Youthmanual Berubah Jadi “Rencanamu”, Tegaskan Diri sebagai Platform Perencanaan Karier untuk Pelajar

Youthmanual telah resmi rebranding menjadi Rencanamu, untuk semakin menegaskan diri sebagai layanan yang membantu siswa/i dan mahasiswa merencanakan karier masa depan. Visinya sebagai “link and match” antara pendidikan dengan industri dan meningkatkan daya saing bangsa di era industri 4.0.

Melalui situs web dan aplikasi, Rencanamu menyediakan ragam fitur untuk persiapan karier, pengembangan talenta, dan proses rekrutmen yang dipersonalisasi. Didasarkan pada data-data yang terekam sistem, secara otomatis layanan tersebut juga akan menghubungkan siswa/i dan mahasiswa dengan beragam peluang ekonomi seperti magang, pekerjaan, beasiswa dan kuliah yang sesuai dengan preferensi.

Co-founder & CEO Rencanamu Rizky Muhammad mengatakan, berdasarkan riset internal yang dilakukan 3 tahun terakhir terungkap beberapa fakta mengenai kondisi talenta dan ketimpangan antara supply & demand. Seperti 92% siswa SMA/SMK sederajat bingung dan tidak tahu akan menjadi apa ke depannya; 45% mahasiswa merasa salah mengambil jurusan; hingga meningkatnya pengangguran terselubung (underemployment) dan tingginya pengangguran (unemployment) di kalangan anak muda.

“Di sinilah platform Rencanamu berperan sebagai fasilitator dalam memberikan program persiapan karier dan pengembangan talenta yang terstruktur, menyeluruh, terintegrasi,” jelas Rizky.

Dengan Rencanamu, siswa/i dan mahasiswa dapat mengikuti rangkaian persiapan karier yang terdiri dari self discovery, eksplorasi, perencanaan karier, hingga siap kerja – dengan ragam sumber daya yang tersedia. Kerangka perencanaan karier dan pengembangan talenta dikembangkan berdasarkan riset dan telah divalidasi oleh industri, diklaim terbukti dapat meningkatkan kesiapan kerja (employability) penggunanya.

Rizky juga menambahkan, fitur analisis yang disematkan di Rencanamu memberikan gambaran terkini mengenai kondisi talenta dan permintaan industri yang berguna bagi pemerintah, baik di tingkat provinsi atau pun pusat dalam memahami lanskap ketenagakerjaan. Fitur pencarian kampus, beasiswa, program studi, hingga profesi turut disematkan untuk memperkaya wawasan pengguna.

Sejak meluncur tahun 2017, platform  telah membantu sekitar 1,6 juta pengguna. Hingga satu tahun ke depan, tim Rencanamu optimis bisa menambah jumlah tersebut hingga 5 juta pengguna.

Untuk menggunakan layanan Rencanamu, pengguna dibebankan biaya akses. Biaya tersebut menyesuaikan paket yang dipilih. Selain secara personal, paket berlangganan juga menargetkan institusi pendidikan. Pelaku usaha atau korporasi juga bisa memanfaatkan platform untuk membantu menemukan potensi talenta untuk dipekerjakan.

Application Information Will Show Up Here

Melalui Sistem Gamifikasi, Aplikasi Feet’s Ingin Bantu Perusahaan Tingkatkan Produktivitas Karyawan

Peluang bisa ditemukan dari mana saja. Feet’s, sebuah startup asal Malaysia, melihat peluang itu dari aktivitas sehari-hari para karyawan perusahaan.

Beroperasi di Indonesia sejak April 2019, Feet’s baru saja meluncurkan aplikasinya pada Selasa (29/10). Aplikasi Feet’s ini bertujuan membantu perusahaan mengelola keterlibatan karyawan melalui pendekatan gamifikasi.

Head of Project Feet’s William Loh menyebut produk mereka bergerak dari premis bahwa kondisi karyawan dapat menentukan tingkat produktivitas. Dengan demikian, menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan menyenangkan jadi hal wajib untuk menyokong kondisi karyawan. Dia juga mengatakan kerap kali ada jarak antara pekerja dengan atasan.

Hal tersebut turut dikemukakan dalam laporan bertajuk “Global Employee Engagement Trends 2018” bahwa hanya 65 persen karyawan di perusahaan Asia Pasifik yang merasa terlibat mendalam dengan perusahaan.

“Kami sangat senang dapat memperkenalkan Feet’s di Indonesia guna membantu perusahaan mengubah cara mereka berkomunikasi dan berinteraksi dengan karyawan mereka, serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik, menyenangkan, sehat, dan produktif,” ujar William dalam peluncuran Feet’s.

Aplikasi Feet’s memiliki 5 fitur utama. Salah dua di antaranya adalah T’ing yang merupakan kotak saran dan Makan Buddy berfungsi mempertemukan sesama karyawan yang hendak istirahat makan siang.

