Sinar Mas Adopsi Teknologi AI untuk Transformasi Digital dengan RISE with SAP

SAP SE mengumumkan bahwa Sinar Mas, salah satu konglomerat terbesar di Indonesia, telah memilih RISE with SAP untuk mengoptimalkan efisiensi operasional dan memanfaatkan inovasi terbaru SAP, termasuk Business AI. Langkah ini menandai awal transformasi digital Sinar Mas melalui migrasi lima bisnis mereka ke cloud.

Sinar Mas, yang beroperasi di tujuh pilar bisnis: Pulp & Paper, Agribisnis & Pangan, Layanan Keuangan, Pengembang & Real Estat, Telekomunikasi & Teknologi, Energi & Infrastruktur, serta Layanan Kesehatan, sebelumnya mengandalkan sistem on-premise. Keputusan untuk beralih ke SAP S/4 HANA Cloud didorong oleh keinginan untuk merampingkan operasi, meningkatkan kelincahan, mempercepat inovasi, dan mendorong skalabilitas, yang semuanya dimungkinkan oleh inti digital yang bersih.

Migrasi ke Cloud untuk Efisiensi dan Inovasi

Franky Widjaja, Chairman dan CEO Sinar Mas Agribusiness & Food serta Golden Agri-Resources, menyatakan bahwa perpindahan ke cloud dengan bantuan mitra jangka panjang mereka, SAP, akan memastikan Sinar Mas dapat menavigasi tantangan masa depan dengan lebih baik serta memanfaatkan manfaat teknologi AI.

“Perusahaan-perusahaan saat ini harus beradaptasi cepat terhadap inovasi baru untuk terus tumbuh dan mencapai ambisi mereka,” ujar Franky. “Langkah ini juga akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.”

Jesslyne Widjaja, Executive Director-Strategy & People di Golden Agri-Resources, menambahkan bahwa akses ke data yang akurat dan berkualitas tinggi dari seluruh organisasi sangat penting bagi Sinar Mas untuk mengintegrasikan dan merampingkan operasi.

“Dengan beralih ke SAP’s Cloud ERP, kami akan memiliki pandangan holistik atas data kami, memungkinkan kami untuk beradaptasi lebih baik terhadap perubahan yang berdampak pada semua industri tempat kami beroperasi,” kata Jesslyne Widjaja.

Dukungan SAP untuk Transformasi Sinar Mas

Scott Russell, Chief Revenue Officer dan anggota Dewan Eksekutif SAP SE, menyatakan bahwa keputusan strategis Sinar Mas untuk mengadopsi RISE with SAP adalah contoh utama bagaimana perusahaan-perusahaan terkemuka di Asia memanfaatkan teknologi cloud untuk membangun ketahanan dan kelincahan di pasar yang dinamis saat ini.

“Dengan kekuatan business AI yang terintegrasi langsung ke dalam proses bisnis inti mereka, Sinar Mas akan dapat membawa sejarah pertumbuhan dan inovasi mereka ke tingkat yang lebih tinggi,” ujar Scott. “Kami berharap dapat mendukung Sinar Mas dalam fase baru yang menarik dari transformasi bisnis mereka.”

Verena Siow, Presiden dan Managing Director SAP South East Asia, menekankan bahwa selama kemitraan mereka dengan Sinar Mas yang telah berlangsung selama 28 tahun, Sinar Mas selalu melihat ke masa depan dan apa yang harus dilakukan untuk terus tumbuh dan berkembang.

“Perpindahan mereka ke teknologi cloud dengan RISE bersama SAP mencerminkan pendekatan yang berorientasi ke depan dan akan menyiapkan Sinar Mas untuk masa depan yang lebih baik dalam melayani pelanggan mereka serta terus berkontribusi pada perekonomian nasional Indonesia,” kata Verena Siow.

Transformasi digital yang dilakukan Sinar Mas dengan bantuan RISE with SAP tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi operasional tetapi juga untuk memanfaatkan inovasi AI yang terus berkembang. Langkah ini menandai komitmen Sinar Mas untuk tetap relevan dan kompetitif di era digital, sambil berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

XL Axiata dan Smartfren Bakal Merger, Membentuk Entitas Baru “MergeCo”

Axiata Group Berhad (induk XL Axiata) bersama dengan Sinar Mas (induk Smarfren), telah menandatangani nota kesepahaman tidak mengikat. Kesepakatan ini bertujuan untuk menjajaki kemungkinan penggabungan antara XL Axiata dan Smartfren, yang diharapkan dapat menciptakan entitas baru yang lebih kuat bernama MergeCo.

Nama MergeCo bukan yang pertama dipakai Axiata, sebelumnya saat mereka melakukan merger dengan Malaysian Communications and Multimedia Commission (MCMC) pada Juni 2022 lalu juga menggunakan nama merek tersebut.

Proses penjajakan ini masih berada pada tahap awal. Kedua perusahaan berharap dapat tetap menjadi pemegang saham pengendali dalam MergeCo. Saat ini, belum ada kesepakatan yang mengikat tercapai, dan kedua belah pihak sedang dalam proses validasi, uji tuntas, dan pembuatan rencana bisnis bersama.

Jika penggabungan ini berhasil, diharapkan dapat menciptakan sinergi yang signifikan melalui kombinasi skala usaha, keahlian, dan pemahaman pasar lokal yang dimiliki oleh kedua perusahaan. Ini tidak hanya akan memperkuat posisi kedua perusahaan di pasar telekomunikasi Indonesia tetapi juga diharapkan dapat menghasilkan pengalaman yang lebih baik bagi konsumen.

Axiata, sebagai pemain utama dalam sektor digital dan teknologi di Indonesia, memiliki visi jangka panjang untuk mendukung masa depan digital di negara ini. Melalui inisiatif ini, Axiata ingin memperkuat komitmennya sebagai pemimpin pasar di Indonesia, yang merupakan pasar kunci bagi perusahaan.

MergeCo diharapkan tidak hanya memenuhi tuntutan pasar yang semakin meningkat tetapi juga menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham melalui operasi yang efisien dan pemanfaatan teknologi terkini. Ke depannya, jika penggabungan terlaksana, transaksi tersebut akan tunduk pada peraturan yang berlaku dan memerlukan persetujuan dari pemegang saham serta regulator.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Sinar Mas Berinvestasi ke 01Fintech untuk Dongkrak Kapabilitas Fintech Grup Perusahaan

Sinar Mas Group melalui anak usahanya, PT Sinar Mas Multiartha Tbk (IDX: SMMA) atau Sinar Mas Financial Services mengumumkan investasi dan kemitraan strategis  dengan 01Fintech, yakni sebuah private equity (PE) yang fokus pada sektor fintech di kawasan Asia Tenggara. Tidak disebutkan secara mendetail terkait investasi yang diberikan.

Disampaikan dalam keterangan resminya, Sinar Mas Financial Services akan memanfaatkan berbagai keahlian 01Fintech untuk mentransformasi visi perusahaan di sektor fintech. Di antaranya memperdalam pemahaman pasar, keahlian teknis dan operasional, serta pengalaman dalam membangun unicorn.

Ini juga merupakan kerja sama terbaru dari sejumlah kemitraan strategis yang diumumkan perusahaan untuk mendongkrak kapabilitas fintech di Sinar Mas Group.

SMMA adalah anak usaha konglomerasi Sinar Mas Group yang memiliki portofolio layanan keuangan dan teknologi yang luas pada lebih dari 25 juta pengguna harian, mulai dari asuransi, sekuritas, perbankan, capital market, web3, hingga fintech.

President Commissioner SMMA Indra Widjaja mengungkapkan, “01Fintech punya rekam jejak yang terbukti dapat mengidentifikasi dan membina fintech potensial di Asia Tenggara. Kami yakin keahlian dan pendampingan 01Fintech akan berperan penting membangun ekosistem fintech untuk menciptakan kolaborasi yang seamless dan mengonsolidasikan sumber daya yang lebih baik. Kami antusias kemitraan ini membawa perubahan positif dalam industri dan ekosistem digital Indonesia yang lebih luas.”

01Fintech didirikan  Founder & Managing Partner Kenny Man yang didukung dengan pengalaman kuat membangun fintech mencapai status unicorn di kawasan tersebut, serta perannya sebagai advisor.

“Kami berkomitmen membantu SMMA mencapai tujuan transformasi digitalnya dan membawa sinergi lebih besar ke Sinar Mas Group. Tugas kami dalam membina fintech potensial akan terus berlanjut, terutama dengan investasi tambahan dari SMMA. Kami harap kemitraan ini mendorong pertumbuhan fintech di Indonesia dan menjadi gelombang baru solusi keuangan inovatif yang akan mengubah industri ini,” kata Man.

01Fintech mengklaim punya posisi berbeda dibandingkan PE lainnya yang disebut hanya memberikan investasi kepada startup di growth stage. Pihaknya menyebut memiliki jaringan LP global, terdiri dari CEO fintech terkemuka, pemilik usaha keluarga, hingga konglomerasi di Asia Pasifik, termasuk melakukan pendampingan strategis secara rutin, baik operasional, dan teknis kepada mitra portofolionya.

Kendaraan investasi

Sinar Mas telah memiliki sejumlah kendaraan investasi dengan ragam fokus berbeda. Salah satunya adalah Living Lab Ventures, perusahaan investasi yang punya target membangun ekosistem digital di bidang properti. Ada juga Sinar Mas Digital Ventures yang fokus memberikan pendanaan ke startup digital di berbagai area.

Sebelumnya, Sinar Mas juga telah mengumumkan Urban Gateway Fund, melibatkan sejumlah mitra pemodal ventura strategis termasuk East Ventures dan Prasetia Dwidharma, yang fokus pada startup tahap awal di bidang pengembangan tata kota.

Sementara di sektor fintech, Sinar Mas melalui SMMA juga menanamkan modalnya di platform pembayaran DANA.

Melihat Sejauh Mana Digitalisasi dalam Bisnis Properti di Indonesia

Pandemi dinilai telah mengakselerasi pertumbuhan platform proptech di Indonesia. Hal ini ditengarai urgensi bisnis properti untuk bisa mempercepat semua proses dengan mengadopsi digital. Untuk melihat seperti apa tren dan gelombang berikutnya dari bisnis proptech di Indonesia, perlu dilihat juga perubahan dari kebiasaan di sisi pelanggan.

Dalam sesi temu media yang digelar Sinar Mas Land pekan lalu, hadir Maria Herawati Manik (Country Manager Rumah123), Indira Shadrina (Co-Founder & CCO IDEAL), Irawan Harahap (Chief Digital Tech and Ecosystem Sinar Mas Land), Mulyawan Gani (Chief Transformation Officer Sinar Mas Land), dan Bayu Seto (Partner Living Lab Venture). Diskusi tersebut membahas perkembangan dan potensi proptech di Indonesia.

Inovasi digital dan peluang konsumen muda

Setelah melakukan joint venture dengan 99.co, Rumah123 mencatat peningkatan jumlah kunjungan pengguna di website saat pandemi hingga sekarang. Untuk bisa terus menghadirkan inovasi yang relevan, mereka juga berupaya melakukan kegiatan secara online dengan mitra terkait hingga mendorong para agen mereka untuk lebih cepat melakukan follow up, ketika calon pembeli atau potential buyer sudah melakukan pencarian online.

“Apa yang terjadi adalah selama pandemi mulai banyak bermunculan pilihan pencarian properti secara online dengan menggunakan teknologi 3D. Sebelum pandemi teknologi tersebut belum banyak digunakan oleh pembeli hingga agen, dan hanya berfungsi sebagai pelengkap saja,” kata Country Manager Rumah123.com Maria Herawati Manik.

Namun demikian menurut Maria, meskipun dari kalangan pengembang properti sudah secara cepat mengadopsi digital, dari kalangan agen belum banyak yang mau melakukan kegiatan secara online. Untuk Rumah123 terus mendorong semua agen untuk melakukan kegiatan omnichannel, dengan menggabungkan proses pencarian secara online kemudian ditindaklanjuti lagi secara offline.

“Terutama dari generasi muda. Dibutuhkan waktu rata-rata sekitar satu minggu bagi mereka untuk melakukan penelitian rumah pilihan, bahkan beberapa membutuhkan waktu lebih. Sebagai platform kita mencoba untuk melihat seperti apa pain point mereka untuk bisa melancarkan kegiatan pembelian hingga final,” kata Maria.

Mulai bermunculan usia muda untuk pembelian properti juga dilihat oleh pengembang properti besar seperti Sinar Mas Land. Menurut Chief Transformation Officer Sinar Mas Land Mulyawan Gani, sejak tahun 2020 usia 40 tahun ke bawah mulai banyak yang melakukan pembelian properti. Diperkirakan dalam waktu lima tahun ke depan akan lebih banyak lagi generasi muda yang melakukan pembelian.

“Dengan adanya platform seperti Rumah123 hingga IDEAL, diharapkan bisa memberikan informasi yang lebih mendalam kepada calon pembeli. Ke depannya kita juga ingin memfokuskan kepada riset dan keputusan untuk membeli rumah, untuk itu edukasi menjadi penting bagi kami selaku property developer,” kata Mulyawan.

IDEAL juga memiliki misi untuk bisa menjadi platform yang relevan bagi calon pembeli yang ingin melakukan pembelian rumah melalui “responsible lending”. Memanfaatkan mitra pengembang ternama dan perbankan, platform mereka menghadirkan kemudahan untuk bisa melancarkan proses pembelian rumah para generasi muda saat ini.

“Kita melihat ketakutan terbesar generasi muda saat ingin membeli rumah adalah penolakan KPR yang ternyata kerap terjadi. Untuk itu sebagai platform fintech yang mendukung sektor properti, kita berharap bisa meminimalisir penolakan KPR tersebut di kalangan generasi muda,” kata Co-Founder & CCO IDEAL Indira Shadrina.

Perluas ekosistem melalui “Digital Hub”

Sinar Mas Land melakukan transformasi digital untuk memberikan pelayanan dan produk terbaik bagi masyarakat sejak tahun 2016. Dari segi infrastruktur, perusahaan menerapkan penyediaan jaringan fiber optic untuk internet berkecepatan tinggi, pengawasan lalu lintas melalui traffic command center, dan lain sebagainya.

Sejak tahun 2017 Sinar Mas Land pun menggelontorkan investasi senilai 1,5 triliun Rupiah untuk bisa melancarkan rencana mereka memperluas ekosistem. Ke depan, Sinar Mas Land menyiapkan dana investasi mencapai Rp5 -6 triliun untuk terus mengembangkan kawasan Digital Hub. Perusahaan sendiri mengklaim hingga saat ini sudah mengantongi revenue Rp1 triliun-Rp 1,2 triliun dari startup.

Mereka juga mengembangkan Digital Hub, sebuah kawasan seluas 26 hektar yang didedikasikan untuk komunitas, institusi pendidikan, startup, dan perusahaan multinasional di bidang teknologi digital dan kreatif. Perusahaan seperti Traveloka, Unilever, NTT, Grab, dan Apple kini telah masuk ekosistem digital Sinar Mas Land.

Dalam kesempatan tersebut juga dibahas upaya Sinar Mas Land untuk memperluas ekosistem mereka melalui Digital Hub. Saat ini sudah ada 4 startup unicorn di Indonesia yang berkantor di BSD. Dalam waktu dekat kawasan BSD juga bakal menjadi TikTok Hub bagi konten kreator TikTok di Indonesia.

“Selain menyediakan infrastruktur kami juga ingin fokus mengembangkan talenta digital. Di BSD saat ini sudah banyak sekolah hingga kelas untuk edukasi yang relevan yang diharapkan nantinya bisa menghubungkan talenta yang relevan dengan tech company hingga startup yang ada,” kata Chief Digital Tech and Ecosystem Sinar Mas Land Irawan Harahap.

DANA Umumkan Investasi dari Sinar Mas dan Lazada Group, Dukung Jadi Platform Ekosistem Terbuka [UPDATED]

DANA mengumumkan telah menyelesaikan transaksi investasi terbaru dari Sinar Mas dan Lazada Group dengan nominal dirahasiakan. Perolehan dana tersebut akan digunakan untuk mempercepat misi perusahaan untuk menjadi platform ekosistem terbuka guna menopang pesatnya digitalisasi di Indonesia.

