Startup Pengembang eSIM “Truely” Raih Pendanaan dari 1982 Ventures, Beenext, Kopital Ventures, dan Sejumlah Angels

Truely, penyedia layanan eSIM untuk pelancong, hari ini mengumumkan berhasil meraih pendanaan sebesar $3.5 juta atau setara Rp53,7 miliar dipimpin oleh 1982 Ventures. Pendanaan ini juga melibatkan partisipasi dari Beenext, Kopital Ventures, serta beberapa investor strategis, termasuk JJ Chai (ex-AirbnB), Kum Hong Siew (ex-Airbnb), HY Sia (Founder of Tranglo), Mohammad Gharaybeh, Qin En Looi, Eric Dadoun, dan Gilbert Relou.

Didirikan pada Juli 2023, Truely lahir sebagai spin-off dari Bikago Mobile, sebuah layanan eSIM yang sukses di Bali untuk para wisatawan internasional. Dengan memanfaatkan kesuksesan dalam menyediakan konektivitas tanpa hambatan bagi pengunjung di Bali, Truely kini berkembang menjadi pemain global dalam pasar eSIM.

Meskipun berkantor pusat di Singapura, Truely tetap terhubung dengan akarnya di Indonesia melalui pusat layanan pelanggan dan operasi 24/7 yang berlokasi di Bali, dengan tim beranggotakan 20 profesional Indonesia di bidang layanan pelanggan, pemasaran, keuangan, dan sumber daya manusia. Pusat ini memainkan peran penting dalam mendukung operasional global Truely.

Truely hadir dengan teknologi Switchless™ eSIM yang memungkinkan pelancong mengakses paket data lokal di lebih dari 200 negara tanpa perlu mengganti kartu SIM fisik atau menghadapi biaya roaming yang mahal. Teknologi ini menawarkan pemasangan eSIM yang mudah, harga bersaing, dan dukungan 24/7 untuk memberikan pengalaman konektivitas yang mulus.

Dengan layanan yang kompatibel dengan sebagian besar smartphone modern, pengguna Truely dapat memasang eSIM tanpa perlu mengganti SIM asli mereka, serta memanfaatkan dual SIM untuk fleksibilitas tambahan. Aplikasi Truely kini tersedia di App Store dan Google Play, sehingga pengguna bisa langsung mendaftar melalui situs web atau aplikasi dan terhubung ke internet di mana pun mereka berada.

Menurut riset Kaleido Intelligence, pasar ritel eSIM diprediksi akan mencapai US$3.3 miliar pada 2025, dengan pertumbuhan tahunan hampir 50%. Truely melihat peluang ini dan menawarkan paket fleksibel untuk berbagai jenis pelancong—mulai dari pekerja nomaden digital hingga keluarga yang berlibur—dengan tarif lokal yang kompetitif tanpa biaya roaming tambahan.

Dengan pendanaan baru ini, Truely berencana mengembangkan layanan B2B2C untuk operator perjalanan besar, maskapai, bandara, serta penyedia layanan lainnya. Mereka juga akan meluncurkan lebih banyak produk untuk memastikan pelancong tetap terhubung dengan tempat kerja dan keluarga mereka.

Founder & CEO Truely Simon Landsheer menyatakan, “Kami menciptakan Truely dengan fokus pada pengalaman pengguna. Teknologi eSIM kami yang fleksibel dan terjangkau menawarkan cakupan terbaik dengan kemudahan penggunaan yang tak tertandingi.”

Perjalanan Truely dari layanan lokal di Bali hingga menjadi pemimpin global menyoroti komitmen mereka dalam menyediakan konektivitas yang andal, terjangkau, dan mudah bagi pelancong di seluruh dunia. Pendanaan ini menempatkan Truely dalam posisi strategis untuk mendominasi pasar eSIM yang sedang berkembang pesat, terutama di tengah pemulihan perjalanan global pasca-pandemi.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Broom Raih Pendanaan Rp380 Miliar Dipimpin Openspace Ventures

Broom, startup yang bergerak di bidang marketplace mobil bekas di Indonesia, telah berhasil mengamankan pendanaan Seri A+ sebesar $25 juta atau setara Rp380 miliar. Dana ini akan digunakan untuk mempercepat digitalisasi sektor otomotif tradisional di Indonesia, salah satu industri terbesar di Asia Tenggara.

Pendanaan ini dipimpin oleh Openspace, dengan partisipasi dari AC Ventures, Quona Capital, MUFG Innovation Partners, dan PKSHA Capital.

Seblumnya Broom mengumumkan pendanaan pra-seri A pada Maret 2023 lalu senilai $10 juta. Berdasarkan data yang dilaporkan ke regulator, AC Ventures dan Quona Capital (keduanya adalah investor terdahulu), serta MUFG Innovation Partners dan BRI Ventures turut berpartisipasi pada putaran ini. Di pendanaan awalnya, Broom juga telah mengantongi dana senilai $3 dipimpin oleh AC Ventures, serta partisipasi dari Quona Capital dan beberapa angel investor, termasuk pendiri Kopi Kenangan dan Lummo.

