Ambisi Youvit Merevolusi Bisnis Vitamin Setelah Meraih Pendanaan Seri B

Gaya hidup sehat bukanlah sekadar tren yang muncul ketika pandemi Covid-19 menghantam negara ini. Pergeseran pola pikir masyarakat menuju pola hidup yang lebih sehat telah terjadi cukup lama. Di satu sisi, pandemi secara tidak langsung mempercepat laju pergeseran ini. Hal ini bisa diidentifikasi dengan kehadiran bisnis makanan sehat, ramainya pusat kebugaran, hingga perusahaan teknologi yang menyasar segmen ini.

Youvit merupakan salah satu perusahaan yang menyediakan produk kesehatan berupa vitamin. Bisnis ini dimulai oleh tiga wirausahawan dengan semangat untuk membangun pengalaman kesehatan konsumen yang menyasar negara-negara berpenduduk padat di wilayah Asia.

Setelah menghabiskan waktu 18 bulan untuk penelitian dan pengembangan produk, para pendiri berhasil memproduksi vitamin berbentuk gummy atau permen kenyal. Selain itu, vitamin ini juga memiliki kandungan yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan diet dan kebiasaan konsumen di Asia Tenggara.

Co-founder & CEO Youvit Wouter van der Kolk mengungkapkan, visi di balik produk Youvit adalah untuk mendisrupsi pasar vitamin yang dianggap kuno dan tradisional. Sementara, ada potensi pasar yang besar untuk produk-produk berkualitas yang secara khusus menyasar kaum milenial dari kelas menengah di pasar berkembang seperti Indonesia.

“Kami percaya bahwa industri nutrisi sedang tidak baik-baik saja dan siap untuk disrupsi. Banyak perusahaan besar yang menyasar pasar massal melabeli diri mereka sehat, padahal produksinya tidak sehat. Sementara itu, para milenial di negara berkembang ingin sebuah merek baru dan inovatif yang menawarkan produk premium yang terjangkau, dan memiliki passion untuk konsumen,” ujar Wouter.

Youvit telah memulai perjalanan untuk merevolusi industri vitamin di pasar Indonesia dengan membuat produk berkualitas dapat diakses oleh milenial urban kelas menengah. Produk unggulan pertama Youvit adalah gummy multivitamin untuk dewasa.

Hingga saat ini, kategori vitamin yang ditawarkan di platformnya cukup bervariasi. Mulai dari multivitamin kesehatan dewasa dan anak, hingga vitamin untuk masalah rambut rontok dan kulit. Produk-produk Youvit juga telah tersedia di lebih dari 20 ribu titik penjualan, termasuk di toko online dan e-commerce ternama.

Dalam hal distribusi, perusahaan juga mengoperasikan model omnichannel, termasuk penjualan melalui situs mereka. Berdasarkan data yang dikumpulkan, pihaknya mengungkapkan bahwa penjualan berbasis D2C (direct-to-consumer) menjadi saluran dengan pertumbuhan yang paling cepat. Nilainya telah bertumbuh 6x dari Q1 ’22 menuju Q3 ’22.

Perusahaan juga telah meluncurkan program loyalty yang disebut YOUVIT Club. Saat ini, keanggotaannya masih berbasis di grup WhatsApp.  “Tetapi kami melihat daya tarik dan minat yang sangat besar dan tengah mengupayakan untuk menciptakan ruang yang lebih permanen bagi komunitas kami,” ungkap Wouter.

Dalam komunitas ini, para anggota bisa mendapat konsultasi gratis serta saran-saran terkait kesehatan dan nutrisi dari tim yang berdedikasi, dipimpin oleh seorang ahli gizi Rachel Olsen. Komunitas ini juga secara aktif mengatur acara eksklusif untuk para anggota serta rutin memberikan penawaran khusus.

Rencana bisnis dan target pasar

Belum lama ini, Youvit berhasil membukukan pendanaan seri B senilai $6 juta atau lebih dari 93 miliar Rupiah dipimpin oleh Unilever Ventures. Putaran ini juga diikuti oleh investor sebelumnya DSG Consumer Partners dan beberapa investor baru. Perusahaan berambisi menjadi pemimpin merek vitamin untuk para “urban millennial” di wilayah Asia Tenggara.

Dana segar ini akan digunakan untuk memperluas jangkauan produknya serta meluncurkan bentuk baru dari merek vitamin yang diproduksi, seiring menambah talenta dalam timnya. Selain itu, juga untuk mendukung misi perusahaan merevolusi bisnis vitamin dalam bentuk yang lebih inovatif.

Sejalan dengan pergeseran pola hidup terkait perilaku pelanggan, Youvit bertujuan untuk memodifikasi kategori vitamin dari posisinya sebagai obat tradisional menjadi ruang gaya hidup yang lebih trendi, sembari mengubah (pivot) distribusinya dari ritel tradisional menuju omnichannel.

Perusahaan belum lama ini meluncurkan produk pertama mereka di Malaysia dan melihat adanya daya tarik yang kuat di pasar itu. Perusahaan juga akan segera meluncurkan rangkaian lengkap produknya termasuk di Guardian, Watsons, dan AEON mall serta online melalui Shopee dan Lazada Malaysia sebelum akhir tahun ini.

Disinggung mengenai target pasar, Wouter mengungkapkan bahwa milenial memiliki pandangan hidup yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Hal ini dilihat sebagai kesempatan untuk membangun merek untuk generasi baru menuju gaya hidup yang lebih sehat dan aktif. “Kami fokus di area perkotaan karena ini merupakan poros dari perkembangan itu,” tambahnya.

Wouter juga menegaskan bahwa Indonesia akan tetap jadi pasar utama, “Kami berencana menggandakan saluran ritel dan online serta berinvestasi dalam pemasaran dan pengembangan merek untuk tumbuh menjadi merek vitamin terkemuka di wilayah ini,” ujarnya.

Di Indonesia, beberapa pemain yang juga menyasar segmen serupa termasuk Lifepack dan perusahaan farmasi asal Singapura SwipeRx.

