DBS Indonesia Siapkan Sejumlah Fitur Baru Digibank di Paruh Kedua 2021

Bicara bank digital tentu tak dapat dipisahkan oleh kemunculan digibank milik Bank DBS Indonesia. Sebagai salah satu pelopor bank digital, digibank hadir dengan model perbankan yang dilakukan secara paperless, branchless, dan signatureless.

Menurut Managing Director, Head of Digital Banking, PT Bank DBS Indonesia Leonardo Koesmanto, perkembangan teknologi secara perlahan membuat layanan perbankan menjadi invisible. Belajar dari industri yang terdampak disrupsi, seperti musik dan video, pihaknya meyakini bahwa hal ini juga berlaku untuk perbankan.

Artinya, produk perbankan akan tetap sama meskipun delivery method-nya berbeda mengikuti perkembangan teknologi. Dengan situasi saat ini, DBS Indonesia mengaku optimistis melihat tantangan ke depan untuk mentransformasikan layanan perbankannya.

Sejak berdiri di 2017, perusahaan menyebut telah mengantongi pertumbuhan layanan secara signifikan, yang salah satunya disumbang oleh platform digital banking digibank. Kepada DailySocial, Leo berbicara lebih dalam mengenai dampak pandemi terhadap digitalisasi perbankan hingga kelanjutan pengembangan digibank di 2021.

Arti pandemi bagi digibank

Leo mengaku, pandemi Covid-19 memiliki andil besar dalam mengubah preferensi masyarakat dalam melakukan transaksi perbankan. Masyarakat yang tadinya belum terbiasa menggunakan platform digital mau tak mau harus beradaptasi dengan situasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Berdasarkan data perusahaan, DBS Indonesia mencatat pertumbuhan transaksi online selama masa PSBB sebesar 75% untuk layanan Bayar & Beli dan kartu debit. Kemudian, jumlah pengguna consumer DBS Indonesia tercatat naik lima kali lipat dalam 3,5 tahun terakhir.

Menariknya, perusahaan juga melihat adanya peningkatan pada layanan wealth management di platform digibank sebesar enam kali lipat di 2020 dibandingkan tahun sebelumnya. Secara volume, pertumbuhan transaksi naik lebih dari 500% dengan jumlah nasabah yang bertransaksi naik 580%.

Meski belum mau membeberkan data pencapaian lainnya, Leo menilai awareness nasabah terhadap pengelolaan keuangan terus meningkat. Inipun terlepas dari kondisi perlambatan ekonomi akibat Covid-19 di Indonesia.

“Kenaikan ini juga tak lepas dari rangkaian kampanye dan peluncuran produk untuk wealth management, yaitu Rekening Valas dan Obligasi Pasar Sekunder di aplikasi digibank pada 2020. Kami menerapkan transformasi digital secara menyeluruh dan memastikan seluruh produk kami dapat tersedia secara digital,” ungkapnya.

Fitur baru di 2021

Leo menilai pertumbuhan pasar perbankan retail di Indonesia termasuk yang paling agresif di Asia Tenggara. Pertumbuhan ini turut didukung dengan beragam inovasi dan produk yang dikembangkan industri demi menarik calon nasabah baru.

Pada tahun ini, DBS Indonesia menargetkan pertumbuhan dua digit yang akan berpusat pada pengembangan produk digital untuk nasabah di semua segmen bisnis. Misinya tetap sama, yakni mendemokratisasi keuangan sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat menikmati layanan perbankan yang terjangkau.

Untuk meningkatkan pengalaman nasabah, ada beberapa produk baru yang akan dihadirkan secara digital. Leo mengungkap, layanan reksa dana akan tersedia di platform digibank pada semester kedua 2021. Reksa dana ini akan melengkapi rangkaian produk investasi digibank.

Saat ini, pengguna digibank dapat memilih produk investasi dengan minimal penempatan sebesar Rp1 juta. Ke depan, pengguna dapat memilih produk reksa dana dengan minimal Rp100 ribu. Leo juga menyebut akan meluncurkan kartu kredit online di paruh kedua tahun ini.

“Tak hanya produk keuangan saja, digibank juga akan meningkatkan proses pembukaan rekening baru dengan Face Biometric. Teknologi ini akan mempercepat proses Electronic Know Your Customer (e-KYC) pada calon nasabah,” tutur Leo.

Digibank melayani segmen mass hingga affluent market (menengah ke atas). Untuk segmen korporasi, Bank DBS Indonesia masuk lewat Real Time Application Programming Interface (IDEAL RAPID) yang mengintegrasikan pemrosesan pembayaran, piutang, dan pencairan informasi tentang alur kerja bisnis nasabah secara real-time, dan memfasilitasi transaksi bisnis di jaringan ekosistem nasabah.

Menurut Leo, saat ini pihaknya masih fokus menggarap segmen banked di Indonesia. Namun, pihaknya mengklaim terus meningkatkan literasi keuangan kepada segmen DBS sembari merealisasikan komitmennya untuk menjadi full fledge digital banking.

Pengembangan ekosistem layanan

Sejak dua tahun terakhir, realisasi bank digital di Indonesia semakin banyak. Sejumlah bank mulai mentransformasikan infrastruktur dan layanannya untuk menjadi bank digital. Untuk mengakomodasi hal ini, pemerintah juga tengah bersiap menggodok aturan baru.

Beberapa di antaranya yang sudah berganti identitas menjadi bank digital, menggunakan model bisnis ekosistem terbuka, ketika bank berkolaborasi dengan platform digital.

Bagi Leo, dinamika tersebut menandakan bahwa semakin banyak sektor perbankan yang menyadari pentingnya digitalisasi. Ini juga berarti akan membuka peluang kolaborasi dan mempercepat cita-cita pemerintah mewujudkan transformasi digital di sektor perbankan.

Salah satu upaya DBS Indonesia untuk mendorong transformasi digital ini adalah melalui pengembangan open banking dengan Standar Open API, di mana bank dapat saling terhubung dengan pemain di ekosistem digital.

“Salah satu strategi yang kami lakukan dan kami nilai efektif adalah menggunakan model bisnis ekosistem untuk memudahkan nasabah bertransaksi digital. Kami senantiasa mendukung kebijakan Bank Indonesia dalam mewujudkan Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) di 2025,” paparnya.

Dalam realisasinya, ungkap Leo, DBS Indonesia telah berkolaborasi dengan sejumlah platform. Perusahaan bermitra dengan marketplace untuk menghadirkan pembukaan rekening pinjaman. Selain itu, DBS Indonesia juga telah tersedia sebagai pilihan pembayaran isi ulang e-money dan e-wallet.

Kemudian, perusahaan juga menggandeng Home Credit dan Kredivo untuk menyalurkan pembiayaan bersama kepada pengguna dengan skema joint financing.

“Kita tidak bisa melakukan segala sesuatu sendiri, jadi perlu menggandeng berbagai mitra untuk mengembangkan ekosistem. Sesuai dengan strategi kami, kolaborasi ini hadir untuk menyasar pangsa digibank, baik dari ekosistem fintech, transportasi, marketplace, atau travel,” katanya.

Transformasi Digital Hutchison 3 Indonesia di Masa Pandemi

PT Hutchison 3 Indonesia (H3I) telah melakukan transformasi jaringan untuk bersiap menggelar 5G. Operator berlambang angka “3” ini juga secara paralel melakukan transformasi jaringan lainnya sebagai langkah antisipasi di masa pandemi Covid-19.

Melanjutkan wawancara sebelumnya dengan DailySocial, pada bagian kedua ini, Chief Technical Officer H3I Desmond Cheung kembali memaparkan tentang upaya perusahaan dalam mengimplementasikan solusi inovatif selama masa krisis kesehatan global ini.

Antisipasi lonjakan lalu lintas internet pada empat area utama

Di catatannya, H3I mengalami kenaikan trafik di jaringannya hingga 60% pada masa Ramadan dibandingkan hari normal. Sementara, mengutip data di 2020, trafik Tri melonjak 25% saat Lebaran dibandingkan awal pandemi di Februari. Kenaikan ini terutama terjadi pada lalu lintas internet mengingat 95% pelanggan Tri adalah pengguna smartphone. Faktor utamanya adalah karena kegiatan perkantoran dan belajar-mengajar dirumahkan sejak Maret tahun lalu.

Kenaikan signifikan trafik data banyak disumbang dari penggunaan aplikasi  sejak awal pandemi, seperti video conference untuk kerja dan sekolah dari rumah, aplikasi streaming untuk hiburan, dan media sosial.

Desmond menyadari adanya perubahan perilaku pengguna seluler mengingat lalu lintas trafik data mulai tersentralisasi di area residensial akibat pembatasan sosial. Dengan pola baru ini, pihaknya mengaku melakukan sejumlah langkah mitigasi untuk memastikan pengguna dapat terlayani dengan baik.

“Untuk memastikan kami dapat deliver layanan baik, kami terus melakukan inovasi sehingga dapat menyediakan kecepatan tinggi dan kapasitas lebih kepada pengguna yang kerja dan sekolah dari rumah,” ungkap Desmond.

Ada empat langkah transformasi digital yang menjadi fokus utama perusahaan. Pertama, Tri fokus untuk meningkatkan customer experience pengguna dengan mengadopsi arsitektur jaringan terdistribusi yang 5G-ready. Tujuannya adalah mendorong network intelligence dan kekuatan komputasi jaringan sedekat mungkin dengan pengguna Tri.

Pihaknya menambah data center baru di Malang pada akhir 2020 sebagai tambahan dari lebih dari 25 data center yang sudah beroperasi di seluruh Indonesia. Dengan tambahan ini, jaringan Tri dapat merespon lonjakan permintaan layanan yang belum pernah terjadi sebelumnya secara lebih cepat.

Kedua, Tri memastikan untuk membuat jaringan mobile lebih stabil. Menurut Desmond, baru-baru ini pihaknya meluncurkan Digital Network Operation Center (DNOC) di Jakarta yang berfungsi untuk meningkatkan kestabilan jaringan. Fasilitas ini dibangun dengan sistem daya redundan dan standar reliablitas tinggi yang beroperasi selama 24/7.

Selain itu, DNOC juga diperkuat dengan solusi berbasis Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning (ML) untuk memonitor, mengontrol, dan mengoperasikan jaringan di sejumlah area di Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

“Ketiga, kami fokus menghadirkan cakupan jaringan yang luas dan ke wilayah pedalaman. Meski kami sudah meningkatkan pembangunan jaringan 4G hingga dua kali lipat sejak 2019, kami terus menambah cakupan jaringan selama pandemi. Beberapa di antaranya adalah pembangunan Cell on Wheels (COW) di sejumlah fasilitas Covid-19, termasuk rumah sakit dan Wisma Atlet,” jelasnya.

Keempat, perusahaan juga melakukan digitalisasi pada sejumlah customer touch point. Tri meluncurkan digital vending machine 3DigiBox untuk mempermudah customer membeli produk-produknya tanpa kontak fisik. Saat ini, 3DigiBox terdapat di 41 lokasi strategis termasuk bandara, mal, dan kampus.

Lebih lanjut, Tri juga mendistribusikan beberapa teknologi baru pada jaringannya, yaitu Dual-Band Massive MIMO untuk meningkatkan efisiensi penggunaan spektrum dan mendorong user experience dan Compact Active Antenna (CAA) untuk memperluas kapasitas jaringan.

“Teknologi ini ditempatkan terutama di wilayah perkotaan yang padat di mana trafik tinggi menjadi tantangan besar ketika kapasitas spektrum terbatas. Solusi ini menambah kapasitas jaringan kami hingga 25% dengan konsumsi lebih rendah 40% dibandingkan solusi yang sudah kami terapkan sebelumnya,” papar Desmond.

Terakhir, Tri juga memperluas kemampuan akses layanan bagi pengguna yang tinggal wilayah terpencil di Indonesia dengan membangun LTE Base Station melalui solusi Public Backhaul, seperti di area pertambangan besar di Morowali, Sulawesi Tengah.

Mendorong segmen korporat

Di luar pembangunan jaringan dan penambahan kapasitas untuk pengguna retail, Desmond juga menyoroti fokus lainnya di segmen korporat (B2B). Ia menyebut akan memperkuat bisnis solusi untuk SME dan perusahaan berskala besar.

Selama beberapa tahun terakhir, Tri mulai gencar menawarkan solusi 3Business bagi pengguna korporat yang ingin bertransformasi digital dan mencapai efisiensi bisnis. 3Business menawarkan solusi TIK bagi sektor retail yang ingin meningkatkan produktivitas dan menjaga efisiensi biaya operasional.

Tahun lalu, Tri telah berkolaborasi dengan platform penyedia solusi IoT untuk menunjang sektor bisnis dan profesional. Kemudian, Tri juga bermitra dengan layanan manajemen IoT terintegrasi yang berfungsi untuk mengontrol dan melacak perangkat IoT dan aset secara real-time.

Desmond juga menyebut, pihaknya juga menyediakan solusi SD-WAN-based solution untuk FamilyMart di mana mitranya dapat menyederhanakan dan mengotomatisasi manajemen jaringan WAN dan operasional. Dengan solusi ini, FamilyMart disebut dapat memperluas gerai tokonya dalam hitungan hari dibandingkan sebelumnya yang membutuhkan waktu berminggu-minggu.

“Saat ini, kami menjadi mobile network ketiga terbesar di Indonesia. Kontribusi pendapatan H3I dari korporat juga naik dua kali lipat. Kemudian, jaringan kami sekarang semakin kuat dan lebih luas sehingga kami sekarang dapat meningkatkan jumlah pengguna kami dari consumer ke corporate.

Agresif Ekspansi dan Transformasi Jaringan, Hutchison 3 Indonesia Bersiap Gelar 5G

Di paparan studi ITB tahun lalu, layanan 5G diperkirakan komersial secara penuh paling cepat pada akhir 2021. Salah satu operator memang telah meluncurkan layanan 5G baru-baru ini, tetapi penggunaannya masih terbatas pada cakupan kota dan perangkat tertentu.

Pemerintah juga sebetulnya masih memiliki banyak PR untuk mengakomodasi kebutuhan operator telekomunikasi dalam menggelar 5G. Sembari menanti hal ini terealisasi, operator sudah mulai mempersiapkan infrastruktur jaringannya untuk menyambut teknologi telekomunikasi generasi kelima tersebut.

Di antaranya adalah PT Hutchison 3 Indonesia (Tri) yang tengah mentransformasikan jaringannya selama beberapa tahun terakhir. Chief Technical Officer H3I Desmond Cheung memamparkan rencana ekspansi jaringan dan pandangan lebih dalam terkait 5G secara eksklusif dengan DailySocial.

Ekspansi jaringan berkelanjutan

Meski telah komersial sejak 2014, penetrasi 4G baru mencapai 73% pada 2019 sebagaimana dilaporkan Katadata. Kondisi geografis Indonesia masih menjadi salah satu tantangan terbesar. Namun, operator telekomunikasi harus dapat memenuhi kebutuhan jaringan seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna smartphone. Kemkominfo mencatat penetrasi smartphone mencapai 89% atau 167 juta dari total populasi Indonesia.

Desmond mengungkapkan, sejak 2019 pihaknya telah menambah jaringan 4G hingga dua kali lipat. Penambahan ini sudah termasuk perluasan cakupan jaringan ke wilayah luar Pulau Jawa, seperti Kalimantan Selatan dan Sulawesi Tengah. Bahkan baru-baru ini, H3I juga menambah lebih dari 200 hotspot di Jabodetabek, Jawa Barat, Bali, dan Nusa Tenggara.

Awal tahun ini, ungkapnya, H3I telah mengomersialisasikan jaringan seluler di Sulawesi Tengah yang disebut dapat menjangkau sebanyak 1,5 juta populasi di lima kota dan kabupaten, seperti Palu, Sigi, Donggala, Parigi, Moutong, dan Poso. Saat ini, pihaknya tengah fokus menyelesaikan rollout jaringan 4G di 70 desa pada akhir Oktober.

H3I telah menjangkau sebanyak 80% dari total populasi Indonesia. Per Desember 2020, H3I tercatat sudah membangun lebih dari 44.000 BTS 4G di seluruh Indonesia. Sementara, per Maret 2021 H3I telah memiliki sebanyak 39,8 juta pengguna.

“Kami terus mengembangkan BTS 4G untuk menyediakan konektivitas broadband di daerah terpencil dan kepulauan Indonesia. Ini adalah salah satu komitmen kami mendukung program pemerintah untuk mengakselerasi transformasi digital di daerah 3T. Kami akan terus memperkuat kapasitas jaringan kami di daerah dense dan yang memiliki trafik tinggi,” jelasnya.

Transformasi jaringan untuk kesiapan 5G

Meski belum ada ketok palu mengenai penetapan frekuensi 5G dan aturan turunannya, operator sudah mulai melakukan mentransformasikan infrastruktur jaringannya. Desmond mengungkap bahwa H3I juga telah melakukan transformasi besar-besaran sembari menanti komersialisasi 5G secara serentak.

“Kami melakukan peningkatan jaringan pada Core, lalu mentransformasikan jaringan PS Core ke Control and User Plane Separation (CUPS) pada arsitektur jaringan terdistribusi kami. Transformasi ini dilakukan untuk lebih jauh memperpendek latensi 5G,” jelasnya.

Selain itu, pihaknya juga melakukan transformasi pada jaringan Transport dengan Segment Routing IPv6. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan jaringan protokol, mengotomatisasi ketersediaan layanan, hingga meningkatkan konsistensi jaringan sehingga dapat memenuhi permintaan kapasitas tinggi di 5G sebagai Ultra-Reliable Low Latency Services (URLLC).

Menurut Desmond, pihaknya berupaya secara efisien untuk melayani permintaan layanan data dengan ketersediaan spektrum saat ini. Pihaknya mengoptimalkan spektrum yang ada untuk meningkatkan kapasitas jaringan. Desmond mengklaim H3I sebagai operator seluler yang memiliki tingkat efisiensi penggunaan spektrum tertinggi dibanding operator seluler lainnya di Indonesia.

Hanya saja, spektrum yang ada belum cukup untuk menggelar 5G. Untuk dapat memberikan kecepatan data 5G, teknologi ini membutuhkan bandwith lebih besar dari spektrum baru. Maka itu, ketersediaan spektrum 5G baru, terutama di 3.500MHz yang dipilih sebagai frekuensi emas, sangat penting untuk mempercepat pengembangan 5G di Indonesia

“Sebelum frekuensi emas ini mendapatkan lisensi resmi untuk 5G, kami akan terus mentransformasikan jaringan kami untuk kesiapan 5G sehingga nantinya akan menjadi salah satu operator yang lebih dulu memimpin penyelenggaraan 5G,” papar Desmond.

Dukungan pemerintah pada penyelenggaraan 5G

Dengan berbagai manfaat yang ditawarkan, 5G diyakini dapat mentransformasikan berbagai aspek kehidupan, mulai dari kegiatan sehari-hari, bisnis, hingga cara industri beroperasi. Hal ini karena teknologi 5G mampu menghubungkan jutaan perangkat dengan kecepatan tinggi dan latensi rendah yang dimilikinya.

Desmond menilai operator seluler punya peluang untuk menghadirkan Enhanced Mobile Broadband (eMBB) untuk pasar consumer. Bentuk pemanfaatannya, misalnya, adalah layanan VR/AR dan video streaming 8K. Dengan berbagai use case ini, operator dapat menghasilkan sumber pendapatan baru dari segmen pasar baru, yaitu korporat dan industrial.

“5G akan menjadi enabler bagi sektor manufaktur, kesehatan, agrikultur, atau pendidikan. Tak hanya itu, 5G dapat dimanfaatkan untuk mengadopsi smart city di ranah transportasi, keamanan publik, dan pelayanan publik. Bagi negara kepulauan seperti Indonesia, jarak menjadi tantangan besar dan 5G bisa mengatasi tantangan itu,” jelasnya.

Kendati demikian, dari segala asas manfaat yang diberikan, tak dimungkiri implementasi 5G membutuhkan banyak pertimbangan. Pertama, soal besarnya investasi yang dikeluarkan. Menurutnya, banyak infrastruktur jaringan yang harus dibangun dan beberapa elemen jaringan harus di-upgrade. Maka itu, menurunkan elemen pada biaya pembangunan akan membantu operator telekomunikasi untuk mengakselerasi pembangunan 5G.

“Pemerintah punya peran besar untuk mengatasi isu ini. Melalui UU Cipta Kerja, dan ini adalah regulasi turunan, pemerintah telah memberikan dukungan untuk menciptakan efisiensi di industri telekomunikasi. Regulasi ini dapat mengizinkan berbagi jaringan di antara operator seluler, termasuk berbagi infrastruktur pasif dan aktif, serta transfer spektrum,” ujar Desmond.

Selain UU Cipta Kerja, Desmond juga menilai bahwa pemerintah sebetulnya dapat membantu lebih banyak memfasilitasi operator seluler dan industri dalam memahami kebutuhan pasar 5G. Menurutnya, upaya ini akan sangat dibutuhkan alih-alih cenderung banyak mempromosikan 5G dengan berbagai use case bermanfaat, seperti telemedicine atau smart farming.

“Demi membantu industri seluler melakukan kick start di 5G, pemerintah mungkin dapat mempertimbangkan untuk menurunkan biaya spektrum 5G. Hal ini terutama pada tahap awal selama beberapa tahun ke depan ketika demand 5G belum besar. 5G akan membutuhkan peningkatan signifikan pada kapasitas transport dan aspek infrastruktur jaringan lainnya. Artinya, license fee mungkin dapat diubah tanpa membebankan industri,” tambahnya.

Belum lagi bicara kesiapan kesiapan ekosistem yang menjadi kunci utama untuk membuat 5G lebih accessible untuk siapapun, baik consumer maupun enterprise. Ekosistem 5G akan selalu dikaitkan pada ketersediaan perangkat dan aplikasi untuk penggunaan berbagai macam use case. Desmond menekankan pentingnya kerja sama dari para pemangku kepentingan di berbagai level dan lintas industri untuk mengawal pengembangan ekosistem 5G dari awal.

“Tak cuma operator dan dukungan pemerintah, pengembangan 5G butuh kerja sama yang melibatkan banyak pihak, mulai dari pabrik manufaktur perangkat, pengembang software, hingga penyedia konten. Pemerintah sudah meletakkan pondasi yang bagus untuk mengakselerasi pengembangan infrastruktur broadband. Kami yakin ini dapat menekan gap digital dan konektivitas di Indonesia.”

Platform Fashion Commerce Zilingo Masuki Bisnis Penjualan Makanan Organik

Platform fashion commerce Zilingo memperkenalkan layanan terbarunya, yakni pembelian bahan dan makanan organik. Dalam keterangan resminya, Zilingo menyebutkan telah bermitra dengan sejumlah pelaku usaha di industri hotel, restoran, dan kafe (horeka) sebagai langkah awal masuk ke bisnis ini.

Produk-produk tersebut dapat diakses di kategori “Barang Kebutuhan”, bisa diakses lewat situs web dan aplikasi.

Senior Executive Zilingo Indonesia Melina Marpaung mengatakan, kehadiran layanan baru ini tak dapat terlepas dari dampak pandemi Covid-19. Menurutnya, situasi yang berlangsung sejak tahun lalu ini telah meningkatkan kesadaran konsumen akan hidup sehat dan kebutuhan nutrisi.

Kemudian, berdasarkan laporan Euromonitor berjudul Purposeful Food: Demand Rising in Southeast Asia in 2021 & Beyond, lebih dari setengah responden di Asia Tenggara meyakini mereka akan lebih menjaga kesehatan dalam lima tahun mendatang. Berbagai faktor ini memicu lonjakan minat konsumen terhadap produk buah-buahan dan sayur-sayuran.

“Platform e-commerce dapat memberikan pengaruh yang kuat dalam mempromosikan produk di segmen kesehatan dengan berbagai macam pilihan. Pengaruh ini juga mendorong konsumen lebih bijak dalam memilih makanan,” ungkap Melina dalam pernyataan tertulisnya.

Di samping itu, lanjutnya, pandemi membuka kesempatan bagi produsen makanan organik, natural, dan fungsional untuk membantu konsumen menjalankan hidup sehat. Kesempatan ini justru semakin terbuka lebar seiring dengan semakin kuat ekosistem digital dan akselerasi penggunaan e-commerce di kalangan masyarakat.

Untuk melayani permintaan konsumen yang terus meningkat, Zilingo menggandeng mitra logistik dan pelaku usaha horeka yang produknya tengah diminati masyarakat, seperti madu, ekstrak rempah, dan herbal. Saat ini Zilingo telah bermitra dengan beberapa merek organik dan natural di Indonesia, seperti Talasi, Haldin Foods, Alteya Organics dan Maidanatural.

“Penting untuk berkolaborasi dengan mitra logistik dan pelaku usaha horeka agar dapat menjaga pasokan saat permintaan meningkat. Apalagi, integritas produk organik dan natural dalam waktu yang tidak menentu seperti sekarang menjadi sangat penting, termasuk transparansi dalam proses pengadaan,” tambahnya.

Menurutnya, produk organik dan natural telah berkembang menjadi bagian dari ekspektasi dasar konsumen terhadap tren makanan di industri produk natural. Ini menjadi momentum bagi pelaku usaha horeka untuk memanfaatkan tren yang dan dan membantu mempercepat pemulihan industri.

Dalam kesempatan ini, Zilingo juga meluncurkan kampanye “Sustainable Living” untuk membantu konsumen melakukan pengadaan dengan penawaran mulai dari Rp40 ribu dan mengakomodasi permintaan konsumen di Zilingo Trade.

Ramai-ramai masuk bisnis makanan

Masuknya Zilingo ke bisnis makanan di Indonesia semakin memperkuat persaingan dengan platform lainnya. Momentum pandemi banyak dimanfaatkan oleh pelaku startup untuk melakukan diversifikasi bisnis di tengah meningkatnya akselerasi digital.

Model bisnis yang digarap kebanyakan bermain di ranah jasa pengantaran makanan (food delivery). Awalnya, layanan food delivery dikuasai oleh super app Gojek dan Grab. Kemudian, pesaing kuatnya Shopee melalui ShopeeFood mulai agresif masuk ke bisnis ini sejak setahun terakhir.

Traveloka yang awalnya hanya masuk ke layanan directory dan voucher F&B juga mulai gencar sejak tahun lalu menjajal layanan food delivery. Belum lagi ditambah Bukalapak lewat BukaFood dan startup logistik SiCepat yang melakukan diversifikasi vertikal dengan mencaplok DigiResto.

Aksi platform digital ini menandakan adanya permintaan luar biasa terhadap bisnis makanan secara on-demand. Nilai bisnisnya juga menggiurkan. Riset Momentum Works melaporkan bahwa layanan food delivery mengalami percepatan pertumbuhan selama pandemi.

GMV pengiriman makanan di enam negara di Asia Tenggara mencapai angka fantastis, yakni sebesar $11,9 miliar atau Rp169 triliun di 2020. Sementara di Indonesia saja, nilainya mencapai $3,7 miliar atau setara Rp52 triliun yang didominasi dua pemain besar, yakni Grab dan Gojek dengan porsi masing-masing sebesar 53% dan 47% dari total pangsa pasar.

Tampaknya bisnis food delivery akan menjadi babak baru yang akan dihadapi lintas platform digital, dan tak terbatas pada satu vertikal saja. Dengan ekosistem digital yang semakin matang di Indonesia, akan mudah bagi startup untuk mendapatkan traksi yang signifikan. Namun, bisa saja aksi bakar uang tetap dilakukan.

Application Information Will Show Up Here

Lalamove Agendakan Ekspansi di Pulau Jawa, Bidik Penambahan Kurir 10 Kali Lipat

Platform layanan on-demand Lalamove membidik penambahan jumlah kurir hingga sepuluh kali lipat di 2022 untuk mendukung rencana ekspansinya ke kota-kota besar di Indonesia. Sebagai permulaan, Lalamove memperluas cakupan pengiriman instan ke Bandung Raya.

Menurut City Director Lalamove Indonesia Andi M. Rizki, Bandung dipilih sebagai kota ekspansi selanjutnya setelah Jabodetabek karena memiliki populasi dan potensi pertumbuhan UMKM yang besar. Untuk langkah awal, perusahaan mengoperasikan 5 ribu pengemudi di Bandung, baik untuk armada roda dua maupun roda empat.

“Bandung berperan penting sebagai langkah permulaan ekspansi kami. Kami ingin membantu pasar UMKM untuk mengembangkan pemasaran produk tanpa memikirkan pengiriman. Untuk itu, kami menargetkan dapat menjangkau kurang lebih sebesar 30% pasar UMKM yang ada di sana,” ujar Andi dalam keterangan resminya.

Dihubungi DailySocial secara terpisah, Andi menambahkan bahwa pihaknya akan melanjutkan ekspansi ke kota-kota besar di Pulau Jawa. Salah satu fokus utama ekspansinya adalah wilayah yang memiliki potensi UMKM besar. Dalam jangka panjang, perusahaan menargetkan layanan pengiriman on-demand Lalamove dapat tersedia di seluruh kota di Indonesia.

“Kami terus berusaha untuk memenuhi kebutuhan para pengguna kami dengan variasi armada dan kecepatan pengiriman. Untuk mengakomodasi rencana ini, kami akan menambah [jumlah kurir] hingga sepuluh kali lipat menjelang 2022,” ujarnya kepada DailySocial.

Sekadar informasi, Lalamove merupakan startup logistik asal Hong Kong yang melayani one stop solution untuk pengiriman instan on-demand dengan berbagai pilihan armada, mulai dari motor, mobil MPV, hingga mobil pick up. Berdasarkan data Crunchbase, Lalamove telah mengantongi gelar unicorn dengan valuasi sebesar $2,5 miliar.

Lalamove beroperasi di lebih dari 20 kota di seluruh Asia, Amerika Latin, dan Amerika Serikat dengan total pengguna dan pengemudi masing-masing mencapai 7 juta dan 700 ribu kurir.

Di Indonesia, Lalamove baru beroperasi sejak 2018 dan kini telah memiliki 80 ribu pengemudi, 5 ribu mitra bisnis, dan mengantongi 400 ribu pesanan pengiriman setiap bulannya. Kategori bisnisnya beragam mulai dari F&B, wholesale, hingga moving service.

Tak hanya segmen individual, Lalamove juga menyediakan pengiriman instan ke segmen B2B yang menurutnya memberikan kontribusi sedikit lebih besar ke bisnisnya di Indonesia.

Untuk memperkuat layanannya, Lalamove menawarkan fitur multiple stop atau pengiriman ke beberapa tujuan langsung (maksimal 19 alamat) dalam satu transaksi. Selain itu, pengguna juga dapat melakukan penjadwalan pengiriman hingga 30 hari sebelumnya.

Di Indonesia sendiri, Lalamove bersaing ketat dengan berbagai platform logistik on-demand. Dimulai dari superapp seperti Gojek dan Grab, hingga pemain lain seperti Anteraja dan Paxel.

Perkuat posisi di pasar logistik on-demand

Lebih lanjut, Lalamove menyebutkan bahwa rencana ekspansi ini juga sejalan dengan meningkatnya tren pengiriman barang secara instan, terutama di situasi pandemi Covid-19. Perusahaan mencatat transaksi pengirimannya naik hingga sepuluh kali lipat dibandingkan periode sama tahun lalu.

Menurut Andi, pandemi tak hanya mengubah perilaku berbelanja masyarakat yang mulai beralih ke online, tetapi juga membuat ekspektasi terhadap kecepatan pengiriman semakin besar.

Ekspansi ini juga menjadi strategi Lalamove untuk memperkuat posisinya di pasar pengiriman instan. Artinya, perusahaan ingin mendorong penggunaan layanannya tak hanya untuk pengiriman belanja online, tetapi juga untuk kebutuhan sehari-hari, mulai dari belanja sayur, obat, hingga kebutuhan holistik untuk ekosistem delivery berskala besar.

“Dengan penambahan armada, kami optimistis melakukan ekspansi. Kami melihat tren permintaan industri logistik meningkat tajam di 2020 dan kami prediksi momentum ini terus berlanjut,” tambahnya.

Application Information Will Show Up Here

Standard Chartered dan Bukalapak Hadirkan Layanan Perbankan Digital dalam Waktu Dekat

Standard Chartered Bank Indonesia dan Bukalapak resmi memperkenalkan aplikasi digital banking yang direncanakan meluncur ke publik dalam waktu dekat. Produk ini merupakan kelanjutan dari kemitraan strategis yang diteken keduanya pada awal 2021.

Kemitraan yang dimaksud adalah melakukan integrasi layanan banking-as-a-service (BaaS) nexus milik Standard Chartered Bank ke platform Bukalapak. Ada dua fokus area yang dibidik. Pertama, menghadirkan inovasi keuangan dan ecommerce melalui ekosistem Bukalapak. Kedua, mendorong inklusi keuangan kepada 100 juta pengguna dan 13,5 juta UKM di Bukalapak.

Dari kesepakatan tersebut, Bukalapak memperoleh investasi sebesar $200 juta atau setara 2,8 triliun rupiah dari Standard Chartered Bank yang akan digunakan untuk kebutuhan ekspansi.

Dalam keterangan resminya, Cluster CEO Indonesia & ASEAN markets (Australia, Brunei, Filipina) Standard Chartered Andrew Chia mengatakan, Indonesia menjadi negara pertama peluncuran layanan Baas nexus di kawasan tersebut. “Indonesia memiliki posisi strategis dan menjadi pasar penting bagi Standard Chartered,” ungkapnya.

Sementara, Presiden BukaFinancial & Digital Victor Lesmana menambahkan, kolaborasi ini akan memudahkan Bukalapak untuk menjangkau segmen mass market dan UMKM di seluruh Indonesia. Demikian juga kalangan underbanked dan unbanked yang selama ini dinilai sulit mengakses layanan keuangan.

“Dengan teknologi sesuai kebutuhan dan sistem keamanan yang canggih, kami dapat menjembatani kesenjangan literasi keuangan,” papar Victor.

Sebelum ini, Standard Chartered juga menggandeng platform beauty commerce Sociolla untuk kerja sama serupa. Pihaknya mengimplementasikan nexus di Sociolla sehingga pengguna dapat mengakses layanan keuangan, seperti pembukaan rekening baru. Berdasarkan pemberitaan terakhir, layanan ini ditargetkan komersial pada akhir 2021.

Onboarding tanpa tatap muka

Layanan yang akan disuguhkan dalam layanan bank digital tersebut

Aplikasi digital banking ini ditargetkan akan tersedia di Google Play Store dan App Store dalam waktu dekat. Saat ini, perusahaan masih menunggu persetujuan dari Bank Indonesia (BI), tetapi sudah mengantongi lisensi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Kemudian, aplikasi ini juga memanfaatkan otomatisasi canggih dengan teknologi kecerdasan buatan (AI) pada proses Know Your Client (KYC), yakni pengenalan biometri wajah dan validasi e-KTP. Dengan begitu, pengguna dapat melakukan onboarding sepenuhnya digital tanpa perlu verifikasi tatap muka di mana saja dan kapan saja.

Selain itu, perusahaan juga mengimplementasikan enkripsi kelas industri (TLS1.2) untuk mengamankan data sensitif serta menghindari upaya pengintaian data. Untuk menjamin validasi identitas nasabah yang sahih sebelum memberikan akses ke pemilik rekening dan aplikasi digital, pengguna diberikan autentikasi multi-faktor dengan soft token PIN.

BaaS melalui ekosistem digital

Sinergi dengan model ini memang bukan yang pertama di Indonesia. Sejumlah bank lain sudah melakukan kolaborasi dengan platform digital untuk menjangkau nasabah baru. Misalnya, BRI berkolaborasi dengan Grab, Tokopedia dengan BRI Ceria, dan Shopback dengan TMRW (UOB Bank).

Sebetulnya, sejumlah bank sudah menawarkan layanan pembukaan rekening online, tetapi kebanyakan masih melalui aplikasi mobile banking. Beberapa tahun terakhir sektor perbankan mulai mengubah pendekatan yang selama ini dilakukan secara konvensional. Ini menjadi salah satu upaya menjangkau segmen unbanked yang terkendala mengakses kantor cabang.

Sebagaimana diketahui, Bank-as-a-Service (BaaS) kini telah menjadi salah satu strategi kunci dalam konsep open banking. Modelnya memungkinkan bank digital dan pihak ketiga untuk terhubung dengan sistem bank secara langsung melalui API. Dengan begitu, kedua belah pihak dapat membangun layanan di atas infrastruktur penyedia sekaligus membuka peluang mengembangkan produk open banking lainnya.

Model ini juga mulai banyak diterapkan bank-bank di dunia karena dinilai lebih efisien. Dalam sekop global, mengutip laporan firma riset Oliver Wyman, pengimplementasian BaaS dapat menjangkau lebih banyak pengguna baru dan menekan biaya akuisisi pelanggan dari kisaran $100-$200 per pelanggan menjadi $5-$35.

Application Information Will Show Up Here

Bukalapak Berniat Melantai di Bursa AS dengan IPO Lokal sebagai Pendahulu

Tampaknya 2021 akan banyak diramaikan oleh rencana IPO dari sejumlah startup Indonesia. Setelah GoTo dan Tiket.com, baru-baru ini Bukalapak dikabarkan telah mengajukan permohonan untuk melakukan penawaran saham perdananya di Jakarta.

Berita ini sekaligus mengonfirmasi kabar Bukalapak yang sempat mempertimbangkan IPO beberapa waktu lalu. Namun, perwakilan Bukalapak, seperti diberitakan SCMP, menyebut pihaknya belum membuat keputusan apapun terkait hal ini.

Menurutnya, saat ini Bukalapak masih mencari peluang pertumbuhan dan akses permodalan. “Fokus kami adalah menemukan strategi yang tepat untuk menjadi perusahaan sustainable dan menciptakan value bagi mitra dan pengguna dalam jangka panjang,” ungkapnya.

Jika IPO ini terealisasi, aksi korporasi ini akan menjadikan Bukalapak sebagai salah satu startup teknologi besar pertama yang go public di Indonesia. Adapun, DailySocial telah mencoba mengonfirmasi kabar ini ke eksekutif Bukalapak, namun belum ada respons dari pihak terkait hingga berita ini diturunkan.

Jajaran investor Bukalapak

Sebagaimana dirangkum DealStreetAsia, saat ini ada tiga pemegang saham mayoritas yang menguasai sebesar 61,9% kepemilikan di Bukalapak, antara lain PT Kreatif Media Karya (31,9%), API (Hong Kong) Investment Limited (17,4%), dan GIC Singapore melalui Archipelago Investment Pte Ltd (12,6%).

Secara keseluruhan, terdapat total 47 pemegang saham di Bukalapak. Dari jumlah tersebut, sebanyak 13 pemegang saham menggenggam 90,46%. Sementara, 34 lainnya hanya memegang kepemilikan saham dalam jumlah kecil, termasuk Co-founder Bukalapak Achmad Zaky Syaifudin yang menguasai 5,8%, Muhamad Fajrin Rasyid sebesar 3,53%, dan Nugroho Herucahyono 2,78%.

Sekadar informasi, Kreatif Media Karya (KMK) adalah anak usaha bisnis digital dari PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTEK), perusahaan konglomerasi media dan teknologi milik Sariaatmadja. Ant Group selaku induk usaha Alibaba menguasai saham Bukalapak melalui API (Hong Kong) Investment Limited.

Baik EMTEK dan API, sama-sama mayoritas saham di platform uang digital DANA. Sebagai tambahan, API memiliki 45% saham DANA lewat anak perusahaan tidak langsung, yakni PT Elang Andalan Nusantara.

Lebih lanjut, beberapa investor menggunakan lebih dari satu kendaraan untuk berinvestasi di Bukalapak. Ambil contoh, Indies Capital Partners berinvestasi lewat dua perusahaan, yaitu Komodo Indigo Investment Ltd (0,51%) dan Komodo Opportunity Venture 1 Ltd (0,51%).

Kemudian, perusahaan ventura berbasis di AS 500 Startups mengalokasikan investasi melalui sejumlah dana kelolaan antara lain 500 Durians II LP, 500Durians LP, 500 Kimchi LP, 500 Startups III, dan 500 Startups IV LP.

Jika dirinci berdasarkan negara asal, tiga pemegang saham teratas Bukalapak terdiri dari Indonesia sebesar 50,96%, diikuti Hong Kong di urutan kedua sebesar 21,62%, dan Singapura 16,58%.

Listing AS lewat pendahulu jalur lokal

Bukalapak juga dilaporkan telah mengajukan listing proposal ke Bursa Efek Indonesia (BEI), dan diperkirakan dapat terealisasi pada awal Agustus. Untuk itu, platform e-commerce ini menunjuk Mandiri Sekuritas dan UBS AG Indonesia sebagai underwriter untuk listing di dalam negeri.

Sementara itu, Bukalapak juga menunjuk Merrill Lynch untuk mengeksplorasi peluang go public di Amerika Serikat (AS). Rencana IPO di Indonesia diyakini sebagai upaya awalan sebelum mendarat di bursa saham AS yang berpotensi terjadi melalui kendaraan Special Purpose Acquisition Company (SPAC).

Selain Bukalapak, startup lainnya juga tengah menjajaki upaya serupa lewat kendaraan perusahaan cek kosong atau SPAC, seperti Traveloka, GoTo, Grab, dan Ticket.com. Bahkan pemerintah telah memberikan lampu hijau dengan menyiapkan sejumlah relaksasi. Salah satunya adalah menerbitkan saham kelas ganda (dual class share).

Dengan upaya IPO sebagai upaya mencari akses permodalan, Bukalapak ingin membidik target pasar yang lebih luas, yaitu ke wilayah-wilayah pedalaman. Hal ini juga dilakukan untuk menghindari head-to-head dengan dua pesaing terbesarnya Tokopedia dan Shopee yang lebih banyak menguasai pasar di kota-kota besar atau metropolitan.

Bukalapak juga melihat peluang di mana sebanyak 70% retailer di Indonesia adalah toko yang dikelola keluarga. Untuk membidik segmen ini, mereka telah bermitra dengan 500 ribu warung di Indonesia.

Terlebih di situasi pandemi Covid-19, tak sedikit pelaku bisnis dan merchant di Indonesia yang terpaksa mengalihkan layanannya ke online demi mempertahankan bisnis. Sejumlah platform e-commerce mendapatkan keuntungan dari akselerasi digitalisasi ini.

Dengan strategi tersebut, Bukalapak ingin mengadaptasi taktik online-to-offline (O2O) yang digunakan raksasa e-commerce Alibaba Group dan Amazon kepada pasar yang lebih matang. Di sini, pelanggan memiliki pilihan untuk menjelajah di toko fisik yang dikombinasikan dengan penawaran dari platform digital.

Application Information Will Show Up Here

Treasury Gold Investment Platform Provides Crypto Asset Trading Service

Treasury digital gold investment platform officially provides crypto asset trading services. Treasury collaborates with Tokocrypto to offer crypto assets as an alternative investment besides gold.

In a virtual press conference today (03/6), Treasury’s CEO, Dian Supolo said that Indonesian people’s interest in digital assets has experienced significant growth in recent years. The Commodity Futures Trading Regulatory Agency (BAPPEBTI) noted that the Indonesian crypto asset investors has reached 4.45 million as of March 2021.

In addition, through this new service, his team wants to drive financial balance in digital asset transactions. He said, the concept of financial balance in asset diversification is the basic principle of financial management.

“We don’t just make crypto [investment] services because we don’t want users to only think about money. We also want to educate the public through our products,” Dian said.

Treasury partners with Tokocrypto because it is considered to have the same frequency, not only investing for the sake of profits, but also being responsible for creating a balanced investment culture.

On the same occasion, Tokocrypto’s Co-founder & CEO, Pang Xue Kai also said that this collaboration is expected to improve the crypto asset ecosystem as a better and safer alternative asset class in Indonesia.

“Many still assume that crypto trading is illegal in Indonesia, even though the government has unlocked the access. We encourage a safe crypto trading ecosystem here as we are trying to avoid potential money laundering,” Kai said.

In a general note, Tokocrypto is the first crypto platform in Indonesia to have a license from BAPPEBTI. In April 2021, Tokocrypto officially introduces Toko Token (TKO) which is the first local crypto project with a hybrid model (CeFi and DeFi) in Indonesia.

Previously, Pluang, which started as a gold investment application which later also diversified into crypto instruments. Pluang partners with Zipmex for strategic collaboration.

Crypto investment starts from Rp5,000

Treasury users can now buy and sell crypto assets starting at IDR 5,000. Currently, there are five options, including Bitcoin (BTS), Ethereum (ETH), Binance Coin (BNB), and Tether (USDT), while Toko Token (TKO) can be purchased in multiples of one token.

Dian said that Rp5,000 to start crypto investments are the ideal price for the Indonesian people. He said, this price should not interfere with the user’s money management for other needs, especially emergency funds.

Furthermore, his team currently offers five options as the Indonesian market enthusiasm for crypto is quite large. However, Dian added that there will be more options in the future. “We don’t want instant and rush to analyze data [on the market], everything has a process,” he said.

Just like other investments, users can buy and sell crypto assets through a piggy bank balance that can be top up via various available payment methods. Treasury also provides some features where users can check the total asset value or the details of each asset to an easy-to-understand profit/loss estimation.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Platform Investasi Emas Treasury Hadirkan Layanan Jual-Beli Aset Kripto

Platform investasi emas digital Treasury resmi menghadirkan layanan jual-beli aset kripto. Treasury turut menggandeng Tokocrypto untuk menawarkan aset kripto sebagai alternatif investasi selain emas.

Dalam konferensi pers yang digelar virtual hari ini (03/6), CEO Treasury Dian Supolo mengatakan bahwa minat masyarakat Indonesia terhadap aset digital mengalami pertumbuhan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) mencatat terdapat 4,45 juta investor aset kripto di Indonesia per Maret 2021.

Di samping itu, lewat layanan baru ini, pihaknya ingin mendorong penerapan konsep keseimbangan keuangan dalam bertransaksi aset digital. Menurutnya, konsep keseimbangan keuangan pada diversifikasi aset menjadi prinsip dasar pengelolaan keuangan.

“Kami tidak sekadar buat layanan [investasi] kripto karena kami tidak ingin pengguna hanya berpikir soal cuan. Kami juga ingin edukasi masyarakat lewat produk kami,” ungkap Dian.

Treasury menggandeng Tokocrypto karena dinilai memiliki frekuensi yang sama, yakni tak hanya sekadar berinvestasi untuk menikmati keuntungan, tetapi bertanggung jawab dalam menciptakan kultur investasi yang seimbang.

Pada kesempatan sama, Co-founder & CEO Tokocrypto Pang Xue Kai juga mengatakan, kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan ekosistem aset kripto sebagai alternatif asset class yang lebih baik dan aman di Indonesia.

“Masih banyak yang berasumsi kalau crypto trading itu ilegal di Indonesia, padahal pemerintah sudah membuka akses. We encourage safe crypto trading ecosystem di sini karena kami berupaya menghindari potensi money laundring,” kata Kai.

Sekadar informasi, Tokocrypto merupakan platform kripto pertama di Indonesia yang mengantongi izin dari BAPPEBTI. Pada April 2021, Tokocrypto resmi memperdagangkan Toko Token (TKO) yang merupakan proyek kripto lokal pertama dengan model hybrid (CeFi dan DeFi) di Indonesia.

Sebelumnya ada Pluang, yang berawal dari aplikasi investasi emas yang kemudian juga melakukan diversifikasi ke instrumen kripto. Pluang menggandeng Zipmex sebagai mitra stratgis.

Investasi kripto mulai dari Rp5.000

Pengguna Treasury kini dapat melakukan jual-beli aset kripto mulai dari harga Rp5.000. Saat ini, baru terdapat lima pilihan koin, antara lain Bitcoin (BTS), Ethereum (ETH), Binance Coin (BNB), dan Tether (USDT), sedangkan Toko Token (TKO) dapat dibeli dengan kelipatan satu token.

Dian menilai, investasi kripto mulai dari Rp5.000 menjadi harga ideal yang dapat dijangkau oleh masyarakat Indonesia. Menurutnya, investasi di harga tersebut juga diharapkan tidak sampai mengganggu pengelolaan uang pengguna untuk kebutuhan lain, terutama dana darurat.

Lebih lanjut, saat ini pihaknya baru menghadirkan lima koin karena antusiasme pasar Indonesia terhadap kripto tersebut terbilang besar. Namun, Dian menambahkan akan ada lebih banyak pilihan koin ke depannya. “Kami tidak mau instan dan tidak mau terburu-buru menganalisis data [di pasar], semua ada prosesnya,” tuturnya.

Sama seperti investasi lainnya, pengguna dapat melakukan jual-beli aset kripto melalui saldo Celengan yang dapat di-top up lewat berbagai metode pembayaran yang tersedia. Treasury juga menghadirkan sejumlah fitur di mana pengguna dapat mengecek nilai aset total atau rincian dari setiap aset hingga estimasi profit/loss dengan persentase yang mudah dipahami.

Application Information Will Show Up Here

Telkomsel Mitra Inovasi Reportedly Involved in the Funding of EVOS Esport

Telkomsel Mitra Innovation (TMI) is reportedly involved in the series B round for the local esports team “EVOS Esports”. This is TMI’s debut to invest outside tech-based service startups.

DailySocial has contacted TMI and EVOS representatives to confirm, but they neither willing to comment on the issue.

In a general note, EVOS Sports is a Jakarta-based esports organization founded by Ivan Yeo, Hartman Harris, and Wesley Yiu in 2016. Apart from Indonesia, EVOS has esports teams in Singapore, Thailand, Malaysia, and Vietnam. In addition, EVOS has entered the content, merchandise, event, and Head of Talent (KOL) business under WHIM Management.

Meanwhile, Telkomsel Mitra Innovation is an investment arm founded by Telkomsel in 2019. The company focuses on investments in the IoT, big data, and entertainment (music, games and video) verticals. The goal is none other than to improve the digital business ecosystem, especially in the telecommunications industry. Some of TMI’s portfolios include PrivyID, Qlue, Roambee, Sekolahmu, and TADA.

Community as the new target user

EVOS ha received funding from venture capital several times, both domestic and foreign. Based on Hybrid data, Attention Holdings Pte. Ltd., EVOS’ parent company, raised $12 million in series B funding in October 2020.

The funding round was led by Korea Investment Partners and several other investors, including Mira Asset Ventures, Woowa Brothers, and IndoGen Capital. Also involved are Insignia Ventures Partners, which previously led the EVOS series A funding round in 2019.

IndoGen Capital’s Managing Partner Chandra Firmanto said, Indonesian esports fan base is very large that it attracts companies to enter this industry. “The Indonesian esports team will be successful as we have strength in the community. This is also due to the number of young Indonesians and their quite large spending,” he said.

In the context of TMI, Telkomsel already has its own esports team, Dunia Games (DG) Esports. However, referring to the above thesis, and if Telkomsel confirms this investment, there is a chance that the cellular market leader intend to target a wider new market segment.

Telkomsel can expand its telco business by targeting EVOS’ large community base. Quoting Kompas.com, Esports Charts data named EVOS as the most popular esports team in Southeast Asia. EVOS’ high reputation is reinforced by a total of 6.4 million followers on various social media platforms, including TikTok, Instagram, YouTube, Twitter, and Facebook.

In addition, EVOS also provide membership programs, both free and subscription, which have been released since mid 2020. EVOS Esports’ Co-founder & CEO, Ivan Yeo said this program is the company’s strategy to win the millennial and gen Z market. EVOS is also known to collaborate with TikTok to grow their influencer business.

In fact, the Newzoo report states that the value of the global esports industry is estimated to reach $1.1 billion or Rp15.4 trillion in 2020. Meanwhile, the largest esports market is still controlled by China with a value of $385.1 million, followed by North America at $252.8. million.

In Indonesia, the mobile esports market continues to grow rapidly. Newzoo 2019 data states that 52 million of the total 82 million smartphone users are mobile game players. Revenue from the mobile game industry in Indonesia is estimated to contribute $624 million or equivalent to Rp8.7 trillion.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian