Setelah Palembang, UangTeman Kini Layani Masyarakat Lampung

Platform p2p lending UangTeman resmikan ekspansi bisnisnya di Lampung pada awal bulan ini. Kehadirannya di Lampung, melengkapi layanan UangTeman yang kini sudah tersebar di Jabodetabek, Jogja, Magelang, Solo, Klaten, Bandung, Surabaya, Semarang, Bali, dan Palembang dengan total nasabah yang sudah terlayani sebanyak 6 ribu orang.

Deputy of CEO UangTeman Rio Quiserto mengatakan ekspansi ini dilakukan karena tingginya permintaan masyarakat Lampung terhadap kebutuhan pinjaman uang secara online. Hal ini terlihat dari laporan yang dikutip dari Google Analytics, menyatakan secara rerata tiap bulannya sekitar 1.000 orang Lampung mengunjungi situs UangTeman.

“Tingginya angka itu menunjukkan permintaan masyarakat yang disertai tingkat kepercayaan kepada kami yang terus bertambah. Kami juga menangkap momentum ini, banyak masyarakat membutuhkan modal usaha demi persiapan rumah tangga menjelang bulan Ramadan,” ucap Rio keterangan resmi yang diterima DailySocial.

CEO dan Founder UangTeman Aidil Zulkifli mengklaim sebelum pihaknya meresmikan ekspansi ini, sudah ada 1.000 aplikasi permohonan yang berasal dari Lampung masuk ke dalam sistem perusahaan. Hanya saja, pihaknya harus menolak seluruh aplikasi tersebut lantaran perusahaan belum meresmikan layanannya di sana.

“Selama dua tahun kami berdiri di Indonesia, dari Lampung sudah ada sekitar 1.000 aplikasi pinjaman yang masuk ke sistem kami namun harus ditolak karena belum dapat dilayani,” terangnya.

Ditargetkan penyaluran pinjaman yang dikontribusikan dari Lampung sampai akhir tahun ini sebesar Rp5 miliar atau 5% terhadap total penyaluran yang dibidik perusahaan Rp100 miliar.

Terkait ekspansi ini, Kepala OJK Lampung Untung Nugroho mengatakan kehadiran UangTeman di Lampung dapat mendorong pertumbuhan UKM yang selama ini kesulitan memperoleh akses pendanaan ke lembaga keuangan.

“Kami senang dengan hadirnya UangTeman di Lampung. Ini sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi masyarakat. Memang UKM di Lampung sudah terfasilitasi oleh bank, namun masih sulit memperolah akses karena memerlukan jaminan. UangTeman tentu dapat memudahkan UKM dan membantu regulator dalam mempercepat inklusi dan literasi keuangan di Indonesia,” ujar Untung.

Realisasi Visi Startup Fintech Taralite melalui Pengembangan Algoritma Analisis Pengguna

Salah satu kategori bisnis fintech paling bergema di lanskap digital tanah air adalah peer-to-peer lending. Dengan ragam spesifikasi layanan yang disajikan, bisnis ini memberikan solusi terpadu untuk peminjaman dana. Jika dilihat demografinya saat ini, antara satu pemain dengan pemain lainnya yang pekat membedakan adalah segmentasi pasar dituju. Dari beberapa layanan peer-to-peer lending yang kian eksis saat ini ada Taralite.

Taralite didirikan sejak tahun 2015 lalu, fokusnya memberikan pinjaman modal kepada segmen pedagang online yang umumnya tidak dapat difasilitasi oleh perbankan. Para merchant dari online marketplace C2C seperti Tokopedia, Lazada hingga penyedia jasa Travel yang menjadi bagian dari OTA seperti AiryRooms menjadi sasaran Taralite. Strategi ini nyatanya berjalan lancar, terbukti hingga saat ini lebih dari 1000 peminjam telah terjaring platform Taralite.

Keyakinan itu juga yang melandasi konglomerasi fintech asal Jepang SBI Group. Beberapa waktu lalu pihaknya menggelontorkan pendanaan kepada Taralite senilai $6,3 juta (atau senilai Rp 84 miliar rupiah).

Menjadi the next Capital One versi Indonesia

Pendanaan dari SBI Group tersebut akan difokuskan Taralite untuk mengembangkan tim Research & Development dengan tujuan mengembangkan algoritma pintar untuk menjadi one stop shop platform layanan peminjaman biaya modal.

“Yang dimaksud dengan R&D mengembangkan algoritma internal perusahaan yang bertujuan untuk menganalisis kredit. Alogirtma ini penting untuk dikembangkan supaya memberi hasil terbaik. Salah satu keuntungan algoritma yang akurat kita bisa kasih pinjaman dengan bunga yang lebih murah, karena yang gagal membayar jadi lebih sedikit. Algoritma yang akan dikembangkan menjadi penyempurnaan dari otomatisasi analisis kredit yang sudah dimiliki Taralite,” jelas CEO Taralite Abraham Viktor kepada DailySocial.

