Lima Venture Capital Indonesia yang Paling Aktif di 2019

Menjalankan sebuah usaha tidaklah semudah membalik telapak tangan. Butuh kerja keras dan modal yang cukup untuk membangun bisnis yang besar. Bicara mengenai modal, hampir semua startup di indonesia tumbuh dengan bantuan Venture Capital atau jasa penyedia modal usaha.

Dilansir dari  e-Conomy SEA 2019, ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai $130 miliar pada tahun 2025 mendatang, tahun ini angkanya sudah mencapai $40 miliar – rata-rata pertumbuhannya 49% per tahun. E-commerce dan ride-hailing menjadi pendorong utama di kawasan ini, ditambah adopsi pembayaran digital yang mendominasi semua layanan berbasis aplikasi. Pertumbuhan bisnis terkait didukung investasi yang terus mengalir. Termasuk dukungan yang diberikan pada unicorn Indonesia, nilainya mencapai $4 miliar pada tahun 2018 lalu. Melihat pertumbuhan yang signifikan, tentu sangat berpeluang bagi startup yang ingin ikut mengembangkan bisnisnya dengan perusahaan unicorn. Ada lima Venture Capital Indonesia yang paling aktif mengucurkan dana ke startup indonesia di tahun 2019.

lima perusahaan modal ventura yang paling aktif memberikan pendanaan ke startup indonesia di tahun 2019.
Lima perusahaan modal ventura yang paling aktif di tahun 2019.

East Ventures Capital

East Ventures terlibat dalam 19 pendanaan di tahun 2019
East Ventures aktif sejak tahun 2009

East Ventures berdiri sejak 2009 di Indonesia oleh Willson Cuaca, Batara Eto, dan Taiga Matsuyama. Dari 160 startup yang telah didanai, tercatat 30 startup di antaranya sudah exit. Kemudian dua startup yang lain menjadi unicorn.

East Venture sebagai salah satu venture capital Indonesia yang paling aktif memberikan pendanaan. Pihaknya juga masih memiliki rencana untuk terus memberikan pendanaan tahap awal kepada startup Indonesia. Sedikitnya sudah 30 startup yang mendapatkan pendanaan di tahun 2018. Selang setahun setelahnya berdasarkan startup report 2019, East Ventures terlibat dalam 19 pendanaan startup. Beberapa diantaranya berada di tahap Pra-Series A, Series A, dan Seed Funding. East Ventures konsisten dengan misi mereka membantu startup early stage.

Daftar Startup yang mendapat pendanaan di tahun 2019
Startup yang mendapat pendanaan oleh East Ventures

pada tahap Seed Funding adalah Komunal, Lubna, Triplogic, Wahyoo, Kedai Sayur, Cumi, Advotics, Feedloop, The Fit Company, Base.

Pada tahap Pra-Series A startup yang mendapat pendanaan dari East Ventures adalah Ekrut. Sedangkan ada 8 startup di tahap Series A yang mendapat pendanaan. Mereka adalah Stickearn, MobilKamu, Julo, Yummy Corp, Stockbit, Fore Coffee, Kedai Sayur, dan Jojonomic. 

SMDV

Sinar Mas mendirikan perusahaan modal ventura perusahaan berorientasi teknologi yang disebut Sinar Mas Digital Ventures (SMDV) pada tahun 2018. Perusahaan ini telah berinvestasi dalam startup seperti layanan grosir bahan makanan HappyFresh, startup periklanan Stickearn, dan perusahaan Software-as-a-Service logistik Waresix. Perusahaan pemodal ini menjadi pemodal aktif nomor dua berdasarkan startup report 2019.

SMDV memberikan pendanaan kepada 11 startup Indonesia di tahun 2019
SMDV merupakan singkatan dari Sinar Mas Digital Verture.

SMDV juga sudah berinvestasi di beberapa startup pada tahun 2019 yaitu StickEarn (Series A), Yummy Corp (Series A), Fore Coffee (Series A), Wahyoo (Seed Funding), Kedai Sayur (Seed Funding & Series A), Waresix (Series A), Warung Pintar (Series B), IDN Media (Series C), R Fintness (Pre-Series A).

Alpha JWC Ventures

Alpha JWC Ventures merupakan perusahaan modal ventura yang telah berinvestasi di sekitar 30 startup, termasuk Uang Teman, Kopi Kenangan, Tanihub, Modalku, dan WeWork.

Alpha JWC Ventures memberikan pendanaan kepada 9 startup Indonesia di tahun 2019
Perusahaan yang didirikan pada awal 2015 ini telah berinvestasi lebih dari 30 startup

Perusahaan yang fokus berinvestasi pada startup berbasis teknologi di Indonesia ini didirikan oleh Chandra Tjan bersama Jefrey Joe dan Will Ongkowidjaja pada awal 2015. Dalam debut awalnya di tahun 2016, Alpha JWC Ventures meluncurkan Fund 1 senilai $50 juta atau sekitar 700 miliar Rupiah. Hingga tahun 2019 Alpha JWC Ventures mengumumkan telah menutup pengumpulan dana investasi keduanya senilai $123 juta atau setara 1,7 triliun Rupiah. Dalam manajemen portofolio, pihaknya memakai pendekatan hands-on dalam berbagai lini bisnis terkait, mulai dari dukungan rekrutmen, pemasaran, dan legal.

Beberapa startup yang mendapat pendanaan dari Alpha JWC adalah Zuzu (Series A), Carro (Series B), Evermos (Series A), Ajaib (Seed Funding), Bobobox (Pre-Series A), Goola (Seed Funding), Verikool (Seed Funding), Style Theory (Series B). 

Agaeti Ventures

Agaeti Venture memberikan pendanaan kepada delapan startup Indonesia di tahun 2019.
Agaeti Venture masuk ke dalam 5 besar pemodal paling aktif di tahun 2019.

Siapa yang tak mengenal Fore? Kopi susu yang sering menemani dikala penat ini, lahir dari dana investasi Agaeti Ventures. Perusahaan pemodal ini, juga mendonorkan dana pada Wahyoo, Akseleran, CoHive dan Yummy Corp.

Tahun 2019 beberapa startup mendapat pendanaan dari Agaeti Ventures, mereka adalah StickEarn (Series A), Yummu Corp (Series A), Warung Pintar (Series B), R Fintness (Pre-Series A), Alami (Seed Funding), Bobobox (Seed Funding) dan Kargo Technologies (Seed Funding). 

