GoToMalls Jalin Kerja Sama dengan PayPro

Berdiri sejak Juli 2016, platform direktori promosi, diskon dan penjualan barang GoToMalls mengklaim sudah menjalin kerja sama dengan lebih dari 400 mall di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk di dalamnya lebih dari 6000 toko atau outlet penjual barang. Hal ini juga dinilai menjadi faktor pertumbuhan jumlah kunjungan layanan mall online tersebut. Dalam tahun pertama telah membukukan lebih dari lima juta pengunjung harian.

Selain efektivitasnya dalam persebaran dan promosi produk –karena menjangkau pangsa pasar yang lebih luas—adanya model mall online ini juga dinilai banyak menguntungkan para gerai. Pasalnya selain tetap dapat melakukan penjualan langsung di toko, mereka bisa mendorong penjualan yang lebih banyak melalui kanal online melalui serangkaian informasi promosi dan diskon. Terlebih sistem pembayaran juga terintegrasi dengan berbagai layanan dompet elektronik, salah satunya yang baru dijalin kerja samanya, yakni dengan PayPro dari Indosat Ooredoo.

CEO GoToMalls Bruno Zysman menjelaskan, pada fase pertama kolaborasi GoToMalls.com dengan PayPro selain memfokuskan pada sistem jual beli, juga ingin menemukan model yang sesuai dengan kebutuhan pangsa pasar, baik untuk online ataupun offline. Beberapa pendekatan di fase awal yang dilakukan salah satunya dengan memberikan promosi diskon untuk pembeli yang menggunakan dompet elektronik tersebut.

Kerja sama ini juga dapat dilihat sebagai “langkah aman” yang dipilih oleh GoToMalls, pasalnya jika mengembangkan sistem e-wallet sendiri, maka mereka berkewajiban mendapatkan lisensi dari BI. Sementara untuk mendapatkan lisensi tersebut tidak mudah, pemain lain seperti Tokopedia atau Shopee yang memilik e-wallet sendiri harus membekukan transaksi –karena sudah memutarkan uang lebih dari 1 miliar rupiah di sana, sebagai batas awal diperlukannya lisensi e-money dari BI.

 

Screenshot 2017-10-18 at 15.51.11

Selain menghadirkan fitur pembayaran melalui e-wallet, untuk meningkatkan pelanggan toko dan merchant, GoToMalls juga menghadirkan fitur penilaian dan ulasan. Dengan begitu sangat memungkinkan manajemen mall dan retail brand dapat memahami kebutuhan pelanggan dan keinginan pelanggan.

“Melalui fitur-fitur ini diharapkan target pengunjung di tahun 2017 dapat meningkat mencapai 10 juta yang masuk ke mall untuk belanja sesuai kebutuhan mereka. Maka dari itu target bisnis kami harus dapat meningkatkan merchant untuk menarik perhatian pengunjung,” ujar Bruno.

Kehadiran fitur ini dinilai sesuai untuk membantu pusat perbelanjaan berkomunikasi dengan cara digital. Rencananya ke depan GoToMall dapat memicu fitur-fitur lain untuk menjadi partner merchant, menambah mitra pembayaran yang terintegrasi dan pelayanan transportasi online untuk memudahkan pesan antar menuju ke mall.

Lima Cara Tepat Melakukan Kegiatan “Brand Awareness”

Berdasarkan data yang dirilis oleh GEM Global Report, 100 juta bisnis diluncurkan setiap bulannya, artinya ada sekitar 11 ribu startup yang hadir setiap jam. Besarnya jumlah tersebut semakin menandakan sempit persaingan dan peluang bagi startup untuk tampil. Agar bisa tampil menonjol dan berbeda dari startup lainnya, diperlukan strategi hingga penerapan yang tepat saat melakukan branding kepada target pengguna. Seperti yang diungkapkan oleh Jeff Bezos,

A brand for a company is like a reputation for a person. You earn reputation by trying to do hard things well.

Artikel berikut ini akan membahas 5 cara yang tepat bagi startup saat melakukan branding.

Temukan identitas startup sejak awal

Agar startup mampu bersaing dan pada akhirnya tampil lebih unggul dari pesaing lainnya, penting untuk menentukan jenis hingga model bisnis yang dimiliki, apakah itu lebih ke arah “niche” atau layanan yang cukup mainstream. Dengan demikian kegiatan pemasaran hingga branding kepada publik lebih mudah dilakukan. Lakukan uji coba kegiatan pemasaran hingga branding yang paling tepat untuk startup, dan jangan harapkan hasil yang cepat dalam waktu 1-2 tahun.

Hadir secara eksklusif

Ketika Pinterest diluncurkan, strategi yang dilancarkan adalah hanya mengirimkan undangan dalam jumlah terbatas kepada pengguna. Dengan demikian ketika akhirnya Pinterest dirilis, banyak pengguna yang langsung mendaftar dan menggunakan platform tersebut. Tampil secara eksklusif secara langsung bisa menarik perhatian pengguna dan menciptakan hype yang cukup masif sejak awal. Terapkan cara ini dengan tepat dan hindari terlalu terlalu banyak memberikan janji atau informasi. Fokus kepada rencana dan lakukan kegiatan ini sesederhana mungkin.

Perhatikan tampilan

Salah satu kesuksesan dari Apple adalah keindahan hingga kesempurnaan dari semua desainnya, sehingga mampu menarik perhatian pengguna untuk mencoba dan membeli berbagai produk yang ada. Jika startup Anda berencana untuk diluncurkan, coba perhatikan tampilan situs, resolusi gambar hingga logo yang dimiliki. Apakah mampu menarik perhatian target pengguna dengan keindahan hingga visi dan misi yang ingin disampaikan.

Jangan terpancing promosi saling menyerang

Sengitnya kompetisi antar perusahaan saat ini terkadang memberikan peluang untuk menciptakan kampanye yang negatif dan cenderung menyerang pesaing dalam media promosi. Sekilas ide ini memang menarik dan bakal memancing respon dari media hingga pengguna dalam media sosial, namun agar brand Anda tetap baik dan terjaga hindari kegiatan pemasaran seperti ini. Intinya adalah jika kegiatan pemasaran tersebut dilancarkan, tidak akan memberikan kesan yang baik dari publik, bahkan akan menimbulkan penilaian yang negatif dari pengguna kepada brand Anda.

Lakukan kegiatan pemasaran yang beragam

Selain cara-cara organik tidak ada salahnya bagi startup untuk memanfaatkan marketing tools berbayar yang saat ini banyak pilihannya. Sesuaikan budget Anda dan pilihlah marketing tools yang paling sesuai untuk mempercepat kegiatan pemasaran dan menumbuhkan brand awareness kepada publik. Hindari melakukan kegiatan pemasaran dan brand awareness yang terlalu masif, saat kondisi startup masih bootstrapping dan baru saja diluncurkan.

Rencana HelloBeauty Jalin Kemitraan dengan EV Hive Coworking Space

Setelah menjalankan bisnisnya selama satu tahun, HelloBeauty yang merupakan marketplace untuk make up artist di Indonesia kini sudah hadir kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Bali, dan kota lainnya. Selanjutnya HelloBeauty berencana untuk menjalin kerja sama dengan EV Hive Coworking Space, untuk menyediakan Co-Beauty Space dan Studio pertama di Asia.

Kepada DailySocial Co-founder HelloBeauty Dennish Tjandra mengungkapkan, kegiatan ini nantinya menjadi wadah untuk make up artist mengadakan berbagai acara, mengikuti tren kecantikan yang saat ini sedang digemari oleh kalangan perempuan millennial.

“Kami mau menyediakan sarana bagi para make up artist untuk dapat mengadakan kelas kecantikan privat maupun grup, workshop, events, photoshoot, YouTube shoot, dan kebutuhan lainnya, hingga membantu mereka untuk mengembangkan bisnis kecantikan mereka tanpa harus mengeluarkan ratusan juta atau bahkan miliaran rupiah untuk tempat atau ruko untuk membuat beauty studio mereka sendiri.”

Untuk tahap awal kerja sama strategis antara EV Hive Coworking Space dan HelloBeauty masih akan mencoba beberapa ruangan, melihat feedback dan permintaan dari anggota selanjutnya.

Masih melakukan fundraising

Seperti yang pernah diberitakan sebelumnya, saat ini HelloBeauty masih menjalankan bisnis secara bootstrapping dan tengah dalam proses fundraising. Jika nantinya dana segar tersebut berhasil didapatkan, akan digunakan untuk kegiatan pemasaran, perekrutan pegawai, pengembangan aplikasi mobile, dan beauty events.