Berdasarkan keterbukaan di Bursa Efek Indonesia pada hari ini (11/8), PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA), unit usaha Grup Sinar Mas di bidang finansial, menyuntikkan dana sebesar $25 juta untuk DANA. Dikonfirmasi lebih jauh oleh manajemen DANA, terdapat tiga anak usaha di bawah Grup Sinar Mas yang berpartisipasi dalam putaran teranyar ini dengan total $250 juta (lebih dari 3,6 triliun Rupiah). Satu di antaranya dari SMMA. Adapun, suntikan dari Lazada tidak disebutkan angkanya.

“Total fund $250 juta dari tiga entitas di bawah Sinar Mas, salah satunya SMMA yang bernilai $25 juta,” ucap perwakilan DANA saat dihubungi DailySocial.id.

Setelah ronde pendanaan ini, menurut daftar CB Insights, DANA masuk ke jajaran startup unicorn dengan valuasi di atas $1 miliar. Dalam daftar tersebut, DANA masuk sebagai startup unicorn ke-9, menyusul perusahaan lokal lainnya seperti Traveloka, Kopi Kenangan, Xendit, OVO, dan Ajaib.

Saat dimintai konfirmasi lebih lanjut oleh DailySocial.id pada Kamis (18/8), Co-founder dan CEO DANA Indonesia Vince Iswara hanya menuturkan, “We don’t really comment on our valuation. Kita pingin put more focus on How strong indonesia tech companies are and confidence from very reputable investors are high!.”

Dalam keterangan resmi yang disampaikan pada Rabu (10/8), Vince Iswara menyampaikan rasa bangganya atas bergabungnya Sinar Mas dan Lazada Group sebagai pemegang saham DANA, bersama dengan pendukungnya terdahulu, yakni EMTEK Group dan Ant Group. Ia meyakini platform DANA akan memberikan banyak nilai strategis kepada investor.

“Dukungan yang diberikan semua pemegang saham tentu akan memperkuat DANA, seiring kami terus meningkatkan layanan keuangan digital yang DANA berikan kepada seluruh masyarakat Indonesia dan dalam mengakselerasi literasi dan inklusi keuangan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Kami juga percaya investasi ini merupakan bagian dari pengembangan bisnis yang akan mempersiapkan DANA untuk fase pertumbuhan selanjutnya,” ucapnya.

Sebelumnya, investasi dari Sinar Mas dilakukan melalui PT Dian Swastika Sentosa Tbk (DSSA), yang masuk lewat anak usahanya PT DSST Dana Gemilang (DSST), sebesar Rp2,8 triliun pada Februari 2022. Langkah tersebut menjadikan DSST sebaagai salah satu pemegang saham mayoritas di DANA setelah PT Elang Andalan Nusantara, perusahaan patungan yang didirikan PT Kreatif Media Karya (KMK) dan Alibaba melalui API Investment Ltd.

Chairman DSSA Franky Oesman Widjaja menyampaikan, investasi dari pihaknya di Dana menandai dimulainya kolaborasi strategis yang berkelanjutan antara Sinar Mas dan DANA. “Kolaborasi antara DANA dan berbagai lini usaha Sinar Mas pada akhirnya akan mendorong akselerasi digital di Indonesia. Kami sangat menantikan kolaborasi dengan DANA untuk membawa dampak positif terhadap digitalisasi bisnis di Indonesia [..],” kata Franky.

CEO Lazada Group dan Lazada Indonesia James Dong menambahkan, dengan lanskap digital yang terus bertumbuh di Indonesia dan Asia Tenggara, maka peningkatan akses layanan keuangan dan penyediaan opsi pembayaran yang lebih luas unutk bisnis dan konsumen menjadi sebuah pengembangan yang sangat penting.

“Meskipun Lazada tetap berfokus pada e-commerce, kami melihat Lazada memegang peranan penting dalam membangun infrastruktur teknologi, logistik, dan infrastruktur pembayaran yang akan menguntungkan Asia Tenggara untuk jangka panjang. Investasi kami di DANA merupakan langkah strategis ke arah yang tepat,” ujar Dong.

Vince menyampaikan, pihaknya tetap aktif terlibat dan membuka peluang investasi, serta kemitraan bagi calon investor terpilih yang memiliki keyakinan terhadap visi dan misi DANA untuk mempercepat literasi dan inklusi keuangan di Indonesia.

Dalam mewujudkan ambisi menjadi platform ekosistem terbuka, DANA mengukuhkan diri untuk terlibat sebagai first mover pada Working Group Nasional Open API dalam rangka mengimplementasikan Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP).

Produk Open API Pembayaran DANA berhasil mendapatkan persetujuan dari Bank Indonesia pada akhir Juni 2022. Dalam working group tersebut, DANA bersama 14 first mover lainnya, terdiri dari perbankan, e-commerce, dan penyedia jasa pembayaran (PJP) lainnya.

Sebagai catatan, standarisasi melalui SNAP adalah bagian dari Blue Print Sistem Pembayaran Indonesia 2025 yang disusun oleh Bank Indonesia. Ini merupakan standar nasional untuk menyeragamkan bahasa, protokol, instruksi, dan lainnya yang memfasilitasi interkoneksi antar aplikasi, demi mendorong percepatan pelaku sistem pembayaran dalam melakukan kerja sama digital juga menekan biaya transaksi konsumen.

Kehadiran SNAP juga mampu mendorong integrasi, interkoneksi, dan interoperabilitas, sehingga meningkatkan efisiensi sekaligus interlinkage antara PJP bank dan PJP non-bank, maupun pelaku digital lainnya.

Pencapaian DANA

Langkah DANA untuk masuk ke platform ekosistem terbuka didukung oleh kondisi yang mana ada lebih dari 43% populasi unbanked di Indonesia. Oleh karenanya, pembayaran digital jadi gerbang utama untuk mendapatkan akses layanan keuangan.

Berdasarkan data Bank Indonesia, pembayaran digital telah telah melampaui transaksi kartu kredit dan debit sebagai alat pembayaran, khususnya dari sisi volume transaksi, dengan nilai mencapai lebih dari 16 miliar transaksi di 2021. Sementara dari nilai transaksi, pembayaran digital telah melampaui kartu kredit secara signifikan sebesar Rp786 triliun dalam kurun waktu yang sama.

“Kami berkomitmen untuk terus menjadi platform ekosistem terbuka dalam penyediaan solusi pembayaran dan layanan keuangan berbasis gaya hidup karena itu diperlukan untuk mencapai inklusi keuangan yang lebih masif.”

Vince pun meyakini melalui strategi yang terbuka tersebut, DANA ditargetkan dapat tumbuh lebih dari dua kali lipat untuk total volume pembayaran atau nilai transaksi bruto pada tahun ini.

Diklaim saat ini DANA memiliki lebih dari 115 juta pengguna dan memroses rata-rata lebih dari 10 juta transaksi harian. Aplikasi DANA itu sendiri, mengutip dari data.ai (sebelumnya bernama AppAnnie), menduduki peringkat pertama sebagai aplikasi di kategori Keuangan yang paling banyak diunduh di Indonesia pada 2021.

Teknologi DANA disebutkan memudahkan proses onboarding mandiri bagi para merchant dari berbagai skala bisnis, dalam waktu kurang dari satu jam. Mereka pun langsung dapat menerima berbagai jenis instrumen pembayaran, sama seperti merchant besar di Indonesia.

Di samping itu, DANA juga menawarkan merchant platform yang mudah digunakan dan kemampuan untuk menyelesaikan pembayaran secara real-time. Kini DANA telah diterima oleh lebih dari 18 juta merchant yang tergabung dalam jaringan QRIS nasional.

Persaingan platform pembayaran digital

Menurut Fintech Report 2021 yang diterbitkan oleh DSInnovate, platform fintech e-money (berbasis server) menjadi layanan yang paling diminati di Indonesia. Tak ayal, karena layanan tersebut memang saat ini menjadi infrastruktur pembayaran utama di berbagai aplikasi digital untuk konsumer. Di sisi lain, inovasi juga terus digencarkan, termasuk dengan merambah ke segmen offline merchant memanfaatkan kapabilitas QRIS.

Platform fintech paling populer di Indonesia / DSInnovate
Platform fintech paling populer di Indonesia / DSInnovate

Laporan tersebut juga mengungkap hasil survei kepada 1500 responden pengguna platform e-money, didapati DANA menempati peringkat ketiga dari sisi jumlah pengguna dan total awareness.

Platform e-money paling banyak digunakan di Indonesia / DSInnovate
Platform e-money paling banyak digunakan di Indonesia / DSInnovate
Application Information Will Show Up Here
*) Kami menambahkan angka investasi yang diberikan dari Grup Sinar Mas beserta konfirmasi resmi dari manajemen DANA
*) 18/8 Kami menambahkan status DANA mencapai unicorn berdasarkan CB Insights dan pernyataan dari Vince Iswara

Grup Sinar Mas Kucurkan 2,8 Triliun Rupiah, Siap jadi Pemegang Saham Pengendali di DANA

Salah satu grup konglomerat Indonesia, Sinar Mas, melalui anak usahanya PT Dian Swastika Sentosa Tbk resmi mengumumkan rencana investasi senilai $200 juta atau lebih dari 2,8 triliun Rupiah ke PT Elang Andalan Nusantara, perusahaan induk startup DANA. Hal ini disampaikan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari Selasa (1/3).

Rencana investasi ini disebut sebagai bagian dari kolaborasi pengembangan bisnis digital kedua perusahaan. Kolaborasi strategis ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi pengembangan ekosistem digital yang dimiliki oleh Perseroan dan berbagai pemangku kepentingan.

Penandatanganan perjanjian investasi telah dilakukan pada 28 Februari.  Sementara penyelesaiannya akan bergantung pada pemenuhan syarat-syarat pendahuluan sebagaimana diatur dalam perjanjian penyertaan modal, termasuk persetujuan dari otoritas berwenang yang terkait.

Rumor terkait akuisisi Sinar Mas terhadap DANA sudah santer diberitakan sejak akhir tahun 2021. Setelah penyelesaian atas aksi korporasi ini, DSST akan menjadi salah satu pemegang saham terbesar di DANA.

Saat ini, DANA masih dimiliki oleh PT Elang Andalan Nusantara (EAN), dengan Emtek masih sebagai investor utama dengan kepemilikan 49 persen saham. Sementara 45 persen sisanya dimiliki Ant Financial melalui API Investment Ltd. Seperti diketahui, pada bulan April 2021, Emtek Group (Emtek) mengungkapkan sudah tidak lagi menjadi pemegang saham pengendali untuk EAN.

Rencana investasi ini memperkuat komitmen Grup Sinar Mas untuk terjun ke industri digital. Belum lama ini perusahaan juga mengucurkan investasi ke startup pengembang teknologi pengolahan dokumen berbasis AI asal Singapura, 6Estates.

Perjalanan DANA

Sejak mulai beroperasi di akhir tahun 2018, aplikasi dompet digital atau payment Dana mengklaim berhasil mencatat pertumbuhan jumlah pengguna hingga 90 persen mencapai 100 juta pengguna di seluruh Indonesia. Tercatat ada lebih dari 350 juta total transaksi dengan menggunakan fitur Kirim Uang dengan rata-rata 30 juta transaksi per bulan.

Pada dukungan terhadap UMKM, Dana juga secara akumulatif menggerakan lebih dari 400.000 UMKM yang makin percaya diri untuk berbisnis secara digital berkat verifikasi yang mudah. Di awal tahun ini, Dana juga telah menjalin kerja sama dengan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Pontianak, Kalimantan Barat untuk membantu digitalisasi dan pengembangan UMKM di daerah tersebut.

Saat ini, perusahaan masih mencoba memperluas jangkauan kolaborasi dengan menambah sejumlah mitra baru seperti BPJS Ketenagakerjaan, Secure Parking, dan WeTV. Hal ini dilakukan guna mengembangkan fitur-fitur yang semakin bisa memenuhi beragam kebutuhan masyarakat, mulai dari kebutuhan finansial hingga hiburan.

Application Information Will Show Up Here

Behind the Participation of Local Conglomerates in Grab’s Pre-IPO

Grab has officially announced to go public on the United States stock exchange using SPAC in collaboration with Altimeter Growth Corp ($AGC). Although it is not fixed on the finalization process, the market currently shows a positive response.

It is proven by the participation of several conglomerates in Indonesia to for the pre-IPO. There are three Indonesian representatives interested in participating through PIPE (Private Investment in Public Equity), Djarum Group, Sariaatmadja Family (EMTEK Group), and Sinar Mas Group. In total there are 14 investors involved in PIPE.

Grab is targeting $ 39.6 billion (around Rp.580 trillion) valuation and raising $500 million fresh fund from $AGC and $4 billion through PIPE. A total $750 million poured as Altimeter’s commitment.

The arrival of the three local conglomerates deserves attention, as they are also affiliated with various digital businesses in the ecosystem. We tried to make the outline through the following mind map :

The figure above shows an interesting (indirect) relationship. Each of them can be said to be affiliated with digital business leaders in Indonesia today – even though they are also competing in the same market share.

Apart from its own service, Grab in Indonesia is affiliated with Ovo (supported by the Lippo Group) – the local unicorn Tokopedia also owned shares in the payment platform. Regarding payments, Grab also involved in LinkAja’s funding, which Gojek is also part of. It implies that both superapps provide a payment option from the service formerly known as TCash.

Recently, Grab (via H Holdings) also reportedly entered into Emtek through PMTHMETD, along with Naver. It stirs up the rumors of the merger between Ovo and Dana – especially since the disclosure of Emtek that is no longer Dana’s main shareholder. Since 2019, Grab has been one of the parties that encouraged the merger of the two payment platforms.

In the loop of three Indonesian conglomerates that have joined PIPE, Grab has several strategic attachments in supporting startups operating in Indonesia. On the other hand, with its competitors [including the Gojek-Tokopedia merger plan] some of the investors are crossing path.

The entrance of Djarum, Emtek and Sinar Mas in the Grab IPO comes with two perspectives. First, there is activity in corporations to take a deeper share in working on the digital economy in Southeast Asia. Second, it is not impossible if even greater consolidation between players will occur at a later date – previously Grab-Gojek had been rumored to merge before the IPO.

Market enthusiasm for the Grab IPO can also set a good precedent for similar exit initiatives for other unicorns and take the digital ecosystem – particularly in Indonesia – to the next level. The success of their exit [unicorn] can be interpreted as business maturity and open the door of opportunities for the next unicorn-to-be.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Gambar Header: Depositphotos.com

Memaknai Bergabungnya Beberapa Konglomerat Lokal di Pra-IPO Grab

Grab telah resmi mengumumkan rencananya untuk go public di bursa saham Amerika Serikat menggunakan SPAC bekerja sama dengan Altimeter Growth Corp ($AGC). Kendati belum ada kepastian kapan proses persiapan akan selesai, sejauh ini pasar menyambut cukup baik inisiatif ini.

Salah satunya dibuktikan dengan minat beberapa konglomerat di Indonesia untuk berpartisipasi dalam penawaran pra-IPO. Ada tiga pihak dari Indonesia yang tertarik berpartisipasi melalui PIPE (Private Investment in Public Equity), yakni Grup Djarum, Keluarga Sariaatmadja (Grup EMTEK), dan Grup Sinar Mas. Secara total ada 14 investor yang terlibat dalam PIPE.

Grab menargetkan valuasi $39,6 miliar (sekitar Rp580 triliun) dan perolehan dana segar $500 juta dari $AGC dan melalui PIPE senilai $4 miliar. Senilai $750 juta di antaranya merupakan komitmen Altimeter.

Masuknya tiga konglomerat lokal tersebut layak menjadi perhatian, pasalnya mereka juga telah terafiliasi pada berbagai bisnis digital di ekosistem. Kami mencoba memetakannya melalui mind map berikut ini:

Peta di atas menunjukkan hubungan (tidak langsung) yang menarik. Masing-masing bisa dikatakan terafiliasi dengan pemimpin bisnis digital yang ada di Indonesia saat ini – kendati juga bersaing di pangsa pasar yang sama.

Selain mengoperasikan layanannya sendiri, Grab di Indonesia terafiliasi dengan Ovo (didukung konglomerat Grup Lippo) – unicorn lokal Tokopedia juga memiliki saham di platform pembayaran tersebut. Terkait pembayaran, Grab juga terlibat dalam pendanaan LinkAja, yang mana Gojek juga melakukan hal yang sama. Implikasinya di kedua superapp tersebut kini ada opsi pembayaran dari layanan yang dulunya bernama TCash tersebut.