Melalui sistem gamifikasi, Feet’s memberi poin atas setiap aktivitas karyawan melalui aplikasi ini. Semakin tinggi poin yang terkumpul, semakin besar pula kesempatan seorang karyawan memenangi suatu hadiah berupa potongan harga berbagai macam produk.

Alasan ekspansi ke Indonesia

Dengan 136,18 juta angkatan kerja, Indonesia jelas pasar yang menggiurkan bagi platform seperti Feet’s ini. Termasuk populasi angkatan milenial yang mencapai 39 persen dari total angkatan kerja tadi.

“Memang milenial ini lebih aktif dalam menggunakan mobile, tapi kami fokus ke semua lapisan [usia], tidak hanya milenial saja,” kata Managing Director Feet’s Ellyana Rosaline.

Setelah beberapa bulan beroperasi, Feet’s mengklaim sudah menggaet tiga perusahaan sebagai pelanggan mereka dengan total pengguna sekitar 5000 orang. Salah satu perusahaan yang sudah berlangganan jasa Feet’s adalah Perusahaan Gas Negara (PGN).

Monetisasi bisnis

Menurut Ellyana, arus pendapatan Feet’s hanya terjadi lewat biaya berlangganan. Perusahaan mana pun yang hendak memakai jasa Feet’s akan dikenakan biaya Rp18.000/bulan/orang. Lebih dari itu pihaknya mengaku belum punya cara monetisasi lain.

“Belum ada biaya lain lagi karena itu sudah bundle,” ucap Ellyana singkat.

Dari segi pendanaan, Ellyana menyampaikan pihaknya masih berstatus bootstrap. Kendati begitu, Feet’s berencana melakukan IPO pada tahun depan. Mereka yakin dalam satu tahun ini dapat menggaet lebih banyak perusahaan terutama dari kalangan pemerintah dan konglomerasi.

“Kita approach banyak sekali perusahaan-perusahaan di Indonesia yang butuh engagement mengingat banyaknya milenial di angkatan kerja,” pungkas Ellyana.

Application Information Will Show Up Here

Optimisme Bonceng Masuk ke Ranah “Ride Hailing”

Duopoli Gojek dan Grab tidak menggetarkan pemain lokal untuk turut serta terjun ke ranah ride hailing. Kali ini giliran Bonceng yang mulai unjuk diri. Sejatinya, startup ini sudah hadir sejak Oktober 2018, namun sempat vakum tidak menerima mitra baru lantaran ingin fokus pada penguatan sistem dan layanan agar lebih serius.

“Tadinya mau buat aplikasi saja buat cari penumpang, ternyata [untuk jalankan ride hailing ini] secara keseluruhan butuh dukungan infrastruktur yang kuat. Makanya mulai bangun infrastruktur pendukung, operasional, sampai sistem pembayarannya. Sampai November [2018] itu belum ada, masih aplikasi saja,” terang CEO Bonceng Faiz Noufal kepada DailySocial.

Sembari membangun infrastruktur, perusahaan juga membangun vertikal bisnis di luar ride hailing yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan apa yang ditawarkan Gojek maupun Grab dalam bentuk Bingkis, Bungkus, dan Pasar. Beberapa di antaranya sudah dirilis, meski Bonceng sendiri belum meresmikan kehadirannya.

Untuk layanan Pasar misalnya, perusahaan telah menggaet 10 pasar tradisional di Jakarta untuk menyediakan produk sayur mayur di dalam aplikasi. Konsep ini diklaim berbeda. Bonceng merekrut pengelola pasar tradisional untuk koordinasi produk sayur mayur yang akan dijual dari para pedagang pasar.

Faiz melihat pasar tradisional tersisih oleh kehadiran gerai ritel modern. Kendati dari segi konten yang disajikan justru lebih segar karena pasar tradisional tidak punya gudang penyimpanan.

“Bahkan di pasar itu QC-nya lebih teliti, kalau ada yang busuk pasti dibuang. Tapi masalahnya sekarang di pasar sepi, kita ingin bantu mereka mendapatkan konsumen yang berbelanja lewat platform digital.”

Ke depannya, diharapkan layanan ini dapat diperluas cakupannya ke 100 pasar tradisional di Jakarta. Adapun jumlah mitra pengemudi yang bergabung diklaim ada sekitar 3 ribu orang, tersebar di Jabodetabek.

Terkait sistem pembayaran, LinkAja menjadi mitra penyedianya. Rencana awalnya adalah ingin menggaet e-cash Bank Mandiri, namun proses integrasi teknis tertunda sampai LinkAja resmi beroperasi.

“Di aplikasi kita sudah ada logo LinkAja, namun belum bisa dipakai karena masih menunggu dari LinkAja. Nanti dari mereka yang akan beri promo-promo.”

Gaet pemda dan BUMD saat ekspansi lokasi

Faiz menekankan di dalam vertikal bisnis yang dibangun ada aspek kolaborasi dengan pelaku lokal yang dirangkum dalam program Nusa Kita. Tujuan dari program ini ingin mewujudkan pengelolaan kerakyatan bersama dengan masyarakat di daerah setempat.

Saat Bonceng berekspansi ke lokasi baru, perusahaan akan menggaet pemerintah daerah dan BUMD sebagai mitra untuk mengelola Bonceng secara langsung agar dapat memberikan kontribusi yang nyata di daerah masing-masing.

Mitra tersebut jadi jembatan untuk mengakuisisi mitra pengemudi, promosi layanan, integrasi layanan pemda dengan Bonceng, dan masih banyak lagi. Konsep ini sudah diterapkan di Labuan Bajo, Tual, Ambon, dan Sibolga. Faiz cukup percaya diri bahwa program unggulan ini bisa membawa Bonceng bisa bersaing dengan pemain besar.

“Di kota besar, layanan seperti kita akan sulit ambil perhatian pasar. Namun di daerah sangat dibutuhkan karena ongkos transportasi di sana sangat mahal. Ada ketimpangan ekonomi di sini.”

Perusahaan juga tengah mempersiapkan perilisan aplikasi Bonceng Bisnis yang akan menjadi tools utama buat merchant Pasar, Bungkus, dan Bingkis Korporat.

Selama ini seluruh proses masih dilakukan secara manual. Di pasar, misalnya, masih dibutuhkan tim Bonceng untuk memperbarui harga dan produk sayur mayur secara berkala.

Konsep ini sekaligus menjadi cara Bonceng dalam melakukan monetisasi. Faiz mengklaim tidap ada komisi yang diambil untuk setiap transaksi transportasi yang diambil mitra pengemudi. Meskipun demikian, ada komisi yang dikutip bila memakai vertikal bisnis di luar transportasi.

Faiz menegaskan, sejauh ini perusahaan belum memiliki investor eksternal.  Seiring berjalannya waktu, setelah melihat perkembangan Bonceng, dia mengaku ada sejumlah investor yang tertarik masuk untuk berikan pendanaan, walau belum ada keputusan lebih lanjut mengenai hal tersebut.

Application Information Will Show Up Here

Strategi Moduit Tingkatkan Penetrasi Investasi Reksa Dana

Belakangan ini pemain reksa dana online makin ramai bermunculan, mengingat penetrasi instrumen investasi ini masih minim dimanfaatkan oleh masyarakat. Moduit hadir dengan pendekatan yang sedikit berbeda, tidak hanya permudah konsumen untuk berinvestasi. Tapi berkomitmen bangun industrinya itu sendiri dengan merilis platform untuk penasihat investasi (financial advisor).

Moduit didirikan pada awal 2018 oleh Jeffry Lomanto dan Charles Jap. Mereka melihat ada isu penting yang menghambat penasihat finansial untuk berkembang di tengah kemajuan teknologi. Penasihat yang juga bertugas sebagai tenaga pemasar dihadapkan dengan tantangan akuisisi nasabah yang mahal karena proses edukasi harus dilakukan secara individu.

Ditambah lagi, proses administrasi perizinan yang ribet. Sementara, dari sisi teknologi, IoT dan keamanan sistem jadi pain-point. Nasabah kesulitan mengakses informasi portofolio investasinya, serta dikenakan biaya transaksi yang besar.

“Jeffry dan Charles bertemu untuk menciptakan solusi agar semua orang bisa berinvestasi dengan mudah dan terjangkau. Moduit didirikan dengan visi menjadi gerbang akses untuk masyarakat Indonesia bisa mengelola kekayaannya,” ucap CMO Moduit Stefanus Adi Utomo kepada DailySocial.

Dalam model bisnisnya, Moduit punya dua produk yang menyasar tipe pengguna yang berbeda, sekaligus pembeda dari pemain yang lain. Yakni, aplikasi untuk nasabah dan platform untuk penasihat investasi. Keduanya sudah dirilis secara resmi.

Aplikasi Moduit punya beberapa keunggulan. Di antaranya proses kurasi produk menggunakan model Moduit PRIME, yang terdiri dari kriteria kuantitatif dan kualitatif. Alhasil, nasabah akan menerima produk pilihan yang tersedia di platform.

Berikutnya, fitur Moduit Navigator yang akan memandu nasabah mencapai tujuan keuangannya dengan cara merekomendasikan portofolio investasi yang sesuai, mengingatkan untuk berinvestasi rutin dan rebalancing secara berkala.

“Lalu, ada kemudahan akses bagi nasabah karena Moduit menggunakan multi data center dan berbagai teknologi pendukung seperti OCR (Optical Character Recognition) pada saat registrasi dan finger/face scan pada saat login.”

Hingga bulan Oktober 2019, Moduit telah bekerja sama dengan 15 manajer investasi, menyediakan 66 produk reksa dana pilihan. Aplikasinya sudah dirilis pada Maret 2019. Diunduh lebih dari 20 ribu pengguna baik versi iOS maupun Android.

“Dari angka pengunduh, jumlah terdaftarnya lebih dari 10 ribu nasabah dengan pertumbuhan rata-rata dana kelolaan per bulan 83% sejak tanggal peluncuran.”

Platform penasihat investasi

Co-Founder Moduit, Jeffry Lomanto dan Charles Jap / Moduit
Co-Founder Moduit, Jeffry Lomanto dan Charles Jap / Moduit

Stefanus menerangkan, platform penasihat investasi ini sebenarnya baru dirilis pada Mei 2019, setelah perusahaan mengantongi lisensi penasihat investasi dari OJK. Dari lisensi ini, jadi bekal perusahaan untuk memberikan solusi yang lebih komprehensif buat nasabah.

Alasan perusahaan merambah segmen ini lantaran ada ketimpangan jumlah tenaga pemasar efek dengan pertumbuhan pasar modal itu sendiri. Mengacu pada data OJK, jumlah tenaga pemasar efek berlisensi pada September 2019 hanya naik 5,37% atau 15.215 orang dari sebelumnya 14.439 orang, secara year to date.

Angka tersebut terdiri dari WPE/Wakil Perusahaan Efek (WPPE/Wakil Perantara Pedagang Efek atau WPEE/Wakil Penjamin Emisi Efek); Penasihat Investasi; APERD/Agen Penjual Efek Reksa Dana; dan WMI/Wakil Manajer Investasi.

Padahal pertumbuhan investor pasar modal dan dana kelolaannya lebih pesat dari itu. Jumlah investor saja pada tahun lalu tumbuh hingga 44,24% atau 1,6 juta orang.

“Di sini ada kebutuhan buat para tenaga pemasar bagaimana bisa tetap kompetitif. Mereka dapat memanfaatkan Moduit untuk memasarkan produk reksa dana yang sudah diseleksi dengan baik.”

Untuk menjadi penasihat investasi di Moduit, ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi. Individu harus mendaftarkan diri sebagai MAP (Moduit Advisory Partners) dan membantu transaksi klien melalui platform.

Penasihat yang bergabung, harus memiliki lisensi yang masih berlaku. Bisa pilih, WPE (WPPE atau WPEE); WAPERD; atau WMI. “Mereka juga diharuskan punya keahlian untuk menggunakan aplikasi berbasis internet.”

Penasihat yang bergabung, sambungnya, akan didukung dengan berbagai fasilitas di luar pendapatan pasif maupun aktif. Di antaranya dukungan infrastruktur sistem Moduit, seperti CRM, Income Planner, Pipeline Management, dan Scheduler; dukungan operasional, secara berkala akan ada program pelatihan, market update, dan proses perizinan tenaga pemasar.

Tersedia aplikasi versi Android dan iOS yang dapat diunduh para penasihat untuk mulai berjualan.

Di samping itu, pihaknya tidak memberikan preferensi khusus untuk nasabah yang disasar. Stefanus hanya menyebut ada segmen masyarakat yang sibuk, atau butuh konsultasi dari pakar yang membutuhkan peran dari penasihat investasi ini. Yang mana, segmen ini tidak melulu berkaitan erat dengan nasabah tajir.

“Ada tipe masyarakat yang ragu-ragu untuk terjun ke pasar modal, sehingga mereka butuh ngobrol untuk memperkuat pertimbangan mereka. Ada juga yang sibuk, sehingga kurang update dengan perkembangan pasar modal.”

Sistem pembagian hasilnya untuk setiap nasabah yang berinvestasi lewat penasihat keuangan, ada dua tipe. Pendapatan langsung dari biaya transaksi yang besarannya tergantung ketentuan prospektus masing-masing dan pendapatan bulanan dari management fee.

Diklaim saat ini perusahaan telah memiliki sekitar 39 tenaga pemasar yang telah bergabung.

Target dan persiapan pendanaan seri A

Tampilan aplikasi Moduit / Moduit
Tampilan aplikasi Moduit / Moduit

Salah satu inovasi Moduit yang terbaru adalah bekerja sama dengan GoPay sebagai tambahan metode pembayaran. Diharapkan masyarakat akan semakin mudah berinvestasi reksa dana secara terjangkau.

Berikutnya, perusahaan akan menambah opsi pembayaran dengan metode virtual account yang bakal meluncur pada bulan depannya. “Kami akan terus memperkaya fitur dan memodifikasi proses untuk permudah nasabah dalam menggunakan aplikasi.”

Terkait pendanaan, Stefanus menyebut pihaknya sedang dalam proses penggalangan dana seri A. Diharapkan dapat diumumkan pada awal tahun depan.

Sebelumnya, perusahaan telah mengantongi sejumlah dana dengan nilai dirahasiakan dari angel investor. Lalu, baru saja lulus sebagai peserta dalam program Plug and Play Asia Pacific Batch 5.

“Kami baru saja mengikuti program Plug and Play Asia Pacific Batch 5 dan sedang dalam proses fundraising series A,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

GetPlus Platform Offers “Coalition Loyalty” Program for Retail Business

GetPlus was first developed to help the retail business through the coalition loyalty program, allowing users to connect further with the shopping center and gain more benefits of each transaction.

