EdenFarm Dilaporkan Kembali PHK Karyawan

Startup agritech EdenFarm dilaporkan kembali melakukan PHK kepada sejumlah karyawannya. Menurut informasi yang kami peroleh dari salah satu yang terdampak, aksi PHK telah dilakukan sejak Desember 2023 dan hingga kini belum mendapat hak pesangon.

DailySocial.id telah mengontak Founder & CEO EdenFarm David Setyadi Gunawan, termasuk manajemen untuk mengonfirmasi kabar tersebut, tetapi belum ada respons hingga berita ini diturunkan.

Sebelum kabar ini, EdenFarm sempat merumahkan sekitar 300 orang pada September 2023 buntut dari penurunan bisnis intinya. Dalam wawancara dengan DailySocial.id saat itu, David mengungkap bahwa permintaan distribusi sayur di luar Jabodetabek terus mengalami penurunan.

EdenFarm pun memutuskan untuk pivot ke produk bumbu TuangTuang yang diluncurkan ke pasar awal September 2023. Peralihan bisnis ini juga menjadi strategi EdenFarm untuk keluar dari lingkaran fluktuasi harga komoditas dan mencapai profitabilitas. Selain itu, biaya pengembangan dan pemasaran TuangTuang juga dinilai lebih efisien dibandingkan dengan bisnis intinya,

EdenFarm adalah startup rantai pasok untuk bahan pangan segar di segmen B2B yang didirikan pada 2017. Perusahaan terakhir kali memperoleh pendanaan pra-seri B pada akhir 2022, dipimpin oleh Telkomsel Mitra Inovasi (TMI). Beberapa investor partisipan lainnya adalah AC Ventures, AppWorks, Y Combinator, hingga Investible.

Terlepas tingginya minat investor terhadap agritech Indonesia, startup di sektor ini juga mengalami penurunan bisnis, berujung pada PHK atau penutupan perusahaan dalam dua tahun terakhir. Beberapa di antaranya adalah Sayurbox, TaniHub, dan Brambang (tutup).

Application Information Will Show Up Here

TikTok Shop Dinilai Masih Langgar Aturan, Apa Saja Isi Permendag Soal Social Commerce?

Transaksi penggabungan e-commerce Tokopedia dan TikTok telah diumumkan rampung pada akhir Januari 2024. Proses integerasinya telah berjalan sejak akhir 2023, yang mana saat itu CEO GoTo Patrick Walujo menyebut, “E-commerce [TikTok Shop] jadi Tokopedia dan transaksinya akan terjadi di Tokopedia.”

Sementara, uji cobanya akan memakan waktu 3-4 bulan dengan pengawasan dari kementerian dan berbagai lembaga terkait. Kampanye Beli Lokal adalah program uji coba pertama yang digelar pada 12 Desember 2023.

Namun, dalam proses integrasi itu, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki justru menyebut TikTok masih melanggar Permendag Nomor 31 Tahun 2023 karena masih menggabungkan media sosial dan e-commerce dalam satu aplikasi.

“Kami mempermasalahkan TikTok dalam praktiknya karena TikTok Shop masih terintegrasi dengan medsos,” tutur Teten ditemui usai audiensi dengan KPPU, Senin (19/2), seperti diberitakan oleh Tempo.co.

Larangan social commerce

Sebelumnya, DailySocial.id telah mengulas isi pokok regulasi yang merupakan revisi dari Permendag No. 50 Tahun 2020 tersebut. Lalu, poin apa yang dimaksudkan Menkop UKM Teten Masduki terkait pelanggaran tersebut?

Permendag Nomor 31 Tahun 2023 diteken menyusul polemik beroperasinya TikTok Shop di Indonesia. Adapun, TikTok Shop sempat dihentikan layanannya pada Oktober 2023.

Aturan baru tersebut menekankan bahwa media sosial hanya diperbolehkan untuk memfasilitasi promosi barang dan/atau jasa. Yang menjadi masalah, transaksi jual-beli yang difasilitasi layanan TikTok Shop, terjadi dalam satu aplikasi yang mana adalah TikTok.

Dalam Pasal 1, pemerintah telah memberikan definisi jelas pada model platform media sosial dan social commerce, untuk membedakan dengan Penyelenggara Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE) secara umum.

  • Ayat 17 menyatakan bahwa social commerce adalah penyelenggara media sosial yang menyediakan fitur, menu, dan/atau fasilitas tertentu yang memungkinkan pedagang (merchant) dapat memasang penawaran barang dan/atau Jasa.
  • Ayat 18 menyatakan bahwa media Sosial adalah laman atau aplikasi yang memungkinkan pengguna dapat membuat dan berbagi isi atau terlibat dalam jaringan sosial.

Sementara, Pasal 21 memuat bahwa PPMSE dengan model social commerce hanya boleh beroperasi sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 Ayat 17.

  • Ayat 2 menyatakan bahwa PPMSE dengan model bisnis marketplace dan/atau social-commerce dilarang bertindak sebagai produsen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang distribusi Barang.
  • Ayat 3 menyatakan bahwa PPMSE dengan model bisnis social commerce dilarang memfasilitasi transaksi pembayaran pada sistem elektroniknya.