Pendanaan ini datang setelah Broom mencatat pertumbuhan bisnis yang signifikan sepanjang tahun lalu. Pada paruh pertama 2024, berbagai lini bisnis utama dan baru Broom menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa. Dengan investasi ini, Broom berencana memperluas pasar, melanjutkan kemitraan strategis, dan membangun tim yang solid untuk mendorong kesuksesan jangka panjang.

“Kami senang dapat terus mendukung Broom dalam proses digitalisasi sektor otomotif tradisional, dengan fokus pada penyediaan solusi pembiayaan yang lebih baik untuk dealer, yang merupakan tulang punggung industri ini,” ujar Direktur Eksekutif Openspace  Ayu Tanoesoedibjo.

Misi transformasi sektor otomotif

Co-Founder & CEO Broom Pandu Adi Laras menegaskan bahwa pendanaan ini adalah bukti kepercayaan investor terhadap misi perusahaan untuk mengubah industri otomotif. Ia menyebutkan bahwa tantangan seperti opsi pembiayaan yang ketinggalan zaman dan kurangnya integrasi digital telah menghambat perkembangan dealer dan konsumen.

“Dengan menyediakan solusi menyeluruh, termasuk pembiayaan yang lebih inovatif dan inklusif untuk dealer di seluruh Indonesia, kami berharap dapat mentransformasi industri ini dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan,” ujar Pandu.

Pertumbuhan Broom terlihat dari pencapaian finansial yang signifikan. Pada paruh pertama 2024, Broom mencatat peningkatan penyaluran dana dari produk Buyback—solusi bagi dealer mobil untuk menjual sementara stok kendaraan mereka guna mendapatkan modal kerja—dengan kenaikan 144,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, mencapai Rp1,1 triliun (US$72,5 juta).

Lebih dari 7.000 dealer otomotif UMKM telah terbantu melalui produk ini. Selain itu, layanan baru Broom Leasing Channeling (BLC), yang diluncurkan pada kuartal keempat 2023, telah menghasilkan 2.300 transaksi dengan pendapatan lebih dari US$17 juta dan meraih pangsa pasar sebesar 25 persen pada paruh pertama 2024.

Langkah strategis di tengah tantangan pendanaan

Di tengah kondisi sektor pendanaan yang menantang, di mana data Asia menunjukkan pembiayaan berada pada level terendah sejak 2015, kesuksesan Broom dalam mendapatkan pendanaan ini semakin menegaskan posisi perusahaan di jalur pertumbuhan yang kuat.

Dengan total investasi yang telah diterima hingga saat ini, Broom berada dalam posisi yang kuat untuk mengeksekusi rencana pertumbuhannya. Pada paruh kedua 2024, Broom akan fokus pada ekspansi operasi ke Indonesia bagian barat dan timur, bekerja sama dengan 23 perusahaan multifinance untuk mempermudah proses transaksi melalui integrasi API, serta memperkuat kapabilitas organisasi dengan mempertahankan dan merekrut talenta terbaik.

“Pendekatan inovatif Broom terhadap pembiayaan otomotif tidak hanya mengubah industri konvensional, tetapi juga meningkatkan nilai bagi mitra dan pelanggan kami, dengan solusi yang lebih cepat, mudah, dan efisien,” tutup Pandu.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Fuse Tunjuk Ivan Sunandar sebagai CEO, Fokus Perluasan di Asia Tenggara dan Tiongkok

Startup insurtech Fuse resmi menunjuk Ivan Sunandar sebagai Chief Executive Officer (CEO) baru. Sebelumnya, Ivan menjabat sebagai Chief Operation Officer (COO) perusahaan ini. Sementara itu, CEO sebelumnya, Andy Yeung, kini mengambil peran sebagai Ketua Dewan Direksi untuk memimpin arah strategis perusahaan.

Sejak bergabung pada 2018, Ivan dan Andy telah bekerja sama dalam mengembangkan platform mobile Fuse yang inovatif, yang mengubah cara agen asuransi menjual produk serta memperkenalkan asuransi mikro yang terjangkau melalui e-commerce. Kolaborasi ini diklaom berhasil menjadikan Fuse sebagai pemimpin insurtech di kawasan Asia Tenggara.

“Saya merasa terhormat untuk memimpin Fuse di saat penting ini. Bersama tim manajemen, kami akan terus menjalankan misi kami dalam memanfaatkan teknologi mutakhir untuk mendemokratisasi akses asuransi di Asia Tenggara,” ungkap Ivan dalam keterangan resminya pada Senin (23/9).

