Mekari Mulai Optimalkan Lini Bisnis Edukasi, Sasar Pelaku UKM dan Profesional

Bertujuan untuk memberikan akses online learning kepada UKM dan pegawai kantoran, khususnya yang berkaitan dengan pemanfaatan software berbasis cloud, Mekari meluncurkan Mekari University. Sebenarnya program ini sudah mulai diinisiasi sejak tahun 2018 lalu. Seiring berjalannya waktu, platform tersebut diklaim telah mengalami pertumbuhan positif dan sudah melakukan ekspansi kerja sama dengan institusi pendidikan di berbagai kota besar Indonesia.

Hingga saat ini, Mekari University sudah memiliki lebih dari 6000 pengguna dari berbagai kalangan dengan lebih dari 800 kelas.

Kepada DailySocial Head of Learning Centre Mekari Sally Devina Kie mengungkapkan, tingginya minat dan antusiasme peserta, ditambah dengan kondisi pandemi saat ini, mendorong Mekari University menghadirkan platform edukasi online secara khusus yang bisa diakses melalui web, dengan harapan bisa menjangkau lebih banyak peserta yang ingin mendapatkan edukasi komprehensif baik dari akademisi atau profesional.

“Di masa pandemi ini, kami melihat potensi besar dalam dunia teknologi pendidikan, namun sekarang kami masih membangun awareness dulu dan masih dengan semangat sepenuhnya untuk edukasi, bukan hanya untuk kalangan akademisi tapi professional juga,” kata Sally.

Konsep online learning yang menyasar UKM hingga perusahaan sudah banyak ditawarkan oleh beberapa startup saat ini. Bukan hanya pelatihan terkait dengan HR dan perpajakan, namun juga belajar hukum oleh Hukum Online hingga startup edutech B2B Codemi.

Targetkan segmen B2C dan B2B

Melalui Mekari University diharapkan bisa menjadi channel bagi Mekari untuk menyediakan platform edukasi online maupun berbagai program edukasi lainnya, yang bisa diakses dan dimanfaatkan oleh semua kalangan baik akademisi, profesional dan pemilik bisnis, juga para pengguna dari produk Mekari.

Untuk segmen B2C, saat ini terdapat berbagai kursus online yang bisa diakses secara gratis oleh peserta (akademisi, profesional dan lainnya) melalui platform. Ada juga kursus online berbayar yang bisa diakses oleh berbagai kalangan untuk tujuan sertifikasi di bidang penggunaan software.

Sementara untuk B2B, Mekari mengembangkan kerja sama dengan berbagai institusi pendidikan dan entitas usaha di Indonesia untuk menghadirkan seminar, workshop, sesi training to trainer, dan kelas sertifikasi software akuntansi Jurnal, software HRIS Talenta, dan software administrasi pajak Klikpajak yang berbasis cloud bagi kalangan akademisi maupun profesional.

Memasuki kuartal ke empat Mekari tengah mengupayakan untuk scale-up proses produksi kursus di dalam platform pembelajaran untuk menghadirkan konten berkualitas sebanyak-banyaknya guna menjangkau lebih banyak pengguna dan memenuhi ekspektasi mereka. Pilihan kursus yang diambil mayoritas pengguna dari berbagai kalangan merata di setiap topik, yaitu akuntansi, HR, perpajakan, manajemen dan software.

“Namun, memang spesifik mulai di Q4 ini, kami lebih menargetkan audience professional, di mana kami melihat semakin banyaknya kebutuhan course yang disajikan secara online di masa pandemi ini,” kata Sally.

Gojek to Reshuffle Management for Financial Business Effectivity

Yesterday (18/11), Gojek announced the reshuffle of the C-level management structure to strengthen the company’s two main portfolios, namely services under Gojek and financial which will be effective as of January 2020.

Co-CEO Gojek will share the tasks. Kevin Aluwi will lead the Gojek service, while Andre Soelistyo will lead the digital and financial payment line. They both remain as Co-CEOs of Gojek Group. Changes only occur at the operational level of the company, so they do not have an impact on the organizational structure as a group.

“We will continue our role as Co-CEO of the Gojek Group, but each of us will have a more specific scope and responsibilities going forward,” said Kevin and Andre in an official statement.

Andre will lead three business units, digital payments (Gopay), financial services such as PayLater, and B2B and merchant solutions.

Both of them explained that in the development of two large business portfolios under the Gojek Group, namely services under the Gojek brand and digital & financial payment services, they have grown bigger. Each portfolio requires different skills and focus.

The management focus on strengthening these two portfolios was carried out due to the stronger corporate fundamentals this year. Total GTV on the Gojek group platform reached $12 billion, increased by 10% from the previous year. Meanwhile, GTV Gopay grew to exceed the total transaction value in the pre-pandemic period.

“Therefore, we must optimize our team to maximize the growth of each of these big businesses. [..] Now is the right time to look back at our business and ensure that Gojek can run optimally, therefore, it will be even more successful in the future. ”

Another line shifting of management is that Hans Patuwo will head the payments business, previously he served as COO of Gojek for nearly three years. Moreover, Ryu Suliawan will lead the B2B and merchant solutions. He previously held the position of Head of Merchants Gojek and also Founder of Midtrans, a payment gateway company that was acquired by Gojek in 2017.

Andre, Hans, and Ryu will develop payment lines next year, Gojek’s current financial business is led by Aldi Haryopratomo as CEO of Gopay who has served for three years. Aldi will step down next year, it was not clear about his next venture.

“Under Aldi’s leadership, Gopay has grown rapidly and has become an important part of the way Indonesians transact. Gojek will always be grateful for Aldi’s services and contributions [..] Aldi will continue to be a friend and advisor who is trusted and respected by everyone in the Gojek Group,” Andre added.

Aldi also said, “I am very grateful to be able to be a part of the development of Gopay and with the team that has helped build the company into what it is today. [..] I am confident that the company will continue to provide access to financial services for the people who need it most.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Produsen Bir Ciptakan Game Console All-in-One yang Dilengkapi Proyektor Terintegrasi

Di tengah ramainya peluncuran PlayStation 5 dan Xbox Series X, rupanya ada cukup banyak pihak lain yang ingin mencuri perhatian melalui sejumlah gimmick yang masih berbau console. Kita sudah melihat reinkarnasi modern handheld console pertama Nintendo, dan sekarang giliran produsen bir Anheuser-Busch yang juga tidak ingin kehilangan momentum.

Pemilik merek Budweiser dan Bud Light itu baru saja memperkenalkan sebuah game console yang sangat unik bernama BL6. Berkat kecanggihan 3D printing, wujudnya sengaja dibuat menyerupai kemasan six-pack bir, dengan warna biru khas merek Bud Light.

Istimewanya, console ini dapat beroperasi secara mandiri dan tidak perlu disambungkan ke TV, sebab di dalamnya sudah tertanam proyektor DLP besutan Asus yang mampu memproyeksikan gambar dalam resolusi 720p dan tingkat kecerahan maksimum 500 lumen. Kendati demikian, rupanya masih ada satu port HDMI di bagian dasarnya.

Tapi mungkin yang paling membuat geleng-geleng kepala adalah fakta bahwa BL6 juga dapat berfungsi sebagai kotak pendingin untuk dua kaleng bir. Cukup angkat penutup bergambar kepingan saljunya, lalu masukkan kaleng bir ke dalamnya dan tekan tombol pendingin yang ada pada bagian dasar console. Di sebelahnya, terdapat dua penutup lain yang menjadi rumah untuk sepasang controller wireless.

Lalu apakah BL6 benar-benar bisa dipakai untuk bermain game? Klaimnya sih begitu, sebab di dalamnya sudah ter-install enam buah game yang berbeda, yang tentu saja semuanya dirancang untuk dinikmati bersama setidaknya seorang teman: Tekken 7, Soulcalibur VI, R.B.I. Baseball 20, Broforce, serta dua judul yang disebut eksklusif, yaitu Flashlight Freeze Tag dan Six Puck.

Melengkapi semua itu adalah modul baterai rechargeable yang diyakini mampu bertahan selama sekitar dua jam pemakaian. BL6 jelas bukan untuk semua orang, dan seandainya Anda belum bisa menebak, perangkat ini tidak lebih dari sebatas aksi publisitas dari sang produsen bir.

Peluang untuk bisa mendapatkannya pun bisa dibilang nol besar, sebab saat ini BL6 sedang dilelang, dan entah bagaimana ceritanya, penawaran tertinggi saat ini ada di angka $1.000.000.000.000.000.000 (satu kuintiliun dolar) dari seseorang yang memakai nama Goku Black. Sebelumnya, penawaran tertinggi berada di $35 juta.

Sumber: The Verge.

Style Crush Offers to Revolutionize Shopping for Clothes

Imagine how easy it would be to shop for clothes if there was a machine that could recommend something used by idols. It is no longer just wishful thinking because of the emergence of Style Crush in Indonesia.

Style Crush is a fashion technology platform that relies on artificial intelligence (AI). Is a product owned by Odd Concepts, an AI company from South Korea. This platform allows its users to do a number of things that make it easier for them to find their favorite clothes in no time.

Style Crush’s most prominent ability is in finding places that sell any clothing. Simply pasting the image link to the front page, Style Crush can find a series of recommendations for clothes that are really similar or just resemble. This can happen thanks to their AI technology called PXL which can identify all the details of an outfit. Apart from using a link, users can also ask the machine to recognize a garment by uploading a photo.

“We are a fashion AI discovery platform. We help users create albums in categories or similar. The difference with Pinterest, there are all industries, if we are just fashion,” said Country Director Odd Concepts Melina Tio.

As Melina said, this platform does allow its users to create albums that contain their fashion preferences. The clothes here are not just clothes. Machines can recognize all fashion objects that can be attached to the human body starting from clothes, pants, hats, shoes, belts, everything can be searched.

Melina claims the search accuracy on their engine reaches 99%. However, search results also depend on the availability of clothing that you are looking for in related e-commerce. The Style Crush work system is linked to many e-commerce sites as the end result of the search. You could say Style Crush resembles an effective online shopping assistant in finding clothing options.

Closely related with e-commerce

The way Style Crush works is closely related to e-commerce. That’s why establishing a lot of e-commerce to enrich their image search results. Melina said that currently at least she has partnered with dozens of e-commerce and technology companies in the fashion sector. Blibli, Tokopedia, Bukalapak, and Lazada. That number will grow more and more over time.

Chief Strategy Officer of Odd Concepts Brian Sungwoo Bae explained, the presence of Style Crush in Indonesia is in accordance with the needs of e-commerce today. Brian admits that during this pandemic, people’s spending on clothes has decreased. However, due to the pandemic, people are also putting more effort into finding clothes that they really want.

“They are smarter at shopping, more likely to be picky. That means they know better what style and design they want to buy. As well as choosing the right price. This is the right time for fashion e-commerce and retailers to find what they need and adopt. AI,” Brian explained.

Focus on the young generation

Odd Concepts is targeting Style Crush to be used by Generation Z and Millennials. Brian said that his party is trying to get around 50 million people from both age groups to be able to use their products.

Apart from e-commerce, Odd Concepts relies on the partnerships they build with the media. Media is the choice because they also have Style Crush Ad products. This product is a kind of classified ad recommendation that usually appears on the face of online articles. What is unique about the Style Crush Ad is that the clothing recommendations they display in the classifieds are exactly the same as the images in the article. So if the photo in the article shows someone dressed in women’s clothes, the Style Crush Ad machine will display similar outfit recommendations.

Style Crush itself has just officially launched yesterday (20/11). Odd Concepts is focused on engaging more e-commerce and media in the near future so that they can reach more users.

“We want to be prepared. Again, e-commerce in Indonesia is preparing for 2021,” concluded Brian.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Babak Grup Point Blank Indonesia Qualifier, Bracket MPL Invitational Diumumkan

Bulan November kini sudah memasuki pekan ke-3. Kali ini kita melihat beberapa berita esports menarik di kancah lokal seperti pengumuman bracket MPL Invitational dan hasil dari babak grup Point Blank Indonesia Qualifier. Maka dari itu, berikut rekap berita esports bulan November pekan ke-3 (16-20 November 2020).

Street Fighter League Japan Memasuki Pekan ke-8

Dinamika pertandingan kembali terjadi di pekan ke-8 dari Street Fighter League. Pertandingan pekan ke-8 yang berlangsung 13 November 2020 kemarin menghadirkan pertemuan antara Mago Scarlet dengan Momochi Splash, Fuudo Gaia dengan Umehara Gold, dan Nemo Aurora dengan Tokido Flame. Pertandingan antara Fuudo Gaia dengan Umehara Gold menjadi yang paling sengit. Kedua tim sama-sama tidak mau kalah sehingga menciptakan skor seri di akhir pertandingan. Sementara pada Mago Scarlet pekan ini harus rela terima kekahan 1-3 terhadap Momochi Splash. Lalu Nemo Aurora juga mengalami nasip serupa, harus terima kekalahan 0-4 terhadap Tokido Flame.

PSS Sleman Jadi Juara Indonesia Football e-League

Partai puncak Indonesia Football e-League (IFeL) telah usai dilaksanakan tanggal 15 November 2020 lalu. Setelah melalui perjuangan yang panjang, PSS Sleman yang diwakili oleh Rizky Faidan akhirnya berhasil keluar menjadi juara. Rizky Faidan sendiri harus melalui pertarungan yang sengit melawan Arena FC yang diwakili oleh Ferry Gumilang. Ferry terbilang tidak gentar walaupun ia menghadapi sosok Rizky yang notabene sudah punya pengalaman bertanding sampai ke tingkat Internasional. Ferry sempat menang satu game, walau akhirnya ia harus rela kalah 1-2 dari seri pertandingan best-of 3.

Xiaomi dan Twitch Kerja Sama Untuk Turnamen PUBG Mobile di Amerika Latin

Sumber: Esports Observer
Sumber: Esports Observer

Free Fire terbilang menjadi salah satu game yang membuat gaung Amerika Latin sebagai pasar esports yang besar terdengar semakin lantang. Walaupun begitu hal tersebut tidak membuat PUBG Mobile gentar untuk membangun ekosistem mereka sendiri di Amerika Latin. Untuk memulai inisiatif tersebut, Tencent Games pun berkolaborasi dengan Xiaomi dan Twitch untuk menyelenggarakan sebuah turnamen.

Bernama Copa America PocoX3, Esports Observer mengatakan bahwa mempromosikan perilisan Poco X4 menjadi salah satu fokus dari turnamen tersebut. Copa America Poco X3 akan menyertakan 25 tim dengan satu sosok influencer, pro player, pemain tamu, dan pemain dari penonton. Turnamen memperebutkan total hadiah mencapai US$7 ribu (sekitar Rp99 juta) dan juga Poco X3 serta Mi Band 5 sebagai hadiah.

EMERGE Esports Hadir Untuk Membibit Talenta Esports Singapura

Sumber: Esports Insider
Sumber: Esports Insider

17 November 2020 lalu, sebuah perusahaan agensi talenta esports bernama EMERGE Esports resmi diluncurkan di Singapura. Lewat peluncurannya, EMERGE Esports ingin membuat passion terhadap gaming bisa menjadi karir yang mungkin dicapai bagi anak-anak muda terutama di Singapura. Saat ini EMERGE Esports sendiri sudah memiliki beberapa sosok yang ada di naungan mereka, pemain Dota 2 Profesional Dominik “Black” Reitmeier salah satunya. Selain itu, EMERGE Esports juga sudah memiliki beberapa sponsor dan brand yang bekerja sama dengan mereka. Beberapa brand dan sponsor tersebut adalah Red Bull, Steelseries, Royale Ergonomics, Embily, StashAway, Reubiks Academy, dan Partea.

Point Blank Indonesia Qualifier Grup C dan D

Sumber: Zepetto Official
Sumber: Zepetto Official

Pekan lalu juga menjadi pertempuran para Troopers untuk turnamen Point Blank Indonesia Qualifiers. Pertandingan pekan lalu adalah pertandingan untuk grup C dan D. Pertandingan di kedua grup terbilang tidak sebegitu ketat, mengingat ada dua poros kuat di masing-masing grup. Grup C didominasi oleh M18 BARBAR GnR dengan perolehan 3 kemenangan beruntun. Grup D pun demikian, ada Royal Esports Raftel yang juga mendominasi dengan perolehan 3 kemenangan beruntun. Berkat dominasinya, maka kedua tim tersebut bergabung dengan 6 tim lainnya untuk bertanding di turnamen PBIQ 2020.

Epic Games Umumkan Fortnite Venom Cup

Sumber: Epic Games Official
Sumber: Epic Games Official

Setelah cukup sukses dengan gelaran Fortnite Daredevil Cup, kini Epic Games melanjutkan seri kompetisi lewat sajian Fortnite Venom Cup. Mirip seperti sebelumnya, turnamen tersebut menghadirkan skin Venom (sosok anti-hero di komik Marvel) sebagai salah satu hadiah. Sebagai puncak dari kompetisi tersebut, Epic Games menyiapkan sebuah kompetisi bertajuk Fortnite Super Cup yang memilik total hadiah sebesar US$ 1 juta. Fortnite Venom Cup diselenggarakan 18 November 2020 kemarin, sementara Fortnite Super Cup akan diselenggarakan Sabtu ini tanggal 21 November 2020.

AMD Luncurkan Ryzen 5000 Series dan Radeon RX 6000 Series di Indonesia

Sumber: AMD Indonesia Official
Sumber: AMD Indonesia Official

Cukup lama dinanti, AMD akhirnya luncurkan Ryzen 5000 Series dan Radeon RX 6000 Serius untuk pasar lokal. Prosesor dan kartu grafis tersebut ditunggu-tunggu karena digadang-gadang memiliki price-to performance yang lebih efisien, bahkan dengan tingkat performa yang lebih tinggi dibanding kompetitor. AMD Ryzen 5000 series sendiri sudah tersedia di beberapa retailer lokal dan dijual mulai dari harga Rp4.999.000,- untuk Ryzen 5 5600X. Sementara itu Radeon RX 6000 Series sendiri masih belum bisa dipastikan kapan akan hadir di retailer lokal. Walau demikian kartu grafis AMD tersebut sudah tersedia di retailer global dan dijual dengan harga mulai dari US$579 (sekitar Rp8,2 juta) untuk Radeon RX 6800.

Moonton Ungkap Bracket MPL Invitational

MPL Invitational telah melaksanakan Live Draft pada tanggal 19 Agustus 2020 lalu. Maka dari itu, kini terungkap sudah pembagian bracket untuk pertandingan MPL Invitational. Satu yang patut disoroti mungkin adalah terkumpulnya tim-tim papan atas MPL Indonesia ke dalam satu bagian Bracket. Bracket tersebut adalah Bracket A, yang berisikan EVOS Legends, Alter Ego, Omega Esports, dan Genflix Aerowolf. Perjuangan empat tim tersebut jadi semakin berat lagi karena sudah ada RRQ Hoshi selaku juara MPL ID Season 6 yang menunggu di babak selanjutnya. MPLI akan mulai bertanding pada tanggal 27 November 2020 mendatang.

BLAST Premier Kerja Sama dengan Saluran Televisi Nasional Inggris Raya, BBC

London, UK - July 31, 2018: The buttons of the BBC app iPlayer, surrounded by BBC News, BBC Sport, News and other apps on the screen of an iPhone.
Sumber: Ofcom

Televisi dan esports terbilang memiliki hubungan yang baik terutama selama masa pandemi ini. Salah satu bukti atas hal tersebut terlihat dari kerja sama antara BBC dengan BLAST. Dalam kerja sama ini, BBC akan menayangkan tiga pertadningan final CS:GO BLAST Premier musim 2020 pada program BBC iPlayer. BBC sudah pernah beberapa kali menayangkan esports karena pandemi banyak menunda jadwal pertandingan olahraga. Turnamen League of Legends NLC jadi salah satu contoh pertandingan esports yang pernah ditayangkan BBC sebelumnya.

EXCEL ESPORTS Ungkap Sosok Dele Alli Sebagai Ambassador

https://twitter.com/EXCEL/status/1329440090796527621?ref_src=twsrc%5Egoogle%7Ctwcamp%5Eserp%7Ctwgr%5Etweet

Organisasi esports asal Inggris EXCEL ESPORTS mengumumkan sosok Dele Alli sebagai brand ambassador tim mereka. Dikutip dari Esports Insider, EXCEL ESPORTS mengatakan bahwa tujuan kerja sama mereka dengan  pesepakbola Tottenham Hotspur tersebut adalah untuk menjembatani antara fans olahraga, gaming, dan esports. Dalam kerja sama ini Dele Alli terikat kontrak selama 12 bulan bersama EXCEL ESPORTS. Berbarengan dengan hal tersebut, EXCEL ESPORTS juga melakukan rebranding dan mengumumkan jargon Power of Better sebagai saran untuk menyelaraskan terhadap kolaborasi tersebut.

Antara Cinta dan Benci Para Fans Esports

Industri esports tengah berkembang pesat beberapa tahun belakangan. Ke depan, esports juga diperkirakan masih akan tumbuh. Salah satu alasan mengapa esports diduga akan menjadi industri besar — dengan nilai hampir US$1 miliar — adalah karena competitive gaming dipercaya akan menjadi bentuk hiburan baru di masa depan. Sama seperti bagian dari dunia hiburan lain, fans juga punya peran penting di dunia esports.

Bagi organisasi esports, sekadar memenangkan turnamen tak lagi cukup. Mereka juga harus mampu memenangkan hati fans dan mempertahankan agar fans tetap loyal dengan mereka. Jadi, jangan heran jika ada organisasi esports yang punya divisi khusus hiburan, seperti EVOS Esports dan FaZe Clan.

 

Apa yang Membuat Seseorang Menjadi Fan Organisasi Esports?

Esports kini memang sering disandingkan dengan olahraga tradisional, seperti sepak bola. Namun, alasan seseorang memilih tim esports favorit biasanya berbeda dengan alasan mereka mendukung tim sepak bola kesayangan mereka. Fans sepak bola biasanya akan memilih tim lokal untuk didukung.

Saat saya tinggal di Jakarta, The Jakmania-lah yang sering saya lihat berarak ke Gelora Bung Karno ketika Persija akan bertanding. Sementara ketika saya masih tinggal di Yogyakarta, saya kerap melihat Slemania. Memang, PSS Sleman bukanlah tim papan atas di Liga Indonesia, tapi hal itu tidak menghentikan warga Sleman dan sekitarnya untuk mendukung tim tersebut.

Ekosistem esports berbeda dengan dunia olahraga tradisional, seperti sepak bola. Di esports, hampir semua tim profesional bermarkas dari Jakarta. Namun, hal ini tidak menghentikan orang-orang di luar Jakarta atau bahkan di luar Pulau Jawa untuk menjadi fans dari RRQ atau EVOS Esports.

Fans RRQ berasal dari berbagai kota. | Sumber: Indosport
Fans RRQ berasal dari berbagai kota. | Sumber: Indosport

Namun, berdasarkan penelitian pada fans sepak bola yang dilakukan oleh John Williams, Associate Professor of Sociology di University of Leicester, diketahui bahwa para fans sepak bola sekarang tidak selalu mendukung tim lokal. Alasannya, keberadaan televisi dan internet memudahkan orang-orang untuk melihat dan mencari tahu tentang tim sepak bola manapun. Williams mengatakan, sekarang, masyarakat punya kecenderungan untuk memilih klub sepak bola yang kuat.

Di esports, ketangguhan tim jelas jadi salah satu faktor yang diperhitungkan sebelum seseorang memutuskan untuk mendukung tim itu. Tim yang sering menang biasanya akan punya fans yang lebih banyak. Selain kekuatan tim, hal lain yang mendorong seseorang untuk menjadi fan dari tim esports adalah identitas atau image yang ditampilkan oleh tim itu.

Alex Aune, fan Cloud9 yang juga menjadi moderator dari subreddit Cloud9, mengatakan bahwa dia menyukai organisasi esports tersebut karena kerendahan sikap mereka. Alasan lainnya adalah karena dia juga menyukai bagaimana Jack Etienne, pemilik Cloud 9, memperlakukan para atlet esports di bawah naungannya.

Tim League of Legends Cloud9 pada 2018. | Sumber: The Esports Observer
Tim League of Legends Cloud9 pada 2018. | Sumber: The Esports Observer

Sementara itu, menurut pemilik OpTic Gaming, Hector “H3CZ” Rodriguez, cara paling efektif untuk mendapatkan fans adalah dengan membuat audiens merasa dekat dengan roster dan bahkan staf organisasi esports. Untuk itu, dia mengunggah video setiap hari, sehingga para penonton mengetahui kehidupannya, mulai dari anak dan istrinya hingga binatang peliharaannya. Menurutnya, hal ini akan membuat para penonton merasa familier dengannya dan akhirnya, bersedia untuk mendukung dia dan timnya.

Selain itu, Rodriguez menyebutkan, organisasi esports juga bisa mendapatkan fans dengan merekrut sosok ternama dan membuat konten tentang sosok tersebut, mulai dari wawancara sampai kegiatan live streaming. Setelah sebuah tim sukses membangun fanbase, mereka lalu akan bisa fokus untuk memperkuat roster mereka.

Memang, dalam penelitiannya, Williams menemukan bahwa seseorang punya kecenderungan untuk mendukung tim yang menaungi idolanya. Misalnya, seseorang bisa setia dengan FC Barcelona karena dia menyukai Lionel Messi. Di dunia esports, seseorang bisa saja menjadi fan dari RRQ karena mengagumi Muhammad “Lemon” Ikhsan. Apalagi, di esports, seseorang fan bisa dengan mudah berkomunikasi dengan idolanya melalui media sosial.

Sayangnya, kemudahan berkomunikasi yang ditawarkan oleh media sosial dan internet ini layaknya pedang bermata dua bagi organisasi esports. Di satu sisi, tim esports profesional bisa membangun fanbase dengan lebih mudah. Di sisi lain, para fans juga bisa menggunakan media sosial untuk mencecar tim yang kalah.

 

Karakteristik Fans Esports di Indonesia

Di Indonesia, RRQ merupakan salah satu organisasi esports yang mengutamakan kemenangan. Sesuai dengan namanya, RRQ ingin menjadi “raja” di dunia esports Indonesia. Strategi ini berhasil membuat RRQ mendapatkan banyak fans. Tak hanya itu, CEO RRQ, Andraline Pauline alias AP mengatakan, fans RRQ di Indonesia cukup setia. Namun, ada harga yang harus RRQ bayar. Mereka harus bisa memenuhi ekspektasi para fans mereka.

“Risiko tim besar dengan fanbase yang juga besar ya itu, pressure-nya tinggi,” ujar AP melalui pesan singkat. “Jika kita tidak bagus, mereka juga tidak segan-segan untuk kritik. Tapi semua fans pasti ingin tim favoritnya menang.”

CEO BOOM Esports, Gary Ongko mengatakan hal yang sama: fans esports di Indonesia cukup setia. “Fans Mobile Legends pasti fans mati RRQ, fans Dota 2, juga pasti fans mati BOOM,” ujarnya pada Hybrid.co.id. “Aura di Free Fire, mau menang atau kalah, fansnya juga banyak.

Lebih lanjut, Gary mengungkap, “Ada juga fans yang loyal ke player, seperti olahraga tradisional. Paling gampang kelihatan, ya seperti InYourDream, kan fans-nya banyak. Atau fans Khezcute. Di mana Khezcute bermain, pasti organisasinya didukung. Misalnya, kalau besok Khezcute pindah ke EVOS, ya mereka ikut pindah.”

Alfi Syahrin Nelphyana alias Khezcute. | Sumber: Liquipedia
Alfi Syahrin Nelphyana alias Khezcute. | Sumber: Liquipedia

Namun, Gary tidak memungkiri, juga ada fans “karbitan” di esports, yaitu orang-orang yang hanya mendukung sebuah tim ketika tim tersebut sedang di atas angin. “Sama seperti di olahraga tradisional, ketika Anda menang, orang-orang akan mendukung atau pura-pura mendukung tim Anda,” kata Gary sambil tertawa.

Meskipun setia, fans esports Indonesia cukup menuntut, aku Gary. Jika sebuah tim kalah, tidak jarang para fans mendadak merasa lebih tahu apa yang harus dilakukan. Namun, Gary merasa, hal itu bukanlah hal yang aneh, mengingat hal serupa juga terjadi di dunia olahraga tradisional. “Ketika tim kalah, pada sok jadi manager. Padahal, ya semua give their best. Dan di kompetisi profesional, semua memang jago. Perbedaan antara menang dan kalah sangat tipis,” ujarnya.

Tak berhenti sampai di situ, jika tim unggulannya kalah, para fans juga bisa berbalik menyerang mereka. Gary bercerita, BOOM cukup sering mendapatkan ancaman, terutama ketika sedang kalah.

Gary menjelaskan, para pemain diminta untuk mengacuhkan makian dari para netizen. Selain itu, para pemain BOOM juga akan diingatkan akan “siapa yang penting dan filter outside noises,” ujar Gary. “Kalau sukses, haters banyak itu normal. Kalau lo nggak ada haters, lo nggak sukses.”

Dia menambahkan, biasanya, BOOM juga akan mengingatkan para pemainnya bahwa mereka bangga dengan pencapaian mereka. “Kita yang manajemen, keluarga lo, teman-teman lo, 100% pasti bangga sama lo. Jadi nggak usah dengarkan para hater.” Pada akhirnya, dia mengungkap, para pemain akan diingatkan, “Netizen is just netizen.”

Gary mengaku, dia tidak terlalu memedulikan ancaman itu. Memang, sayangnya, ancaman atau makian pada tim yang kalah adalah hal yang lumrah di dunia esports atau di dunia olahraga.

 

Contoh Kasus: T1

T1, organisasi esports asal Korea Selatan, belum lama ini mengalami masalah berupa harassment dari para fans. Pasalnya, mereka gagal masuk ke League of Legends World Championship. Padahal, T1 mereka baru menjuarai League of Legends Champions Korea (LCK) Spring 2020. Tak hanya itu, mereka juga memiliki Lee “Faker” Sang-hyeok, yang dianggap sebagai salah satu pemain League of Legends terbaik sepanjang masa. T1 juga menjadi organisasi esports dengan trofi Worlds terbanyak setelah memenangkan Worlds tiga kali.

Tim League of Legends dari T1. | Sumber: InvenGlobal
Tim League of Legends dari T1. | Sumber: InvenGlobal

Namun, sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya akan jatuh juga. T1 kalah dari Afreeca Freecs di LCK Summer Playoff pada awal September 2020. Hal itu berarti, mereka harus memenangkan Regional Qualifiers untuk bisa mendapatkan tiket ke Worlds 2020. Sayangnya, mereka harus bertekuk lutut di hadapan Gen.G. Dengan begitu, T1 tak bisa ikut serta Worlds 2020.

Menurut laporan Dexerto, para fans sudah mulai meradang pada Agustus 2020 karena T1 tidak memainkan Faker. Kekalahan T1 di Regional Qualifiers membuat fans semakin marah. Sebagian fans melampiaskan kemarahan mereka dengan mengirimkan ancaman pada pemain, staf, dan bahkan pemain T1. Pihak T1 lalu membahas tentang masalah ini di Twitter.

“T1 tidak bisa membiarkan segala bentuk harassment pada pemain, pelatih, staf, dan fans. Kami menghargai keberadaan fandom di komunitas kami dan menyadari bahwa kritik adalah hal yang wajar di dunia gaming profesional,” ujar CEO T1, Joe Marsh di Twitter. “Namun, kejadian belum lama ini sudah masuk ke ranah ujaran kebencian dan merupakan ancaman bagi kesehatan dan keselamatan anggota tim kami.”

Lebih lanjut, Marsh mengungkap, jika para fans terus menyerang tim dan staf T1, mereka akan membawa masalah ini ke ranah hukum. “Kesehatan dan keselamatan para pemain kami tetap menjadi prioritas utama kami,” kata Marsh. “Tidak ada ruang untuk kebencian di esports.”

 

Kenapa Fans Bisa Sangat Setia Pada Tim Favorit Mereka?

Sadar atau tidak, jati diri kita biasanya terikat dengan beberapa faktor eksternal, seperti kewarganegaraan, etnis, dan juga gender. Menariknya, menurut berbagai riset, ketika seseorang mengaku sebagai fan dari sebuah tim olahraga, maka status itu juga akan menjadi bagian dari jati dirinya. Daniel Wann, Professor of Psychology, Murray State University menjelaskan, fans sebuah tim olahraga biasanya merasa bahwa mereka punya keterikatan psikologis dengan tim kesayangan mereka. Tak hanya itu, mereka percaya, performa tim merupakan cerminan dari diri mereka.

“Jati diri seseorang terikat dengan statusnya sebagai fan dari tim X,” ujar Edward Hirt, Associate Professor of Psychological and Brain Sciences, Indiana University- Bloomington, seperti dikutip dary Psychological Science. “Dan mereka akan merasakan dampak positif dan negatif, tergantung pada bagaimana performa tim favorit mereka.” Karena itu, tidak heran jika orang-orang punya kecenderungan untuk mendukung tim yang kuat.

Hanya saja, sekuat apapun sebuah tim, pada akhirnya mereka akan kalah juga. Baik di dunia olahraga maupun di dunia esports, saya pernah melihat tim yang dielu-elukan akan juara justru tumbang di babak final atau semifinal. Pertanyaannya, kenapa para fans bisa tetap setia walau timnya kalah?

Berdasarkan riset yang Wann lakukan pada fans olahraga, salah satu alasan mengapa seseorang menjadi fan dari sebuah tim adalah karena mereka ingin mendapatkan terafiliasi dengan tim tersebut. Ketika seseorang mendukung tim olahraga lokal, mereka akan bisa dengan mudah bertemu dan bersosialisasi dengan orang lain yang juga fans dari tim tersebut. Dan hal ini memberikan dampak positif pada kesehatan psikologis seseorang.

Para fans sepak bola di Indonesia. | Sumber: Kompas
Para fans sepak bola di Indonesia. | Sumber: Kompas

Wann juga melakukan berbagai studi untuk mengetahui korelasi antara kebanggaan seseorang sebagai fan dengan kesehatan mental mereka. Dia menemukan, semakin bangga seseorang sebagai fan dari tim tertentu, semakin kecil kemungkinan dia akan merasa kesepian.

Tak hanya itu, ketika seseorang merasa bangga sebagai fan, hal ini juga memengaruhi kepercayaan dirinya. Ada penjelasan di balik fenomena ini. Berdasarkan studi yang dirilis di Journal of Personality and Social Psychology pada awal tahun 1990-an, diketahui bahwa jika jati diri seseorang terikat erat dengan statusnya sebagai fan, maka dia akan melihat kesuksesan tim favoritnya layaknya kesuksesan pribadi.

Sementara itu, Robert J. Fisher, Professor of Marketing, University of Western Ontario menjelaskan, jati diri memiliki kaitan erat dengan persepsi kita akan diri sendiri. Mengingat status sebagai fan juga berpengaruh pada jati diri seseorang, maka itu berarti, kebanggaan sebagai fan akan memengaruhi bagaimana seseorang memandang diri mereka sendiri. Tak berhenti sampai di situ, mendukung sebuah tim olahraga juga bisa menjadi cara bagi seseorang untuk menunjukkan jati diri mereka pada orang lain.

“Kita selalu berusaha untuk mencari orang atau organisasi yang menunjukkan jati diri kita pada orang lain,” kata Fisher. “kita ingin agar kita terlihat sebagai orang yang bisa membuat pilihan cerdas dan bangga akan keputusan itu.”

Jadi, jangan heran jika Anda melihat fans sepak bola membanggakan pencapaian timnya ketika mereka baru menang. Pasalnya, hal ini dapat meningkatkan rasa bangga dari para fans. Lalu, bagaimana ketika tim kesayangan mereka kalah?

Menariknya, fans tim olahraga juga punya cara tersendiri untuk tetap setia ketika performa timnya memburuk. Salah satu hal yang biasa terjadi adalah fans menyalahkan pihak ketiga, seperti wasit. Hal lain yang biasa terjadi adalah fans akan membanggakan prestasi lama dari tim kesayangan mereka. Namun, juga ada fans yang beralih mendukung tim lain ketika tim favorit mereka kalah.

 

Kesimpulan

Anda pasti pernah dengar ungkapan ini: cinta dan benci itu beda tipis. Memang, secara ilmiah, baik cinta dan benci memicu bagian yang sama pada otak manusia, yaitu insula dan pitamen. Dan hal inilah yang menjadi alasan mengapa rasa cinta seseorang bisa berubah menjadi benci atau sebaliknya.

Kecintaan seseorang sebagai fan tentu berbeda dengan cinta romantis. Namun, tidak bisa dipungkiri, rasa cinta fans pada tim kesayangannya juga merupakan perasaan yang kuat. Dan, sama seperti cinta romantis yang bisa berubah menjadi kebencian, begitu juga dengan rasa cinta fans pada tim kesayangannya.

Sumber: theScore esportsPsychological Science

ASUS Umumkan Chromebox 4 dengan Prosesor Intel Generasi Ke-10

ASUS telah mengumumkan Chromebox 4 terbarunya, PC mini yang menjalankan Chrome OS ini telah ditenagai oleh prosesor Intel generasi ke-10. Sehingga dapat menyuguhkan performa yang lebih cepat, smooth, dan lebih hemat daya.

Total tersedia empat varian, mulai dari konfigurasi prosesor Intel Celeron 5205U, Intel Core i3-10110U, Intel Core i5-10210U, dan hingga Intel Core i7-10510U. Dengan opsi RAM 4GB atau 8GB (DDR4 SO-DIMM) dan penyimpanan hingga 256GB M.2 SATA SSD.

Chromebox 4 hadir dalam balutan warna hitam, dengan logo ASUS di tengah dan logo Chrome di pojok kiri atas. Dimensi bodinya mungil, 148.5×148.5×40 mm dan bobotnya 1 kg. Untuk konektivitas nirkabelnya Chromebox 4 sudah dibekali WiFi 6 dual-band 802.11ax dan Bluetooth 5.0.

Ada banyak port yang menyertainya, pada bagian depan meliputi dua USB 3.1 Gen2 (support BC1.2), combo audio jack, dan microSD card.  Sedangkan di bagian belakang terdapat tiga USB 3.1 Gen2, USB 3.1 Gen1 type-C yang mendukung power delivery dan DisplayPort yang dapat menangani hingga tiga layar 4K sekaligus, dua HDMI, port LAN (RJ45), DC-in, dan Kensington Lock.

Menjalankan Chrome OS terbaru, Anda akan mendapatkan update software dan keamanan secara otomatis berkala.  Chromebox 4 juga bisa mengakses aplikasi Android di Google Play. Harga ASUS Chromebox 4 dijual mulai dari US$289 atau sekitar Rp4,1 jutaan.

Sumber: The Verge

Adroit Tutup Karena Pandemi, WePlay Adakan Turnamen Mortal Kombat

Dalam satu minggu terakhir, muncul beberapa berita menarik di dunia esports. Salah satunya adalah tutupnya organisasi esports asal Filipina, Adroit Esports. Selain itu, Moonton juga mengadakan turnamen Mobile Legends di kawasan Timur Tengah.

Turnamen Mobile Legends, The Gulf Cup, Diselenggarakan

Moonton akan mengadakan turnamen Mobile Legends: Bang Bang baru. Turnamen yang dinamai The Gulf Cup 2020 ini akan mengadu tim-tim dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Qatar, Oman, dan Bahrain. Dengan total hadiah US$15 ribu (sekitar Rp213 juta) dan 132 ribu diamonds, The Gulf Cup akan dimulai pada 27 November 2020 sampai 25 Desember 2020, lapor VP Esports.

Berikut pendistribusian total hadiah yang ditawarkan dalam The Gulf Cup 2020:

Juara pertama: US$8 ribu (sekitar Rp113,7 juta) dan 48 ribu diamonds
Juara kedua: US$5 ribu (sekitar Rp71 juta) dan 30 ribu diamonds
Juara ketiga: US$1 ribu (sekitar Rp14,2 juta) dan 18 ribu diamonds
Juara keempat: US$1 ribu (sekitar Rp14,2 juta) dan 12 ribu diamonds
Juara kelima sampai kedelapan: 6 ribu diamonds.

Adroid Esports Bubar karena Pandemi

Organisasi esports asal Filipina, Adroit Esports, baru saja mengumumkan bahwa mereka akan berhenti beroperasi. Dengan ini, semua pemain profesional dan staf Adroit akan diberhentikan, menurut pengumuman yang dibuat di Facebook pada 14 November 2020 lalu.

Adroit Esporst harus tutup karena pandemi.
Adroit Esporst harus tutup karena pandemi.

Menurut laporan VP Esports, Adroit Esports dibentuk pada Mei 2019. Namun, mereka tidak membutuhkan waktu lama untuk unjuk gigi di Asia Tenggara. Ketika The International 9 telah selesai, Adroit berhasil masuk ke ML Chengdu Major dan ESL One Los Angeles Major. Sayangnya, mereka tidak pernah bertanding di LA Major karena pandemi virus corona.

Adroit menjadi salah satu tim Dota 2 yang bubar akibat pandemi COVID-19. Memang, dalam beberapa bulan belakangan, sejumlah tim Dota 2 mati karena tidak diketahui kapan Dota Pro Circuit akan kembali diadakan. Geek Fam dan Reality Rift dari Asia Tenggara juga harus berhenti beroperasi pada September 2020. Sementara untuk kawasan Amerika Utara, Chaos Esports memutuskan untuk melepaskan semua roster Dota 2 mereka.

Tencent Siapkan Rp429 Miliar untuk Kembangkan Ekosistem Peacekeeper Elite

Tencent mengadakan Peacekeeper Elite Championship (PEC) pada 14-15 November 2020. Turnamen yang menawarkan hadiah sebesar 12 juta yuan (sekitar Rp25,8 miliar) ini dimenangkan oleh Nova X-Quest F. Tim yang juga menjuarai PEC tahun lalu itu dapat membawa pulang hadiah sebesar 5 juta yuan (sekitar Rp10.7 miliiar) setelah memenangkan PEC 2020. Peacekeeper Elite adalah versi Tiongkok dari PUBG Mobile. Dan PEC adalah kompetisi level tertinggi dari game tersebut.

Di PEC, Leo Liao, Marketing Director of Tencent Interactive Entertainment Group dan Presiden dari Peace Elite League Union (PEL) mengungkap bahwa Tencent akan menyiapkan 200 juta yuan (sekitar Rp429 miliar) untuk mengembangkan ekosistem esports Peacekeeper Elite pada 2021. Dia juga menyebutkan, Tencent akan mengadakan kompetisi global dari Peacekeeper Elite — yang dinamai G-League — pada 2021. Turnamen itu akan menawarkan total hadiah sebesar US$2 juta (sekitar Rp28,4 miliar).

Saat X-Quest F menjadi juara dari PEC 2019. | Sumber: ONE Esports
Saat X-Quest F menjadi juara dari PEC 2019. | Sumber: ONE Esports

Pada Juli 2020, PEL bekerja sama dengan Ultimate Fighting Championship (UFC) dari Amerika Serikat. Selain itu, juga diumumkan bahwaw total hadiah untuk musim ketiga dari PEL akan dinaikkan menjadi US$3 juta (sekitar Rp42,6 miliar). Dengan ini, PEL Season 3 akan menjadi kompetisi esports dengan total hadiah terbesar di sejarah esports Tiongkok, lapor Pandaily.

WePlay Adakan Turnamen Mortal Kombat, Dragon Temple

WePlay, penyelenggara turnamen Dota 2, kini mencoba untuk masuk scene esports dari fighting game. Mereka baru saja mengumumkan bahwa mereka akan mengadakan turnamen Mortal Kombat, menurut laporan The Esports Observer. Turnamen yang dinamai WePlay Dragon Temple itu akan diselenggarakan pada 10-13 Desember 2020.

Dragon Temple menawarkan total hadiah sebesar US$60 ribu (sekitar Rp852 juta). Kompetisi itu menjadi turnamen pertama yang diselenggarakan di WePlay Esports Arena Kyiv, Ukraina. Untuk menyelenggarakan turnamen Mortal Kombat ini, WePlay bekerja sama dengan DashFight, yang akan menjadi rekan media mereka.

WePlay akan mengadakan turnamen Mortal Kombat. | Sumber: The Esports Observer
WePlay akan mengadakan turnamen Mortal Kombat. | Sumber: The Esports Observer

Scene esports untuk fighting game memang tidak sebesar game MOBA atau FPS seperti League of Legends dan Counter-Strike: Global Offensive. Selama ini, fighting game biasanya menjadi ajang kompetisi antara pemain profesional dari Amerika Serikat dan Jepang. Namun, belakangan, ekosistem esports dari fighting game mulai muncul di negara-negara lain, seperti Korea Selatan dan Prancis. Sementara di Pakistan, muncul banyak pemain Tekken profesional yang sangat mumpuni.

Mad Catz Luncurkan Lightweight Gaming Mouse Pertamanya, M.O.J.O. M1

Satu demi satu produsen periferal secara bergantian ikut ambil bagian dalam meramaikan tren mouse gaming berbobot ringan. Setelah Steelseries dan Logitech, kini giliran Mad Catz yang memperkenalkan lightweight mouse perdananya: M.O.J.O. M1.

Melihat penampilannya, tersirat jelas DNA Mad Catz yang selama ini selalu diasosiasikan dengan gaya visual yang ekstrem. Seperti kebanyakan produsen lain, Mad Catz juga memanfaatkan desain bolong-bolong guna memangkas bobot mouse secara signifikan. Bedanya, setidaknya desain yang diadopsi Mad Catz tidak membuat geger para pengidap trypophobia.

Dengan bobot 70 gram, M.O.J.O. M1 bukanlah mouse gaming yang paling ringan. Titel tersebut sejauh ini dipegang oleh Cooler Master MM720 yang berbobot cuma 49 gram. Kendati demikian, 70 gram tetap termasuk enteng dan bisa bersaing dengan mouse lain di kategori ini, yang kebanyakan mempunyai bobot di kisaran 60 gram ke atas.

Mad Catz merancang mouse ini untuk pengguna tangan kanan yang terbiasa menggenggam dengan teknik palm grip ataupun claw grip. Supaya tidak menghambat manuver-manuver cepat penggunanya, M.O.J.O. M1 turut dibekali kabel paracord sepanjang 1,8 meter yang amat fleksibel.

M.O.J.O. M1 juga merupakan mouse pertama yang menggunakan switch Dakota besutan Mad Catz sendiri. Secara teknis, switch ini masih masuk kategori switch mekanis, akan tetapi Mad Catz turut membekalinya dengan teknologi pendeteksi sinyal yang cukup advanced guna mengeliminasi efek bouncing maupun debouncing yang umum menjangkiti switch mekanis dan kerap berakibat pada penurunan responsivitas.

Hasilnya adalah switch yang, kalau menurut Mad Catz sendiri, 60% lebih responsif ketimbang switch mekanis tradisional. Terkait ketahanannya, Mad Catz bilang switch Dakota ini bisa tetap beroperasi secara normal hingga 60 juta kali klik. Responsivitas itu semakin dimatangkan berkat penggunaan sensor PixArt PMW3360 yang mempunyai sensitivitas maksimum 12.000 DPI dan kecepatan tracking 250 IPS.

Tentu saja semuanya tidak akan lengkap tanpa pencahayaan RGB, dan Mad Catz pastinya tidak lupa soal itu. Mad Catz M.O.J.O. M1 rencananya bakal mulai dipasarkan pada akhir November 2020 ini, tapi sayang banderol harga resminya masih belum diketahui.

Sumber: PC Gamer dan Mad Catz.

Zepp Z Adalah Smartwatch Premium Sepupu Amazfit

Di tengah pasar smartwatch yang terbilang stagnan (kecuali di kubu Apple), nama Amazfit justru mencuat berkat konsistensinya meluncurkan produk-produk baru. Namun Amazfit rupanya bukan satu-satunya brand smartwatch yang dimiliki oleh Huami. Pada tahun 2018, Huami juga sempat mengakuisisi produsen sensor wearable bernama Zepp, yang di tahun 2020 ini memutuskan untuk ikut terjun ke ranah smartwatch.

Usai memperkenalkan smartwatch pertamanya pada bulan Agustus lalu, Zepp kini kembali dengan smartwatch baru lagi yang tak kalah menarik. Dijuluki Zepp Z, desainnya premiumnya langsung mencuri perhatian, dengan rangka yang terbuat dari bahan titanium yang kokoh tapi tetap ringan (40 gram), plus tahan air hingga kedalaman 50 meter.

Aspek desain ini pada dasarnya merupakan faktor pembeda yang paling utama antara smartwatch besutan Zepp dan Amazfit meski sama-sama berada di bawah satu induk perusahaan. Kalau kita bandingkan antara Zepp Z dan Amazfit GTR 2 yang diluncurkan belum lama ini, cukup jelas terlihat bahwa Zepp Z punya penampilan keseluruhan yang lebih mewah.

Zepp Z

Hal ini wajar mengingat sebelum bermain di pasar smartwatch, Zepp merupakan produsen sensor-sensor wearable untuk para pegolf. Untuk layarnya, Zepp Z mengemas panel AMOLED 1,39 inci yang always-on dengan resolusi 454 x 454 pixel, sama persis seperti layar milik Amazfit GTR 2. Masih soal layar, satu perbedaan kecil pada Zepp Z adalah tingkat kecerahan maksimumnya yang lebih tinggi di angka 550 nit.

Selebihnya, Zepp Z mewarisi banyak fitur unggulan milik Amazfit GTR 2, utamanya sensor BioTracker 2 PPG yang tak hanya bisa memonitor laju jantung saja, tapi juga memantau tingkat stres pengguna sekaligus kadar oksigen dalam darahnya (SpO2). Seperti halnya GTR 2, Zepp Z juga mampu mengalkulasikan skor PAI (Personal Activity Intelligence) agar pengguna bisa dengan mudah mengetahui seberapa banyak aktivitas fisik yang perlu mereka lakukan setiap harinya.

Zepp Z

Komponen esensial lain seperti GPS dan GLONASS juga hadir sebagai standar pada Zepp Z, dan ia pun turut dilengkapi 12 mode tracking olahraga yang sama seperti GTR 2. Lalu mungkin yang paling istimewa adalah klaim bahwa Zepp Z dapat bertahan sampai 15 hari pemakaian normal sebelum baterainya perlu diisi ulang.

Kalau boleh menyimpulkan, anggap saja Zepp Z ini sebagai versi mewah dari Amazfit GTR 2; fitur-fiturnya hampir identik, akan tetapi penampilannya jauh lebih berkelas. Tentu saja harganya juga lebih mahal: $349, alias hampir dua kali lipat harga Amazfit GTR 2 ($179).

Sumber: Wareable.