Di Q4 2022, Startup Indonesia Bukukan Pendanaan Lebih dari $580 Juta

Tahun 2022 bukanlah tahun yang mudah untuk startup global, termasuk ekosistem Indonesia. Meskipun demikian, terdapat sejumlah catatan menarik yang ditorehkan sepanjang Q4 2022. Di periode ini, startup Indonesia berhasil membukukan 52 transaksi pendanaan dengan nilai lebih dari $580 juta (lebih dari 9 triliun Rupiah).

Capaian ini membuat perolehan total pendanaan sepanjang tahun 2022 senilai $4,2 miliar berdasarkan 260 transaksi yang diumumkan ke publik. Jika dibandingkan dengan tahun lalu, ada tren penurunan setara -38% dibanding total pendanaan $6,8 miliar di 2021.

Meskipun pendanaan masih kuat di Q1 2022, tren sepanjang tahun hingga Q4 memang menunjukkan perlambatan, baik dari jumlah transaksi maupun total nominal, seiring dengan perubahan konstelasi bisnis teknologi global.

Secara total, fintech masih menjadi sektor terfavorit dengan jumlah transaksi (27 transaksi) dan nominal ($1,7 miliar) terbanyak. Sementara SaaS (19 transaksi), agritech (17), food tech (15), dan logistik (14) juga menjadi sektor favorit investor di tahun 2022 ini.

Jika ditinjau dari perolehannya, 10 perusahaan ini mendapatkan setidaknya $100 juta pendanaan – sebagian gabungan dari equity dan debt funding.

Startup Perolehan Dana
DANA $450,000,000
Akulaku $310,000,000
Traveloka $300,000,000
Xendit $300,000,000
Modalku $144,000,000
Kredivo $140,000,000
Moladin $137,000,000
Sayurbox $120,000,000
PINTU $113,000,000
Fazz $100,000,000

Pendanaan tahap lanjutan ini mengokohkan status Akulaku dan DANA sebagai unicorn selanjutnya di Indonesia.

Tren pendanaan

Jika dilihat dari porsi pendanaannya, tahap awal masih mendominasi jumlah transaksi pendanaan. Hal ini menjadi sinyal kuat bahwa investor masih memiliki kepercayaan tinggi pada aspiring founder lokal dan memosisikan diri untuk membantu memvalidasi ide dan menemukan product-market fit.

Round Jumlah
Seed Funding 90
Pre-Seed 42
Series A 36
Pre-Series A 20
Series B 22
Venture Round 13
Series C 11
Corporate Round 10
Pre-Series B 7
Series D 6
Debt 3

Yang memang terlihat kesulitan adalah startup tahap berkembang yang hendak melakukan penggalangan dana di tahap lanjutan.

Sejumlah investor menilai, faktor guncangan perekonomian global menjadi penyebab perlambatan pendanaan. Ini dilandasi faktor ekonomi dunia yang mengantisipasi resesi dengan kenaikan suku bunga dan inflasi tinggi.

Termasuk faktor yang membuat kondisi semakin kompleks adalah pengaruh perang Rusia-Ukraina yang mengakibatkan gangguan supply chain, pengetatan peraturan startup di Tiongkok, dan penjualan besar-besaran saham-saham teknologi di Amerika Serikat. Walhasil valuasi startup menuju taraf “normalisasi”, demi ekosistem startup yang lebih sehat.

Startup Otomotif UMKM “Bengkel Mania” Peroleh Pendanaan Awal

Startup penyedia solusi untuk bengkel UMKM, Bengkel Mania, mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal dengan nominal dirahasikan. Sejumlah angel investor dan institusi terlibat dalam pendanaan ini di antaranya Alexander Rusli (Eks Dirut Indosat), Ahmad Zaky Amiruddin Kalla (PT Kalla Kakao Industri), Joseph Lumban Gaol, dan PT Reksa Jasa Adika.

Dana segar tersebut akan dimanfaatkan untuk ekspansi bisnis dan mengembangkan produk, demi mewujudkan visi perusahaan sebagai one stop solution untuk pelaku UMKM otomotif di Indonesia.

Bengkel Mania didirikan pada November 2021, memiliki tujuan ingin mendigitalkan dan penyedia solusi menyeluruh bagi pelaku bengkel yang berada di skala UMKM, sehingga tercipta inklusi ekonomi bagi pemilik bengkel dan keluarganya.

Startup ini hadir dari masalah dan keresahan yang dirasakan oleh Rizky Jonathan Lumban Gaol sebagai seorang anak pemilik bengkel motor. Seiring berjalannya waktu menjalani bisnis tersebut, ia dan pemilik bengkel lainnya menemukan masalah yang belum ada solusi pastinya.

Padahal, jumlah sepeda motor di Indonesia terus membludak, sekitar 140 juta unit. Makanya, tidak heran kalau kemacetan lalu lintas didominasi oleh kendaraan tersebut. Namun pertumbuhan motor ini tidak diimbangi dengan jumlah bengkel. “Itu kenapa mostly kalau ke bengkel pasti antre,” ucap Rizky kepada DailySocial.id.

Ditambah lagi, saat ini berbagai sektor industri di Indonesia mengalami digitalisasi. Hanya saja perbengkelan ini belum terproses dengan maksimal. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya literasi dan juga perhatian dari pemerintah maupun swasta di sektor tersebut.

“Melalui riset permasalahan yang kami pelajari, kami justru melihat peluang dan potensi market yang sangat besar di industri ini, dan itulah mengapa kami optimistis dengan market ini. Di 2021, melalui data yang kami himpun dari Gaikindo, ada Rp325 triliun nilai perdagangan jasa bengkel dan komponen otomotif di Indonesia.”

Khusus bengkel motor sendiri yang menjadi target sasaran Bengkel Mania, dikatakan jumlah bengkel yang terdata oleh BPS ada 400 ribu dan 95% di antaranya adalah UMKM. Angka tersebut masih tertinggal jauh dengan jumlah sepeda motor sebanyak 140 juta unit.

Sumber: Bengkel Mania

Solusi Bengkel Mania

Adapun latar belakang Bengkel mania berdiri dimulai dengan masalah pertama, yaitu rantai pasok. Bagaimana sulitnya bengkel memenuhi kebutuhan stok bengkel dan mencari barang/suku cadang dengan kualitas baik dan harga kompetitif. Bahkan tak jarang bengkel harus tutup hanya sekadar untuk belanja.

Masalah kedua, soal akses finansial yang terbatas. Permodalan sudah pasti menjadi faktor penting untuk para pelaku usaha. Sayangnya, sulit bagi pemilik bengkel mendapatkan akses pembiayaan yang sifatnya modal kerja atau investasi. Ketiga, soal digitalisasi, dan terakhir, minimnya literasi manajemen pemasaran, pembukuan, dan teknologi bagi para pelaku bisnis bengkel.