Alogoritma tersebut menjadi krusial bagi Taralite jika melihat pangsa pasar dan visi bisnis yang ditargetkan. Pihaknya menginginkan menjadi seperti Capital One di Amerika. Capital One beberapa dekade lalu mengeluarkan produk kartu kredit untuk golongan “sub-prime” –yakni kategori kalangan masyarakat yang sulit mendapatkan akses layanan perbankan seperti kartu kredit, biasanya bank menolak karena faktor kepercayaan dll.

Cara yang dilakukan Capital One tersebut menjadi inspirasi Taralite untuk pengembangan layanannya, menargetkan kepada kalangan “sub-prime” (atau Taralite sering menyebutnya under-served) yang membutuhkan pinjaman modal.

“Kami melakukan apa yang Capital One dan Ant Financials lakukan beberapa tahun yang lalu. Mereka berkomitmen untuk melayani segmen yang kurang terlayani dan tumbuh kuat dari sana. Mereka berkembang dari hanya satu penawaran produk ke dalam one stop shop untuk pelanggan yang mereka layani. Kami ingin mengikuti jejak mereka dan fokus untuk melayani segmen yang kurang terlayani di Indonesia,” sambut Viktor.

Terkait dengan regulasi, Viktor menyampaikan bahwa saat ini Taralite sedang dalam proses pendaftaran izin ke pihak terkait, dalam hal ini OJK. Peraturan untuk peer-to-peer lending sendiri juga sudah diterbitkan pemerintah sejak tahun Desember 2016 lalu.

“Terkait dengan regulasi pemerintah saat ini sudah memiliki aturan, artinya secara hukum sudah mengizinkan permain-permain seperti kita (peer-to-peer lending), dan saat ini kami sedang dalam proses untuk apply-nya,” pungkas Viktor.

Modalku Lakukan Ekspansi ke Surabaya

Startup digital penyedia layanan peer-to-peer lending Modalku hari ini mengumumkan ekspansinya ke Surabaya. Sebelumnya salah satu pionir startup fintech ini telah mengukuhkan kegiatan operasinya di wilayah Jabodetabek dan Bandung. Dari data yang kami dapatkan, Modalku telah menyalurkan sekurangnya Rp154 miliar kepada 275 UKM di Indonesia.

Terkait dengan ekspansinya ke Surabaya, Co-Founder & COO Modalku Iwan Kurniawan mengungkapkan, “Kami melihat potensi besar di Surabaya. Menurut data terakhir Kemenkop saja, jumlah UMKM Indonesia sudah lebih dari 56 juta. Surabaya adalah kota terbesar nomor dua di Indonesia dan pasar UKM setempat sedang berkembang pesat. Namun, masih banyak UKM lokal yang sulit berkembang karena kurang modal usaha.”

Modalku terlihat sangat ambisius untuk mencapai targetnya. Pasalnya ekspansinya ke Bandung dilakukan kurang lebih 4 bulan yang lalu, bersamaan dengan rilis aplikasi Modalku versi Android. Untuk berekspansi, Modalku membuat kantor perwakilan di wilayah setempat, karena perlu adanya tim yang didedikasikan untuk mendukung proses peminjaman modal di wilayah setempat.

Sebelumnya strategi kemitraan juga telah dilakukan oleh Modalku. Dijalin bersama Indosat Ooredoo, platform Modalku memberikan pengguna Indosat akses yang lebih luas terhadap produk keuangan berbasis teknologi digital. Kemitraan lain juga dijalin bersama Sinar Mas

“UKM merupakan tulang punggung ekonomi negara. Mereka menyumbang 60.3% dari pendapatan negara dan memperkerjakan 97% dari tenaga kerja nasional. Namun sayangnya kebutuhan modal usaha UKM sering kurang cocok dengan produk pinjaman yang ditawarkan institusi keuangan konvensional. Dengan ekspansi Modalku ke Surabaya, kami berharap dapat meneruskan visi kami memberdayakan UKM lokal serta ikut memberikan dampak positif bagi ekonomi Indonesia,” tambah Iwan.

Modalku menyediakan layanan peer-to-peer lending berbasis teknologi finansial, UKM berpotensi dan pencari investasi alternatif dipertemukan lewat pasar digital. Dengan mendanai pinjaman yang dibutuhkan UKM Indonesia untuk berkembang, pemberi pinjaman Modalku mendapatkan alternatif investasi dengan tingkat pengembalian tertentu. Di sisi lain, UKM peminjam mendapatkan pinjaman modal usaha tanpa agunan dengan tenor jangka pendek dan proses online yang mudah dan cepat.

