Hal-hal Menarik yang Perlu Diperhatikan Menjelang IPO Grab

Pada masanya, desas desus mengenai debut Grab di Nasdaq diproyeksi akan berjalan lancar bagi investor. Di bulan April 2021, Grab mengumumkan rencananya untuk go public melalui merger SPAC dengan Altimeter Growth Corp dalam kesepakatan yang bernilai hampir $40 miliar.

Bagi yang mengikuti perkembangan isu IPO Grab yang akan datang — bahkan mungkin siap untuk membeli saham saat pasar dibuka. Ada beberapa hal yang perlu dipahami terkait situasi perusahaan saat ini.

Meskipun Grab memulai bisnis sebagai aplikasi transportasi online pada tahun 2012, perusahaan telah berkembang menjadi super-app yang bonafide, serta memiliki berbagai diversifikasi penawaran di dalam aplikasi untuk menargetkan sektor ekonomi digital yang tengah berkembang, seperti logistik, pengiriman makanan, dan layanan keuangan.

Inisiatif ini sepertinya berhasil, melihat model super-app yang terbukti solid. Coba bayangkan, seorang pekerja independen (gig worker) hanya membutuhkan modal tubuh yang lengkap serta moda transportasi untuk menjalankan tugas dan mendapatkan penghasilan.

Pengemudi ojek Grab di Indonesia, misalnya, bisa mengantar orang (ride-hailing), mengantarkan makanan (GrabFood), mengantarkan sembako (GrabMart), mengambil titipan dari pengguna aplikasi (GrabJastip), bahkan membantu pelanggan melakukan top-up (GrabKios), semua dalam satu hari.

Ketika pengemudi lebih produktif, unit ekonomi dalam platform akan jadi lebih baik. Sebanyak 59 persen armada pengemudi roda dua Grab melayani pengantaran penumpang dan pengiriman di seluruh Asia Tenggara.

Waktu kerja yang optimal serta kesempatan untuk memperoleh penghasilan yang lebih tinggi menjadi keuntungan tersendiri bagi para pengemudi, maka dari itu, akan lebih mudah untuk mempertahankan mereka dalam jaringan Grab.

Status sebagai super-app

Lain halnya di belahan bumi bagian Barat, model super-app berjalan relatif lancar di Asia Tenggara. Para pengguna di kawasan ini sebagian besar sudah terpapar digital, dan kebanyakan dari mereka menggunakan ponsel Android dengan kapasitas rendah, bukan iPhone. Oleh karena itu, penting bagi mereka untuk memiliki satu aplikasi yang bisa melakukan semuanya daripada banyak aplikasi dengan manfaat masing-masing.

Hal ini juga terjadi di China, meskipun hanya memiliki satu perbedaan fungsi mendasar, menunjukkan kekurangan sistem pengiriman pesan dalam super-app di Asia Tenggara. Penggunaan WhatsApp milik Facebook di Indonesia sudah terlalu kuat, dibandingkan dengan WeChat sebagai super-app di China.

Mungkin ada alasan lain mengapa satu super-app bisa cocok dengan pasar yang terfragmentasi ini, salah satunya adalah industri teknologi yang masih relatif dini. Bukanlah perkara mudah untuk memperbaiki dan menyempurnakan satu layanan, apalagi enam atau tujuh.

Perusahaan dengan keunggulan pasar di satu vertikal (misalnya, ride-hailing) dapat kembali berinvestasi dengan pendapatan mereka untuk menembus vertikal lain (pengiriman makanan dan pembayaran digital) serta membuka skala ekonomi bergulir.

Menariknya, hal itu membuat pengguna jauh lebih nyaman. Dengan menautkan akun kartu kredit ke Grab atau aplikasi dompet digital untuk membayar perjalanan pulang, detail secara otomatis akan terisi ketika Anda ingin memesan makan malam.

Selain itu, Anda juga dapat menggunakan dompet digital yang sudah ada, tidak perlu lagi membawa dompet fisik kemana pun. Dengan integrasi yang sukses seperti ini, pengalaman bagi konsumen yang paham digital (bukan sebuah masalah di Asia Tenggara) akan nyaris sempurna.

Meski masih merugi, Grab memiliki rekam jejak yang kuat dalam hal eksekusi. Seperti pada saat pertama kali masuk ke Indonesia di tahun 2014 sebagai underdog, perusahaan tertinggal jauh dengan rival lokalnya, Gojek, yang sudah unggul empat tahun. Nyatanya, saat ini Grab berhasil memimpin pasar perjalanan dan pengiriman makanan di negara ini. Aplikasi ini telah menyumbang $5,45 miliar untuk ekonomi lokal pada tahun 2019.

Fakta bahwa banyak konglomerat terkemuka di Indonesia memilih untuk berinvestasi di Grab merupakan bukti pengakuan mereka atas kemampuan Grab dalam navigasi lingkungan yang kompleks dengan kinerja yang lebih baik daripada pesaing.

Jejak regional startup ini menjadi pembeda utama di kawasan yang saling terhubung namun terfragmentasi seperti Asia Tenggara. Grab adalah satu-satunya pemain yang berhasil mengoperasikan model super-app sejati di berbagai pasar.

Hal ini menjadi penting. Model super-app Grab telah menunjukkan ketahanannya. Layanan ini tidak bergantung pada pasar tunggal atau vertikal mana pun, yang terbukti penting untuk melindungi perusahaan kendati periode krisis seperti pandemi. Hal ini mengantar perusahaan pada posisi yang solid untuk menjaring peluang pertumbuhan di seluruh wilayah.

Menurut laporan e-Conomy SEA 2021, pasar inti di Asia Tenggara diperkirakan akan mengalami pertumbuhan dua digit terhitung saat ini hingga 2025, dipimpin oleh Filipina dan Vietnam. Dengan sejarah keberhasilan lokalisasi Grab yang sudah terbukti, perusahaan juga diharapkan bisa memenangkan pasar Filipina dan Vietnam.

Kompleksitas Asia Tenggara juga menyebar ke dalam politik dan lingkungan bisnis yang lebih luas. Grab juga menunjukkan kemampuannya dalam menanggulangi hal ini dengan menjalin kemitraan yang kuat dengan pihak regulator, seperti Grab Tech Center di Jakarta.

Semua ini merupakan sinyal yang jelas dari Grab dengan kapasitasnya untuk memenangkan hati regulator dan memupuk hubungan kerja yang kuat dengan negara, sesuatu yang esensial di kawasan dengan politik beragam seperti Asia Tenggara.

