apa saja produk yang dibeli dengan memanfaatkan sensor khusus.

Saat proses check-out, sensor akan mendeteksi langsung akun pengguna hanya dengan mengenali wajah dari pembeli tersebut. Teknologi facial recognition diterapkan oleh JD.com ke dalam toko XMart.

Investasi JD.com dalam penelitian dan pengembangan sumber daya tidak hanya meningkatkan operasinya, tapi diyakini berpotensi berkontribusi pada evolusi e-commerce untuk secara menyeluruh. Untuk mendukung kegiatan pengembangan, JD.com juga gencar merekrut profesional AI.

Application Information Will Show Up Here

Tokopedia Perkenalkan Layanan “Fulfillment” TokoCabang

Tokopedia memperkenalkan layanan fulfillment TokoCabang untuk permudah merchant menjangkau konsumen tanpa harus buka gudang sendiri. Layanan ini sekaligus menunjukkan komitmen perusahaan yang kini ingin menjadi platform IaaS.

Dalam wawancara sebelumnya bersama DailySocial, Head of Fulfillment Tokopedia Erwin Dwi Saputra menerangkan gudang pintar (TokoCabang) ini bisa dimanfaatkan para penjual untuk menaruh persediaan produk di wilayah-wilayah di mana tingkat permintaannya cenderung tinggi.

Pembeli di wilayah tersebut pada akhirnya bisa mendapatkan kebutuhannya dengan lebih efisien karena ongkos kirim yang lebih murah dan waktu pengiriman lebih singkat.

“Inovasi seperti ini diharapkan bisa membawa solusi nyata bagi ekosistem perdagangan online, mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di Indonesia,” kata Erwin.

Perusahaan sudah mulai menghadirkan gudang-gudang pintar ini di beberapa kota di Indonesia sebagai langkah awal dan inisiatif tersebut akan diumumkan secara resmi dalam waktu dekat.

“Inovasi-inovasi di atas kami percaya akan menjadi lompatan berikutnya, yang dapat mengakselerasi pencapaian misi kami untuk pemerataan ekonomi secara digital di Indonesia.”

Model bisnis TokoCabang

Erwin tidak menjelaskan di mana saja lokasi TokoCabang. Menurut informasi resmi di situs, layanan ini dijalankan oleh mitra yang ditunjuk perusahaan, yakni PT Bintang Digital Internasional.

Partner ini akan bertanggung jawab untuk seluruh proses fulfillment, mulai dari pengelolaan pesanan, pembalasan chat dan diskusi produk, pergudangan, pengemasan, hingga pengiriman produk melalui agen logistik last mile ke pembeli.

TokoCabang tidak bisa digunakan merchant untuk menyimpan produk yang dilarang diperdagangkan Tokopedia, makanan dan minuman segar, produk yang sudah kadaluarsa, dimensi melebihi 40cm x 28cm x 28cm, dan produk aerosol.

Merchant yang bisa memanfaatkan TokoCabang ini minimum memiliki reputasi Gold 1 atau Official Store. Beberapa nama merchant yang telah bergabung adalah Audio Technica, EMPO, Jabra, Pioneer, dan Ria Miranda.

Ketika merchant telah terpilih, mereka dapat menempatkan stok produk ke lokasi fulfillment yang dituju. Ada dua komponen biaya yang dikenakan merchant apabila ingin memanfaatkan TokoCabang, yakni handling fee sebesar Rp3.000 per item untuk produk terjual yang dilayani dan storage fee sebesar Rp2.000 per item setiap bulan untuk produk yang tersimpan di gudang lebih dari 60 hari.

Diklaim biaya tersebut lebih efisien ketimbang merchant harus membuka cabang atau gudang sendiri, memperhatikan biaya pekerja, biaya pengemasan, dan beban gudang.

Application Information Will Show Up Here

ASSA Rent Perkenalkan Unit Usaha Logistik “Last Mile” Anteraja

ASSA Rent (PT Adi Sarana Armada) memperkenalkan unit usaha teranyarnya yang bergerak di bidang logistik last mile Anteraja Peresmian perusahaan sudah dilakukan sejak Februari 2019 dan sebulan kemudian soft launch dengan pilot project layanan di Tokopedia.

CEO ASSA Prodjo Sunarjanto menerangkan, perusahaan sudah didirikan sejak Agustus 2018 berbentuk perusahaan patungan bersama layanan logistik asal Tiongkok SF Express dan PT Semangat Bambu Runcing yang sahamnya dimiliki oleh salah satu pemegang saham di layanan e-commerce terbesar di Indonesia. ASSA menjadi pemegang saham mayoritas sebesar 55%, SF Express 20%, dan Semangat Bambu Runcing 25%.

Prodjo menegaskan Tokopedia tidak bergabung sebagai pemegang saham di Anteraja, sekaligus mengoreksi pemberitaan DealStreetAsia yang menyebutkan Tokopedia memiliiki saham 25% di Anteraja. PT Semangat Bambu Runcing disebut sebagai investasi pribadi co-founder sebuah perusahaan e-commerce ternama.

Kepada DailySocial, VP of Corporate Communications Tokopedia Nuraini Razak menyampaikan perusahaan tidak berkomentar atas rumor pasar terkait pendirian Anteraja ini.

Tahun ini Tokopedia bakal lebih fokus mengembangkan IaaS (Infrastructure-as-a-Platform), bermitra dengan sejumlah pemain smart warehouse dan logistik.

Anteraja nantinya bukan cuma untuk serving Tokopedia saja, tapi open juga untuk melayani [e-commerce] yang lain dan online retail trading,” terang Prodjo kepada DailySocial.

Menurutnya, pertimbangan ASSA untuk ikut terjun ke layanan logistik karena perdagangan ritel dunia sudah berubah menjadi ekonomi digital. Layanan e-commerce dan perdagangan via sosial media meningkat secara eksponensial. Hal itu perlu didukung oleh pengantaran last mile, pick up, dan fulfillment yang harus mengikuti perkembangan teknologi.

Perseroan ikut mengambil peluang tersebut karena sudah didukung oleh cabang, divisi logistik transporter dan pelanggan yang sudah tersebar secara nasional. Anteraja bisa memanfaatkan seluruh jaringan tersebut.

“Teknologinya memanfaatkan keunggulan SF Express yang telah berpengalaman dan proven sebagai perusahaan teknologi yang berkaitan dengan logistik dan last mile. Mereka sudah one step ahead dari pemain lainnya yang memanfaatkan algoritma untuk menentukan density market.”

SF Express disebutkan mampu mengelola sumber daya kurir dengan teknologi dan pemetaan, sehingga utilisasi dan routing menjadi efisien dan efektif untuk mengantisipasi dinamika pergerakan pasar. Dukungan tersebut diharapkan bisa membuat Anteraja lebih cepat memperdalam penetrasi pasarnya di Indonesia. Terlebih pemain last mile sudah ramai hadir dengan segala solusi yang ditawarkan.

Menurut situsnya, Anteraja memiliki layanan regular dan next day. Untuk pengiriman regular, barang akan sampai dalam kurun waktu 1-2 hari. Sedangkan untuk next day lebih cepat, hanya 1 hari. Ada dua moda kendaraan yang tersedia, roda empat dan roda dua.

Sementara ini, Anteraja baru tersedia di Tokopedia. Ketika konsumen memilih Anteraja, kurir akan mengambil pesanan tersebut dari merchant, lalu mengantarkan ke gudang untuk proses internal. Berikutnya baru diantarkan oleh kurir ke end user. Cakupan layanan baru menjangkau seluruh Jakarta.

Bukalapak Gaet Platform Logistik “Last Mile” Paxel, Layani Pengiriman “Same Day Delivery” Antar Kota Antar Provinsi

Bukalapak mengumumkan kerja sama dengan startup logistik “last mile” Paxel untuk melayani pengiriman same day delivery antar kota antar provinsi. Kerja sama ini masih bersifat eksklusif tersedia di Bukalapak.

Co-Founder dan President Bukalapak Fajrin Rasyid menjelaskan, selama ini pengiriman same day terbatas untuk dalam kota dan baru dilayani pemain on demand, seperti Go-Send dan GrabExpress.

Menurut Bukalapak, ada sejumlah tantangan di bidang logistik yang masih mereka hadapi, seperti pengiriman belum diterima, status paket yang dikembalikan, alamat tidak lengkap, barang hilang atau rusak, dan bermasalah dengan resi.

“Para pelanggan Bukalapak membutuhkan jasa logistik yang dapat diandalkan sebagai solusi terhadap tantangan pengiriman barang yang mereka hadapi selama ini. Kami selalu mencari solusi inovatif untuk memperbaiki ekosistem pengiriman barang,” terangnya, Jumat (3/5).

Menurut laporan McKinsey, pada tahun 2022, Indonesia akan mengirimkan 1,6 miliar paket per tahun. Angka ini lebih banyak dari total pengiriman paket dalam sejarah. Selain itu, mengutip dari laporan PwC pada Global Consumer Insight Survey 2018, sebanyak 41% responden rela membayar lebih untuk mendapatkan layanan same day delivery. Melihat kebutuhan tersebut, Bukalapak berkomitmen menghadirkan solusi pengiriman yang mengutamakan kualitas dan kecepatan.

Co-Founder Paxel Zaldy Ilham Masita menambahkan, selama lima tahun terakhir perkembangan e-commerce tumbuh dengan pesat namun belum diimbangi oleh industri logistik. Kemudian, pada dua tahun terakhir muncul kebutuhan dari konsumen yang menginginkan pengiriman same day. Hal ini menjadi suatu tren baru dan menginspirasi untuk berdirinya Paxel.

“Paxel menggabungkan algoritma dan teknologi, people dan process sehingga barang bisa tiba di hari yang sama dengan harga flat. Alhasil kami memberikan metode pengiriman paling efisien dan produktif yang sama sekali berbeda dengan yang dilakukan perusahaan logistik selama ini,” kata Zaldy.

Dia melanjutkan, pengiriman same day ini bisa menjadi peluang untuk para merchant dalam mengembangkan pasarnya bisa dijangkau lebih banyak konsumen. Dari hasil survei internal yang dilakukan perusahaan, diungkapkan bahwa same day delivery bisa memberikan ROI (return of investment) hingga 4 kali lipat.

Pasalnya, mereka bisa menerima pencairan uang yang lebih cepat dari sebelumnya harus menunggu 3-4 hari sampai barang diterima konsumen. Dana tersebut dapat mereka putar untuk pengembangan usahanya lagi.

“Bakal ada kecenderungan konsumen akan jadi repeat consumer karena puas ketika barang lebih cepat sampai dari yang mereka prediksi,” tambah Fajrin.

Para pelanggan Bukalapak dapat menikmati layanan pengiriman oleh Paxel di hari yang sama dalam rentang waktu 8 jam untuk dalam kota dan 10-15 jam untuk antar kota. Layanan ini tersedia untuk wilayah Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo, Malang, Surabaya, dan Denpasar.

Paxel memanfaatkan moda transportasi pesawat atau kereta api untuk melayani pengiriman same day antar provinsi yang dikombinasikan dengan model bisnis Paxel yakni estafet, memanfaatkan smart locker untuk saling terhubung dengan antar kurir.

Saat ini Paxel memiliki 1.400 armada kurir yang tersebar di Jawa dan Bali, dengan 100 smart locker yang baru tersedia di Jakarta. Bukalapak menjadi mitra e-commerce pertama Paxel. Selama ini perusahaan kebanyakan bekerja sama dengan merchant social commerce yang berjualan di akun Instagram atau media sosial lainnya.

Basis pengguna Paxel diklaim mencapai sebanyak 200 ribu merchant. Volume pengiriman Paxel tumbuh 30% per bulannya sejak pertama kali rilis di awal 2018. Pengiriman barang baru tersedia untuk volume paket kecil dan sedang dengan maksimal berat 5 kg.

Zaldy menyebut perusahaan akan berekspansi layanan ke Medan dan Makassar pada tahun ini. Kemitraan dengan Bukalapak akan dibawa ke tahap lanjut, memanfaatkan warung mitra Bukalapak sebagai titik drop atau locker.

“Apabila nanti bisa memanfaatkan warung mitra Bukalapak tentunya harga pengiriman bisa ditekan, sehingga pengiriman same day bisa dinikmati semua orang,” pungkas Zaldy.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Triplogic Amankan Pendanaan dari East Ventures

Triplogic, startup logistik on-demand dalam kota dan antar kota, mengumumkan telah berhasil mengamankan pendanaan tahap awal dari East Vetures. Tidak disebutkan nominal yang didapatkan. Hanya saja Triplogic akan memanfaatkannya untuk memperbanyak mitra dan terus menjangkau lebih banyak kota.