Rencana ekspansi Modalku tidak berhenti sampai di sini saja. Disampaikan bahwa ke depan Modalku akan terus melebarkan jangkauan kantor perwakilan di kota-kota lain di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Rayakan Usia Kedua, Layanan Pinjaman Online UangTeman Siap Ekspansi ke 15 Kota

Layanan pinjaman online UangTeman mengumumkan rencana ekspansinya ke 15 kota baru di seluruh Indonesia untuk merealisasikan target penyaluran pinjaman sebesar Rp100 miliar pada tahun ini.

Untuk merealisasikan targetnya tersebut, sejauh ini UangTeman telah berekspansi ke beberapa wilayah, di antaranya Jabodetabek, Jogja, Magelang, Solo, Klaten, Bandung, Surabaya, Semarang, dan Bali. UangTeman kini mulai merambah ke Sumatera. Kota pertama yang dipilih adalah Palembang, menyusul kemudian Jambi dan Lampung.

Pihak UangTeman mengatakan tingginya jumlah aplikasi pinjaman yang masuk dari Palembang selama dua tahun terakhir menjadi faktor pertimbangan bagi perusahaan untuk membuka akses ini. Untuk kota tersebut, ditargetkan kontribusi jumlah pinjaman yang tersalurkan dapat mencapai Rp5 miliar atau 5% dari total target.

“Sebelum UangTeman buka akses di Palembang, ada ribuan aplikasi masuk dari sana. Di samping itu, pengembangan usaha mikro di Palembang cukup besar karena termasuk salah satu pendapatan yang tinggi. Bersamaan dengan ulang tahun UangTeman yang kedua, akhirnya kami putuskan untuk melayani masyarakat di kota ini,” ucap Deputi CEO UangTeman Rio Quiserto dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.

Kinerja UangTeman

Hingga kuartal pertama 2017, UangTeman mengklaim telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp20 miliar, tumbuh 100% secara year-on-year (YoY) dengan tingkat kredit macet di bawah 3%. Kenaikan tersebut dikarenakan pengembangan inovasi teknologi yang dilakukan secara berkesinambungan, membuat pengajuan aplikasi pinjaman jadi lebih mudah.

“Dari 2015 ke 2016, jumlah nasabah kami tumbuh 300%. Hal ini berdampak pada total penyaluran pinjaman yang naik hingga empat kali lipat sebesar Rp35 miliar. Masyarakat dapat memperoleh pinjaman tanpa jaminan dan tatap muka karena semua prosesnya online, bisa akses lewat situs atau aplikasi di smartphone,” ujar CEO & Founder UangTeman Aidil Zulkifli.

Aidil melanjutkan, “Kami optimis, UangTeman tidak hanya menjadi primadona bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga mampu berkontribusi bagi pertumbuhan inklusi keuangan yang berdampak pada tumbuhnya perekonomian bangsa.”

Application Information Will Show Up Here

Sediakan Pinjaman Khusus Penjual, Crowdo Gaet MatahariMall Untuk Program “Super Loan”

Crowdo, platform penyedia p2p lending asal Singapura, mengumumkan kemitraan dengan pemain e-commerce MatahariMall untuk program “Super Loan”. Diharapkan kemitraan ini dapat memperluas akses pembiayaan modal kerja skala besar untuk para merchant yang telah tergabung dalam jaringan Lippo Group tersebut.

Diklaim saat ini MatahariMall telah memiliki 8 ribu merchant UKM dengan akses yang sangat terbatas untuk melakukan pinjaman ke bank. Lewat program “Super Loan”, merchant MatahariMall dapat mengajukan pinjaman untuk keperluan modal kerja dengan besaran antara Rp50 juta sampai Rp200 juta, dengan bunga 1%-3% per bulan dan tenor di mulai dari 1 sampai 12 bulan.

Untuk mengajukan aplikasi, merchant diharuskan sudah menjadi penjual aktif di MatahariMall minimum enam bulan dan sudah berbentuk badan usaha. Dokumen yang dibutuhkan, mulai dari data dan foto pribadi, serta data legalitas usaha.

“Kemitraan ini sejalan dengan misi kami untuk membantu UKM terbaik di Indonesia agar mereka bisa mengakses pembiayaan dari investor lokal tetapi juga global. [..] Sekaligus, memperkuat kehadiran Crowdo dengan menyediakan pinjaman bisnis di pelosok negeri mulai hari ini. [..],” ucap General Manager Crowdo Indonesia Cally Alexandra dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.