Through the application, customers who currently visiting shopping centers can get points from their transactions with various brands and product categories. Points are to be accumulated in one account, making it easier to claim the rewards.

GetPlus’ Co-Founder & COO, Adrian Hoon said, they’ve been using some approaches to help retails improving their business performance. “First is to acquire new users through a membership system. Then, the coalition model for loyalty platform is said to significantly increase visitors and transactions.”

“GetPlus also tried to keep retail’s margin using reward points to acquire users in the early season – reducing massive discounts during the sales period. With digital-based business, collected data can be used in mapping users’ behavior and demographics.”

In the previous release, GetPlus is currently available in Grand Indonesia Shopping Center. Users can exchange their shopping receipts into points. There’s also an integration with Grand Indonesia’s G CARD. The points are now redeemable into GetPlus point.

Backed by GDP Venture

Since the launching on February 21st, 2019, GetPlus has acquired 150 thousand users, with 12 earning partners/channels. The application is available on Android and iOS.

GetPlus’ Adrian has another co-founder named Antonny Liem. In its debut, the company has secured seed funding from GDP Venture. A positive notion in Jakarta, will increase expansion level, including to all Indonesia’s first-tier cities per 2021.

He also mentioned the different coalition model with the current loyalty program, such as a single-brand model (e.g. Starbucks Card) or close-Loop (e.g. MAP Club).

Coalition

“Coalition is designed to give advanced value for merchant, consumers, and operators. This program helps sellers to acquire new users, boost-up retention, and increase consumerism. With all the benefits, we do believe in GetPlus to have rapid growth in Indonesia,” he added.

Within the next year, GetPlus is to be focused on adding more merchants and members, particularly in Jabodetabek area. In addition, they’re also to educate retail industry on the coalition loyalty program and consumer data management for business development. While improving the UI/UX for user experience in the application.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Platform GetPlus Tawarkan Program “Coalition Loyalty” untuk Bisnis Ritel

GetPlus dikembangkan untuk membantu bisnis ritel melalui program loyalitas koalisi (coalition loyalty), mungkinkan pelanggan untuk dapat terhubung lebih dekat dengan pusat perbelanjaan dan mendapatkan keuntungan lebih dari setiap transaksi.

Melalui aplikasi GetPlus, pelanggan di pusat perbelanjaan bisa mendapatkan poin hadiah dari aktivitas belanjanya di berbagai merek dan kategori produk. Poin-poin tersebut akan diakumulasikan dalam satu akun, sehingga memudahkan dalam mengklaim berbagai jenis hadiah.

Co-Founder & COO GetPlus Adrian Hoon menyampaikan, terdapat beberapa pendekatan yang coba diberikan untuk membantu peritel meningkatkan performa bisnisnya. “Pertama untuk akuisisi pelanggan baru, melalui sistem keanggotaan. Kemudian model coalition untuk platform loyalitas diklaim meningkatkan kunjungan dan besaran belanja secara signifikan.”

“GetPlus juga mencoba membantu melindungi margin ritel dengan menggunakan poin hadiah bonus untuk mendorong pelanggan di awal musim – mengurangi diskon besar-besaran selama periode penjualan. Berbasis digital, bisnis juga bisa memanfaatkan data yang didapat untuk memetakan demografi dan kebiasaan pelanggan.”

Dalam rilis sebelumnya dikabarkan, saat ini GetPlus sudah diaplikasikan di pusat perbelanjaan Grand Indonesia. Pengguna dapat menukarkan struk belanja menjadi poin. Integrasi juga dilakukan, sebelumnya Grand Indonesia sudah memiliki G CARD. Sekarang pengguna bisa menukarkan poin mereka menjadi poin GetPlus.

Mendapatkan pendanaan dari GDP Venture

Sejak resmi dirilis pada 21 Februari 2019 lalu, GetPlus kurang lebih telah digunakan oleh 150 ribu pengguna, dengan 12 earning partners/channels. Saat ini aplikasi sudah tersedia untuk platform Android dan iOS.

Selain Adrian, co-founder GetPlus lainnya adalah Antonny Liem. Mengawali debutnya, perusahaan mendapatkan pendanaan awal dari GDP Venture. Catatan positif di Jakarta, akan meningkatkan agresivitas ekspansi, termasuk ke berbagai kota besar di seluruh Indonesia per tahun 2021 nanti.

Adrian turut menjelaskan perbedaan model coalition dengan program loyalitas yang ada sejauh ini, misalnya model single-brand (contoh: Starbucks Card) atau close-Loop (contoh: MAP Club).

coalition loyalty

Coalition dirancang untuk memberikan value berkelanjutan untuk merchant, konsumen, dan operator. Program ini membantu pedagang memperoleh pelanggan baru, mendorong retensi, dan meningkatkan pengeluaran belanja. Dengan catatan itu, kami percaya GetPlus memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi di Indonesia,” terang Adrian.

Selama setahun ke depan, fokus GetPlus meningkatkan merchant dan anggota, khususnya di area Jabodetabek. Selain itu mereka juga ingin mengedukasi industri ritel mengenai program coalition loyalty dan pemanfaatan data konsumen untuk peningkatan bisnis. Sembari terus meningkatkan UI/UX aplikasi untuk kenyamanan pengguna.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi Pesan Kiwari Chat Berganti Identitas Jadi ChatAja

Beberapa waktu lalu DailySocial memuat berita mengenai layanan pesan instan Kiwari Chat. Aplikasi yang mengandalkan SDK Qiscus itu kini berganti nama menjadi ChatAja.

Aplikasi Kiwari di Google Playstore resmi diganti, domain Kiwari.chat pun tak bisa lagi diakses dan berganti jadi ChatAja.co.id. Baik nama, logo, maupun tone warna yang digunakan mengingatkan saya kepada aplikasi e-money hasil kolaborasi BUMN, LinkAja.

Sejauh ini belum ada informasi lebih jauh dari pihak Kiwari terkait rebranding ini. Namun beberapa informasi di situs resminya, diperkuat dengan pengirim OTP password ketika melakukan pendaftaran atau login melalui web, mencerminkan bahwa ChatAja saat ini berada di bawah naungan Telkom.

Dari segi fitur, tidak banyak yang berubah dari yang ada di Kiwari Chat. Mengandalkan tampilan yang sederhana, kini warnanya didominasi putih dengan aksen merah. Masih ada fitur panggilan suara, video, dan fitur lainnya yang khas dengan aplikasi pesan instan.

ChatAja juga menyediakan beberapa bot untuk memudahkan penggunanya mendapat informasi. Selain itu ChatAja juga memiliki ChatBot Builder, serupa dengan BotFather milik Telegram. Sebuah akun yang membantu pengguna untuk membuat chatbot mereka sendiri.

Di laman resminya mereka memperkenalkan diri sebagai aplikasi yang berusaha menjaga kedaulatan data penggunanya.

“Kami ingin menjaga kedaulatan data komunikasi secara digital melalui aplikasi Instant Messaging milik Indonesia karena tidak ada jaminan bahwa data ketika kita berkomunikasi menggunakan Instant Messaging yang tersimpan di luar Indonesia aman dan terjaga,” ungkap tulisan di laman Tentang ChatAja.

Sejak awal Kiwari hadir sebagai aplikasi lokal yang mengusung keamanan data. Selain semua pesan yang tersimpan di Indonesia mereka juga menyediakan enkripsi end-to-end untuk memastikan keamanan data dan rekam percakapan pengguna mereka.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi Jamanow Mudahkan Pengguna Memulai Bisnis Jualan Online

Makin menjamurnya bisnis online yang memanfaatkan berbagai platform untuk berjualan menjadi salah satu inspirasi lahirnya aplikasi Jamanow. Yakni sebuah social commerce yang memfasilitasi pengguna memulai bisnis online secara mandiri.

Platform tersebut menawarkan kemudahan akses untuk menghubungkan brand atau merchant kepada reseller dan pelanggan. Dengan memanfaatkan social network reseller dan influencer, memungkinkan brand bisa menjangkau jaringan yang jauh lebih luas.

“Kami melihat social commerce sukses di India dan Tiongkok. Memberikan peluang usaha kepada semua orang, why not? Di Indonesia masih tinggi angka penganggurannya, kemudian ada yang sudah bekerja tapi gajinya kurang bisa mencukupi kebutuhan mereka, ada juga mahasiswa atau pelajar atau Ibu rumah tangga yang butuh dapat penghasilan tambahan,” kata Co-Founder & CMO Jamanow Cindy Ozzie kepada DailySocial.

Jamanow mencatat, 60% transaksi online terjadi di platform e-commerce formal, seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak, dan sebagainya. Sementara 40% transaksi online terjadi di platform informal, seperti WhatsApp, Facebook, Kaskus, dan lainnya. Cara informal kebanyakan transaksinya masih menggunakan cara manual.

Secara demografi, profil Indonesia, India, dan Tiongkok bisa dibilang cukup serupa. Mulai dari penyebaran penduduk, heterogenitas budaya, dan gaya hidupnya. Jadi ada peluang yang besar juga social commerce ini bisa sukses di Indonesia, meskipun masih perlunya edukasi diberikan.

“Hingga kini masih menjadi tantangan bagi kami adalah social commerce yang masih sangat baru di Indonesia. Jadi untuk edukasi market membutuhkan waktu dan strategi yang tepat,” kata Cindy.

Fokus pada akuisisi merchant, reseller, dan pelanggan

Secara khusus platform tersebut menawarkan model bisnis yang serupa dengan drop shipping model. Ketika reseller berhasil menjual barang dari aplikasi, mereka akan dapat komisi hingga 25%. Jamanow juga mengenakan komisi dari setiap transaksi penjualannya. Untuk mengakuisisi lebih banyak merchant, perusahaan memanfaatkan jaringan tim yang telah dimiliki.

Selain mereka yang sudah menjadi reseller sebelumnya, target perusahaan adalah mengajak kalangan ibu rumah tangga, karyawan, dan mahasiswa untuk bergabung.

Untuk melancarkan kegiatan tersebut, perusahaan telah melakukan aktivitas offline dan kampanye di media sosial. Jamanow mengklaim telah memiliki pengguna aktif di luar kawasan Jabodetabek, seperti Padang, Surabaya, Kalimantan hingga Bali. Layanan juga sudah bisa diakses melalui aplikasi maupun website.

“Tahun 2020 mendatang kami memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana pra seri A dan seri A. Sementara target yang ingin kami capai tahun depan di antaranya meningkatkan angka transaksi, angka active user, dan yang pasti impact untuk setiap pengguna aplikasi kami,” kata Cindy.

RateS, TokoTalk, dan Feedr juga merupakan aplikasi serupa yang beroperasi di Indonesia. Tawarkan model social commerce untuk permudah masyarakat berjualan sebagai reseller.

Application Information Will Show Up Here

Likuid Tawarkan Skema “Crowdfunding” untuk Pendanaan Startup dan Industri Kreatif

Masih terbatasnya pendanaan yang bisa diperoleh perusahaan rintisan, menjadi alasan utama mengapa platform crowdfunding Likuid didirikan. Kepada DailySocial, CEO Likuid Kenneth Tali mengungkapkan bahwa sampai saat ini pendanaan untuk industri startup dan industri kreatif hanya dapat diakses oleh kalangan high net worth individuals, pada umumnya hanya sedikit orang yang mempunyai akses sana.

“Kita mendirikan Likuid untuk membuka akses pendanaan di industri ini ke lingkup masyarakat yang lebih besar, sehingga selain dapat didanai oleh venture capital atau business angel, sekarang proyek para entrepreneur juga dapat didanai oleh banyak orang, termasuk pengguna, pelanggan, dan juga komunitas mereka.”

Didirikan pada tahun 2018, Likuid memiliki latar belakang para pendirinya yang cukup beragam. Mereka adalah Budi Sukmana (COO) dan tiga orang advisor yaitu Felicitas Hakso, Soni Boedihardjo, dan Frans Kurniawan yang berpengalaman di bidang perbankan, pasar modal, dan teknologi.

“Likuid mencoba untuk memecahkan permasalahan pendanaan yang dialami entrepreneur, dari startup teknologi sampai industri kreatif seperti perfilman, musik, dan juga F&B. Kita mulai beroperasi di bulan Juli 2019 setelah mendapat status tercatat di regulatory sandbox OJK untuk cluster project financing crowdfunding,” kata Kenneth.

Tawarkan skema menarik untuk investor dan pencari dana

Sebagai platform crowdfunding, Likuid mencoba untuk menjembatani kebutuhan fundraiser untuk proyek mereka agar dapat didanai oleh investor besar dan kecil. Hingga saat ini Likuid telah memiliki lebih dari 100 High Networth Individuals (angels) yang bekerja sama dan mempercayai Likuid sebagai partner investasi mereka.

Likuid memiliki 3 proyek yang sedang dipersiapkan untuk public launch, 6 proyek yang masih dalam proses due diligence. Saat ini untuk investor, perusahaan baru membuka akses pendaftaran melalui situs dan juga akun media sosial Instagram. Sementara untuk akses investasi akan dibuka saat public launch.

Pencari dana (fundraiser) dapat terdaftar di Likuid setelah melewati proses due diligence, mereka dapat memuat profil proyek agar dapat diakses oleh para investor. Jangka waktu pendanaan maksimum 60 hari setelah profil proyek mereka dapat diakses oleh para investor.

Sementara untuk investor, setelah terverifikasi dapat memilih proyek mulai berinvestasi dari Rp250.000,00. Investor nantinya akan mendapatkan keuntungan setiap 3 atau 6 bulan, melalui skema bagi hasil. Model bisnis yang ditawarkan Likuid adalah melalui success fee sebesar 5%-7%.

“Saat ini, terus terang banyak dari proyek entrepreneur masih berbasis di Jabodetabek. Tapi kita juga sedang membangun kerja sama dengan beberapa instansi dan program inkubasi, untuk mempunyai akses ke para entrepreneur di luar Jabodetabek. Untuk investor, layanan kami dapat diakses oleh siapa pun dari seluruh penjuru nusantara,” kata Kenneth.

Target tahun 2020

Di tahun 2020 mendatang, selain pendanaan proyek, Likuid memiliki rencana untuk mendapatkan lisensi dari OJK sebagai penyelenggara layanan urun dana melalui penawaran saham berbasis teknologi informasi (equity crowdfunding). Dengan demikian diharapkan perusahaan dapat membuka akses pendanaan dalam bentuk saham untuk para entrepreneur.