Baru-baru ini Grab (via H Holdings) juga dikabarkan masuk ke dalam kepemilikan saham Emtek melalui PMTHMETD, bersama dengan Naver. Membuat rumor rencana merger antara Ovo dan Dana makin kencang – terlebih berdasarkan keterbukaan saat ini Emtek bukan lagi jadi pengendali induk Dana. Sejak 2019 lalu Grab memang menjadi salah satu pihak yang mendorong penggabungan bisnis kedua platform pembayaran tersebut.

Bersama tiga konglomerat Indonesia yang masuk ke PIPE, Grab memiliki beberapa keterikatan strategis dalam mendukung startup yang beroperasi di Indonesia. Di lain sisi, dengan para kompetitornya [termasuk rencana gabungan Gojek-Tokopedia] sebenarnya masih ada irisan sama di barisan investor.

Masuknya Djarum, Emtek, dan Sinar Mas di IPO Grab sejauh ini dapat dipandang dari dua sisi. Pertama, adanya geliat pada korporasi untuk ikut andil lebih dalam lagi menggarap ekonomi digital di Asia Tenggara. Kemudian yang kedua, bukan tidak mungkin jika konsolidasi antarpemain yang lebih besar lagi akan terjadi di kemudian hari – sebelumnya memang sudah beredar kabar Grab-Gojek akan merger sebelum IPO.

Antusias pasar terhadap IPO Grab juga dapat menjadi preseden baik untuk inisiatif exit serupa bagi unicorn lainnya dan membawa ekosistem digital – khususnya di Indonesia – beranjak ke tingkatan selanjutnya. Keberhasilan exit mereka [unicorn] dapat diartikan sebagai kematangan bisnis dan terbukanya peluang untuk regenerasi calon unicorn selanjutnya.


Gambar Header: Depositphotos.com

Mengenal Simas Insurtech, Unit Asuransi Umum Berbasis Digital dari Grup Sinar Mas

Industri asuransi kini menjadi generasi fintech berikutnya yang ikut terpengaruh dari pesatnya perkembangan teknologi. Penetrasinya yang masih kecil, mendorong pemain startup untuk menggarapnya dengan berbagai pendekatan baru.

Grup Sinar Mas melihat peluang tersebut dengan meluncurkan anak usaha bernama Asuransi Simas Net sejak 2015. Kemudian berganti nama menjadi Asuransi Simas Insurtech sejak awal tahun ini dengan semangat ingin perkuat posisinya sebagai asuransi berbasis teknologi.

“Terlebih, istilah insurtech itu sudah secara luas dipakai secara internasional juga,” ucap Direktur Utama Simas Insurtech Teguh Aria Djana kepada DailySocial.

Menjadi perusahaan asuransi online membawa banyak keuntungan yang tidak bisa didapatkan oleh asuransi konvensional. Perusahaan lebih luwes dalam mengembangkan produk, misalnya produk asuransi perjalanan yang dibuat punya berbagai variasi sesuai kebutuhan pengguna.

Khusus untuk asuransi perjalanan saja, perusahaan bisa memiliki lebih dari 10 variasi, contohnya produk asuransi khusus delay untuk penumpang pesawat terbang. Di luar itu, ada asuransi khusus layar smartphone jika retak karena jatuh atau ada benturan.

Secara variasi, perusahaan merancang produk untuk kebutuhan masyarakat modern, seperti asuransi mobil, perjalanan, kecelakaan diri, rumah, hewan peliharaan, kredit untuk fintech, dan lainnya.

“Ada beberapa produk baru yang akan dan sedang kita develop. Kita banyak fokus ke proses klaim, [agar] nantinya lebih cepat baik proses verifikasi dan settlement-nya.”

Manfaatkan kemitraan dengan perusahaan teknologi

Keuntungan lainnya yang bisa diandalkan Simas Insurtech sebagai perusahaan teknologi adalah kemudahan dalam memasarkan produk. Menurut Teguh, kehadiran agregator fintech justru sangat menguntungkan karena perusahaan bisa menjangkau lebih banyak segmen masyarakat.

Hampir semua platform agregator sudah menjadi mitra Simas Insurtech, sebut saja PasarPolis, Qoala, Fuse, Cermati, dan GoBear. Tak hanya platform fintech, Simas Insurtech juga menjual produknya lewat Traveloka (khusus produk asuransi perjalanan) dan bundling pembelian tiket perjalanan di Tokopedia dan JD.id.

Berbagai kemitraan ini, mendorong penjualan signifikan untuk produk populer seperti  asuransi perjalanan, asuransi penjaminan kredit untuk pinjaman fintech, dan asuransi kendaraan bermotor.

“Sangat terbantu karena para agregator menjadi channel distribution yang kontribusinya cukup signifikan.”

Dia menargetkan sepanjang tahun ini perusahaan dapat mencetak premi sebesar Rp100 miliar, naik dari realisasi tahun lalu sebesar Rp54 miliar. Adapun per Juni 2019, perusahaan telah mencetak premi hingga Rp53 miliar atau naik 166% dari periode yang sama tahun lalu.

“Penetrasi asuransi di Indonesia kami harapkan bisa meningkat dari kehadiran pemain seperti kami. Lihat dari sisi premi saja, pertumbuhan premi kami di atas 100%,” tutupnya.

Simas Insurtech merupakan anak perusahaan dari PT Asuransi Sinar Mas melalui Sinarmas Multifinance yang menggenggam 85% saham dan PT Sinar Mas Multi Artha Tbk yang memiliki 15%.

Selain Simas Insurtech, pemain sejenis lainnya yang bermain di ranah ini adalah Jagadiri, FWD Life, dan AXA Direct. Yang terbaru adalah kehadiran Simplr sebagai produk digital dari perusahaan Asuransi Parolamas.

Application Information Will Show Up Here

Layanan P2P Lending Danamas Targetkan Penyaluran Pembiayaan Tembus Dua Triliun Rupiah

Startup p2p lending Danamas, anak usaha Grup Sinar Mas, menargetkan penyaluran pinjaman tembus Rp2 triliun tahun ini. Angka ini cenderung moderat dan diprediksi bisa melampaui. Sejak awal berdiri hingga Januari 2019, Danamas telah menyalurkan dana sekitar Rp1,38 triliun.

CEO Danamas Dani Lihardja menuturkan, dalam merealisasikan target ini banyak rencana bisnis yang siap dilakukan perusahaan. Pertama, menghadirkan produk pinjaman untuk karyawan Jepang yang bekerja di Indonesia.

Dengan demikian, perusahaan tidak akan direpotkan lagi oleh permintaan pinjaman dari para karyawannya. Perusahaan akan menyasar perusahaan Jepang yang berlokasi di sekitar Jakarta dan Bekasi sebagai target penggunanya.

Langkah ini merupakan bagian dari rencana perusahaan pasca diterimanya investasi dari Itochu Corp sebesar US$50 juta pada 2017.

“SMMA (Sinar Mas Multi Artha) itu punya saham di Danamas 66%, Itochu Corp punya 33%. Tahun ini kami berikan fasilitas kredit tepat guna kepada karyawan Jepang yang tinggal di sini. Sehingga perusahaan tidak akan direpotkan lagi dengan berbagai pinjaman dari karyawan,” ujar Dani kepada DailySocial.

Berikutnya, Danamas juga siap memperluas layanan pinjaman multiguna untuk menjangkau pemilik warung mikro. Pemilik warung akan diberikan plafon pinjaman hingga Rp2 juta. Tenor untuk produk ini mulai dari 12-20 hari. Perusahaan akan menyasar pemilik warung yang berlokasi di luar Jakarta, seperti Cikampek, Purwakarta, dan Subang.

Prinsip pinjaman ini, pemilik warung tidak akan menerima dana tunai melainkan harus dalam bentuk barang. Oleh karena itu, nantinya Danamas akan bekerja sama dengan distributor yang digunakan pemilik warung untuk belanja barang.

“Jadi list belanjaan mereka yang di-kredit ke kami. Pemilik warung tidak menerima dana tunai dari kami karena sedari awal ekosistem seperti itu yang kami bangun.”

Perusahaan juga berniat untuk menambah kerja sama dengan empat perusahaan e-commerce. Hanya saja, Dani enggan menyebut lebih detil terkait hal ini.

Saat ini, perusahaan teknologi yang sudah bekerja sama dengan Danamas adalah Traveloka untuk fitur PayLater. Dani menegaskan kerja sama dengan Traveloka ini sebatas bisnis, tidak ada kucuran dana investasi yang diberikan Traveloka untuk mengontrol Danamas.

Ekspansi bisnis

Perusahaan berencana membuka kantor di 12 lokasi baru dari saat ini tersedia di 10 titik, di antaranya Medan, Makassar, Manado, Bandung, Semarang, dan Surabaya. Dani bilang, ekspansi ini ditujukan untuk mengakuisisi lebih banyak pedagang pulsa sebagai peminjam.

“Strategi kami selalu buka cabang karena lebih senang mengakuisisi secara face to face.”

Produk pedagang pulsa ini masih menjadi kontributor utama sekitar Rp700 miliar dari keseluruhan total penyaluran di Danamas sebesar Rp1,2 triliun. Sebanyak 120 ribu pedagang pulsa telah menjadi peminjam di Danamas.

Danamas sebelumnya hanya memiliki dua produk yang banyak dimanfaatkan oleh para peminjam. Yakni pinjaman untuk pedagang pulsa dan konsumen PayLater dari Traveloka. Konsep bisnisnya tetap sama, peminjam tidak bisa menerima dana tunai harus ada perantaranya untuk jaminan keamanan.

Pedagang pulsa yang bisa meminjam di Danamas harus tergabung sebagai reseller yang terdaftar di distributor modern channel yang bekerja sama dengan Danamas, seperti Narindo. Mereka dapat mengajukan pinjaman minimal Rp500 ribu sampai Rp200 juta untuk berdagang pulsa. Adapun tenornya bervariasi mulai dari 1 minggu sampai 7 bulan dengan tenor sekitar 2 persen per bulannya.

Untuk PayLater dari Traveloka, Dani mengaku produk ini telah berkontribusi menyalurkan pinjaman sekitar Rp500 miliar sepanjang tahun lalu. Ada sekitar 200 ribu pengguna Traveloka yang memanfaatkan produk ini. Diprediksi akan semakin banyak digunakan para pengguna, lantaran pihak Traveloka rutin memberikan gimmick untuk mendorong utilitasnya.

Selain mendorong jumlah peminjam, Danamas juga mulai melirik pemodal dari kalangan institusi. Perusahaan telah menggandeng 43 ribu pemodal dari kalangan ritel. Selain bisa mendanai berbagai pinjaman, pemodal dapat berinvestasi di reksa dana, beli asuransi mobil, travel, dan unitlink dari aplikasi.

Setiap pinjaman yang diberikan pemodal dijamin oleh asuransi kredit. Apabila terjadi masalah maka asuransi akan membayar 70% dari nilai pinjaman. Minimal pendanaan yang bisa dilakukan pemodal sebesar Rp500 ribu. Imbal hasil yang diberikan sekitar 20% per tahun.

Danamas merupakan startup p2p lending pertama yang mengantongi izin operasional dari OJK.

Application Information Will Show Up Here