Mengharapkan “Unicorn” dari Startup Budidaya Indonesia

Sempat dipandang sebelah mata, sektor pertanian dalam ekosistem startup digital kini mulai tunjukkan potensi luar biasa. Bahkan saat pandemi, beberapa layanan terkait bisnis budidaya mendapati traksi yang luar biasa.

Menurut laporan bertajuk “Driving the Growth of Agritech Ecosystem in Indonesia” yang disusun DSInnovate bersama Crowde, diungkapkan sejumlah potensi dan tantangan dalam industri pertanian di Indonesia. Pertama dari sisi hulu, yakni sistem produksi oleh petani, per tahun 2018 tercatat ada sekitar 33,4 juta petani di seluruh Indonesia. Kedua, dari total tersebut 4,5 juta di antaranya telah memiliki akses ke internet.

Temuan ini menjadi menarik, artinya dengan pengembangan infrastruktur pita lebar yang terus dikebut oleh pemerintah dan aksesibilitas ke perangkat akses internet yang semakin terjangkau, dapat menjadi medium yang baik bagi sektor produksi ke sisi hulu untuk terhubung ke pasar. Startup agritech pun dapat berperan penting dalam memberikan edukasi  — beberapa telah melakukan, dengan implikasi dibukanya kanal distribusi produk pertanian yang lebih efisien.

Masih dari laporan yang sama, terungkap beberapa permasalahan mendasar yang dialami oleh industri pertanian tanah air. Meliputi peningkatan produktivitas, akses ke permodalan, regenerasi, dan akses pasar. Soal produktivitas termasuk distribusi pupuk dan langkah preventif yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan potensi lahan didasarkan kondisi cuaca.

Berjalan di arah yang sama

Dimulai dari akar permasalahan tersebut, founder mencoba menghadirkan solusi yang efisien untuk memberikan efisiensi pada proses bisnis pertanian. Dari model bisnis yang sudah ada sejauh ini, kami mencoba memetakan ke dalam peta solusi di bawah ini.

Gambaran proses bisnis hulu ke hilir startup budidaya di Indonesia / DailySocial

Ada alasan yang cukup masuk akan kenapa pada akhirnya para startup memilih untuk melakukan pendekatan dari ujung ke ujung. Yakni menghadirkan efisiensi dari proses keseluruhan – termasuk di sisi variabel biaya, waktu, hingga kualitas produk. Langkah pertama yang harus dilakukan tentu pemilik platform perlu melakukan edukasi dan meyakinkan mereka bahwa dengan demokratisasi teknologi banyak potensi yang bisa didapat. Caranya beraneka ragam, dan yang akan diterima dengan baik adalah pendekatan solutif.

Dalam kesempatan wawancara dengan Co-Founder Tanihub Ivan Arie Sustiawan satu tahun setelah bisnisnya meluncur, ia menjelaskan perannya sebagai perantara jual-beli. Setiap transaksi pembelian akan dibayarkan terlebih dulu oleh Tanihub ke penjual berdasarkan tagihan atas penyerahan produk pangan ke pembeli, dan pembeli akan membayar tagihan ke TaniHub sesuai syarat dan ketentuan pembayaran yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

Kebanyakan klien yang membeli lewat marketplace Tanihub adalah pemilik usaha yang biasanya membeli bahan pokok dengan jumlah besar. Proses pengadaan kadang membutuhkan waktu panjang untuk pencairan dana kepada petani. Di titik ini para petani bimbang, jika menjual cepat ke tengkulak mereka mendapati harga yang lebih murah; sementara menjual ke bisnis aksesnya sulit dan butuh waktu yang lama. Di situlah Tanihub masuk.

Seiring dengan penerimaan proses bisnis, eskalasi produk pun dilakukan. Dengan kepastian produknya diserap oleh platform, startup menawarkan pendanaan (modal) untuk membantu perluasan produksi, bahkan hingga pengemasan dan logistik (warehouse) untuk menangani proses distribusi.

Sektor perikanan relatif sama

Menyasar segmen pembudidaya yang sudah akrab dengan ponsel pintar dan internet, eFishery menghadirkan solusi pakan ternak otomatis berbasis IoT dengan jaminan lebih terukur dan hemat – berdampak pada nilai ekonomi. Proses edukasi dilakukan dengan cara bersama-sama mendampingi petani ikan untuk meningkatkan produksi mereka.

Penerimaan tersebut disambut baik oleh mereka dengan menambahkan layanan yang lebih menyeluruh, mulai layanan permodalan untuk pengadaan alat (eFisheryFund) hingga kanal distribusi produk (eFisheryFresh) menggandeng berbagai aplikasi online grocery.

Salah satu eFisheryPoint di kawasan pesisir Pantai Jatimalang, Purworejo / DailySocial

Langkah awalnya selalu dimulai dengan proses manual. Untuk memperkuat edukasi, kedua startup tersebut bahkan mendirikan unit di banyak titik untuk menangani proses transaksi dan produksi – seperti diketahui bahwa kalangan petani/pembudidaya termasuk penyumbang statistik unbankable, transaksi langsung menjadi prioritas.

Dukungan investor

Tahun 2021 seperti menjadi berkah tersendiri bagi startup yang bersinggungan dengan para petani/pembudidaya ikan. Pendanaan tahap lanjut diberikan untuk membantu ekspansi bisnis dan produk – beberapa juga untuk memvalidasi dan penetrasi layanan. Bahkan hingga tahun ini sudah ada beberapa startup yang mencapai valuasi ratusan juta dolar dari segmen ini.

Alih-alih terhambat, pandemi justru menjadi ajang pembuktian bagi para startup budidaya. Transaksi moncer tentu menjadi salah satu pertimbangan mengapa investor mau mempercayakan dananya kepada para founder tersebut.

Statistik DailySocial mencatat, sepanjang 3 tahun terakhir pendanaan ke startup budidaya sangat minim secara kuantitas.

Perusahaan Pendanaan Terakhir Tahun Est. Valuasi*
Tanihub Seri B 2021 $218 juta
Aruna Seri A 2021 $103 juta
eFishery Seri B 2021 $88 juta
Sayurbox Seri B 2021 $45 juta
Chilibeli Seri A 2020 $31 juta
Eden Farm Pra-Seri A 2021 tidak diketahui
Segari Pendanaan Awal 2021 tidak diketahui
Dropezy Pendanaan Awal 2021 tidak diketahui
Kedai Sayur Pendanaan Awal 2019 tidak diketahui
Etanee tidak diketahui tidak diketahui tidak diketahui

*berdasarkan data yang diinput ke regulator

Jajaran investor yang mendukung pendanaan pun juga cukup meyakinkan, karena melibatkan pemodal ventura lokal dan global dalam porsi signifikan dalam putaran-putaran pendanaan tertentu.

Investor lokal:

  • MDI Ventures
  • Intudo Ventures
  • AC Ventures
  • East Ventures
  • Northstar
  • BRI Ventures, dan lain-lain.

Investor global:

  • Openspace Ventures
  • Vertex Ventures
  • Prosus Ventures
  • 500 Startups
  • Wavemaker Partners
  • Sequoia Capital, dan lain-lain.

Mungkin sektor budidaya saat ini belum menghasilkan GMV yang signifikan dari transaksi yang ditorehkan. Namun lambat laun, dengan penetrasi layanan yang menyeluruh dan pasar yang semakin teredukasi, tidak mustahil bahwa aplikasi pertanian (khususnya B2C) akan menjadi the new e-commerce untuk pemenuhan kebutuhan bahan pokok. Sebuah hipotesis yang diyakini para investor terhadap vertikal ini.