“Kalau kita ke warteg atau warung kelontong, sudah banyak pelaku bisnis UMKM yang  menikmati proses digitalisasi, entah sifatnya operasional maupun service. Di bengkel UMKM, adopsi teknologi masih sangat minim. Contoh sederhana, pembayaran cashless di bengkel masih sangat jarang ditemui.”

Sumber: Bengkel Mania

Dari masalah tersebut, Bengkel mania menawarkan tiga solusi utama. Pertama, Etalase Bengkel, solusi rantai pasok bagi pelaku bisnis untuk berbelanja kebutuhan stok bengkelnya lewat aplikasi. Para bos bengkel (sebutan untuk mitra bengkel di Bengkel Mania) dapat memesan barang secara online. Setelah pembayaran, pesanan akan diproses oleh Bengkel Mania. Mereka pun tidak perlu tutup bengkel. Barang atau suku cadang akan dikirim ke alamat bos bengkel menggunakan rekanan logistik perusahaan.

Kedua, Modal Bengkel, yakni fasilitas pinjaman untuk modal kerja bagi para bos bengkel sehingga dapat mempermudah mereka memenuhi kebutuhan bengkelnya. Tenor yang ditawarkan biasanya antara 1-2 minggu dan dapat diperpanjang 3-6 bulan. Perusahaan bekerja sama dengan lembaga keuangan yang berizin dan resmi dari OJK.

Terakhir, Bengkel Ekstra, yakni solusi para bos bengkel untuk melakukan pembukuan sederhana, menyediakan pembayaran dengan QRIS. “Saat ini produk Bengkel Ekstra sedang dikembangkan lebih jauh lagi utamanya untuk menunjang operasional bisnis para bos bengkel.”

Perusahaan mengadopsi model bsisni B2B, menjadi jembatan yang menghubungkan suplai (prinsipal, distributor, grosir, dan vendor) dan demand (bengkel UMKM), yang tertarik masuk ke dalam ekosistem.

Sumber: Bengkel Mania

Terhitung, perusahaan telah bermitra dengan lebih dari 750 bengkel aktif yang sudah bergabung sejak launching pada Desember 2021. Saat ini, lokasinya masih terpusat di area Jabodetabek. Rizky mengklaim, perusahaan telah membantu menyalurkan pembiayaan lebih dari Rp7 miliar melalui Modal Bengkel.

“Para bos bengkel sudah merasakaan manfaatnya dari Modal Bengkel ini. Para pengguna kami merupakan bengkel UMKM dan seller suku cadang yang bekerja sama dengan Bengkel Mania.”

Ditargetkan pada tahun depan, perusahaan menargetkan pertumbuhan sepuluh kali lipat dari 2022 untuk kemitraan bengkel UMKM. Tak hanya itu, pengembangan produk dan penyempurnaan fitur Bengkel Ekstra untuk mini ERP dan CRM juga akan segera tersedia. Lalu, masuk ke edukasi dan enabling motor listrik (EV) bagi para pelaku bengkel UMKM.

“Saat ini, kami tengah melakukan penjajakan kerja sama dengan pihak swasta maupun pemerintah terkait kendaraan listrik. Bengkel Mania melihat potensi pasar motor listrik di indonesia dalam waktu 2-3 tahun kedepan sangat besar. Sedangkan, untuk jangka panjang, kami memiliki visi sebagai one stop solution service for MSME automotive industry in Indonesia dalam hal supply chain, financing, kendaraan listrik, carbon emission, dan solusi SDM.” Tutupnya.

Startup E-commerce Enabler “Plugo” Raih Pendanaan 140 Miliar Rupiah Dipimpin Alto Ventures [UPDATED]

Startup e-commerce enabler Plugo mengumumkan perolehan pendanaan seri A senilai $9 juta atau sekitar 140 miliar Rupiah jelang peluncuran ke publik pada awal tahun depan. Putaran ini dipimpin oleh Altos Ventures, dan partisipasi dari investor lain termasuk BonAngels Venture Partners, Access Ventures, Mahanusa Capital, Prodigy Investment, dan Pearl Abyss Capital.

Plugo akan memanfaatkan dana segar untuk mengembangkan produk, merekrut tim di berbagai divisi, dan memperluas cakupan operasionalnya.

“Kami bangga mengumumkan perolehan dana segar ini, yang merupakan bukti nyata dari kepercayaan para investor terhadap bisnis kami,” ucap Founder dan CEO Plugo Kyungmin Bang dalam keterangan resmi.

Lebih dari sebulan kemudian, tepatnya tanggal 1 Februari 2023, perusahaan meresmikan kehadirannya secara publik. Bang menuturkan, momentum kehadirannya ini bertepatan dengan tren bermigrasinya para brand dari marketplace ke platform direct-to-consumer (D2C) seperti Plugo.

Potensi bisnis e-commerce enabler terbilang menggiurkan, apalagi di Indonesia. Sektor e-commerce Indonesia merupakan salah satu pasar dengan pertumbuhan terpesat di dunia. Ekonomi digitalnya bernilai sekitar $77 miliar pada tahun ini menurut laporan e-Conomy 2022, dan diprediksi mencapai $130 miliar pada 2025 dengan dominasi dari sektor e-commerce.

“Tidak hanya nilainya yang besar dan signifikan, tetapi di sana masih banyak peluang tak terhingga. Terlebih lagi, bisnis lokal telah mengadopsi teknologi digital dengan sangat cepat karena inovasi ekosistem e-commerce yang terus berkembang dan juga perubahan perilaku konsumen yang dinamis,” ujar Bang.

Partner Altos Ventures Moon-suk Oh menambahkan, “Misi Plugo sejalan dengan misi kami untuk menciptakan nilai ekonomi yang signifikan seraya memberikan kontribusi positif kepada masyarakat. Kami sangat senang bermitra dengan Plugo untuk mendukung visi serta pertumbuhan bisnis mereka.”

Solusi Plugo

Dengan Plugo, merchant bisa mengelola berbagai tokonya di marketplace dalam satu dasbor dan juga menjalankan iklan online.

Plugo merupakan platform e-commerce all-in-one yang membantu siapa saja yang ingin memulai bisnis online. Plugo memberi kendali lebih besar kepada para penggunanya, brand identity yang lebih kuat, serta kemampuan untuk mengatur harga jual barang yang lebih bersaing sekaligus scalable atau terukur.

Fitur-fiturnya diperkaya demi memberikan kebebasan kepada para pengguna, mulai dari personalisasi toko online dengan beragam template website, integrasi dengan metode pembayaran dan kurir, omnichannel, SEO, dan perangkat marketing. Plugo memanfaatkan cloud dan hosted, memungkinkan penggunanya untuk mengakses dan mengelola bisnis mereka dari mana saja dan kapan saja.

Selain dapat menyambungkan toko online-nya dengan platform marketplace, Plugo juga menyediakan integrasi dengan TikTok Shop, Facebook Catalog, dan Instagram Shop. Tidak hanya itu, merchant pun dapat menjalankan iklan di platform social commerce tersebut langsung dari dasbor Plugo.

Bang melanjutkan, “Selama dekade terakhir, tren pasar selalu didominasi oleh business-to-consumer [B2C] atau marketplace. Platform direct-to-consumer [D2C] seperti Plugo baru-baru ini menjadi tren untuk bisnis yang lebih transparan dan efisien. Namun, kami percaya Plugo memiliki potensi besar karena masih banyak ruang untuk tumbuh dan celah besar di pasar, khususnya UMKM.”

Beberapa tahun ke belakang, ekosistem e-commerce dirancang sedemikian rupa yang membuat pendirian toko menjadi tantangan sulit, dan berjualan bahkan lebih sulit lagi. Faktor-faktor ini menciptakan lingkungan yang mana ukuran, pengalaman, dan ketersediaan dana menjadi halangan bagi sebagian besar merchant baru.

Selain itu, merchant yang memulai usaha juga memiliki kekhawatiran dalam membangun branding untuk jangka panjang. Hal ini terutama lebih penting di masa sekarang, di mana bisnis baru bermunculan di mana saja setiap saatnya.

“Platform kami dirancang untuk menghilangkan rintangan tersebut. Kami ingin mendemokratisasi e-commerce dan mempermudah merchant kami untuk meraih kebebasan.”

Startup ini didirikan di Singapura pada tahun ini, dengan kantor di Jakarta dan Seoul. Saat ini statusnya masih closed beta. Adapun peluncuran penuhnya bakal dilakukan pada awal 2023, menyasar calon pengguna di Indonesia. Di Indonesia, solusi yang ditawarkan Plugo bukan barang baru. Sebelumnya, diramaikan oleh Sirclo, Jet Commerce, aCommerce, AturToko, hingga Ginee.

Salah satu pengguna awalnya, brand fesyen lokal Gonegani, menyampaikan banyak pebisnis yang merasa betapa pentingnya branding dikala persaingan yang sangat ketat di marketplace. Platform e-commerce seperti Plugo dirasa cocok karena tidak hanya menyediakan akses untuk transaksi pelanggan, tetapi juga untuk mengembangkan brand identity.

Menurut Khairul Gani, pemilik Gonegani, bahkan ada banyak pelanggan yang tidak menyadari bahwa ketika mereka berbelanja produknya di marketplace, mereka sebenarnya membeli dari Gonegani, bukan dari marketplace itu sendiri. Ketidakmampuan pelanggan untuk membedakan keduanya membuat brand kesulitan untuk membangun channel penjualan tersebut sebagai 100% milik sendiri. Brand akan selamanya menjadi perpanjangan tangan dari marketplace.

Dengan solusi Plugo, brand seperti Gonegani dapat memegang kendali penuh dari toko online mereka. Mulai dari pilihan layout, logo, warna, hingga font. Homepage mereka juga tidak akan sumpek oleh produk dari kompetitor, melainkan hanya memamerkan penawaran khusus dan produk unggulan yang ingin mereka tampilkan. Dengan kemampuan untuk mengedit hampir semua aspek di toko online mereka, brand jadi dapat mengekspresikan kepribadian mereka dengan leluasa.

*) Kami menambahkan informasi tambahan tentang peresmian kehadiran Plugo dan pernyataan dari salah satu brand pengguna Plugo

Startup Quick Commerce “Radius” Pivot Jadi Social Commerce

Startup quick commerce Radius mengumumkan pivot bisnis ke social commerce dan rebranding menjadi Bakool. Keputusan diambil lantaran perusahaan tidak menemukan unit economics sebagai langkah prospektif mengejar keberlanjutan, mengingat bisnis ini bersifat intensif kapital pada operasional.

Dalam wawancara bersama DailySocial.id, Co-Founder dan CEO Bakool Ivan Darmawan menerangkan selama beberapa bulan menjalankan Radius, ternyata ditemukan sebanyak 80% transaksi itu berasal dari barang-barang segar daripada sembako kering (dry goods) lainnya.

“Radius termasuk disiplin dalam menjalankan bisnis, tanpa promo berlebihan, overhire, dan sebagainya. Hanya saja, kami lihat untuk memenuhi ekspektasi investor yang mau growth kencang ke depannya akan sulit untuk maintain growth positif karena kalau ekspansi butuh buka toko baru. Jadi perlu untuk pivot,” ujarnya, Senin (19/12).

Radius memperkenalkan diri secara publik pada awal 2022. Mereka memosisikan diri sebagai quick commerce yang menjual kebutuhan sehari-hari, mulai dari kebutuhan pokok, makanan instan dan ringan, rumah tangga, kosmetik dan perawatan diri, susu dan olahan, minuman, serta kebutuhan anak. Solusi ini ditawarkan bagi masyarakat yang tinggal di kota lapis dua dan tiga, butuh pemerataan solusi digital dan selama ini terpusat di Jakarta saja.

Menurut pengakuan Ivan, produk segar itu baru diperkenalkan di Radius, tetapi dalam dua bulan transaksinya tembus ribuan, mampu menyaingi kategori non-segar. Saat ditelusuri lebih dalam, ternyata pemenuhan kebutuhan bahan segar di kota lapis dua itu menjadi masalah menahun. Lantaran untuk mendapatkan produk yang segar dan berharga murah, masyarakat harus bangun dini hari untuk belanja ke pasar.

Bakool sudah diperkenalkan sejak lima bulan lalu, setelah melalui dua bulan lewat proyek pilot. Konsepnya sama seperti ChiliBeli yang kini menjadi WeBuy pasca-akuisisi pada Maret 2022. Selain Ivan, Co-Founder Radius Stephanie Wongsoredjo juga turut bergabung di Bakool.

Bakool Mitra / Bakool

Model bisnis Bakool

Bakool adalah platform pembelian kelompok (group buying) untuk produk segar yang menargetkan kota-kota yang memiliki Produk Domestik Bruto (PDB) lebih rendah dari $7.500 atau sekitar Rp117 juta per tahun. Di kota-kota ini, sebagian besar produk segar masih diakses melalui pasar basah tradisional. Kota-kota ini juga memiliki pendapatan 50% lebih rendah, tetapi membayar harga yang sama untuk mendapatkan barang dengan kualitas yang sama dengan Jakarta.

“UMR di luar Jakarta itu terpaut jauh, tapi belanja kebutuhan dapur harganya mirip-mirip. Jadi mereka itu purchasing power-nya kecil, tapi pasti tiap hari ada transaksi. Karena behaviour seperti ini, banyak provider yang enggak mau layanin karena enggak menutup [operasionalnya]. Tapi kami liat di sini ada kesempatan dan mau kami solve. Makanya, kami masuk dengan group buying.”

Dengan bekerja menggunakan model jaringan berbasis business-to-agent-to-consumer (B2A2C), Bakool memungkinkan pembelian dan pengiriman produk segar untuk rumah tangga kota lapis dua, sehingga meningkatkan produktivitas rumah tangga. Rumah tangga ini dapat menghemat hingga 15% untuk biaya barang dan transportasi, serta menghemat hingga lima jam sehari karena mereka tidak perlu lagi pergi ke pasar malam.

Agen Bakool juga diuntungkan, dengan membuat produk segar lebih mudah diakses dan nyaman bagi komunitas mereka, para agen ini yang biasanya adalah ibu rumah tangga dan tokoh masyarakat, mampu menghasilkan pendapatan hingga tiga kali lipat.

Dari sisi operasional pun jauh lebih efisien, dari awalnya untuk mencapai target pengiriman dalam hitungan menit perlu bangun hub-hub kecil, kini hanya perlu bangun satu hub di tiap provinsi. “Kontrol di Bakool berbeda sekali, kami akan banyak investasi di sini sebab kami sudah kuat di pengantaran.”

Seluruh suplai produk segar di Bakool akan disediakan oleh para petani dan pengepul yang bermitra langsung dengan perusahaan. Bakool berupaya memotong ketidakefisienan supply chain yang berdampak pada melonjaknya harga jual di konsumen akhir, bahkan naik sampai 700%. Melalui ribuan agen Bakool yang masih terkonsentrasi di Semarang dan sekitarnya, pihaknya dapat mengurangi biaya transportasi dan pasokan, tanpa mengorbankan kualitas.

“Visi kami berbeda dibandingkan pemain e-grocery atau agritech lainnya yang mau menyetarakan harga pangan, memotong tengkulang, dan bantu petani. Kami ingin meningkatkan produktivitas masyarakat dengan group buying, ibu-ibu yang menjadi agen bisa mendapatkan penghasilan tambahan.”

Dalam jangka panjang, pihaknya ingin menjadi perusahaan penyuplai makanan segar untuk pedesaan Indonesia tanpa harus memiliki atau membangun toko offline.

Menurut laporan DSInnovate, group buying menjadi salah satu model bisnis social commerce yang mulai populer di Indonesia. Selain Echo, saat ini ada sejumlah startup yang juga bermain di ranah tersebut, misalnya Grupin, Kitabeli, CrediMart, hingga Mapan.

Gambaran proses kerja umum di platform group buying / DSInnovate

Potensi social commerce di Indonesia juga cukup besar, diperkirakan tahun ini kapitalisasi pasar bisnis tersebut akan mencapai $8,6 miliar. Diproyeksikan bertumbuh dengan CAGR 47,9% hingga menghasilkan nilai $86,7 miliar di 2028. Konsep social commerce juga dapat menjembatani gap yang ada di kota lapis dua dan tiga, sebagai basis pengguna yang belum dioptimalkan sepenuhnya oleh pemain e-commerce sebelumnya.

Terima pendanaan tahap awal

Di saat yang bersama, Bakool mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal dengan nominal dirahasiakan. Investor yang berpartisipasi dalam putaran tersebut di antaranya, Kleiner Perkins, Goodwater, Insignia Ventures, Global Brain, mantan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, dan lainnya.

Dalam keterangan resmi, Mari menyampaikan misi Bakool untuk meningkatkan produktivitas rumah tangga adalah fokus yang sangat dibutuhkan oleh bisnis teknologi di tanah air. Misi ini akan memberikan dampak jangka panjang bagi perekonomian nasional dan memiliki dampak potensial bagi generasi mendatang untuk memiliki kualitas hidup yang lebih baik.

“Saya menantikan kemajuan yang akan dilakukan Ivan, Stephanie, dan tim mereka untuk mewujudkan dampak ini bagi kota dan ekonomi yang kurang terlayani di seluruh Indonesia,” kata Mari.

Selanjutnya, Founding Managing Partner Insignia Ventures Yinglan Tan menambahkan, Bakool memanfaatkan peluang besar yang belum terlayani seputar aksesibilitas produk segar untuk kota tingkat 2, 3, dan pedesaan di Indonesia, yang sudah menjadi bisnis yang signifikan bahkan merebut sebagian pasar.

Ivan dan Stephanie berbekal pengalaman selama lebih dari 15 tahun di bidang ritel, pertanian, dan rantai pasokan, pengalaman kepemimpinan di unicorn, dan kemajuan serta pembelajaran signifikan untuk menumbuhkan Radius.

“Kami yakin mereka berada di posisi utama untuk berevolusi pada peran ini guna meningkatkan, tidak hanya cara orang Indonesia di kota-kota ini mengakses produk segar, tetapi juga memengaruhi produktivitas rumah tangga secara keseluruhan di negara ini, dengan penghematan biaya pembelian kelompok, penghematan waktu pengiriman, dan pendapatan untuk agen mereka.” Tutup Tan.

Privy Kantongi Pendanaan Seri C Sebesar 744 Miliar Rupiah Dipimpin KKR

Startup penyedia layanan tanda tangan digital dan identitas digital Privy mengumumkan pendanaan seri C senilai $48 juta atau sekitar 744 miliar Rupiah yang dipimpin perusahaan investasi global KKR. Putaran ini diikuti oleh investor terdahulu, yakni MDI Ventures, GGV Capital, dan Telkomsel Mitra Inovasi (TMI), serta investor baru Singtel Innov8.

Sebelumnya, GGV Capital memimpin putaran seri B di Privy dengan nilai $17,5 juta pada Oktober 2021.

Privy akan menggunakan dana segar untuk memperkuat posisinya sebagai penyedia tanda tangan digital dan identitas digital di Indonesia, mempercepat transformasi digital, serta mendukung pengembangan produk konsumen agar masyarakat dan pelaku bisnis dapat mengakses layanan lebih luas secara aman. Selain itu, perusahaan juga berencana ekspansi ke luar negeri untuk mempercepat pertumbuhan dengan dukungan jaringan investornya.

Dalam keterangan resminya, Co-founder dan CEO Privy Marshall Pribadi mengatakan pihaknya senang menyambut KKR sebagai salah satu investor baru di Privy. Dukungan KKR dan investor sebelumnya merupakan bukti kemajuan yang telah dibuat selama ini dan keyakinan pada visi jangka panjang Privy untuk membangun kepercayaan dan mendorong potensi transformasi digital di Indonesia.

“Dengan dukungan dan pengalaman global KKR, dikombinasikan dengan dukungan investor MDI Ventures, GGV Capital, dan TMI yang telah memainkan peran penting dalam membantu kami mencapai kesuksesan kami sejauh ini, Privy berada di posisi tepat untuk berinovasi lebih jauh dengan penawaran dan kemampuan lebih kuat, serta membangun fondasi yang kuat untuk ekspansi ke luar negeri,” ucap Marshall.

Sementara, Partner dan Head of Growth Equity Asia Pacific KKR Mukul Chawla mengatakan, “Privy telah memantapkan dirinya sebagai pelopor dalam ruang kepercayaan digital Indonesia dengan ambisi yang kuat. Kami sangat antusias dengan potensi pertumbuhan Privy dan peluang untuk memajukan transformasi digital dan kemakmuran Indonesia.”

Growth Technology Lead KKR di Asia Tenggara Louis Casey menambahkan, “Privy telah membangun platform terdepan di industri yang menggabungkan fitur-fitur utama, desain yang ramah pengguna, serta infrastruktur yang aman dan kuat. Kami ingin memanfaatkan jaringan global dan keahlian operasional KKR untuk membawa Privy ke tingkat pertumbuhan berikutnya dan memperluas kepemimpinannya dalam kepercayaan digital bagi individu dan perusahaan di Indonesia dan sekitarnya.”

Investasi di Privy merupakan bagian dari strategi KKR “Asia Next Generation Technology”. Privy menjadi portofolio investasi terbaru KKR pada kategori software di Asia Tenggara, menambah deretan portofolio di kawasan ini setelah platform e-commerce B2B asal Filipina GrowSari dan platform untuk merchant UKM asal Vietnam KiotViet.

Di kawasan Asia Pasifik, KKR juga menambah portofolionya, termasuk Education Perfect (Selandia Baru), dataX (Jepang), NetStars (Jepang), dan Livspace (India dan Singapura).

Mempercepat transformasi digital

Marshall melanjutkan, investasi terbaru ini dilandasi atas komitmen kuat pemerintah Indonesia untuk mempercepat transformasi digital pada empat sektor strategis, yakni infrastruktur digital, tata kelola digital, ekonomi digital, dan kewarganegaraan digital yang berkontribusi pada pengembangan komunitas digital di Asia Tenggara.

Adapun, ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai $146 miliar pada 2025, dan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dengan nilai lebih dari $300 miliar pada 2030.

Menurut laporan Statista, pasar solusi identitas digital secara global diproyeksikan tumbuh dari $23,3 miliar pada 2020 menjadi $49,5 miliar pada 2026. Pertumbuhan pasar yang sangat cepat ini didorong oleh meningkatnya kasus penipuan identitas, pelanggaran data, dan peraturan pemerintah baru.

Didirikan pada 2016, Privy menawarkan berbagai layanan termasuk identitas digital, tanda tangan digital, verifikasi digital, dan produk dan layanan manajemen dokumen di berbagai sektor termasuk layanan keuangan, kesehatan, dan pendidikan.

Dalam perkembangannya di 2018, Privy menjadi lembaga non-pemerintah pertama yang mendapatkan lisensi sebagai Otoritas Sertifikat (CA) dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia. Setahun kemudian, menjadi penyedia layanan e-KYC pertama yang terdaftar di OJK.

Diklaim, saat ini Privy adalah pemimpin pasar dengan lebih dari 30 juta pengguna terverifikasi dan 1.800 konsumen perusahaan pada produk tanda tangan digital, verifikasi digital, dan langganannya, serta memproses lebih dari 40 juta tanda tangan digital per tahun.

Selain Privy, saat ini juga muncul startup dengan layanan serupa, misalnya TekenAja, Verihub, dan Vida.

Data Pendanaan Startup Indonesia H1 2022, Masih Tunjukkan Tren Peningkatan

DailySocial.id kembali merekap transaksi pendanaan startup digital sepanjang paruh pertama (H1) tahun 2022. Terdapat beberapa tren menarik yang dapat dicermati, di tengah isu miring yang tengah menjadi sorotan di ekosistem — salah satunya tentang koreksi pasar akibat krisis ekonomi global, yang berdampak langsung dengan cara investor menilai sebuah startup.

Mengingatkan kembali, tahun 2022 diawali dengan optimisme akan kebangkitan ekosistem bisnis digital setelah sebelumnya banyak terganjal akibat pembatasan di tengah pandemi. Banyak kalangan menilai, bahwa ekonomi digital Indonesia akan meroket seiring dengan adopsi teknologi yang sangat kencang selama masa karantina mandiri.

Benar saja, sepanjang Q1 2022 kami mencatat pendanaan startup meningkat lebih dari 2x lipat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Namun demikian, memasuki Q2 2022 sejumlah gejolak muncul, turut berdampak langsung pada iklim investasi startup. Di permukaan, kabar seperti startup melakukan layoff, pivot bisnis, sampai dengan penutupan usaha santer terdengar. Namun apakah kondisi goncangan tersebut berdampak langsung pada kucuran pendanaan ke startup Indonesia?

Artikel ini akan menyajikan data-data yang menjawab pertanyaan tersebut.

Peningkatan kuartal ke kuartal

Berdasarkan pendanaan startup yang diumumkan ke publik, sepanjang Q2 2022 terdapat 71 transaksi membukukan dana lebih dari $1,4 miliar. Secara jumlah transaksi, minus 4 angka dibandingkan Q1 2022, namun di sisi nominal terdapat peningkatan hampir $300 juta.

Pendanaan startup Q1 dan Q2 2022, ditinjau dari puataran investasinya

Menilik lebih dalam, terdapat beberapa tren menarik yang bisa diperhatikan. Pertama, adanya pertumbuhan nilai pendanaan lanjutan sepanjang Q2 ini, khususnya di seri B ke atas. Kendati secara jumlah transaksi pendanaan awal dan pra-awal masih mendominasi — mencerminkan adanya perhatikan khusus investor pada generasi founder baru.

Tren pendanaan sepanjang H1 2022

Terkait pendanaan lanjutan, sebanyak 17 startup berhasil membukukan pendanaan dengan nominal di atas $50 juta dalam putaran terakhirnya. Paling besar didapatkan unicorn Xendit dalam pendanaan lanjutan seri D.

Pendanaan startup dengan nominal terbesar sepanjang H1 2022

Ditinjau dari kategori bisnis, fintech masih menjadi yang paling banyak diburu sepanjang H1 2022 ini. Disusul model lain, yakni logistik dan social commerce. Yang kedua ini menarik, social commerce menjadi perhatian investor karena model bisnisnya mampu menangkap gap yang sejauh ini masih belum bisa diselesaikan layanan e-commerce yang sudah ada — misalnya dalam mengefisiensikan distribusi produk untuk pengguna di kota lapis 2/3/4.

Kategori bisnis startup yang paling diminati investor sepanjang H1 2022

Di sisi investor, East Ventures dan AC Ventures masih menduduki peringkat teratas sebagai pemodal ventura yang paling aktif — dari sisi jumlah transaksi yang diikuti. Adapun angel investor berpartisipasi dalam 44 transaksi pendanaan yang ada.

Investor paling aktif memberikan pendanaan kepada startup Indonesia sepanjang H1 2022

Jika berbekal pada data tren pendanaan yang ada, isu bubble brust yang tengah ramai dibincangkan pada Q2 2022 ini seperti tidak memberikan dampak berarti, karena terkait pendanaan trennya masih cenderung mengalami peningkatan. Namun, bisa jadi dampak tersebut justru terjadi pada kalkulasi pendanaan tersebut — misalnya tentang penghitungan valuasi perusahaan saat startup memasuki fase pendanaan lanjut.