Head of Partnership & Communication Alvin Aulia Akbar menambahkan, “[..] Kami percaya dengan memaksimalkan penggunaan teknologi, UKM dapat mempercepat peningkatan kontribusi positif mereka termasuk penggunaan fintech untuk kemudahan akses kredit. [..] Lewat kerja sama ini, kami berharap dapat berkontribusi pada pertumbuhan UKM [..].”

Saat ini Crowdo telah membiayai lebih dari 2.500 proyek usaha dan diharapkan dapat tumbuh lebih pesat ke depannya. Cally menuturkan, pihaknya menargetkan Crowdo dapat menjadi platform bisnis terbaik dan terbesar di Indonesia untuk membantu UKM lokal dalam meningkatkan pembiayaan dari komunitas investor global. Pihaknya juga akan melakukan kemitraan lainnya demi terealisasinya target tersebut.

Application Information Will Show Up Here

OJK Akan Undang Kominfo Terkait Sertifikat Elektronik Sebelum Keluarkan “Surat Bukti Telah Mendaftar” untuk P2P Lending

Dua hari setelah Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH Indonesia) mengadakan konferensi pers terkait lambannya pergerakan OJK pasca menerbitkan aturan p2p lending, OJK pun akhirnya memberikan respons. Rupanya akar permasalahan yang menjadi perhatian regulator adalah pemberian sertifikat sistem elektronik (teknologi informasi/IT) yang seharusnya diterbitkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), mereka dinilai memiliki keahlian untuk menilainya.

Dalam Pasal 8 ayat e di POJK Nomor 77/2016 disebutkan bahwa penyelenggara perlu menyertakan bukti kesiapan operasional kegiatan usaha berupa dokumen terkait sistem elektronik yang digunakan dan data kegiatan operasional. Hanya saja, dalam pasal tersebut tidak disebutkan siapa pihak yang memiliki kapabilitas untuk mengukur sistem elektronik.

“Kami ingin berhati-hati sebelum terjadi masalah di depannya, untuk pihak yang mengeluarkan sertifikat sistem elektronik kami menilai bahwa Kominfo punya kapabilitas untuk mengukur itu. Untuk itu kami akan segera undang Kominfo,” ucap Deputi Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) I Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Edy Setiadi, Jumat (24/3).

Edi menilai, sikap OJK yang sangat hati-hati memperlihatkan keinginan regulator untuk mengurangi seluruh potensi kejahatan yang bakal terjadi di kemudian harinya. Pasalnya, Kominfo dinilai lebih paham dari OJK mengenai batas sistem IT yang dibutuhkan untuk platform p2p lending, teknologi yang digunakan, bagaimana pengamanannya dan lainnya.

Setelah koordinasi dengan Kominfo selesai, Edi memastikan bahwa pemberian surat bukti telah mendaftar akan sesuai dengan tenggat waktu yang telah ditentukan sebelumnya yakni enam bulan setelah POJK diberlakukan.

“Karena sekarang kami sudah tahu permasalahannya, pemberian surat bukti tidak akan melewati batas yang telah ditentukan. Kami ingin memastikan koordinasi dengan Kominfo membuat hubungan antar kelembagaan tetap diutamakan, jangan sampai terlangkahi sebab ini yang bisa membuat suatu usaha jadi tidak sustain seperti halnya terjadi antara Go-Jek dengan Blue Bird.”

OJK pun meminta kepada AFTECH Indonesia untuk bekerja sama dalam hal menyaring perusahaan p2p lending yang berminat untuk mendaftarkan diri. Diharapkan asosiasi dapat mengidentifikasi setiap intensi yang ditujukan setiap perusahaan sebelum mengajukan pendaftaran, apakah benar-benar ingin membantu inklusi keuangan atau lainnya.

Edi menerangkan, saat ini sudah ada 23 perusahaan p2p lending yang sedang melakukan proses pendaftaran. Semuanya bergerak di bisnis p2p lending off balance sheet. Di luar itu, ada satu perusahaan yang sudah resmi terdaftar. Hanya saja perusahaan tersebut belum mengantongi sertifikat IT dari Kominfo. Edi pun enggan menyebut identitas perusahaan tersebut.

Pendaftaran melalui sistem satu pintu

Di sisi lain, Wakil Ketua AFTECH Indonesia Adrian A Gunadi meminta regulator untuk menyediakan sistem satu pintu agar pelaku usaha tidak kebingungan saat mendaftar. Menurutnya dengan adanya sistem satu pintu, akan memudahkan pelaku usaha, OJK, maupun Kominfo.

“Dengan adanya satu pintu akan memudahkan kami sebagai pelaku usaha, prosesnya jadi lebih efisien jika sertifikat IT nantinya diberikan dari Kominfo melalui OJK. Pelaku hanya berkoordinasi saja dengan OJK, tanpa harus menghubungi sendiri Kominfo,” katanya.

Menarik di Mata Investor untuk Pendanaan Seri A

Jika startup Anda telah memberikan pembuktian performa baik pasca seed funding –salah satunya ditunjukkan dengan traksi konsumen yang terus meningkat—sehingga membuat investor dan dewan direksi merasa lega, maka babak selanjutnya kini bisa dimulai persiapkan. Yakni mencari pendanaan seri A, dengan tujuan untuk mengakselerasi laju bisnis lebih kencang.

Dalam menemukan investor untuk pendanaan seri A, rekam jejak serta apa yang telah ditorehkan sebelumnya akan berpengaruh besar pada penilaian konsumen.

Nah sekarang apakah Anda benar-benar siap meraup pendanaan $2 juta-$15 juta (estimasi secara umum total pendanaan seri A)? Investor akan melirik jika Anda sebagai founder telah memahami apa yang mereka dambakan, dan berikut ini penjelasannya.

Daya tarik produk

Para pemodal ventura jelas tidak ingin uangnya terbakar sia-sia. Salah satu yang mereka nilai adalah bagaimana akselerasi dari pertumbuhan pengguna produk. Investor juga menginginkan data yang jelas mengenai besaran user engagement terhadap produk Anda. Meski skala perusahaan Anda kecil, namun mereka menginginkan pertumbuhan produk yang besar.

Kualitas dan solidaritas tim

When your team is all-stars, no one behaves like a rockstar,” kata seseorang di dunia maya.

Investor juga ingin mengetahui dapur startup Anda. Mereka akan berpikir dua kali jika Anda tidak memiliki tim yang siap membuat produk berkualitas, meski mungkin tim Anda berisi individu-individu dengan pencapaian mentereng di CV. Kuncinya, mereka dengan senang hati mendanai Anda jika SDM di startup Anda siap beradaptasi, dinamis dan memiliki skill-set yang sesuai dengan kebutuhan bisnis.

Jejaring kuat (di bidangnya)

Jika sudah menjajaki satu kolam bisnis, jangan ragu untuk menyelam di dalamnya. Jejaring yang kuat di dalam sebuah kolam komunitas nyatanya adalah modal besar untuk menarik pendanaan.

Amartha, startup pengembang platform peer-to-peer landing, baru saja mendapat pendanaan seri A dari Mandiri Capital Indonesia (MCI) sebesar US$ 2 juta. Diakui pihak MCI, penilaian mereka salah satunya dikarenakan Amartha memiliki jaringan kuat untuk menyentuh masyarakat unbanked—berkaitan erat dengan model bisnis yang dijalankan.

Selain itu, apakah Amartha punya cara lain untuk mengundang kerja sama dengan venture capitalist di seri A?

Lebih lanjut, Co-founder & CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra akan menjelaskan soal ini di acara #SelasaStartup bertajuk “How to Get Series A Funding?” yang diselenggarakan oleh DailySocial pada hari Selasa, 21 Maret 2017 bertempat di kantor DailySocial.

Talkshow santai ini akan mengajak Anda untuk berbincang dan berdiskusi dengan para pegiat industri startup, dengan sesi networking dan coffee time yang hangat di dalamnya. Dan perlu diingat, acara ini gratis, hanya untuk Anda para tech and startup enthusiast!

Anda dapat langsung mendaftarkan diri Anda untuk #SelasaStartup di sini.

Laporan DailySocial: Pengenalan dan Ketertarikan Pasar Berinvestasi di Layanan P2P Lending

DailySocial bekerjasama dengan JakPat mengadakan riset mengenai layanan P2P Lending di Indonesia, dengan judul “Investor P2P Lending Survey 2017”. Survei dilakukan terhadap sampel populasi seluruh Indonesia secara acak, dengan jumlah responden 1020 sehingga secara agregat dapat menggambarkan keadaan pasar Indonesia secara keseluruhan.

Konsep layanan P2P Lending (Peer-to-Peer Lending) adalah sebuah bentuk layanan yang relatif baru, namun kini menghangat. Sejumlah badan usaha & aplikasi Internet dibentuk di Indonesia untuk mengaplikasikan layanan P2P Lending di pasar Indonesia. Sebagai bentuk layanan baru tentu dapat diduga belum banyak yang kenal, namun ternyata potensi antusiasme itu ada.

Beberapa temuan dari laporan kami:

  • 85.77% dari responden memang menabung, tapi sebagian besar yaitu 68.68% menabung dalam bentuk tabungan bank biasa
  • 85.47% dari responden belum pernah mendengar istilah “P2P Lending”, namun ada 4.15% yang sudah pernah berinvestasi dalam P2P Lending
  • 63.24% responden tertarik untuk mempelajari lebih lanjut mengenai “P2P Lending”

Bila ingin mengetahui lebih lanjut hasil riset “Investor P2P Lending Survey 2017”, Anda dapat mengunduhnya secara gratis setelah Anda terdaftar sebagai member DailySocial, melalui tautan berikut ini.

Mengenai Platform P2P Lending Mekar dan Targetnya dalam Menciptakan Dampak Sosial

Ada sedikit yang berbeda antara perusahaan fintech Mekar besutan Yayasan Putera Sampoerna dengan perusahaan fintech lainnya yang bergerak di bisnis P2P Lending. Yakni, Mekar memiliki fokus khusus mengedepankan misi menciptakan dampak sosial untuk keberlangsungan bisnis UMKM di Indonesia. Hal ini menjadi alasan khusus mengapa Yayasan Putera Sampoerna mendirikan Mekar pada 2010.

Sampoerna memiliki empat pilar misi sosial yang ingin dituju untuk setiap programnya, mulai dari pendidikan, perempuan, kewirausahaan dan penciptaan lapangan kerja, kemanusiaan dan penanggulangan bencana alam. Mekar didirikan sesuai dengan pilar ketiga yakni kewirausahaan dan penciptaan lapangan kerja.

Bentuknya memang seperti program CSR, akan tetapi Mekar sedari awal sudah didesain untuk mampu menghidupi dirinya sendiri. Makanya semua program di Mekar selalu mengarah ke bisnis agar dapat berjalan secara berkelanjutan serta bisa terus menciptakan dampak sosial.

Awal model bisnis Mekar

Tampilan situs Mekar
Tampilan situs Mekar

Mekar diklaim sempat mempopulerkan model bisnis P2P Lending pada pertengahan 2013 lewat program Mekar Entrepreneur Network. Kala itu Mekar meluncurkan platform digital Mekar Exchange, Mekar mengubah perannya menjadi mediator antara wirausahawan, mitra organisasi dan investor.

Dalam program tersebut, berhasil menghimpun 3 ribu wirausahan dan 300 investor. Mekar memfasilitasi terjadinya lebih dari 30 kesepakatan kerja antara kedua belah pihak. Kemudian tercipta lebih dari 150 lapangan kerja baru.

Namun dalam perjalanannya, platform tersebut ditunda karena pada saat itu platform P2P Lending belum siap diterima masyarakat. Mekar pun melakukan pivot bisnis hingga akhir tahun lalu dengan mengucurkan pinjaman langung kepada para pengusaha UMKM dari kocek sendiri.

Pencapaiannya cukup memuaskan, Mekar telah membina dan memberi bantuan modal kepada 766 pengusaha UMKM tersebar di Jabodetabek. Jumlah pinjaman yang sudah tersalurkan terhitung dari Desember 2015 hingga Agustus 2016 mencapai Rp39 miliar.

Model bisnis itu pun akhirnya juga dihentikan karena dinilai scale up-nya bakal butuh waktu yang lama. Mengingat Mekar harus berinteraksi secara langsung dengan para calon debitur.

“Pada saat itu, kami memberikan modal dengan dana dari Sampoerna. Model itu untuk scale up-nya lama karena harus interaksi langsung, sehingga butuh banyak biaya. Dana pun dari modal sendiri, bakal sampai kapan bertahannya. Makanya model bisnis yang paling pas adalah P2P Lending,” ujar COO Mekar Pandu Aditya Kristy kepada DailySocial.

Ketika Mekar memutuskan untuk kembali menekuni P2P Lending, sambung Pandu, dilihat dari kondisi tingkat penggunaan masyarakat terhadap internet dan media sosial semakin tinggi. Lagipula, sudah ada pemain fintech sebelumnya yang terjun duluan ke segmen P2P Lending.

Timing-nya sudah pas, apalagi OJK sudah mengeluarkan POJK Nomor 77 tahun lalu. Makanya kami memutuskan untuk kembali menekuni kembali.”

Diferensiasi dengan pemain lain

Ketua Komida Slamet Riyadi dan CEO Mekar Thierry Sanders / Mekar
Ketua Komida Slamet Riyadi dan CEO Mekar Thierry Sanders / Mekar

Sebenarnya, Mekar baru diluncurkan pada Februari lalu. Hadirnya Mekar, tentunya membuat bertambahnya jumlah pemain fintech P2P Lending di Indonesia, lambat laun tingkat kompetisi pun akhirnya muncul. Mekar membawa semangat penciptaan dampak sosial, menjalankan model bisnis yang agak berbeda dengan kebanyakan lainnya. Mekar menggandeng microfinance institution (MFI) sebagai mitra untuk penyaluran dana ke pihak peminjam dana (borrower).

Saat ini Mekar sudah menggandeng tiga koperasi, diantaranya Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sahabat Mitra Sejati, Koperasi Mitra Dhuafa (Komida), dan Koperasi Abdi Kerta Raharja. Model bisnis ini dijelaskan oleh Pandu lebih tepat sasaran karena pihak koperasi bersentuhan langsung dan paling mengerti kondisi anggotanya.

Koperasi dipilih karena mereka sudah membangun jaringan seluruh Indonesia, tidak hanya memberi pinjaman tapi juga melakukan pendampingan demi memastikan uangnya dipakai untuk kebutuhan usaha. Mereka juga dapat bertindak sebagai pendana (lender) dengan dana bersumber dari Mekar atau menjadi penghubung untuk anggotanya yang ingin peminjam di Mekar.

Sebenarnya menjadi mitra MFI dari Mekar tidak harus koperasi saja, terbuka untuk semua institusi. Hanya saja ada sejumlah kriteria yang harus dipenuhi, seperti tidak fokus ke pinjaman konsumtif, harus dukung bisnis sosial, memiliki kredit macet yang kecil, dan lain sebagainya.

“Kami terbuka untuk semua [menjadi mitra MFI]. Akan tetapi, kami tidak ingin ber-partner yang fokus ke pinjaman konsumtif karena ini tidak sejalan dengan visi Mekar. Kami ingin memastikan profit yang di-generate bisa menghidupi perusahaan tersebut, bisa sustain, dan dampak sosialnya secara berkelanjutan.”

Imbal hasil di bawah kompetitor

Karena misi yang dibawa Mekar adalah dampak sosial, maka bisa dibilang orientasi investasi untuk para pemilik dana bukan hanya menonjolkan untung saja. Besaran imbal hasil yang ditawarkan Mekar terbilang cukup rendah dibandingkan kompetitor, yakni 9%-10% per tahun. Sementara, kompetitor menawarkan kisaran imbal hasil yang jauh lebih menggiurkan antara 10%-15%, bahkan ada yang sampai 20% per tahun.

“Kami tidak percaya bila misinya ingin membantu UMKM dengan menerapkan bunga yang tinggi. Return tinggi itu ujung-ujungnya yang harus menanggung adalah debitur, mereka akan jadi berat saat mencicilnya dan potensi default-nya makin tinggi, bisnisnya pun jadi tidak sustain.”

Agar makin menarik dimata para calon pendana, maka pihak Mekarpun memolesnya dengan membandingkan antara besar imbal hasil investasi di Mekar dengan menaruh di deposito bank. Mekar pun menawarkan kemudahan besaran nominal yang bisa diinvestasikan, minimal Rp1 juta sudah bisa menjadi investor.

Adapun besaran dana pinjaman yang ditawarkan Mekar untuk per pinjaman berkisar antara Rp1 juta sampai Rp50 juta.

Hingga kini, Mekar sudah menyalurkan pinjaman sebesar Rp279 juta untuk 52 pinjaman. Jumlah lender yang sudah dihimpun sebanyak 65 orang dari kalangan individu.

“Kalau ingin mengejar untung tinggi, silahkan ke platform lain. Namun bagi yang ingin menciptakan dampak sosial bisa investasi ke kami. Kami menawarkan kecepatan, fleksibiltas, dan rate yang lebih tinggi dengan deposito bank.”

Target Mekar tahun ini

Pandu mengungkapkan pada bulan depan pihaknya akan meluncurkan layanan baru dengan semangat ingin menciptakan lapangan kerja. Sayangnya, dia enggan membeberkan lebih detil tentang rencana tersebut. Dia hanya bilang layanan ini akan terintegrasi dengan sistem keuangan dan bisa melibatkan sektor formal.

“Nanti akan dijelaskan lebih detil saat peluncuran bulan depan.”

Untuk rencana bisnis lainnya, Mekar menargetkan setidaknya dalam paruh pertama di 2017 dapat menghimpun 1.000 investor dari berbagai kalangan individu dan institusi. Sementara untuk jumlah pinjaman yang tersalurkan diharapkan dapat menyentuh angka Rp100 miliar sebelum tutup tahun.

Mandiri Capital Pimpin Pendanaan Seri A Untuk Platform P2P Lending Amartha

Mandiri Capital Indonesia (MCI) mengumumkan pendanaan seri A untuk platform P2P lending Amartha dengan nilai sekitar US$2 juta (sekitar lebih dari 26 miliar Rupiah). Investor baru yang turut bergabung dalam pendanaan kali ini adalah Lynx Asia Partners. Dua investor lainnya yang telah bergabung dalam pendanaan sebelumnya, yakni Beenext dan Midplaza Holding.