Agaeti Ventures berfokus pada perusahaan baru yang mendukung teknologi Pra-Seri A dan Seri A, atau yang baru berkembang di Indonesia dan fokus ekspansi ke Asia Tenggara. Dengan dipercayanya, perusahaan pemodal ini, Agaeti Venture masuk ke dalam 4 besar pemodal paling aktif di tahun 2019.

Lalu, di tahun 2020 dua perusahaan modal ventura (venture capital) lokal, Agaeti Ventures dan Convergence Ventures resmi mengumumkan merger dan kini bernama AC Ventures (ACV). Para Partner kedua perusahaan menjadi Partner perusahaan baru ini, yaitu Adrian Li, Michael Soerijadji, Donald Wihardja, dan Pandu Sjahrir.

Golden Gate Ventures

Golden Gate Venture merupakan perusahaan modal ventura tahap awal yang berdiri sejak 2011. Salah satu venture venture capital Indonesia paling aktif ini telah berinvestasi di lebih dari 30 perusahaan di lebih dari 7 negara di Asia. Perusahaan berinvestasi dalam startup internet & seluler di banyak sektor, termasuk e-commerce, pembayaran, pasar, aplikasi mobile, dan platform SaaS.

Golden Gate Ventures memberikan pendanaan kepada delapan startup Indonesia di tahun 2019
Berdiri sejak tahun 2011 dan telah berinvestasi lebih dari 30 perusahaan

Dengan menggandeng startup yang ingin berkembang pesat dengan memanfaatkan teknologi dan internet, Golden Gate Venture mampu melahirkan Startup hebat seperti, Gojek, Carousell, Alodokter, Tanihub, dan lain sebagainya.

Pada tahun 2019 beberapa startup seperti Alami (Seed Funding), Jojonomic (Series A), TaniGroup (Series A), Alodokter (Series C), Zuzu (Series A), Sampingan (Pre-Series A), Ritase (Series A) dan Paper.id (Series A) oleh Golden Gate Ventures 

 

.

 

Edukasi Pengguna Masih Jadi Tantangan Mendasar Bagi Pelaku Startup Healthtech

Salah satu industri yang mengalami peningkatan dari sisi inovasi dan permintaan dari pengguna saat ini adalah layanan healthtech dan healthcare. Bukan hanya memudahkan masyarakat mengakses pembelian obat, layanan yang ada juga telah memberikan alternatif layanan dan konsultasi kesehatan secara online.

Salah satu yang mencoba peruntungan tersebut adalah Nalagenetics. Startup yang didirikan oleh Jianjun Liu, Astrid Irwanto, Alexander Lezhava, dan Levana Sani ini hadir menyediakan layanan tes genetik berbiaya murah disesuaikan pasar Asia. Penetrasi bisnisnya dimulai di pasar Singapura dan Indonesia.

Dalam sesi webinar yang menghadirkan Levana Sani dari Nalagenetics dan Joshua Agusta dari Mandiri Capital Indonesia, dibahas potensi dan peluang layanan helathcare di Indonesia.

Edukasi dan pengenalan

Salah satu kendala mengapa startup seperti Nalagenetics kesulitan untuk memperkenalkan produknya kepada target pasar adalah, kurangnya pengetahuan terkait dengan tes genetik. Proses yang bisa membantu orang banyak untuk beradaptasi dengan obat-obatan yang mereka konsumsi, sudah cukup familiar oleh pasar di Amerika Serikat dan Singapura. Namun untuk Indonesia belum banyak yang memahami lebih jauh.

“Karena hal tersebut terkadang menyulitkan kami untuk melakukan pendekatan kepada pihak rumah sakit hingga pemerintah. Meskipun para dokter kebanyakan sudah mengetahui layanan yang kami sediakan tapi sebagian besar pihak terkait belum mengenal lebih jauh,” kata Levana.

Dari sisi investor Joshua melihat akan lebih baik bagi startup jika memiliki penasihat atau rekanan yang cukup menguasai layanan atau produk kesehatan yang dihadirkan. Dengan demikian ketika pada akhirnya produk ditawarkan ke pasar atau regulator, mereka memiliki pemahaman yang baik.

“Bagi kami penting bagi startup telah melalui product market fit dan menemukan pelanggan yang tepat. Sebelum bertemu dengan investor, ada baiknya untuk mengetahui latar belakang mereka dan apakah mereka tertarik dengan model bisnis yang startup Anda tawarkan,” kata Joshua.

Potensi healthcare di Indonesia

Kultur masyarakat Indonesia yang menerima dengan baik kehadiran layanan dan berbagai produk yang ditawarkan oleh startup, ternyata menjadi salah satu kelebihan tersendiri yang kemudian banyak dimanfaatkan oleh startup. Bagi Levana yang saat ini masih terus memperluas bisnis dan membina kolaborasi dengan pihak terkait, model bisnis yang mereka tawarkan memiliki potensi yang baik untuk berkembang, bukan hanya di Indonesia namun di negara lainnya.

“Pada akhirnya misi dari kami adalah agar perusahaan bisa melakukan ekspansi ke negara lain. Bukan hanya niche di pasar lokal namun juga di pasar secara global,” kata Levana.

Yang menjadi menarik untuk diperhatikan ke depannya adalah, apakah akan ada layanan yang dihadirkan oleh startup yang menyasar healthtech dan healthcare untuk memberikan layanan digital rekam medis pasien.

Meskipun masih terkendala dengan aturan yang berlaku dan sebagian besar negara lainnya juga belum banyak yang memberikan pilihan tersebut, namun digitize medical information, menjadi peluang yang menarik untuk diikuti baik oleh komunitas startup hingga para investor.

Digitizing medical information masih menjadi wide space bukan hanya di Indonesia tapi juga secara global, bisa menjadi kesempatan yang baik untuk startup saat ini dan ke depannya,” kata Joshua.

Menyimak Minat dan Transparansi Venture Capital Berinvestasi Saat Pandemi

Pandemi yang berkepanjangan telah meruntuhkan beberapa startup secara global. Berubahnya gaya hidup hingga kebiasaan, menjadikan startup yang memiliki model bisnis tertentu, harus gulung tikar karena tidak bisa mempertahankan bisnis dan mendapatkan revenue.

Hal menarik yang kemudian menjadi perhatian adalah, runway timeline yang menjadi faktor penentu keberlangsungan startup dan bagaimana startup bisa beradaptasi dengan realitas baru yaitu ‘new normal’.

Berikut adalah rangkuman startup clinic yang menghadirkan Kolibra Capital, Angin, dan Skystar Capital membahas peluang investasi dan potensi bagi startup untuk bisa survive di saat pandemi.

Inisiatif dan inovasi baru founder

Ketika pendapatan bisa didapatkan dan traksi terus tumbuh meskipun pandemi berlangsung, bisa dipastikan masa depan startup akan menjadi positif. Salah satu cara yang bisa dilakukan startup untuk bisa mencapai semua hal tersebut adalah, mengubah mindset dan model bisnis yang sebelumnya mengandalkan faktor offline atau ketergantungan dengan pengguna secara langsung.

Menurut Teezar Firmansyah Partner dari Kolibra Capital, startup bisa memberikan respons positif saat pandemi berlangsung dan bisa beradaptasi dengan kondisi saat ini, tentunya adalah startup yang bisa survive saat pandemi dan ketika pandemi pada akhirnya usai.

Secara khusus Kolibra yang fokus kepada fundamental dan generate revenue bukan kepada GMV, melihat saat ini menjadi saat yang krusial bagi startup untuk menunjukkan jati diri mereka. Apakah mereka bisa bersaing dan menawarkan inovasi baru kepada pelanggan.

“Salah satu portofolio yang kami miliki yaitu Travelio telah menunjukkan pentingnya untuk bisa beradaptasi. Sebagai platform yang mengandalkan pelanggan dengan sumber daya yang dimiliki, Travelio mampu melakukan inovasi dengan melakukan kolaborasi yang relevan dan menawarkan layanan baru yang dibutuhkan oleh pelanggan,” kata Teezar.

Pentingnya bagi para founder untuk bisa beradaptasi juga menjadi perhatian khusus dan sangat dianjurkan oleh Michelle Irawan dari Skystar Capital kepada startup yang masuk dalam portofolio mereka. Menjadi hal yang menarik ketika para pendiri startup bisa tampil dengan inovasi dan produk hingga layanan baru kepada pelanggan.

“Bagi kami yang sudah dilakukan oleh Sweet Escape bisa menjadi contoh yang positif. Bisnis mereka yang sangat bergantung kepada traveller tentunya mengalami impact secara langsung. Namun dengan pilihan layanan yang baru dan memanfaatkan momentum social distancing, mereka mampu menciptakan layanan baru untuk pelanggan saat pandemi berlangsung,” kata Michelle.

Sementara itu bagi David Soukhasing Managing Director Angin, portofolio mereka yang menyasar bisnis kuliner, mulai mengadopsi penjualan secara online dan memanfaatkan kegiatan digital marketing. Meskipun tidak menghasilkan pendapatan yang cukup jika dibarengi dengan gerai offline yang dimiliki, paling tidak bisa mempertahankan bisnis agar terus berjalan.

“Di Burgreens saat ini fokus mereka lebih kepada penjualan secara online memanfaatkan online delivery yang ditawarkan oleh pihak terkait. Di saat bersamaan promosi secara digital juga makin gencar dilakukan untuk menarik perhatian pelanggan melakukan transaksi secara online,” kata David.

Runway startup dan minat investor

Di dunia startup, runway atau landasan pacu adalah berapa lama startup dapat bertahan jika pendapatan dan pengeluaran tetap konstan. Ketika startup mengumpulkan uang, mereka berupaya untuk meningkatkan runway.

Runway ini bisa menentukan keberlangsungan perusahaan berdasarkan uang yang mereka simpan usai penggalangan dana. Menurut investor, timeline runway terbaik bagi startup agar bisa survive adalah untuk satu hingga dua tahun. Semakin panjang runway yang dimiiki, semakin besar potensi startup untuk bertahan.

Meskipun tidak semua startup bisa menerapkan cara ini, paling tidak mereka bisa melakukan penghematan dan memangkas pengeluaran yang dirasakan tidak terlalu penting dalam anggaran mereka. Pada akhirnya ‘cash is king’ menjadi hal yang krusial bagi startup untuk bisa bertahan dengan dana yang dimiliki saat ini, sambil mengantongi pendapatan meskipun jumlahnya mengalami penurunan akibat pandemi.

Cara cerdas yang bisa dilakukan oleh startup untuk bisa memperpanjang usia runway adalah, kesepakatan di awal dengan para investor saat melakukan penggalangan dana. Apakah ketika sebelum pandemi berlangsung atau saat pandemi, pastikan kesepakatan terjadi agar startup bisa bertahan.

“Saya juga menyarankan kepada para investor untuk lebih transparan kepada startup. Apakah mereka memang berniat untuk melakukan penggalangan dana atau tidak. Karena masih banyak investor yang kurang transparan atas niat mereka untuk berinvestasi saat ini,” kata David.

Meskipun kesempatan untuk mendapatkan dana segar dari investor saat ini cukup kecil peluangnya, namun tidak menjadikan venture capital enggan untuk memberikan investasi. Namun tidak dipungkiri, proses kurasi yang ketat dan pemilihan startup yang relevan menjadi faktor pertimbangan para investor.

“Bagi kami di Kolibra Capital tidak pernah memilih kategori industri startup yang menjadi favorit kami. Semua startup menjadi perhatian dari kami asal mereka mengusung konsep generate revenue bukan kepada GMV,” kata Teezar.

Tanammduit Claims Increasing in User Growth, Introducing Koleksi Emasku Feature

The number of customers doing KYC (Know Your Customer) on the Tanamduit platform has grown by 31% from 175 thousand customers in December 2019 to 230 thousand in May 26, 2020.

The surge of investment interest since mid-May 2020 was also due to the low-rate momentum of stock market valuation which has been decreased since the Covid-19 pandemic outbreak and was declared a global pandemic by the World Health Organization (WHO) in early March.

As a wealth management platform, Tanamduit offers investment instruments such as mutual funds, Government Securities (SBN) and bonds. Tanamduit also offers self-protection insurance with its current products available in the application, including protection against the current Covid-19 virus.

In late 2019, made a pact with Premiro, a digital insurance broker registered in OJK, Tanamduit launched an in-app insurance product. The insurance platform offers variety of products, targeting millennial market share.

Launching the Koleksi Emasku feature

Aiming to complete the investment products, Tanamduit launches the latest feature named Koleksi Emasku. This new feature exists to buy, store and sell physical gold online. Through this feature, customers can buy physical gold starting from 0.1 gram easily, anytime, personalized and flexible.

Tanamduit’s Founder & Chairman, Indra Suryawan told DailySocial, this feature is expected to introduce gold products better to the target user. Tanamduit also targets to increase the user growth while providing education about investment awareness and a variety of investment products in Tanamduit.

“Koleksi Emasku is an innovation to make  gold investment more fun with attractive card designs. Therefore, customers can easily sell, buy, print and store gold through an application,” Indra said.

In order to optimize service and convenience, Tanamduit collaborates with Masduit, a subsidiary and sole distributor of PT Hartadinata Abadi, a company engaged in gold manufacturing and trading.

Meanwhile, to facilitate customers, printed gold can be resold at competitive and transparent buyback prices in more than 20 gold/jewelery stores partnered with Tanamduit or general gold/jewelry stores.

As for purchasing gold, customers can use the existing balance in Gopay, LinkAja, Dana, and Shopeepay electronic money. Aside from being part of the lifestyle, with the current PSBB situation, Tanamduit claims that buying gold online can be more effective for customers.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Klaim Alami Pertumbuhan Nasabah, Tanamduit Luncurkan Fitur “Koleksi Emasku”

Hingga saat ini  jumlah nasabah yang melakukan KYC (Know Your Customer) di platform Tanamduit mengalami pertumbuhan 31% menjadi 230 ribu nasabah pada 26 Mei 2020 dari 175 ribu nasabah pada Desember 2019.

Melonjaknya minat investasi nasabah sejak pertengahan bulan Mei 2020 lalu, juga terbentuk karena momentum murahnya valuasi pasar saham yang sudah tertekan sejak pandemi Covid-19 merebak dan ditetapkan sebagai pandemi global oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) awal Maret lalu.

Sebagai wealth management platform, Tanamduit menawarkan instrument investasi seperti reksa dana, Surat Berharga Negara (SBN), dan obligasi. Tanamduit juga menawarkan perlindungan diri dengan produk-produk asuransi yang tersedia di dalam aplikasi, termasuk proteksi dari penyakit yang ditimbulkan akibat terjangkit virus Covid-19 yang ada saat ini

Akhir tahun 2019 lalu menggandeng Premiro yang merupakan pialang asuransi digital dan telah terdaftar di OJK, Tanamduit meluncurkan produk asuransi dalam aplikasi. Platform asuransi yang ditawarkan memiliki berbagai cakupan produk, menargetkan pangsa pasar milenial.

Luncurkan fitur Koleksi Emasku

Bertujuan untuk melengkapi produk investasi, Tanamduit meluncurkan fitur terbaru Koleksi Emasku. Fitur baru ini hadir untuk membeli, menyimpan, dan menjual emas fisik secara online. Melalui fitur Koleksi Emasku, nasabah dapat membeli emas fisik mulai dari ukuran 0,1 gram, kapan saja dengan mudah, personalized dan fleksibel.

Kepada DailySocial Founder & Chairman Tanamduit, Indra Suryawan mengungkapkan, dengan diluncurkannya fitur ini diharapkan bisa memperkenalkan lebih baik produk emas kepada target pengguna. Tanamduit juga memiliki target dengan fitur baru ini bisa menambah jumlah pengguna sekaligus memberikan edukasi tentang kesadaran berinvestasi dan ragam produk investasi di Tanamduit.

“Koleksi emasku adalah inovasi investasi emas sehingga membuatnya lebih menyenangkan dengan adanya desain kartu yang menarik. Jadi nasabah bisa lebih mudah jual, beli, cetak dan simpan emas hanya dari aplikasi,” kata Indra.

Untuk memaksimalkan pelayanan dan kenyamanan, Tanamduit bekerja sama dengan Masduit anak usaha dan distributor tunggal dari PT Hartadinata Abadi yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pabrikan dan perdagangan emas.

Sementara untuk memudahkan nasabah, emas yang telah dicetak dapat dijual kembali dengan harga buyback yang kompetitif dan transparan di lebih dari 20 toko emas/perhiasan yang bekerja sama dengan Tanamduit atau seperti layaknya emas di toko toko emas pada umumnya. 

Adapun untuk pembelian emas ini nasabah dapat menggunakan saldo yang ada di uang elektronik Gopay, LinkAja, Dana, dan Shopeepay. Selain sebagai bagian dari gaya hidup, dengan aturan PSBB saat ini, Tanamduit mengklaim kegiatan pembelian emas secara online bisa menjadi lebih efektif untuk nasabah.

Application Information Will Show Up Here

Tiga Cara Menjaga Produktivitas Tim Startup selama WFH

Masa pandemi yang mendorong banyak perusahaan untuk melakukan work from home (WFH) tidak hanya memberikan keuntungan, tetapi juga memberikan tantangan yang harus dihadapi oleh para pekerja. Di satu sisi, pekerja mungkin diuntungkan dengan fleksibilitas kerja, penghematan biaya, dan yang pasti dapat terhindar dari penyebaran virus COVID-19. Di sisi lain, tantangan seperti komunikasi dan koordinasi yang terhambat, kegiatan supervisi yang tidak dapat berjalan dengan baik, serta sulitnya menjaga spirit tim untuk tetap menjaga produktivitas selama WFH menanti untuk diatasi tiap harinya.

Tantangan-tantangan tersebut seringkali menjadi perhatian lebih oleh para CEO ataupun pemimpin perusahaan lainnya. Bila tidak, produktivitas kerja dan kondisi mental para pekerja dapat terus menurun yang nantinya justru akan berdampak banyak kepada perkembangan usaha. Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut kami hadirkan beberapa hal yang dapat dilakukan oleh para CEO, Founder, ataupun para pemimpin lainnya dalam perusahaan untuk mengatasi tantangan tersebut.

Maksimalkan Platform Kolaborasi

Salah satu cara untuk tetap menjaga produktivitas karyawan meski tidak dapat bertemu secara langsung adalah dengan memaksimalkan penggunaan platform kolaborasi. Anda dapat memanfaatkan platform seperti Slack, Microsoft Teams, Trello, Astana, hingga platform berbagi file seperti Google Drive ataupun Dropbox. Dengan begitu, sebagai seorang pemimpin atau manajer Anda dapat lebih mampu membantu tim untuk memiliki sistem project management baru yang memudahkan koordinasi dalam melakukan pekerjaan yang membutuhkan banyak kolaborasi antar karyawan serta menjaga linimasa proyek yang sedang berjalan tetap sesuai dengan deadline. Selain itu, menggunakan platform kolaborasi ini juga dapat mempermudah tim melihat pekerjaan apa yang harus diprioritaskan dan memperlihatkan kesulitan yang dihadapi kepada rekan kerja lainnya secara langsung.

Lakukan Meeting Reguler

Selain menjaga produktivitas, sebagai pemimpin Anda juga perlu memperhatikan kondisi internal tim ataupun individu dengan melakukan check-in yang reguler dilakukan baik harian maupun mingguan. Selain dapat saling update tentang pekerjaan yang sedang berjalan, melalui meeting ini masing-masing anggota juga dapat membicarakan hal lain di luar pekerjaan selayaknya seperti saat di kantor. Upaya ini setidaknya dapat sedikit membantu menjaga konektivitas antar anggota tim melalui interaksi yang dilakukan. Dengan melakukan hal ini, Anda juga dapat memiliki kesempatan untuk mendengar atau mengetahui apa kesulitan yang dialami karyawan baik terkait produktivitas ataupun tantangan lainnya yang dialami selama WFH.

Ikuti Program Pelatihan Pengembangan Leadership

Bila upaya-upaya yang telah Anda lakukan untuk menjaga produktivitas dan konektivitas tim menemui jalan buntu atau justru ini adalah kesempatan pertama Anda dalam menghadapi situasi memimpin tim secara remote sehingga banyak kesulitan yang ditemukan saat menjalaninya, mungkin ini saat yang tepat bagi Anda untuk mengembangkan kemampuan leadership selama work from home ini. Dengan mengembangkan kemampuan kepemimpinan, Anda mungkin dapat lebih terlatih dalam menghadapi berbagai jenis kesulitan yang dialami tim serta dapat lebih peka untuk menemukan permasalahan di situasi new normal yang mendorong Anda untuk memimpin dan mengkoordinasikan tim dengan lebih baik saat bekerja dari rumah.

Salah satu program pelatihan yang dapat Anda ikuti dengan gratis namun tetap berkualitas adalah program pelatihan yang bertajuk “Reinvigorating Your WFH Teams” oleh Daniel Tumiwa. Program pelatihan ini akan diadakan selama 6-10 pekan melalui Zoom call. Melalui program ini, para peserta akan dibantu untuk melihat permasalahan-permasalahan yang dapat diperbaiki dalam menjalankan usaha selama WFH. Program pelatihan ini juga dapat melibatkan secara langsung tim Anda sehingga ilmu yang didapatkan dapat langsung dipraktekkan serta diberi masukan langsung oleh Daniel Tumiwa.

Di tengah situasi yang sulit seperti ini, kemampuan memimpin seorang CEO atau manajer sangat diandalkan untuk terus menjaga kelangsungan perusahaan. Pelatihan seperti program tersebut mungkin bisa menjadi salah satu cara Anda untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapi selama masa pandemi ini. Bila tertarik untuk mengikuti program pelatihan tersebut, silahkan daftarkan diri Anda dengan mengunjungi link berikut ini.

Melihat Kontribusi Startup melalui AI, Big Data, dan Machine Learning selama Pandemi

Salah satu cara yang terus diupayakan dalam melakukan perlawanan terhadap situasi pandemi ini adalah dengan pemanfaatan teknologi seperti artificial intelligence (AI) serta machine learning untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Mulai dari kebutuhan informasi terkait pandemi hingga bantuan pelayanan kesehatan dapat dinikmati dengan lebih cepat dan mudah melalui pemanfaatan teknologi-teknologi tersebut.

Hal ini yang juga menjadi pembahasan dalam webinar “Behind The Wheel” seri keempat yang diselenggarakan pada Rabu (20/5) lalu. Memasuki seri terakhirnya, webinar ini mengambil tema “AI and Machine Learning to Fight COVID-19”. Seri keempat ini mendatangkan beberapa pembicara seperti Budi Gunadi Sadikin (Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara), Faizal Djoemadi (Chief Digital and Innovation TelkomGroup), Irzan Raditya (CEO Kata.ai), Bachtiar Rifai (CEO Volantis), Shannon Lee (Investment Director MDI SG), Kyle Kling (Head of Investment MDI US), serta dimoderatori oleh Kenneth Li (Managing Partner MDI SG). Melalui tema ini, dibahas bagaimana implementasi AI dan machine learning dalam penanganan virus covid di Indonesia sejauh ini.

Penerapan AI di Indonesia selama Pandemi

Selama masa pandemi, pemanfaatan dari AI cukup berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia. Penggunaan  AI, big data, dan machine learning disebut dapat mengubah bentuk pelayanan kesehatan terhadap masyarakat melalui implementasinya pada berbagai use case di industri kesehatan.

Hal ini juga disampaikan oleh Wakil Menteri BUMN, Budi Gunadi Sadikin pada awal sesi webinar ini. Beliau mengatakan bahwa pemanfaatan AI dapat digunakan untuk early disease detection serta sebagai tindakan preventif mulai dari layanan kesehatan hingga penyediaan obat selama masa pandemi ini. Selain itu, beliau juga menyampaikan bahwa situasi krisis belakangan ini juga harus dilihat sisi lainnya sebagai kesempatan untuk mengembangkan inovasi-inovasi baru dan berkolaborasi untuk mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan.

“Many people see this as a danger, but some people should see this as an opportunity” tambahnya.

Bila dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara, tingkat adopsi AI di Indonesia sudah termasuk tinggi bahkan juga disebut berada di atas Singapura. Meski begitu, penerapan AI di negara tersebut kurang lebih sama cakupannya seperti di Indonesia yaitu melalui pemanfaatan chat assistant, contact tracing, dan otomatisasi proses pekerjaan dengan menggunakan teknologi tersebut.

It’s going to limit human involvement and help push social distancing so we can perform tasks that workers otherwise can’t do at home” terang Investment Director MDI Singapore, Shannon Lee.

Melihat Potensi Implementasi di berbagai Use Case

Penggunaan AI dan machine learning yang dapat dimanfaatkan di berbagai use case juga diharapkan dapat terus mendorong hadirnya inovasi baru untuk membantu masyarakat khususnya selama masa pandemi ini. Akan tetapi, menurut Chief Digital and Innovation TelkomGroup, Faizal Djoemadi, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui apa masalah atau use case yang ingin diselesaikan terlebih dahulu. Dengan begitu, inovasi yang dihadirkan dapat lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

“Problem atau use case ini bisa datang dari customer, atau datang dari orang yang membutuhkan, atau datang dari kita yang kreatif mencoba menerka-nerka kira-kira apa permasalahan yang bisa diselesaikan” ujar Faizal.

Pemanfaatan di berbagai use case ini juga dilihat oleh Head of Investment MDI US, Kyle Kling. Kyle melihat beberapa implementasi seperti population health analytics, disease management, patient monitoring, dan diagnostics solution sebagai bentuk kontribusi penggunaan AI dan dalam membantu pelayanan kesehatan yang lebih efisien selama masa pandemi ini.

The faster, cheaper, more effective tests can help doctors quickly help patients” tambah Kyle

Kontribusi Startup melalui Inovasi Produknya

Situasi pandemi ini juga dimanfaatkan oleh berbagai startup yang memiliki inovasi produk dengan menggunakan AI dan Big Data untuk memberikan dampak lebih dalam membantu memenuhi kebutuhan masyarakat. Kesempatan berkontribusi ini juga dilihat oleh dua startup yang bergabung dalam platform Indonesia Bergerak, Kata.ai dan Volantis.

Saat ini, Kata.ai tengah fokus mengembangkan platform yang memberikan informasi terkini dalam bentuk chatbot terkait virus corona di Indonesia. CEO Kata.ai, Irzan Raditya, melihat bahwa situasi pandemi ini membawa dua masalah yang harus segera diselesaikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, yaitu masalah kesehatan dan ekonomi sosial.

It’s an opportunity for everyone to collaborate, not about the economic value but the real impact for the society” tambah Irzan.

Bagi CEO Volantis, Bachtiar Rifai, situasi pandemi ini juga dapat memperlihatkan pentingnya data untuk pemberian informasi yang akurat. Sehingga, data-data tersebut dapat membantu masyarakat lebih waspada dan juga dapat membantu pemerintah daerah melakukan prediksi dalam penanganan penyebaran virus di daerahnya.

“Adanya misinformasi antar satu lembaga dengan lembaga lain atau adanya ketidakakuratan data sinkronisasi mungkin membuat masyarakat bingung” tambah Bachtiar.

Selain itu, kontribusi startup-startup ini juga dapat dilihat melalui aplikasi buatan TelkomGroup, Peduli Lindungi, yang menggunakan dashboard dari startup-startup yang tergabung di Indonesia Bergerak. Aplikasi ini memiliki fungsi tracing, tracking, dan fencing yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan pemerintah dalam menanggulangi wabah virus corona di Indonesia.

Pembahasan mengenai pemanfaatan AI ini menjadi penutup dari rangkaian seri webinar Behind The Wheel yang telah berlangsung selama empat pekan. Melalui webinar ini, MDI Ventures dan TelkomGroup membahas banyak topik seputar bagaimana peran startup dalam berkontribusi dan memberikan dampak positif dalam memenuhi kebutuhan masyarakat selama masa pandemi ini.

Disclosure: Artikel ini merupakan bagian dari publikasi seri webinar Behind The Wheel yang diselenggarakan oleh MDI Ventures.

Menakar Rencana IPO Startup Indonesia di 2020

Perkembangan bisnis yang terus melaju tiap tahunnya membuat beberapa startup di Indonesia mulai melihat initial public offering (IPO) sebagai salah satu strategi exit untuk startupnya. Mulai dari mendapatkan dana dengan jumlah yang cukup besar hingga dapat melakukan akselerasi lanjutan dalam pengembangan produk menjadi salah satu keunggulan dalam melakukan IPO bagi startup.

Rencana IPO Startup Indonesia

Akan tetapi, salah satu tantangan yang akan ditemukan startup saat ingin melakukan IPO adalah proses yang panjang dan tidak sederhana serta biaya yang dibutuhkan cukup besar. Untuk itu, perlu perencanaan yang matang agar proses pengajuan IPO dapat lebih lancar dan terlaksana tanpa banyak kendala.

Menurut laporan DailySocial Startup Report 2019, setidaknya tercatat tiga startup besar yang sedang merencanakan upaya IPO mulai tahun 2020. Berikut beberapa rencana IPO startup Indonesia yang akan dimulai tahun ini.

1. Gojek

6e86bf28071cfc4825267385213395a9_Paket-Makan-Keluarga-Mitra-Gojek-2-1

Salah satu startup yang kini telah berstatus decacorn ini juga sudah mulai melakukan perencanaan untuk melakukan penawaran publik. Meski begitu, sampai saat ini belum ada keterangan waktu resmi kapan mereka akan mulai melantai di bursa saham.

Gojek sendiri diperkirakan memiliki peluang untuk memulai debut IPO-nya dengan melakukan pencatatan di dua tempat atau disebut juga sebagai dual listing. Mereka juga telah memastikan bursa efek Indonesia (BEI) akan menjadi satu dari dua pilihan sebagai tempat melakukan pencatatan saham tersebut. Hal ini juga diharapkan dapat mendorong pemain lain di kalangan startup untuk melakukan pencatatan pertamanya di BEI.

2. Tokopedia

ec38f462f151441d410b77b71dd9522b_Tokopedias-new-innovations-to-facilitate-all-sellers

Kabar tentang perencanaan IPO juga datang dari raksasa digital lainnya, Tokopedia. Melalui Founder & CEO Tokopedia, William Tanuwijaya, Tokopedia saat ini sedang menyiapkan rencana untuk melakukan pre-IPO meski juga belum bisa memastikan kapan akan dimulai. Pre-IPO adalah fase penawaran saham dimana perusahaan melakukan penawaran saham kepada investor individu sebelum resmi melantai di bursa dengan nilai saham yang ditawarkan biasa lebih rendah dibandingkan saat resmi IPO.

Saat ini, mereka tengah fokus untuk mengupayakan agar neraca keuangan perusahaan terus dalam kondisi positif sebagai persiapan dari rencana IPO tersebut. Selain itu, rencana IPO ini juga disebut akan tetap mengutamakan aksi listing di pasar lokal sesuai dengan fokus Tokopedia yang terpusat pada lokal dalam pengembangan bisnisnya.

3.Traveloka

32f11f9bc9d29130815625b76a641751_Traveloka-officials-to-predict-the-fintech-business-will-be-worth-1-billion-this-year

Kabar terakhir mengenai rencana IPO startup Indonesia datang dari Traveloka. Saat ini mereka sudah mengabarkan tentang rencana IPO yang akan dilakukan dalam kurun waktu 2-3 tahun yang akan datang. Isu rencana go-public ini juga dibarengi dengan pemberitaan bahwa adanya kemungkinan Traveloka melakukan listing akan terlebih dahulu dilakukan di Amerika Serikat terlebih dahulu baru kemudian dilanjutkan dengan melakukan listing di BEI.

Sebagai bagian dari upaya melakukan akselerasi pertumbuhan bisnisnya, saat ini Traveloka sedang fokus untuk terus melakukan penggalangan dana yang juga diharapkan dapat membantu mereka melakukan pengembangan baru di dua vertikal, yaitu gaya hidup dan teknologi finansial.

Selain tiga perusahaan besar di atas, sudah ada beberapa startup yang memiliki valuasi lebih rendah seperti Pigijo dan Cashlez telah melakukan pencatatan saham melalui papan akselerasi dari BEI tahun ini. Selain itu, beberapa startup lain juga memilih aksi merger dan akuisisi sebagai strategi exit. Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa banyak cara dan kesempatan yang saat ini sudah terbuka untuk startup dalam menentukan strategi exit-nya.

Saat memilih IPO, startup harus siap melakukan berbagai perencanaan dan proses yang panjang sebelum benar-benar resmi melantai di bursa saham. Untuk mengetahui lebih lanjut seputar rencana IPO startup Indonesia di tahun 2020 serta catatan industri startup Indonesia sepanjang tahun 2019 lalu, silahkan download DailySocial Startup Report 2019 melalui link berikut ini.

#NgobrolinStartup “The New Normal in Fintech”

Pandemi Covid-19 membawa dampak luar biasa terhadap berbagai sektor bisnis, termasuk di antaranya Fintech. Bagaimana pandemi ini mampu membawa “new normal” alias normal yang baru dalam sektor fintech, terutama di Indonesia? Lalu bagaimana para pemain fintech menghadapi dan menyesuaikan diri dengan kondisi new normal ini?

Selengkapnya dapat disimak dalam Podcast #NgobrolinStartup “The New Normal in Fintech” bersama Jonathan Bryan, CMO of Koinworks. Tinggal klik aja tombol play di bawah ini.

Episode 76 Part One #Koinworks “The New Normal in Fintech”

Episode 76 Part Two #Koinworks “The New Normal in Fintech”

Kamu juga dapat menyimak episode #NgobrolinStartup lainnya di halaman ini, ya!

Melihat Sinergi dan Inovasi Startup selama Masa Pandemi

Semakin meningkatnya angka positif virus corona di Indonesia membuat setiap elemen masyarakat terus bahu membahu untuk bersama-sama menekan laju penyebaran virus tersebut, termasuk startup-startup lokal. Bagi startup sendiri, mereka dapat memberikan kontribusi melalui inovasi produk serta sinergi yang diciptakan untuk membantu kegiatan dan kebutuhan masyarakat selama masa pandemi. Di sisi lain, kontribusi ini sendiri dapat menunjukkan apakah produk yang dimiliki memang tetap dibutuhkan masyarakat meski saat masa-masa sulit.

Hal ini yang juga menjadi pembahasan webinar “Behind The Wheel” seri ketiga yang diselenggarakan pada Rabu (13/5) lalu. Memasuki minggu ketiganya, webinar ini mengangkat tema “Tech Startups Role During COVID-19 Pandemic”. Seri ketiga ini mendatangkan cukup banyak pembicara dari latar belakang yang beragam antara lain Suci Arumsari (Co Founder & Director Alodokter), dr. Alni Magdalena (Head of Medical Community-Operations Alodokter), Edward Jusuf (CEO Opsigo), Achmad Sugiarto (CSO Telkom Group), Fajar Eri Dianto (Ketua Umum Relawan TIK), Tomy Hendrajati (President of Human Initiative), dan dimoderatori oleh Aldi Adrian (VP of Investment MDI Ventures). Melalui pembahasan minggu ini, masing-masing pembicara memberikan pendapatnya mengenai peran inovasi startup dalam membantu masyarakat selama masa pandemi ini serta adanya peningkatan adopsi digital yang terjadi di masyarakat.

Meningkatkan Kualitas Layanan Kesehatan Digital

Salah satu vertikal bisnis startup yang mungkin bersentuhan langsung dalam menghadapi masa pandemi ini adalah healthtech. Kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan tetap dapat terlayani meski memiliki keterbatasan interaksi secara langsung melalui platform layanan kesehatan digital. Co Founder & Director Alodokter, Suci Arumsari, mengatakan bahwa kebutuhan akan informasi tentang kesehatan mengalami peningkatan. Hal ini membuat platform healthtech sendiri juga terus terdorong untuk meningkatkan kualitas layanan digital setelah meningkatnya permintaan dari masyarakat.

“Ada dampak positif bagi masyarakat, yaitu mereka menjadi lebih aware mengenai kesehatan” tambah Suci.

Meningkatnya kebutuhan informasi ini juga dapat terlihat dari data kunjungan rumah sakit yang menurun namun terjadi peningkatan penggunaan layanan tele-konsultasi oleh masyarakat selama masa pandemi ini. Tidak hanya masyarakat, dokter dan rumah sakit pun saat ini juga mulai mencari platform digital agar tetap dapat melayani pasien meski dalam berbagai keterbatasan.

“Kurang lebih 50-70% kunjungan ke rumah sakit turun” terang Head of Medical Community-Operations Alodokter, dr. Alni Magdalena.

Bagi Alodokter sendiri, salah satu cara mereka dalam menjaga dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan digital yang semakin dibutuhkan masyarakat ini adalah dengan menerapkan SOP yang ketat kepada para dokter serta membantu memberikan informasi yang tepat dan akurat sehingga masyarakat terhindar dari hoax mengenai informasi kesehatan.

Menciptakan Sinergi dan Inovasi selama Pandemi

Salah satu yang juga turut terus menjadi bahasan dalam webinar kali ini adalah bagaimana startup-startup di Indonesia dapat terus menciptakan inovasi produk serta melakukan sinergi untuk menjawab kebutuhan masyarakat selama masa pandemi. Situasi ini juga disebut sebagai momen yang pas untuk startup dalam menemukan ceruk yang paling dibutuhkan oleh masyarakat lalu mulai melakukan penambahan fitur berdasarkan kebutuhan tersebut meskipun startup tersebut harus melakukan pivot.

Salah satu startup yang juga melakukan pivot di masa pandemi ini adalah Opsigo. Lesunya industri pariwisata akibat larangan bepergian selama masa pandemi ini membuat Opsigo mencari peluang baru dalam memberikan manfaat kepada masyarakat melalui platformnya. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan pivot dari penyedia layanan pemesanan kamar hotel ke pemesanan dan pengecekan ketersediaan kamar rumah sakit terutama untuk pasien COVID-19.

“Di satu titik kita juga mendapatkan satu challenges baru, selama pandemi ini kita belum mendengar pemerintah memiliki platform untuk mendeteksi ketersediaan rumah sakit” terang CEO Opsigo, Edward Jusuf.

Kita melakukan sedikit perubahan dari sistem yang sudah kita develop sebelumnya, sekarang ini kita melakukan sedikit pivoti

Adaptasi bisnis dalam bentuk pivot seperti ini penting untuk dilakukan startup dalam vertikal manapun untuk terus bertahan dan memiliki dampak positif bagi masyarakat selama masa pandemi ini

Disruption dalam setiap vertikal industri sangat mungkin terjadi” terang CSO Telkom Group, Achmad Sugiarto.

Selain menghadirkan inovasi produk baru, salah satu peran yang dapat dilakukan oleh startup adalah menciptakan sinergi dalam bentuk kolaborasi antar startup untuk memberikan manfaat bagi masyarakat. Kolaborasi ini dapat dimulai dengan melakukan kongsi kecil namun tetap dapat memberikan dampak.

“Kita berpikir bahwa tahun ini sebenarnya tidak bisa kita melakukan secara parsial, secara sendiri, yang bagus adalah kita melakukan sinergi” tambah Achmad.

Kolaborasi seperti ini juga tidak hanya dilakukan oleh startup, tetapi juga oleh Non Government Organization (NGO) seperti Human Initiative yang juga melakukan penggalangan donasi selama masa pandemi ini di platform sendiri dan melalui kegiatan partnership dengan pihak lain untuk memperluas jangkauannya.

“Kolaborasi itu menjadi harga mati untuk kita menghadapi situasi pandemi seperti sekarang ini” ujar Tomy Hendrajati selaku President dari Human Initiative.

Memanfaatkan Peningkatan Adopsi Digital Masyarakat

Situasi pandemi ini juga dianggap tetap dapat mendatangkan potensi-potensi dari kebiasaan baru dalam menggunakan platform digital yang diadopsi oleh masyarakat. Menurut CEO Opsigo, Edward Jusuf, salah satu hal positif yang dapat diambil dari situasi pandemi ini adalah potensi baru yang hadir dalam memudahkan penjualan produk ke depannya. Salah satu penyebabnya adalah karena saat ini masyarakat sudah mulai menyadari pentingnya platform digital dalam mendukung kegiatan mereka. Meski begitu, Edward sendiri tidak menampik bahwa tetap ada ancaman-ancaman baru terutama bagi industri pariwisata atau travel yang harus segera disiasati secara strategis.

“Sedikit banyak ada satu ancaman baru dimana orang-orang mulai terbiasa dengan meeting online ” ujar Edward.

Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Umum Relawan TIK, Fajar Eri Dianto. Fajar mengungkapkan bahwa adopsi digital meningkat secara pesat karena masa pandemi saat ini. Masyarakat ikut terdorong untuk menggunakan platform digital mulai dari kegiatan belajar hingga pembelian kebutuhan sehari-hari. Hal ini juga menimbulkan pertanyaan apakah produk startup yang saat ini tersedia sudah dapat memenuhi semua kebutuhan masyarakat selama pandemi ini. Selain itu, hal yang patut diperhatikan sebagai efek samping penggunaan teknologi yang meningkat ini adalah kesadaran terhadap privasi. Masih banyak masyarakat yang membutuhkan literasi digital tentang hal ini salah satunya karena adopsi digital yang dilakukan secara mendadak.

“Kita mulai menekankan kepada masyarakat kalau privasi seperti ini, jangan asal hanya karena ingin online, harus online, semua data harus di-share” tambah Fajar.

Melalui pembahasan webinar kali ini, kita dapat melihat bahwa startup harus terus dapat melihat potensi sinergi dan inovasi dalam memberikan dampak positif kepada masyarakat melalui produk-produknya. Tentunya masih banyak penerapan produk teknologi yang dapat dibahas dalam membantu masyarakat selama masa pandemi, salah satunya adalah penggunaan artificial intelligence (AI) dan machine learning.

Kedua produk tersebut juga akan menjadi pembahasan pada rangkaian terakhir dari webinar Behind The Wheel di minggu depan. Dengan mengusung tema “Artificial Intelligence & Machine Learning to Fight COVID-19”, webinar kali ini akan mendatangkan beberapa pembicara seperti Irzan Raditya (CEO Kata.ai), Bachtiar Rifai (CEO Volantis), dan beberapa pembicara lainya yang dapat memberikan insight menarik tentang penggunaan AI dan machine learning dalam membantu masyarakat di masa pandemi ini. Bagi kalian yang tertarik untuk mengikuti seri webinar minggu depan, silahkan mendaftarkan diri secara gratis melalui link berikut ini.

Disclosure: Artikel ini merupakan bagian dari publikasi seri webinar Behind The Wheel yang diselenggarakan oleh MDI Ventures.