Tidak ada bumbu rahasia untuk hidangan ini, jika Anda penasaran. Grab menggunakan formula sederhana dengan mencoba hadir di mana pun dan kapan pun untuk membantu pemerintah menyelesaikan masalah. Misalnya, perusahaan membantu mendirikan pusat vaksinasi di 54 kota di seluruh Indonesia, bahkan meluncurkan layanan vaksinasi drive-through untuk memberikan 5.000 suntikan per minggu.

Intisari dari setiap kisah sukses startup adalah kepemimpinan. Dari interaksi saya dengan anggota pendiri Grab, saya bisa mengatakan bahwa Anthony Tan memegang teguh keyakinannya dalam membangun tim lokal yang kuat dan intens. Para pemimpin Grab memiliki semangat yang nyata dan tulus untuk melayani komunitas tempat mereka berada.

Grab memiliki fundamental yang solid. Dengan misi penting, c-level yang mumpuni, dan rekam jejak yang terbukti, perusahaan siap untuk berkembang, terlebih dengan target pasar yang didominasi populasi muda dan kelas menengah yang masih bertumbuh.

Menjelang rencana Grab yang diperkirakan akan terdaftar pada 2 Desember, dengan kemungkinan menjadi perusahaan terbesar dari Asia Tenggara yang terdaftar di bursa AS hingga saat ini, semua mata akan tertuju pada kawasan ini. Di antara padatnya daftar perusahaan Asia Tenggara yang merencanakan IPO – ini akan menjadi kabar baik.

Di Indonesia, debut pasar Grab tidak diragukan lagi akan mendorong kepercayaan unicorn lokal dalam pemetaan rencana IPO mereka. Saya percaya era baru investasi teknologi akhirnya tiba, ketika raksasa lokal bersiap untuk go public di Bursa Efek Indonesia.

Teruntuk investor global yang ingin masuk pada tahap pra-IPO Grab, bentuk aliansi dengan perusahaan modal ventura lokal yang kuat, idealnya yang memiliki porsi di sektor publik dan swasta.


Disclosure: Artikel ini ditulis oleh CEO BRI Ventures Nicko Widjaja dan pertama kali dirilis oleh e27. Dirilis ulang dalam bahasa Indonesia sebagai bagian kerja sama dengan DailySocial

Gojek Gulirkan Sejumlah Fitur Anyar untuk Meningkatkan Bisnis GoFood, GoSend, dan Layanan Transportasi

Merayakan HUT-nya yang ke-11, Gojek mengumumkan tiga inovasi baru di tiga layanan utama mereka, yakni GoFood, GoSend, dan layanan transportasi. Bukan hanya memudahkan konsumen menikmati berbagai layanan, namun inovasi tersebut juga bisa membantu mitra UKM hingga perusahaan besar dan startup memudahkan layanan mereka.

Kepada media Co-Founder & CEO Gojek Kevin Aluwi menyebutkan, perusahaannya berupaya untuk terus hadirkan inovasi dan teknologi terbaru guna menjawab berbagai tantangan dan kebutuhan sehari-hari masyarakat.

Yang kemudian menjadi sorotan di antaranya adalah GoFood, GoSend, dan inovasi layanan transportasi Gojek. Masing-masing layanan yang menjadi pilihan konsumen hingga mitra, mendapatkan upgrade dari sisi inovasi hingga kemudahan bagi pihak mitra dan konsumen.

“Bahkan di tengah pandemi, kami tidak berhenti menghadirkan solusi untuk membantu masyarakat beradaptasi. Inovasi pada ketiga layanan utama yang kami perkenalkan hari ini pun tidak terlepas dari nilai-nilai tersebut.”

Hingga Maret 2021, aplikasi Gojek telah diunduh lebih dari 190 juta kali oleh pengguna di seluruh Asia Tenggara. Dalam kesempatan tersebut diungkapkan juga rencana Gojek untuk meluncurkan layanan GoCar di Vietnam dalam waktu dekat, sebagai bagian dari upaya Gojek perluas layanan di Asia Tenggara.

Perkuat layanan transportasi

Tercatat pelanggan paling banyak layanan transportasi GoCar dan GoRide hingga saat ini adalah para pengguna kereta commuter line. Aktivitas sehari-hari yang kebanyakan dimanfaatkan oleh masyarakat umum, kemudian banyak yang terkoneksi dengan layanan transportasi di Gojek.

Untuk memperkuat layanan tersebut, Gojek menjalin kerja sama strategis dengan PT Kereta Commuter Indonesia. Dengan sistem yang dikembangkan, nantinya akan diberikan informasi yang relevan kepada pengguna rute terbaik yang bisa mereka tempuh melalui GoTransit. Selain itu Gojek juga akan memberikan rekomendasi moda transportasi lanjutan dengan harga terjangkau.

“Untuk GoTransit yang saat ini masih dalam tahap pengembangan, nantinya bisa menjadi rekomendasi bagi pengguna layanan transportasi Gojek saat mereka bepergian,” kata Kevin.

Dalam meminimalisir penggunaan sepeda motor bahan bakar bensin dan bebas emisi karbon, Gojek memperluas rencana pemanfaatan kendaraan listrik melalui uji coba komersial. Nantinya mitra Gojek yang memiliki motor listrik, bisa mengganti baterai motor listrik mereka dengan mudah di SPBU Pertamina yang bermitra dengan Gojek dengan penerapan skema battery swap pada motor listrik dari Gesit dan Gogoro.

Pada tahap ini, Gojek akan menggunakan 500 unit motor listrik di Jakarta Selatan, lalu selanjutnya akan meningkatkan skala uji coba dengan target awal pemanfaatan sampai dengan 5000 unit motor listrik dan jarak tempuh penggunaan kendaraan listrik sebanyak satu juta kilometer.

Salah satu kendala yang masih banyak ditemui oleh pemilik motor listrik saat ini adalah, masih rendahnya infrastruktur pendukung mereka saat berada di jalan. Melalui kerja sama dengan Pertamina, diharapkan bisa mempermudah mitra pengemudi Gojek melakukan penukaran baterai motor listrik.

Pengembangan GoSend API

Salah satu layanan yang makin banyak digunakan oleh perusahaan hingga pelaku UKM adalah layanan delivery GoSend. Mulai dari Halodoc hingga Tokopedia yang menaungi jutaan mitra penjualnya, telah melakukan integrasi API GoSend ke dalam bisnis mereka.

Melihat besarnya permintaan tersebut, Gojek  melakukan pengembangan GoSend API yang dapat mengintegrasikan layanan GoSend dengan platform mitra bisnis sehingga menghadirkan layanan pengiriman.

GoSend juga akan segera meluncurkan fitur GoSend Multidrop yang memberi kesempatan bagi para pengguna untuk mengirim beberapa paket sekaligus dengan hanya sekali ambil. Lewat fitur ini, pengguna bisa mengatur paket mana yang harus dikirimkan terlebih dulu. Agar ongkos kirim lebih hemat sampai dengan 30%, pengguna dapat memanfaatkan fitur rekomendasi urutan pengantaran yang disediakan.

“GoSend API saat ini sudah dimanfaatkan oleh ribuan partner dan jutaan penjual. Data internal kami mencatat jumlah transaksi dari top partners GoSend seperti platform e-commerce, platform telemedik, meningkat 41% pada H1 2021 dibanding 2020. Pada periode yang sama pengguna layanan GoSend oleh UMKM juga naik dua kali lipat,” ungkap Kevin.

GoFood Plus untuk pelanggan setia

Selama pandemi jumlah mitra baru yang bergabung berjumlah sekitar 250 ribu. Secara keseluruhan saat ini terdapat 1 juta mitra GoFood yang telah bergabung dan sebagian besar adalah pelaku UKM.

Untuk memberikan layanan lebih kepada pengguna setia, GoFood meluncurkan fitur berlangganan GoFood Plus. Bukan hanya bisa melakukan pemesanan dalam jumlah yang banyak atau Order Sekaligus, GoFood Plus juga bisa meringankan biaya ongkir. Hingga kini, sudah ada 41 lokasi di 7 kota besar termasuk Jabodetabek, Bandung dan Surabaya. Ekspansi lokasi untuk Order Sekaligus ini meningkat 8x sejak diperkenalkan pada September 2020.

Mendukung usaha milik UKM, aplikasi untuk mitra dilengkapi dengan fitur inovatif BizTips GoBiz, yang berisi berbagai tips sukses mengelola bisnis secara mandiri. Fitur ini efektif dalam membantu para mitra UMKM kuliner untuk mengelola bisnisnya secara lebih baik dan efisien.

Application Information Will Show Up Here

Gojek Meluncurkan “GoCorp”, Bantu Bisnis Kelola Tunjangan Transportasi Karyawan

Gojek meluncurkan solusi pengelolaan tunjangan transportasi karyawan GoCorp. Karyawan dapat memesan layanan transportasi GoRide, GoCar, GoCar L, dan GoCar/GoRide Protect+ untuk kebutuhan pekerjaan tanpa perlu mengajukan reimburse.

Sebagaimana disampaikan dalam keterangan resminya, Head of Transport Marketing Gojek Amanda Parikesit mengatakan, saat ini puluhan juta masyarakat Indonesia telah memanfaatkan layanan Gojek untuk memenuhi kebutuhan transportasi mereka. Namun, ia menilai karyawan dan pelaku usaha masih terkendala oleh reimburse biaya transportasi.

Pada web portal GoCorp, para pelaku usaha dapat mengatur batasan tunjangan transportasi, mengawasi penggunaan tunjangan, dan mendistribusikan tunjangan transportasi karyawan setiap bulannya sesuai kebijakan perusahaan bersangkutan. Keuntungan lainnya, pelaku usaha dapat menghemat biaya transportasi ketimbang memiliki armada perusahaan sendiri yang membutuhkan biaya pemeliharaan dan operasional.

“Pelaku usaha bisa mendapatkan data dan insight mengenai perjalanan karyawan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi operasional perusahaan. GoCorp dapat digunakan pelaku usaha dari berbagai skala, mulai dari UMKM, startup, dan perusahaan besar. Tidak ada persyaratan jumlah karyawan tertentu,” ungkap Amanda.

Solusi transportasi GoCorp

Lebih lanjut, cara pemesanan GoCorp sama halnya dengan layanan transportasi Gojek lainnya. Demikian juga dengan metode pembayarannya. Adapun seluruh catatan perjalanan karyawan akan muncul secara real-time. Baik karyawan dan pelaku usaha dapat memesan dari bandara, terminal, atau stasiun di puluhan lokasi titik penjemputan Zona Nyaman Gojek. GoCorp juga didukung dengan ketersediaan jutaan mitra driver di seluruh kota/kabupaten Gojek di Indonesia.

“Kami berharap layanan ini menjawab kebutuhan pelaku usaha akan solusi pengaturan transportasi karyawan yang mudah dan transparan, sehingga mereka bisa menjalankan operasional usahanya dengan lebih efisien dan bisa terus tumbuh,” tutup Amanda.

Layanan on-demand untuk bisnis

Di tengah situasi pandemi Covid-19, layanan on-demand untuk segmen bisnis/korporasi punya potensi untuk dikembangkan. Hal ini untuk mengakomodasi kebutuhan pelaku usaha atau korporasi yang melakukan penyesuaian aktivitas perkantoran dan skema kerja selama masa pembatasan interaksi fisik.

Di Indonesia, layanan sejenis sudah ada yang diluncurkan oleh Grab. Pada layanan Grab Business, pelaku usaha atau perusahaan dapat memesan layanan transportasi, food delivery, kurir instan, dan voucher. Demikian juga mantan pemain incumbent di Indonesia, Uber yang menawarkan layanan Uber for Business usai bisnisnya di Asia Tenggara dicaplok oleh Grab.

Menurut studi kasus yang dilakukan Grab, perusahaan dapat menghemat biaya hingga 35% apabila beralih ke layanan yang disesuaikan berbasis teknologi dari layanan transportasi dan pengiriman dengan kontrak jangka panjang.

Application Information Will Show Up Here

Gojek to Focus on Vietnam and Singapore Expansion, Selling Its Thailand Branch to AirAsia

Low-cost carrier AirAsia officially acquired Gojek’s Thai business as a solid step into the digital business. As part of this agreement, Gojek will receive 4.76% of AirAsia’s super app service stake.

As reported by Nikkei Asia, the deal was taken as AirAsia exploring delivery growth in Thailand. Gojek alone wants to shift its regional business focus to Vietnam and Singapore.

According to AirAsia’s disclosure quoted by Nikkei, AirAsia’s super app business is worth $1 billion (around 14 trillion Rupiah), while Thailand’s Gojek is worth $50 million (around 700 billion Rupiah).