Lewat aturan ini, pemerintah berharap model bisnis media sosial dan e-commerce harus dijalankan dalam platform/aplikasi yang terpisah, tidak terintegrasi sebagaimana yang dilakukan TikTok Shop.

Teten menyebut telah berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan untuk menindaklanjuti pelanggaran TikTok Shop.

Waresix Dilaporkan Pangkas Karyawan di Divisi Produk dan Pengembangan

Startup logistik Waresix dilaporkan telah merumahkan sejumlah karyawannya di divisi data dan teknis. Menurut sumber, seperti dilansir dari TechinAsia, PHK tersebut diumumkan pada 16 Februari 2024, dilakukan untuk merampingkan departemen product and engineering. Tidak diketahui berapa banyak karyawan yang terdampak layoff.

Dalam email yang dikirimkan ke stafnya, Waresix menyatakan bahwa, “Petinggi mempertimbangkan dan membuat keputusan sulit ini dengan sangat berhati-hati.”

Adapun, Waresix akan memenuhi kewajiban sesuai hak dan manfaat bagi karyawan yang terdampak.

Diketahui, Waresix sempat aktif melakukan perekrutan karyawan baru dan memastikan tidak ada PHK massal di tengah ancaman resesi global 2023. Pasalnya, industri logistik dalam negeri saat itu diproyeksi terus tumbuh. Data BPS mencatat logistik sebagai sektor penyumbang pertumbuhan ekonomi nasional tertinggi di kuartal II 2023 dengan 15,28%.

“Kami terus melakukan perekrutan untuk mengisi posisi yang dibutuhkan di masa pertumbuhan bisnis ini,” ungkap Presiden Waresix Eric Dharma dalam keterangan resminya tahun lalu.

Sebagai informasi, Waresix didirikan oleh Andree Susanto dan Edwin Wibowo pada 2017. Perusahaan mengembangkan solusi logistik terintegrasi mulai dari transportasi darat, pergudangan, hingga pengiriman ke seluruh pulau dengan model bisnis berbasis aset ringan alias tidak memiliki aset truk/gudang.

Waresix diketahui terakhir kali menerima pendanaan seri B+ sebesar $50 juta (sekitar Rp780 miliar) dari Tiger Global, Temasek, dan East Ventures. Beberapa investor lain yang juga mendukung Waresix termasuk EMTEK, Jungle Ventures, hingga Softbank.

Dari seluruh putaran, mengutip data yang disetorkan ke regulator diperkirakan Waresix sudah mengumpulkan pendanaan ekuitas senilai $157,2 juta dengan valuasi post-money $420 juta.

Waresix juga menjadi salah satu investor startup rantai pasok agribisnis Gokomodo pada September 2022.

Mengutip informasi di situs resminya, Waresix tercatat telah melayani lebih dari 1.500 klien enterprise, mengelola lebih dari 150 ribu meter persegi, mengangkut muatan 20 juta metrik ton dengan dukungan 50.000 armada truk.

Di Indonesia ada sejumlah startup yang juga bergerak di sektor industri yang sama, di antaranya Logisly, TransTRACK, LODI, Kargo Tech dan beberapa lainnya.

Application Information Will Show Up Here

Karim Siregar: Iringi Jalan Bank Jago, Sembari Bangun Talenta Engineering

“DKatalis punya peran penting karena kami fokus membangun teknologi keuangan yang melayani perbankan dan dapat diintegrasikan ke ekosistem mitra,” Karim Siregar

Mungkin tak banyak diketahui, DKatalis adalah perusahaan teknologi di balik eksistensi aplikasi Jago. Dengan posisinya sebagai mitra strategis, DKatalis memainkan elemen krusial pada bank digital empunya Jerry Ng ini.

Dalam perbincangan DailySocial.id dua tahun lalu dengan Karim siregar yang saat itu menjabat Presiden Direktur Bank Jago, ia merujuk Bank Jago sebagai tech-based bank—mengutamakan pengalaman digital dan memanfaatkan API untuk terhubung dengan ekosistem mitranya.

Namun, sejak Mei 2023, Karim Siregar berpindah tugas ke DKatalis. Ia diminta untuk memimpin misi Bank Jago selanjutnya ke tahap ekspansi. Bagaimana upaya DKatalis membangun talent engineering di sektor keuangan?

Sekilas DKatalis

Tampilan situs DKatalis

“Ide awal Bank Jago adalah bank untuk layanan keuangan digital yang dapat dihubungkan ke dalam ekosistem. Bank berbasis teknologi dan tertanam dalam ekosistem. Saat itu, bank-nya sudah ada (Bank Artos), tetapi teknologinya belum,” ungkap Karim dalam wawancara terbarunya dengan DailySocial.id.

Menurutnya, teknologi di ekosistem digital Indonesia saat itu sudah jauh lebih maju dibandingkan teknologi yang dipunyai sektor perbankan. Hal ini dikarenakan perkembangan ekosistem digital sudah lebih dulu dimulai dibandingkan bank yang cenderung lebih fokus berinvestasi teknologi di internal, seperti risk management.

Alhasil, belum ada perusahaan teknologi yang dinilai dapat merealisasikan visi Bank Jago sebagai tech-based bank. DKatalis pun didirikan sebagai tangan kanan teknologi Bank Jago, berperan untuk membangun seluruh infrastruktur teknologinya agar dapat melayani segmen pengguna dan mitra ekosistem.

“Membangun bank itu tidak mudah, kita harus memahami industrinya karena sangat kompleks dan teregulasi. Tidak bisa sembarangan buat teknologi, diimplementasi, dan dijalankan bank. Ada compliance, risk, semua regulatory requirement bank tidak mudah,“ tambahnya.

Perlu diketahui, Bank Jago tidak memiliki kepemilikan langsung di DKatalis. Status keduanya adalah mitra strategis dalam naungan entitas yang berbeda.

Menyokong ekspansi Bank Jago

Menyinggung dapur pengembangannya, Karim mengungkap ada tiga hal inti yang dibangun DKatalis, yakni product design, engineering, dan data. Teknologi DKatalis dirancang khusus untuk melayani sektor keuangan. Ada empat mitranya saat ini, dua di antaranya adalah Bank Jago dan Amaan.

Sebagai mitra utama, ucap Karim, DKatalis harus siap secara teknologi untuk mendukung perkembangan Bank Jago selanjutnya. Selama memimpin Bank Jago tiga tahun terakhir, ia melihat pertumbuhan perusahaan dan tak lagi berada di fase “building“.

Hingga kuartal III 2023, Bank Jago tercatat punya 9 juta nasabah (termasuk 7,4 juta pengguna aplikasi Jago) dan meraup laba bersih sebesar Rp50 miliar. Jumlah mitra ekosistem Jago berkembang menjadi 38; tiga di antaranya adalah mitra ekosistem utama, yakni GoTo, Bibit, dan Amaan.

“Bank Jago tengah fokus bangun bisnis dan kemitraan dengan berbagai macam ekosistem. Maka itu, kami harus siap, dari fase building ke expanding, karena mitra kami makin banyak. Posisi Jago pun bergeser, jadinya aplikasi Jago adalah Bank Jago. Semua yang dibangun Jago, akan ada di dalamnya. The application is the bank. Semuanya [akan] ada di situ,” tuturnya.

Kantong/Pocket adalah salah satu produk utama aplikasi Jago yang dibangun DKatalisyang mana sudah terintegrasi dengan Gojek dan Bibit. DKatalis akan memasuki produk baru yang sejalan dengan rencana Jago selanjutnya, yakni digital lending.

DKatalis telah membangun 70% dari seluruh fitur dasar di aplikasi Jago / Jago

“Terkait isu kredit macet, kami memahami risk management system itu sangat krusial. Kami dan Jago memastikan punya sistem yang sangat kuat, terjaga dengan baik. Setiap mitra (channeling) Jago kan punya risk assessment sendiri, tetapi pada saat dipindahkan ke Jago (sebagai lender), ini akan diulas lagi dengan sistem DKatalis,” ujarnya.

Di samping, standar teknologi pembayaran baru juga tengah dinantikan perusahaan. Jika sebelumnya pemerintah baru menyamakan standar pembayaran QR (QRIS) dan berbasis API (SNAP), pihaknya tengah melihat potensi perkembangan NFC di Indonesia.

“Saya melihat standar pembayaran ini akan semakin banyak. Apakah akan mengarah ke open banking? We’ll see. Jago saat ini sudah kerja sama dengan banyak mitra. Apabila ada standar open banking, ini akan mudah membuka kunci untuk kami implementasi.”

Bangun talent engineering

DKatalis juga menyoroti pentingnya membangun talenta untuk mengakomodasi tren perkembangan teknologi di sektor keuangan. Salah satu output yang sudah dikembangkan DKatalis sepenuhnya adalah People Experience (PX), platform HR yang klaimnya dirancang oleh profesional dengan akumulasi 80 tahun pengalaman.

“Platform ini digarap untuk mengakomodasi perkembangan organisasi yang tak bisa lagi mengandalkan kultur konvensional. “Banyak organisasi yang bilang kerja agile, tetapi implementasi prosesnya tidak agile. I mean there’s a huge difference. They don’t do like this [DKatalis].”

Karim menuturkan bahwa platform ini dapat mengakomodasi kebutuhan talenta muda yang tak lagi dapat beradaptasi dengan praktik inovasi konvensional. Menurutnya, baik di Jago dan DKatalis, semua dikembangkan dari awal. Hierarki divisi juga dibagi dalam tim, squad, hingga kelompok terkecil.

“Contoh, pengembangan digital lending sebetulnya jauh lebih berat karena proses banking-nya sangat spesifik. Kalau transaksi lebih gampang. Kami bukan menanyakan kendalanya dulu, tapi menggambarkan ideal journey-nya seperti apa? Lalu, kami lakukan refinement. Oh, ternyata ada kendala dari bank atau teknologi, misalnya. Baru kami identifikasikan sehingga timbul bagian-bagian sistem yang harus dikembangkan. Tim tinggal menentukan sendiri bagian mana yang mau digarap. So, they fully collaborate among themselves untuk membuat itu semua.”

Saat ini, tim DKatalis tersebar di Indonesia, Singapura, dan India supaya mudah menyerap adopsi teknologi keuangan baru dari luar.

Application Information Will Show Up Here

Leo Koesmanto: Transformasi Bank Saqu dan Upayanya Gaet Solopreneur

Euforia bank digital mungkin mulai melandai, tetapi industrinya diyakini masih terus potensial. Tiga tahun terakhir dimanfaatkan untuk memperkenalkan bank digital dengan produk tabungan sebagai jalan masuknya.

Di awal, bank digital sempat diramaikan oleh pemain yang didukung grup teknologi atau bank besar, misalnya Bank Jago (GoTo), Bank Neo Commerce (Akulaku), atau blu (BCA). Rata-rata memanfaatkan skema akuisisi bank kecil agar mudah mengembangkan ekosistemnya ketimbang mendirikan dari awal.

Grup konglomerasi Astra menjadi partisipan akhir di tahun 2023 dengan memperkenalkan aplikasi Bank Saqu. Satu tahun digunakan untuk merampungkan transaksi akuisisi dengan WeLab, dan mentransformasikan Bank Jasa Jakarta (BJJ).

Akuisisi dan transisi Bank Jasa Jakarta

Selama hampir 40 tahun, BJJ beroperasi sebagai bank konvensional. Apabila ingin bertransisi ke digital, perusahaan membutuhkan investasi IT yang besar. “Kami meyakini going digital itu inevitable, tetapi investasinya besar. Dan ini bukan bicara investasi corporate banking, tetapi consumer. Perlu capex di depan. Sementara, kami adalah bank yang relatif kecil,” ucap Presiden Direktur Bank Jasa Jakarta Leo Koesmanto saat berbincang dengan DailySocial.id.

Sebagai informasi, Leo Koesmanto adalah bankir dengan jejak karier panjang di digitalisasi perbankan. Ia sempat menjabat sebagai Managing Director Head of Digital Banking di PT Bank DBS Indonesia.

Di saat yang sama, WeLab yang sudah lebih dulu mendirikan virtual bank di 2020, kala itu mempertimbangkan ekspansi ke Indonesia. Kemudian, Astra Financial dengan portofolio Astra Pay dan maucash, juga tengah gencar mengembangkan produk keuangan berbasis digital.

Ia menilai industri bank digital masih akan tumbuh positif tahun ini, terutama di Indonesia. Meski euforianya tidak sebesar beberapa tahun silam, tapi Leo menyebut bahwa perbankan adalah bisnis jangka panjang, dan tidak terpatuk pada aspek digital banking. 

“Pasar [digital] kita sedang menarik, tetapi transformasi ini tidak bisa lagi dengan cara lama. Akhirnya WeLab bersama Astra masuk ke Bank Jasa Jakarta. Dalam kesepakatan ini, WeLab membawa teknologinya, Astra membawa ekosistem untuk akses pasar. Prosesnya transisinya lumayan cepat. Dalam 7-8 bulan, kami sudah siap,” jelasnya.

Leo belum dapat membagikan rencana pengembangan Bank Saqu pada tahun ini dengan alasan fokus pada transisi teknologi dan membangun branding produknya. Demikian juga dengan integrasinya ke ekosistem milik Astra. Dalam masa transisi, BJJ menggunakan teknologi milik WeLab di Hong Kong, tetapi pihaknya tengah memproses untuk membangun teknologinya di Indonesia.

Adapun, beberapa produk Bank Saqu yang sudah meluncur antara lain Tabungmatic (Tabungan), Busposito (deposito), dan Saqu Booster yang memungkinkan pengguna mendapat booster dengan bunga hingga 10% dari kembalian transaksi.

“Ekosistem adalah salah satu aspek penting di bank digital karena biaya akuisisi itu mahal. Tentu kami akan embed function ke dalam ekosistem Astra sehingga pengguna tidak sekadar pakai tabungan saja. Namun, kami belum melakukan banyak riset mendalam karena ini masih awal, dan masih fokus di produk tabungan. Ke depannya, kami akan kembangkan ke produk pinjaman,” kata Leo.

Klaimnya, aplikasi Bank Saqu mendapat traksi positif di pasar dengan 300.000 nasabah dalam dua bulan. Pihaknya juga tidak akan menambah kantor cabang dan mengandalkan cabang existing Bank Jasa Jakarta di 13 lokasi.

Produk dalam mindset solopreneur

Bank Jasa Jakarta dikatakan ingin membawa nilai tambah berbeda dengan masuk ke segmen yang lebih spesifik, yaitu solopreneur. Menurut definisinya, solopreneur adalah pemilik usaha individu, bisa juga pekerja kantoran yang punya proyek sampingan. Jumlah solopreneur di Indonesia diperkirakan menyentuh 117 juta pada 2030.

“Dari dulu memang sudah banyak orang yang punya pekerjaan sampingan, tetapi ini solopreneur ya. Artinya, individu, berbeda dengan UKM yang punya pegawai. Solopreneur punya mindset produktif,” tutur Leo.

Dalam menerjemahkan kebutuhan solopreneur, pihaknya melihat bahwa solopreneur cenderung memiliki mindset bekerja keras, tetapi tetap dapat bersenang-senang menikmati hasilnya. Tabungan menjadi produk utamanya saat ini, di mana produk pinjaman mungkin akan menyusul.

“Bank digital identik dengan personal banking. Namun, DNA Bank Jasa Jakarta adalah UKM. Memang sektornya retail, tapi konsumen kami bukan di segmen mass market, melainkan mereka yang punya usaha dan butuh modal kerja. Memang personal banking memudahkan pembukaan rekening, tetapi ada hal-hal di sektor bisnis yang tidak bisa secepat itu,” ungkapnya.

Perkiraan pertumbuhan solopreneur / Sumber: BPS (2023)

Bank digital cenderung mengincar segmen milenial dan gen Z yang dicap sudah fasih dengan aktivitas digital. Bank Jago adalah salah satunya. Sementara, bank-bank digital lain masuk dengan membawa posisi berbeda di pasar, seperti Bank Raya yang membidik pekerja informal atau Bank Aladin menggaet jaringan ritel Alfamart agar lekat dengan aspek keseharian pengguna.

Menurut laporan Kementerian Koperasi dan UKM, pandemi memantik kebiasaan baru masyarakat Indonesia dalam bertransaksi digital. Kebiasaan baru ini ikut mendorong adopsi layanan e-commerce dan pembayaran digital, yang mana ikut melahirkan kemunculan pelaku usaha baru.

Application Information Will Show Up Here

Privy Resmi Akuisisi AyoPajak, Dorong Administrasi Perpajakan Digital

Startup penyedia tanda tangan elektronik Privy mengumumkan akuisisinya terhadap PT Garda Bina Utama, penyedia jasa aplikasi perpajakan AyoPajak, yang diresmikan pada Kamis (1/2) lalu. Tidak disebutkan nilai yang dikucurkan Privy pada akuisisi pertamanya ini.

Melalui keterangan resminya, akuisisi menjadi strategi Privy untuk memperkuat bisnis identitas digital dan tanda tangan elektronik (TTE) tersertifikasi sekaligus mempercepat digitalisasi administrasi perpajakan. Di samping itu, akuisisi ini bertujuan untuk mempermudah pelaporan dokumen perpajakan serta memenuhi unsur keamanan dan keabsahan para Wajib Pajak.

Sebelumnya, pada September 2022, Privy telah ditunjuk sebagai Penyelenggara Sertifikat Noninstansi Dalam Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Secara Elektronik berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 454/KM.03/2022.

“Kami menyambut baik bergabungnya AyoPajak menjadi bagian dari keluarga besar Privy. Ke depannya, AyoPajak diharapkan dapat berkembang menjadi pemimpin pasar di sektor adminsitrasi perpajakan digital di Indonesia yang menjamin keamanan dan kerahasiaan data pribadi para Wajib Pajak,” tutur CEO Privy Marshall Pribadi.

Sekilas informasi, AyoPajak adalah platform online yang dirancang khusus Wajib Pajak di segmen individu, perusahaan (badan), dan konsultan pajak untuk melakukan administrasi perpajakan secara online, seperti pembuatan, pelaporan dan revisi SPT Pajak (e-Filing), pembuatan ID Billing (e-Billing), pembuatan dan pelaporan Faktur Pajak (e-Faktur), Bukti Potong Pajak (e-Bukpot), yang terhubung langsung ke sistem Dirjen Pajak Kemenkeu.

Sementara, Privy didirikan pada 2016 dan telah bermitra dengan lebih dari 3.300 klien perusahaan serta telah melakukan verifikasi identitas digital untuk lebih dari 46 juta pengguna individu.

“Privy dan AyoPajak dapat bersinergi ekspansi bisnis untuk proses administrasi perpajakan digital dan memenuhi unsur kepatuhan. Semoga akuisisi ini menjadi langkah awal kami mewujudkan ekosistem digital, di mana pengguna dapat memakai layanan one-stop-service yang dilengkapi dengan TTE tersertifikasi. Ini juga menjadi model baru administrasi perpajakan di mana sebelumnya identik dengan serangkaian proses non-digital dengan menggunakan dokumen fisik,” tambah CEO AyoPajak Andreas Saryadi.

Lebih lanjut, kolaborasi AyoPajak dengan Privy yang merupakan PSrE yang berinduk pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), disebutkan dapat membuat administrasi pelaporan pajak digital lebih terjamin dalam segi legalitas dan keabsahannya. Posisi Privy sebagai PSrE diharapkan dapat menambah kepercayaan para Wajib Pajak dalam proses administrasi perpajakan digital.

Diketahui, kepastian hukum TTE tersertifikasi telah diwajibkan untuk semua transaksi elektronik berisiko tinggi mengacu pada UU No.1 Tahun 2024, yang memiliki kekuatan hukum yang sama dengan tanda tangan basah.

Dua Co-Founder Startup Umumkan Berhenti: COO Modalku Iwan Kurniawan dan CMO Octopus Hamish Daud

Petinggi di startup Modalku dan Octopus, yakni Iwan Kurniawan (Chief Operating Officer) dan Hamish Daud (Chief Marketing Officer), baru-baru ini mengumumkan pengunduran dirinya.

Sebetulnya, Iwan telah melepas jabatannya sebagai COO sejak Juni 2023, tetapi tetap berlanjut sebagai Advisor hingga Oktober 2023. Saat ini, Iwan diketahui tengah mengambil gelar S2 di AS. Dari laman LinkedIn-nya, Iwan juga tercatat menjadi rekan (fellow) Owl Ventures, VC asal AS yang berfokus pada investasi edtech.

“Setelah hampir delapan tahun memulai dan memimpin Modalku (2015-2023), saya mengambil jeda karier untuk mengeksplorasi passion baru. Sejak tahun lalu, saya mulai menekuni minat lama saya di bidang pendidikan dan pengembangan SDM, dimulai dengan mengambil gelar S2 Pendidikan di Harvard. Saya menginvestasikan waktu untuk memahami human learning benar-benar efektif,” tulisnya dalam laman LinkedIn resminya.

Co-Founder dan COO Modalku Iwan Kurniawan dan Co-Founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya / Modalku

Iwan merupakan salah satu pendiri Modalku bersama Reynold Wijaya pada 2015. Modalku sempat melakukan efisiensi karyawan pada tahun lalu, kemudian mengantongi tambahan fasilitas pinjaman (debt) sebesar Rp117 miliar dari Norfund untuk memperluas akses pendanaan ke UMKM. Pihaknya juga tengah mendorong kualitas pembiayaan di tengah tingginya kredit macet industri P2P.

Dalam perjalanannya selama 8 tahun terakhir, Modalku tercatat telah menyalurkan total akumulasi pendanaan sebesar Rp7,24 triliun kepada borrower sejak pertama kali berdiri hingga saat ini (year-to-date). Adapun, total outstanding pinjaman per akhir Januari 2024 sebesar Rp120,6 miliar.

Sementara itu, Hamish memutuskan hengkang dari Octopus dikarenakan alasan pribadi usai perusahaannya sempat tersandung kasus keterlambatan pembayaran tahun lalu.

“Selama empat tahun terakhir, saya terjun di Octopus untuk memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Dengan berat hati saya mengumumkan hari ini adalah hari terakhir saya sebagai CMO/Co-Founder. Saya mengundurkan diri dari posisi saya di Octopus karena alasan pribadi. Saya yakin perusahaan ini akan bangkit kembali dan memberikan dampak lingkungan yang besar lagi dalam waktu dekat,” tulisnya di akun Instagram pribadi.

Sebagai informasi, Octopus adalah platform agregator untuk mengumpulkan sampah dari pemulung dan pengepul untuk didaur ulang yang didirikan pada 2021 oleh Dimas Ario, Hamish Daud, Niko Adi Nugroho, dan Moehammad Ichsan. Octopus sempat menjadi peserta terpilih Batch 4 di Grab Velocity Ventures dan Batch 1 program “Google for Startups Accelerator: Circular Economy”.

OCTOPUS Aplikasi Daur Ulang
(ki-ka) Co-founder OCTOPUS: Dimas Ario Rubianto, Hamish Daud Wyllie, Niko Adi Nugroho, Moehammad Ichsan / OCTOPUS

Pada Desember tahun lalu, Octopus viral usai dugaan keterlambatan pembayaran gaji karyawan yang dicuitkan karyawannya di platform X. Manajemen Octopus pun baru mengklarifikasi kabar tersebut pada Januari 2024, menyatakan bahwa keterlambatan tersebut disebabkan oleh transisi fokus bisnis perusahaan ke B2B.

Mengutip pemberitaan TechInAsia, CEO Octopus Moehammad Ichsan mengungkap bahwa, “Transisi ini menyebabkan anjloknya segmen bisnis B2C dan berdampak pada arus kas, menyebabkan keterlambatan gaji [karyawan].”

DailySocial.id sempat mencoba mengontak Moehammad Ichsan untuk menggali informasi lebih lanjut perihal transisi ini. Namun, menurut perwakilannya, pihaknya baru akan menjelaskan transisi dan perkembangan bisnis Octopus usai Pemilu 2024.

Transisi Sektor Healthtech Pasca-Pandemi

Kesehatan berbasis teknologi (healthtech) masih menjadi sorotan Startup Report 2023 yang diterbitkan oleh DSInnovate. Meski pandemi telah usai, sektor ini membuktikan masih dapat terus berkembang hingga mulai mengeksplorasi ke bidang baru.

Dari kacamata investor, sektor healthtech masih cukup diminati, terlihat dari adanya 11 kesepakatan pendanaan startup kesehatan dan 3 pendanaan ke startup di bidang genomik. Pendanaan terbesar mengalir ke kantong Halodoc senilai $100 juta (seri D), diikuti Good Doctor senilai $10 juta (seri A), dan FitHub senilai $6,5 juta (pra-seri A). 

Kepercayaan investor terhadap sektor healthtech juga diyakini berkat upaya mereka untuk bertransisi di era pasca-pandemi, mendorong mereka untuk memperluas pendekatan layanannya dari online ke hibrida.

Transisi ini terutama berfokus pada platform telemedis yang adopsinya sempat meroket signifikan saat pandemi. Kini platform telemedis mengombinasikan kanal offline untuk mengakomodasi kebutuhan yang lebih besar. Misalnya, layanan yang membutuhkan interaksi langsung dengan pasien atau pengiriman obat-obatan.

“Tren hibrida sedang berkembang dalam industri teknologi kesehatan. Pendekatan ini memastikan pengalaman yang terpadu bagi pasien sehingga mengurangi kunjungan offline. Selain kenyamanannya, model hibrida juga menawarkan efektivitas biaya, menjadikannya sebagai model yang diantisipasi sebagai tren kesehatan masa depan,” ucap Co-Founder & CEO Klinik Pintar Harya Bimo.

Sumber: Startup Report 2023

Layanan digital treatment & care diperkirakan menyumbang pendapatan terbesar dengan $781 juta terhadap total pasar kesehatan digital di Indonesia. Khusus telemedis saja, layanan ini menyumbang sebesar $222,8 juta.

Lebih lanjut, laporan ini menyoroti tren genomik, sektor kesehatan baru yang tengah dijajaki pengembangan produk dan inovasinya. Tren pendanaannya juga mulai tumbuh. Tercatat tiga startup bioteknologi mendapat pendanaan awal tahun lalu, yaitu Asa Ren, Etana, dan Moosa Genetics.

Mengingat sektor ini baru, pengembangan genomik masih berada di tahap R&D sehingga membutuhkan waktu lama dan kesabaran untuk sampai masuk ke pasar. Apalagi, populasi di Asia Tenggara sangat beragam. Demikian juga aspek regulasi.

Startup Report 2023 dapat diunduh melalui tautan ini.

Startup Report 2023 Soroti Aksi M&A di Situasi Tech Winter

Ekosistem digital Indonesia berupaya tetap resilien di tengah badai musim dingin teknologi (tech winter) selama dua tahun terakhir. Strategi exit melalui M&A menjadi pilihan yang cukup banyak diambil di tengah ketidakpastian pasar dan keringnya pasokan pendanaan.

Berdasarkan data Startup Report 2023, terdapat total 25 aksi M&A yang diumumkan di sepanjang 2023, sedikit turun dari sebanyak 32 M&A pada tahun sebelumnya. M&A memungkinkan pelaku startup untuk mendapat akses ke sumber daya untuk tetap beroperasi dan memperluas pasarnya.

Sektor fintech cukup banyak meramaikan aksi korporasi ini, mulai dari sub vertikal P2P lending, embedded finance, hingga wealthtech. Sementara, IDN Media tercatat dua kali melakukan akuisisi dalam setahun, yakni terhadap Boss Creator dan Saweria, untuk diversifikasi bisnis kontennya.

Sejumlah aksi M&A di ekosistem digital / Sumber: Startup Report 2023

Kemitraan strategis antara GoTo dan ByteDance menjadi penutup akhir tahun dengan kesepakatan transaksi yang pivotal bagi industri e-commerce Indonesia. Kesepakatan yang dimaksud adalah menggabungkan Tokopedia dan TikTok Shop setelah TikTok Shop sempat dihentikan operasionalnya karena alasan regulasi.

Sejumlah penutupan bisnis startup / Sumber: Startup Report 2023

Kendati demikian, strategi exit lewat IPO tak satupun terealisasi tahun lalu, investor memilih untuk berhati-hati sambil menanti pasar membaik. Akseleran yang menjadwalkan IPO di pertengahan 2023, memutuskan menundanya sampai 2024. Digiasia Bios baru saja memperoleh persetujuan untuk akuisisi dengan perusahaan SPAC sebelum melantai di bursa AS.

Sementara, tiga perusahaan digital yang telah IPO sebelumnya, yakni GoTo, Blibli, dan Bukalapak tengah mengejar realisasi keuntungan pada akhir 2023. Hingga Q3 2023, GoTo tercatat masih merugi Rp9,5 triliun, meski menyusut signifikan dari rugi Rp40 triliun di sepanjang 2022.

“Uang tak lagi murah dan ada momok kenaikan suku bunga. Banyak investor merespons situasi ini dengan mengkalibrasi ulang strategi mereka, beralih dari aset-aset berisiko ke aset-aset yang lebih aman, seperti deposito dan pendapatan tetap. Pergeseran ini lebih dari sekadar penyesuaian pasar, mencerminkan perubahan besar dalam ekspektasi investor,” tutur Markus Liman Rahardja, Chief Investment Offier BRI Ventures dalam laporan tersebut.

Sebagai pengantar, Startup Report 2023 yang diterbitkan DSInnovate, merupakan laporan tahunan yang merangkum lanskap ekosistem digital Indonesia selama setahun terakhir, mulai dari pendanaan startup hingga tren 2024.

Selengkapnya dapat diunduh lewat tautan ini.

Ekosistem VC Menantikan Langkah Lanjutan Pemerintah untuk Dorong Modal Ventura

Menyusul diterbitkannya POJK No 25 Tahun 2023, Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (AMVESINDO) merilis peta jalan pengembangan perusahaan modal ventura (PMV) di Indonesia. Regulasi soal permodalan dan perizinan yang selama ini diketahui menjadi benturan venture capital (VC) di Indonesia menjadi strategi kunci yang akan didorong oleh asosiasi.

Peta jalan ini berupaya memberikan gambaran perkembangan PMV saat ini beserta tantangannya, sebagaimana dapat menjadi rujukan bagi pembuat kebijakan. Misalnya, tantangan mengenai sumber pendanaan pemodal ventura, terutama yang melakukan kegiatan usaha penyertaan modal.

Saat ini, mayoritas sumber pendanaan PMV berasal dari pinjaman. Sekitar 32% aset modal ventura didanai dari pinjaman. Adapun, dana ventura dapat menjadi salah satu opsi dalam perluasan sumber pendanaan PMV.

Selain itu, AMVESINDO mendapati tak banyak pemodal ventura yang fokus pada penyertaan modal. Dari total 54 PMV, sekitar 74% PMV memiliki penyertaan modal kurang dari 51% dari total pendanaan yang disalurkan. Hal ini karena sebagian besar kegiatan usahanya adalah pembiayaan kepada pasangan usaha. Hanya 12 PMV yang porsi penyertaan modalnya lebih dari 85%.

Begitu roadmap ini rampung pada 2028, AMVESINDO menargetkan 67% penyaluran VCC dapat difokuskan pada penyertaan modal dan 67% dari aset VDC untuk pembiayaan pasangan usaha. Sebagai tambahan, per November 2023, total aset PMV tercatat mencapai Rp26,56 triliun atau tumbuh 80% (YoY), yang terdiri dari PMV konvensional (Rp25,59 triliun) dan aset PMVS (Rp0,96 triliun).

Ekosistem modal ventura di Indonesia

Sementara, POJK 25/2023 baru mengangkat ketentuan pokok terkait pengkategorian perusahaan modal ventura  (PMV) dan perusahaan modal ventura syariah (PMVS) saja. Sejumlah VC yang kami tanyai enggan berkomentar banyak terkait aturan baru ini. Namun, mereka mengaku menantikan langkah selanjutnya dari pemerintah untuk mengakomodasi kebutuhan pelaku industri VC di Indonesia.

“Menurut saya, POJK ini sudah mendekati best practice di negara-negara yang telah memiliki ekosistem modal ventura yang baku (terstandardisasi). Masalahnya, apakah POJK ini sudah menarik bagi VC? Di Singapura, misalnya, aturan dan ekosistemnya sudah jelas,” tutur Managing Partner Ideosource Edward Chamdani saat dihubungi DailySocial.id.

Ia juga menilai bahwa ketentuan model disetor cukup memberatkan pemodal ventura. Pasalnya, dalam ketentuan POJK 25/2023, persyaratan modal minimum yang diwajibkan tergantung pada jenis PMV. Untuk kategori venture capital corporation (VCC), minimum ekuitasnya sebesar Rp50 miliar. Kemudian, venture debt corporation (VDC) diwajibkan memiliki ekuitas minimum Rp25 miliar, sedangkan Unit Usaha Syariah (UUS) minimum Rp10 miliar.

Menurut laporan AMVESINDO, 12 PMV dari total 54 PMV baru memiliki ekuitas di bawah Rp25 miliar, sedangkan hanya 28 PMV yang ekuitasnya di bawah Rp50 miliar. Rendahnya ekuitas ini dinilai dapat memengaruhi kemampuan PMV untuk memperluas skala usaha termasuk menyerap risiko yang berpotensi mengakibatkan kegagalan usaha.

Kendati begitu, Pihak AMVESINDO diketahui telah banyak berdiskusi dengan OJK untuk mengakomodasi isu terkait modal hingga perpajakan sebagaimana telah banyak disuarakan oleh PMV yang aktif berinvestasi di Indonesia, tetapi legalitas usahanya terdaftar di luar negeri. Saat ini, jumlah PMV di Indonesia berjumlah 54 dengan mayoritas berkantor pusat di DKI Jakarta, di mana lima di antaranya adalah PMV Syariah.

Ketua AMVESINDO Eddi Danusaputro sempat mengutarakan rencana diskusi lanjutan dengan OJK dan instansi terkait untuk membahas perihal perpajakan pada akhir bulan ini. “Soal pajak kan ada di ranah Kementerian Keuangan, jadi ini tinggal berkoordinasi dengan lintas kementerian saja,” tutur Eddi beberapa waktu lalu.

Model ekosistem ideal yang ditargetkan oleh AMVESINDO

Edward yang juga menjabat di AMVESINDO menambahkan bahwa diskusi mengenai modal, pajak, dan turunannya dengan OJK bukan lagi pembahasan awal, tetapi sudah bicara observasi dengan model di negara-negara lain. Menurutnya, dengan memiliki ekosistem yang lengkap, ini dapat memengaruhi pertumbuhan bisnis pemodal ventura ke depan.