Head of Southeast Asia Investments Prosus Ventures Sachin Bhanot, saat berinvestasi ke Aruna, mengungkapkan, “Setelah membangun rantai pasokan dan infrastruktur teknologi yang kuat dengan pengetahuan dan keahlian industri yang mendalam, kami percaya Aruna memiliki posisi unik dalam melayani permintaan global yang terus meningkat terhadap produk perikanan berkelanjutan, seraya mendukung mata pencaharian nelayan lokal.”

Dengan kepercayaan investor dan pasar yang semakin baik, bukan tidak mungkin jika beberapa tahun mendatang kita akan menyambut unicorn baru di vertikal agritech dan aquatech.


Gambar Header: Depositphotos.com

GudangAda Closes Series B Round with 1.49 Trillion Rupiah Funding

The B2B marketplace platform for FMCG, GudangAda, has secured another investment of $100 million or around 1.49 trillion rupiah. This is a series B funding round led by Asia Partners and Falcon Edge.

Also, Sequoia Capital India, Alpha JWC Ventures, and Wavemake Partners are participated in this funding. For GudangAda, this investment has exceeded its initial target, which was $75 million. With the additional funding, GudangAda has now raised a total investment of up to $135 million.

Falcon Edge’s Co-Founder, Navroz D. Udwadia said, after years of investing in a number of marketplace, Stevensang seemed to have the ability to execute business in a short time. Therefore, he is optimistic that GudangAda will become the largest marketplace for Indonesian MSMEs

“With our research and discussion with principals, wholesalers and retailers, we are confident in GudangAda’s return on investment (ROI) and the benefits it offers to the entire ecosystem,” he said.

Enhance the supply chain business

GudangAda’s Founder and CEO, Stevensang said the company is now in the right path to empower all players in the Indonesian supply chain ecosystem, from producers, distributors, wholesalers, to retailers. GudangAda said its services have been used by nearly half a million users in more than 500 cities in tier 1 to tier 3 with a comprehensive monetization model and complete ecosystem.

“We will expand GudangAda’s team and enhance our service ecosystem from logistics, payment systems (POS/SaaS), marketing, data, to financial services. We will also strengthen our position by developing artificial intelligence to offer the best personalized services to SME traders,” he said in an official statement.

Meanwhile, GudangAda’s CFO, JJ Ang said that investors’ enthusiasm has proven GudangAda’s success in building a platform with efficient capital while reaping growth. GudangAda is said to start monetizing its business since the first quarter of 2020.

GudangAda claims to be one of the B2B marketplace platforms with the fastest growth and most productive capital in the Southeast Asia region. Based on the records, GudangAda has raised $6 billion Net Merchandise Value (NMV) in less than three years.

Meanwhile, the total investment value is less than $35 million with an efficiency ratio of 170 times. Moreover, the GudangAda Logistik service has been recorded to have doubled every two months since its launching in mid-2020.

Applying the asset-light and capital-efficient business concept, GudangAda has collaborated with vehicle and warehouse business owners, including its MSMEs members. In addition, GudangAda offers a dynamic transportation and warehouse management service system to make it easier for partners to digitize their business.

GudangAda offers a one-stop solution for MSME players to make it easier to access various products. By targeting the FMCG sector, GudangAda has expanded its product categories to medicines, pharmaceuticals, and household appliances. Since the category expansion, GudangAda has experienced an increase in transactions from tens of thousands of MSMEs.

Currently, GudangAda has officially partnered with more than 65 principals, both local, national and multinational. One of these investments is used to expand cooperation with more principals.

MSME as the target market

In a general note, the number of MSME players in Indonesia is estimated to reach more than 65 million as of 2020. With the digital acceleration last year, SIRCLO’s e-commerce enabler report revealed that online retailers are expected to contribute 24% in 2022. In the report, sales on digital channels can be maximized, especially by FMCG brands which market everyday products.

B2B marketplace services such as GudangAda allow these MSME actors to get product stock more efficiently.

Actually, GudangAda is not thesole player in this sector. There are others, including Ula that also working on the existing potential. In addition, with a different approach, the online marketplace giants are promoting O2O strategies to make it easier for small traders to access various products — for example, by Mitra Bukalapak or Mitra Tokopedia.

The digitization, in the long term, also provides MSMEs with potential to gain more benefits, including financially. One of the scenarios started to be promoted is that recorded transaction data can be used as a credit scoring variable to help MSME players gain access to capital financing. Thus, it will support their efforts to increase the capability and size of the business they are starting.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

GudangAda Tutup Putaran Pendanaan Seri B 1,49 Triliun Rupiah

Platform B2B marketplace untuk FMCG, GudangAda kembali mengantongi investasi sebesar $100 juta atau sekitar 1,49 triliun rupiah. Investasi ini merupakan putaran pendanaan seri B yang dipimpin oleh Asia Partners dan Falcon Edge.

Adapun Sequoia Capital India, Alpha JWC Ventures, dan Wavemake Partners kembali berpartisipasi pada pendanaan ini. Menurut GudangAda, investasi ini telah melampaui target awal yang ingin dikumpulkan, yakni sebesar $75 juta. Dengan tambahan pendanaan baru, GudangAda kini telah mengumpulkan total keseluruhan investasi hingga $135 juta.

Co-Founder Falcon Edge Navroz D. Udwadia mengatakan, selama bertahun-tahun berinvestasi di sejumlah kategori marketplace, sosok Stevensang dinilai memiliki kemampuan eksekusi bisnis dalam waktu singkat. Maka itu, ia optimistis GudangAda menjadi marketplace terbesar bagi UMKM Indonesia

“Dengan penelitian dan percakapan yang kami lakukan dengan para prinsipal, grosir, dan pengecer, kami yakin dengan return on investment (ROI) GudangAda dan manfaat yang ditawarkan kepada seluruh ekosistem,” ujarnya.

Memperkuat bisnis di rantai pasokan

Founder dan CEO GudangAda Stevensang mengatakan, perusahaan kini berada di posisi tepat untuk memberdayakan seluruh pemain di ekosistem rantai pasokan Indonesia, mulai dari produsen, distributor, grosir, hingga pengecer. GudangAda mengatakan layanannya telah digunakan hampir setengah juta pengguna di lebih dari 500 kota tier 1 hingga tier 3 dengan model monetisasi komprehensif dan ekosistem lengkap.

“Kami akan memperbesar tim GudangAda dan memperkuat ekosistem layanan kami mulai dari logistik, sistem pembayaran (POS/SaaS), pemasaran, data, hingga layanan keuangan. Kami juga akan memperkuat posisi kami dengan mengembangkan kecerdasan buatan untuk menawarkan layanan personalisasi terbaik kepada para pedagang UKM,” ujarnya dalam keterangan resmi.

Sementara CFO GudangAda JJ Ang menilai minat besar investor kali ini menjadi bukti keberhasilan GudangAda dalam membangun platform dengan modal efisien dan meraup pertumbuhan. GudangAda menyebut sudah mulai memonetisasi bisnisnya sejak kuartal pertama 2020.

GudangAda mengklaim sebagai salah satu platform B2B marketplace dengan pertumbuhan tercepat dan modal terproduktif di kawasan Asia Tenggara. Berdasarkan catatannya, GudangAda mengantongi Net Merchandise Value (NMV) sebesar $6 miliar dalam waktu kurang dari tiga tahun.

Sementara, nilai investasi terakumulasi kurang dari $35 juta dengan rasio efisiensi permodalan sebesar 170 kali. Kemudian, layanan GudangAda Logistik tercatat naik dua kali lipat setiap dua bulan sejak meluncur pertama kali di pertengahan 2020.

Menerapkan konsep bisnis asset-light dan capital-efficient, GudangAda telah bekerja sama dengan para pemilik bisnis kendaraan dan gudang, termasuk juga di antaranya dengan UMKM member GudangAda. Di luar kerja sama tersebut, GudangAda juga menawarkan sistem layanan manajemen transportasi dan gudang yang dinamis untuk memudahkan mitra mendigitalisasi bisnisnya.

GudangAda menawarkan one-stop solution kepada pelaku UMKM sehingga memudahkan akses berbagai produk secara efisien. Dengan menyasar sektor FMCG, GudangAda telah memperluas kategori produknya ke produk obat-obatan, farmasi, hingga peralatan rumah tangga. Sejak perluasan kategori ini, GudangAda mengalami peningkatan transaksi dari puluhan ribu UMKM.

Saat ini, GudangAda telah bermitra secara resmi dengan lebih dari 65 prinsipal, baik lokal, nasional, dan multinasional. Investasi ini salah satunya digunakan untuk memperluas kerja sama dengan lebih banyak prinsipal.

UMKM sebagai pangsa pasar

Sebagaimana diketahui, jumlah pelaku UMKM di Indonesia diestimasi mencapai lebih dari 65 juta per 2020. Dengan percepatan akselerasi digital tahun lalu, laporan e-commerce enabler SIRCLO mengungkap bahwa peritel online diperkirakan dapat berkontribusi sebesar 24% di 2022. Dalam laporannya, penjualan di kanal digital dapat dimaksimalkan, terutama oleh brand FMCG yang memasarkan produk sehari-hari.

Layanan marketplace B2B seperti GudangAda memungkinkan para pelaku UMKM tersebut mendapatkan stok produk secara lebih efisien.

Sebenarnya tidak hanya GudangAda yang melakukan hal tersebut. Beberapa pemain lain seperti Ula juga menggarap potensi yang ada. Di samping itu dengan pendekatan berbeda, para raksasa online marketplace menggalakkan strategi O2O untuk memudahkan pedagang kecil mengakses berbagai produk — misalnya yang dilakukan oleh Mitra Bukalapak atau Mitra Tokopedia.

Digitalisasi proses tersebut, untuk jangka panjang, juga memberikan potensi bagi UMKM untuk mendapatkan manfaat lebih banyak, termasuk dalam kaitannya dengan finansial. Salah satu skenario yang mulai digalakkan, data-data transaksi yang dibukukan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu variabel skoring kredit untuk membantu pelaku UMKM mendapatkan akses pembiayaan modal. Sehingga akan mendukung upaya mereka meningkatkan kapabilitas dan ukuran bisnis yang dirintisnya.

Application Information Will Show Up Here

Startup Penyedia Solusi Supply Chain GrosirOne Targetkan Pendanaan Seri A 142 Miliar Rupiah

Salah satu startup penyedia solusi supply chain, GrosirOne, sedang mengincar pendanaan seri A senilai $7 s/d $10 juta atau setara 142 miliar Rupiah. Perusahaan menargetkan sekitar dua atau tiga pendana institusi untuk masuk dalam putaran ini. Hasil putaran pendanaan ini akan digunakan untuk menambah distribution center di dalam dan luar Pulau Jawa serta memperkuat kerja sama dengan mitra.

Didirikan pada tahun 2019 oleh Erben Noerman, Jordy Jonatan, dan Felix Boenawan, GrosirOne mengawali bisnis dengan menawarkan solusi bagi distributor yang mengalami gangguan cash flow karena keterlambatan pembayaran dari pemain UMKM. Platform ini dibuat sebagai jembatan bagi para supplier, distributor, dan retailer serta menawarkan manfaat finansial melalui partner bank atau p2p lending untuk pinjaman produktif.

Pada awalnya, perusahaan fokus pada industri FMCG karena latar belakang dan pengalaman co-founder dan tim akuisisi di industri tersebut. Namun timnya terus melakukan eksplorasi ke berbagai industri lainnya yang seperti produk daging, udang dan sebagainya. Dalam waktu kurang lebih 2 tahun, GrosirOne telah bekerja sama dengan 107 principal, 54 distributor, 5900 motorist dan tercatat telah memiliki lebih dari 35 ribu outlet di seluruh Jawa.

“Agar dapat terus melakukan channeling untuk pendanaan, maka kami telah bermitra dengan Bank dan juga Institusi Keuangan Non-Bank seperti perusahaan fintech lending. Sejak tahun 2020 kami telah bermitra dengan Investree, Batumbu, KreditPro, dan Bank Jawa Barat. Di tahun 2021 ini kami telah bekerja sama dengan Danamart, Akseleran, Dompet Kilat, Modalku dan Bank Rakyat Indonesia melalui Mastercard”, ungkap Erben.

Selama masa pandemi, perusahaan melihat banyak sekali pelaku UMKM baik di level distributor hingga retailer yang mengalami kesulitan dari segi keuangan bahkan hingga ada beberapa yang menutup usahanya. Di masa seperti ini GrosirOne diuji sebagai platform solusi untuk dapat membantu para pelaku UMKM tetap bertahan bahkan berkembang selama masa pandemi.

Erben menambahkan bahwa sejauh ini perkembangan GrosirOne dapat dibilang telah melebihi dari target yang telah di tentukan sehingga yakin untuk memulai fund raising seri A. Tahun 2021 sampai awal bulan Mei 2021 saat ini Gross Transaction Value (GTV) telah mencapai 770 Miliar Rupiah dengan pertumbuhan yang sangat tinggi semenjak Desember 2020 yaitu sebanyak 152%.

Target ke depan

GrosirOne mengawali perjalanan pendanaan dari pengenalan oleh salah satu co-founder dengan Alexander Rusli, Co-founder Digi Asia Bios. Ia mengambil peran sebagai angel investor sekaligus advisor perusahaan hingga saat ini.

Ketika disinggung mengenai fokusnya menargetkan pendana institusi, GrosirOne mengaku sebagai perusahaan startup membutuhkan dukungan dengan kredibilitas yang solid  yang nantinya akan menjadi benchmark atas valuasi dan pendanaan perusahaan.

Terkait rencana ke depan, perusahaan masih mendengarkan dan memproses feedback yang didapat dari para pengguna untuk kemudian diterjemahkan menjadi kebutuhan bisnis dan pengembangan layanan dan platform GrosirOne.

“Tahap selanjutnya kami akan berfokus kepada pengembangan yang menuju arah otomatisasi dari segi pengumpulan data pengguna, sehingga memudahkan proses onboarding para Principal, Distributor, Retailer, maupun Motorist ke dalam Platform GrosirOne,” ujar Felix.

Dari sisi geografis, saat ini GrosirOne sudah menjangkau seluruh bagian pulau Jawa, sebagian wilayah Indonesia Tengah dan Timur seperti Gorontalo, Kupang, Maluku dan Ternate. “Kami berencana untuk segera memperluas wilayah jangkauan ke skala nasional, serta memperdalam sentuhan ke rantai bawah supply chain yaitu para retailer dan motoris.”

Beberapa startup yang juga menawarkan solusi serupa termasuk Advotics dan Ula.

Application Information Will Show Up Here

Perkuat Komitmen Melayani Pedagang Ritel, Ula Fokus pada Proposisi Nilai

Platform e-commerce B2B yang fokus pada manajemen stok barang, Ula, terus memperkuat komitmennya untuk mendukung para pelaku ritel tradisional (termasuk warung) di Indonesia dalam mengoperasikan bisnis dengan bantuan teknologi. Ula membagikan strategi dan pendekatan yang dilakukan dalam menjangkau dan memastikan kebutuhan stok para pelaku ritel di tengah tingginya purchasing intention masyarakat Indonesia.

Hingga saat ini, perusahaan berhasil mencapai pertumbuhan bisnis sebesar 100x dalam hal volume dengan lebih dari 25 ribu toko telah tergabung dalam platform. Mengawali bisnis dengan 4 pendiri, timnya kini telah berkembang menjadi 200+ kolega yang tersebar di Indonesia, Singapura, dan India.

“Salah satu misi kami ketika merancang Ula adalah agar para pemilik warung dapat melakukan pemantauan ketika proses pengiriman. Kesejahteraan mereka berkaitan erat dengan toko yang mereka jalankan [..] Proses pengiriman kami adalah dua hari dan ini memberikan dampak yang sangat positif bagi peritel kecil,” ujar COO Ula Riky Tenggara.

Aplikasi Ula memungkinkan pelanggan untuk memesan berbagai macam produk dan mengirimkannya langsung ke toko mereka. Dengan konsep yang sederhana, Ula mencoba fokus pada kebutuhan pelanggan daripada menambahkan fitur yang tidak perlu, untuk memastikan pengalaman terbaik. Selain itu, aplikasi ini diklaim lebih ringan dan cocok untuk lingkungan koneksi rendah yang digunakan pelanggan kami dan untuk perangkat paling dasar, serta memastikan tidak memakan terlalu banyak ruang di ponsel mereka.

“Terakhir, kami telah banyak berfokus pada pengalaman pelanggan; banyak pelanggan kami tidak terbiasa dengan belanja online dan kami memastikan bahwa mereka merasa nyaman membeli secara online melalui aplikasi kami untuk pertama kalinya dan bahwa antarmukanya ramah dan intuitif sehingga mereka dapat dengan mudah melihat manfaat dari persediaan melalui itu,” imbuh CCO Ula Derry Sakti dalam wawancara terpisah dengan DailySocial.

Dari sisi e-commerce, Covid-19 telah memaksa banyak bisnis, baik startup maupun tradisional, untuk melakukan konsolidasi atau fokus pada segmen intinya. Meskipun terasa berat dalam jangka pendek, ini membantu ekosistem menjadi matang secara keseluruhan sehingga para pemain bisa fokus pada kesejahteraan pelanggan. Dalam jangka panjang, itulah satu-satunya cara yang dirasa Ula tepat untuk membangun bisnis yang berkelanjutan.

“Kelekatan adalah fungsi proposisi nilai. Bagi kami, itu berarti bekerja mundur dari kebutuhan pelanggan,” tambah Derry.

Dan fokus ini akan menjadi sangat penting, karena pengecer kecil akan terus menjadi pilar perekonomian Indonesia. Pemulihan ekonomi mereka akan memainkan peran besar dalam pemulihan negara pasca pandemi. Indonesia adalah negara yang sangat berwirausaha, dan kami merasa terhormat dapat mendukung para pengusaha kecil ini – karena mereka dapat meningkatkan profitabilitas, mengembangkan bisnis, dan memperluas produk yang ditawarkan.

Rencana ke depan

Memasuki tahun ke-2 beroperasi di Indonesia, Ula menyadari pentingnya memahami dinamika kondisi pasar, termasuk kepada dampak dari momentum-momentum spesial seperti hari raya. Saat ini, Ula telah beroperasi di beberapa daerah di Indonesia termasuk kawasan Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat;. Dimulai dengan fokus kepada penyediaan produk “kebutuhan harian” konsumen seperti FMCG dan kebutuhan pokok rumah tangga Indonesia, Ula berencana untuk berkembang di seluruh kategori lainnya, menyesuaikan dengan kebutuhan warung secara spesifik.

Ketika disinggung terkait pasar Jabodetabek, pihaknya menyebutkan bahwa wilayah tersebut ada dalam peta jalur ekspansi. Namun, mereka memilih untuk tidak memulai dari sana karena melihat kebutuhan pelanggan yang lebih mendesak di bagian lain Jawa di mana akses ke pilihan, layanan, dan harga terbaik masih kurang.

“Untuk saat ini prioritas kami adalah untuk terus membangun kepercayaan pelanggan di manapun kami berada dan ketika kami merasa memiliki proposisi nilai terbaik untuk pelanggan di Jabodetabek, kami akan masuk ke sana juga,” tambahnya.

Terkait rencana ke depan, Ula ingin terus tumbuh secara geografis di seluruh Indonesia, secara horizontal di seluruh kategori. Dengan menggunakan platform untuk menawarkan lebih banyak produk dan layanan serta fokus memberikan layanan terbaik pada pelanggan. Selain itu, pihaknya masih akan merekrut bakat terbaik di ketiga wilayah geografi mereka.

Hingga saat ini, Ula telah menerima pendanaan dengan total sebesar $30,5 juta sejak awal didirikan. Investor yang terlibat dalam pendanaan Ula termasuk Lightspeed India, Sequoia India, B Capital Group, Quona Capital, Saison Capital, SMDV, Alter.

Application Information Will Show Up Here

VariousDigital Solutions for SME Players

Recently, digitization for SME is getting intense to create competitiveness amidst the economic challenges caused by the pandemic. Startups are using this huge business cake by presenting various digital solutions through all aspects, fintech, supply chain, logistics, e-commerce, marketing, and others.

In order to present the bigger picture, DailySocial describes the players in each segment. Here’s the summary:

Ragam layanan SaaS untuk UMKM / DailySocial
SaaS services for SMEs / DailySocial

A. Go Digital

1. E-commerce enabler: omnichannel, commerce site builder

        The existence of a brand on an online platform is quite an obligation to be recognized by many people nowadays. These e-commerce enabler players usually present various solutions according to their business stages to facilitate the overall migration process, starting from online store creation services and synchronizing sales to various marketplaces and online shop sites in one dashboard.

The larger the business scale, the more complex the e-commerce solution. For example, when you want to implement an omnichannel strategy or need a supply chain system to help the logistics process, you need experts and the right solution. Some of the players are:

      • Omnichannel:
        – Sirclo
        – Jet Commerce
        – PowerCommerce
        – iSeller
      • Commerce site builder:
        – Sirclo
        – aCommerce
        – ForStok
        – Egogo Hub
        – Intrepid22. On demand services: online delivery, online order

This on-demand service is generally dominated by the culinary sector, which is fully supported by GrabFood and GoFood. By combining the strength of the driver’s fleet and some culinary business, the food delivery service is increasingly booming in Indonesia.

Apart from offering easy access and delivery, there are many digital solutions for MSMEs, such as marketing solutions, payments, inventory, financial records, and so on. We divided these solutions into two parts, as follows:

      • Online delivery:
        – GoBiz
        – GrabMerchant
      • Online order:
        – DigiResto
        – Mangan.id

3. Online marketplace: B2B, B2C, partnership

The presence of the e-commerce platform creates an impact as it’s easier for MSMEs to reach many new users. With the whole ecosystem prepared for the e-commerce players, it is expected that more MSMEs will take advantage of this opportunity to expand their business. Here are the players:

      • B2B:
        – Ralali
        – Bhinneka
      • B2C:
        – Shopee
        – Tokopedia
        – Bukalapak
      • Partnership:
        – Mitra Tokopedia
        – Mitra Bukalapak
        – Mitra Shopee
        – Blibli Mitra
        – GrabKios

4. Social commerce

Amid the efforts of e-commerce players to encourage more MSMEs to enter their platforms, MSMEs are keen to sell through social media platforms such as Instagram and Facebook. This application is considered more personal as it can directly interact with consumers.

The enthusiasm of MSMEs to join social media does not immediately subside, in fact, it is getting increased. The social commerce players are using the big opportunity by offering easy sales via short message applications and social media. The players are quite diverse:

– Woobiz
– Storie
– Chilibeli
– RateS
– Super
– Desty
– Halosis
– Qios by Kata.ai
– GoStore by Gojek
– Kitabeli
– Evermos

B. Financial

1. Loan: working capital, supply chain

In order for MSMEs to grow continuously, they need capital loans from conventional financial institutions. However, as their business is unbankable, there are difficulties in accessing loans. Fintech lending players are trying to solve this issue, not only providing working capital, another form of which is being provided is supply chain loans. The players include:

        • Working capital
          – Amartha
          – Modalku
          – Investree
          – KoinWorks
          – Akseleran
          – Modal Rakyat
        • Supply Chain:
          – AwanTunai
          – Crowdo
        • Crowdfunding:
          – Santara
          – Bizhare
          -CrowdDana
          – LandX

2. Payment : e-money, payment gateway, POS

Payment players are paying attention to the sustainability of MSMEs to be connected to various payment methods, adjusting to the latest conditions. The presence of the POS application is also considered very helpful for MSMEs as this all-in-one application does not only function to record finances. There are many players in this segment:

  • E-money:
    – LinkAja
    – OVO
    – DANA
    – GoPay
    – ShopeePay
  • Payment gateway:
    – Cashlez
    – Midtrans
    – DOKU
    – Xendit
    – iPaymu
    – Finpay
  • POS:
    – Jubelio
    – Majoo
    – Qasir
    – Kasir Pintar
    – YouTap
    – Moka
    – Cashlez
    – Pawoon
    – iSeller
    – Olsera

3. Tax

Although it still in the MSME stage, taxation should not be taken lightly. There are several players in this sector trying to invite business owners to comply as taxpayers as soon as possible. The services provided start from the payment process, reporting, and tax management. Some of the players are:

– KlikPajak (Mekari)
– OnlinePajak
– HiPajak
– Pajak.io

4. API Enabler

When businesses have rapidly grow, the digital solutions needed will continue to follow the needs. API enabler players are here to answer these needs, especially in the financial-related field. They provide integrated solutions in one API, for payment, financial and banking services, therefore, businesses can add value to their customers. Here are some of the players:

– Ayoconnect
– Finantier
– Brankas
– Brick

C. Marketing: email marketing, influencer marketing

SMEs should also pay attention to marketing strategies to acquire consumers with existing budgets. Simple marketing via social media platforms or short messages is not necessarily enough. Therefore, there are players in this sector who specifically help MSMEs to market their products:

  • Email marketing: MTarget
  • Influencer marketing: Allstar

D. Operational

1. Accounting: micro-small, medium-large

The biggest reason why MSMEs are unbankable is due to poor financial management, they still use manual recording, making it difficult to see how the business is progressing or is it actually experiencing loss. Therefore, the existence of special software is clearly required. Here’s a list of startup players who present financial management solutions:

  • Micro-Small:
    – Credibook
    – BukuKas
    – Moodah
    – BukuWarung
    – Akuntansi UKM
    – Akun.biz
    – Lababook
    – Teman Bisnis
    – Akuntansiku
    – Kasvlo
    – Kasir Pintar
    – Majoo
    – KODI
    – Paper.id
  • Medium-Large:
    – Jubelio
    – Jurnal (Mekari)
    – Jojonomics
    – Accurate
    – Zahir

2. HR Management: HRIS, employee benefit, field worker management, productivity & collaboration tools

As MSMEs grow, it will face advanced challenges. One that is often highlighted is the human resources management, from payroll, attendance, annual leave, reimbursement, and so on. It takes the presence of a software to help make it quick and efficient. Here are some startups that focus on providing HR management:

  • HRIS:
    – Catapa
    – Talenta (Mekari)
    – Jojonomics
    – KaryaOne
    – Gadjian
    – Gaji.id
    – Benemica
    – Synergo
  • Employee benefit:
    – Payuung
  • Field worker management:
    – JARI
    – Lacak.io
  • Productivity & collaboration tools

E. Business Growth: CRM, ERP, loyalitas, Environment Health Safety (EHS)

In order for the company to continue to survive, it requires a business development strategy that does not only focus on product expansion, but how the company can maintain relationships with customers. It has to do with CRM. Another thing is the ERP solution when the business starts become real.

ERP solutions are not only for the enterprise level, it’s also gaining popularity at the SME level because of the benefits. For example, purchasing raw materials, maintaining network with other companies, and managing job descriptions for workers.

The objectives of CRM and ERP are interrelated for the development of the company’s business, there are also other supporting elements that startups should take seriously. Here are the players who focus on business development services:

  • CRM:
    – Jala.ai
    – Qontak
    – Majoo
    – Digiresto
    – Smartlink
    – Jojonomics
  • ERP:
    – Runsystem
    – Esensi Solusi Buana (ESB)
    – Genie
  • Loyalitas:
    – TADA
  • Environment Health Safety (EHS):
    – Nimbly

F. Logistics: Transportation management, warehouse, warehouse management system (WMS), 3PL aggregator, last mile logistics

Logistics is essential for the MSME business as it’s going digital related to service to consumers. Moreover, Indonesia’s logistics issues are still a handful. Various logistics players who are specialists in their respective fields offer solutions for MSMEs:

  • Manajemen transportasi:
    – Mile.app
    – Advotics
    – Waresix
    – Kargo
  • Pergudangan:
    – Shipper
    – Crewdible
    – Pakde
    – LODI
  • Warehouse management system (WMS):
    – Jubelio
    – Genie
    – Mile.app
    – Anchanto
    – Advotics
    – Waresix
    – Pakde
  • 3PL agregator:
    – Shipper
    – Paket.id
  • Supply chain:
    – Ula
  • Last mile logistics:
    – Paxel
    – Ninja Express
    – SiCepat
    – Anteraja
    – JNE
    – TIKI
    – Pos Indonesia
    – Wahana

G. Legal

As the MSMEs getting more developed, it requires preparation for legality in order to become a legal entity. However, as the legal language is difficult for common people to understand, the existence of startups in this field to provide assistance is needed. The startups in this segment are:

– Legalku
– Lexar
– Izin.co.id
– HukumOnline

H. Software/IOT

MSMEs are not always about businesses engaged in services or trade, but also fisheries, livestock, and others that need digital solutions to help develop their businesses. Generally, the solutions presented for this sector are in the form of smart devices powered by IoT. This tool operates many tasks, one of which is to provide automatic feed for a successful harvest in the future. The players in this sector are:

– eFishery
– Jala.ai


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Foto header: Depositphotos.com

Ragam Solusi Digital untuk UMKM

Digitalisasi bisnis UMKM belakangan semakin gencar agar mereka punya daya saing di tengah tantangan ekonomi akibat pandemi. Kue bisnis yang begitu besarnya ini dimanfaatkan startup untuk menyajikan berbagai solusi digital di seluruh aspek, baik itu fintech, supply chain, logistik, e-commerce, pemasaran, dan lain-lain.

Agar mendapat gambaran yang lebih rinci, DailySocial menjabarkan para pemain di tiap segmennya. Berikut rangkumannya:

Ragam layanan SaaS untuk UMKM / DailySocial
Ragam layanan SaaS untuk UMKM / DailySocial

A. Go Digital

1. E-commerce enabler: omnichannel, commerce site builder

Kehadiran suatu brand di platform online, saat ini menjadi suatu kewajiban agar semakin dikenal banyak orang. Para pemain e-commerce enabler ini biasanya menyajikan berbagai solusi sesuai tahapan bisnisnya untuk permudah proses migrasi secara menyeluruh, mulai jasa pembuatan toko online dan sinkronisasi penjualan ke berbagai marketplace dan situs toko online dalam satu dashboard.

Semakin besar skala bisnis suatu usaha, maka semakin kompleks solusi e-commerce yang dibutuhkan. Misalnya, saat ingin menerapkan strategi omnichannel atau butuh sistem rantai pasok untuk bantu proses logistik, dibutuhkan pakar dan solusi yang tepat. Sejumlah pemainnya adalah:

  • Omnichannel:
    – Sirclo
    – Jet Commerce
    – PowerCommerce
    – iSeller
  • Commerce site builder:
    – Sirclo
    – aCommerce
    – ForStok
    – Egogo Hub
    – Intrepid

2. On demand services: online delivery, online order

Jasa on demand ini umumnya didominasi oleh sektor kuliner yang didukung penuh oleh GrabFood dan GoFood. Dengan menggabungkan kekuatan armada pengemudi dan jumlah pemain kuliner, bisnis jasa pengantaran makanan ini semakin menggurita di Indonesia.

Selain menawarkan kemudahan akses dan pengantaran, lebih dari itu ada banyak solusi digital yang dibutuhkan para UMKM, seperti solusi pemasaran, pembayaran, inventaris, pencatatan keuangan, dan lain sebagainya. Solusi-solusi tersebut kami bagi menjadi dua bagian, sebagai berikut:

  • Online delivery:
    – GoBiz
    – GrabMerchant
  • Online order:
    – DigiResto
    – Mangan.id

3. Online marketplace: B2B, B2C, kemitraan

Kehadiran platform e-commerce begitu terasa dampaknya karena mempermudah UMKM untuk menjangkau banyak pengguna di luar jangkauannya. Dengan kelengkapan ekosistem yang sudah disiapkan para pemain e-commerce, diharapkan semakin banyak UMKM memanfaatkan kesempatan tersebut untuk perlebar bisnis. Berikut para pemainnya:

  • B2B:
    – Ralali
    – Bhinneka
  • B2C:
    – Shopee
    – Tokopedia
    – Bukalapak
  • Kemitraan:
    – Mitra Tokopedia
    – Mitra Bukalapak
    – Mitra Shopee
    – Blibli Mitra
    – GrabKios

4. Social commerce

Di tengah upaya para pemain e-commerce untuk mendorong lebih banyak UMKM masuk ke platform-nya, menariknya UMKM masih tertarik untuk berjualan lewat platform media sosial seperti Instagram dan Facebook. Lantaran aplikasi ini dianggap lebih personal karena bisa langsung berinteraksi dengan konsumen.

Antusiasme UMKM untuk terjun ke media sosial tidak serta merta surut, melainkan sebaliknya. Kue bisnis yang besar ini akhirnya dicoba dimanfaatkan oleh para pemain social commerce dengan menawarkan kemudahan penjualan lewat aplikasi pesan singkat dan media sosial. Para pemainnya juga cukup beragam:

– Woobiz
– Storie
– Chilibeli
– RateS
– Super
– Desty
– Halosis
– Qios by Kata.ai
– GoStore by Gojek
– Kitabeli
– Evermos

B. Finansial

1. Pinjaman: modal kerja, rantai pasok
Agar UMKM dapat terus berkembang, mereka membutuhkan pinjaman modal dari lembaga keuangan konvensional. Akan tetapi, karena bisnis mereka unbankable terjadi kesulitan dalam mengakses pinjaman. Isu tersebut dicoba diselesaikan oleh pemain fintech lending, tidak sekadar memberikan modal kerja, bentuk lainnya yang diberikan adalah pinjaman supply chain. Para pemain tersebut diantaranya:

  • Modal kerja:
    – Amartha
    – Modalku
    – Investree
    – KoinWorks
    – Akseleran
    – Modal Rakyat
    – Danamas, dan lain-lain di segmen produktif
  • Rantai pasok:
    – AwanTunai
    – Crowdo
  • Crowdfunding:
    – Santara
    – Bizhare
    – CrowdDana
    – LandX

2. Pembayaran: uang elektronik, payment gateway, POS

Para pemain pembayaran juga turut menaruh perhatiannya terhadap keberlangsungan UMKM agar mereka dapat terhubung dengan berbagai metode pembayaran, menyesuaikan diri dengan kondisi terkini. Kehadiran aplikasi POS juga dianggap sangat membantu UMKM karena aplikasi serba bisa ini tidak hanya berfungsi mencatat keuangan saja. Tak mau kalah pemain di segmen ini juga ada banyak, nama-namanya adalah:

  • Uang elektronik:
    – LinkAja
    – OVO
    – DANA
    – GoPay
    – ShopeePay
  • Payment gateway:
    – Cashlez
    – Midtrans
    – DOKU
    – Xendit
    – iPaymu
    – Finpay
  • POS:
    – Jubelio
    – Majoo
    – Qasir
    – Kasir Pintar
    – YouTap
    – Moka
    – Cashlez
    – Pawoon
    – iSeller
    – Olsera

3. Perpajakan

Meski status usaha masih UMKM, soal perpajakan tidak boleh dianggap sepele. Ada sejumlah pemain di sektor ini yang berusaha untuk mengajak para pemilik usaha untuk taat sebagai wajib pajak sejak dini. Layanan yang disediakan mulai dari proses bayar, lapor, hingga pengelolaan pajak. Beberapa nama pemainnya adalah:

– KlikPajak (Mekari)
– OnlinePajak
– HiPajak
– Pajak.io

4. API Enabler

Ketika bisnis sudah mulai berkembang pesat, tentu solusi digital yang dibutuhkan juga terus mengikuti kebutuhan. Para pemain API enabler hadir untuk menjawab kebutuhan tersebut, apalagi yang berbau finansial. Mereka menyediakan solusi integrasi dalam satu API, untuk kebutuhan pembayaran, layanan finansial dan perbankan, dengan demikian bisnis dapat memberi nilai tambah kepada konsumennya. Berikut nama-nama pemainnya:

– Ayoconnect
– Finantier
– Brankas
– Brick

C. Pemasaran: email marketing, influencer marketing

Strategi pemasaran juga perlu diperhatikan UMKM agar mereka tetap dapat mengakuisisi konsumen dengan budget yang ada. Sekadar memasarkan lewat platform media sosial atau pesan singkat saja belum tentu cukup. Oleh karena itu, ada pemain di sektor ini yang khusus membantu UMKM memasarkan produknya. Mereka adalah:

  • Email marketing: MTarget
  • Influencer marketing: Allstar

D. Operasional

1. Akuntansi: mikro-kecil, menengah-besar
Alasan terbesar mengapa UMKM unbankable karena pengelolaan keuangan yang buruk, masih menggunakan pencatatan manual, sehingga sulit untuk melihat bagaimana progres bisnis apakah bertumbuh atau justru mencatatkan rugi. Oleh karenanya, keberadaan software khusus jelas sangat dibutuhkan. Berikut daftar pemain startup yang menghadirkan solusi pengelolaan keuangan:

  • Mikro-Kecil:
    – Credibook
    – BukuKas
    – Moodah
    – BukuWarung
    – Akuntansi UKM
    – Akun.biz
    – Lababook
    – Teman Bisnis
    – Akuntansiku
    – Kasvlo
    – Kasir Pintar
    – Majoo
    – KODI
    – Paper.id
  • Menengah-Besar:
    – Jubelio
    – Jurnal (Mekari)
    – Jojonomics
    – Accurate
    – Zahir

2. Pengelolaan SDM: HRIS, employee benefit, field worker management, productivity & collaboration tools

Saat UMKM semakin berkembang, tantangan yang mereka hadapi juga turut bertambah. Salah satu yang sering disoroti adalah pengelolaan SDM, mulai dari penggajian, absensi, pengajuan cuti, reimburse, dan sebagainya. Dibutuhkan kehadiran sebuah software untuk membantunya agar dapat ditangani dengan cepat dan efisien. Berikut beberapa nama startup yang fokus menyediakan pengelolaan SDM:

  • HRIS:
    – Catapa
    – Talenta (Mekari)
    – Jojonomics
    – KaryaOne
    – Gadjian
    – Gaji.id
    – Benemica
    – Synergo
  • Employee benefit:
    – Payuung
  • Field worker management:
    – JARI
    – Lacak.io
  • Productivity & collaboration tools

E. Pengembangan Bisnis: CRM, ERP, loyalitas, Environment Health Safety (EHS)

Agar perusahaan terus bertahan, maka perlu strategi pengembangan bisnis yang tidak hanya berfokus pada ekspansi produk saja, tapi bagaimana perusahaan bisa menjaga hubungan dengan pelanggan. Itu berkaitan dengan CRM. Hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah solusi ERP ketika bisnis sudah mulai menggurita.

Solusi ERP tidak hanya dibutuhkan oleh level enterprise saja, tapi level UKM sudah sudah mulai populer karena banyak manfaat yang dirasakan. Seperti, melakukan pembelian bahan baku, hubungan dengan perusahaan lain, hingga mengelola job desc pekerja.

Objektif dari CRM dan ERP saling berkaitan bagi pengembangan bisnis perusahaan, tidak hanya itu ada unsur pendukung lainnya yang diseriusi oleh startup. Berikut nama-nama pemain yang fokus ke layanan pengembangan bisnis:

  • CRM:
    – Jala.ai
    – Qontak
    – Majoo
    – Digiresto
    – Smartlink
    – Jojonomics
  • ERP:
    – Runsystem
    – Esensi Solusi Buana (ESB)
    – Genie
  • Loyalitas:
    – TADA
  • Environment Health Safety (EHS):
    – Nimbly

F. Logistik: Manajemen transportasi, pergudangan, warehouse management system (WMS), 3PL agregator, last mile logistics

Keberadaan logistik begitu esensial dalam bisnis UMKM saat go digital karena berkaitan dengan pelayanan kepada konsumen. Terlebih lagi, isu logistik di Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah tersendiri. Berbagai pemain logistik yang spesialis di bidangnya masing-masing menawarkan solusi untuk UMKM, mereka adalah:

  • Manajemen transportasi:
    – Mile.app
    – Advotics
    – Waresix
    – Kargo
  • Pergudangan:
    – Shipper
    – Crewdible
    – Pakde
    – LODI
  • Warehouse management system (WMS):
    – Jubelio
    – Genie
    – Mile.app
    – Anchanto
    – Advotics
    – Waresix
    – Pakde
  • 3PL agregator:
    – Shipper
    – Paket.id
  • Supply chain:
    – Ula
  • Last mile logistics:
    – Paxel
    – Ninja Express
    – SiCepat
    – Anteraja
    – JNE
    – TIKI
    – Pos Indonesia
    – Wahana

G. Legal

Semakin berkembangnya bisnis dari level UMKM ke tahap lebih lanjut, tentunya memerlukan persiapan legalitas agar menjadi badan hukum. Namun karena bahasa hukum sulit dicerna oleh orang biasa, maka keberadaan startup di bidang ini untuk memberikan pendampingan begitu dibutuhkan. Nama-nama startup yang bermain di segmen ini adalah:

– Legalku
– Lexar
– Izin.co.id
– HukumOnline

H. Perangkat/IOT

UMKM itu tidak hanya bicara mengenai bisnis yang bergerak di jasa atau perdagangan saja, tapi juga ada perikanan, peternakan, dan lainnya yang membutukan solusi digital untuk bantu pengembangan bisnisnya. Umumnya solusi yang dihadirkan untuk sektor ini berbentuk perangkat pintar bertenaga IOT. Alat tersebut punya banyak tugas, salah satunya adalah memberi pakan otomatis demi kesuksesan panen di masa mendatang. Adapun pemain di sektor ini ada:

– eFishery
– Jala.ai


Foto header: Depositphotos.com

Menyelesaikan Isu Rantai Pasok, Agar Tak Sekadar Jadi Pemain E-grocery

Tidak dimungkiri pandemi membuat animo masyarakat terhadap platform digital meningkat, apalagi yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Alhasil pada awal pandemi, terjadi panic buying yang mengakibatkan kosongnya persediaan pasokan barang-barang di supermarket, pasar, hingga aplikasi e-grocery selama beberapa waktu.

Ibarat “blessing in disguise” akhirnya pemain e-grocery punya momentum untuk mengakuisisi sebanyak-banyaknya pengguna beralih ke aplikasi dengan beragam kenyamanan yang ditawarkan. Pertanyaan berikutnya yang mencuat adalah bagaimana “end game” dari pemain e-grocery?

Dalam menjawab pertanyaan tersebut, #SelasaStartup mengundang CFO Sayurbox Arif Zamani sebagai pembicara. Sayurbox selama ini dikenal salah satu pionir pemain e-grocery di Indonesia sejak 2017.

Masih terfokus ke kota besar

Arif menuturkan, secara umum kendati animo masyarakat terhadap layanan e-grocery meningkat, tapi ini baru terjadi di kota lapis pertama saja. Kondisi tersebut erat kaitannya dengan infrastruktur teknologi di kota tersebut yang sudah matang. Hal Ini tercermin dari kinerja Sayurbox yang saat ini masih terpusat di Jabodetabek, Surabaya, dan Bali.

“Kalau setting up ke kota yang belum ready, itu akan jadi investasi yang mahal karena harus bangun infrastruktur dari awal. Tentunya kita juga ada keinginan masuk ke kota lapis dua atau tiga, tapi harus fleksibel strateginya untuk menyesuaikan diri dengan pasarnya,” katanya.

Ada tiga tipe konsumen yang saat ini dilayani Sayurbox. Pertama, kelompok konservatif, solusi yang disediakan adalah menghadirkan agen, dropshipper, dan virtual assistant Safira yang dapat dipesan melalui pesan singkat WhatsApp. Target pasar di kelompok ini adalah ibu-ibu yang tidak dipungkiri dari segi usia yang sudah lanjut dan pemahamannya terhadap teknologi memang kurang.

Kedua, kelompok minimalis yang tipikal telah merencanakan menu makanan selama beberapa hari ke depan. Oleh karena itu, fasilitas yang ditawarkan Sayurbox adalah pengiriman overnight, barang akan sampai pada pagi hari setelah pemesanan.

Terakhir, untuk kelompok impulsif, disediakan pengiriman instan dan hadir di GrabMart,  pesanan akan sampai dalam kurun waktu 30 menit-90 menit. “Market di minimalis dan impulsif saja besar banget, jadi kita sebenarnya lebih fokus ke sana daripada konservatif.”

Perbaiki rantai pasok

Di balik kemudahan mengakses barang-barang segar, sebenarnya pangkal masalah yang ingin diselesaikan Sayurbox adalah mengenai rantai pasok yang masih menjadi isu di dunia pertanian. Arif menerangkan, Sayurbox saat ini memasok hasil tani langsung ke petani dengan sistem jual putus.

Untuk memastikan hukum supply dan demand terjaga, perusahaan secara periodik memantau tingkat pemesanan dengan menerapkan forecast untuk para petani. Juga, bekerja sama dengan pemain fintech lending AwanTunai untuk memberikan pembiayaan untuk para petani. Langkah tersebut sekaligus upaya meningkatkan kelas ekonomi petani menjadi bankable.

“Karena ada komitmen sistem jual beli, jadi petani yang bergabung di kami bisa melakukan planning agar mereka tetap bisa jual hasil panennya ke kami. Selama ini teknik panennya tidak beraturan, itulah yang menyebabkan terjadinya oversupply dan kelangkaan barang. Kami ingin bangun kapasitas itu agar pricing tetap stabil.”

Sebelum kapasitas tersebut sudah terbentuk dengan baik, saat ini Sayurbox memanfaatkan channel offline apabila terjadi oversupply, sekaligus mencegah sampah. Isu rantai pasok juga ini berkaitan dengan pengalaman konsumen saat berbelanja. Pencatatan stok dapat lebih aktual, sehingga semakin cepat notifikasi masuk, pengalaman berbelanja akan jauh lebih.

“Karena kami menangkap, konsumen yang sudah berbelanja lebih dari empat kali besar kemungkinan sudah masuk konsumen loyal, yang susah adalah memberikan pengalaman untuk konsumen pertama hingga pembelian ketiga,” tutupnya.

Foto header: Depositphotos.com

Application Information Will Show Up Here

Supply Chain SaaS Startup Advotics Obtains Funding from East Ventures

Advotics as a SaaS supply chain startup for brands and SMEs, today (02/3) announced $2.75 million (nearly 40 billion Rupiah) funding led by East Ventures, the previous investor that also lead the seed round in May 2019. The fresh money will be used to expand the solutions to the SME market and added more sales teams.

Advotics provides SaaS solutions to support brands to understand, monitor, and manage their supply chain systems by providing an integrated platform across all distribution points.

Advotics’ Co-Founder & CEO, Boris Sanjaya said, Indonesia is a large market for technology solution businesses for corporations. The software market value in the country is estimated at $3 billion and this number will continue to grow as more companies move towards digitization.

“There are millions of manufacturing and distribution companies in Indonesia, from small companies to giant companies. We believe that the software market for corporations in Indonesia will continue to grow as more companies join the digital transformation trend,” he said in an official statement, Tuesday (2/3).

On the one hand, the current restrictions as an impact of the pandemic pose various challenges for companies that still depend entirely on officers on-site to monitor and manage distribution. These constraints made them realize the urgent need for a retail and distribution management system, a solution offered by Advotics.

Boris revealed that the company has collaborated with more than 70 companies engaged in various industrial sectors, such as FMCG, automotive, and construction materials. They come from the SME level to multinational corporations, including Exxonmobil, Danone, Reckitt Benckiser, Sampoerna, Kalbe, and Mulia Group.

Advotics has nine SaaS products that provide various solutions to be implemented for production, warehousing, and distribution stages. By using QR codes printed on product packaging, they assist brands in tracking the movement of goods at each distribution point, including information about sales team activity and stock vacancies. The company has also developed its system to include solutions for inventory, routing, and collection.

“Advotics is also able to provide solutions to supply chain problems that have long tortured the company in terms of warehouse operations, efficient delivery, and sales team delivery by utilizing advanced technology,” Jeffry Tani, Co-Founder & CPO Advotics added.

As previously mentioned, fresh funds will be used to expand the solutions to the SME market, by providing an integrated online-to-offline system. In addition, part of the remaining portion will be used to expand the company’s sales team.

Advotics Co-Founder & CTO Hendi Chandi said, the company is currently building a platform that connects brands with supply chain points that are outside the modern ecosystem. “Armed with our experience in providing practical solutions using the latest technology, we are confident that Advotics’ solutions are ready to use, easy to use, and always connected to help SMEs be more competitive.”

In his remarks, East Ventures’ Co-Founder & Managing Partner, Willson Cuaca, also gave his comments. “The Advotics team is not only able to survive amid the pandemic but is getting stronger. We are confident that this funding will accelerate the achievement of Advotics’ mission, to digitize Indonesia’s supply chain and distribution ecosystem.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Startup “SaaS Supply Chain” Advotics Kembali Terima Pendanaan dari East Ventures [UPDATED]

Advotics selaku startup SaaS supply chain untuk brand dan UKM, hari ini (02/3) mengumumkan perolehan pendanaan senilai $2,75 juta (hampir 40 miliar Rupiah) yang dipimpin East Ventures, investor sebelumnya yang memimpin saat putaran tahap awal pada Mei 2019. Dana segar akan dimanfaatkan untuk perluas cakupan solusi ke pasar UKM dan ekspansi tim sales.

Advotics menyediakan solusi SaaS yang membantu brand untuk memahami, memonitor, dan mengelola sistem rantai pasok mereka dengan menyediakan platform yang terintegrasi di seluruh titik distribusi.

Co-Founder & CEO Advotics Boris Sanjaya menuturkan, Indonesia adalah pasar yang besar bagi bisnis solusi teknologi untuk korporasi. Diestimasi nilai pasar peranti lunak di negara ini mencapai $3 miliar dan angka ini akan terus membesar seiring makin banyaknya perusahaan yang bergerak ke arah digitalisasi.

“Ada jutaan perusahaan manufaktur dan distribusi di Indonesia, dari perusahaan kecil hingga perusahaan raksasa. Kami percaya, pasar peranti lunak untuk korporasi di Indonesia akan terus tumbuh seiring dengan makin banyaknya perusahaan yang bergabung dalam tren transformasi digital,” ucapnya dalam keterangan resmi, Selasa (2/3).

Di satu sisi, saat ini  pembatasan mobilitas sebagai dampak dari pandemi menimbulkan beragam tantangan bagi perusahaan yang masih bergantung sepenuhnya kepada petugas di lapangan untuk memantau dan mengelola distribusi. Kendala tersebut membuat mereka menyadari kebutuhan yang mendesak atas sistem manajemen distribusi dan pengecer, solusi yang ditawarkan oleh Advotics.

Boris mengungkapkan, saat ini perusahaan telah bekerja sama dengan lebih dari 70 perusahaan yang bergerak di berbagai sektor industri, seperti FMCG, otomotif, dan material konstruksi. Mereka datang dari level UKM hingga korporasi multinasional, di antaranya Exxonmobil, Danone, Reckitt Benckiser, Sampoerna, Kalbe, dan Mulia Group.

Advotics memiliki sembilan produk SaaS yang menyediakan beragam solusi yang bisa diterapkan di tahapan produksi, pergudangan, dan distribusi. Dengan menggunakan kode QR yang dicetak dalam kemasan produk, mereka membantu brand dalam melacak pergerakan barang di tiap titik distribusi, termasuk informasi mengenai aktivitas tim sales dan kekosongan stok. Perusahaan juga telah mengembangkan sistemnya dengan menyertakan solusi untuk inventory, routing, dan collection.

“Advotics juga mampu memberikan solusi atas permasalahan rantai pasok yang telah lama menyulitkan perusahaan dalam hal operasi di gudang, efisiensi jalur pengiriman barang, dan pengiriman tim sales dengan memanfaatkan teknologi canggih,” tambah Co-Founder & CPO Advotics Jeffry Tani.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, dana segar akan digunakan untuk memperluas cakupan solusi ke pasar UKM, yakni dengan menyediakan sistem online-to-offline yang terintegrasi. Selain itu, sebagian porsi sisanya akan digunakan untuk ekspansi tim sales perusahaan.

Co-Founder & CTO Advotics Hendi Chandi menyampaikan, perusahaan saat ini sedang membangun platform yang menghubungkan brand dengan titik rantai pasok yang berada di luar ekosistem modern. “Berbekal pengalaman kami dalam menyediakan solusi praktis menggunakan teknologi mutakhir, kami percaya diri bahwa solusi Advotics siap guna, mudah digunakan, dan selalu terkoneksi membantu UKM lebih kompetitif.”

Dalam sambutannya, Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca turut memberikan tanggapannya. “Tim Advotics tidak hanya mampu bertahan di tengah pandemi, tetapi makin kuat. Kami percaya diri pendanaan ini akan mempercepat pencapaian misi Advotics, yakni digitalisasi ekosistem rantai pasok dan distribusi Indonesia.”

*Kami menambahkan informasi terkait nominal pendanaan.