AirAsia’s CEO, Tony Fernandes assessed that Gojek’s business in Thailand is well established and can accelerate the company’s efforts to become a super app challenger in the Southeast Asian region.

“Gojek’s services in Thailand will operate until the end of July, while our platform will start operating in August. We ensure that there will be no redundancy from the transition of these two businesses,” Tony said.

Meanwhile, Gojek’s CEO, Kevin Aluwi said that his action to discharge the ride-hailing business in Thailand was a strategic step to reshape its regional business after the merger with Tokopedia to GoTo. He said, Gojek is unable to fully commit to the resources there.

Kevin thought that the business divestment in Thailand would allow Gojek to lead the market in Vietnam and Singapore by increasing its investment portion. He said that his team had been exploring this agreement since two months ago.

“After considering the product development and our team, we decided to prioritize investment in Vietnam and Singapore considering the scale of Gojek’s business in these two countries. We believe we can find the right partner with the resources we have. We remain fully committed to growing Gojek’s market outside Indonesia,” he said.

In this virtually announced deal, both Tony and Kevin mentioned the possibility of a potential joint partnership outside of Thailand, but provide no further details.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Gojek Thailand (@gojekthailand)

A new chapter for super app competition in Southeast Asia

Previously, Tony had stated his intention to compete with Gojek and Grab in the Southeast Asia region through AirAsia Digital or this super app.

AirAsia’s digital services are currently available in Malaysia, consisting of food delivery, grocery, farm goods, and beauty. As a form of expansion, rather than building from scratch, AirAsia acquired Gojek’s existing business which was considered to be well established in Thailand.

In the context of international business, GoTo is quite behind compared to its competitors. Tokopedia is only available in Indonesia, while Gojek’s operation stays in three regional countries, Vietnam, Thailand and Singapore.

In comparison, Grab is available in eight countries and Sea Group (Shopee’s parent) has operations in six Southeast Asian countries. Sea Group even operates in Taiwan and four other countries in South America.

Quoting Momentum Works‘ research, Gojek’s market share in Thailand is far behind Grab in 2020. GrabFood controls 50% of food delivery share in Thailand or worth $2.8 billion, followed by FoodPanda (23%), and LINE MAN (20%). GoFood only earned a 7% share of food delivery there.

The super app market in Thailand is also entering a very competitive phase with the involvement of local conglomerates in this business. Retail giant Central Group injected a $200 million investment into its Thai subsidiary Grab in 2019. While Thailand’s largest conglomerate Charoen Pokphand Group entered the business through its telecommunications subsidiary, TrueID.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Ingin Fokus Ekspansi Regional di Vietnam dan Singapura, Gojek Jual Bisnis di Thailand ke AirAsia

Perusahaan maskapai low-cost carrier AirAsia resmi mencaplok bisnis Gojek di Thailand sebagai langkah solid masuk ke bisnis digital. Sebagai bagian dari kesepakatan ini, Gojek akan memperoleh 4,76% saham layanan super app AirAsia.

Sebagaimana dilaporkan Nikkei Asia, kesepakatan tersebut diambil karena AirAsia mengincar pertumbuhan delivery di Thailand. Gojek sendiri ingin mengalihkan fokus bisnis regionalnya ke Vietnam dan Singapura.

Menurut keterbukaan AirAsia yang dikutip Nikkei, bisnis super app AirAsia bernilai $1 miliar (sekitar 14 triliun Rupiah), sementara Gojek Thailand bernilai $50 juta (sekitar 700 miliar Rupiah).

CEO AirAsia Tony Fernandes menilai bisnis Gojek di Thailand sudah mapan dan dapat mempercepat upaya perusahaan untuk menjadi super app penantang di kawasan Asia Tenggara.

“Layanan Gojek di Thailand akan beroperasi hingga akhir Juli, sedangkan platform kami mulai beroperasi di Agustus. Kami pastikan tidak akan ada redundancy dari transisi kedua bisnis ini,” ujar Tony.

Sementara CEO Gojek Kevin Aluwi mengatakan, aksinya melepas bisnis ride-hailing di Thailand merupakan langkah strategis untuk membentuk kembali bisnis regionalnya pasca merger dengan Tokopedia menjadi GoTo. Menurutnya, Gojek tidak mampu berkomitmen penuh dengan resource yang dimiliki di sana.

Kevin menilai divestasi bisnis di Thailand akan memungkinkan Gojek untuk memimpin pasar di Vietnam dan Singapura dengan meningkatkan porsi investasinya. Ia mengungkap pihaknya telah melakukan penjajakan kesepakatan ini sejak dua bulan lalu.

“Setelah menimbang dari pengembangan produk dan team yang kami miliki, kami memutuskan untuk memprioritaskan investasi di Vietnam dan Singapura jika melihat skala bisnis Gojek di kedua negara ini. Kami yakin bisa menemukan mitra yang tepat dengan resource yang kami miliki. Kami tetap berkomitmen penuh untuk menumbuhkan pasar Gojek di luar Indonesia,” jelasnya.

Pada kesepakatan yang diumumkan secara virtual ini, baik Tony dan Kevin menyinggung kemungkinan potensi kemitraan bersama selanjutnya di luar Thailand, tapi tidak merincikan detail.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Gojek Thailand (@gojekthailand)

Babak baru pertarungan “super app” di Asia Tenggara

Sebelumnya Tony sempat menyatakan niatnya bersaing dengan Gojek dan Grab di kawasan Asia Tenggara melalui AirAsia Digital atau super app ini.

Layanan digital AirAsia ini secar umum tersedia di Malaysia, terdiri dari pengantaran makanan, grocery, barang-barang dari petani (farm), dan beauty. Sebagai bentuk ekspansi, ketimbang membangun dari nol, AirAsia mencaplok bisnis existing Gojek yang dinilai sudah mapan di Thailand.

Di konteks bisnis internasional, GoTo terbilang cukup tertinggal ketimbang para pesaingnya. Tokopedia hanya beroperasi di Indonesia, sedangkan Gojek baru beroperasi di tiga negara regional, yakni Vietnam, Thailand, dan Singapura.

Sebagai perbandingan, Grab sudah hadir di delapan negara dan Sea Group (induk Shopee) sudah beroperasi di enam negara Asia Tenggara. Sea Group bahkan beroperasi di Taiwan dan empat negara lain di Amerika Selatan.

Mengutip hasil riset Momentum Works, pangsa pasar Gojek di Thailand jauh tertinggal dari Grab di tahun 2020. GrabFood menguasai 50% pangsa food delivery di Thailand atau senilai $2,8 miliar, diikuti FoodPanda (23%), dan LINE MAN (20%). GoFood hanya meraup 7% pangsa pengiriman makanan di sana.

Pasar super app di Thailand juga tengah memasuki babak persaingan yang kuat dengan keterlibatan konglomerat lokal di bisnis ini. Raksasa retail Central Group menyuntik investasi $200 juta ke anak usaha Grab di Thailand pada 2019. Sementara konglomerat terbesar Thailand Charoen Pokphand Group masuk ke bisnis ini melalui anak usahanya di bidang telekomunikasi, TrueID.

Application Information Will Show Up Here

Gojek-Tokopedia Merger Officially Completes, Launching the New Entity “GoTo”

Gojek and Tokopedia officially merge to form a new entity “GoTo” today (17/5). GoTo combines e-commerce, on-demand and financial services into one ecosystem. The combination is said to spread around Indonesia, and the largest one between the two internet companies in Asia.

It was supported by the ranks of the two companies’ main investors. Those are Alibaba Group, Astra International, BlackRock, Capital Group, DST, Facebook, Google, JD.com, KKR, Northstar, Pacific Century Group, PayPal, Provident, Sequoia Capital, SoftBank Vision Fund 1, Telkomsel, Temasek, Tencent, Visa, and the Warburg Pincus.

The GoTo Group ecosystem represents 2% of Indonesia’s total GDP and will increasingly serve 270 million Indonesian consumers and other developing countries in Southeast Asia. In the description, the GoTo Group has a total Gross Transaction Value (GTV) of more than $22 billion in 2020; more than 1.8 billion transactions in 2020; more than two million driver-partners registered as of December 2020; more than 11 million business partners as of December 2020; more than 100 million monthly active users.

In an official statement, Gojek’s Andre Soelistyo is to lead GoTo as the Group CEO, with Patrick Cao from Tokopedia as GoTo’s President. Next, Kevin Aluwi will remain as Gojek’s CEO and William Tanuwijaya as Tokopedia’s CEO.

Aside from his responsibilities at the group level, Andre will continue to lead the payments and financial services business called “GoTo Financials”. GoTo Financials includes GoPay services, as well as financial services and business solutions for business partners.

Ekosistem layanan GoTo

“Today is very historical as the GoTo Group is formed and it marks the growth phase for Gojek, Tokopedia and GoTo Financial. [..] The GoTo Group will also enable us to further encourage financial inclusion in Indonesia and Southeast Asia,” Andre Soelistyo said.

GoTo’s President, Patrick Cao added, “The GoTo Group business model is becoming more diverse, stable and sustainable. [..] We are excited to start the next chapter of our business history and will continue to innovate to drive more inclusive growth in every sector our technology involved.”

Tokopedia’s Co-Founder & CEO, William Tanuwijaya said, “[..] The GoTo Group will make it easy for all levels of society to gain access to high-quality products and services, anytime and anywhere. In order to achieve this goal, the journey is still quite long, but today is all about starting it all together.”

Gojek’s Co-Founder & CEO, Kevin Aluwi said, “This is a combination of two companies that share the same principles, thoughts and work ethic. Delivering an agreement of the size and scale of a business such as Gojek and Tokopedia in a relatively short time and smooth move, can only be achieved because we share the same goal, which is to always provide the best experience for consumers supported by the fastest and largest mobility network of driver partners and our merchants.”

In this merger process, Goldman Sachs acted as Gojek’s financial advisor. Davis Polk & Wardwell LLP and Assegaf Hamzah & Partners joined as legal advisors to Gojek. Citi also involved as Tokopedia’s financial advisor. Allen & Overy LLP acted as Tokopedia’s legal advisor.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Gojek dan Tokopedia Resmi Merger, Umumkan Entitas “GoTo”

Gojek dan Tokopedia meresmikan merger dengan membentuk entitas baru “GoTo” pada hari ini (17/5). GoTo mengombinasikan layanan e-commerce, on-demand, dan layanan keuangan ke dalam satu ekosistem. Diklaim kombinasi tersebut tersebar di Indonesia, sekaligus terbesar antara dua perusahaan internet di Asia.

Kesepakatan ini didukung oleh jajaran investor utama kedua perusahaan. Mereka adalah Alibaba Group, Astra International, BlackRock, Capital Group, DST, Facebook, Google, JD.com, KKR, Northstar, Pacific Century Group, PayPal, Provident, Sequoia Capital, SoftBank Vision Fund 1, Telkomsel, Temasek, Tencent, Visa, dan Warburg Pincus.

Ekosistem Grup GoTo mewakili 2% dari total PDB Indonesia dan akan semakin berkembang melayani 270 juta konsumen Indonesia dan negara berkembang lainnya di Asia Tenggara. Bila dijabarkan Grup GoTo memiliki, total Gross Transaction Value (GTV) lebih dari $22 miliar pada 2020; lebih dari 1,8 miliar transaksi pada tahun 2020; lebih dari dua juta mitra pengemudi yang terdaftar per Desember 2020; lebih dari 11 juta mitra usaha per Desember 2020; lebih dari 100 juta pengguna aktif bulanan.

Dalam keterangan resmi disampaikan, Andre Soelistyo dari Gojek akan memimpin GoTo sebagai CEO Group, dengan Patrick Cao dari Tokopedia sebagai President GoTo. Berikutnya, Kevin Aluwi akan tetap menjabat sebagai CEO Gojek dan William Tanuwijaya akan tetap menjadi CEO Tokopedia.

Selain tanggung jawab di tingkat grup, Andre akan terus memimpin bisnis pembayaran dan layanan keuangan yang dinamakan “GoTo Financials”. GoTo Financials mencakup layanan GoPay, serta layanan keuangan dan solusi bisnis mitra usaha.

Ekosistem layanan GoTo
Ekosistem layanan GoTo

“Hari ini adalah hari yang sangat bersejarah dengan dibentuknya Grup GoTo serta menandai fase pertumbuhan selanjutnya bagi Gojek, Tokopedia dan GoTo Financial. [..] Hadirnya Grup GoTo juga akan memungkinkan kami untuk semakin mendorong inklusi keuangan di Indonesia dan Asia Tenggara,” ucap Andre Soelistyo.