Terdapat tiga kunci utama yang bakal diimplementasikan oleh Likuid tahun 2020 mendatang, di antaranya memperluas jaringan entrepreneur di bidang startup dan industri kreatif, bekerja sama dengan institusi pendanaan konvensional dan komunitas investor, dan bekerja sama dengan perusahaan asuransi untuk menciptakan iklim investasi alternatif yang lebih aman.

“Bagi kami, entrepreneur dan pelaku industri kreatif adalah kunci dari perkembangan inovasi dan kreativitas. Tugas kami memberi solusi pendanaan apa pun bentuknya,” kata Kenneth.

Sebelumnya ada juga Santara, tawarkan platform serupa untuk pendanaan UKM dan startup. Santara menjadi pemain platform equity crowdfunding (ECF) pertama yang mendapat izin untuk beroperasi secara penuh dari OJK tepat tanggal 18 September 2019.

Ruangguru Rilis Skill Academy, Layanan Belajar untuk Tingkatkan Keterampilan Profesional

Startup edtech Ruangguru merilis Skill Academy, yakni sebuah platform belajar online yang berisi materi-materi seputar peningkatan kemampuan profesional. Misalnya membahas strategi penjualan, kiat melakukan presentasi, hingga memahami investasi.

Disajikan berbayar, setiap konten dibuat oleh para pakar. “Kami mengajak pekerja profesional di industri untuk mengikuti proses penyaringan yang berlapis agar dapat memastikan kredibilitas pengajar. Materi pembelajaran dikembangkan bersama dengan tim content research & development yang kami miliki,” ujar Manager Skill Academy Pretty Kusumaningrum.

Sejak diluncurkan awal September 2019, sudah ada 40 mentor yang tergabung ke Skill Academy. Jumlah tersebut masih akan terus ditambah, seiring dengan antusias pengguna terhadap platform. Untuk memudahkan akses, dalam waktu dekat aplikasi juga diluncurkan – saat ini baru ada versi web.

Ingin jadi “top of mind” solusi belajar

Pretty menceritakan mengenai latar belakang pengembangan produk baru ini. Ruangguru telah sukses menjadi edtech nomor satu di Indonesia, menyediakan aplikasi belajar untuk K-12 (tingkat sekolah dasar hingga atas). Namun dirasa penting bagi lulusan SMA/SMK untuk tetap melanjutkan belajar meningkatkan keahlian, agar memiliki daya saing tinggi saat mencari atau berada di lingkungan pekerjaan – Skill Academy ingin berperan di sini.

“Di sisi lain, ada pasar yang cakupannya 3x lebih luas dari yang sudah dilayani oleh produk Ruangguru, yakni pendidikan tinggi dan pekerja profesional. Hal ini menjadi sesuatu yang menguntungkan juga bagi usaha kami, ditambah dengan aspirasi kami untuk memberikan solusi terkait permasalahan pelatihan. Pada akhirnya, tujuan utama kami adalah menjadi platform top of mind yang bisa menyediakan solusi untuk segala kebutuhan pendidikan,” lanjut Pretty.

Ia turut menyampaikan pertimbangan yang membuat produk baru ini terpisah dari ekosistem aplikasi yang sudah ada. Target pasar Skill Academy dan Ruangguru memiliki kebiasaan yang berbeda dan bentuk materi pembelajaran yang tidak bisa digabung. Sehingga UI dan UX produk perlu disesuaikan (berdasarkan hasil user testing) agar lebih menarik dan nyaman untuk belajar.

Fokus pada pengalaman belajar

Sertifikat Skill Academy
Contoh sertifikat belajar yang didapatkan setelah menyelesaikan kelas

Skill Academy dirilis untuk menghadirkan fleksibilitas belajar bagi kalangan dewasa yang cenderung sibuk. Mereka bisa belajar kapan pun, di mana pun. Kualitas materi menjadi salah satu yang dijanjikan.

Menanggapi pertanyaan dengan diferensiasi dengan platform lain, Pretty menyampaikan “Pengalaman pembelajaran yang luar biasa. Kami memformulasikan cara belajar digital yang efektif, dengan kombinasi video interaktif, infografis, dan metode assessment yang dapat mengukur kemajuan pengguna. Kami sudah melakukan testing sejumlah pengguna dan mendapatkan feedback yang memuaskan.”

Selain itu ia juga mengatakan tentang “best value of money”, setelah mendaftar dan berlangganan di suatu kelas, pengguna akan mendapatkan akses seumur hidup dan sertifikasi bagi yang berhasil menyelesaikan.

Selain Skill Academy, sebelumnya sudah ada startup yang menawarkan platform belajar untuk kalangan profesional. Termasuk RevoU yang fokus pada pendidikan teknologi, Bahaso yang mulai merambah materi di luar pembelajaran bahasa, hingga Udemy yang telah resmikan kehadiran di Indonesia.