Sejauh ini, MCI telah mengumumkan dua kali pendanaan yakni Moka sebesar Rp26 miliar dan Amartha sekitar US$2 juta. Bulan depan pihak MCI akan kembali mengumumkan pendanaan lainnya, kali ini untuk startup fintech di sektor sistem pembayaran.

Dalam pipeline, MCI berencana untuk menambah tiga hingga empat startup fintech masuk ke dalam portofolio investasi sepanjang semester I dan II 2017. Diharapkan total perusahaan baru yang mendapat investasi dari MCI sepanjang tahun ini menjadi 8-10 perusahaan.

Adapun segmen startup yang bakal diincar MCI bergerak di sistem pembayaran, lending, dan SME solution. Ketiga segmen ini diharapkan dapat menopang proses bisins Bank Mandiri beserta anak usaha Grup Bank Mandiri lainnya.

“Model bisnis Amartha sangat penting bagi perekonomian kita karena mampu memberikan solusi untuk menyentuh masyarakat unbanked. Dengan pengalaman lebih dari tujuh tahun di segmen pembiayaan mikro, jaringan yang kuat di pelosok daerah, dan tim leadership yang tangguh, Amartha mendukung visi Bank Mandiri untuk meningkatkan inklusi keuangan ke seluruh Tanah Air,” kata Direktur Utama MCI Eddi Danusaputro, Selasa (7/3).

CEO dan Co-Founder Amartha Andi Taufan Garuda Putra menjelaskan Amartha dapat memberi tambahan value sebagai salah satu portofolio investasi MCI. Mengingat, Amartha telah memodernisasikan segmen mikro sehingga menciptakan segmen pasar baru yang memungkinkan masyarakat di lapisan piramida terbawah untuk memperoleh alternatif sumber permodalan bagi bisnis mereka.

Bentuk sinergi dengan Bank Mandiri

Dengan adanya sinergi dengan Bank Mandiri, Amartha bakal menggunakan kesempatan tersebut untuk pengembangan produk, mulai dari peningkatan kapabilitas credit scoring, mempelajari karakter kredit macet seperti apa, penanganannya seperti apa, dan lain sebagainya.

Rencananya Amartha ingin menambah jumlah agen sebagai perpanjangan tangan perusahaan bisa bertambah antara dua hingga tiga kali lipat dari saat ini sekitar 100 orang. Tak hanya itu, apabila kondisi memungkinkan Amartha dapat ekspansi ke luar Pulau Jawa.

“Kami juga sedang memikirkan dengan Bank Mandiri, bagaimana bisa membuat peminjam yang masih unbanked menjadi bankable. Sebab, selama ini seluruh proses penyaluran dan pembayaran masih dilakukan secara tunai karena mereka belum memiliki rekening bank. Itu yang sedang kami coba pecahkan solusinya,” ucap Taufan.

Sistem pembayaran yang masih tunai membuat Amartha melakukan resep tersendiri untuk mencegah terjadinya kredit macet. Amartha memiliki agen tersendiri yang tersebar di Pulau Jawa. Mereka bertugas untuk membantu para peminjam saat ingin mengajukan aplikasi pinjaman, menyalurkan pinjaman, dan menerima pembayaran angsuran.

Setiap agen memiliki tugas untuk bertemu setiap peminjam yang terbagi-bagi menjadi kelompok. Satu kelompok biasanya terdiri dari 20 peminjam. Lewat resep ini, Amartha mengklaim berhasil menekan laju kredit macet tetap berada di angka 0%.

Hingga kini, total pinjaman yang sudah disalurkan Amartha telah menembus di angka Rp68 miliar kepada 30 ribu pengusahan mikro perempuan dengan tingkat kredit macet 0% selama tujuh tahun berturut turut.

“Percaya enggak percaya, kredit macet kami masih 0%. Ini membuktikan segmen mikro itu tidak seburuk yang dibayangkan, mereka itu credit worthy bila pendekatannya tepat mereka akan tanggung jawab dengan pinjamannya. Sistem pinjaman per kelompok terbukti berhasil minimalisir kredit macet. Kalau ada masalah NPL, bukan agen Amartha saja yang turun, tapi berbarengan cari solusinya.”

Mengingat Amartha masih memiliki agen untuk pendekatan, makanya perusahaan menerapkan sistem komisi yang ditarik dalam setiap transaksinya, untuk peminjam maupun pemilik dana. Untuk peminjam (borrower) komisi yang ditarik sebesar 5%-10% per transaksi tergantung risiko dan besaran pinjaman, sementara untuk pemilik dana (lender) sebesar 1%-3%.

Adapun besaran dana yang bisa diberikan untuk peminjam mulai dari Rp3 juta hingga Rp10 juta, dengan tenor 3/6/12 bulan. Untuk imbal hasil yang ditawarkan kepada pemilik dana mulai dari 10% hingga 15% per tahun.