Advotics Kenalkan “Distri”, Solusi Digital untuk Sistem Distribusi

Startup SaaS Advotics merilis sistem manajemen distribusi bernama “Distri” untuk memberikan solusi satu pintu digitalisasi rantai pasok dan jaringan distribusi untuk UKM dan produsen. Platform ini menghubungkan karyawan di lapangan (salesman, canvasser, dan pengemudi) melalui aplikasi, dengan manajemen dan tim back office melalui portal web.

Solusi ini hadir karena selama ini sistem distribusi dan rantai pasok dari perusahaan di Indonesia berjalan kurang efisien, terutama karena proses yang masih konvensional, manual, dan banyak makan waktu. Ambil contoh, mayoritas distributor (61%) masih harus menggunakan dua atau lebih sistem yang berbeda untuk menjalankan operasionalnya, mulai dari sistem akuntansi, manajemen staf sales, dan manajemen stok. Survei ini diambil dari internal Advotics yang diselenggarakan pada tahun lalu.

Akibat terlalu banyak sistem, mengakibatkan potensi kesalahan data yang tidak akurat antarsistem, sinkronisasi yang tidak real-time terhadap perubahan yang terjadi di lapangan, serta integrasi data yang rumit karena format yang berbeda-beda. Ditambah, pelaku bisnis harus menanggung biaya operasional yang lebih tinggi untuk berlangganan, instalasi, dan integrasi sistem.

“Sistem Manajemen Distribusi dari Advotics telah terbukti meningkatkan jumlah kunjungan ke pelanggan hingga 40% dan transaksi penjualan hingga 53%. Karena itu, kami ingin membantu lebih banyak distributor untuk membuat rantai pasok dan sistem mereka lebih efisien dan serba otomatis melalui Distri,” ucap Co-founder & CEO Advotics Boris Sanjaya, Rabu (23/3).

Melalui Distri, sinkronisasi data antara lapangan dan back office tersimpan dan diolah di komputasi awan, sehingga hasil aktivitas di lapangan seperti pesanan, pengantaran, penagihan invoice, dan lainnya, dapat diketahui secara instan. Di samping itu, Distri juga membantu distributor menjalankan bisnisnya di era digital, seperti sinkronisasi stok dengan berbagai channel penjualan, pencatatan transaksi keuangan dan pembuatan laporan keuangan otomatis, live-tracking untuk tim yang bekerja remote/mobile, serta fasilitas pembayaran digital untuk para pelanggan mereka.

Miliki kemampuan integrasi dengan e-commerce

Saat ini, Distri menyediakan integrasi dengan platform e-commerce Tokopedia untuk pengguna Distri yang memiliki kanal penjualan digital. Di samping itu, juga terhubung dengan payment gateway Stripe untuk menyediakan pembayaran invoice secara online, langsung dari pengguna Distri dengan konfirmasi pembayaran otomatis.

Pada masa peluncurannya, pemilik usaha yang tertarik dapat kesempatan uji coba tanpa biaya selama 14 hari. Mereka dapat memasukkan beberapa data utama, seperti data produk atau staf, langsung di hari pertama penggunaan. Tim Advotics akan membantu melalui kelas training, tutorial langsung di situs, serta panduan berupa langkah-langkah penggunaan dan video.

“Karena sistem yang telah dirancang ringkas dan mudah digunakan, Distri dapat digunakan oleh perusahaan skala rintisan atau kecil sekalipun. Kami memiliki dua pilihan layanan, di mana Distri Pro diperuntukkan untuk industri distribusi/manufaktur yang membutuhkan fitur lengkap untuk keseluruhan aktivitas distribusi, sementara Distri Lite diperuntukkan untuk perusahaan jasa yang ingin memonitor aktivitas teknisi yang ditugaskan langsung ke lokasi-lokasi pelanggan mereka,” tambah Boris.

Distri menambah rangkaian produk SaaS yang dikembangkan oleh Advotics. Sebelumnya, Advotics memiliki sembilan produk SaaS yang menyediakan beragam solusi yang bisa diterapkan di tahapan produksi, pergudangan, dan distribusi. Dengan menggunakan kode QR yang dicetak dalam kemasan produk, mereka membantu brand dalam melacak pergerakan barang di tiap titik distribusi, termasuk informasi mengenai aktivitas tim sales dan kekosongan stok. Perusahaan juga telah mengembangkan sistemnya dengan menyertakan solusi untuk inventory, routing, dan collection.

Pada Maret 2021, perusahaan mengumumkan perolehan pendanaan sebesar $2,75 juta yang dipimpin East Ventures, investor sebelumnya yang memimpin putaran tahap awal pada Mei 2019.

Rencana Bisnis Insider di Indonesia Usai Meraih Gelar “Unicorn”

Awal bulan Maret 2022 lalu, Insider yang merupakan pengembang platform SaaS pemasaran, telah merampungkan pendanaan seri D senilai $121 juta (setara Rp 1,75 triliun) dipimpin oleh QIA. Investasi tersebut membuat Insider masuk ke jajaran unicorn dengan valuasi $1,22 miliar.

Sebelumnya Insider menyampaikan komitmennya untuk menggarap pasar Indonesia, termasuk dengan membangun tim lokal di sini sejak tahun 2020 lalu. Tepatnya saat perusahaan baru mengantongi pendanaan seri C sebesar $32 juta yang dipimpin oleh Riverwood Capital.

Sebagai rencana awal pasca pendanaan baru ini, Insider akan menginvestasikan Rp300 miliar selama tiga tahun ke depan untuk pasar Indonesia. Modal tambahan ini juga akan digunakan perusahaan untuk mendorong perluasan bisnis, meningkatkan teknologi inti perusahaan, dan meningkatkan penjualan lokal, dan investasi kegiatan pemasaran.

“Dengan pendanaan ini perusahaan akan menambah 3x jumlah tim mencapai sekitar 300%. Target kita adalah 50 head count di Indonesia. Saya percaya people adalah aset dan kita mengusung konsep people first untuk bisa mengembangkan bisnis,” kata Country Manager Insider Indonesia Arifin Iskandar kepada DailySocial.id.

Pandemi dorong pertumbuhan bisnis

Pandemi terbukti telah mempercepat akselerasi digital, bukan hanya untuk kalangan individu namun juga bisnis secara khusus. Jika dulunya korporasi masih enggan untuk mengadopsi digital, kini secara sukarela mereka mulai melirik berbagai platform pemasaran SaaS seperti Insider.

Saat ini sudah ada 100 perusahaan yang memanfaatkan teknologi dan layanan dari Insider. Mulai dari perusahaan yang masuk dalam kategori digital native, offline to online, hingga perusahaan baru yang sebelumnya masih belum bersedia untuk mengadopsi kegiatan pemasaran mereka secara online. Semua industri pun saat ini sudah menjadi target dari Insider.

“Saat ini bisa dibilang kita sudah sangat diverse dari sisi industri apa yang kami targetkan. Dulu mungkin kami lebih tertarik kepada perusahaan yang digital native, namun saat ini kami melihat banyak perusahaan yang sebelumnya hanya fokus di offline dan tertarik untuk menyasar online juga sudah menjadi target dari kami,” kata Arifin.

Disinggung seperti apa strategi Insider untuk bisa bersaing dengan pemain asing hingga lokal yang menawarkan layanan dan teknologi yang serupa, Arifin menegaskan dengan pengalaman perusahaan yang sudah berdiri sejak tahun 2012 lalu, mereka mengklaim bisa memberikan the best practice untuk masing-masing klien mereka dari sisi teknologi dan kebutuhan lainnya.

Berkantor pusat di Singapura, Asia Tenggara telah menjadi pasar utama bagi Insider sejak didirikan, dikarenakan Insider pertama kali berekspansi ke 11 wilayah di Asia termasuk Indonesia, Korea, Hong Kong, Sydney, Taiwan, dan Vietnam sebelum Eropa, LATAM, dan AS. Insider ini telah melayani beberapa brand terbesar di APAC termasuk Singapore Airlines, Watsons, Garuda Indonesia, Telkomsel, dan Adidas.

Pemanfaatan data, machine learning, dan AI

Untuk mendukung perusahaan memberikan layanan yang relevan, Insider memanfaatkan data serta penerapan teknologi AI dan machine learning. Proses tersebut yang diklaim sudah menjadi the right foundation bagi Insider dengan mengawali semua dari data, yang mereka dapatkan dari consumer behaviour yang dapat di track dari digital enabler atau digital operator. Selain itu data tersebut juga bisa dikombinasikan dengan data yang sudah ada di sistim legacy.

“Contohnya sebelum pandemi ketika program loyalty dilancarkan sebagai upaya untuk memberikan reward kepada pelanggan, pada umumnya mereka harus datang ke toko atau mall kemudian mendaftar untuk melakukan pembelian. Data tersebut bisa kita gabungkan. Nantinya Insider akan menggunakan teknologi AI dan machine learning untuk bisa menilai customer lifetime,” kata Arifin.

Konsumen saat ini rata-rata terlibat secara digital dengan brand di enam saluran atau lebih. Pemasar ditantang untuk terlibat dengan pelanggan di saluran pilihan mereka saat mereka paling aktif. Platform bertenaga AI Insider menyatukan serangkaian kemampuan personalisasi paling luas dengan
saluran pesan yang muncul seperti WhatsApp, Facebook, RCS, dan SMS.

“Media sosial di Indonesia masih menjadi tools terbaik untuk kegiatan pemasaran. Facebook dan Instagram memiliki jumlah sangat besar di Indonesia dan menjadi channel pilihan untuk kegiatan pemasaran, namun demikian Insider juga memiliki opsi lain di luar media sosial,” kata Arifin.

Mekari Flex Hadirkan Fitur “Earned Wage Access”, Mudahkan Pencairan Gaji Lebih Awal

Sesuai dengan komitmennya untuk mendukung kesejahteraan karyawan secara holistik, pengembang layanan SaaS untuk bisnis Mekari menghadirkan fitur Earned Wage Access (EWA) yang memungkinkan pegawai untuk mencairkan gajinya lebih awal melalui produk Mekari Flex.

Diluncurkan tahun 2020 lalu, Mekari Flex merupakan platform digital yang terintegrasi dengan Human Resources Information System (HRIS), memungkinkan berbagai jenis perusahaan mengelola benefit karyawan yang lebih fleksibel tanpa mengeluarkan biaya yang besar.

Melalui fitur EWA, pegawai dari perusahaan yang menggunakan teknologi dari Mekari bisa melakukan pencairan gaji sebelum periode payroll. Pegawai juga bisa mengatur finansialnya dengan lebih fleksibel, tanpa dikenai bunga dan prosedur yang rumit. Nantinya gaji yang diakses lebih awal, akan dipotong dari gaji di bulan yang sedang berjalan, sehingga perusahaan tidak perlu mengalokasikan budget khusus.

Proses pencairan EWA pun mudah, yakni melalui aplikasi Mekari Flex yang tersedia untuk iOS dan Android. Pegawai dapat mengajukan pencairan gaji sewaktu-waktu secara mandiri tanpa membebani tim HR. Proses pengiriman dana pun hanya memakan waktu hitungan menit. Selain itu, pegawai juga dapat menggunakan porsi EWA-nya untuk membayar pulsa, paket data, tagihan listrik, dsb., langsung dari aplikasi Mekari Flex.

“Menawarkan berbagai manfaat tanpa biaya tambahan apa pun, Earned Wage Access dari Mekari Flex adalah solusi digital bagi perusahaan yang ingin meningkatkan kesejahteraan, produktivitas, serta loyalitas pegawai,” kata Direktur Layanan Finansial Mekari Jansen Jumino.

Melalui fitur baru ini, Mekari berharap tidak hanya membantu perusahaan klien untuk meningkatkan motivasi dan menjauhkan karyawan dari stres, namun juga menunjang pemenuhan kebutuhan darurat mereka tanpa membebani arus kas perusahaan. Dengan melakukan pencairan gaji sebelum periode payroll, pegawai bisa mengatur finansialnya dengan lebih fleksibel, tanpa dikenai bunga dan prosedur yang rumit.

“Sebagai SaaS yang menjembatani perusahaan dan karyawan, fitur EWA dari Mekari menjadi solusi win-win yang diharapkan memberikan fleksibilitas untuk kedua belah pihak,” kata Jansen.

Pertumbuhan bisnis Mekari

Dalam waktu 12 bulan terakhir, Mekari mengklaim telah mencatatkan peningkatan Gross Merchandise Value (GMV) sebesar 12x lipat. Jumlah pengguna yang bertransaksi aktif mencapai angka puluhan ribu, dengan total transaksi sejumlah ratusan ribu. Melalui sistem serba otomatis, Mekari mengklaim mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitas berbagai aspek perusahaan, seperti sumber daya manusia, akuntansi, pajak, tunjangan karyawan, komunikasi internal, dan hubungan pelanggan.

Ked epannya, Mekari berkomitmen untuk terus mendukung kesejahteraan karyawan secara holistik – mulai dari kesehatan fisik, mental hingga keuangan – dengan platform benefit yang fleksibel dan fitur yang komprehensif serta sesuai dengan kebutuhan karyawan.

Selama pandemi Mekari juga mencatatkan pertumbuhan yang positif. Mekari mencatat, pengguna dengan jumlah karyawan di atas 500 orang tumbuh signifikan. Mereka menggunakan produk cloud HR yang sangat membantu saat adaptasi dengan situasi Covid-19 dan compliance dengan aturan-aturan baru seperti PPh 21 yang ditanggung pemerintah (DTP).

Tercatat dalam waktu 3 tahun terakhir Mekari telah mengakuisisi penuh tiga startup SaaS, yakni Talenta, Jurnal, dan KlikPajak pada April 2019. Lalu masing-masing layanan dikonsolidasikan ke dalam satu platform, menjadikan Mekari dapat menggaet target pengguna dari berbagai skala usaha.

Konsep EWA di Indonesia

Ada yang mengartikan kepanjangan EWA sebagai early wage access. Ada juga yang memakai istilah lainnya seperti, on-demand payinstant paydaily pay benefit, atau earned income access. Tapi seluruh nama tersebut merujuk pada solusi yang melakukan hal dasar yang sama: membantu karyawan mengakses upah yang telah mereka peroleh sebelum hari gajian tiba.

Survei global yang diselenggarakan PwC pada 2019 menemukan bahwa sebanyak 67% pekerja melaporkan berjuang pada tekanan finansial, yang berarti lebih dari dua pertiga populasi pekerja rentan terhadap migrain, depresi, dan kecemasan. Banyak penelitian menyoroti efek stres keuangan karyawan terhadap kinerja bisnis.

Sementara banyak pemberi kerja memberikan pinjaman karyawan (seperti kasbon), sebenarnya mereka hanya mengunci arus kas yang berharga dan belum dapat memberikan fleksibilitas dan solusi instan kepada karyawan. Misalnya, golongan pekerja kelas bawah yang harus berjuang dengan pendapatan atau pengeluaran yang tidak stabil karena berbagai alasan, termasuk tagihan yang tidak terduga atau meningkat dan jam kerja yang berfluktuasi.

Untuk para pemberi kerja, program EWA memungkinkan karyawan mengakses sebagian dari gaji mereka lebih awal dapat membantu mereka menyelaraskan waktu pendapatan mereka dengan pengeluaran yang diharapkan atau tidak terduga untuk menghindari biaya keterlambatan atau penalti.

Diterimanya konsep EWA di negara maju, menginspirasi perusahaan fintech dari negara berkembang untuk turut hadir. Sebab, umumnya di negara berkembang, di mana pekerja berupah rendah sering beralih ke pinjaman cepat dengan bunga tinggi untuk menjaga pengeluaran mendadaknya sebelum hari gajian tiba. Selain Mekari, beberapa layanan telah menawarkan solusi sejenis termasuk GajiGesa, wagely, Gigacover, dan GajiKoin yang diusung KoinWorks.

Application Information Will Show Up Here

Dukung Pertumbuhan UMKM, Youtap Luncurkan Program “Mitra Usaha”

Untuk bisa mengakselerasi digitalisasi dan melahirkan pertumbuhan UMKM yang baru, di usianya yang kedua Youtap meluncurkan sebuah program bernama “Mitra Usaha Youtap”. Melalui program ini bagi mereka yang ingin memiliki usaha sendiri, bisa memanfaatkan berbagai produk dan layanan yang dihadirkan oleh Youtap. Di antaranya adalah program loyalitas, Youtap Academy, hingga paket layanan pemasaran.

Dengan teknologi yang sudah terintegrasi ke berbagai akses pembayaran dan proses rantai pasok yang sudah lengkap dalam platform, layanan ini diharapkan bisa merangkul lebih banyak lagi pelaku UMKM baru. Hingga saat ini layanan Youtap telah digunakan oleh lebih dari 264 ribu merchant yang tersebar di 520 kota/kabupaten di seluruh Indonesia.

Melalui program ini Youtap juga memberikan edukasi kepada pelaku usaha yang ingin meluncurkan hingga membesarkan bisnis mereka. Didampingi oleh tim, akan diberikan masukan yang relevan mulai dari data hingga insight yang dimiliki oleh Youtap. Untuk melancarkan kegiatan pemasaran mereka, Youtap juga menyediakan paket marketing seperti pembuatan logo untuk media sosial, yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku usaha baru.

“Mitra Usaha Youtap adalah sebuah layanan agregator yang bisa membantu semua orang untuk mulai usaha. Dengan bergabung menjadi merchant Youtap, kami akan berikan akses luas yang diperlukan oleh pelaku usaha. Kami juga akan meluncurkan program loyalitas kepada merchant,” kata Herman.

Fokus ke layanan rantai pasok

Setelah sebelumnya fokus sebagai pengembang aplikasi pemrosesan e-money dan point-of-sales, tahun ini Youtap mulai serius menjajaki penyediaan layanan rantai pasok terpadu untuk bisa mempercepat adopsi digital para pelaku UMKM.

Sebelumnya Youtap telah meluncurkan fitur Belanja Stok. Melalui fitur ini pelaku usaha tidak perlu lagi keluar rumah maupun menutup tokonya dalam berbelanja kebutuhan barang usaha. Pelaku usaha dapat menghemat waktu belanja dan menyederhanakan proses pengelolaan usahanya secara efisien hanya melalui portal usaha.

Youtap juga telah menghadirkan produk Tablet Usaha dan platform loyalitas pelanggan. Inovasi tersebut diharapkan dapat mendongkrak merchant hingga 1 juta pada tahun ini.

Disinggung apa alasan utama Youtap mulai ,menyasar penyediaan rantai pasok, Herman menegaskan opsi tersebut sebenarnya sudah menjadi rencana bagi perusahaan, memanfaatkan koneksi yang telah mereka miliki dengan perbankan, institusi finansial, e-money dan masih banyak lagi.

“Yang membedakan Youtap dengan pemain lainnya yang juga menawarkan layanan rantai pasok adalah, koneksi kita yang luas. Berawal dari payment dan POS, ke depannya Youtap ingin menghadirkan solusi end-to-end untuk merchant enterprise hingga UMKM,” kata Herman.

Ditambahkan olehnya, salah satu tantangan dari rantai pasok di tanah air saat ini adalah mendigitalkan semua proses, sehingga memudahkan pelaku usaha seperti UMKM untuk mengadopsi teknologi. Untuk bisa menuju ke proses tersebut, diperlukan edukasi dan tentunya pemahaman lebih mendalam kepada pelaku UMKM untuk segera melakukan semua proses secara digital. Seperti pencatatan keuangan dan lainnya, yang nantinya bisa bermanfaat bagi mereka ketika akan menambah modal usaha.

“Memanfaatkan data yang kami miliki kemudian kami olah, bisa menjadi acuan bagi mereka untuk bisa mendapatkan pembiayaan dari institusi finansial hingga platform seperti Kredivo. Melalui kemitraan yang terjalin antara Youtap dengan platform terkait, diharapkan bisa membantu merchant UMKM yang sudah bergabung dalam komunitas Youtap,” kata Herman.

Pemanfaatan big data

Fitur Belanja Stok / Youtap

Salah satu faktor pendukung yang mempercepat inovasi Youtap adalah pemanfaatan tim riset internal yang mereka miliki. Melihat tren hingga data dan masukan dari merchant enterprise hingga UMKM, Youtap bisa melahirkan sebuah inovasi berupa produk hingga fitur yang relevan kepada pengguna mereka.

Big data dari merchant mereka juga menjadi sumber yang sangat relevan bagi Youtap, ketika sudah di olah dan dibuat menjadi sebuah informasi. Youtap mengklaim sudah mulai masuk sebagai entitas yang mengolah data, insight yang kemudian di bagikan kepada ekosistem mereka.

“Salah satu integrasi yang telah kami lakukan adalah dengan BreadLIfe yang merupakan merchant enterprise kita dan saat ini telah menjadi pemasok para merchant UMKM yang membutuhkan produk seperti roti dan lainnya. Kegiatan ini bisa dilakukan memanfaatkan data yang kemudian kami olah,” kata Herman.

Sebagai platform yang fokus kepada pelaku usaha, Youtap memiliki ambisi untuk bisa memberikan layanan kepada semua bisnis, mulai dari kecil, menengah hingga mikro. Saat ini teknologi yang dimiliki Youtap juga telah digunakan oleh perusahaan F&B besar seperti McDonald, Dominos Pizza hingga Burger King. Namun tidak menutup kemungkinan teknologi tersebut bisa diturunkan kepada pelaku usaha kecil menengah lainnya.

Merchant Youtap saat ini masih didominasi oleh perusahaan F&B. Namun kita juga melihat mulai ada pertumbuhan di groceries. Saat ini kita melihat adopsi penggunaan pembayaran non tunai pertumbuhannya sudah semakin baik. Kondisi ini menunjukkan UMKM sudah lebih mature dan lebih bisa beradaptasi dengan cepat. Secara organik ke depannya akan terlihat siapa dari mereka yang bisa bertahan,” kata Herman.

Application Information Will Show Up Here

Food Market Hub Ingin Menjadi Platform “Digital Procurement” Bisnis Restoran

Salah satu persoalan yang masih harus dihadapi oleh pemilik restoran saat ini adalah koordinasi seputar pemesanan dan pembelian bahan baku dari pemasok. Juga mengontrol pengeluaran, apalagi jika pemilik memiliki lebih dari satu restoran.

Kebanyakan pengelolaan aktivitas tersebut masih dilakukan secara manual, mulai dari memanfaatkan aplikasi chat seperti WhatsApp hingga melakukan komunikasi langsung. Hasilnya banyak pemilik restoran yang tidak bisa mengontrol dan mengelola pengeluaran mereka terkait dengan keperluan dapur secara komprehensif.

Melihat permasalahan tersebut, Food Market Hub (FMH) hadir menyediakan platform manajemen yang membantu bisnis mengautomasi sistem pengadaan dan inventaris barang dengan memanfaatkan teknologi big data dan artificial intelligence. FMH merupakan perusahaan asal Malaysia, didirikan oleh Anthony See yang merupakan pemilik restoran dan Shayna Teh tahun 2017 lalu.

Selain Malaysia dan Indonesia, FMH juga telah hadir di Thailand, Hong Kong, Taiwan dan Singapura.

“FMH mencoba untuk mempermudah pemilik restoran mengelola pengeluaran mereka dengan memanfaatkan teknologi yang terintegrasi dengan sistem POS mereka dan bisa terhubung dengan chat app yang tersedia,” kata Anthony kepada DailySocial.id.

Menjembatani pemilik restoran dan pemasok

Secara khusus pengguna platform FMH bisa terhubung dengan pemasok atau supplier bahan baku sesuai keinginan serta mengintegrasikan sistem yang sudah mereka pakai (POS, inventori, sistem akunting, dll) di restoran ke dalam platform berbasis cloud FMH. Dengan demikian, proses pemesanan bahan baku dinilai akan menjadi lebih mudah dan efisien karena pengambilan keputusan terkait pengadaan barang bisa dilakukan melalui satu platform.

“Selain membantu pemilik restoran, masalah terbesar yang juga kerap dialami oleh supplier adalah bagaimana mereka bisa menawarkan produk mereka seperti sayuran yang memiliki batas waktu penggunaan. Harapannya melalui FMH bisa ditawarkan produk tersebut langsung ke berbagai pemilik restoran yang ada dengan tujuan untuk menghabiskan stok mereka,” kata Anthony.

Setelah resmi hadir di Indonesia sejak Agustus 2021, terdapat 27 brand restoran Indonesia yang mencakup 1335 outlet, sedang mendigitalkan sistem pengadaan, manajemen inventaris dan seluruh backend operations melalui Food Market Hub.

Tercatat ada sekitar 26 bisnis restoran lainnya yang saat ini sedang beralih ke sistem dan ekosistem procurement digital FMH, antara lain Tahooe dan Wanfan.

Bisnis F&B yang terus berkembang memang menjadi peluang tersendiri bagi inovator teknologi. Untuk solusi manajemen bisnis restoran sendiri, di ekosistem startup lokal sudah ada sejumlah pemain. Salah satunya Esensi Solusi Buana, layanan SaaS mereka saat ini sudah diadopsi lebih dari 500 brand F&B. Kemudian di luar itu ada Moka yang juga sudah mencakup produk Moka Fresh untuk pengadaan bahan segar.

Segera galang pendanaan seri B

Sebelum melakukan ekspansi ke Indonesia, FMH telah mengantongi pendanaan seri A+ senilai US$ 8,5 juta atau setara Rp 121 miliar. Pendanaan tersebut dipimpin oleh AC Ventures (didukung juga oleh Malaysia Penjana Kapital fund). Investor sebelumnya turut terlibat dalam pendanaan tersebut, di antaranya adalah Go-Ventures, SIG, dan 500 Global, termasuk di dalamnya East Ventures, Velocity Ventures, Capital Code, dan beberapa angel investor.

Putaran pendanaan ini membawa total pendanaan seri A FMH menjadi $12,5 juta termasuk putaran seri A sebelumnya senilai $4 juta pada November 2020. Dana segar tersebut digunakan oleh FMH untuk memperluas bisnis mereka ke Indonesia, menembus pasar lokal lebih jauh, dan memperkuat kehadirannya di Singapura dan Thailand. Tahun ini FMH juga memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana seri B.

Disinggung apakah ada kerja sama strategis antara FMH dengan ekosistem di Gojek, Anthony menegaskan tidak ada rencana ke arah sana. Fokus mereka adalah memberikan layanan dan teknologi kepada pelaku UMKM, sekitar 80-90% FMH menyasar kepada mereka. Namun demikian FMH juga menargetkan enterprise seperti KFC sebagai klien mereka.

“Untuk strategi monetisasi kami memiliki pilihan gratis dan berbayar semua disesuaikan dengan kebutuhan klien. Beberapa klien memilih dengan cara berbayar agar bisa terintegrasi dengan POS dan sistem akunting mereka,” kata Anthony.

Terkait dengan area layanan FMH masih fokus kepada kota besar seperti Jakarta. Rencananya mereka juga akan melakukan ekspansi ke Bandung, Surabaya hingga Bali. Target untuk pasar Indonesia diharapkan bisa merangkul sekitar 10 ribu restoran.

“Kami memiliki rencana untuk melakukan implementasi teknologi AI dan machine learning untuk bisa memprediksi berapa pengeluaran restoran dalam waktu 7 hari ke depan. Meskipun belum diluncurkan di Indonesia, namun kami harap bisa membantu pemilik restoran mengontrol pengeluaran mereka lebih baik lagi,” kata Anthony.

Application Information Will Show Up Here

Terima Pendanaan Seri B, Platform Logistik Shipsy Segera Dirikan Kantor Pusat Regional di Indonesia

Startup pengembang platform SaaS logistik “Shipsy” mengumumkan baru menutup putaran pendanaan seri B senilai $25 juta dari A91 Partners, Z3 Partner, Info Edge, dan Surge dari Sequoia Capital India. Salah satu rencana yang akan dieksekusi dalam waktu dekat adalah membangun kantor pusat regional di Indonesia, untuk melayani pangsa pasar di Asia Tenggara.

Ekspansi besar-besaran memang akan dilakukan dengan dana segar yang baru didapat ini. Selain Asia Tenggara, Shipsy juga akan merambah pasar baru di Eropa dan Amerika Serikat. Saat ini tim Shipsy telah memiliki 220+ pekerja berbasis di India, Dubai, dan Indonesia yang melayani 60+ pelanggan dari berbagai negara. Diklaim layanan mereka telah menghasilkan 100 juta+ pengiriman kargo setiap bulan dan mengoptimalkan pergerakan lebih dari 2 juta paket setiap harinya.

Layanan utama Shipsy membantu bisnis untuk membangun rantai pasok dan manajemen operasional logistik mereka, seperti pengadaan jasa logistik, pelacakan pengiriman, perencanaan/optimasi rute, agregator kurir, dan lain-lain. Berbagai kebutuhan tersebut diakomodasi dua platform utama mereka, yakni Shipsy Geocoding dan Shipsy Live Tracking.

Potensi bisnis logistik

Menurut laporan yang diterbitkan CLSA dan riset Frost & Sullivan, ukuran pasar logistik di Indonesia telah mencapai $275 miliar pada tahun 2020 dengan pertumbuhan CAGR 16,2% dari periode tahun 2015. Diproyeksikan revenue dari bisnis ini akan melebihi $300 miliar pada tahun 2024 mendatang.  Namun demikian, masih ada berbagai isu mendasar yang dialami oleh para pelaku bisnis di Indonesia terkait logistik, mulai dari ekosistem yang terfragmentasi, sistem bisnis yang kurang efisien, hingga utilisasi infrastruktur logistik yang belum optimal.

Melihat potensi tersebut, startup lokal di bidang logistik terus bermunculan, berharap bisa melayani pasar lokal yang masih terus membutuhkan dukungan pengiriman yang prima – di tengah pertumbuhan pesat bisnis e-commerce dan grocery. Pun demikian di sisi investasi, banyak pemodal yang mematangkan hipotesisnya untuk model bisnis logistik. Sejumlah startup pun silih-berganti memperoleh pendanaan.

Pendanaan startup logistik di Indonesia / DailySocial.id
Pendanaan startup logistik di Indonesia / DailySocial.id

Platform SaaS logistik

Andalin adalah startup lokal terkini yang mendapatkan dukungan investor. Tepatnya pada pertengahan Februari 2020 kemarin, perusahaan mendapatkan tambahan pendanaan hingga 57 miliar Rupiah yang dipimpin Intudo Ventures. Salah satu layanan mereka berbentuk SaaS, yang dapat dimanfaatkan berbagai perusahaan untuk mengelola pengiriman barang ke luar negeri memanfaatkan layanan kargo. Selain Andalin, platform yang menyuguhkan solusi serupa di pasar lokal antara lain Tera Logistic, Allsome, dan Janio.

Solusi SaaS lainnya terkait tata kelola armada logistik, misalnya yang disediakan Kargo Technologies, McEasy, Lacak.io, dan lain sebagainya. Sementara SaaS untuk agregator logistik ada Shipper, BukaSend dari Bukalapak, LODI, Luwjistik, dan lain-lain.

Ekosistem pemain logistik di Indonesia / AC Ventures
Ekosistem pemain logistik di Indonesia / AC Ventures

Meskipun persaingan ketat, Co-Founder & CEO Shipsy Soham Chokshi mengatakan bahwa investasi ini memungkinkan mereka untuk mengubah industri logistik global dengan menggunakan pendekatan utama teknologi. Pendanaan baru yang didapat, tambah Chokshi, akan membantu Shipsy membangun roadmap produk yang jauh lebih kuat, yang akan membantu pelanggan mengurangi biaya logistik dan menciptakan pengalaman yang berbeda.

HiPajak Umumkan Pendanaan Awal dari 1982 Ventures

Startup pengembang platform asisten virtual untuk perpajakan HiPajak mengumumkan telah mendapatkan pendanaan awal dari 1982 Ventures, perusahaan pemodal ventura dari Singapura yang berfokus pada startup fintech di Asia Tenggara. Dana segar yang tidak disebutkan nilainya tersebut, akan difokuskan perusahaan untuk pengembangan produk, sehingga lebih mempermudah aktivitas perpajakan bagi penggunanya.

Sejak berdiri pada awal 2020, HiPajak mengaku mendapatkan pertumbuhan signifikan. Dari statistik yang disampaikan, kini mereka telah merangkul lebih dari 150 ribu pengguna dan 70 ribu UMKM di berbagai wilayah di Indonesia. Menariknya, tren pengguna HiPajak memperlihatkan peningkatan pertumbuhan hingga 100 kali lipat pada rentang usia 18-24 tahun.

“Sejak diluncurkan, HiPajak selalu berkomitmen memberikan solusi yang tepat untuk urusan perpajakan, khususnya bagi orang yang memiliki profesi nonkonvensional atau pekerja lepas, serta bagi segmen UMKM. HiPajak hadir untuk menyederhanakan berbagai langkah terkait pajak penghasilan yang dapat menghemat biaya hingga 95%. Hanya dengan semudah chatting, semua orang dapat dengan mudah mengakses layanan HiPajak, bahkan bagi orang yang awam tentang pajak atau akuntansi sekalipun,” terang Founder & CEO HiPajak Tracy Tardia.

Kencangkan strategi kolaborasi

Untuk menggenjot pertumbuhan traksi, strategi kolaborasi digencarkan oleh HiPajak dengan berbagai ekosistem aplikasi berbasis pengguna besar. Salah satunya bersama Gojek, kerja sama strategis dijalankan melalui unit GoBiz – HiPajak berperan sebagai tax aggregator apps dalam membantu kurang lebih satu juta mitra atau merchant GoFood. Selain itu juga ada sejumlah mitra lain seperti LinkAja, Midtrans, dan KoinWorks.

Layanan HiPajak tidak hanya berfokus untuk mengurus proses perpajakan, mereka juga memberikan akses ke literasi perpajakan. Selain melalui aplikasi, HiPajak secara rutin mengadakan program edukasi pajak kepada mahasiswa serta melakukan sosialisasi dan workshop bagi UMKM.

Aplikasi HiPajak dilengkapi dengan 5 fitur utama terdiri dari Rekomendasi Pajak, Catat & Hitung Pajak, Bayar Pajak, Lapor Pajak, Konsultasi Pajak (Curhat Pajak), serta Pembuatan NPWP. Untuk keamanan data privasi pengguna, mereka menggunakan sistem proteksi yang berlapis dan teruji. Saat ini mereka juga diawasi dan terhubung secara langsung dengan Direktorat Jenderal Pajak. Sementara itu dalam penerimaan dana pengguna, HiPajak telah bekerja sama dengan BNI.

“Dengan kemajuan teknologi yang pesat, kami terus termotivasi dalam berinovasi mengembangkan berbagai fitur yang ada di HiPajak sehingga masyarakat dapat semakin dimudahkan dan menghilangkan kesan bahwa mengurus pajak itu sulit. Menyederhanakan layanan perpajakan bagi masyarakat akan terus menjadi prioritas utama kami. HiPajak juga akan melanjutkan kontribusinya dalam mendukung pemerintah untuk meningkatkan kinerja penerimaan pajak yang menjadi sumber pendapatan negara dan membantu percepatan pembangunan nasional,” imbuh Tracy.

Layanan pajak digital

Terkait digitalisasi layanan perpajakan, sejumlah startup di Indonesia telah hadirkan inovasi – baik yang menyasar kalangan perorangan maupun pelaku bisnis. Salah satu yang terbesar adalah OnlinePajak, akhir tahun 2021 lalu mereka tengah mengumpulkan pendanaan seri C melibatkan Visa, Tencent, dan sejumlah investor lainnya. Diperkirakan, dengan perolehan investasi tersebut, valuasi OnlinePajak telah mencapai $184 juta atau sekitar 2,6 triliun Rupiah.

Hadir sebagai layanan SaaS untuk bisnis, saat ini OnlinePajak menyajikan beberapa layanan yang dikemas dalam tiga  kategori produk utama: Invoice, Payroll, dan Lainnya. Di dalam sub-layanan Invoice terdapat beragam fitur seperti hitung/setor/lapor PPn dan PPh, pembuatan buku potong, faktur, validasi NPWP, dan lainnya. Mereka turut menyediakan API yang bisa diintegrasikan dengan layanan aplikasi yang dimiliki sebuah perusahaan.

Pemain lain ada Pajak.io, pertengahan tahun lalu mereka juga meluncurkan layanan chatbot bernama “Bee-Jak” untuk mudahkan pelaku UMKM melaporkan dan membayar pajaknya. Pendekatan ini mirip yang dilakukan HiPajak. Sementara itu ada beberapa platform lain yang juga memiliki layanan perpajakan dengan konsep unik masing-masing, mulai dari KlikPajak, Pajakku, MitraBijak, Mekari, dan lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian Fortune Business Insight, layanan pajak digital atau perangkat lunak yang membantu manajemen pajak telah mencapai $5,24 miliar pada 2018, diproyeksikan akan meningkat $11,19 miliar di tahun 2026 dengan CAGR 10,4%. Segmen UMKM menjadi salah satu sasaran menarik, mengingat di tingkat ini biasanya bisnis masih belum memiliki tim khusus yang didedikasikan untuk mengurus pajak.

Application Information Will Show Up Here

DOKU Perkenalkan Fitur eRetail, Mudahkan Merchant Punya Aplikasi Sendiri

DOKU mengumumkan kehadiran fitur eRetail, platform untuk permudah merchant memiliki aplikasi sendiri tanpa harus bangun dari awal. Dalam peluncuran ini, DOKU dibantu oleh mitra strategis Kaddra, perusahaan teknologi berbasis di Singapura sebagai mesinnya.

DOKU memilih Kaddra sebagai mitra lantaran perusahaan tersebut mengklaim telah memenangkan berbagai penghargaan dalam menyediakan solusi loyalitas pelanggan, mobile commerce, dan remarketing bagi merek-merek ritel dan konsumen.

Aplikasi tersebut dirancang dengan fasilitas belanja online, selayaknya aplikasi e-commerce pada umumnya dengan antarmuka yang sederhana. Juga, melakukan pembelian dan mendapatkan hadiah dari program loyalitas yang disediakan. DOKU menjadi mesin untuk transaksi pembayaran yang seamless, sementara Kaddra menjadi mesin penyedia program loyalitas.

Penawaran ini hadir untuk menyasar para merchant, baik itu UKM ataupun korporasi, yang ingin memberikan nilai tambah buat para konsumennya dalam bentuk aplikasi tersendiri. Kelebihan yang ditawarkan adalah fitur eRetail, memungkinkan para merchant tidak perlu investasi dari nol untuk memiliki aplikasi sendiri. Mereka hanya perlu membayar biaya berlangganan per bulan dengan biaya mulai dari $59 (sekitar Rp845 ribu) untuk paket Starter.

Terkait kemitraan dengan Kaddra, dalam keterangan resmi, Co-founder & COO DOKU Nabilah Alsagoff menjelaskan pihaknya menyambut baik sinergi bersama Kaddra yang menggabungkan teknologi pembayaran dengan inovasi mobile commerce untuk menghadirkan pengalaman berbelanja yang baik bagi para merchant DOKU dan pelanggan mereka.

“Fitur eRetail mendukung segala kebutuhan bisnis masa kini, yang memungkinkan para merchant untuk memperluas kehadiran mereka yang berbasis web ke dalam aplikasi seluler untuk manajemen toko lebih gesit,” ucapnya, Kamis (10/2).

Industri mobile-commerce di Indonesia mengalami pertumbuhan signifikan hingga 70% pada paruh pertama 2021. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai pasar aplikasi e-commerce terbesar ketiga di dunia. Fitur eRetail akan membantu mendorong bisnis lokal Indonesia ke lini depan di tengah tren mobile commerce, dengan menawarkan layanan terintegrasi bagi para merchant untuk memperoleh dan mempertahankan pelanggan.

“Indonesia berada tepat di tengah episentrum e-commerce yang berkembang pesat di Asia Tenggara, dan kami merasa tidak ada mitra yang lebih baik daripada DOKU, yang mengutamakan sistem pembayaran dalam setiap bisnis lokal. Dalam kolaborasi erat dengan DOKU, kami sangat senang membantu para merchant lokal untuk membentuk masa depan mobile commerce dalam beberapa bulan mendatang,” tambah Co-founder & CEO Kaddra Quentin Chiarugi.

Inovasi pembayaran DOKU lainnya

Di luar eRetail, DOKU termasuk gencar dalam menggarap berbagai kerja sama untuk mengutilisasi bisnis utamanya yang bergerak di bisnis gerbang pembayaran dan e-wallet. Menjelang akhir tahun lalu, perusahaan mengumumkan kerja sama dengan BSS Parking, operator parkir yang berkantor pusat di Makassar dan memiliki cabang operasional di Bali, untuk menghadirkan QRIS Dynamic yang sudah terintegrasi dengan sistem miliki BSS.

SVP Business Expansion and Regional Sales DOKU Irfan Burhan menjelaskan, bisnis parkir kendaraan di Indonesia identik dengan pembayaran tunai dan cenderung tidak tercatat. Melalui kolaborasi dengan BSS Parking, DOKU ingin membantu proses digitalisasi transaksi di industri perparkiran, sehingga pembayarannya dapat dilakukan lebih cepat, tercatat, dan aman.

Selain lebih praktis, metode pembayaran cashless ini juga mendukung upaya pemerintah untuk memutus rantai Covid-19 dengan menerapkan berbagai jenis pembatasan melalui protokol kesehatan yang diberlakukan. Untuk saat ini sistem BSS Parking telah diimplementasikan di 6 titik parkir di Bali, dengan cakupan area seperti pusat perbelanjaan, rumah sakit, pertokoan, tempat wisata dan fasilitas pelayanan umum.

Masyarakat yang ingin memarkir kendaraan cukup melakukan scan QRIS melalui ponsel mereka, saldo dalam aplikasi e-wallet maupun mobile banking mereka terdebit dan seketika gerbang parkir akan terbuka.

Direktur BSS Parking Felix Panjaitan menuturkan, “Dengan adanya digitalisasi transaksi parkir ini, kami mengharapkan semua transaksi parkir baik parkir di area parkir kawasan, gedung, maupun area parkir bahu jalan sudah dapat dilakukan secara digital non-tunai (cashless). Sehingga selain lebih praktis metode ini juga dapat meminimalisir terjadinya kebocoran pungutan parkir. Dengan demikian pendapatan pengelola ataupun Pemerintah Daerah setempat pun dapat lebih dimaksimalkan.”

Tingkatkan proposisi nilai

Sebagai fintech yang memberikan layanan payment gateway, DOKU memang dituntut untuk terus menelurkan inovasi yang memudahkan ekosistem merchant mereka. Tidak dimungkiri, kompetisi pasar untuk produk tersebut saat ini cukup ketat di Indonesia.

Midtrans adalah salah satu kompetitor utama DOKU. Saat ini Midtrans telah menjadi bagian dari GoTo Group, bahkan secara khusus memiliki integrasi dengan ekosistem merchant Gojek. Pesaing lainnya adalah Xendit yang tahun lalu baru kokohkan diri sebagai unicorn. Selain produk fintech, kini mereka mulai masuk ke ranah produk SaaS untuk bantu digitalisasi UMKM.

majoo Confirms Pre Series A Funding Worth of 130 Billion Rupiah

After raising a $4 million pre-series A funding in late 2021, majoo has completed the round and raised a total $9 million or equivalent to 130 billion Rupiah. New investors are participating in this round, including Quona Capital and Xendit. BRI Ventures also injected more funds into majoo.

majoo’s Co-Founder & CEO, Adi W. Rahadi confirmed to DailySocial on this funding. The follow-on funding has been part of majoo’s pipeline which has been mentioned in the previous interview.

majoo was founded by three, Adi W. Rahadi (CEO), Audia R. Harahap (COO), and Bayu Indriarko (VP Engineering). Previously, the three founders were retail business players who also served SME customers, therefore, they are familiar with various difficulties around the field.

Platform that offers similar services to majoo include Moka, which is part of GoTo Group’s merchant ecosystem. There is also Qasir which started to target the regional market, Pawoon with 25 thousand active merchants, Youtap, which wraps its services with a loyalty program, and many more.

Targeting MSMEs

majoo’s business solution is basically an app with a monthly subscription fee or SaaS. The company has reached more than 15 thousand paid users, including entrepreneurs across more than 600 cities in Indonesia with various types of businesses. It is ranging from F&B, retail, services, and other types of entrepreneurs.

Was founded in 2019, majoo claims to have processed more than 80 million transactions worth of $600 million or over 8.4 trillion Rupiah for MSMEs across 600 cities/districts in Indonesia from various types of businesses, icnluding F&B and laundry.

The service starts from a point of sales (POS) aka cashier application. Currently, it expands to the employee management, inventory, CRM applications, and online marketplace. Statistically, majoo claims to have grown by 85% YoY and has acquired more than 20K active users with a good retention rate.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

majoo Konfirmasi Telah Rampungkan Pendanaan Pra-Seri A Senilai 130 Miliar Rupiah

Setelah membuka pendanaan pra-seri A senilai $4 juta akhir tahun 2021 lalu, majoo kini telah merampungkan putaran tersebut dan berhasil mengumpulkan dana senilai $9 juta atau kira-kira 130 miliar Rupiah. Investor baru yang tergabung dalam putaran ini adalah Quona Capital dan Xendit. BRI Ventures turut menyuntikkan dananya lagi ke majoo.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO majoo Adi W. Rahadi memberikan konfirmasi terkait pendanaan tersebut. Pendanaan tahapan lanjutan ini telah menjadi rencana dari majoo yang yang telah disampaikan dalam wawancara sebelumnya.

majoo didirikan oleh tiga founder, meliputi Adi W. Rahadi (CEO), Audia R. Harahap (COO), dan Bayu Indriarko (VP Engineering). Sebelumnya ketiga para pendiri tersebut merupakan pelaku bisnis ritel yang juga melayani pelanggan UKM, sehingga mereka cukup memahami berbagai kesulitan yang ditemui di lapangan.

Platform yang menawarkan layanan serupa dengan majoo di antaranya adalah Moka yang saat ini menjadi bagian dari ekosistem merchant di GoTo Group, Qasir yang sudah mulai menyasar pasar regional, Pawoon dengan 25 ribu merchant aktif, Youtap yang membungkus layanannya dengan program loyalitas, dan masih banyak lagi.

Menyasar UMKM

Solusi bisnis dari majoo merupakan aplikasi dengan biaya berlanggan secara bulanan atau SaaS. majoo saat ini telah memiliki pengguna berbayar lebih dari 15 ribu wirausaha tersebar di lebih dari 600 kota di Indonesia dengan berbagai jenis usaha. Mulai dari F&B, ritel, jasa, dan jenis wirausaha lainnya.

Sejak berdiri pada 2019, majoo mengaku telah memproses lebih dari 80 juta transaksi senilai $600 juta atau lebih dari 8,4 triliun Rupiah untuk UMKM di lebih dari 600 kota/kabupaten di Indonesia dari berbagai jenis bisnis, mulai dari F&B hingga laundry.

Layanan majoo dimulai dari sebuah point of sales (POS) alias aplikasi kasir. Saat ini terus diperluas mencakup pengelolaan karyawan, inventori, aplikasi CRM, hingga pemesanan online. Secara statistik, majoo mengklaim telah tumbuh 85% YoY dan telah mengakuisisi lebih dari 20 ribu pengguna aktif dengan tingkat retensi yang dinilai baik.

Application Information Will Show Up Here