Triplogic didirikan oleh Oki Earlivan, Rowdy Fatha, dan Krisna Diarini. Saat ini layanan mereka menyediakan pengiriman last mile dan distribusi agensi untuk klien, ritel, UKM, hingga korporasi. Salah satu bentuk pengiriman yang ditawarkan adalah pengiriman instan. Menjanjikan barang bisa sampai ketempat tujuan dalam kurun waktu 3 jam dengan cara membangun titik pengiriman pada lokasi UKM dan toko lokal yang berbentuk loker dan boks pintar.

Triplogic bukanlah perusahaan logistik biasa yang hanya melakukan pengiriman paket. Kami adalah perusahaan logistik yang menyediakan solusi lengkap dari hulu ke hilir, mulai dari logistik, pengiriman paket, pengemasan dan distribusi untuk UKM. Sebagai perusahaan logistics as a service (LAAS), kami terus berfokus menciptakan ekosistem rantai pasokan yang kuat,” terang CEO Triplogic Oki Earlivan.

Triplogic juga cukup optimis dengan apa yang telah mereka lakukan. Mereka mengklaim telah berhasil melayani ribuan pengiriman per hari dengan pertimbuhan nilai transaksi GMV hingga 34 kali lipat.

Triplogic

Rencananya dana segar yang didapat akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas produk dan teknologi. Termasuk juga memperluas jaringan logistik dengan menggandeng lebih banyak mitra UKM sebagai titik pengiriman barang. Sejauh ini Triplogic sudah bermitra dengan 1.600 UKM dan beroperasi di 61 kota di seluruh Indonesia, termasuk kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan Palembang. Di tahun 2019 ini mereka menargetkan untuk menambah lebih dari 15.000 drop shipping point.

Partner East Ventures Melisa Irene menjelaskan bahwa sejauh ini East Ventures telah berinvestasi di sejumlah perusahaan yang bergerak dalam industri perdagangan dan rantai pasokan, dan ekosistem yang dibangun pun terus berkembang. Bergabungnya Triplogic dalam ekosistem tersebut akan melengkapi ekosistem rantai pasokan yang sudah ada.

“Semua platform e-commerce yang kami beri investasi memberikan nilai tambah karena pelanggan semakin mudah mendapatkan produk yang mereka inginkan, sehingga menciptakan pengalaman online ke offline yang mulus; contoh terbaru adalah Fore Coffee. Kami menyadari bahwa Triplogic, sebagai pemain logistik last mile, cocok untuk melengkapi ekosistem rantai pasokan kami selama ini,” terang Melisa.

Application Information Will Show Up Here

Kantongi Pendanaan Baru, Platform Logistik TheLorry Siap Jangkau Lebih Banyak Kota di Indonesia

Platform logistik asal Malaysia TheLorry berhasil mengamankan pendanaan Seri B dengan nilai investasi sebesar $5,85 juta (83 miliar Rupiah). Dengan suntikan dana segar ini, TheLorry akan untuk menguatkan operasi mereka di Malaysia, Singapura, Thailand, dan Indonesia.

Pendanaan kali ini dipimpin FirstFloor Capital dan diikuti oleh PNB-INSPiRE Ethical Fund I, Cradle Seed Ventures, Axiata Digital Innovation Fund, dan SPH Ventures. Yang terakhir juga terlibat dalam putaraan pendanaan seri sebelumnya.

“Ada banyak value dalam karier truk dan mengemudi truk yang belum dilihat dan dihargai banyak orang. Kami ingin menjadi agen perubahan dalam mengangkat status dan pendapatan pengemudi truk dan truk di wilayah ini [Asia Tenggara],” terang Executive Director TheLorry Nadhir Ashafiq seperti dikutip dari e27.

TheLorry pertama kali diperkenalkan pada tahun 2014 dan masuk ke Indonesia pada tahun 2018 kemarin. Sejauh ini TheLorry Indonesia sudah bekerja sama dengan beberapa partner untuk memberikan layanan logistik, beberapa partner TheLorry Indonesia antara lain Shopee, Ninja Express, Asmaraku, dan lainnya.

Head Of Business Development TheLorry Indonesia Rendi Ferdiansyah kepada DailySocial menyebutkan, saat ini mereka sudah memiliki 1.000 mitra armada terdaftar di Indonesia. Angka ini akan terus bertambah sejalan dengan rencana TheLorry untuk hadir di lebih banyak kota di Indonesia.

TheLorry Indonesia sudah hadir sejak Juni 2018 yang lalu, bahkan saat ini sudah memberikan servis di lima kota besar di Indonesia yaitu Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Bali. Pendanaan terbaru ini akan kita gunakan untuk meningkatkan brand awareness kita di seluruh masyarakat Indonesia serta rencana untuk ekspansi di kota-kota besar lainnya di pulau Jawa,” terang Rendi ketika dimintai keterangan rencana selanjutnya TheLorry Indonesia selepas pendanaan.

Rendi lebih jauh menjelaskan, sebelum menentukan kota selanjutnya untuk ekspansi bisnisnya TheLorry Indonesia akan lebih dulu melakukan riset di kota-kota besar yang memiliki kebutuhan logistik yang tinggi.

Application Information Will Show Up Here

Jubelio Berencana Ekspansi Bisnis ke Singapura dan Vietnam Tahun Ini

Startup penyedia platform omni-channel Jubelio tengah menjajaki peluang bisnis di luar negeri. Startup yang berdiri di 2016 tersebut berencana untuk ekspansi ke Singapura dan Vietnam pada tahun ini.

Co-founder Jubelio Andra Yusuf mengatakan rencana ekspansi ini sejalan dengan adanya kebutuhan omni-channel di kedua negara tersebut. Ia mengungkap sudah ada mitra lokal di negara setempat yang mengajak kerja sama ekspansi.

“Ke depannya kami ingin Jubelio ada di setiap negara [yang butuh solusi omni-channel]. Kami ingin menjadi salah satu pemain besar di Asia Tenggara,” tutur Andra kepada DailySocial.

Untuk saat ini Jubelio belum bisa menyebutkan nama perusahaan yang akan menjadi mitra resminya di negara-negara tersebut. “Kami belum tahu kapan resmi masuk, yang pasti kami akan ekpansi di salah satu negara itu tahun ini,” ucapnya.

Sebagaimana diketahui, sejumlah merchant dan pelaku usaha ritel di Indonesia sudah mulai mengadopsi omni channel. Konsep ini sendiri diprediksi menjadi masa depan e-commerce dan ritel karena memiliki banyak kanal penjualan terintegrasi.

Jubelio merupakan salah satu pemain di Indonesia dalam penyediaan platform yang memudahkan pelaku usaha mengelola produk dan transaksi dari berbagai marketplace dalam satu dasbor.

Saat ini, Jubelio memiliki bisnis utama Software Omni-channel Management berbasis cloud yang mengintegrasikan Sales Channel (offline atau online), Inventory Management, Order Management (WMS), Point of Sale (POS), penyedia logistik, Loyalty Reward System, dan Sistem Akunting Terpadu dalam satu platform.

Masuk ke bisnis analisis data

Selain bisnis di atas, perusahaan juga menjajaki peluang bisnis baru, yaitu analisis data. Ini merupakan salah satu strategi “hard selling” perusahaan setelah fokus melakukan pengembangan produk sejak awal berdiri hingga pertengahan tahun lalu.

Andra menjelaskan fitur analisis data akan memudahkan para pebisnis retail untuk mengetahui segala informasi terkait produknya, mulai dari kapan produk harus diperbanyak, jenis produk terjual, dan perencanaan marketing sesuai kategori (berdasarkan bulan, minggu, kota, gender).

“Fitur analisis data ini akan diolah berdasarkan data penjualan mereka sendiri di Jubelio. Kami akan mengandalkan kecerdasan buatan (AI) dalam pengolahan data,” ujarnya.

Hingga per Februari 2019, Jubelio telah mengantongi 2000 pendaftar, dengan pengguna aktif mencapai 700. Tahun ini, Jubelio membidik 10.000 pengguna aktif. Jubelio juga akan ekspansif menambah jumlah SDM, terutama dari divisi teknologi produk.