Fita Tingkatkan Fitur Olahraga Mandiri di Aplikasi dengan Teknologi AI

Sejak resmi meluncur pada November 2021, platform gaya hidup sehat Fita selalu berupaya memfasilitasi kebutuhan olahraga dan tren industri wellness di Indonesia. Salah satunya dengan memperkenalkan teknologi artificial intelligence (AI) untuk meningkatkan efektivitas olahraga mandiri para penggunanya.

Fita telah tergabung dalam portfolio Indonesia Digital Ecosystem (INDICO) milik PT Telkomsel Ekosistem Digital (TED).

Beberapa tahun terakhir, industri wellness semakin berkembang dengan adanya intervensi teknologi. Hal ini juga disebut memberi pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan para atlet. Selain itu, tren gaya hidup sehat yang semakin meningkat membuat banyak orang mengadopsi kebiasaan baru seperti berolahraga menggunakan platform daring.

Merujuk laporan Allied Market Research, nilai AI di pasar olahraga dunia mencapai $1,4 miliar pada tahun 2020, dan diproyeksikan tumbuh $19,2 miliar pada 2030 dengan CAGR 30,3%. Indonesia sendiri telah memiliki Strategi Nasional Kecerdasan Buatan 2020-2045 yang merupakan tonggak sejarah penerapan AI di Indonesia. Hal ini diharapkan memberi dampak positif bagi perekonomian Indonesia.

CEO Fita Reynazran Royono mengatakan, “Perkembangan teknologi memungkinkan kami untuk melengkapi ragam exercise dengan teknologi AI, yang mampu mendeteksi gerakan olahraga agar lebih efektif. Kali ini, Fita menjadi aplikasi kesehatan pertama di Indonesia yang memperkenalkan teknologi tersebut sebagai pelengkap program olahraga kami.”

Di samping itu, sering kali terjadi kesalahan ketika melakukan aktivitas fisik tanpa panduan atau pendampingan profesional. Teknologi AI didesain untuk bisa menggantikan salah satu peran offline trainer dalam mendeteksi gerakan dan memperbaiki gerakan saat berolahraga. Hal ini juga menghindarkan pengguna dari bad form saat berolahraga yang dapat menimbulkan cedera.

Lebih lanjut, Reynazran menjelaskan bahwa Fita akan mengembangkan program olahraga untuk meningkatkan inklusivitas pengguna. Dalam diskusi sebelumnya bersama DailySocial.id, pria yang kerap disapa Rey ini sempat mengungkapkan bahwa perusahaan tengah mendorong awareness Fita agar melekat sebagai produk wellness di Indonesia

Dalam waktu dekat, Fita akan meluncurkan program workout Korean Dance yang telah dilengkapi teknologi AI, yang diharapkan dapat meningkatkan keinginan berolahraga bagi pengguna muda ataupun mereka yang menggemari korean culture.

Hal ini sejalan dengan visi Fita untuk menyemarakkan semangat Sehat Makin Nikmat di seluruh kalangan, serta membantu mereka untuk tidak hanya menjadi lebih sehat, tetapi juga bersenang-senang dalam prosesnya.

“Dengan adanya fitur AI ini, kami harap dapat memberikan semangat baru kepada pengguna untuk memulai aktivitas gerak dengan berbagai kegiatan sehari-hari. Lebih jauh, pengguna juga dapat berkonsultasi langsung dengan para coach melalui community chat untuk menentukan exercise plan yang sesuai dengan gaya hidup masing-masing. Semoga kami dapat selalu memenuhi kebutuhan pengguna dan membantu mereka untuk mencapai tujuan kesehatannya,” tutup Rey.

Tren platform wellness di Indonesia

Kesadaran masyarakat Indonesia tentang pentingnya hidup sehat semakin meningkat. Terlebih pada saat pandemi, olahraga merupakan salah satu kunci dalam menjaga daya tahan tubuh agar tetap fit dan sehat. Tidak sekadar berolahraga, mereka juga terdorong untuk mengeksplorasi diri demi meningkatkan health and performance balance dengan berbagai teknik olahraga yang dilakukan.

Hal ini tentunya merambah terhadap dunia usaha dan bisnis yang bergerak di bidang kesehatan, utamanya di ranah gaya hidup sehat atau wellness. Alih-alih memfasilitasi mereka yang sakit, layanan ini menyasar mereka yang sehat dan memiliki keingintahuan serta kesadaran lebih untuk meningkatkan ritme olahraga mereka.

Di Indonesia sendiri Fitco dan Doogether adalah dua pionir di sektor wellness. Ketika pandemi melanda, sektor ini menjadi salah satu yang cukup menanjak popularitasnya, ditandai dengan kehadiran pemain baru seperti VirtuFit, Fits.id, dan Mindtera yang menawarkan konsep edukasi dan wellness.

Setelah industri wellness berkembang pesat, terciptalah inovasi dan integrasi baru. Mulai dari industri kesehatan, kecantikan, hingga asuransi turut mengambil pendekatan gaya hidup sehat untuk menjangkau lebih banyak pengguna di layanan mereka. Di tahun 2021, AIA meresmikan AIA Vitality di Indonesia, dan beberapa platform insurtech seperti Aigis dan Rey Insurance juga mulai merambah sektor wellness.

Application Information Will Show Up Here

Platform Wellness Fita Kenalkan Skema Langganan Berbayar, Siapkan Fitur Baru Demi Tingkatkan Jumlah Pengguna

Platform preventive healthcare berbasis reward Fita tengah menyiapkan pengembangan sejumlah produk dan fitur baru untuk memonetisasi bisnisnya tahun ini. Salah satunya adalah memperkenalkan layanan premium berbasis langganan (subscription) kepada pengguna.

Di sesi Executive Power Breakfast pada Minggu (26/2), CEO Fita Reynazran (Rey) Royono mengatakan bahwa layanan premium ini sebetulnya sudah tersedia di aplikasi Fita, tetapi baru akan diluncurkan secara resmi pada Juli mendatang. Ia mengklaim sudah ada lebih dari 150 transaksi pembelian paket premium per harinya.

Saat ini, Fita menawarkan paket “Exercise Plan” dengan harga mulai dari Rp49 ribu-Rp55 ribu per pembelian. Menurut Rey, layanan premium menawarkan poin reward lebih besar dan dapat ditukar ke paket-paket layanan milik Telkomsel. Ada pula layanan berbayar lainnya, yakni katering dengan menggandeng Yellow Fit Kitchen.

“Selain itu, dari survei internal yang kami lakukan, Fita berada di peringkat ketiga terkait top of mind untuk aplikasi kesehatan di Indonesia. Maka itu, kami akan mengembangkan beberapa fitur dan program lain, seperti penyakit kritis dan kesehatan mental. Kami tidak hanya membidik pasar yang sudah aware terhadap preventive healthcare, justru pasar terbesarnya adalah mereka yang belum pernah melakukan aktivitas kesehatan,” jelas Rey.

Fita dinilai telah memiliki pencapaian signifikan dalam waktu singkat. Sejak resmi meluncur pada November 2021, Fita telah mengantongi lebih dari 1,8 juta unduhan dengan 500 ribu pengguna aktif tiap bulan.

Lebih lanjut, Rey berujar ingin meningkatkan pengalaman aplikasi Fita agar semakin rewarding bagi pengguna. Beberapa fitur yang tengah digarap adalah fitur berbagi foto kepada komunitas atau media sosial. Lalu, fitur berbasis AI yang berfungsi membantu akurasi gerakan olahraga dengan kamera.

Ada juga fitur yang memungkinkan pengguna menghubungkan aktivitas olahraganya ke perangkat wearable dengan tingkat akurasi maksimal. Use case lain yang tengah dipersiapkan Fita adalah pembelian produk vitamin dan suplemen dan rekomendasi paket asuransi yang tepat bagi pengguna.

Peran INDICO

Sejak Maret 2022, Fita tak lagi berada di bawah naungan Telkomsel langsung. Fita telah menjadi entitas resmi terpisah yang masuk ke dalam portofolio Indonesia Digital Ecosystem (INDICO) milik PT Telkomsel Ekosistem Digital (TED).

TED merupakan entitas baru Telkomsel yang didirikan sebagai holding company bagi sub-bisnis digital Telkomsel. Selain Fita, beberapa perusahaan digital milik Telkomsel yang tergabung dalam INDICO adalah Kuncie (edtech) dan Majamojo (game).

Rey menjelaskan, INDICO punya peran signifikan dalam mengakselerasi pertumbuhan dan impact Fita di Indonesia. Salah satunya adalah memastikan bahwa Fita mendapat dukungan dari aset yang dimiliki Telkomsel.

Aset-aset yang dimaksud adalah basis pelanggan sebesar 170 juta, lebih dari 300 ribu mitra outlet Telkomsel di 514 kota, termasuk koneksi terhadap para inovator, investor, dan stakeholder terkait.

Ia mencontohkan bagaimana Fita memanfaatkan ratusan ribu mitra outlet Telkomsel sebagai channel pemasaran offline-nya melalui produk paket Combo Fit. Saat ini Fita tengah menyiapkan paket-paket lainnya yang dapat dipasarkan ke outlet.

“Fita memang diinvestasi oleh Telkomsel melalui INDICO. Namun, ini bukan hanya soal investasi, melainkan bagaimana INDICO berperan menjadi enabler terhadap kapabilitas yang dimiliki Telkomsel. Ini menjadi keunggulan kami dibandingkan aplikasi lainnya karena akselerasi kami bisa lebih cepat,” ujarnya.

Posisi Fita yang telah memisahkan diri dari Telkomsel memampukan perusahaan mengakses opsi pendanaan eksternal. Menurut Rey, ada beberapa VC yang telah berdiskusi dengannya. Namun, saat ini pihaknya belum berminat untuk menggalang pendanaan dari investor di luar Telkomsel.

Application Information Will Show Up Here

Mengenal Ami dan Caranya Membumikan Kesehatan Mental untuk Karyawan Startup

Hingga kini, kesehatan jiwa menjadi masalah yang belum sepenuhnya dapat diselesaikan, baik di tingkat global maupun nasional. Kondisi semakin diperparah sejak pandemi Covid-19 yang menyebabkan ekonomi masyarakat memburuk, yang secara langsung berakibat pada kehidupan, juga mental dalam menghadapi situasi di masa pandemi.

Terlebih, isu kesehatan mental masih menjadi hal yang tabu untuk masyarakat Indonesia. Stigma terhadap pengidap gangguan kesehatan mental di Indonesia masih sangat kuat. Riset Kesehatan Dasar (Riskerdas) 2018 menunjukkan, sebanyak lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.

Data ini menunjukkan bahwa negara ini belum dapat menyelesaikan masalah kesehatan mental secara tepat. Namun sayangnya, isu ini menjadi stigma yang dapat berdampak buruk pada penderita, misalnya, diskriminasi dan dikucilkan dari masyarakat yang dikhawatirkan menghambat kesembuhan dan pemulihan penderita kesehatan mental.

Fakta di atas turut didukung oleh temuan Google Trends. Di pasar global, tren pencarian “how to maintain mental health” disebutkan meningkat lebih tinggi pada tahun ini dari tahun sebelumnya.

Tantangan ini jadi menarik untuk diselesaikan oleh pihak swasta. Justin Kim dan Beknazar Abdikamalov menjadi orang dibalik berdirinya “Ami”, startup penyedia platform mental wellness dengan misi membuat perawatan kesehatan mental lebih mudah diakses oleh pekerja yang terlalu banyak bekerja dan stres di Asia.

Dalam wawancara bersama DailySocial.id, Kim mengaku bahwa, baik dirinya maupun Abdikamalov, sudah terlalu akrab dengan budaya perusahaan yang sangat serba cepat. Kim sebelumnya adalah pemilik di Viva Republica, milik miliarder Korea Lee Seung-gun, yang mengoperasikan super-app keuangan Toss, sementara rekannya bekerja sebagai software engineer di Amazon.

“Setiap orang di Ami telah menghabiskan waktu bertahun-tahun di tempat kerja yang serba cepat dan mengalami langsung bagaimana rasanya mengabaikan kesehatan emosional kita. Ami dirancang untuk menjadi sumber kesejahteraan karyawan yang selalu kami inginkan. Kami sekarang bekerja dengan perusahaan untuk membuat pelatihan kesehatan mental 1:1 dapat diakses oleh karyawan di mana saja,” terang Kim.

Solusi Ami

Sumber: Ami

Ami bekerja sebagai platform online yang mencocokkan karyawan dengan pelatih kesehatan mental. Pengguna benar-benar dapat menelepon mereka, tanpa perlu membuat janji berminggu-minggu sebelumnya, untuk berbicara tentang tekanan mereka sehari-hari melalui platform WhatsApp. Langkah ini dimaksudkan, supaya bicara perawatan kesehatan mental itu semudah memeriksa cuaca dan senyaman berbicara dengan teman.

Kim melanjutkan, ada tiga karakteristik utama dari pengalaman Ami. Pertama, Ami beresonansi dengan rata-rata pengguna karena mereka memberikan pelatihan ringan yang dirancang untuk orang dan karyawan biasa. “Kami bukan layanan konseling klinis yang hanya melayani individu yang didiagnosis dan karena itu mencari pengobatan.”

Kedua, pengguna menikmati pengalaman interaktif 1:1 dengan pelatih yang dipilih sendiri dari tim Ami yang beragam agar cocok untuk mereka, sehingga pengalaman tersebut jauh lebih menarik dan dipesan lebih dulu dibandingkan solusi yang ada di industri. Akhirnya, pembinaan ditawarkan dengan cara yang dapat diakses sesuai permintaan.

“Pengguna di perusahaan mitra kami dapat menikmati pengalaman yang seamless di platform aplikasi kami, terhubung dengan pelatih dalam waktu kurang dari satu menit. Setelah itu, mereka dapat terus menikmati akses tak terbatas dan fleksibel ke sesi pelatihan Ami.”

Bagi perusahaan, dampak dari penerapan konsep ini diklaim mampu meningkatkan adopsi 10 kali lebih tinggi daripada solusi konvensional, dengan biaya yang lebih murah.

Dalam kurun waktu lima bulan, diterangkan lebih jauh oleh Kim, pihaknya telah membangun komunitas klien dan mitra yang kuat di seluruh Asia Pasifik. Permulaan awal yang positif ini membuat ia dan tim meyakini prospek yang cerah untuk membumikan literasi mengenai kesehatan mental.

Semua pelatih Ami dipilih sendiri dan bekerja bersama Ami secara internal. Perusahaan berkomitmen untuk mengembangkan tim pelatih yang paling beragam dan kuat di Asia -terlepas dari latar belakang- semua pengguna Ami akan dicocokkan dengan profil pelatih yang sesuai untuk kebutuhan mereka.

“Fokus utama kami terus memastikan bahwa pengguna kami memiliki pengalaman pelatihan yang luar biasa dan memungkinkan mereka untuk menjadi advokat alami dan menyebarkan berita ke rekan-rekan. Kami mendapat banyak dukungan pengguna dari komunitas startup di Asia, terutama dari perusahaan dengan demografi milenial yang lebih berorientasi nilai.”

Industri kesehatan mental dan rencana Ami

Ami sendiri berbasis di Singapura dan mulai ekspansi ke Jakarta. Dua lokasi ini dipilih lantaran memiliki basis startup dengan pertumbuhan yang cepat. Terlebih itu, mayoritas karyawannya berusia muda dan cenderung lebih terbuka terhadap kesehatan dan kesehatan emosional.

Menurut Kim, bekerja di startup cenderung lebih cepat stres karena selalu dituntut pada pertumbuhan yang sangat tinggi. Sementara, mempertahankan talenta terbaik adalah prioritas yang berkembang untuk startup. Kendati stigma seputar kesehatan mental di Asia masih sangat nyata, namun respons startup terhadap solusi yang ditawarkan Ami begitu positif.

Mereka menambahkan Ami sebagai bagian inti dari paket tunjangan karyawan, karyawannya pun secara terbuka merangkul dan secara proaktif berinvestasi dalam pembinaan kesehatan mental. “Covid-19 telah membantu mempercepat ini. Sekarang adalah waktu yang tepat bahwa kesehatan mental adalah percakapan yang sangat terkini untuk masyarakat dan tempat kerja Asia sekarang, dan ini juga menjadi agenda sebagian besar tim SDM.”

Kim menambahkan, “kesehatan mental” telah menjadi kata kunci. Kondisi tersebut sangat penting memberikan nilai yang otentik dan jelas seperti apa nilai tambah yang diberikan Ami. “Kami mendidik dengan menunjukkan bahwa kesehatan mental relevan untuk semua orang di seluruh siklus berproses, tidak hanya untuk individu yang mencari bantuan klinis, atau untuk situasi tertekan setelah kejadian.”

“Kesejahteraan mental dan ketahanan dapat dipupuk melalui gaya hidup sehari-hari Anda, mengetahui cara menjeda dan mengatur ulang, sehingga Anda dapat melangkah lebih jauh. Di Ami, kami percaya coaching dapat menjadi pengalaman transformatif yang memfasilitasi hal ini secara efektif. Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang menginginkan hubungan manusia,” sambung dia.

Kim menuturkan, selama setahun ini perusahaan akan memperluas cakupannya ke Asia. Bagi dia, Asia adalah rumah bagi beberapa negara yang paling banyak bekerja di dunia. Rata-rata orang di Korea Selatan, misalnya, bekerja 1.908 jam pada tahun 2020, keempat terbanyak di antara negara-negara maju, menurut data yang dikumpulkan oleh Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Sebagai perbandingan, rata-rata orang di AS bekerja 1.767 jam pada tahun yang sama.

Sementara di Jepang, jam kerja yang panjang begitu merajalela, hingga menjadi penyebab kematian —disebut “karoshi” dalam bahasa Jepang. Kenyataan ini telah diakui secara hukum sebagai penyebab kematian sejak tahun 1980-an. Kondisi yang tak jauh berbeda juga terjadi di Tiongkok.

“Pekerja di Asia adalah yang paling stres di dunia dengan akses yang buruk ke sumber daya manajemen stres. Meskipun demikian, terlepas dari geografi, apa yang kami lakukan akan relevan dan penting bagi organisasi mana pun yang mempekerjakan karyawan manusia, bukan robot. Kami menyambut baik untuk terhubung dengan perusahaan mana pun secara global yang mungkin ingin tahu lebih banyak tentang apa yang kami lakukan.”

Ia pun optimistis dengan kesempatan Ami di Indonesia. Alasannya, budaya kerja di negara ini mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang tumbuh cepat. Bila diterjemahkan lebih lanjut, hal ini memicu intensitas dan stres yang meningkat di sebagian besar tempat kerja. Bersamaan dengan ini, muncul generasi baru karyawan yang telah berubah menjadi lebih berorientasi pada nilai daripada pendahulu mereka, dan mencari lingkungan kehidupan kerja yang benar-benar holistik, otentik, dan seimbang.

“Kami yakin bahwa Ami berada di posisi yang tepat untuk membantu pemberi kerja dan karyawan dalam hal ini menavigasi keseimbangan ini. Last but not least, banyak dari pengguna Indonesia kami berbicara Bahasa dan telah memberikan pujian yang tinggi kepada pengalaman Ami karena mampu memenuhi tuntutan multi-bahasa, multi-budaya. Kami bekerja keras bahu membahu dengan pelatih untuk memberikan pengalaman yang relevan secara sosial budaya untuk semua klien kami.”

Beberapa startup lokal yang telah bermitra dengan Ami, di antaranya adalah HappyFresh, Modalku, dan Sampingan.

Saat ini, Ami telah didukung dengan pendanaan sebesar $4 juta (lebih dari 57 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh New Product Experimentation Team, investing arm dari Meta. Investasi dari Meta ini tandai debut awalnya di Asia Pasifik. Kemudian, diikuti Collaborative Fund, Goodwater Capital, Strong Ventures, January Capital, dan Wisdom Ventures.

Selanjutnya, jajaran investor lainnya yang turut berpartisipasi juga datang dari kalangan angel investor. Nama-namanya adalah tiga co-founder Modalku (Reynold Wijaya, Kelvin Teo, Koh Meng Wong), Maudy Ayunda, Chinmay Chauhan (BukuWarung), MX Kuok (K3 Ventures), Steven Lee (SV Angel), Rajesh Venkatesh (Nium), dan lainnya.

Aigis Sajikan Platform Insurtech B2B, Dilengkapi Fitur Wellness

Asuransi menjadi sektor yang mulai banyak diincar oleh pelaku startup di Indonesia saat ini. Pandemi juga telah memberikan awareness lebih mendalam di kalangan masyarakat akan pentingnya kesehatan dan perlunya memiliki asuransi.

Melihat peluang tersebut, platform insurtech Aigis yang baru saja menerima pendanaan awal 14,5 miliar Rupiah, tertarik untuk menggarap platform insurtech untuk bisnis.  Yakni melalui layanan manajemen asuransi yang dipadukan dengan fitur wellness hingga telehealth.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO Aigis Reinhart Hermanus mengungkapkan, meluncur pada pertengahan tahun 2021 lalu Aigis berawal sebagai marketplace agen asuransi untuk masyarakat umum. Namun melihat peluang dan potensi saat ini, mereka kemudian melakukan pivot dengan menyasar langsung segmen B2B.

“Kita memosisikan platform sebagai end-to-end employee wellness provider. Bukan hanya menawarkan produk asuransi namun juga pilihan konsultasi dedicated dokter untuk setiap perusahaan hingga program olah raga atau wellness untuk pegawai,” kata Reinhart.

Ditambahkan olehnya, Aigis juga ingin mengubah mindset negatif akan asuransi di kalangan masyarakat yang hanya berfungsi untuk klaim biaya kesehatan saja. Sehingga jika pilihan tersebut tidak digunakan, akan merugikan pengguna. Dengan pilihan seperti wellness dan healthcare, diharapkan bisa memberikan opsi lebih perusahaan untuk pegawai mereka.

“Kami melihat ini menjadi win-win solution. Bukan hanya untuk pegawai, namun juga perusahaan dan juga pihak asuransi. Saat ini kita sudah menjalin kemitraan dengan broker asuransi yang telah memiliki relasi di lebih dari 10 perusahaan asuransi,” kata Reinhart.

Strategi monetisasi yang dilancarkan oleh Aigis adalah mendapatkan komisi dari asuransi. Sementara untuk program healthcare seperti konsultasi langsung dengan dokter, saat ini masih diberikan secara cuma-cuma kepada perusahaan yang tertarik menggunakan layanannya. Perusahaan juga bisa menentukan sendiri paket asuransi apa yang ideal untuk setiap perusahaan, semua bisa dikustomisasi.

Menurut Reinhart, konsep tersebut diharapkan bisa menarik minat perusahaan yang saat ini sedang mencari atau memperpanjang asuransi untuk pegawai mereka, atau perusahaan baru yang belum memiliki paket asuransi untuk pegawai.

Potensi platform asuransi dan wellness

Aigis didirikan oleh Reinhart Hermanus, Philip Moniaga, dan Sebastian Yaphy. Mereka melihat akses ke layanan kesehatan adalah kebutuhan dasar setiap orang, dan mereka masih melihat bahwa pengalaman asuransi kesehatan di Indonesia masih jauh dari ideal.

Produk tambahan seperti program wellness dinilai cukup efektif saat ini, untuk memberikan opsi berbeda dan yang lebih segar kepada perusahaan. Dilihat dari tren dan potensi ke depannya, pilihan seperti akan semakin banyak dicari oleh perusahaan.

Setelah mendapatkan pendanaan initial round, Aigis masih memiliki target yang ingin dicapai. Di antaranya adalah meningkatkan penjualan mereka dan menambah tim engineer untuk mengembangkan teknologi mereka. Saat ini masih menjalankan bisnis secara lean, belum banyak tim yang direkrut oleh perusahaan.

“Sejak bulan Maret tahun ini, kamu telah mengembangkan aplikasi yang bisa digunakan oleh pegawai untuk mengajukan klaim hingga menikmati pilihan program wellness. Sementara untuk perusahaan bisa mengakses Aigis melalui dashboard yang kami sediakan,” kata Reinhart.

Masih dalam proses akuisisi pengguna bisnis untuk bergabung dan menggunakan layanannya, hingga merekrut lebih banyak broker asuransi, ke depannya Aigis juga ingin scale-up dengan menambahkan layanan yang relevan seperti pilihan berlangganan hingga mengenakan biaya untuk tambahan layanan lainnya. Namun fokus perusahaan saat ini adalah untuk meningkatkan penjualan.

Selain Aigis platform yang menawarkan layanan hampir serupa dan baru saja mendapatkan pendanaan pre-seed (pra-awal) senilai $1,2 juta atau setara 18 miliar Rupiah adalah aman. Rey Assurance juga menggunakan pendekatan yang mirip, memadukan platform insurtech dan wellness.

Application Information Will Show Up Here

Trihill Capital Turut Berinvestasi ke Fit Hub, Ungkap Komitmennya Dukung Startup Indonesia

Salah satu platform wellness yang awalnya hanya fokus pada kegiatan offline menghadirkan kelas yang beragam, pilihan pelatih, hingga peralatan gym terkini, Fit Hub, telah mendapatkan pendanaan awal senilai $3 juta dari sejumlah investor.

Putaran pendanaan awal ini dipimpin oleh Global Founders Capital APAC, dengan partisipasi dari Goodwater Capital dan angel investor. Di antaranya adalah Abhinay Peddisetty, Steven Wongsoredjo, Robin Tan, Benedicto Haryono, dan Philip Tjipto.

Sementara itu venture capital yang sejak pertama kali memberikan dukungan investasi kepada Fit Hub yaitu Trihill Capital, juga turut terlibat dalam putaran pendanaan kali ini.

Kepada DailySocial.id, Alwyn Rusli dari Trihill Capital membagikan cerita alasan mereka berinvestasi kepada platform wellness yang diklaim telah profitable ini.

Pandemi dorong kegiatan olahraga

Jika awalnya kebanyakan masyarakat Indonesia enggan untuk melakukan kegiatan olahraga hingga gaya hidup sehat, saat pandemi semua mulai berubah dan mulai banyak dari mereka mencari kegiatan berkualitas yang berdampak pada peningkatan kesehatan. Pandemi telah mendorong pertumbuhan platform wellness dan olahraga di tanah air.

Layanan seperti Fit Hub kemudian tidak hanya berfungsi sebagai aplikasi untuk pemesanan kegiatan olahraga, namun juga sudah menjadi opsi bagi masyarakat umum untuk mengikuti kelas kebugaran khusus secara online.

Menawarkan Gym Premium dengan harga terjangkau sebelumnya Fit Hub sudah memiliki aplikasi yang terbatas digunakan untuk kegiatan pemesanan saja. Saat pandemi opsi tersebut kemudian mulai diperluas dengan menghadirkan pilihan kelas olahraga online dengan membangun gym yang berbasis digital. Saat ini Fit Hub telah memiliki sekitar 8 ribu lebih pengguna, 210 pelatih dan 16 cabang offline di 5 kota.

“Kita melihat space mana yang bisa kita incar untuk berinvestasi. Fit Hub menjadi ideal bagi kami dilihat dari latar belakang pendirinya yang memiliki pemahaman sangat baik dan melakukan riset hingga terjun langsung untuk melihat potensi pasar,” kata Alwyn.

Ditambahkan olehnya, Trihill capital memutuskan untuk berinvestasi sejak awal, setelah melihat pertumbuhan bisnis yang positif dari Fit Hub. Berawal dari tesis sudah mulai banyak masyarakat yang ingin memiliki gaya hidup sehat, mereka melihat apa yang ditawarkan oleh Fit Hub menjadi relevan dan memiliki potensi untuk terus berkembang.

Fokus Trihill Capital

Berbasis di Singapura, Trihill Capital adalah pemodal ventura yang memiliki visi untuk membangun kemitraan dalam jangka panjang dengan para pendiri startup. Secara khusus Trihill Capital memiliki 2 investment arms, yaitu investasi yang fokus kepada public equities secara global dan satu lagi berinvestasi kepada perusahaan di Asia Tenggara.

Untuk venture arms sendiri disebutkan adalah dalam beberapa tahapan. Mulai dari tahapan awal hingga ke growth stage. Meskipun bersifat agnostik (tidak terfokus pada vertikal bisnis tertentu), namun sebagian besar mereka mengincar kepada layanan fintech, logistik, commerce, dan pemberdayaan UMKM.

Untuk mendukung pertumbuhan bisnis startup, Trihill berupaya untuk mengawal bisnis mereka selama mungkin. Dalam hal ini bagi perusahaan yang ingin memiliki pertumbuhan yang baik dalam jangka panjang, akan terus dibantu oleh mereka. Secara khusus biasanya mereka membantu perusahaan di berbagai tujuan, tetapi terutama di sisi komersial dengan memanfaatkan jaringan perusahaan dan lembaga keuangan (bank dan nonbank).

Tahun ini Trihill Capital masih memiliki rencana untuk memberikan investasi kepada startup di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, meskipun enggan untuk menyebutkan berapa kuota penambahan portofolio. Selain Fit Hub Trihill Capital juga telah memberikan investasi kepada Wagely, Eden Farm, Sicepat, Hey Kafe, Ruang Guru, Woy Makaroni dan BukuWarung.

We are an evergreen fund, kami cukup fleksibel dalam hal penyebaran modal dan dapat bermitra dengan pendiri portofolio kami selama mungkin,” kata Alwyn.

Sirka Secures Seed Funding Worth of 37 Billion Rupiah

After securing funding in early September 2021 from Sequoia Capital India, Y Combinator and Tim Lee (ex-Sequoia), Sirka.io announced follow-on funding for the seed round. They raised a total value of $2.6 million or equivalent to 37.4 billion Rupiah, this round was led by AC Ventures and the Wavemaker Group.

Maudy Ayunda also participated as a new investor. This is acqually her second funding for a digital startup after previously investing in the online grocery platform Segari.

The fresh money will be used to build a health community. Sirka also plans to enrich the platform features and offerings, conducting research and partnerships with medical advisors and F&B, as well as drug supply providers to increase the success of pre-chronic weight loss and health recovery programs.

Sirka is currently focusing on subscription-based weight loss counseling. Going forward, the company is exploring drugs and other long-term support supplies to treat chronic diseases such as diabetes.

“We believe in the power of technology, science, information and human empathy to simplify the personal wellness journey. That’s why we created a low-cost approach to help people understand and optimize their health through in-home assessments, personalized action plans and ongoing monitoring, starting with weight management,” Sirka’s Co-Founder & CEO, Rifanditto Adhikara said.

Relevant tools

Since the launching in April 2021, Sirka.io has reached user growth up to 60% every month. The exclusive program is claimed to have helped more than a thousand members prevent or manage chronic diseases through personal weight loss.

They have also available in 32 cities with a total of 10 nutritionists and nutritionists. In order to align the company’s mission and vision, Sirka.io does not recruit partners, but directly hires nutritionists as employees. According to the company, this method is currently more efficient for the company.

Previously, the Sirka’s current concept was widely offered offline for users expecting to get personal nutrition consultations. Sirka.io provides options to do all these activities online directly to qualified nutritionist partners.

With a mission to help people live healthier, Sirka products are made more affordable and convenient. Direct communication with healthcare professionals allows regular contacts and guidance, ultimately providing users with relevant costs for weight loss solutions.

“Starting with a nutritionist available to contact at the right times through an app. We love Sirka’s approach to leveraging technology and knowledge for functional well-being that is within the reach of millions of people,” AC Ventures’ Founder & Managing Partner, Adrian Li said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Sirka Rampungkan Pendanaan Awal Senilai 37 Miliar Rupiah

Setelah mengantongi pendanaan dari Sequoia Capital India, Y Combinator, dan Tim Lee (ex-Sequoia) awal bulan September 2021, Sirka.io mengumumkan investasi lanjutan untuk putaran pendanaan awal mereka. Total nilai yang didapat adalah $2,6 juta atau 37,4 miliar Rupiah, putaran ini dipimpin AC Ventures dan Wavemaker Group.

Investor baru yang turut terlibat adalah Maudy Ayunda. Ini sekaligus menjadi pendanaan kedua di startup digital setelah sebelumnya ia berinvestasi di platform online grocery Segari.

Dana segar ini rencananya akan digunakan  membangun komunitas kesehatan. Sirka juga berencana untuk memperkaya fitur dan penawaran di platform, melakukan penelitian dan kemitraan dengan penasihat medis dan F&B, juga penyedia pasokan obat-obatan untuk meningkatkan keberhasilan program penurunan berat badan dan pemulihan kesehatan pra-kronis.

Sirka saat ini berfokus pada konseling penurunan berat badan berbasis langganan. Ke depannya perusahaan sedang menjajaki obat-obatan dan persediaan pendukung jangka panjang lainnya untuk mengobati penyakit kronis seperti diabetes.

“Kami percaya pada kekuatan teknologi, ilmu pengetahuan, informasi, dan empati manusia untuk menyederhanakan perjalanan kesehatan pribadi. Itu sebabnya kami membuat pendekatan berbiaya rendah untuk membantu orang memahami dan mengoptimalkan kesehatan mereka melalui penilaian di rumah, rencana tindakan yang dipersonalisasi, dan pemantauan berkelanjutan, dimulai dengan perawatan berat badan,” kata Co-Founder & CEO Sirka Rifanditto Adhikara.

Penerapan tools yang relevan

Sejak diluncurkan bulan April 2021, Sirka.io telah memiliki pertumbuhan pengguna hingga 60% setiap bulannya. Program eksklusif tersebut diklaim telah membantu lebih dari seribu anggota mencegah atau mengelola penyakit kronis melalui penurunan berat badan pribadi.

Mereka juga telah melayani di 32 kota dengan jumlah ahli gizi dan nutrisi yang dimiliki sekitar 10 orang. Untuk menyelaraskan misi dan visi perusahaan, Sirka.io tidak merekrut mitra, namun langsung mempekerjakan ahli gizi dan nutrisi menjadi pegawai. Cara seperti itu menurut mereka lebih efisien bagi perusahaan untuk saat ini dan ke depannya.

Konsep yang ditawarkan oleh Sirka  sebelumnya masih banyak ditawarkan secara offline kepada pengguna yang ingin mendapatkan konsultasi gizi secara personal. Sirka.io memberikan pilihan untuk melakukan semua kegiatan tersebut secara online langsung kepada mitra ahli gizi berkualitas.

Dengan membawa misi untuk membantu individu menjalani hidup yang lebih sehat, produk Sirka dibuat lebih terjangkau dan kenyamanan. Komunikasi langsung dengan profesional kesehatan memungkinkan
kontak dan panduan yang rutin, yang pada akhirnya memberi pengguna biaya yang relevan untuk solusi penurunan berat badan.

“Dimulai dengan ahli gizi yang dapat dihubungi pada waktu yang tepat sepanjang hari melalui aplikasi mereka. Kami menyukai pendekatan Sirka dalam memanfaatkan teknologi dan pengetahuan untuk  kesejahteraan fungsional yang bisa dijangkau jutaan orang,” kata Founder & Managing Partner AC Ventures Adrian Li.

Application Information Will Show Up Here

Mental Health Startup Riliv to Secure Seed Funding Led by East Ventures

The mental health startup, Riliv, has secured seed round funding led by East Ventures. The total amount is still undisclosed, participated in this round several investors, including Benson Capital, Sankalpa Ventures, Teja Ventures, Telkom Indonesia through the Indigo acceleration program, and angel investor Shweta Shrivastava.

The fresh money will be used to expand Riliv’s mental health services to wider sectors, including the general publicin need of integrated health services, as well as specific industries providing access to mental health workers for employees.

“Riliv users experience a significant increase by nearly 400% during the pandemic, both from workers and common users, including students and housewives. Most of them have problems with feelings of anxiety and insecurity regarding the current condition,” Riliv’s Co-Founder & CEO, Audrey Maximillian Herli.

He also said, “The presence of Riliv’s online counseling and integrated mindfulness content can introduce mental health as a common need for Gen Y, Z, and Alpha in Indonesia’s current demographic bonus. We open the door for all levels to work together to tackle mental health.”

Along with its development, Riliv continues to grow to provide online psychologist counseling services through an application. Users can take advantage of self-help such as meditation, journalling, and also sleepcasts to help them rest. In addition, Riliv also offers Employee Assistance Program services, Riliv for Company, for company’s counseling services and wellness programs for employees.

“COVID-19 is increasing public awareness of the importance of mental health. Riliv’s services are becoming increasingly relevant to today’s market and we believe Riliv can help Indonesians to gain easy access to mental health services. We are pleased to be able to support Maxi and Audy to advance the mental health industry in Indonesia,” East Ventures’ Co-Founder & Managing Partner, Willson Cuaca.

Mental health-related services are rising

Recently, mental health issues have become a popular topic. The 2018 Basic Health Research conducted by the Ministry of Health shows that more than 21 million Indonesians experience emotional psychological problems and depression. Research in 2020 also showed that mental disorders almost doubled during the Covid-19 pandemic.

Regarding this opportunity, several startups have come up with various forms of mental health services. Some players are offering similar services, including Kalbu, Kalm, Talk.id, to Halodoc, who have also rolled out mental health service packages in their telemedicine ecosystem.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Startup Kesehatan Mental Riliv Bukukan Pendanaan Awal Dipimpin East Ventures

Startup penyedia layanan kesehatan mental (mental health) Riliv mengumumkan telah meraih pendanaan tahap awal (seed round) yang dipimpin oleh East Ventures. Tidak disebutkan nominal investasi yang diberikan, sejumlah investor turut andil di putaran ini termasuk Benson Capital, Sankalpa Ventures, Teja Ventures, Telkom Indonesia melalui program akselerasi Indigo, dan angel investor Shweta Shrivastava.

Dana segar akan dimanfaatkan untuk memperluas layanan kesehatan mental Riliv ke sektor yang lebih luas, seperti masyarakat umum yang membutuhkan layanan kesehatan terintegrasi, serta industri yang spesifik memberikan akses tenaga kesehatan mental bagi karyawan.

“Terdapat peningkatan pengguna Riliv hingga hampir 400% selama pandemi baik dari pekerja maupun pengguna umum seperti pelajar dan ibu rumah tangga. Kebanyakan dari mereka memiliki masalah yang dengan perasaan cemas dan tidak aman terkait kondisi mereka saat ini,” ujar Co-Founder & CEO Riliv Audrey Maximillian Herli.

Lebih lanjut Audrey mengatakan, “Kehadiran konseling daring dan konten-konten mindfulness yang terpadu dari Riliv dapat memperkenalkan kesehatan mental sebagai kebutuhan yang wajar bagi Gen Y, Z, dan Alpha dalam bonus demografi Indonesia saat ini. Kami membuka pintu bagi semua pihak untuk bekerja sama menanggulangi kesehatan mental bersama.”

Seiring perkembangannya, Riliv terus bertumbuh hingga menyediakan layanan konseling psikolog daring lewat sebuah aplikasi. Pengguna bisa memanfaatkan self-help seperti meditasi, journalling, dan juga sleepcast untuk membantu istirahat. Selain itu, Riliv juga menawarkan layanan Employee Assistance Program yaitu Riliv for Company yang menjangkau perusahaan untuk mendapatkan layanan konseling dan program wellness bagi karyawan.

“COVID-19 semakin meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan mental. Layanan Riliv menjadi semakin relevan dengan kebutuhan pasar saat ini dan kami yakin Riliv dapat membantu masyarakat Indonesia untuk mendapatkan akses layanan kesehatan mental dengan mudah. Kami senang bisa mendukung Maxi dan Audy untuk memajukan industri mental health di Indonesia,” sambut Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Layanan terkait mental health bermunculan

Isu kesehatan mental memang tengah menjadi topik populer akhir-akhir ini. Riset Kesehatan Dasar 2018 yang diselenggarakan oleh Kemenkes menunjukkan bahwa lebih dari 21 juta jiwa masyarakat Indonesia mengalami masalah psikologis emosional dan depresi. Riset pada tahun 2020 juga menunjukkan bahwa gangguan mental meningkat hampir 2 kali lipat saat pandemi Covid-19.

Melihat peluang tersebut, sejumlah startup hadir dengan berbagai bentuk layanan kesehatan mental. Beberapa pemain yang mirip dengan Riliv adalah Kalbu, Kalm, Bicarakan.id, hingga Halodoc yang turut gulirkan paket layanan kesehatan mental di ekosistem telemedisnya.

Application Information Will Show Up Here