“Target kami di tahun 2018, kami dapat meningkatkan jumlah anggota make up artist kami, memperluas komunitas kami dan memperbesar jumlah pemesanan di HelloBeauty hingga 5x lipat dari jumlah pemesanan saat ini,” kata Dennish.

Saat ini HelloBeauty telah memiliki 1300 make up artist yang bergabung dalam platformnya. Sementara untuk pilihan pembayaran, HelloBeauty menyediakan kartu kredit dan bank transfer.

“Saat ini kami baru saja bekerja sama dengan Bank BNI untuk segera menyediakan metode pembayaran cicilan tanpa kartu kredit. Sehingga dapat memudahkan klien yang ingin memesan jasa make up artist yang harganya tinggi,” kata Dennish.

Untuk bisa mempromosikan layanan sekaligus mengakuisisi lebih banyak make up artist, Dennish dan tim kerap hadir dalam kegiatan konferensi teknologi hingga kompetisi startup. Hal tersebut dilakukan sejalan dengan rencana HelloBeauty untuk bertemu secara langsung kepada calon investor.

“Kebetulan 2 September 2017 lalu saya baru menikah, bahkan kemarin saya dan istri sampai harus balik ke Jakarta dan potong honeymoon karena Hello Beauty masuk Top 10 Startup World Cup competition, dan akhirnya masuk ke Top 5, jadi perjuangannya tidak sia-sia,” tutup Dennish.

Tentang ExpandIn dan Dukungan Ekspansi Startup asal Malaysia dan Singapura ke Indonesia

Besarnya potensi pasar Indonesia menjadi salah satu alasan startup asal Malaysia dan Singapura kini makin banyak yang melakukan ekspansi ke Indonesia. Untuk memastikan bahwa bisnis yang dijalankan bakal berjalan sukses dan berkelanjutan, dibutuhkan pengenalan dan pendekatan yang cukup intensif kepada partner lokal hingga target pasar yang diincar.

Dalam hal ini Yacademy bersama dengan Malaysia Digital Economy Corporation (MDEC) menggelar kegiatan mentoring hingga networking kepada startup asal Malaysia dan Singapura yang berniat untuk melakukan ekspansi ke Indonesia melalui program ExpandIn (sebelumnya disebut Frequent Flyer Geek Program).

Dari kegiatan tersebut terdapat 4 startup asal Malaysia dan 1 startup asal Singapura yang terdaftar dan telah mengikuti kesempatan untuk bertemu dan networking dengan beberapa rekanan strategis seperti, ICEA (Indonesian Creative Entrepreneur Academy), Plug and Play, Markplus dan Tempo. Selain itu lima startup tersebut juga memiliki kesempatan untuk bertemu dengan dua venture capital yaitu Venturra Capital dan Monk’s Hill Capital Indonesia.

“Dengan mengikuti program ini diharapkan bisa memberikan persiapan hingga pemahaman bisnis kepada startup asal Malaysia dan Singapura tersebut untuk bertemu langsung dengan partner lokal agar bisa segera meluncurkan startupnya di Indonesia,” kata CEO Yacademy Arne Van Looveren.

Sementara itu Kejora Ventures yang juga mendukung kegiatan ini, menyambut baik kedatangan startup asal Malaysia dan Singapura ke Indonesia, agar nantinya startup asal Indonesia pun bisa belajar dari startup asal kedua negara tetangga tersebut, seperti yang diungkapkan oleh VP Investment dan Portfolio Kejora Andreas Surya.

“Lingkup bisnis di Malaysia tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Namun dengan adanya program ini kami bisa mengidentifikasi perbedaan kecil dalam perilaku pengguna, sehingga startup tersebut bisa beradaptasi dengan pengguna di Indonesia.”

Sementara menurut perwakilan dari Malaysia Digital Economy Corporation (MDEC) Paranee Damodaran mengungkapkan, Indonesia memiliki potensi besar untuk berbagai bisnis startup mengembangkan hingga memulai usaha yang sukses. Jika diterapkan dengan tepat prosesnya, mampu memberikan pendapatan dan bisnis yang lebih tahan lama di Indonesia.

“Dengan program ExpandIn ini startup asal Malaysia dan Singapura bisa mengerti kebiasaan dan bisa melakukan pendekatan yang tepat saat melancarkan bisnis di Indonesia. Sehingga meminimalkan terjadinya kegagalan saat menjalankan bisnis di Indonesia.”

Lima startup peserta program ExpandIn

Dari kelima startup yang berencana untuk melakukan ekspansi di Indonesia, sebagian besar masih dalam tahap pembelajaran. Sehingga kebanyakan belum memiliki tim lokal secara khusus. Namun demikian lima startup ini sudah membuktikan eksistensinya di negara asal mereka Malaysia dan Singapura. Berikut adalah 5 startup peserta program ExpandIn.

Swingvy, startup asal Malaysia ini memberikan layanan HR Platform kepada perusahaan. Dengan konsep B2B, Swingvy berharap bisa memberikan layanan kepada semua perusahaan dengan konsep gratis di awal. Mengklaim memiliki platform yang komprehensif, Swingvy menargetkan untuk merangkul sebanyak 300 perusahaan di Indonesia dan menempatkan tim lokal.

Getslurp, startup asal Malaysia ini ingin memberikan layanan POS (Point of Sales) untuk restoran. Berbasis komputasi awan, Getslurp juga memberikan analitik hingga kebutuhan lainnya yang relevan untuk restoran.

Evenesis, startup asal Malaysia yang telah berdiri sejak tahun 2010 ini secara resmi telah menempatkan tim di Indonesia sejak Desember 2016 lalu. Platform yang menyediakan Event Management System, memudahkan event organizer hingga pihak lainnya untuk mengadakan acara dari awal hingga proses akhir.

iKargo, layanan B2B asal Malaysia ini, merupakan marketplace logistik untuk skala besar. Dengan platform iKargo, perusahaan yang membutuhkan logistik untuk ekspor dan impor bisa memanfaatkan platform ini dengan mudah.

EuropeanBedding, layanan marketplace asal Singapura yang menyediakan berbagai kasur dan bantal untuk tidur dengan kualitas terbaik asal Eropa. Dengan harga yang tergolong premium, EuropeanBedding ingin menjangkau lebih banyak pasar Indonesia.

Tips Bagi Calon Pendiri Startup yang Tidak Memiliki Latar Belakang Teknologi

Fenomena perkembangan startup di Indonesia sudah mulai dilirik banyak pihak. Tidak hanya orang-orang yang berlatar belakang teknologi, orang-orang dengan keahlian masing-masing mencoba menciptakan solusi berbasis teknologi. Mereka umumnya bekerja sama atau merekrut tim yang paham dengan teknologi. Namun sebagai orang di balik perusahaan teknologi sangat penting juga memahami tentang teknologi.

Berikut beberapa tips bagi Anda yang ingin mengembangkan startup namun tidak memiliki keahlian di bidang teknologi.

Mengetahui API (Application Programming Interface)

Bagi para perintis startup kecintaan terhadap teknologi saja tidak cukup. Ada hal-hal yang harus diketahui dan dipahami lebih lanjut. Salah satu hal pertama dari teknologi yang harus dikuasai di era startup ini adalah pengetahuan tentang API. Banyak sistem saling berintegrasi satu sama lain menggunakan sistem API. Data bisa dipertukarkan dengan mudah menggunakan teknologi ini.

Penggunaan API juga merangsang inovasi berkat fleksibilitas akses data tanpa harus khawatir basis data bisa dimasuki atau diakses oleh siapa saja. Dan API adalah salah satu tulang punggung untuk mengembangkan teknologinya. Contohnya, bagaimana berintegrasi dengan sistem pembayaran, perbankan, dan lainnya.

Mengenal dan memahami bahasa pemrograman

Setiap kode yang ditulis dalam sistem atau aplikasi di dalam tubuh startup memiliki peran ganda. Jika efektif dia akan memberikan hal posisi bagi bisnis, jika terjadi kesalahan, yang menyebabkan hal negatif, misalnya performa proses turun dan loading lambat, itu akan membawa dampak negatif bagi bisnis.

Sebagai seorang pimpinan setidaknya harus mengenal dan memahami ragam dan fungsi bahasa pemrograman. Tidak harus mahir, cukup mengetahui agar bisa memberikan pertimbangan jenis bahasa pemrograman apa yang efektif untuk digunakan. Minimal dalam perundingan dalam rapat dengan tim teknis bisa saling memberi masukan.

Memahami bagaimana sistem bekerja

Jika sudah terlanjur memasrahkan pekerjaan teknis kepada orang lain, misal tim atau mengambil dari pihak ketiga pastikan proses dan alur kerja sistem dipahami dengan baik. Hal tersebut menjadi modal berharga untuk memudahkan proses penanggulangan kesalahan dan proses pengembangan alur bisnis jika nantinya ditemukan inovasi lanjutan. Setidaknya, bisa menjelaskan step by step sistem bekerja secara teknis.

Mengapresiasi proses pengembangan yang berkualitas

Tips selanjutnya bagi para pendiri startup yang tidak memiliki kemampuan teknis mengenai IT adalah berusahalah mengapresiasi proses pengembangan sistem yang berkualitas. Sistem atau teknologi lainnya tidak bisa dibangun dalam satu malam. Ada proses di sana, ada metodologi yang dipilih untuk mencapai sistem yang komplit dan berjalan dengan baik. Berusahalah memberikan apresiasi terhadap mereka yang mengembangkan sistem. Pahami para programmer bekerja. Dari pemahaman tersebut kontrol terhadap pekerjaan mereka bisa lebih mudah dilakukan.

Layanan “Regtech” Lawble Resmikan Kehadirannya

Setelah sempat melakukan sosialisasi, startup yang menyasar regulatory technology (regtech) Lawble, akhirnya meresmikan kehadirannya di Jakarta (28/09). Startup yang dipimpin oleh Charya Rabindra Lukman selaku CEO, berada di bawah naungan PT Karya Digital Nusantara, memiliki visi untuk membantu firma hukum, bisnis hingga masyarakat umum mencari dan memahami masalah hukum dan regulasi lebih mendalam.

“Lawble sebagai situs regtech pertama di Indonesia, menyadari masih banyak bisnis hingga masyarakat umum yang kesulitan menemukan peraturan atau undang-undang yang dikeluarkan oleh pemerintah. Dalam satu situs semua informasi tersebut dengan mudah bisa ditemukan,” kata Charya.

Regtech sendiri hingga kini belum maksimal keberadaannya di Indonesia, lemahnya kesadaran dari masyarakat Indonesia memahami dan mengerti hukum menjadi salah satu alasan masih minimnya layanan tersebut. Dibandingkan dengan Malaysia dan Singapura, Indonesia termasuk yang tertinggal menghadirkan layanan regtech kepada publik.

“Setelah kehadiran GO-JEK, Traveloka dan Tokopedia, kami melihat peranan regtech memberikan wadah baru bagi pelaku bisnis hingga pelaku startup memahami lebih detailpersoalan hukum,” kata Charya.

Dilanjutkan oleh Charya, setelah mendengar pertanyaan dari rekannya yang hendak mendirikan startup dan memiliki partner tenaga kerja asing, merasa kesulitan untuk menemukan cara atau bagaimana menentukan peraturan yang tepat.

Dilengkapi tools yang berguna untuk praktisi hukum dan publik

Hadirnya Lawble tidak akan menggantikan peran praktisi hukum, sebaliknya Lawble justru memfasilitasi dan mendukung pekerjaan mereka lebih efektif dan efisien serta mengemat waktu lebih dari 70% dari biasanya.

“Dengan berbagai fitur yang kami miliki mulai dari pencarian (search) hingga bookmark terkait dengan pasal yang dicari, pencarian peraturan menjadi lebih mudah dan cepat,” kata Charya.

Lawble juga menggantikan kebiasaan publik hingga praktisi hukum menggunakan kertas untuk mencetak peraturan yang ada, dengan fitur penanda hingga sticky notes dalam situs dan mobile browser.

“Selain itu dengan Lawble Collaboration Tool, para praktisi bisa menikmati fitur komunikasi saat melakukan pekerjaan atau proyek, Tidak perlu lagi menggunakan aplikasi chat terpisah,” kata Charya.

Lawble juga dilengkapi dengan Lawble Journal, yang sarat dengan informasi hingga berita-berita terbaru terkait dengan peraturan hingga regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah, wawancara dengan pakar hingga praktisi hukum.

“Lawble juga terkoneksi langsung dengan asosiasi khusus industri hukum dinamai Asosiasi Regtech dan Legaltech Indonesia (Indonesian Regtech and Legaltech Association / IRLA), Privy.id, LegalGo, PopLegal, Startup Legal Clinic, dan eClis.id,” kata Charya.

Strategi monetisasi Lawble

Saat ini Lawble secara khusus menargetkan firma hukum dan perguruan tinggi. Lawble mengklaim telah memiliki sekitar 700 firma hukum yang terdaftar dalam platfromnya. Pada tahun pertama Lawble menargetkan 10 pengguna untuk satu Law Firm, dengan penetrasi 50%. Sehingga sekitar 3500 hingga 4000 rencananya akan diakuisisi lagi menjadi pelanggan.

Lawble memiliki dua kategori layanan, yaitu untuk praktisi hukum dan masyarakat umum. Untuk praktisi hukum dapat mengakses berbagai kolaborasi berbayar dan berlangganan dengan Lawble. Sementara untuk masyarakat bisa mengakses semua produk hukum yang bersinggungan dengan aktivitas sehari-hari dalam Journal Lawble. Ke depannya Lawble menargetkan bakal mengumpulkan sekitar 500 peraturan pemerintah yang bisa diakses oleh masyarakat dan praktisi hukum.

“Ke depannya kami berharap dengan akses hukum yang mumpuni, hukum tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang rumit, tetapi akan menjadi partner dalam aktivitas sehari-hari,” kata Charya.

Pesan Presiden Jokowi untuk Pemain Startup Lokal

Presiden Joko Widodo memberikan pesan singkat untuk startup lokal agar terus berinovasi secara agresif di dunia digital, mengingat internet memiliki peluang tanpa batas. Pesan ini ia sampaikan saat membuka acara konferensi IDByte 2017 hari ketiga, Kamis (28/9).

Berkat internet, kini setiap negara saling berlomba-lomba mengembangkan inovasi terbaru dan menjadi perusahaan skala global bernilai tinggi. Presiden mencontohkan, dari 12 perusahaan terbesar di dunia, delapan di antaranya adalah perusahaan teknologi seperti Alibaba, Tencent, Microsoft, Apple, Facebok, Samsung, Alphabet, dan sebagainya.

“Kita hidup di era keterbukaan, internet membuat kita jadi tak kenal batas. Dengan teknologi, telekomunikasi, dan konektivitas, orang dapat dengan mudah melakukan kegiatan sehari. Ini artinya, sebuah perusahaan internet bisa tembus jadi terbesar di dunia dalam waktu cepat. [Kesempatan yang sama] berlaku juga untuk startup lokal,” terang Presiden.

Startup Indonesia pun, menurutnya, memiliki kesempatan dan peluang yang besar untuk bisa maju ke ranah global. Hanya saja mau tak semua pihak mulai dari pemerintah, swasta, hingga pelaku harus fleksibel menerima perubahan teknologi.

Presiden pun menyarankan kepada pemain startup lokal untuk tidak membuat startup tandingan menghadapi Google ataupun Alibaba. Sebab, hal ini dinilai buang-buang energi. Untuk itu ia menyarankan agar perusahaan yang ada sekarang dimanfaatkan untuk membangun inovasi dalam negeri.

“Menurut saya, menurut bapak ibu dan saudara bisa berbeda, jangan coba-coba bikin Alibaba atau Google tandingan. Buat apa bikin lagi, menurut saya buang energi. Lebih baik manfaatkan mereka untuk mengembangkan inovasi baru karena bisa menjadi pasar tersendiri.”

Dorong inovasi dengan unsur lokal

Jokowi menambahkan, perusahaan raksasa tersebut tidak akan berarti apa-apa ketika ekspansi ke negara baru karena mereka akan terbentur dengan masalah keterbatasan praktisi untuk memahami tradisi lokal.

Apalagi di Indonesia, banyak kosakata daerah yang tidak mereka pahami. Konsep lokalisasi dalam hal ini menjadi kelebihan utama yang dikuasai startup lokal. Di luar Indonesia, salah satu startup lokal yang berhasil mendominasi negaranya sendiri adalah Flipkart, layanan e-commerce berasal dari India.

Kehadiran Flipkart, sambung Jokowi, membuat Amazon memutuskan untuk mengakuisisi startup penyedia pembayaran online Emvantage. Juga, perusahaan ritel dari India Shopper Stop untuk bersaing dengan Flipkart.

“Internet memang membuat jarak jadi tidak berarti. Tapi bukan berarti lokasi jadi tidak penting. Orang asing belum tentu paham dengan kata baper atau ndeso. Keterbatasan inilah yang jadi peluang lokal untuk terus berkembang.”

Salah satu startup lokal yang mengedepankan unsur lokal, disebut Jokowi adalah HijUp, layanan e-commerce khusus busana muslim. Startup tersebut dinilai mampu melayani seluruh konsumen di seluruh dunia dengan menjual produk asli Indonesia.

“Jadi apakah kita akan menyerah dengan raksasa global internet? Sama sekali tidak, kita tidak boleh pasrah. Kita perlu meng-Indonesia-kan produk lokal ke pasar internasional dengan platform global seperti Lazada dan Tokopedia. Sebab kekuatan kita itu ada di lokal.”

Dorong akselerasi dengan deregulasi aturan

Selain menekankan pesan kepada startup untuk terus berinovasi, Presiden menuturkan peran pemerintah adalah melakukan deregulasi aturan yang sifatnya mencekik dan mematikan inovasi. Aturan lama dinilai tidak sesuai dengan prinsip perusahaan itu sendiri, yang mana terlalu kaku dan tidak fleksibel.

Terlebih, startup memiliki risiko gagal yang tinggi. Sehingga startup tidak akan dapat tumbuh agresif bila mereka dikelilingi oleh aturan yang justru akan mematikan.

“Startup bisa tercekik karena aturan lama, makanya deregulasi itu penting. Banyak startup yang gagal salah satunya karena masalah aturan. Startup itu yang penting bisa bangkit lagi setelah jatuh,” pungkas Jokowi.

Persoalan Minimnya Talenta dan Peranan Investor dalam Mendukung Ekosistem Startup

Masalah minimnya talenta berkualitas ternyata menjadi salah satu kendala utama yang dihadapi oleh dunia startup Indonesia saat ini. Rendahnya lulusan engineer berkompetensi belum bisa mengakomodasi kebutuhan startup lokal hingga asing yang melancarkan bisnisnya di Indonesia.

Dalam sesi diskusi yang digelar Google Indonesia hari ini (19/09), dibahas riset dan penelitian tentang investasi startup di Indonesia. Partner A.T. Kearney Alessandro Gazzini mengungkapkan dibandingkan India yang jumlah lulusan baru engineer luar biasa besar, Indonesia dinilai masih sangat minim baik dari jumlah dan pengetahuan.

“Karena masih rendahnya kualitas dari engineer Indonesia, idealnya pemerintah memberikan kemudahan untuk pekerja asing, dalam hal ini engineer, untuk bekerja di Indonesia.”

Hal senada diungkapkan Co-Founder & Group CEO C88 Financial Technologies JP Ellis yang selama ini telah cukup lama berkecimpung dalam dunia financial technology (fintech) di tanah air. Ia merasakan masih kesulitan untuk menemukan tenaga engineer yang berkualitas di Indonesia.

“Dari industri fintech tantangan bukan hanya soal talenta, namun juga dukungan dari pemerintah dalam hal ini regulator terkait dengan kebijakan untuk industri fintech di Indonesia,” kata Ellis.

Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca mengungkapkan ada atau tidak ada talenta, bisnis startup harus terus berjalan. Tidak bisa menunggu jumlah engineer lokal untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Untuk itu ia menyarankan pendekatan perekrutan talenta asing (sambil mendidik engineer lokal baru) atau men-switch tenaga dari korporasi untuk berpindah ke startup.

Perlunya local hero dari sisi startup dan investor

Meskipun saat ini sudah banyak venture capital  lokal yang mulai aktif berinvestasi kepada startup asal Indonesia, namun masih kalah banyak jumlahnya dengan investor asing. Menurut Willson masih sedikit, bahkan terbilang belum ada investor lokal yang sukses mencetak startup yang sukses atau exit, dibandingkan dengan investor asing.

“Bukan hanya startup saja yang perlu local hero untuk menjadi inspirasi, namun investor juga perlu adanya local hero yang sukses. Idealnya paling tidak ada quick winning yang dihasilkan dari investor lokal.”

Dengan makin banyaknya perusahaan besar asal Tiongkok yang mendanai startup di Indonesia, bisa dipastikan bakal mempersempit ruang bagi investor untuk mendanai startup di Indonesia. Menurut Principal Sequoia Capital Abheek Anand, hal tersebut harusnya bukan menjadi persoalan yang perlu dikhawatirkan oleh investor, justru menjadi peluang terbaik untuk startup dan ekosistem.

“Masuknya perusahaan Tiongkok berinvestasi artinya kapital makin banyak tersedia, saya juga melihat perlunya local hero dari venture capital di Indonesia untuk menjadi inspirasi.”

Anand menambahkan banyaknya peluang dan kapital yang masuk ke Indonesia memang bisa menjadi permasalahan tersendiri, namun pendiri startup yang cerdas tentunya bisa menghadapi situasi tersebut dengan baik.

Wave kedua industri startup di Indonesia

Setelah wave pertama industri startup di Indonesia banyak didominasi oleh layanan e-commerce hingga transportasi menurut para investor dan pakar yang hadir dalam acara tersebut, untuk wave kedua diprediksi bakal bermunculan startup baru yang menyasar kepada edutech, healthtech hingga fintech dengan layanan yang lebih kompleks.

“Saya melihat fintech masih menjadi pilihan para pelaku startup, namun bentuknya mungkin lebih advance dengan berbagai layanan dan pilihan lebih baru lagi,” kata Ellis.

Sementara, menurut Willson, idealnya untuk investor sudah mulai melihat lebih ke depan terkait dengan kategori startup yang berpotensi untuk didanai. Bukan hanya berpatokan kepada tren yang ada namun berpikir “ahead of the wave“.

“Investor harusnya sudah bisa melihat lebih jauh lagi kira-kira layanan apa yang bakal sukses untuk diinvestasikan. Jangan melihat tren yang ada saat ini saja.”

Kiat Bagi Founder dalam Mengoptimalkan Program Akselerasi Startup

Setiap perusahaan rintisan atau startup dunia memulai bisnis dari nol sampai menyandang unicorn atau IPO. Dalam perkembangannya, program inkubator dan akselerator memberikan banyak dampak, tak terkecuali untuk lanskap startup di Indonesia..

Umumnya sebelum masuk ke program akselerator, startup tahap awal akan mengikuti rangkaian kegiatan inkubasi. Saat produk dan proses bisnis telah mapan, maka akan beranjak ke proses akselerasi. Umumnya program akselerasi berjalan lebih cepat. Waktu yang relatif lebih singkat dari program akselerator ini karena potensi startup tinggal dimatangkan dan memaksimalkan strategi.

Ketika startup ada dalam program akselerasi, founder akan berperan cukup sentral. Sehingga perlu memiliki berbagai persiapan agar program dapat berjalan dengan maksimal. Berikut tips yang dapat diikuti founder agar kegiatan akselerasinya dapat menuai hasil lebih baik.

Memperhitungkan persiapan

Sebagai pemimpin startup, ketika bisnisnya ada dalam program akselerasi, dapat menjadi momentum untuk secara intensif memperhitungkan fase perkembangan startupnya. Hal tersebut dikarenakan dalam proses akselerasi beragam proses bisnis ataupun produk akan divalidasi ulang, untuk mampu merangkul pangsa pasar yang lebih luas.

Memiliki pemahaman tentang program akselerator yang diikuti menjadi kunci penting, agar dapat mengikuti setiap prosesnya, dan bahkan mempersiapkan berbagai kemungkinan untuk mematangkan validasi.

Penyesuaian startup

Jangan gegabah dalam mengambil keputusan untuk mengikuti program akselerator. Ketika startup diterima akselerator, setiap visi yang dimiliki juga akan diuji ulang. Founder harus membawa sebuah keyakinan bahwa visi tersebut terukur dan bisa direalisasikan dengan beragam strategi yang dilansir.

Agar diterima dalam program akselerator, startup juga perlu menunjukkan ide awal yang telah mampu dikembangkan dengan baik. Utarakan juga apa yang sebenarnya menjadi tujuan utama bisnis tersebut. Dengan begitu mentor dapat membantu membimbing startup untuk berjalan.

Memosisikan produk

Setelah mengikuti akselerator, startup kemungkinan akan mengalami proses pemasaran yang lebih gencar, mengeksplorasi berbagai kemungkinan untuk perluasan pangsa pasar. Manfaatkan program ini untuk mendapatkan masukan tentang bagaimana masuk ke area pasar baru tersebut, keahlian para mentor atau rekanan pada program akselerasi akan banyak membimbing.

Jaringan bisnis juga akan dapat berkembang baik manakala founder mampu memosisikan diri dengan baik di program tersebut. Menjalin hubungan yang menguntungkan bagi bisnis.