Perbandingan dengan tahun 2021

Jika pada kuartal pertama peningkatannya 2x lipat year-on-year, tampaknya pada paruh pertama tahun ini trennya masih konsisten. Sepanjang H1 2021, ada sekitar 87 pendanaan dengan total nilai yang diumumkan mencapai $1,3 miliar. Sementara di H1 2022, jumlah dan nilainya meningkat, mencapai 146 transaksi dan membukukan nilai $2,6 miliar.

Terjadi peningkatan kuantitas di hampir semua ronde pendanaan, dari tahap awal sampai tahap akhir. Bahkan untuk pendanaan tahap awal jumlah transaksinya meningkat 2x lipat. Ini menjadi hal yang menarik, saat ada ketidakpastian ekonomi banyak investor masih percaya untuk meletakkan uangnya untuk membantu founder memvalidasi model bisnisnya — dalam hal ini memiliki risiko yang jauh lebih besar.

Tren pendanaan H1 dari tahun 2021 dan 2022

Kucuran pendanaan yang cenderung meningkat drastis juga bisa dipandang dari kesiapan di sisi investor. Sejak paruh kedua 2022, banyak VC yang memiliki fokus ke pasar Indonesia mengumumkan dana kelolaan baru.  Termasuk oleh pemodal ventura lokal seperti Arise Fund (MDI & Finch Capital), Intudo Ventures, Alpha JWC Ventures, East Ventures, AC Ventures, Sembari Kiqani (BRI Ventures), dan lain-lain.

Sejumlah dana kelolaan baru juga diumumkan pada paruh pertama tahun ini, seperti Indonesia Impact Fund (Mandiri Capital), Cydonia Fund (Indogen & Finch Capital), Teja Ventures, dan lainnya.

Jumlah Pendanaan Startup Indonesia Naik 2 Kali Lipat di Q1 2022 [UPDATED]

*Terdapat penambahan data terkait pendanaan yang diterima DANA senilai $25 juta dari PT Bank Sinarmas Tbk

Kuartal pertama (Q1) 2022 baru saja ditutup. Sejumlah capaian bisnis ekosistem startup di Indonesia mulai dibukukan, salah satunya terkait dengan pendanaan. Data DSInnovate mencatat, di kuartal ini ada 76 pendanaan startup yang diumumkan ke publik. Dari 50 pendanaan yang menyebutkan nominal, terkumpul total investasi yang diumumkan senilai $1,22 miliar.

Jumlah ini meningkat dua kali (2x) lipat jika dibandingkan dengan Q1 2021. Terdapat 40 transaksi pendanaan bernilai $554,7 juta dari 24 transaksi yang diumumkan nominalnya. Secara konsisten, jumlah pendanaan yang didapat di kuartal pertama selalu meningkat 2x lipat dari tahun 2020. Hal ini Mengindikasikan pandemi tidak menciutkan minat investor mendukung pelaku startup di Indonesia.

Tren putaran pendanaan

Ditinjau dari jenis putaran pendanaan yang didapat, seed funding alias pendanaan awal masih mendominasi secara jumlah. Hal ini ditengarai hadirnya beberapa model bisnis baru yang mencuri perhatian investor.

Di antaranya solusi quick commerce untuk merevolusi layanan grocery, lalu ada sejumlah agrotech dan aquatech baru yang mulai tervalidasi produknya, beberapa platform cryptocurrency, hingga startup direct-to-consumer.

Beberapa startup juga mendapatkan nilai yang signifikan dalam pendanaan awalnya. Seperti yang didapat Tip Tip besutan Albert Lucius, mantan pendiri Kudo. Dari East Ventures, Vertex, EMTEK, dan SMDV mereka membukukan dana $10 juta untuk mendukung debut bisnisnya.

Startup aquatech DELOS juga mendapatkan dukungan tambahan dari investor terdahulunya, termasuk Alpha JWC Ventures, MDI Ventures (melalui Cenaturi dan Arise), dan sejumlah investor lainnya. Mereka berhasil memperoleh dana awal senilai $8 juta. Sebanyak 13 putaran pendanaan awal bernilai lebih dari $2,5 juta.

Di data rekap pendanaan sepanjang 2021, kita melihat tren adanya peningkatan jumlah pendanaan tahap lanjutan (seri A atau di atasnya). Awal tahun ini tren tersebut belum terlihat signifikan, kendati beberapa putaran pendanaan lanjutan mendapatkan perolehan yang signifikan (di atas $20 juta).

Yang bisa menjadi catatan, beberapa startup yang tergolong masih baru mendapat kepercayaan investor-investornya untuk kembali membukukan investasi. Contohnya Astro dengan perolehan seri A yang tak lama berselang dengan pendanaan awalnya, menutup dengan nominal $27 juta. Juga startup lain seperti Brick (seri A), Bukukas (seri C), Sayurbox (seri C), dan sejumlah lainnya yang berselang kurang dari satu tahun dari putaran pendanaan sebelumnya.

Fintech masih menjadi primadona

Didasarkan pada jenis bisnis yang diminati investor, seperti tahun-tahun sebelumnya, fintech masih kokoh di urutan paling atas. Sebenarnya jika ditelisik lebih dalam, model bisnis yang ada di dalamnya juga berkembang, contohnya tahun ini mulai banyak startup yang menggarap solusi Earned Wage Access untuk pencairan gaji karyawan lebih awal — Wagely dan Gajiku adalah dua pemain yang mendapatkan pendanaan di segmen ini.

DANA menjadi startup fintech yang mendapat total pendanaan terbesar tahun ini. Lewat corporate round yang dapat dari PT Dian Swastika Sentosa Tbk (bagian dari konglomerasi Sinar Mas Group), startup yang dipimpin Vincent Iswara ini berhasil mendapatkan tambahan dana modal $225 juta untuk memenangkan persaingan ketat aplikasi e-money. Akulaku juga mendapatkan pendanaan tambahan $100 juta dari Siam Commercial Bank, melonjakkan valuasinya di atas $1 miliar. Kini masuk ke dalam daftar unicorn selanjutnya.

Investor paling aktif

Dari data pendanaan yang ada, turut dicatat nama-nama investor yang paling aktif berpartisipasi dalam setiap putaran pendanaan yang ada. Per kuartal ini, East Ventures dan AC Ventures menduduki peringkat teratas dari sisi kuantitas partisipasi pendanaan. Bahkan keduanya ada di beberapa putaran pendanaan yang sama. Baik EV dan ACV memiliki fund yang diinvestasikan untuk startup tahap awal dan lanjutan.

Selain itu Sequoia Capital India juga menjadi yang cukup aktif berinvestasi – khususnya sebagai tindak lanjut dari program akselerasi mereka Surge, sejumlah startup Indonesia mengikuti program tersebut.

Investor Jumlah Putaran
East Ventures 13
AC Ventures 13
Sequoia Capital India 9
Y Combinator 5
Alpha JWC Ventures 5
Alto Partners 5
Insignia Ventures 5

Sejumlah investor berpotensi meningkatkan jumlah dan nilai investasinya tahun ini, menyusul dana kelolaan yang berhasl ditutup. ACV sendiri Desember 2021 lalu mengumumkan penutupan dana kelolaan ketiga 3 triliun Rupiah. Alpha JWC Ventures juga tahun lalu mengumumkan dana kelolaan 6,1 triliun Rupiah yang akan banyak digelontorkan tahun ini.

Belum lagi sejumlah rencana dana kelolaan baru yang akan meluncur tahun ini, seperti Indonesia Impact Fund, Merah Putih Fund, dan sebagainya. Mengindikasikan di waktu yang akan datang tren pendanaan akan semakin besar – apalagi sejumlah pemodal telah merasakan keberhasilan dari capaian exit yang mengagumkan – melalui M&A dan/atau IPO.

Yang tak kalah menarik, di kuartal ini angel investor berpartisipasi dalam 28 putaran pendanaan. Di satu putaran, sebagian besar diisi oleh lebih dari 3 angel berlatar belakang founder startup (centaur dan unicorn). Kami melihat ini menjadi sebuah tren lifecycle yang menarik, saat founder di generasi sebelumnya yang berhasil memiliki bisnis signifikan mau mendukung generasi founder berikutnya.

Dan jika dulunya angel investor kesannya hanya mendukung di putaran pre-seed atau angel round, kini partisipasinya mulai tersebar, dari pendanaan tahap awal sampai tahap lanjutan.

Pendanaan terbesar sepanjang Q1 2022

Berikut ini adalah daftar pendanaan dengan nilai terbesar sepanjang Q1 2022.  Data berikut adalah putaran investasi yang membukukan setidaknya $20 juta:

Startup Sektor Putaran Pendanaan Investor
DANA Fintech Corporate Round  $225,000,000 PT Dian Swastika Sentosa Tbk (bagian dari Sinar Mas Group), PT Bank Sinarmas
Modalku Fintech Series C  $144,000,000 Softbank Vision Fund 2, VNG Corporation, Rapyd Ventures, EDBI, Indies Capital, Ascend Vietnam Ventures, Sequoia Capital India, BRI Ventures
Sayurbox Online Grocery Series C  $120,000,000 Northstar Group, Alpha JWC Ventures, Finance Corporation (IFC), Astra, Syngenta Group Ventures, Global Brain
Akulaku Fintech Corporate Round  $100,000,000 Siam Commercial Bank
eFishery Aquatech Series C  $90,000,000 Temasek, SoftBank Vision Fund 2, Sequoia Capital India, Northstar Group, Go-Ventures, Aqua-Spark, Wavemaker Partners
Bukukas SaaS Series C  $80,000,000 Tiger Global, Sequoia Capital India, CapitalG, angel investor
Pluang Wealthtech Series B  $55,000,000 Accel, BRI Ventures, Gold House, Square Peg, Go-Ventures, UOB Venture Management, Openspace Ventures, Angel Investor
Koinworks Fintech Series C  $43,000,000 MDI Ventures, Quona Capital, Triodos Investment Management, Saison Capital, AC Ventures, East Ventures
Moladin Car Marketplace Series A  $42,000,000 Northstar Group, Sequoia India, East Ventures, GFC
JULO Fintech Series B  $35,300,000 Credit Saison Asia Pacific, PT Surya Nuansa Cerita, Quona Capital, AC Ventures, Gobi Partners, Central Capital Ventura
Aruna Aquatech Series A  $30,000,000 Vertex Ventures, Prosus Ventures, AC Ventures, East Ventures, Indogen Capital, SMDV, SIG Venture Capital
Astro Online Grocery Series A  $27,000,000 Accel, Sequoia Capital India, AC Ventures, Global Founders Capital, Lightspeed, Goodwater Capital, Angel Investor
Xurya New Energy Series A  $21,500,000 East Ventures, Saratoga, Schneider Electric, New Energy Nexus Indonesia
Brankas Fintech Series B  $20,000,000 Insignia Ventures Partners, BEENEXT, Integra Partners

 

Makmur Investment Platform Secures Seed Funding

Online investment platform Makmur secures seven-figure seed funding led by BEENEXT. A number of VCs and angel investors participated in this round, including Kinesys Group, Trihill Capital, Yiping Goh (Partner at Quest Ventures), Edward Tirtanata via Kenangan Kapital, Vidit Agrawal (CEO of GajiGesa), and Andrew Lee.

The money will be used to drive business growth by developing product features and portfolios. Makmur will also increase the number and develop the quality of its human resources.

“Currently, Indonesia’s capital market investors are experiencing significant growth, but only represent 2% of the total population in Indonesia. We expect this funding to support our efforts to close the financial inclusion gap and encourage literacy in Indonesia,” Sander said in his official statement.

Edward Tirtanata through his angel investment fund, Kenangan Kapital said that Indonesia is currently experiencing an unprecedented surge in investment from the retail market. Using this growth, Makmur focuses on financial advisory and goal-based investing to help assist novice investors. He considered this to provide different values ​​compared to wealthtech startups in Indonesia.

“Non-professional investors like me need financial advisors, and Makmur democratizes financial advisor services,” Edward told DailySocial.id in separate occation.

In general note, Makmur allows investors to invest with a minimum value of IDR 10,000. Makmur offers a number of features to strengthen the added value of its products. First, technology-based human advisors and Makmur Recipe to make it easier for novice investors to compare the right mutual funds. Users can also place mutual funds in different pockets according to their needs or investment goals (goal based investing).

Currently, Makmur provides eight investment managers, BNI Asset Management, Bahana TCW Investment Management, Trimegah Asset Management, Avrist Asset Management, Capital Asset Management, RHB Asset Management, FWD Asset Management, and Syailendra Asset Management.

Strengthen its position

In fact, Makmur is backed by a series of team work experiences at well-known technology and financial companies in Silicon Valley and Wall Street. Sander previously had an internship as a Facebook Software Engineer who was responsible for the algorithm for sorting posts on the News Feed and a Software Engineer at Motorola Solutions.

He has also held various positions in the financial industry, from KCG Holdings to Head of Quantitative Trading at Virtu Financial, one of the largest stock trading companies on Wall Street.

As DailySocial.id reached, Sander based his thought on a number of strategies in blending Makmur’s superior features, therefore, users can experience investing like having a personal wealth manager

For example, Makmur Recipe’s superior features were developed in several options, such as Makmur Recipe for emergency funds, retirement funds, and passive income. In addition, there is also a tech-enabled human advisor feature to design strategies according to the user’s investment goals. The recommended investment strategy will also follow the user’s risk profile.

Sander said this feature was designed by experts in their fields with the support of research and data-based investment technology. He considered that human advisors better understand the investment needs of users than robo advisors that have been circulating on similar platforms.

“We see that Indonesia has a quite low investment literacy. Most people invest because they join in or are attracted to sweet returns. In fact, a good investment must be based on data and research, not just feeling or simply following. Therefore, we made a quantitative investment strategy which draws on decades of data and research results used by Wall Street, not just academic theory,” Sander said.

Business development

This year, Sander revealed that his team will increase the mutual funds options by adding investment manager partners with good reputation and track record. His team will also collaborate with several mutual fund sales outlet partners

“We strictly select investment manager partners. In terms of mutual fund products, we consider some factors, such as performance, top holding, managed funds, and management fees for similar mutual funds,” he said.

In terms of products, Makmur will add new features to make it easier for users to invest, such as payment methods. According to Sander, the GoPay and Direct Debit payment methods are in the process of being integrated and are targeted for release in the next two months.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Platform Investasi “Makmur” Mengamankan Pendanaan Tahap Awal

Platform investasi online Makmur mengamankan pendanaan tahap awal dengan nominal tujuh digit yang dipimpin oleh BEENEXT. Sejumlah VC dan angel investor turut berpartisipasi pada putaran ini, antara lain Kinesys Group, Trihill Capital, Yiping Goh (Partner di Quest Ventures), Edward Tirtanata via Kenangan Kapital, Vidit Agrawal (CEO GajiGesa), dan Andrew Lee.

Pendanaan ini akan digunakan untuk mendorong pertumbuhan bisnisnya dengan mengembangkan fitur dan portofolio produk. Makmur juga akan menambah jumlah dan mengembangkan kualitas SDM-nya.

“Saat ini, investor pasar modal di Indonesia mengalami pertumbuhan signifikan, tetapi baru mewakili 2% dari total populasi di Indonesia. Kami harap pendanaan awal ini dapat mendukung upaya kami menutup gap inklusi keuangan dan mendorong literasinya di Indonesia,” ungkap Sander dalam keterangan resminya.

Edward Tirtanata melalui angel investment fund miliknya di Kenangan Kapital mengatakan saat ini Indonesia tengah mengalami lonjakan investasi dari pasar ritel yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dengan pertumbuhan ini, Makmur berfokus pada financial advisory dan goal-based investing yang dapat membantu mendampingi investor pemula. Ia menilai fokus tersebut memberikan nilai berbeda dibandingkan startup wealthtech yang ada di Indonesia.

“Investor non-profesional seperti saya membutuhkan financial advisor, dan Makmur mendemokratisasi layanan financial advisor,” ungkap Edward dihubungi terpisah oleh DailySocial.id.

Sekadar informasi, Makmur memungkinkan investor untuk berinvestasi dengan nilai minimal Rp10.000. Makmur menawarkan sejumlah fitur untuk memperkuat nilai tambah produknya. Pertama, human advisor berbasis teknologi dan Makmur Recipe untuk mempermudah investor pemula dalam membandingkan reksa dana yang tepat. Pengguna juga dapat menempatkan reksa dana pada kantong berbeda sesuai kebutuhan atau tujuan investasi (goal based investing).

Saat ini Makmur menyediakan delapan manajer investasi, yaitu BNI Asset Management, Bahana TCW Investment Management, Trimegah Asset Management, Avrist Asset Management, Capital Asset Management, RHB Asset Management, FWD Asset Management, dan Syailendra Asset Management.

Memperkuat posisi Makmur

Sebagai informasi, Makmur diperkuat deretan pengalaman kerja tim di perusahaan-perusahaan teknologi dan keuangan ternama di Silicon Valley dan Wall Street. Sander sebelumnya pernah magang sebagai Software Engineer Facebook yang bertanggung jawab atas algoritma pengurutan postingan di News Feed dan Software Engineer di Motorola Solutions.

Ia juga pernah menduduki berbagai posisi di industri keuangan, mulai dari KCG Holdings hingga menjadi Head of Quantitative Trading di Virtu Financial, salah satu perusahaan trading saham terbesar di Wall Street.

Dihubungi DailySocial.id, Sander berpatokan pada sejumlah strategi dalam meracik-racik fitur unggulan Makmur agar pengguna dapat merasakan pengalaman berinvestasi layaknya memiliki wealth manager pribadi

Contohnya, fitur unggulan Makmur Recipe yang dikembangkan dalam beberapa opsi, yaitu Makmur Recipe untuk dana darurat, dana pensiun, dan penghasilan pasif. Selain itu, ada pula fitur tech-enabled human advisor yang dapat merancang strategi sesuai tujuan investasi pengguna. Strategi investasi yang direkomendasikan juga akan mengikuti profil risiko pengguna.

Sander mengatakan, fitur ini dirancang oleh para ahli di bidangnya dengan dukungan teknologi investasi berbasis riset dan data. Ia menilai human advisor lebih memahami kebutuhan investasi pengguna daripada robo advisor yang telah banyak beredar di platform sejenis.

“Kami melihat literasi investasi di Indonesia masih sangat rendah. Kebanyakan orang berinvestasi karena ikut-ikutan atau kepincut imbal hasil yang manis. Padahal, investasi yang baik harus berdasarkan data dan riset, bukan sekadar feeling atau following. Maka itu, kami membuat quantitative investment strategy yang mengacu pada data puluhan tahun dan hasil riset yang digunakan oleh Wall Street, bukan sekadar teori dunia akademis,” papar Sander.

Rencana pengembangan Makmur

Pada tahun ini, Sander mengungkap pihaknya akan menambah pilihan reksa dana dengan menambah partner manajer investasi yang memiliki reputasi dan rekam jejak yang baik. Pihaknya juga akan menggandeng beberapa partner gerai penjualan reksa dana

“Kami selalu menyeleksi partner manajer investasi dengan ketat. Untuk produk reksa dana, kami mempertimbangkan sejumlah faktor, seperti kinerja, top holding, dana kelolaan, dan management fee reksa dana sejenis,” ungkapnya

Dari sisi produk, Makmur akan menambah fitur-fitur baru untuk mempermudah pengguna berinvestasi, seperti metode pembayaran. Menurut Sander, metode pembayaran GoPay dan Direct Debit sedang dalam proses integrasi dan ditargetkan rilis dalam dua bulan mendatang.

Application Information Will Show Up Here

[Video] Strategi Investasi BAce Capital dalam Memilih Startup Ideal

BAce Capital, perusahaan venture capital yang disokong Ant Financial, memberikan investasi pertamanya untuk startup asal Bangalore, India, Healofy, yang merupakan platform informasi kehamilan dan parenting.

Di video ini, DailySocial bersama Benny Chen dari BAce Capital, berbagi cerita tentang bagaimana kriteria BAce Capital dalam memilih startup yang menjadi target penyaluran dananya.

Untuk video menarik lainnya sepoutar startup dan teknologi, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV.