Payfazz Luncurkan Fitur Baru, Bantu Pedagang Berjualan Online

Dampak pandemi Covid-19 mengubah kanal penjualan para pedagang UMKM yang semula offline menjadi online untuk meminimalisir kontak fisik dan pembatasan mobilitas. Peluang tersebut dicoba oleh Payfazz untuk berinovasi meluncurkan fitur “Warung Online”.

Selain kondisi tersebut, Payfazz ukup yakin dengan potensi pengguna yang ditargetkan. Menurut data BPS per Mei 2020, sebanyak 11,7 juta dari 64 juta UMKM telah merambah ekosistem digital. Sehingga saat ini terdapat lebih dari 55,8 juta atau 87% UMKM yang masih belum terdigitalisasi. Hal ini menjadi peluang bagi startup untuk menggarap segmen yang masih belum tersentuh digital.

Brand Manager Payfazz Safina Saleh menerangkan, Warung Online adalah pengembangan dari fitur yang sebelumnya sudah diluncurkan pada Agustus 2020, yakni Menu Alat Warung. Di dalam fitur tersebut, nantinya pesanan dari pelanggan dapat langsung tercatat di aplikasi Payfazz.

“Dengan adanya fitur Warung Online, diharapkan para agen Payfazz selain dapat mengurangi kontak fisik juga dapat memperluas cakupan pelanggannya, sehingga bisnis semakin berkembang dan meningkat,” ujar Safina dalam keterangan resmi, Jumat (26/2).

Dijelaskan lebih jauh, Warung Online memungkinkan para agen untuk menjual produk dagangannya secara online melalui tautan profil pada aplikasi Payfazz. Para agen dapat mendaftarkan usahanya secara gratis melalui Payfazz dan masukkan barang-barang yang akan dijual, seperti barang kelontong, grosir, pakaian, makanan, minuman, dan lainnya yang akan ditawarkan kepada pelanggan.

Berikutnya, agen dapat membagikan tautan tersebut ke pelanggannya melalui platform media sosial atau pesan singkat. Pembeli yang membuka tautan akan melihat situs produk-produk dari toko agen tersebut dan langsung memesannya secara online.

Sumber: Payfazz
Sumber: Payfazz

Secara terpisah saat dihubungi DailySocial, Safina menerangkan alur pengiriman dan pembayaran pada fitur Warung Online ini dapat disesuaikan dengan kesepakatan dari masing-masing pembeli dan penjual. “Proses ini terjadi di luar platform Payfazz dan fitur Warung Online.”

Diharapkan kehadiran Warung Online dapat memperluas jangkauan usaha dan meningkatkan jumlah pelanggan. Ia juga memastikan bahwa agen tidak perlu khawatir dengan tambahan biaya operasional karena fitur bisa digunakan oleh semua agen secara cuma-cuma.

Safira mengungkapkan sejauh ini jumlah agen yang menggunakan Menu Alat Warung telah mencapai lebih dari 100 ribu pengguna dan sebagian besar tersebar di Pulau Jawa & Sumatera.

Adapun sepanjang tahun 2020, jumlah agen yang bergabung dengan Payfazz telah mencapai lebih dari 1 juta pengguna. Fitur yang paling banyak digunakan adalah Transaksi PPOB, Pencatatan Kasir Warung & Catat Utang.

Digitalisasi UMKM untuk masuk ke ranah digital semakin digalakkan sepanjang pandemi. Oleh karenanya, berbagai inisiasi diciptakan oleh berbagai startup tidak hanya Payfazz, Grab misalnya bekerja sama dengan startup seperti Warung Pintar untuk memasukkan para agennya ke GrabMart agar jangkauan bisnisnya semakin luas.

Application Information Will Show Up Here

Platform SaaS JALA.ai Bantu Bisnis Pantau Kinerja Tim Penjualan

JALA.ai dikembangkan sebagai layanan SaaS untuk membantu bisnis memonitor kinerja tim penjualan. Didirikan sejak tahun 2019, saat ini mereka sudah memiliki beberapa fitur unggulan, meliputi Real-Time Lead Distribution, Sales Pipelne, Lead Performance Report, Campaign Performance Report, Hingg Ads/Zapier Integration. Misinya ingin menghadirkan laporan proses kerja tim dalam satu dasbor terpusat.

Kepada DailySocial, Founder & CEO JALA.ai Mirfagah Iqbal mengungkapkan, platformnya diluncurkan setelah melakukan beberapa tesis dan uji coba langsung di lapangan. Melihat peluang yang ada, mereka memiliki spesialisasi untuk melayani sektor properti, kemudian kini mulai merambah ke berbagai sektor lainnya.

“Model bisnis kami adalah SaaS dengan langganan bulanan untuk ritel dan korporasi. Untuk model korporasi ini menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, kita fleksibel untuk menyediakan fitur dengan bentuk plug-in sesuai dengan kebutuhan.”

Layanan serupa sebenarnya sudah ada di pasaran, baik dari pengembang dalam atau luar negeri. Dari startup lokal, salah satu yang mengembangkan layanan sales performance report adalah Qontak. Terakhir mereka membukukan pendanaan pra-seri A yang dipimpin oleh Azure Ventures, dengan keterlibatan Amand Ventures dan SeaCap Venture.

Dalam upaya untuk memenangkan pasar, JALA.ai berusaha mengembangkan produk yang spesifik melayani pasar Indonesia. Untuk itu mereka sangat memperhatikan masukan dari para klien. Misalnya terkait adanya kebutuhan untuk mengukur investasi promosi secara real-time, sehingga dihadirkan layanan Campaign Performance Report dan Ads Integration.

“JALA.ai juga bisa diintegrasikan dengan platform pihak ketiga. Kita
mencoba membuat friendly ecosystem dengan sistem layanan lain yang sekiranya digunakan oleh perusahaan,” kata Mirfagah.

Platform untuk semua industri

“Layanan utama yang ditawarkan JALA.ai ada dua, yakni JALA Assistant dan JALA Dashboard. Dua layanan ini saling bersinergi dan dibutuhkan dalam membantu meningkatkan efektivitas tingkat penjualan terutama bagi bisnis properti,” Kata Mirfagah.

Aplikasi JALA Assistant bisa terintegrasi dengan sistem backend yang dimiliki perusahaan, misalnya agar dapat menampilkan data produk yang dijual atau basis data pengguna. Sementara JALA Dashboard difokuskan untuk kebutuhan monitoring.

Hingga saat ini layanan JALA.ai telah digunakan sekitar 50 perusahaan dengan 1000 pengguna aktif. Sempat mengalami kendala pertumbuhan bisnis saat pandemi, karena 76% klien bergerak di bidang industri properti, namun memasuki kuartal ketiga bisnis sudah mulai bisa menyesuaikan dengan keadaan dan berangsur pulih kembali.

Tahun ini ada beberapa target yang ingin dicapai oleh JALA.ai, di antaranya adalah rencana penggalangan dana yang saat ini masih dalam tahap penjajakan.

“JALA.ai juga ingin ke depannya bisa digunakan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia ataupun di luar negeri. Selain di industri properti, industri lain yang sudah menggunakan platform kita di antaranya adalah otomotif dan beberapa Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM),” kata Mirfagah.

4 Catatan Menarik Seputar Menentukan Strategi untuk Penetrasi Pasar

Ada banyak inovasi yang dapat dikembangkan untuk mendigitalisasi UMKM atau pemilik usaha kecil di Indonesia. Dengan inovasi ini, mereka punya kesempatan untuk mengembangkan bisnisnya. Jalan masuknya bisa melalui layanan keuangan hingga pembukuan.

Hal ini juga seperti yang dilakukan BukuWarung melalui inovasi layanan SaaS pembukuan untuk kalangan UMKM. Apa saja pengalaman BukuWarung dalam melakukan penetrasi ke pasar hingga menetapkan strategi yang tepat?

Simak paparan menarik yang dibagikan Head of Growth/Funding Team of BukuWarung Mario Nicolas selengkapnya di sesi #SelasaStartup.

Cari masalah dan validasi di lapangan

Berkaca pada pengalamannya di BukuWarung, Mario menegaskan pentingnya menemukan masalah dan memvalidasinya di lapangan. Pada konteks ini, ia menilai pelaku usaha warung di Indonesia terbiasa menggunakan cara konvensional dalam mencatat pembukuan usahanya, misalnya buku dan kertas.

Terlebih lagi, masih banyak pemilik warung yang belum sepenuhnya dapat membedakan konsep keuangan pribadi, keluarga dalam mengelola bisnis. Menurutnya, kebanyakan dari mereka masih mencampur-campur keuangan ini menjadi satu.

“Ketika kami memulai BukuWarung di pertengahan 2019, saat itu belum banyak yang fokus ke segmen warung. Kalaupun ada, kebanyakan [membidik segmen] di kota-kota. Nah, kami validasi ke Jawa dan menemukan masih banyak yang pakai kertas dan buku,” ungkap Mario.

Malahan, lanjutnya, banyak pemilik warung melakukan pembukuan hanya untuk mencatat utang, itupun hanya nominalnya saja. Bahkan, sebanyak 90% dari yang disurvei BukuWarung, tidak mencatat data pengutang, seperti nama dan nomor telepon.

“Dari sini, kami dapat beberapa problem, lalu kami buat aplikasi dan minta ke orang sama yang kami survei untuk mencobanya. Kami pun dapat banyak feedback. Jadi, always come with a problem dan validasi ke lapangan. Pelaku usaha ini jadi punya outlet terhadap masalah yang mereka hadapi,” tuturnya.

Kenali user untuk tentukan strategi

Ketika bicara fase awal startup berdiri, segala macam strategi pasti dicoba untuk mencapai target bisnis. Ada yang berhasil dan ada yang gagal. Kendati begitu, ia menggarisbawahi bahwa semua strategi yang sukses, tidak berarti berlaku untuk semua kategori bisnis.

Ambil contoh, banyak startup yang menggunakan influencer untuk memperkenalkan produk atau layanan, tetapi tidak berarti strategi ini fits untuk vertikal bisnis lain. Startup dapat melakukan eksperimen untuk mencari tahu growth channel yang tepat.

“Maka itu, kenali dulu siapa user kita dan coba memahami sampai ke core level. Biasanya, any kind of tech, [strategi] yang paling laku itu word of mouth. Jadi, coba saja strategi satu-satu, lihat result-nya, then move on,” tambahnya.

Mengambil pelajaran dari upaya akuisisi pelanggan

Sekali lagi, Mario menekankan pentingnya melakukan validasi atas teori yang dibangun dan coba bereksperimen untuk mencari tahu. Ini merupakan salah satu pelajaran penting yang dialami Mario dalam menentukan strategi akuisisi pelanggan.

“Apapun yang kita pernah pelajari itu semuanya salah. Kami pernah berasumsi bahwa [target pengguna] kami tidak paham aplikasi, ternyata kami salah. Makanya, kami selalu validasi dan mencari cara kecil-kecilan untuk membuktikannya, seperti survei yang bisa menghasilkan data berharga,” kata Mario.

Tak kalah penting adalah membangun koneksi dengan pengguna untuk memahami apa yang sebetulnya diinginkan. Dari feedback yang diterima, startup dapat mengembangkan user experience terbaik kepada pengguna. Menurutnya, ini jauh lebih penting dibandingkan membangun basis pengguna dengan memberikan promo terus-menerus.

Kompetisi mendorong edukasi lebih cepat

Strategi diperlukan untuk membangun basis pengguna, meningkatkan bisnis, dan mempertahankan posisinya di persaingan pasar. Bagi Mario, kompetisi merupakan aspek yang baik untuk membantu edukasi pasar lebih cepat. Semakin banyak pemain, semakin bagus untuk mendorong penetrasi produk atau layanan.

“Jika hanya ada satu pemain, mungkin butuh bertahun-tahun untuk mengedukasi layanan kami. Lagipula, banyaknya pemain akan mendorong lebih banyak inovasi. Contoh, kami hadirkan inovasi pembayaran digital. Kalau sekadar aplikasi pembukuan saja, impact-nya kurang. Dengan inovasi ini, kami bisa kasih impact besar,” tuturnya.

BukuWarung sejak akhir tahun lalu menghadirkan pembayaran digital dan mengklaim telah menguasai 95% pangsa pasar pembayaran digital di aplikasi pembukuan di Indonesia.

Benefide Berubah Nama Jadi Payuung, Perluas Cakupan Solusi “Employee Benefits”

Pergeseran manajemen kerja semenjak pandemi dari offline ke online, mendongkrak kinerja perusahaan SaaS di Indonesia. Tingginya antusiasme tersebut membuat Fast8 untuk melakukan rebranding salah satu layanan di bawahnya yakni Benefide yang kini menjadi Payuung.

Pemilihan nama Payuung dikarenakan untuk menggambarkan misi platform, yaitu membantu kesejahteraan masyarakat Indonesia dengan menyediakan aneka solusi keuangan yang terjangkau, mudah dipahami, dapat diakses dan dibeli secara digital.

Dalam wawancara terpisah bersama DailySocial, CEO Fast8 Afia Fitriati menjelaskan Payuung pertama kali dirintis lewat uji coba untuk modul pinjaman karyawan di platform Gadjian sekitar 2018. Lalu diikuti dengan riset pasar lebih mendalam, dan iterasi pertama platform Payuung diluncurkan di awal 2020 kemarin.

Hasil dari peluncuran Payuung, mampu tumbuh melampaui produk existing di Fast8. Afia merinci bisnis SaaS perusahaan tumbuh 200% pada tahun lalu, sementara Payuung tumbuh hingga 1000%. Pertumbuhan signifikan ini terjadi karena perusahaan banyak menambah cakupan produk dan layanan, bekerja dengan berbagai lembaga jasa keuangan.

Beberapa mitra tersebut adalah KoinWorks, Capital Life, Prudential, dan Asuransi Sinarmas. Alhasil ada produk pinjaman karyawan, asuransi, jaminan pensiuan, serta investasi yang dapat diakses oleh pengguna Payuung.

Proposisi Payuung berbeda dengan kebanyakan platform employee benefits lainnya di industri SaaS. Payuung telah terintegrasi data secara otomatis dengan platform Gadjian dan Hadirr. Sehingga bagi pengguna kedua platform tersebut, memudahkan transaksi dan pengelolaan data transaksi. “Bagi para partner kami, integrasi ini membuat produk yang ditawarkan di platform bisa lebih tepat sasaran.”

Ke depannya, Payuung akan dilengkapi dengan lebih banyak aneka solusi financial wellness untuk karyawan. “Kami juga akan terus menambah varian produk keuangan yang dihadirkan di platform. Perkembangan platform inilah yang kami harap terwakili dalam pergantian nama dari Benefide menjadi Payuung.”

Terkait penggalangan dana segar seperti yang diberitakan sebelumnya, Afia hanya menuturkan bahwa proses tersebut masih berlangsung dan berhasil menarik beberapa investor. “Karena animo terhadap isu financial wellness terus meningkat di masa pandemi ini,” tutupnya.

Putaran dana segar terakhir yang diumumkan perusahaan terjadi pada 2016 lalu. Saat itu, Gadjian mendapat pendanaan tahap awal yang dipimpin oleh Golden Gate Ventures, diikuti Maloekoe Ventures dengan nilai dirahasiakan.

Didukung Penuh Telkom Group, RUN System Tawarkan Solusi ERP untuk Perusahaan

Pandemi Covid-19 mendadak mengubah budaya kerja sekaligus mengganggu roda bisnis hampir di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, Badan Pusat Statistik mencatat lebih dari 82 persen bisnis terdampak. Hal ini menyebabkan perusahaan harus kembali beradaptasi dengan kebiasaan baru di masyarakat, dan ini berlaku untuk semua sektor.

Berbagai jenis pekerjaan mulai dari sales, purchasing, akuntansi, inventaris, dan kolaborasi kini harus saling koordinasi demi mencapai hasil pekerjaan yang maksimal. Teknologi ERP (Enterprise Resource Planning) dipercaya bisa menjadi solusi dari kepelikan yang melanda perusahaan. Layanan tersebut mampu menyuguhkan laporan bisnis dari interaksi secara real time sehingga koordinasi antar departemen bisa berjalan lebih efektif dan efisien.

PT Global Sukses Solusi (RUN System) didirikan pada tahun 2010; dan sejak 2013 mengkhususkan diri dalam menyediakan solusi software ERP untuk bisnis skala menengah hingga besar di industri manufaktur, distribusi dan perdagangan, dan jasa. Mereka juga sempat mengikuti program inkubator Indigo Incubator 2014 yang diadakan oleh PT Telkom Indonesia.

RUN System mencoba mewujudkan sebuah solusi lokal yang bisa menyelesaikan masalah global yang disesuaikan dengan situasi, kondisi dan budaya perusahaan di Indonesia yang memiliki keunikan tersendiri.

Pada tahun 2015, Telkom menjadikan RUN System sebagai salah satu Distribution Partner solusi ERP bagi seluruh pelanggannya di Indonesia. Di samping itu, perusahaan rintisan asal Yogyakarta ini turut mendapat dukungan dari MDI Ventures dan dana kelolaannya Centauri Fund.

Managing Partner MDI Ventures Kenneth Li menjelaskan, investasi di RUN System merupakan salah satu bentuk yang sejalan dengan misi grup Telkom dalam menuju persaingan di pasar software sekaligus berkompetisi dengan pemain global seperti SAP atau Oracle. “MDI Ventures menyasar investasi berdasarkan karakteristik perusahaan dan daya saingnya di era pasca pandemi. Kami melihat RUN System sebagai startup yang sudah established dengan model bisnis yang teruji.” kata Kenneth.

Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa startup lain yang sajikan solusi serupa, dua di antaranya Esensi Solusi Buana dan Ukirama. ESB bahkan belum lama ini baru bukukan pendanaan awal senilai 69,5 miliar Rupiah dengan salah satu investor yang terlibat adalah AC Ventures.

Target Bisnis

Tampilan software ERP RUN System pada smartphone / RUN System
Tampilan software ERP RUN System pada smartphone / RUN System

Di tahun 2021, Run System menargetkan peningkatan pendapatan hingga 300% sebagai bagian dari rencana strategis perusahaan untuk memperkuat posisinya di industri ERP tanah air. Dalam wawancara terpisah, Presiden Direktur RUN System Sony Rachmadi Purnomo turut menyampaikan bahwa pihaknya memang dari awal mengincar skala kontribusi yang menjangkau pasar korporasi di Asia Tenggara untuk bisa bersaing dengan pemain global.

Selain itu, IPO juga dikabarkan menjadi target selanjutnya dari perusahaan startup jebolan Indigo batch pertama ini. Sementara itu, di tengah pandemi, antrean perusahaan untuk melantai di bursa jauh dari kata sepi. Dilansir dari Katadata, setidaknya sudah ada 50 emiten yang melakukan IPO sepanjang tahun ini. Berdasarkan pipeline yang ada di bursa, masih ada sekitar 17 perusahaan lagi yang siap untuk melantai.

Saat ini RUN System telah melayani sekitar 50 perusahaan di berbagai skala bisnis mulai dari UMKM, menengah, hingga besar yang bergerak di sektor manufaktur, distribusi, perdagangan, dan jasa. Dalam sesi wawancara berbeda, Soni turut menyampaikan, saat ini timnya tengah menggarap integrasi ERP dan sektor perbankan.

Sony mengungkapkan bahwa peluang industri ERP di Indonesia masih sangat besar, dengan sekitar 10-20% perusahaan yang baru memanfaatkan layanan tersebut untuk bisnis mereka. “Kami sangat optimis industri ERP akan terus berkembang ke depannya dengan semakin banyaknya perusahaan yang mulai berinvestasi dan mengimplementasikan sistem ERP untuk mengefisiensikan operasional mereka,” jelasnya.

Platform SaaS majoo Sajikan Layanan Pengelolaan Bisnis Menyeluruh untuk UKM

Salah satu faktor untuk membantu kesuksesan bisnis UKM adalah dukungan dari layanan logistik, pembayaran, hingga manajemen pengelolaan bisnis mereka. Dalam waktu dua tahun terakhir, sudah banyak platform yang kemudian mencoba memudahkan para pelaku UKM mengelola bisnis mereka. Salah satu platform yang kemudian mencoba untuk menyasar sektor tersebut adalah majoo.

majoo didirikan oleh tiga founder, meliputi Adi W. Rahadi (CEO), Audia R. Harahap (COO), dan Bayu Indriarko (VP Engineering). Sebelumnya ketiga para pendiri tersebut merupakan pelaku bisnis ritel yang juga melayani pelanggan UKM, sehingga mereka cukup memahami berbagai kesulitan yang ditemui di lapangan.

Kepada DailySocial Adi mengungkapkan, majoo merupakan aplikasi wirausaha (mini ERP untuk pelaku UKM) dengan fitur lengkap, tidak hanya aplikasi kasir atau point of sales, tetapi juga meliputi pengelolaan inventori, pelanggan, akuntansi, karyawan, analisis bisnis, dan pesanan online.

“majoo percaya bahwa UKM memainkan peran penting dalam mendukung perekonomian Indonesia. majoo juga percaya bahwa setiap UKM harus memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses teknologi dan ekonomi digital yang dapat membantu UKM untuk tumbuh.”

Ditambahkan olehnya, UKM memiliki kesenjangan dalam pencatatan keuangan, membuat pengelolaannya tidak efisien, sehingga potensi durasi bertahan bisnis menjadi pendek, serta membatasi akses terhadap permodalan yang diperlukan pengembangan usaha untuk bisa naik kelas.

Kondisi ini menjadi tantangan UMKM untuk tumbuh melampaui potensi mereka yang sebenarnya. Untuk itu, majoo hadir dengan menyediakan sistem pendukung bisnis yang membantu mereka mengoptimalkan potensi bisnisnya.

“Misi majoo yaitu memajukan UKM dengan inovasi financial technology untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi digital Indonesia. Mendukung UKM naik kelas dan dapat membuka akses pasar ke dunia digital,” kata Adi.

Model bisnis dan strategi monetisasi

Solusi bisnis dari majoo merupakan aplikasi dengan biaya berlanggan secara bulanan atau SaaS. majoo saat ini telah memiliki pengguna berbayar lebih dari 15 ribu wirausaha tersebar di lebih dari 600 kota di Indonesia dengan berbagai jenis usaha. Mulai dari F&B, ritel, jasa, dan jenis wirausaha lainnya.

“Yang membedakan majoo dengan platform lainnya adalah, sebagai aplikasi wirausaha (mini ERP untuk pelaku UKM) dengan fitur lengkap, majoo juga telah terintegrasi dengan marketplace terbesar di Indonesia seperti Tokopedia, Shopee, Blibli, serta Grabfood, untuk meningkatkan penjualan melalui berbagai macam channel online. Semua didapat dengan satu paket langganan dengan harga terjangkau tanpa adanya biaya tambahan (add-ons),” kata Adi.

Pandemi dan pertumbuhan bisnis

Saat masa awal pandemi, segmen retail merupakan bisnis yang paling terdampak dengan penurunan penjualan sampai dengan 70%. Namun dalam waktu tiga bulan, bisnis kembali mengalami tren kenaikan normal dan lebih memiliki ketahanan. Sehingga saat PSBB yang kedua tidak banyak berdampak dibandingkan PSBB pertama yaitu hanya mengalami penurunan sebesar 10%.

“Karena retail merupakan segmen utama majoo, sehingga kami langsung melakukan perubahan strategi growth menjadi efisiensi dan mengembangkan fitur yang menambah value wirausaha dimasa pandemi untuk meningkatkan penjualan dari channel online. Mulai dari order online, webmenu, WhatsApp struk dan pembayaran online, integrasi dengan Grabfood, Tokopedia, dan layanan e-commerce lainnya,” kata Adi.

Saat ini kinerja bisnis majoo mulai mengalami pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan sebelum masa pandemi. Perusahaan yakin bahwa krisis merupakan katalis tumbuhnya wirausaha baru yang akan mengakselerasi digitalisasi sehingga ke depannya akan mendorong pertumbuhan bisnis majoo.

“Distribusi vaksin yang diperluas mulai tahun 2021 akan membuat retail kembali normal. Dengan performance bisnis majoo yang kuat pada tahun 2020 lalu, kita menargetkan untuk meraih profitability pada akhir tahun 2021, serta kembali merencanakan penggalangan dana pada Q2 tahun ini yang sempat tertunda tahun lalu saat awal pandemi,” kata Adi.

Application Information Will Show Up Here

Credibook Receives 21 Billion Rupiah Pre-Series A Funding Led by Wavemaker Partners

Fintech startup CrediBook announced $1.5 million (over 21 billion Rupiah) pre-series A funding led by Wavemaker Partners. Alpha JWC Ventures participated in this round along with Insignia Ventures as an investor in the previous round.

CrediBook’s Co-Founder & CEO Gabriel Frans said to DailySocial, fresh funds will be channeled to strengthen the company’s new business to provide financial solutions for MSMEs with new features and expanding its presence outside Jabodetabek and Bandung.

“We want to digitize the manual process in MSMEs, for many are still using paper and books, by introducing more robust products and expanding the distribution network of retailers and suppliers,” he said, Tuesday (26/1).

These solutions for the MSME segment, he continued, are not just debt managers or invoices automation. They also need solutions such as sales management, therefore, their business activities can be slowly digitized.

Jooalan is one example of MSME solutions that the company released. It has a number of features for MSMEs, such as making it easier for warung merchants to transact at wholesalers without having to queue at the location.

“Credibook wants to be a catalyst, therefore, retailer business activities can be less manual. We also want to support retailers and wholesalers with more features and financial products to support their business activities.”

CrediBook debuted last year, targeting micro-businesses with simple financial recording solutions for micro-businesses, such as shops, with features for recording debt, complete reports, and sending bills via WhatsApp/SMS, telephone.

Gabriel claims that CrediBook users have reached 500 thousand people throughout Indonesia.

After obtaining funding from Payfazz, the two companies are aggressively expanding their financial products from one another to provide added value to each of their users. “We have several partnerships with lending, including Payfazz, to support users. In the future, there will be more financing products in collaboration with Payfazz.”

From a business perspective, this kind of service is considered very helpful for entrepreneurs to go digital, starting with digital financial records as historical data that can be carried off when applying for loans to financial institutions. The low penetration of micro-entrepreneurs is aware of the importance of this matter, making it an attractive business for many tech companies to do.

In the similar segment, apart from CrediBook, there were BukuKas and BukuWarung which also announced the acquisition of funding during the pandemic. Interestingly, these three startups got funding together last year throughout the pandemic. Apart from them, there are other players who have joined, including Moodah, Teman Bisnis, Akuntansiku, Lababook, Akuntansi UKM, and many more.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

CrediBook Terima Pendanaan Pra-Seri A 21 Miliar Rupiah Dipimpin Wavemaker Partners [UPDATED]

Startup pencatatan keuangan CrediBook mengumumkan perolehan pendanaan pra-seri A senilai $1,5 juta (lebih dari 21 miliar Rupiah) yang dipimpin Wavemaker Partners. Alpha JWC Ventures turut berpartisipasi dalam putaran ini, serta diikuti Insignia Ventures yang merupakan investor di putaran sebelumnya.

Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO CrediBook Gabriel Frans menuturkan, dana segar akan dimanfaatkan untuk perkuat bisnis baru perusahaan yang kini mulai menyediakan solusi keuangan di UKM dengan fitur baru dan perluas kehadirannya, tidak hanya di Jabodetabek dan Bandung saja.

“Kami ingin digitalisasi proses manual di SME, masih banyak yang pakai paper and book dengan memperkenalkan produk yang lebih robust dan perluas jaringan distribusi retailer dan supplier,” ujarnya, Selasa (26/1).

Solusi yang dihadirkan untuk segmen UKM, lanjutnya, tidak hanya sekadar pencatatan utang atau pengiriman tagihan saja. Mereka juga membutuhkan solusi seperti manajemen penjualan agar aktivitas bisnisnya dapat terdigitalisasi secara perlahan dari sepenuhnya masih manual.

Jooalan menjadi salah satu contoh solusi untuk UKM yang sudah dirilis perusahaan. Ia memiliki sejumlah fitur untuk para UKM, seperti permudah pedagang warung bertransaksi di wholeseller tanpa harus repot antre datang ke lokasi.

“Credibook ingin menjadi katalis, sehingga aktivitas bisnis retailer bisa less and less manual. Kami juga ingin dukung retailer dan wholeseller dengan lebih banyak fitur dan produk keuangan agar bisa dukung aktivitas bisnis mereka.”

CrediBook pertama kali beroperasi pada tahun lalu, menyasar usaha mikro dengan solusi pencatatan keuangan sederhana untuk usaha mikro, seperti warung, dengan fitur pencatatan utang, laporan lengkap, dan pengiriman tagihan melalui WhatsApp/SMS, telepon.

Gabriel mengklaim kini pengguna CrediBook tembus di angka 500 ribu orang yang tersebar di seluruh Indonesia.

Pasca peroleh pendanaan dari Payfazz, kedua perusahaan gencar melakukan perluasan produk finansial dari satu sama lain untuk memberikan nilai tambah kepada masing-masing penggunanya. “Kami ada beberapa partnership dengan lending, termasuk dari Payfazz, untuk support user. Ke depannya akan ada lebih banyak produk financing bersama Payfazz.”

Dari segi bisnis, kehadiran layanan seperti CrediBook dianggap sangat membantu pengusaha untuk go digital dimulai dari pencatatan keuangan secara digital sebagai data historis yang bisa diboyong saat mengajukan pinjaman ke lembaga keuangan. Masih rendahnya penetrasi pengusaha mikro untuk sadar dengan pentingnya hal ini, menjadi bisnis yang menarik digeluti oleh banyak perusahaan teknologi.

Di segmen yang sama, selain CrediBook sebelumnya ada BukuKas dan BukuWarung yang juga mengumumkan perolehan pendanaan selama pandemi. Menariknya, ketiga startup ini kompak mendapat pendanaan pada tahun lalu sepanjang pandemi berlangsung. Selain mereka, masih ada pemain lain yang ikut masuk, diantaranya Moodah, Teman Bisnis, Akuntansiku, Lababook, Akuntansi UKM, dan masih banyak lagi.

*Kami melakukan revisi terkait tahapan pendanaan dari Seri A menjadi Pra-Seri A

Application Information Will Show Up Here

MAPID Hadirkan Layanan SaaS Pemetaan dan Analisis Geospasial

Besarnya persoalan pemetaan lokasi di Indonesia telah melahirkan beberapa produk lokal untuk menawarkan solusi terbaiknya. Salah satu platform yang mencoba untuk menyasar sektor tersebut adalah MAPID.

Secara khusus MAPID didesain menjadi platform Sistem Informasi Geografis berbasis cloud untuk membantu mengumpulkan, mengelola, memvisualisasikan, dan menganalisis data berbasis lokasi (data geospasial). Skenario penggunaannya dapat diaplikasikan di berbagai sektor, seperti industri, pertanian, pertambangan, dan lain-lain.

Kepada DailySocial, CEO MAPID Bagus Imam Darmawan mengungkapkan, layanannya hadir untuk menjawab permasalahan yang ada mengenai data dan pemetaan. Salah satu yang paling mendasar adalah sumber data masih sangat sempit. Padahal, data digital saat ini 80% mengandung unsur geografis. Kemudian kebanyakan visualisasi peta masih bersifat statis, padahal data saat ini bersifat dinamis, dan masalah-masalah lainnya terkait data dan pemetaan.

“MAPID diciptakan untuk membantu berbagai sektor untuk mengoptimalkan pengolahan dan analisis data sebagai penunjang dalam pengambilan keputusan.”

Saat ini MAPID telah memiliki sekitar 2 ribu lebih pengguna dengan 900 lebih pengguna aktif dalam platform. Mayoritas pengguna dari MAPID tergabung dalam lisensi organisasi. Layanan dan produk MAPID saat ini juga telah tersedia di seluruh Indonesia.

Di Indonesia sudah ada beberapa startup yang juga garap solusi terkait pemetaan. Di antaranya platform LOKASI dan Dheket yang dikembangkan oleh Bhumi Varta Technology. Kemudian ada juga pemain asal Singapura yang telah ekspansi sejak pertengahan tahun lalu, yakni NextBillion.ai.

Data terintegrasi

Aplikasi MAPID Now sebagai salah satu implementasi dari teknologi yang dikembangkan / MAPID
Aplikasi MAPID Now sebagai salah satu implementasi dari teknologi yang dikembangkan / MAPID

Produk MAPID adalah SaaS berbasis web, yang dapat diakses langsung melalui situs. Setelah terdaftar, pengguna kemudian akan dialihkan ke dasbor pribadi dan dapat mulai membuat proyek pemetaan. Ada beberapa hal yang kemudian dapat dilakukan, yaitu mengembangkan platform dan aplikasi pemetaan sebagai alat untuk mengumpulkan data spasial secara masif.

“Melalui teknologi yang dimiliki, data dari manusia dan sensor dapat dikumpulkan secara digital. Platform kemudian dapat memvisualisasikan semua data dalam tampilan peta yang mudah dipahami,” kata Bagus.

Model bisnis yang diterapkan oleh MAPID adalah subscription dan transaction. Bagi pengguna yang ingin menggunakan platform MAPID, harus melakukan subscription terlebih dulu. Subscription ini kemudian dibagi menjadi beberapa opsi yaitu, Student bagi pelajar yang membutuhkan platform pemetaan; Freelancer para konsultan, profesional, freelancer di bidang GIS, pebisnis; dan yang terakhir adalah Organization mereka yang masuk dalam kategori perusahaan besar, pemerintahan dan NGO.

“Data yang ada di dalam MAPID terintegrasi sehingga menghasilkan analisis yang mendalam. MAPID juga menyediakan fitur kolaborasi sehingga koordinasi dapat dengan mudah dilakukan di dalam platform untuk membuat suatu project. Platform MAPID juga mempunyai user friendly UI/UX sehingga tidak hanya para ahli di bidang GIS saja yang dapat menggunakan platform kami,” kata Bagus.

“Tahun ini MAPID berencana untuk fokus melakukan R&D untuk pengembangan produk. MAPID juga ingin melakukan penggalangan dana untuk menunjang rencana tersebut. Kami berharap dapat menjadi location intelligence untuk semua orang,” kata Bagus.

Application Information Will Show Up Here

Pengembang SaaS Manajemen SDM Asal India “Darwinbox” Perkuat Kehadiran di Indonesia

Startup SaaS HR asal India, Darwinbox, mengumumkan perolehan dana segar senilai $15 juta (lebih dari 211 miliar Rupiah) yang dipimpin Salesforce Ventures, diikuti investor sebelumnya Sequoia Capital India dan Lightspeed Venture Partners. Putaran ini merupakan kelanjutan dari seri B yang diperoleh perusahaan pada 2019 lalu.

Salesforce Ventures merupakan perusahaan investasi global, bagian dari Salesforce yang fokus membangun ekosistem perusahaan cloud di dunia dan memperluas penggunaan teknologi kepada masyarakat. Ada 400 perusahaan yang masuk ke dalam portofolio termasuk DocuSign, GoCardless, dan Zoom.

Dalam wawancara terbatas bersama media yang turut dihadiri oleh DailySocial, Co-Founder Darwinbox Jayant Paleti menerangkan dana segar akan digunakan untuk mempercepat ekspansi pasar, merekrut mitra baru, mendorong inovasi produk, dan secara signifikan memperbesar tim di Jakarta.

Funding ini untuk melancarkan ekspansi kami di Asia, sebagian besar dana akan kami fokuskan untuk operasional di Indonesia. Rekrut lebih banyak talenta, membuka kantor kecil untuk R&D di Jakarta, dan mempercepat agenda GTM (go to market) kami di wilayah tersebut,” ucap Jayant, Senin (18/1).

Secara terpisah dalam keterangan resmi, perwakilan dari Salesforce Ventures menyampaikan pemanfaatan adopsi cloud di Asia tumbuh luar biasa cepat dan adanya pandemi sejak tahun lalu semakin memperkuat pentingnya digitalisasi dalam mengelola SDM.

“Inovasi yang ditawarkan Darwinbox menjawab kebutuhan perusahaan-perusahaan terkemuka di Asia. Kami sangat senang menjadi bagian dari perjalanan Darwinbox dan mendukung misi mereka untuk memodernisasi teknologi manajemen SDM dan menjadi pemimpin di bidang ini,” kata dia.

Layanan Darwinbox telah digunakan oleh lebih dari 500 perusahaan global dengan satu juta karyawan yang tersebar di lebih dari 60 negara. Perusahaan ini hadir di Indonesia sejak setahun lalu dan memiliki tim terdedikasi untuk mengembangkan eksistensinya.

Hanya dalam kurun waktu singkat ini, solusi Darwinbox telah digunakan oleh perusahaan teknologi, seperti Tokopedia, Indorama, Kopi Kenangan, STP Tower, Alodokter, Pegi Pegi, Nivea, Puma, Axa, Cigna, dan WeWork yang beroperasi di Asia untuk mentransformasi manajemen SDM mereka secara digital.

Aplikasi Darwinbox
Aplikasi Darwinbox

Solusi Darwinbox

Jayant menuturkan, Darwinbox bermain di solusi HR untuk enterprise dengan rata-rata karyawan dari 300-500 orang hingga 60 ribu orang. Platform dapat dimodifikasi sedemikian rupa untuk menyesuaikan kebutuhan yang mereka dan industrinya masing-masing.

Kebanyakan solusi untuk enterprise di skala ini membutuhkan layanan yang komprehensif dan mudah dioperasikan. Oleh karenanya, Darwinbox memiliki layanan komprehensif yang memenuhi kebutuhan pengelolaan SDM di seluruh fase masa kerja karyawan, mulai dari awal bergabung hingga pensiun. Fitur-fitur tersebut seperti proses perekrutan, orientasi, manajemen tenaga kerja (penilaian performa, pengembangan, cuti, dll), manajemen keuangan (pembayaran gaji, dinas, dan proses reimbursement), manajemen kinerja, dan analisis data.

Dia mengklaim seluruh fitur tersebut sudah disesuaikan dengan pemahaman kultur kerja di Asia, seperti kemudahan penggunaan mobile friendly, tingkat konfigurasi tinggi, dan efisiensi waktu untuk penilaian karyawan lebih cepat. Dengan demikian, platform dapat digunakan oleh semua kalangan, baik dari C-level hingga pekerja kerah biru sekalipun.

“Data tarik utama ini membuat Darwinbox mendapat kepercayaan dari perusahaan besar di Indonesia, berkompetisi dengan SAP, Oracle, dan Workday. Solusi ini dibuat sedemikian rupa untuk mendukung kebutuhan perusahaan di Indonesia yang memiliki keunikan tersendiri ditambah dengan ketersediaan penggunaan bahasa Indonesia pada platform.”

Pemanfaatan SaaS di perusahaan konglomerasi yang sudah berusia puluhan tahun, sebelumnya melihat sektor ini cukup esensial dalam rangka mendukung transformasi digital di SDM-nya. Namun akibat pandemi, pola pikir tersebut terakselerasi sangat signifikan.

Jayant mengklaim sepanjang kuartal ketiga dan keempat pada tahun lalu, terjadi peningkatan bisnis yang cukup tajam, terbaik sepanjang perusahaan berdiri. Pada sembilan bulan terakhir, perusahaan berhasil memperoleh hampir 180 perusahaan.

“Kami memastikan bahwa setiap fitur di Darwinbox dibuat mudah untuk digunakan semua orang di perusahaan, dari CEO hingga karyawan di lapangan. Jika seorang karyawan dapat menggunakan Whatsapp, Anda dapat menggunakan Darwinbox. Semudah itu.”

Business Head Darwinbox untuk Indonesia Marcelly Suhali menambahkan, tidak ada celah antara perusahaan teknologi dan perusahaan tradisional saat mengimplementasikan SaaS HR karena ditentukan oleh pola pikir. “Selama mereka menghargai pentingnya digitalisasi, mereka akan memiliki kemampuan untuk mengadopsi, karena sistem ini sangat mudah digunakan bahkan untuk kerah biru,” kata Marcelly.

Jayant menargetkan pada tahun ini perusahaan dapat meningkatkan bisnisnya hingga tiga kali lipat.