President GoTo Patrick Cao menambahkan, “Model bisnis Grup GoTo menjadi semakin beragam, stabil, dan berkelanjutan. [..] Kami sangat bersemangat untuk memulai babak berikutnya dari sejarah bisnis kami dan akan terus berinovasi untuk mendorong pertumbuhan yang lebih inklusif di setiap sektor yang tersentuh teknologi kami.”

Co-Founder & CEO Tokopedia William Tanuwijaya menyampaikan, “[..] Grup GoTo akan memberikan kemudahan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk memperoleh akses terhadap produk dan layanan berkualitas, kapan pun dan di mana pun. Perjalanan untuk mencapai tujuan kami masih panjang, tetapi hari ini adalah tentang dimulainya langkah bersama.”

Co-Founder & CEO Gojek Kevin Aluwi mengatakan, “Ini adalah kombinasi dari dua perusahaan yang memiliki prinsip, pemikiran dan etos kerja yang sama. Melahirkan kesepakatan dengan ukuran dan skala bisnis seperti Gojek dan Tokopedia dalam waktu yang relatif singkat dan lancar, hanya dapat tercapai karena kami sama-sama memiliki tujuan yang sama, yaitu selalu memberikan pengalaman terbaik bagi konsumen didukung oleh jaringan mobilitas tercepat dan terbesar dari para mitra driver dan merchants kami.”

Untuk proses merger ini, Goldman Sachs bertindak sebagai penasihat keuangan Gojek. Davis Polk & Wardwell LLP dan Assegaf Hamzah & Partners bertindak sebagai penasihat hukum Gojek. Citi bertindak sebagai penasihat keuangan Tokopedia. Allen & Overy LLP bertindak sebagai penasihat hukum Tokopedia.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Telkomsel Channels Follow-on Funding to Gojek Worth 4.3 Trillion Rupiah

Telkomsel today (5/10) announced follow-on funding to Gojek worth $300 million or equivalent to 4.3 trillion Rupiah. In fact, this act has been discussed since last April, carried by a statement from its President Director, Setyanto Hantoro.

Previously, Telkomsel’s first batch for Gojek was announced in November 2020. Then, the value given has reached $150 million (equivalent to Rp2.1 trillion).

In the official release, it is said that both companies signaled this investment as a momentum to strengthen and deepen collaboration for comprehensive digital services and more innovative solutions.

It is also mentioned taht this strategic investment action was supported by Telkomsel’s shareholders, Telkom Indonesia and the Singtel Group.

“[..] Telkomsel is optimistic that the latest investment will open up more opportunities for the public to see and make use of more advanced local-produced technology-based innovations,” Setyanto said.

He continued, this corporate action is part of Telkomsel’s strategy in strengthening the trifecta of the company’s digital business, Digital Connectivity, Digital Platform, and Digital Services.

Since the first injection, several joint initiatives that have been successfully initiated by the two companies include: (1) integration of Telkomsel MyAds with GoBiz; (2) Gojek partners can become Telkomsel reseller partners through DigiPOS; (3) special data packages for driver partners on GoPartner and MyTelkomsel; (4) Telkomsel partners in the GoShop application; and (5) collaboration between Telkomsel Dunia Games and Gopay.

“[..] Telkomsel’s follow-on funding will clearly optimize the resources and technology expertise of each company to innovate and expand the benefits of the digital economy for more consumers, driver partners, and MSME players throughout Indonesia. We are both confident and committed that this partnership will support the acceleration of Indonesia’s digital transformation which will strengthen Indonesia’s position as the leader of the digital economy market in Southeast Asia,” Gojek Group’s Co-CEO, Andre Soelistyo explained.

Telkomsel’s entrance amidst the merger finalization news of Gojek and Tokopedia –  the joint company is rumored to go public on the stock exchange soon. It’s indeed create a strategic value for Telkomsel as a shareholder, especially since both startups are currently the market leaders [local] in its respective segments.

Meanwhile, Telkomsel and Gojek have crossed paths several times [indirectly]. First, when Gojek announced its investment in the LinkAja payment platform through series B round in early March. It is known that the LinkAja’s root was Tcash service which was previously developed by Telkomsel – Telkom Group and some SOE shareholders.

Second, Telkomsel, through its investment arm, Telkomsel Mitra Inovasi, recently participated in Halodoc’s series C funding worth 1.1 trillion Rupiah. Gojek is an early investor of this healthtech service.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Telkomsel Umumkan Investasi Tambahan ke Gojek Senilai 4,3 Triliun Rupiah

Telkomsel hari ini (10/5) mengumumkan investasi lanjutannya ke Gojek senilai $300 juta atau setara 4,3 triliun Rupiah. Sebenarnya rencana ini sudah mulai ramai diperbincangkan sejak April lalu, berbekal pernyataan Direktur Utama Setyanto Hantoro.

Sebelumnya pada November 2020, suntikan pertama Telkomsel ke Gojek diumumkan. Kala itu nilai yang diberikan mencapai $150 juta (setara Rp2,1 triliun).

Dalam rilis resminya dikatakan, kedua perusahaan memaknai investasi lanjutan ini sebagai momentum untuk memperkuat dan memperdalam kolaborasi dalam menghadirkan layanan digital komprehensif serta melahirkan lebih banyak solusi inovatif.

Turut disampaikan, aksi investasi strategis lanjutan ini didukung oleh para pemegang saham Telkomsel yaitu Telkom Indonesia dan Singtel Group.

“[..] Telkomsel menatap optimis upaya penanaman modal terbaru ini akan membuka lebih banyak peluang bagi masyarakat untuk melihat dan menikmati lebih banyak inovasi berbasis teknologi terdepan karya anak bangsa,” ujar Setyanto.

Ia melanjutkan, bahwa aksi korporasi ini merupakan bagian dari strategi Telkomsel dalam memperkuat trifecta bisnis digital perusahaan, yaitu Digital Connectivity, Digital Platform, dan Digital Services.

Sejak investasi pertama digulirkan, beberapa  inisiatif bersama yang berhasil dilakukan kedua perusahaan di antaranya: (1) integrasi Telkomsel MyAds dengan GoBiz; (2) mitra Gojek bisa menjadi mitra reseller Telkomsel melalui DigiPOS; (3) paket data khusus mitra pengemudi di GoPartner dan MyTelkomsel; (4) mitra Telkomsel di aplikasi GoShop; dan (5) kolaborasi Telkomsel Dunia Games dengan Gopay.

“[..] Pendanaan lanjutan Telkomsel jelas akan mengoptimalkan sumber daya dan keahlian teknologi dari masing-masing perusahaan untuk berinovasi dan memperluas manfaat ekonomi digital bagi lebih banyak konsumen, mitra pengemudi, dan pelaku UMKM di seluruh Indonesia. Kami percaya sekaligus berkomitmen bahwa kemitraan ini akan mendukung percepatan transformasi digital Indonesia yang akan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemimpin pasar ekonomi digital di Asia Tenggara,” terang Co-CEO Gojek Group Andre Soelistyo.

Masuknya investasi Telkomsel di tengah kabar finalisasi merger antara Gojek dan Tokopedia – untuk selanjutnya perusahaan gabungan dirumorkan segera melenggang ke bursa. Tentu menjadikan nilai strategis tersendiri bagi Telkomsel sebagai shareholder, terlebih kedua startup tersebut kini menjadi pemimpin pasar [lokal] di masing-masing segmen.

Sementara itu ada beberapa irisan hubungan antara Telkomsel-Gojek yang telah dijalin [secara tidak langsung]. Pertama, awal Maret lalu Gojek mengumumkan investasinya ke platform pembayaran LinkAja dalam putaran seri B. Diketahui bahwa cikal-bakal LinkAja adalah layanan Tcash yang sebelumnya dikembangkan oleh unit dari Telkomsel – Telkom Group dan sejumlah BUMN memiliki saham di dalamnya.

Kedua, Telkomsel melalui unit venturanya Telkomsel Mitra Inovasi baru-baru ini turut berpartisipasi dalam pendanaan seri C Halodoc senilai 1,1 triliun Rupiah. Gojek adalah investor awal dari layanan healthtech tersebut.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Pertemuan Jaket Motor dan Kotak “Hijau”, Peta “GoTo” dari Gojek dan Tokopedia

Bagi banyak kaum urban Indonesia, kehidupan mereka dapat digambarkan dalam dua fase: sebelum Gojek, dan setelah Gojek menjadi bagian dari ponsel mereka. Sekarang, aplikasi hijau-putih tersebut telah menjadi kebutuhan pokok. Hal ini mencakup transportasi, pembayaran, hiburan, pengiriman makanan, dan banyak lagi. Lalu bagaimana dengan e-commerce? Anda mungkin sedang bertanya-tanya. Nah, hal itu akan segera hadir.

Gojek dan Tokopedia, platform e-commerce terbesar di Indonesia, semakin dekat dengan merger yang akan menciptakan entitas baru bernama GoTo, dengan co-CEO Gojek Andre Soelistyo sebagai nahkodanya. GoTo bisa menjadi ekosistem teknologi yang kuat dalam menghubungkan jutaan pelanggan, pedagang, serta mitra pengemudi, dan akan menempati posisi kokoh untuk segera go public.

Kedua perusahaan memiliki banyak keuntungan dari merger ini. Tokopedia akan memiliki akses ke sumber daya logistik Gojek untuk layanan pengiriman yang lebih efisien, sementara Gojek juga akan mendapat dukungan dari jaringan pengiriman e-commerce Tokopedia. Cabang fintech Gojek, GoPay, dan bank digital Bank Jago dapat menargetkan usaha kecil dan menengah Tokopedia untuk menawarkan layanan pembayaran dan peminjaman.

Meningkatkan ragam fungsi aplikasi dapat memperluas jejak Gojek di Asia Tenggara. Terlepas dari kekuatannya di Indonesia, Gojek masih tertinggal dari saingannya, Grab, di luar kandang. Gojek saat ini hanya tersedia di empat pasar, yakni Vietnam, Thailand, Singapura, dan Indonesia. Grab hadir di semua pasar di mana Gojek beroperasi ditambah Malaysia, Myanmar, dan Filipina, dan telah bermitra dengan JapanTaxi untuk memungkinkan pengguna Grab memanggil taksi di lokasi wisata populer di Jepang.

Ekspansi regional sepertinya menjadi salah satu fokus utama Gojek saat ini. Tahun lalu, perusahaan menyatukan merek Vietnam dan Thailand, sementara di Singapura, telah mengumumkan rencana untuk meluncurkan produk baru, termasuk fitur baru untuk klien korporat, pesanan taksi, dan layanan kendaraan besar.

Langkah tersebut tampaknya diperlukan untuk meningkatkan kompetisi dengan Grab, yang bersiap untuk go public di AS melalui mega-merger SPAC dengan Altimeter Growth Corporation. GoTo juga kemungkinan akan melakukan dual listing di Indonesia dan di bursa saham AS tahun ini, keputusan yang bisa jadi didorong oleh tingginya minat raksasa teknologi AS pada startup Asia Tenggara. Gojek sudah memiliki beberapa investor AS seperti Facebook, PayPal, Visa, dan Google, sementara Tokopedia juga mendapat dukungan dari Google. Kedua perusahaan bahkan berbagi DNA investor di Sequoia Capital India dan Temasek.

“Setiap potensi merger akan didorong oleh konvergensi. Layanan yang diberikan oleh kedua perusahaan sangat saling melengkapi dan akan menggabungkan skala yang signifikan. Pemain gabungan juga akan lebih berkelanjutan secara finansial mengingat aliran pendapatan yang lebih beragam,” sebut Kenny Liew, analis senior telekomunikasi, media, dan teknologi di Fitch Solutions, kepada KrASIA.

Menyalurkan minat investor asing

Perusahaan teknologi di Asia Tenggara telah menarik minat investor global berkat ekonomi internet yang berkembang di kawasan ini, yang diharapkan dapat menghasilkan nilai barang dagangan bruto (GMV) sebesar USD 309 miliar pada tahun 2025.

Kesuksesan IPO Sea Group di Bursa Efek New York juga telah membangkitkan minat investor untuk perusahaan-perusahaan di kawasan ini, menurut Hian Goh, mitra pendiri dari investor awal Gojek, Openpace Ventures.

Gojek bisa meyakinkan investor berkat operasional perusahaan di beberapa sektor dan merger dengan Tokopedia. Gojek dapat dilihat sebagai perpaduan Uber, DoorDash, Alipay, dan Flipkart, yang mencakup layanan transportasi online, pengiriman makanan dan bahan makanan online, dan pembayaran online. “Keragaman biasanya mirip dengan pemain teknologi besar AS dan China, yang umumnya diterima dengan baik oleh investor pasar publik,” kata Goh.

Fitch Solutions ‘Liew menambahkan bahwa “tidak seperti IPO ride-hailing sebelumnya seperti Uber dan Lyft, Gojek memiliki model bisnis yang terdiversifikasi dengan kehadiran yang kuat di berbagai bidang seperti fintech dan pengiriman makanan, dua sektor di mana sudah ada jalur yang jelas menuju profitabilitas, dan investor ‘bunga sangat tinggi. ”

Siapa yang memegang kendali Gojek?

Proyeksi pengiriman makanan dan pembayaran digital di Asia Tenggara cukup menjanjikan dibandingkan dengan transportasi online. Pada tahun 2025, nilai bruto pengiriman makanan akan mencapai USD23 miliar, sedangkan nilai transaksi bruto untuk pembayaran akan mencapai USD1,2 triliun, menurut laporan oleh Google, Temasek, dan Bain & Co. Transportasi diprediksi hanya mencapai USD19 miliar, tercatat di laporan yang sama.

Sejauh ini, perusahaan yang beroperasi di sektor ini telah melihat reaksi positif di pasar modal. Platform pengiriman makanan DoorDash berhasil mendapatkan debut yang sukses di pasar saham pada akhir tahun 2020, sementara bisnis pengiriman makanan Uber, UberEats, melaporkan pertumbuhan positif pada Maret 2021.

“Kami yakin minat ini akan terus meningkat di masa mendatang karena investor di semua tahap investasi ingin menangkap peluang yang berkembang di Asia Tenggara,” kata Goh.

Menambahkan layanan e-commerce dapat menjadi keunggulan kompetitif bagi Gojek dalam persaingan melawan Grab, karena perusahaan yang berbasis di Singapura ini tidak memiliki cabang e-commerce, juga belum mengumumkan rencana untuk bergabung dengan salah satunya. Grab menjalin kemitraan dengan Lazada di Vietnam pada November 2020, memberikan konsumen Vietnam akses ke GrabFood dari beranda aplikasi dan halaman web Lazada, sementara pengguna Grab di Vietnam dapat mengakses platform Lazada melalui Banner dan widget di aplikasi Grab.

Hampir 2 juta mitra pengemudi Gojek juga dapat memberikan GoTo kesempatan yang lebih baik untuk membangun jaringan pengiriman yang solid untuk bersaing dengan platform e-commerce Sea Group, Shopee.

Namun, GoTo perlu menciptakan ekosistem yang kokoh dan meningkatkan penawarannya. “Untuk menjadi kompetitif dan menangkis persaingan ketat dari pesaing seperti Shopee dan Grab, Tokopedia dan Gojek perlu menciptakan lebih banyak sinergi dan mengembangkan ekosistem layanan yang akan menghasilkan belanja dan loyalitas pelanggan yang lebih besar, daripada berpegang pada status quo dan mengandalkan produk apa adanya,” kata Liew.

Pengemudi Gojek kelak akan mengirim parcel untuk Tokopedia. Dokumentasi oleh Gojek

Memompa valuasi dan kesempatan di masa depan

Seperti Google dan Uber, Gojek telah menjadi kata kerja yang digunakan oleh masyarakat Indonesia dalam bahasa sehari-hari: Gojek-in aja (“kirim saja lewat Gojek”) dan nge-Gojek (“menggunakan layanan transportasi Gojek”). Di wilayah metropolitan, pengemudi Gojek ada di mana-mana, masing-masing mengenakan jaket hijau khasnya, mengangkut penumpang, mengantarkan paket, atau beristirahat di taman saat istirahat makan siang.

Sebagian besar pedagang offline juga memiliki mesin dan barcode GoPay sebagai opsi pembayaran, yang mencerminkan keberadaan Gojekdi seluruh strata kehidupan masyarakat Indonesia.

Keberadaan Tokopedia lebih halus. Tidak seperti Amazon, platform e-commerce Indonesia tidak mencetak logonya pada paket yang meninggalkan pusat penyimpanannya. Namun, platform ini menjadi yang terbanyak dikunjungi kedua di Indonesia, dengan lebih dari 114 juta kunjungan web setiap bulan, menurut situs agregator pasar iPrice. Platform ini juga mengklaim memiliki lebih dari 900.000 pedagang. Perusahaan telah memasuki kios-kios kecil di pinggir jalan — yang dikenal sebagai warung — menambahkan pulsa telepon dan token listrik ke dalam stok mereka.

Gojek dikabarkan bernilai USD10,5 miliar, sedangkan Tokopedia USD7,5 miliar. Penyatuan antara keduanya akan menciptakan entitas senilai USD18 miliar. Bloomberg memperkirakan, dengan potensi dual listing di Indonesia dan AS, perusahaan dapat mencapai penilaian sekitar USD40 juta, menyamai valuasi yang diharapkan Grab setelah bergabung dengan Altimeter’s SPAC.

Pemegang saham Gojek akan memiliki 58% saham di GoTo, dan pemilik Tokopedia akan mengambil sisanya, menurut sumber familiar yang berbicara dengan Bloomberg. GoTo akan membagi operasinya menjadi tiga unit bisnis: ride-hailing di bawah Gojek, e-commerce di bawah Tokopedia, dan divisi pembayaran dan keuangan baru bernama Dompet Karya Anak Bangsa, atau DKAB.

“Jika kedua perusahaan dapat menunjukkan kepada calon investor seberapa kuat mereka dan di segmen baru apa mereka dapat bersaing dan tumbuh setelah merger, saya pikir itu pasti akan merefleksikan valuasi yang lebih tinggi,” kata Liew.

“Menggabungkan kedua bisnis akan membuka banyak sinergi bagi kedua perusahaan, dan kemungkinan besar akan membuat mereka menjadi pemain yang lebih kuat di bidangnya masing-masing. Membuka sinergi ini secara efektif dapat menghasilkan pertumbuhan yang lebih cepat dan berkelanjutan. Landasan pertumbuhan yang lebih panjang dan kuat adalah kunci dari valuasi yang lebih tinggi, ”tambah Liew.

Goh Openspace Ventures yang telah mengamati Gojek sejak menjadi startup, meyakini bahwa Gojek memiliki masa depan yang menjanjikan. “Kami melihat Gojek sebagai perusahaan teknologi generasi,” ujarnya. “Ini telah mencapai jumlah yang luar biasa dan masih memiliki ruang yang signifikan untuk berkembang. Kami yakin pertumbuhan ini dapat dicapai dengan atau tanpa IPO dalam waktu dekat.”


Artikel ini pertama kali dirilis oleh KrASIA. Kembali dirilis dalam bahasa Indonesia sebagai bagian dari kerja sama dengan DailySocial