Andy, yang kini fokus pada peran strategis sebagai Ketua Dewan Direksi, menyatakan kepercayaannya pada Ivan. “Dengan kondisi kesehatan saya, saya memutuskan untuk mundur dari operasional harian. Saya yakin Ivan akan mampu membawa Fuse tumbuh lebih besar dan merevolusi ekosistem asuransi di Asia Tenggara,” ujarnya.

Vincent Chan bergabung sebagai direktur noneksekutif

Fuse juga mengumumkan penunjukan Vincent Chan sebagai Direktur Noneksekutif. Vincent memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di bidang ekuitas swasta di Asia dan telah berinvestasi pada lebih dari 80 perusahaan teknologi di wilayah tersebut. Pengalamannya diharapkan akan membantu Fuse memperkuat posisinya di Asia Tenggara dan memperluas kehadirannya di Kawasan Teluk Besar Tiongkok.

“Saya sangat antusias bergabung dengan Dewan Direksi Fuse. Perusahaan ini telah menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa dan saya berharap dapat berkontribusi dalam perjalanan sukses ini,” ujar Vincent.

Didirikan pada 2017, Fuse dikenal sebagai pionir dalam pengembangan platform teknologi mobile untuk mendistribusikan produk asuransi dengan lebih efisien. Dengan lebih dari 400 karyawan dan 24 kantor cabang di Indonesia, Vietnam, dan Tiongkok, Fuse terus berupaya mempermudah akses asuransi bagi masyarakat melalui kemitraan dengan perusahaan asuransi lokal serta platform e-commerce.

Penunjukan Ivan Sunandar dan bergabungnya Vincent Chan diharapkan akan memperkuat strategi perusahaan dalam memperluas jangkauan dan pengaruhnya di industri insurtech, baik di Asia Tenggara maupun di wilayah lainnya.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Kata.ai Jalin Kemitraan dengan Kanari AI, Siap Perluas Bisnis di Asia Tenggara dan Timur Tengah

Kata.ai, platform chatbot berbasis AI, mengumumkan kemitraan strategis dengan Kanari AI, pemimpin teknologi pengenalan suara di wilayah Timur Tengah. Kerja sama ini bertujuan untuk memperluas jangkauan dan memperkuat solusi AI percakapan di pasar Timur Tengah dan Asia Tenggara, sejalan dengan meningkatnya permintaan akan pengalaman interaktif berbasis AI.

Melalui kemitraan ini, teknologi pengenalan suara canggih dari Kanari AI akan diintegrasikan dengan platform chatbot Kata.ai, menciptakan pengalaman AI percakapan yang mulus dan multi-bahasa. Kerja sama ini diharapkan mampu menjawab kebutuhan bisnis dalam meningkatkan interaksi dengan pelanggan, baik melalui suara maupun teks.

Co-Founder & CEO Kata.ai Irzan Raditya menyatakan antusiasmenya terhadap kolaborasi ini. “Dengan kemitraan ini, kami dapat menghadirkan solusi AI percakapan yang holistik bagi pengguna kami, memperkuat kemampuan bisnis untuk berinteraksi secara lebih efektif dengan pelanggan, terutama dalam bahasa lokal.”

Fitur yang dihadirkan

Secara umum, berikut fitur baru yang akan ditawarkan berkat kerja sama ini:

  1. Pengenalan Suara Lanjutan
    Kanari AI dikenal karena teknologi pengenalan suara dialek Arab yang mutakhir. Kini, jangkauannya diperluas untuk mencakup bahasa lain seperti Urdu, Hindi, Inggris, dan dalam waktu dekat, Bahasa Indonesia. Hal ini memungkinkan akurasi pengenalan suara yang lebih baik di berbagai konteks budaya.
  2. Integrasi Chatbot yang Mudah
    Platform chatbot Kata.ai menawarkan antarmuka yang ramah pengguna, yang mendukung interaksi yang lebih efektif melalui berbagai saluran, termasuk WhatsApp, Instagram DM, dan Facebook Messenger.
  3. Meningkatkan Keterlibatan Pelanggan
    Dengan menggabungkan pengenalan suara yang canggih dan antarmuka chatbot yang intuitif, kemitraan ini memungkinkan bisnis untuk menciptakan interaksi yang lebih dinamis dan personal dengan pelanggan.

Menghadirkan inovasi AI di pasar yang berkembang pesat

Industri AI yang terus berkembang membuka peluang bagi kedua perusahaan untuk berada di garis depan inovasi, khususnya di pasar Timur Tengah dan Asia Tenggara. Dengan memanfaatkan LLM dan teknologi AI percakapan terbaru, Kanari AI dan Kata.ai fokus untuk memberikan solusi yang disesuaikan dengan kebutuhan linguistik dan budaya di wilayah tersebut.

Co-Founder & CEO Kanari AI Ryan Carmichael mengatakan kemitraan dengan Kata.ai adalah langkah strategis yang penting untuk memperluas pilihan keterlibatan pelanggan di Timur Tengah. “Kami melihat permintaan yang semakin meningkat akan solusi AI percakapan multimodal, dan platform chatbot Kata.ai melengkapi teknologi pengenalan suara kami dengan sempurna,” ujarnya.

Peluang ekspansi di Asia Tenggara

Bagi Kata.ai, kemitraan ini merupakan langkah strategis untuk memperluas jangkauan di Asia Tenggara, terutama dalam menyediakan pengalaman interaksi berbasis suara dalam Bahasa Indonesia. Dengan keahlian Kanari AI di bidang pengenalan suara, platform chatbot Kata.ai akan menjadi lebih komprehensif, menawarkan pengalaman yang lebih baik bagi pelanggan di berbagai industri.

Kerja sama ini juga menunjukkan potensi besar bagi bisnis di Asia Tenggara untuk meningkatkan layanan pelanggan mereka melalui solusi AI yang lebih dinamis dan personal. Dengan pasar AI yang berkembang pesat, khususnya di Asia Tenggara, ekspansi Kata.ai melalui kemitraan ini akan semakin memperkuat posisinya sebagai pemain utama dalam teknologi AI percakapan di kawasan tersebut.

Sejauh ini Kata.ai telah melayani lebih dari 200 pelanggan perusahaan di Asia Tenggara, bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan pelanggan melalui solusi chatbot yang cerdas dan mudah digunakan.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

YouTube Gandeng Shopee Hadirkan Program Afiliasi “YouTube Shopping” di Indonesia

YouTube secara resmi meluncurkan Program Afiliasi YouTube Shopping di Indonesia dengan menggandeng Shopee sebagai mitra perdana. Melalui kerja sama ini, kreator konten di YouTube dapat memperoleh komisi dengan merekomendasikan produk dalam video mereka. Inisiatif ini memungkinkan penonton untuk lebih mudah menemukan dan membeli produk yang diminati, sekaligus membuka peluang tambahan bagi kreator untuk meningkatkan pendapatan mereka.

Program ini merupakan langkah strategis YouTube dalam memperluas fitur belanja di Asia Tenggara, dimulai dari Indonesia dan diikuti oleh Thailand serta Vietnam dalam beberapa minggu mendatang. Kreator yang memenuhi syarat dapat menandai produk yang dijual di Shopee dalam konten mereka, baik di video yang sudah ada maupun video baru, serta di saat live streaming.

Kolaborasi dengan Shopee, dukung UMKM dan ekosistem digital

Kemitraan dengan Shopee diharapkan dapat memberdayakan para kreator konten sekaligus mendukung pertumbuhan UMKM di Indonesia. Menurut Travis Katz, General Manager dan Vice President Shopping YouTube, peluncuran YouTube Shopping di Indonesia mengikuti kesuksesan program serupa di Amerika Serikat dan Korea. “Kami yakin kreator Indonesia akan memanfaatkan fitur ini secara kreatif untuk menyajikan konten belanja yang menarik,” ujar Katz.

Monica Vionna, Senior Director of Marketing Growth Shopee Indonesia, juga menegaskan optimisme Shopee terhadap kerja sama ini. Menurutnya, integrasi antara konten kreator dan produk di Shopee akan membantu pelaku usaha, termasuk UMKM, menjangkau lebih banyak pembeli potensial melalui konten menarik di YouTube.

Dengan fitur YouTube Shopping, penonton dapat langsung melihat produk yang direkomendasikan dalam deskripsi video atau melalui tombol khusus. Mereka akan diarahkan langsung ke halaman penjualan di Shopee, yang memudahkan proses pembelian tanpa harus meninggalkan platform YouTube. Langkah ini diharapkan tidak hanya meningkatkan pengalaman belanja online bagi pengguna, tetapi juga memberikan peluang bagi brand lokal untuk lebih dikenal oleh khalayak yang lebih luas.

Sebagai platform video yang kerap menjadi sumber inspirasi, YouTube mencatat bahwa pada tahun 2023, pengguna global menonton lebih dari 30 miliar jam video terkait belanja. Di Indonesia sendiri, survei Kantar menunjukkan 96% pengguna mencari informasi tentang produk melalui video online sebelum melakukan pembelian, menjadikan YouTube salah satu sumber utama dalam membangun kepercayaan konsumen.

Peluang baru bagi kreator konten

Program Afiliasi YouTube Shopping memberikan kreator kesempatan untuk mendapatkan komisi dengan menandai produk yang dijual di Shopee, membuka sumber penghasilan baru yang sebelumnya tidak ada. Bagi kreator seperti Wisnu Trijaya, program ini memberikan kemudahan untuk merekomendasikan produk favorit kepada audiens, sambil mendapatkan komisi dari penjualan yang dihasilkan.

Selain itu, YouTube juga berencana untuk mengundang lebih banyak mitra e-commerce dalam program afiliasi ini, guna memberikan lebih banyak pilihan produk bagi kreator dan penonton.

Dengan adanya kolaborasi ini, YouTube dan Shopee tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia, tetapi juga membuka jalan bagi para kreator konten dan pelaku UMKM untuk berkembang di era belanja online yang semakin dinamis.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

CarbonEthics Raih Pendanaan Awal Rp32,2 Miliar Dipimpin Intudo Ventures

CarbonEthics mengumumkan keberhasilan meraih pendanaan sebesar $2,1 juta atau setara Rp32,2 miliar dalam putaran pendanaan awal (seed) yang dipimpin oleh Intudo Ventures. Beberapa angel investor strategis lainnya turut serta dalam pendanaan ini.

Didirikan pada Mei 2019, CarbonEthics awalnya fokus pada pengembangan ekosistem blue carbon, sebelum memperluas cakupannya ke ekosistem gambut dan hijau. Dengan solusi iklim berbasis alam, perusahaan ini memadukan dampak lingkungan dan komersial, mengembalikan ekosistem alami yang rusak untuk mendukung bisnis dalam perjalanan dekarbonisasi mereka serta menciptakan sumber pendapatan baru.

CarbonEthics menawarkan tiga layanan inti, yaitu:

  1. Proyek Karbon Berbasis Alam: Melindungi ekosistem untuk menyerap karbon, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menjaga keanekaragaman hayati.
  2. Penanaman Pohon: Mendukung rehabilitasi ekosistem, khususnya ekosistem blue carbon.
  3. Konsultasi Karbon: Menyediakan layanan konsultasi ESG (Environmental, Social, and Governance) untuk membantu klien mencapai target pengurangan karbon dan mematuhi regulasi terkait.

Co-Founder & CEO CarbonEthics Bimo Soewadji, menyatakan bahwa pencapaian emisi nol bersih (net-zero) tidak hanya penting untuk melindungi bumi dari risiko perubahan iklim, tetapi juga membuka peluang pertumbuhan yang menguntungkan. “Kami mengundang lebih banyak mitra untuk bergabung dalam mengembangkan inisiatif iklim yang berdampak besar dan mendorong pertumbuhan berkelanjutan yang menguntungkan manusia dan planet,” ujar Bimo.

CarbonEthics juga bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk perusahaan swasta, BUMN, lembaga pemerintah, dan organisasi non-pemerintah. Beberapa klien ternama mereka antara lain Allianz, Ernst & Young, dan Danone. Hingga saat ini, CarbonEthics telah menyelesaikan studi kelayakan untuk proyek karbon di lahan seluas lebih dari 4,2 juta hektare dengan potensi proyek karbon lebih dari 1 juta ton CO2e per tahun, serta menanam sekitar 288.000 biota, termasuk mangrove, lamun, rumput laut, dan terumbu karang.

Melalui pendanaan ini, CarbonEthics akan memperkuat portofolionya dengan mengamankan proyek karbon tambahan dan merekrut ahli teknis terbaik untuk melayani kebutuhan klien. Pada tahun 2030, CarbonEthics menargetkan untuk melindungi dan memulihkan 8 juta hektare lahan serta menciptakan dampak CO2e lebih dari 160 juta ton, sembari membangun ekonomi berkelanjutan bagi lebih dari 50.000 masyarakat lokal.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Maybank Berikan Investasi Strategis ke Induk Fintech Lending Modalku

Maybank mengumumkan investasi strategis ke induk fintech lending Modalku, yakni Funding Societies dengan nilai yang tidak disebutkan. Melalui investasi ini, Maybank berencana menjajaki sinergi kolaboratif dengan Funding Societies untuk mendorong inklusivitas dan mengatasi kesenjangan pembiayaan bagi komunitas yang dilayaninya.

Investasi ini merupakan langkah awal dalam inisiatif baru Maybank untuk berinvestasi dan bermitra dengan organisasi berbasis digital yang berkualitas di ASEAN. Upaya ini sejalan dengan strategi M25+ Maybank yang bertujuan mempercepat digitalisasi dan menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi, baik di dalam maupun di luar sektor perbankan.

Presiden dan CEO Grup Maybank Dato’ Khairussaleh Ramli menyatakan, “Investasi kami di Funding Societies menegaskan komitmen kami dalam mendorong inklusi keuangan, sesuai dengan tujuan kami untuk memanusiakan layanan keuangan. Dengan menggabungkan keahlian perbankan kami dan platform digital inovatif dari Funding Societies, Maybank bertekad membangun ekosistem UMKM yang kuat dan menciptakan masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan bagi semua pihak.”

Kelvin Teo, Co-founder dan CEO Funding Societies, menambahkan, “Kami merasa terhormat dengan dukungan dari Maybank, yang mencerminkan komitmen bersama untuk melayani UMKM di Asia Tenggara. Kemitraan ini memperkuat dedikasi kami untuk memperluas akses kredit bagi UMKM yang kurang terlayani dan menghadapi kendala permodalan.”

Funding Societies saat ini telah memiliki lisensi operasional di Singapura, Indonesia, dan Thailand, serta terdaftar di Malaysia dan beroperasi di Vietnam. Setiap tahunnya, perusahaan teknologi finansial ini menyalurkan pembiayaan bisnis sebesar $1 miliar kepada UMKM di wilayah tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, Funding Societies mencapai tonggak strategis, termasuk mengakuisisi platform pembayaran digital regional CardUp serta berinvestasi bersama di Bank Index di Indonesia.

Grup perusahaan Modalku didukung oleh sejumlah investor terkemuka seperti SoftBank Vision Fund 2, Khazanah Nasional Berhad, CGC Digital, SBVA (sebelumnya SoftBank Ventures Asia), Peak XV Partners (sebelumnya Sequoia Capital India), Alpha JWC Ventures, SMBC Bank, BRI Ventures, VNG Corporation, dan Rapyd Ventures.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Genesis Alternative Ventures Kumpulkan $125 Juta untuk Venture Debt Fund Kedua

Genesis Alternative Ventures, perusahaan investasi untuk startup di Asia Tenggara, berhasil mengumpulkan komitmen sebesar $125 juta atau setara Rp1,9 triliun untuk dana utang ventura (venture debt fund) kedua mereka. Dana ini akan difokuskan pada investasi di startup teknologi di wilayah Asia Tenggara.

Sekitar 80% investor dari fund pertama kembali berpartisipasi di dana kelolaan baru ini, termasuk Aozora Bank, Korea Development Bank, Mizuho Leasing, Sassoon Investment Corporation, dan Silverhorn. Investor baru yang bergabung kali ini antara lain Mizuho Bank, bank besar asal Jepang, serta OurCrowd, platform investasi global lainnya.

Pada Agustus 2023, Genesis juga mengumumkan kemitraan dengan Superbank, bank digital Indonesia, untuk menyediakan pendanaan hingga $40 juta sekitar Rp600 miliar bagi startup teknologi yang menjanjikan di Indonesia. Superbank sendiri memiliki pemegang saham besar seperti Emtek, Grab, Singtel, dan KakaoBank.

Selain itu, Genesis mengumumkan penunjukan Philip Yeo, mantan Ketua Dewan Pengembangan Ekonomi Singapura, ke dalam Dewan Penasihat mereka. Yeo merupakan tokoh senior dalam investasi teknologi di Asia Tenggara dan diharapkan memberikan panduan strategis untuk pertumbuhan Genesis ke depan.

Dr. Jeremy Loh, salah satu pendiri dan Managing Partner di Genesis, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas dukungan berkelanjutan dari para investor. “Kami juga senang menyambut Mizuho Bank sebagai investor strategis di dana kedua ini, serta kehadiran Philip Yeo di Dewan Penasihat yang memiliki pengalaman dan visi yang luas di sektor teknologi dan investasi,” ujarnya.

Sejauh ini, Dana II telah menyalurkan pinjaman ventura lebih dari $20 juta kepada sejumlah startup di Singapura, Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Dr. Loh menambahkan bahwa profil startup saat ini lebih berfokus pada struktur yang efisien dan mindset yang mengutamakan profitabilitas. Perusahaan-perusahaan portofolio Genesis menunjukkan arah baru ini, memposisikan diri mereka untuk keberlanjutan jangka panjang.

Sementara itu, Yasuhiro Kubota, Managing Executive Officer dan Co-CEO Mizuho Bank untuk kawasan Asia Pasifik, menyatakan kegembiraannya atas kemitraan dengan Genesis. “Asia Tenggara adalah wilayah yang sangat menarik dengan ekosistem startup yang berkembang pesat. Kami yakin kemitraan ini akan mempercepat pertumbuhan perusahaan-perusahaan yang menjanjikan dengan akses ke modal, jaringan industri, dan keahlian yang dipimpin oleh Genesis,” jelasnya.

Di Indonesia, Genesis miliki sejumlah portofolio investasi, di antaranya Saturdays, HappyFresh, dan RateS.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

OJK Siapkan Aturan untuk Platform Agregasi Finansial

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi menyosialisasikan Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (RPOJK) mengenai Penyelenggara Agregasi Jasa Keuangan (PAJK). Aturan ini dirancang untuk memperkuat pengawasan terhadap layanan agregasi jasa keuangan yang semakin berkembang seiring dengan meningkatnya penggunaan teknologi dalam sektor keuangan.

Rancangan aturan tersebut akan mengatur kegiatan penyelenggara agregasi dalam memastikan layanan yang aman, bertanggung jawab, dan melindungi konsumen.

RPOJK ini bertujuan untuk memberikan kerangka regulasi yang jelas bagi para pelaku industri yang berperan dalam menyediakan platform pembanding dan distribusi produk keuangan, serta memperkuat pengawasan terhadap perlindungan data konsumen. Menurut OJK, dengan hadirnya aturan ini, layanan agregasi dapat berjalan optimal, meningkatkan efisiensi transaksi, serta memperluas inklusi keuangan di Indonesia.

Sebelumnya untuk layanan agregasi finansial diatur dalam regulatory sandbox OJK atau Inovasi Keuangan Digital. Per Maret 2024, ada 36 pemain digital yang masuk ke dalam sandbox tersebut, di antaranya CekAja, Cermati, Paper.id, Oy!, Alumak, BRIIX, dan beberapa lainnya.

Keamanan dan perlindungan konsumen

Salah satu sorotan utama dari rancangan peraturan ini adalah penguatan perlindungan konsumen, terutama dalam hal keamanan data pribadi dan transaksi keuangan. PAJK diharuskan mematuhi ketentuan keamanan siber dan perlindungan data sesuai standar internasional seperti ISO 27001. OJK menekankan pentingnya keamanan sistem elektronik yang digunakan PAJK, terutama dalam menjaga kerahasiaan dan keamanan data konsumen.

Menurut OJK, PAJK memiliki tanggung jawab besar dalam memastikan bahwa informasi produk keuangan yang disajikan kepada masyarakat akurat dan transparan. Di samping itu, mereka juga harus menjaga keandalan sistem informasi dan perlindungan data konsumen.

Selain itu, layanan agregasi jasa keuangan yang diatur dalam RPOJK ini diharapkan dapat mendukung upaya pemerintah dalam memperluas inklusi keuangan. PAJK berperan penting dalam membantu masyarakat membandingkan dan memilih produk keuangan yang sesuai dengan kebutuhan dan profil mereka. Dengan memanfaatkan platform digital, konsumen akan semakin mudah mengakses informasi tentang produk-produk keuangan seperti kredit, tabungan, hingga asuransi, tanpa harus mengunjungi lembaga keuangan secara langsung.

Aturan perizinan dan sanksi tegas

RPOJK ini juga mengatur perizinan bagi penyelenggara PAJK, di mana setiap pihak yang ingin menjalankan layanan agregasi wajib memperoleh izin usaha dari OJK. Selain itu, penyelenggara diwajibkan berbadan hukum perseroan terbatas dengan modal disetor minimal Rp2,5 miliar.

Dalam hal penegakan aturan, OJK menetapkan sanksi tegas bagi PAJK yang melanggar ketentuan. Sanksi yang dapat diberikan antara lain peringatan tertulis, denda hingga Rp1 miliar, penghentian kegiatan, hingga pencabutan izin usaha.

PAJK diharuskan bekerja sama dengan lembaga jasa keuangan (LJK) yang telah terdaftar dan memiliki izin dari OJK. Kerja sama ini dituangkan dalam perjanjian tertulis yang mencakup tanggung jawab masing-masing pihak, termasuk mekanisme penanganan pengaduan dan pertukaran data konsumen yang aman.

Selain itu, dalam menjalankan kegiatan agregasi, PAJK diwajibkan untuk secara transparan menyampaikan kepada konsumen bahwa produk keuangan yang ditawarkan bukan milik PAJK, melainkan dari lembaga keuangan mitra. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya misinformasi yang dapat merugikan konsumen.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

VIDA Luncurkan “Identity Stack”, Bantu Bisnis Cegah Penipuan Identitas Berbasis Deepfake

VIDA, penyedia solusi identitas dan keamanan digital, secara resmi meluncurkan VIDA Identity Stack. Ini adalah layanan komprehensif yang dirancang untuk mengatasi ancaman penipuan identitas digital, terutama yang menggunakan teknologi deepfake dan AI. Peluncuran ini dilakukan dalam acara “VIDA Executive Summit 2024” yang dihadiri oleh berbagai pakar dan pemimpin industri digital, termasuk ahli keamanan siber dunia, Mikko Hyppönen.

Dalam beberapa tahun terakhir, ancaman penipuan digital di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan, terutama serangan yang memanfaatkan deepfake, pengambilalihan akun, dan rekayasa sosial. VIDA Identity Stack hadir sebagai jawaban atas meningkatnya ancaman ini, menawarkan solusi pencegahan penipuan dengan tingkat keberhasilan hingga 99,9%. Solusi ini mencakup berbagai fitur seperti verifikasi identitas, autentikasi pengguna, dan deteksi penipuan digital yang didukung oleh teknologi AI canggih.

Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia, Nezar Patria, yang turut hadir dalam acara tersebut, menekankan pentingnya solusi keamanan digital untuk menjaga kepercayaan dalam transaksi online. “Dengan meningkatnya jumlah serangan siber di Indonesia, penggunaan tanda tangan elektronik tersertifikasi seperti yang disediakan oleh VIDA menjadi krusial untuk menjamin identitas dan integritas dalam sistem elektronik,” ujar Nezar.

Fitur utama Identity Stack

VIDA Identity Stack menghadirkan beberapa fitur utama, antara lain:

  • Identity Verification: Mengkonfirmasi keaslian dokumen dan identitas secara real-time, mencegah penipuan melalui gambar atau video palsu.
  • User Authentication: Memastikan keamanan akses melalui otentikasi berbasis ponsel dan pengenalan wajah.
  • Fraud Detection: Menggunakan AI dan machine learning untuk mendeteksi dan mencegah aktivitas penipuan, termasuk deepfake.

Peluncuran VIDA Identity Stack menegaskan komitmen VIDA untuk melindungi bisnis di Indonesia dari ancaman penipuan digital yang semakin kompleks. Dengan teknologi yang terus berkembang, solusi ini diharapkan dapat menjadi benteng pertahanan utama bagi bisnis dalam menjaga keamanan transaksi digital mereka.

Founder & CEO VIDA Group Niki Luhur menyatakan, “Risiko deepfake dan penipuan berbasis AI semakin nyata, menyebabkan kerugian finansial yang besar bagi banyak bisnis. VIDA Identity Stack dirancang untuk melindungi bisnis dari ancaman ini, sehingga mereka dapat menjalankan operasi dengan lebih aman dan lancar.”

Laporan tentang ancaman siber

Selain peluncuran produk, VIDA juga merilis laporan riset bertajuk “Where’s The Fraud: Protecting Indonesian Business from AI-Generated Digital Fraud.” Laporan ini mengungkapkan bahwa 97% bisnis di Indonesia telah menjadi korban serangan rekayasa sosial dalam satu tahun terakhir, dengan phishing dan smishing sebagai metode yang paling sering digunakan. Lebih dari itu, 46% bisnis tersebut belum memiliki pemahaman mendalam tentang teknologi AI untuk mencegah serangan ini, menunjukkan kebutuhan mendesak akan solusi yang lebih komprehensif.

Secara lebih lengkap, berikut temuan utama dalam laporan tersebut:

  • Ancaman Penipuan Berbasis AI Meningkat Pesat: Penipuan digital yang dihasilkan oleh AI, termasuk deepfakes, rekayasa sosial (social engineering), pengambilalihan akun, dan pemalsuan dokumen, terus meningkat. Teknologi tradisional semakin tidak efektif dalam menghadapi ancaman yang kian canggih ini, yang menyebabkan kerugian finansial dan reputasi yang signifikan.
  • 97% Bisnis Indonesia Mengalami Serangan Rekayasa Sosial: Hampir semua bisnis di Indonesia telah menjadi target serangan rekayasa sosial, dengan metode phishing (67%), smishing (51%), dan vishing (47%) sebagai teknik yang paling umum digunakan.
  • 84% Bisnis Mengalami Penipuan Identitas: Sebagian besar bisnis di Indonesia melaporkan telah mengalami penipuan identitas dalam setahun terakhir. Deepfakes dan pemalsuan identitas sintetis menjadi ancaman yang semakin sulit dideteksi.
  • 100% Bisnis Khawatir dengan Deepfake dan Penipuan Berbasis AI, tetapi 46% Tidak Memahami Teknologi Ini: Meskipun seluruh responden bisnis menyatakan kekhawatirannya terhadap ancaman penipuan berbasis AI, hampir separuh dari mereka mengakui tidak memiliki pemahaman mendalam tentang teknologi ini.
  • 96% Bisnis Menghadapi Pemalsuan Dokumen: Bisnis di berbagai sektor, seperti keuangan dan real estat, sering kali menjadi korban pemalsuan dokumen dan tanda tangan, yang berdampak pada kerugian finansial, pelanggaran data, dan kerusakan reputasi.
  • 97% Bisnis Mengalami Upaya Pengambilalihan Akun (Account Takeover): Bisnis di sektor keuangan dan e-commerce sangat rentan terhadap pengambilalihan akun, dengan 76% serangan berhasil menghasilkan transaksi tidak sah atau pencurian data.
  • AI Membantu dalam Pencegahan Penipuan Berbasis AI: Solusi yang didukung AI, seperti verifikasi identitas berbasis biometrik dan deteksi penipuan menggunakan algoritma canggih, sangat penting untuk mengatasi ancaman penipuan yang terus berkembang.
Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten