Runchise Dikabarkan Raih Investasi Tambahan dari East Ventures dan Genesia Ventures

Startup SaaS untuk bisnis kuliner Runchise dikabarkan meraih pendanaan awal tambahan sebesar $1 juta (sekitar Rp16,2 miliar). Mengutip dari Alternatives.pe, investasi ini dikucurkan oleh investor sebelumnya, yakni East Ventures dan Genesia Ventures.

DailySocial.id telah menghubungi perusahaan dan investor terkait informasi ini, namun belum ada respons yang diberikan hingga berita ini diturunkan.

Baik East Ventures dan Genesia Ventures merupakan investor awal Runchise. Pengumuman pendanaan disampaikan pada Oktober 2022. Jajaran investor lainnya yang turut serta adalah Arise MDI Ventures, Init-6, Prasetya Dwidharma, Alto Partners, dan sejumlah angel investor.

Runchise berdiri pada 2022 oleh Daniel Witono dan Ivana Widjaya. Daniel sebelumnya dikenal sebagai founder Jurnal (diakuisisi Mekari). Dalam wawancaranya bersama DailySocial.id di bulan Juni 2022 lalu, ia mengatakan bahwa Runchise dibangun sebagai sebuah “outlet management solution”.

Persoalan tentang pengelolaan hingga pembinaan franchise ternyata masih menjadi tantangan yang kerap dirasakan oleh pemilik restoran hingga pemilik brand. Mulai dari kurangnya transparansi dari penerima waralaba, hingga penggunaan bahan baku yang tidak sesuai. Hal ini lalu memberikan inspirasi bagi Daniel untuk menghadirkan platform end-to-end kepada pemilik franchise.

“Saat bersama Mekari konsep ini tidak bisa saya kembangkan karena fokus perusahaan adalah hanya kepada akunting dan personalia saja. Karena itu setelah saya keluar, saya mulai mengembangkan Runchise untuk membantu sektor F&B di Indonesia yang sangat luas potensinya,” kata Daniel.

Daniel juga mengatakan, salah satu segmen pasar utama Runchise adalah pebisnis waralaba (franchise). Persoalan tentang pengelolaan hingga pembinaan franchise masih menjadi tantangan yang kerap dirasakan oleh pemilik brand F&B. Mulai dari kurangnya transparansi dari penerima waralaba hingga penggunaan bahan baku yang tidak sesuai.

Runchise menyajikan tiga layanan:

  1. Supply Chain Management: memudahkan operasional restoran yang memiliki banyak outlet, mulai dari pengaturan dan pengadaan stok, bahan baku, hingga pengaturan akses data perusahaan yang fleksibel.
  2. Point of Sales, memudahkan proses transaksi dengan pelanggan.
  3. Online Ordering, untuk memudahkan pemilik gerai mengintegrasikan dengan layanan food delivery.

Di lanskap F&B, ada sejumlah pemain yang saat ini turut menjajakan solusi SaaS. Ada Esensi Solusi Buana yang telah didukung sejumlah investor termasuk Alpha JWC Ventures, solusi yang ditawarkan termasuk ERP, POS, dan manajemen layanan food delivery. Selain itu juga ada beberapa lainnyas seperti DigiResto yang dikembangkan MCAS.

Application Information Will Show Up Here

Dua Unit Bisnis KoinWorks Ungkap Raih Profit

KoinWorks Group mengumumkan status profitabilitas yang telah diraih oleh kedua unit bisnisnya, yaitu BPR KoinWorks Sejahtera Annua (KoinWorks Bank) dan Lunaria Annua Teknologi (LAT). Grup perusahaan akan meningkatkan pencapaian tersebut untuk mencapai profitabilitas grup pada akhir tahun ini.

“Dengan KoinWorks Bank dan LAT yang melaporkan hasil menguntungkan, kami telah memvalidasi fokus strategis kami pada pertumbuhan yang berkelanjutan. Prestasi ini mengonfirmasi dedikasi kami dalam memberikan nilai kepada pemangku kepentingan. Kami juga menjadi lebih dekat ke tujuan kami untuk mencapai profitabilitas grup pada akhir tahun 2024,” ujar Benedicto Haryono selaku CEO dan Co-Founder KoinWorks serta owner dari KoinWorks Bank dalam keterangan resmi, kemarin (17/4).

Berikut rincian pencapaian dari dua bisnis KoinWorks Group:

  1. KoinWorks BPR

Profitabilitas awal yang dilaporkan adalah hasil langsung dari portofolio pelanggan UMKM yang terdiversifikasi dengan baik dengan tingkat NPL yang dapat dipertahankan, sebesar 0,5%. Kemudian hasil dari biaya dana yang lebih rendah pada produk deposito berjangka.

Pendiri KoinWorks mengakuisisi BPR Asri Cikupa Karya pada Januari 2023, kemudian beroperasi dengan nama legal KoinWorks Bank sejak Oktober 2023. Akuisisi strategis ini memberikan pengguna KoinWorks opsi produk Deposito Berjangka dengan tingkat pengembalian bersaing yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Sejak akuisisi, KoinWorks Group telah menyuntikkan modal guna untuk mentransformasi KoinWorks Bank menjadi wadah digital untuk bisnis dan konsumen. Rencananya peluncuran akan dilakukan pada tahun depan.

  1. PT LAT

PT LAT atau lebih dikenal dengan p2p lending KoinWorks melaporkan profit pada tahun penuh 2023, setelah investasi substansial dalam pengembangan produk dan automasi backend. LAT berhasil mengembangkan portofolio kredit UMKM-nya, dengan mencairkan pinjaman produktif lebih dari Rp10 triliun sepanjang 2023.

Hasil dari pengembangan produk membuahkan hasil, KoinWorks mengindikasikan bahwa perusahaan mampu mengotomatisasi proses yang sebelumnya dikelola oleh integrasi perangkat lunak sebagai pihak ketiga. Otomatisasi ini meningkatkan efisiensi biaya keseluruhan perusahaan. Secara konkrit, hal ini juga berkontribusi pada peningkatan 25% dalam EBITDA pada 2023, dan peningkatan margin sebesar 65% dalam periode yang sama.

Baru-baru ini, KoinWorks makin menyeriusi produk paylater untuk mitra pemasok di FMCG. Kemitraan teranyar yang diumumkan adalah bersama IDH.ID yang memungkinkan pemilik toko dan reseller menggunakan IDH Paylater, yang ditenagai oleh KoinWorks, untuk berbelanja kebutuhan bisnis secara online dengan sistem pembayaran jatuh tempo.

Ben, panggilan akrab Benedicto, melanjutkan mencapai profitabilitas pada 2024 tak hanya menjadi tonggak penting bagi KoinWorks Group, tetapi juga memperkuat kemampuannya untuk memenuhi komitmen kepada para pemangku kepentingannya. Keberhasilan tersebut mencerminkan kemampuan perusahaan untuk melaksanakan strategi perubahan dengan efektif.

“Sementara itu, prestasi LAT dalam mencapai profitabilitas tahun penuh pada 2023 menegaskan komitmen kami terhadap inovasi dan efisiensi dalam melayani UMKM. Dengan mempertahankan fokus pada dampak dalam melayani UMKM, pendana, dan semua pengguna, KoinWorks memastikan bahwa profitabilitas yang diperoleh dapat memberikan dampak lebih dan dukungan yang bermakna bagi seluruh pengguna,” pungkas dia.

Selain kedua badan hukum di atas, KoinWorks juga mengoperasikan aplikasi super financial yang dioperasikan oleh PT Sejahtera Lunaria Annua.

Application Information Will Show Up Here

Rangkuman Agenda Kunjungan CEO Apple di Indonesia

CEO Apple Tim Cook mengunjungi Indonesia, kemarin (17/4) setelah menyelesaikan kunjungannya di Vietnam dan bertemu dengan para petinggi negara. Ada dua agenda besar yang ia bawa, yakni meningkatkan kerja sama dan investasi Apple di kedua negara tersebut.

Di Indonesia, Apple menambah kehadiran Apple Developer Academy dan mulai mempertimbangkan pembangunan pabrik manufaktur di Indonesia. Sementara di Vietnam, komitmennya lebih serius karena mereka berjanji untuk mengeluarkan ekstra koceknya untuk membeli komponen dan aksesori untuk produk Apple dari penyuplainya.

Berikut rangkumannya:

  1. Membangun Apple Developer Academy keempat

Apple akan membangun Apple Developer Academy keempat di Bali. Total investasi yang dikuncurkan untuk ini mencapai Rp1,6 triliun. Bila dirunut, Apple Developer Academy telah tersedia di Binus BSD (Tangerang); Universitas Ciputra (Surabaya); Infinite Learning (Batam).

Akademi ini memberikan kesempatan bagi pengembang, pelajar, dan pengusaha yang ingin merintis kariernya di industri aplikasi iOS di Indonesia.

“Kami sangat antusias dengan komunitas pengembang yang berkembang di Indonesia, dan kami berharap dapat berinvestasi dalam kesuksesan lebih banyak pengode dengan akademi keempat kami di negara ini,” ujar Cook, dikutip dari laman resmi Apple.

  1. Pemenuhan TKDN

Sementara itu, hingga kini Apple belum memenuhi aturan tentang peredaran Handphone, Komputer, dan Tablet (HKT) di Indonesia adalah wajib memenuhi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) 35%. Aturan tersebut sudah disahkan sejak 2021 melalui Peraturan Menteri Kominfo (Permenkominfo).

“Kami berbicara tentang keinginan Presiden untuk melihat ada manufaktur produk Apple di negara ini dan hal itu adalah sesuatu yang akan kami pertimbangkan,” kata Cook selepas bertemu dengan Presiden Joko Widodo mengutip dari Kompas.id.

Terkait itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi menyampaikan, poin ini menjadi yang utama karena untuk mendorong proses manufaktur produk Apple di Indonesia, dan sudah mendapat kesepakatan.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang menambahkan, proses membangun manufaktur Apple di Indonesia sudah disepakati. Langkah awalnya dengan menggunakan komponen-komponen yang sudah diproduksi di Indonesia.

“Nanti setelah dari sini, Kemenperin akan melakukan proses business matching. Kami sudah punya list-nya terhadap komponen-komponen apa saja,” kata dia seperti dikutip dari CNBC Indonesia.

Budi Arie mengatakan, dari 360 komponen produk perangkat mobile, cuma ada 2 yang berasal dari Indonesia. Angka itu kecil dibandingkan 72 komponen dari Vietnam.

“Pak Presiden juga minta kepada Tim Cook kalau bisa lebih banyak lagi komponen dari Apple ini untuk dibuat di Indonesia. Makanya itu isunya namanya global supply chain. Makin banyak komponennya makin bagus buat nilai tambah,” kata Budi Arie.

Agus mengatakan pada 2023 lalu, ada sekitar 49-50 juta HP yang diproduksi di Indonesia. Dari angka itu, impor hanya sekitar 2,79 juta unit. “Dari 2,79 juta unit itu boleh saya sampaikan 85% adalah produk Apple,” kata dia.

Kunjungan ke Vietnam

Melansir dari berbagai media, Di Vietnam, Cook menemui Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh di Hanoi. Cook berjanji akan mengoptimalkan pengeluaran untuk penyuplainya di Vietnam, dengan membeli komponen dan aksesori dalam jumlah yang lebih banyak untuk produk Apple.

Hal ini akan memberikan dorongan besar bagi Vietnam sebagai negara di Asia Tenggara yang sedang berkembang menjadi pusat elektronik global. Sementara itu, bagi Apple, langkah tersebut sebenarnya ditempuh karena Apple sedang berusaha mempelajari cara untuk memindahkan produksi gadget dari Tiongkok sebagai upaya untuk meminimalkan risiko geopolitik.

Sejauh ini Apple telah memilih Vietnam dan India, setelah sebelumnya Tiongkok, menjadi negara tujuan investasi favorit manufaktur ponsel pintar di kawasan Asia lainnya.

Maka dari itu, Cook menjelajahi beberapa negara, seperti India, Vietnam, dan Indonesia. Ketiga negara ini tercatat mengalami peningkatan sebanyak empat kali lipat jumlah perusahaan yang bergerak di bidang perakitan produk Apple selama dekade terakhir.

Chinh turut menyampaikan rencananya untuk membentuk kelompok khusus untuk perluasan produk Apple di negaranya. Ia juga meminta bantuan Cook untuk mengembangkan tenaga kerja yang ahli di bidangnya dengan kualitas yang tinggi.

Pihak Apple menyampaikan perusahaannya telah menghabiskan dana sebanyak hampir 400 triliun dong atau sekitar $15,8 miliar di Vietnam sejak 2019 melalui mitra rantai pasoknya. Perusahaan ini memiliki 25 pemasok di Vietnam pada 2022, menurut daftar pemasok terbarunya. Pemasok tersebut termasuk Foxconn, GoerTek, Luxshare, Intel, Samsung Electronics dan Compal.

Strategi Bank Danamon Tetap Relevan dengan Perkembangan Fintech

Sektor fintech di Indonesia terus menunjukan tren pertumbuhan yang pesat setiap tahunnya. Menurut proyeksi dari Google, Temasek, dan Bain & Company, Indonesia diperkirakan akan menjadi pasar pembayaran digital terbesar di Asia Tenggara dengan proyeksi Gross Transaction Value mencapai $760 miliar pada 2030.

Di saat yang sama, pemerintah mendorong penggunaan fintech untuk mencapai target inklusi keuangan sebesar 90% pada tahun ini. Gairah ini membuat banyak pihak berlomba-lomba mengadopsi fintech terkini agar makin relevan dengan perkembangan saat ini. Hal tersebut juga dilakukan oleh Bank Danamon.

Dalam wawancara bersama DailySocial.id, Chief Strategy Officer Bank Danamon Reza Iskandar Sardjono menyampaikan berbagai strategi dari internal dan eksternal telah ditempuh perseroan untuk terus mendukung industri fintech ini.

“Salah satunya dengan melakukan penempatan dana di Garuda Fund bersama dengan MUFG dan MUIP (MUFG Innovation Partners), dana ventura yang melakukan investasi strategis pada sektor keuangan digital Indonesia, dengan penekanan pada perusahaan fintech,” ujarnya.

Sebagai catatan, Garuda Fund diumumkan pada Januari 2023 memiliki alokasi dana sebesar $100 juta dengan periode investasi terhitung dari 2023-2028. Fokus investasi Garuda Fund adalah pendanaan seri A ke atas, dengan rata-rata investasi $5 juta dengan tujuan strategis untuk meningkatkan bisnis kolaborasi Danamon dengan para pelaku digital dan fintech di Indonesia.

Startup teranyar yang mendapat pendanaan dari Garuda Fund adalah startup insurtech Qoala yang berpartisipasi dalam putaran seri C diumumkan pada 3 April 2024. Ditargetkan ada sebanyak 15 startup yang akan memperoleh dana dari Garuda Fund hingga 2028 mendatang.

Pada Februari, Bank Danamon juga mengumumkan kemitraan strategis dengan Helicap, startup asal Singapura yang berfokus menghubungkan investor global dengan peluang utang swasta di Asia Tenggara. Tujuan perusahaan adalah untuk mengisi kesenjangan pembiayaan sebesar $500 miliar yang tidak dapat dilayani oleh bank dan menyebarkan modal kepada 300 juta orang yang tidak mempunyai rekening bank melalui 1.000 originator di wilayah tersebut.

“Melalui kerja sama ini, Helicap memperkenalkan ekosistem fintech mereka yang ada di Indonesia ke Danamon. Di sisi lain, Danamon menyediakan portal korporat Danamon (Danamon Cash Connect), dan membantu pengelolaan flow of fund yang lancar dengan pengendalian risiko yang lebih baik kepada Helicap,” lanjut Reza.

Ia juga menyampaikan kolaborasi ini cukup unik karena membantu menyediakan kemudahan bagi Helicap dalam melakukan operasional pendanaan, serta memberikan keamanan dalam melakukan transaksi. Tidak menutup kemungkinan ke depannya, kolaborasi ini akan dilanjutkan dengan entitas di dalam MUFG Group, yakni Adira Finance dan Home Credit.

Transformasi digital

Reza melanjutkan, penguatan internal dengan berinvestasi pada Infrastruktur IT & Digital, Sumber Daya Manusia, Branding, dan Branch Network agar tetap relevan sekaligus dalam rangka meningkatkan pelayanan ke nasabah.

Perseroan berupaya meningkatkan kapabilitas channels, baik fisik (Next Generation Branch) maupun digital (D-Bank PRO dan Danamon Cash Connect), serta memperluas kemitraan digital. D-Bank PRO adalah solusi untuk konsumen, sementara Danamon Cash Connect ditujukan untuk nasabah bisnis.

Melalui digitalisasi tersebut, Reza mengklaim pihaknya berhasil meningkatkan produktivitas SDM di cabang melalui migrasi transaksi-transaksi yang bersifat administratif (penggantian PIN, penggantian kartu debit, dan pengkinian data nasabah) ke digital channel (D-Bank PRO) dan self-service channel (Digital CS).

Sementara bagi nasabah, dengan adanya digitalisasi ini memberikan kemudahan akses dalam bertransaksi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti: pembayaran tagihan, top up, jual/beli valuta asing, QRIS, mengubah transaksi kartu kredit menjadi cicilan (My Own Installment), pengajuan loan dan pembelian wealth management produk, dan berbagai fitur lainnya.

Pihaknya juga secara aktif menyediakan layanan BaaS (Bank-as-a-Service) kepada nasabah di semua segmen melalui pengembangan dan penyempurnaan berbagai layanan API. “Ke depannya, kami berkomitmen untuk senantiasa melakukan pengembangan seluruh channel digital dengan prinsip customer centricity serta memperkuat sinergi dengan jaringan MUFG sehingga dapat memberikan layanan yang komprehensif kepada nasabah.”

Dia beralasan langkah ini ditempuh karena perusahaan merupakan organisasi yang berpusat pada pelanggan, sehingga salah satu strateginya adalah terus engage dengan nasabah dan mengerti kebutuhan mereka. “Dengan interaksi langsung melalui berbagai event maupun melalui research untuk memahami perubahan perilaku nasabah yang berfokus pada berbagai layanan digital perbankan,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

FishLog Rampungkan Putaran Pra-Seri A, Perkuat Ekspansi di Amerika Serikat

Startup aquatech FishLog mengumumkan telah menyelesaikan pendanaan putaran ekstensi pra-seri A dengan nominal dirahasiakan. Investor yang berpartisipasi dalam putaran ini adalah Mandiri Capital Indonesia (MCI), BNI Ventures, Accel Partners, Insignia Ventures Partners, dan Saison Capital.

Putaran ini sudah berjalan sejak November 2022. Nominal yang diperoleh pada saat itu sebesar $3,5 juta dari BRI Ventures, Accel, Insignia Ventures Partners, Patamar Capital, Indogen Capital, dan Triputra Agri Group.

Dana yang terkumpul akan digunakan untuk memberdayakan dan meningkatkan bisnis perikanan dan pemangku kepentingan untuk memperkuat ekosistem rantai dingin FishLog. Fokus khususnya adalah distribusi produk perikanan yang dapat dilacak di Amerika Serikat (AS), didukung oleh inovasi milik FishLog: FishLog Trace dan FishLog Smart Contract, yang didukung oleh teknologi blockchain.

FishLog Trace menjamin makanan laut berasal dari sumber yang bertanggung jawab, memanfaatkan sistem yang dapat dilacak, dan memberikan perlindungan asuransi yang berkualitas. Sementara itu, FishLog Smart Contract menangani pembiayaan, meningkatkan transparansi, dan menumbuhkan kepercayaan global.

Dalam keterangan resmi, Co-founder dan CEO FishLog Bayu Mukti Anggara menyampaikan Amerika Serikat adalah salah satu pasar terbesar di dunia. Berdasarkan data dari Departemen Pertanian AS, angka impor makanan laut AS melebihi angka ekspor sebesar $20,3 miliar pada tahun 2023. Data ini menunjukkan terdapat potensi besar yang terbuka bagi FishLog untuk memperkuat ekosistemnya di AS.

“Hal ini dapat mempercepat profitabilitas distribusi produk, seperti kepiting biru, tuna, udang, dan masih banyak lagi karena Indonesia mengimpor produk ke pembeli internasional B2B FishLog,” ujar dia, Selasa (2/4).

FishLog sudah melebarkan sayapnya ke AS sejak 2023 dengan mendirikan perusahaan yang khusus mengimpor dan mendistribusikan merek makanan lautnya sendiri “Sea Tracer”. Terhitung, perusahaan sudah mendistribusikan lebih dari 60 ribu kg produk makanan laut. FishLog menghubungkan lebih dari 60 pembeli domestik dan internasional dan membantu mereka mengembangkan bisnis mereka.

FishLog Sea Tracer

Co-founder dan COO FishLog Abdul Halim menambahkan, pihaknya berupaya mendukung industri perikanan yang lebih kompetitif secara global di Indonesia. Caranya dengan merangkul para pemangku kepentingan perikanan untuk membuka kunci pertumbuhan global.

FishLog telah membangun solusi teknologi untuk menghubungkan fasilitas penyimpanan dingin di seluruh negeri dengan tujuan meningkatkan transparansi, stabilitas, dan kematangan rantai pasokan perikanan.

“Kami bercita-cita untuk menjadi mitra bagi pengusaha perikanan dalam mendapatkan akses terhadap berbagai pemangku kepentingan seperti lembaga keuangan, pembeli dalam dan luar negeri, dan lain-lain,” kata dia.

Co-founder dan Partner Accel Partners Prashanth Prakash menyampaikan, meningkatnya kekuatan ekonomi global di Indonesia peningkatan Indonesia, terutama dalam industri perikanan, memberikan peluang sebesar $30 miliar.

“Dengan pasar ekspor yang berkembang dan konsumsi domestik yang kuat, lanskap perekonomian negara ini penuh dengan potensi dan kami sangat antusias untuk bermitra dengan FishLog dalam menjadikannya bagian penting dari pertumbuhan Indonesia,” terangnya.

Kolaborasi dengan ekosistem BUMN

Disampaikan lebih lanjut oleh CEO Mandiri Capital Indonesia Ronald Simorangkir, FishLog telah menjadi kandidat yang menonjol sejak masuk ke dalam portofolio Indonesia Impact Fund yang dikelola MCI. Mereka mampu memberdayakan nelayan dan meningkatkan penghidupan mereka, serta berintegrasi dengan lancar ke dalam ekosistem Mandiri Group.

“Selain itu, status mereka sebagai finalis Zenith Accelerator menegaskan potensi dan inovasi mereka di industri. Kami sangat senang mendukung FishLog dalam perjalanan yang berdampak ini, mengingat kontribusi signifikan dan potensi sinergi dalam ekosistem kami,” kata Ronald.

Tak hanya itu, FishLog berkolaborasi dengan program BNI Xpora untuk mendukung UKM seafood Indonesia dalam memperluas ekspor. FishLog telah menyalurkan sekitar $950 ribu untuk memberdayakan mitra usaha perikanan ekspor.

CEO BNI Ventures Eddi Danusaputro mengatakan, “BNI Ventures berinvestasi di FishLog untuk meningkatkan keuangan inklusif bagi nelayan. Melalui kegiatan investasi dan sinergi, BNI Ventures bertujuan untuk meningkatkan aktivitas transaksional dengan mengintegrasikan layanan transaksional, produk, dan jaringan BNI ke dalam ekosistem FishLog.”

Dalam kesempatan yang sama, FishLog memperkenalkan Dimas Wikan Pramudhito ke dalam tim manajemen sebagai Chief Financial Officer. Dimas memiliki latar belakang yang kaya di lembaga perbankan ternama, seperti Rabobank, Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG), Standard Chartered Bank, NOBEL Capital Investment, termasuk tugas penting sebagai CFO di PT Antam Tbk dari 2015 hingga 2019.

“FishLog dan para co-founder memiliki tujuan mulia, yang telah dicoba oleh banyak orang namun tidak dapat mewujudkannya. FishLog bukan hanya sekedar komersialisme, melainkan sebuah gerakan, sebuah ekosistem melalui pemasok, pedagang, pemodal, dan mitra yang saling bergantung dan percaya bahwa harus ada cara yang lebih baik dalam melakukan sesuatu, keselarasan yang mendukung untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. [..] Tujuan mulia ini telah membuat saya maju dan saya merasa terhormat menjadi bagian dari perjalanan besar ini,” kata dia.

Dalam rangka mendukung langkah keberlanjutan, FishLog telah membuat kemajuan signifikan, mencapai peningkatan produktivitas penyimpanan dingin sebesar 40% melalui pasokan dan teknologi yang berkelanjutan, mengelola lebih dari 4 ribu ton inventaris makanan laut per bulan. Selain itu, FishLog telah memberikan dampak positif kepada lebih dari 100 pemasok, memberdayakan lebih dari 800 pekerja, dan 38% di antaranya adalah perempuan.

Perusahaan juga baru-baru ini memperoleh dana hibah sebesar $100 ribu dari program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) dan Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Dana hibah ini akan membantu meningkatkan literasi keuangan keluarga nelayan, memberikan pendidikan karakter bagi anak-anak nelayan, mendukung penanaman bakau untuk pelacakan karbon global dalam industri perikanan, dan masih banyak lagi.

Application Information Will Show Up Here

Hambatan Terus Hantui Bisnis Digitalisasi Warung

Dinamika startup terus berjalan, setelah pandemi usai terjadi tech winter yang menyebabkan para pendiri kesulitan menggalang pendanaan. Bendera putih pun banyak dikibarkan karena pendiri tidak mampu menyelamatkan perusahaannya setelah berbagai skenario ditempuh.

Salah satu fenomena yang terjadi pada saat itu adalah maraknya pendanaan untuk startup yang bersemangat ingin mendigitalisasi warung, melalui pembukuan digital dan rantai pasok untuk kulakan warung.

Lummo (pembukuan digital) dan Ula (rantai pasok) adalah contoh terdekat yang sejak awal kehadirannya cukup heboh karena raihan pendanaannya dalam waktu singkat yang didukung oleh jajaran investor kelas kakap. Keduanya masuk ke jajaran portofolio dari bos Amazon, Jeff Bezos, melalui Bezos Expedition.

Dalam waktu singkat keduanya mengumumkan pendanaan dengan nominal fantastis. Lummo terima pendanaan senilai Rp1,14 triliun untuk putaran seri C pada Januari 2022 dalam tiga tahun sejak berdiri. Sementara, pendanaan terakhir yang diperoleh Ula sebesar Rp1,3 triliun pada Oktober 2021, atau setahun sejak berdiri pada Januari 2020. Keduanya sempat menempuh berbagai penyelamatan sampai akhirnya sepakat untuk tutup pada tahun lalu.

Di tahun yang sama, startup yang digawangi oleh GoTo dan Unilever, GoToko berhenti beroperasi pada Mei, hanya dalam waktu kurang lebih 2,5 tahun berdiri. GudangAda sempat ditimpa rumor serupa, kendati perwakilan perusahaan sudah memberikan bantahannya. Startup ini memperoleh pendanaan seri B Rp1,4 triliun pada Juli 2021 meski baru berdiri pada 2019.

Dari catatan DailySocial.id, sejauh startup pembukuan digital relatif dapat bertahan karena dapat dikombinasikan sebagai fitur tambahan. Kompetitor terdekat Lummo pada saat itu, BukuWarung misalnya, kini menjelma jadi aplikasi keuangan all-in-one untuk menyederhanakan dan menyediakan proses bisnis; pembayaran; dan akses ke pinjaman, mengambil langkah-langkah proaktif untuk mendukung kesehatan keuangan usaha kecil.

Kondisi sebaliknya datang dari startup rantai pasok untuk kulakan tergolong sulit bertahan? Sebelum menjawab pertanyaan ini, berikut pemetaan startup yang dirangkum DailySocial.id:

Startup kulakan sembako
Sebagai solusi utama Warung Pintar (diakuisisi Sirclo), Super, GudangAda, Credimart (rebrand jadi Jooalan), Dagangan, GrosirOne, Baskit (sasar pemain distributor), Peeba (regional player), Mitra Bukalapak
Sebagai solusi pelengkap Majoo Supplies, Youtap Bos
Startup pembukuan digital
Sebagai solusi utama BukuWarung, Credibook
Sebagai solusi pelengkap Fazz Agen (fitur Kasir Warung), Moka, Majoo, Youtap, Cashlez, Qasir, Paper.id, Pawoon, iSeller, Olsera

Bangun bisnis beraset ringan

Warung Pintar pernah membuat laporan pada 2020, disampaikan bahwa lebih dari 75% sistem distribusi di rantai pasok ritel masih bersifat konvensional dengan ciri alur rantai pasok yang panjang, melibatkan banyak aktor penengah, tidak ada transparansi alur barang, dan bergantung pada tenaga manusia di setiap tahapnya, sehingga menyebabkan sistem distribusi ini kurang efisien.

Di tambah itu, secara garis besar masalah utama pelaku UMKM warung terletak pada: 50% ketersediaan stok, 61% kesulitan mendpatkan harga kompetitif, dan 33% ketepatan dan kecepatan pengiriman. Temuan ini dilakukan dengan metode wawancara dengan lebih dari 340 warung dan grosir yang sudah bergabung di Warung Pintar selama satu tahun.

Warung Pintar pun membuat alur rantai pasok yang lebih sederhana, mengintegrasikan teknologi dalam alur distribusi, operasional, sampai optimalisasi potensi usaha. Tujuannya untuk mengoptimalisasi peran dan kolaborasi para aktor yang terlibat dalam rantai pasok ritel tradisional.

Rata-rata pemain startup berusaha membuat jalur distribusi baru, yang mana menurut Founder & CEO of Baskit Yann Schuermans, langkah ini terbilang sangat sulit. Di negara berkembang seperti di Indonesia, bermain di rantai pasok itu seringkali sulit karena kompleksitasnya, biaya, kurangnya teknologi, dan hubungan yang merupakan bagian integral dari fungsinya.

Baskit CEO and Co-founder Yann Schuermans

Selama pasar VC sedang naik, banyak startup bermodal besar menyelesaikan masalah di depan mata ini dengan mendisintermediasi masalah tersebut dan menciptakan rantai yang benar-benar baru.

Hal ini bisa dimaklumi, lantaran semangat startup itu didorong oleh keinginan untuk mendisrupsi pasar. Menghilangkan perantara (pedagang grosir), dan berupaya mengubah keadaan secara tiba-tiba. Sementara di sisi lain, pedagang grosir adalah perantara yang menyediakan sumber kehidupan bagi seluruh rantai pasokan. Mereka telah melakukan bisnis seperti ini selama beberapa dekade dan menguasai lapangan.

“Hanya sedikit startup yang mencoba bekerja sama dengan mereka karena hal itu dianggap tidak seksi,” terang Schuermans saat dihubungi DailySocial.id.

Baskit berbeda dengan kebanyakan pemain, Schuermans menghargai keberadaan perantara dan melihat peluang dalam meningkatkan lebih dari 200 ribu pedagang grosir di Indonesia yang ada saat ini. Kunci penting lainnya adalah menjaga biaya tetap rendah, teknologi dikalibrasi, dan tim tetap fokus pada pelanggan.

“Hal ini tidaklah sulit untuk dipecahkan. Banyak orang menganggap FMCG memiliki margin yang rendah. Ya, tapi [scope-nya] juga sangat besar. Itu sangat tergantung pada sudut serangnya. Ada banyak peluang di bidang ini dan mereka yang dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan industri akan berkembang,” imbuhnya.

Dia melanjutkan, pedagang grosir adalah gudang yang menjual ke grosir dan warung yang lebih kecil. Jadi tantangannya adalah memastikan mereka dapat menghasilkan lebih banyak uang tanpa memakan terlalu banyak margin. Sensitivitas harga adalah suatu hal mutlak, maka dari itulah jadi penegas mengapa menjaga aset tetap ringan sangatlah penting.

“Agar kita tidak bertengkar langsung dengan pedagang grosir dan juga membiarkan mereka melakukan yang terbaik. Warung/toko adalah permainan yang penuh perbedaan. Jumlahnya terlalu banyak, dan mereka hanya peduli pada harga.”

Schuermans menambahkan, “Banyak startup yang harus membayar mahal karena mencoba fokus pada warung dengan harapan bisa membangun ekosistem. Mereka gagal memahami bahwa brand dan distributor telah memainkan permainan ini (dan lebih baik lagi) selama beberapa dekade sebelumnya.”

Penyesuaian lainnya yang dilakukan Baskit adalah menjadikan perusahaan beraset ringan yang selalu mengedepankan efisiensi dari rantai pasokan. Baskit membangun platform yang akan mengurangi titik kegagalan sistemik (konsentrasi pendapatan, pembakaran yang tinggi, tenaga penjualan yang besar), dan mendiversifikasi sumber pendapatannya.

Saat ini Baskit bermain di beberapa sektor, termasuk perawatan pribadi, komoditas, barang konsumsi, dan tekstil. Diklaim, pihaknya telah menghasilkan margin laba kotor yang sangat sehat dan tidak bergantung pada tenaga penjualan yang besar untuk mendatangkan pelanggan baru.

Diungkapkan, pendapatan tahunannya akan melampaui sebesar $4 juta pada Q1 2024, telah mencapai titik impas operasional, dan berharap mendapatkan arus kas positif pada awal tahun 2025. Baskit memiliki 10.000 bisnis distribusi di platform-nya dan berharap dapat terus memecahkan banyak permasalahan rantai pasokan yang paling menarik di Indonesia selama beberapa dekade mendatang.

“Pencapaian ini bisa terlampaui dalam 15 bulan sejak peluncuran Baskit,” pungkasnya.

Baskit membawa misi untuk memajukan rantai pasok tradisional dengan menyediakan dukungan komersial dan teknologi sederhana bagi bisnis distribusi offline, sebagai target penggunanya. Terdapat tiga fitur yang ditawarkan: fitur untuk meningkatkan penjualan; perangkat digital untuk efisiensi operasional (contoh: manajemen inventori dan pembukuan dasar); serta akses untuk modal kerja. Dalam menyediakan solusi terakhir, Baskit bekerja sama dengan Koinworks, Modalku, dan Finfra.

Ambil langkah konservatif

Cerita menarik disampaikan oleh Co-founder dan CEO Aplikasi Super Steven Wongsoredjo. Alih-alih tumbuh eksponensial, pihaknya justru memilih untuk tumbuh perlahan seperti perusahaan konvensional pada umumnya. Strategi ini diterjemahkan saat di lapangan, terutama saat ekspansi lokasi baru. Sejauh ini Super baru beroperasi di Jawa Timur dan Makassar sejak pertama kali berdiri di 2018.

Co-Founding Team Super

“Kita benar-benar bangun dan fokus di satu provinsi dulu, di Jawa Timur, bahkan di empat tahun pertama sampai sekarang masih di Jawa Timur. Kalau dilihat dari generasi pertama e-commerce, mayoritas volume mereka dari Jabodetabek dengan PDB $200 miliar, sementara Jatim $160 miliar. Buat apa jauh-jauh ke sana, kalau beruntung jadi unicorn. Bangun tanpa pasokan supply chain tidak sesimpel itu, ada stakeholder yang harus dipenuhi,” jelasnya.

Sebagai catatan, Super merupakan aplikasi marketplace untuk warung belanja stok sembako dan kebutuhan pokok secara kulakan. Super bermitra dengan ribuan agen komunitas seperti individu dan warung untuk mengumpulkan dan mendistribusikan ke konsumen akhir. Sebanyak 47 ribu agen aktif per bulannya aktif di Super, tersebar di 45 kota di Jawa Timur, Madura, dan Makassar.

Menurutnya, pemain baru itu perlu membangun relasi dengan banyak stakeholder dan prosesnya tidak bisa instan. Jadi tidak serta merta Super langsung mendapat harga bagus sebelum didistribusikan ke jaringan agennya. Ekspansi cakupan layanan Super juga tidak semasif seperti startup kebanyakan. Pertama masuk ke ibu kota Jawa Timur, lalu ke kota-kota kecil di sekitarnya. Implikasinya secara tim bisa overlap. Tim di Surabaya bisa sekaligus menangani bisnis di Sidoarjo dan Gresik.

“Prinsip pertumbuhan kita itu intercities growth, jadi kota yang lebih besar akan meng-carry ekonomi di kota yang lebih kecil. Kalau pakai strategi langsung hajar banyak kota, saat summer enak bisa raise [funding] terus, tapi jadi berat pas winter. Untuk putar balik bisnis mengurangi volume, tidak segampang itu. Memang growth kita jadi lebih steady, enggak secepat lain. Tapi saat winter kita lebih resilient,” lanjut dia.

Karena bangun bisnis rantai pasok ini tidak bisa instan, menurut Steven, banyak pemain yang berusaha untuk copy-paste model bisnis rantai pasok yang sukses di India dan Tiongkok lalu di bawa masuk ke Indonesia. Sementara, segmen ini memang secara naluriah punya margin yang tipis, apalagi kalau hanya main di kategori FMCG saja.

Maka ia putar otak apa model bisnis lainnya yang bisa direplikasi dari pemain petahana yang masih beroperasi hingga sekarang. Contoh terdekat yang bisa dilihat adalah perkembangan Indofood yang memiliki banyak private label. Super pun membangun divisi khusus sejak empat tahun lalu.

Terhitung pada 2022, perusahaan mulai masuk ke pengembangan produk private label yang bergerak di kebutuhan sembako dan kebutuhan sehari-hari, seperti beras, tepung terigu, minyak goreng, air mineral, dan makanan ringan. Merek-mereknya adalah: Beras Buncit, Cap Opung, Karya Alam, Perirasa, Pirlo, dan Udalado.

Salah satu private label dari Super

Steven menjelaskan merek-merek tersebut adalah hasil akuisisi brand prinsipal lokal yang sebelumnya bekerja sama dengan Super dan sudah dipantau performanya. Super pun mengakuisisi saham mayoritas terhadap PT dari brand prinsipal tersebut dan menghubungkannya dengan jaringan agen di 45 kota agar dapat mencapai product-market-fit.

“Super itu pure marketplace, penyalur barang-barang seperti Tokopedia. Di dalamnya ada seller-seller bagus yang kita investasikan. Tapi mereka dan kita tetap bergerak sendiri-sendiri dengan PT yang terpisah. Dalam 12 bulan terakhir pertumbuhan [sales private label] naik 3x-4x dari. Marketplace fee kita jadinya lebih besar dari company lainnya, makanya kita lebih sehat.”

Masalah klasik lainnya di distribusi produk FMCG di Indonesia itu sering sekali produk yang seharusnya untuk general trade malah tertukar di modern trade. Sudah ada masalah inefiensi rantai pasok, ditambah lagi mubazir karena orang di pinggiran yang seharusnya bisa dapat produk khusus general trade dengan harga terjangkau malah harus bayar mahal karena yang ditemukan justru produk untuk modern trade.

Alhasil, orang di pinggiran kota memilih untuk menurunkan kualitas produk yang dikonsumsinya dan mencari merek lain yang mirip, namun dengan harga yang lebih murah.

“Kita mau tackle isu itu. Cari substitusi seller yang lawannya winner contender karena contender butuh mengembangkan market-nya dan lebih friendly buat kasih kita gross profit. Ketika harga friendly, bisnis seller principal bisa grow, kita pun bisa sustainable, enggak perlu bakar duit. Kita bisa set harga lebih murah, jadinya harga bisa lebih affordable untuk agen.”

Keseluruhan strategi di atas: fokus di satu area, bangun private label, dan bangun relasi intens dengan brand principal, mampu membuat Super tumbuh stabil di kisaran 1,5x-3x tiap tahunnya. Diklaim juga, Super memiliki runway hingga 8 tahun setelah memperoleh pendanaan terakhir sebesar $70 juta yang diumumkan pada Juni 2022. Kecukupan dana ini membuat Super tidak harus bergantung untuk melakukan putaran pendanaan baru dalam menjalani operasionalnya.

“Karena lagi tech winter, yg penting startup punya cash yang banyak. Harus jaga balance antara topline growth, profitability, dan play safe. Sejauh ini kita masih health netburn, enggak mau profit cepat-cepat. [..] Kompetisi akan meredup karena ada beberapa pemain yang ke-trapped karena high burn, jadi terpaksa harus winding down. By the time, akan tersisa sejumlah player dan kita akan sangat diuntungkan,” pungkas Steven.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

HSBC Buat “Debt Fund” Khusus Startup ASEAN Senilai Rp15,8 Triliun

HSBC mengumumkan debt fund khusus startup “ASEAN Growth Fund” senilai $1 miliar (sekitar Rp15,8 triliun) untuk mengakselerasi ekspansi startup di kawasan Asia Tenggara yang tumbuh pesat. Dana ini dikhususkan pada startup/perusahaan digital, terutama di sektor new economy yang mengincar ekspansi ke Asia Tenggara.

“HSBC sangat antusias dengan berkembangnya ekonomi digital di ASEAN, termasuk Indonesia. Kami bersemangat untuk bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan digital untuk mendukung merek memperluas ekspansi bisnis di kawasan ASEAN dan sekitarnya,” ucap Presiden Direktur HSBC Indonesia Francois de Maricourt dalam konferensi pers, kemarin (27/3).

Managing Director, Wholesale Banking HSBC Indonesia Riko Tasmaya melanjutkan, ticket size untuk tiap pinjaman ini dimulai dari $25 juta-$100 juta dengan tenor satu sampai tiga tahun. Bank akan menggunakan metriks saat penilaian dengan mempertimbangkan operasional bisnis terkait portofolio aset generatif arus kas perusahaan, termasuk piutang, dibandingkan hanya berpatokan pada metrik keuangan tradisional.

Hal menarik lainnya, untuk startup yang ingin ekspansi ke kawasan ASEAN dapat menggunakan limit yang mereka terima dan dicairkan sesuai mata uang negara di mana negara yang akan mereka sasar. Sebagai catatan, di kawasan ini HSBC beroperasi di enam negara, yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam.

“Karena sebuah bisnis masuk ke region ASEAN, mereka kesulitan mendapatkan financing di masing-masing negara, jadi harus start pitching ke tiap bank di masing-masing negara. Tapi kalau lewat akses Growth Fund cukup dari satu negara, bisa expand ke lima negara di ASEAN. Ini merupakan ease of business yang sangat seamless dan nominalnya juga signifikan,” jelas Riko.

Pihak HSBC tidak membuat rinci untuk porsi di masing-negara untuk penyalurannya, namun diharapkan porsi dari startup Indonesia dapat menempati posisi mayoritas mengingat negara ini punya peluang ekonomi digital terbesar.

“Kita mencari startup yang scalable, juga bergerak di new economy. Sektor ini diestimasi bernilai $218 miliar dan diestimasi angkanya melambung sampai $600 miliar pada 2030 mendatang. Makanya sektor ini butuh funding khusus.”

Sebelum fund ini diumumkan secara resmi, Riko menyampaikan sejauh ini ada delapan pengajuan dari startup di kawasan ini yang sedang diproses. Nilai transaksinya diestimasi bernilai $500 juta dan diharapkan penyaluran dapat selesai paling lambat pada Q2 2024.

Sejumlah startup dari kawasan ini telah mendapat fasilitas pembiayaan dari HSBC, di antaranya Akulaku, Sea Group, eFishery, Atome, dan Funding Societies. Menurut Riko, startup tersebut menggunakan pinjaman tersebut untuk mengembangkan bisnisnya di masing-masing negara di mana mereka sudah beroperasi.

“eFishery ini menarik karena mereka ada social impact, lalu mereka juga berkembang di Singapura dan India. Jadi mereka kita hubungkan dengan network kita yang ada di sana untuk support bisnisnya di luar Indonesia. Nominalnya mencapai $30 juta, sekarang kita juga support mereka untuk ESG roadmap.”

Umumkan Venture Debt

Secara terpisah, di saat yang bersamaan, HSBC mengumumkan dana kelolaan lainnya, yakni Venture Debt khusus di pasar Singapura dengan mengalokasikan $150 juta (Rp2,3 triliun) untuk memberikan pembiayaan kepada perusahaan-perusahaan berskala besar dengan pertumbuhan tinggi di Singapura yang telah didukung oleh modal ventura atau investor ekuitas swasta.

Venture Debt ini memberikan solusi pembiayaan jangka panjang dan fleksibel bagi perusahaan, mendukung berbagai kebutuhan pendanaan, seperti belanja modal, perpanjangan runway, atau modal kerja dengan tenor hingga tiga tahun. Perusahaan dari sektor new economy juga dapat memperoleh akses ke struktur pembiayaan yang lebih terspesialisasi, termasuk yang melibatkan instrumen jaminan ekuitas.

Head of Commercial Banking for South and Southeast Asia HSBC Amanda Murphy menuturkan, “HSBC memiliki sejarah yang membanggakan dan warisan yang kuat di ASEAN dalam mendukung wirausaha dan meningkatkan skala bisnis. Pengenalan penawaran terbaru kami memungkinkan kami untuk lebih mendukung perusahaan-perusahaan new economy di ASEAN, baik yang baru berdiri maupun yang baru berkembang, seiring dengan ekspansi mereka di kawasan ini dan kemajuan sepanjang siklus hidup perusahaan.”

Dua fund di atas melengkapi fund yang sebelumnya sudah diumumkan HSBC, yakni New Economy Fund senilai $200 juta yang diluncurkan pada 2021 untuk mendukung kebutuhan modal kerja startup tahap awal di Singapura, menciptakan solusi pembiayaan komprehensif untuk klien ekonomi baru di berbagai tahap pertumbuhan.

LinkAja Terima Pendanaan Strategis dari Mitsui

LinkAja mengumumkan perolehan investasi strategis dari Mitsui & Co., Ltd. (Mitsui) dengan nominal yang dirahasiakan. Ini merupakan investasi pertama yang diraih LinkAja dari perusahaan berskala global. Mitsui merupakan investor non-BUMN ketiga, setelah Grab dan Gojek di LinkAja.

Lewat aksi korporasi ini, Mitsui dapat mengembangkan bisnis keuangan digital, mempercepat kolaborasi strategis antara ekosistem BUMN dan Mitsui dalam bidang IT, ritel, dan bisnis lainnya. Kedua perusahaan juga dapat menggabungkan berbagai potensi dan unique competitive advantage untuk dapat berkontribusi pada ekonomi digital di Indonesia.

Dalam keterangan resmi, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyambut baik komitmen investasi strategis dari Mitsui selaku investor global kepada LinkAja. Disampaikan juga, model bisnis LinkAja merupakan model bisnis yang dapat di buy in oleh pihak internasional.

Direktur Utama PT Mitsui Indonesia Shinichi Kikuchihara menambahkan, Mitsui sudah hadir di Indonesia sejak 1901 dengan membuka kantor di Surabaya. Seiring dengan terus berjalannya proses digitalisasi, pihaknya mulai perdalam fokusnya pada nilai ekonomi digital, termasuk keuangan digital.

“Sebagai perusahaan dengan fondasi bisnis yang kuat dengan ekosistem pemegang saham yang solid, kami yakin Mitsui dan LinkAja dapat saling berkontribusi dalam perkembangan industri keuangan digital di Indonesia,” ujarnya, Rabu (27/3).

Di Indonesia, Mitsui beroperasi di sektor-sektor strategis, seperti Infrastruktur & Energi, Mobilitas, Baja, Kimia Pangan & Ritel, dan Information & Communication Technology (ICT). Beberapa perusahaan yang diinvestasikan oleh Mitsui adalah Bussan Auto Finance (pembiayaan ritel sepeda motor) dan convertible bond subscription di CT Corp.

Direktur Utama LinkAja Yogi Rizkian Bahar menyampaikan, pihaknya memercayai kolaborasi strategis adalah kunci dalam bisnis digital. Mitsui telah berinvestasi di berbagai industri di Indonesia, sehingga mereka memiliki ekosistem yang besar dan beragam.

“Kami yakin bahwa investasi strategis Mitsui akan saling menguntungkan tidak hanya bagi kedua belah pihak, tetapi juga bagi para pengguna, pemangku kepentingan, serta berkontribusi terhadap perkembangan industri keuangan digital di Indonesia. Kepercayaan dari investor global ini, juga akan semakin menambah kepercayaan investor, termasuk kemungkinan masuknya investor lain,” ungkap Yogi.

Sebelumnya disampaikan, setelah pivoting model bisnis dan strategi efisiensi biaya, LinkAja berhasil mencapai perbaikan kinerja bisnis secara signifikan dengan EBITDA positif selama dua kuartal berturut-turut di akhir 2023. Pada tahun ini, perusahaan masih berfokus pada sinergi BUMN.

Pada Februari 2023, sebagai bagian dari penguatan peran strategisnya sebagai platform pembayaran, LinkAja meluncurkan Program Pertukaran Poin Loyalti dalam ekosistem BUMN, melalui AKHLAK Point.

Sejumlah perusahaan BUMN yang bergabung dalam pengembangan bersama kerja sama pertukaran loyalitas tersebut di antaranya PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), PT Pertamina Patra Niaga, PT Garuda Indonesia (Persero), PT Bank Negara Indonesia (Persero), PT Bank Mandiri (Persero), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), dan PT Bank Tabungan Negara (Persero).

Langkah ini merupakan kelanjutan dari aplikasi LinkAja skin khusus BUMN, yang digunakan sebagai saluran media komunikasi terpadu bagi karyawan BUMN serta penyaluran dana insentif ke lebih dari 200 ribu karyawan. Hal itu dilakukan untuk memperkuat fokus Business to Business to Consumer (B2B2C).

Inisiatif di atas merupakan komitmen kuat terhadap sinergi kolaboratif antara LinkAja dan BUMN, sekaligus meningkatkan ekosistem digital demi efisiensi dan efektif, serta memberikan nilai tambah bagi perjalanan konsumen.

Application Information Will Show Up Here

Advance.AI Angkat Dua Petinggi Lokal untuk Seriusi Bisnis Verifikasi Digital di Indonesia [UPDATED]

Advance.AI, penyedia solusi verifikasi identitas digital dan manajemen risiko, hari ini (26/3) mengumumkan penunjukan dua bos baru untuk pimpin bisnisnya di Indonesia. Mereka ialah Fuenny Liwang sebagai Director Growth Accounts dan Anggraini Rahayu sebagai Director Strategic Accounts.

Keduanya sama-sama memiliki pengalaman yang mendalam di berbagai industri. Sebelumnya Fuenny menjabat posisi manajemen senior di PT T Systems Indonesia (afiliasi Deutsche Telekom), VMWare, Microsoft, dan Telkom di Indonesia. Sementara Anggraini menjabat posisi manajemen senior di PT SAS Institute, Diebold Nixdorf, dan IBM Indonesia.

Fuenny menyampaikan, dalam lanskap yang didominasi oleh ponsel pintar saat ini, verifikasi identitas digital sangat dibutuhkan. Di luar layanan keuangan, banyak industri yang mengalami transformasi digital menghadapi tantangan dalam memverifikasi identitas pelanggan.

Tentunya hal ini membuat seluruh proses pendaftaran pelanggan e-KYC (Know Your Customer) secara digital dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi bisnis, meningkatkan pengalaman pelanggan sekaligus menurunkan biaya operasional. Hal ini juga berfungsi sebagai pertahanan krusial terhadap akses terlarang dan penipuan yang dapat menyebabkan kerugian keuangan maupun kerusakan reputasi yang signifikan.

“Saya sangat bersemangat dalam memimpin inisiatif ini untuk mendukung dan agenda transformasi digital di Indonesia,” ucapnya.

Anggraini menambahkan dari sisi tantangan transformasi yang saat ini dihadapi berbagai industri, mulai dari penipuan identitas dan risiko kredit hingga kepatuhan dan ancaman dari kemajuan terbaru dalam konten yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan atau AI-generated content (AIGC).

“Saya yakin pengalaman industri yang saya miliki dapat membantu klien kami memahami tantangan saat ini serta meningkatkan inklusi digital dan keuangan di Indonesia,” kata dia.

Manajemen Advance.AI berharap penunjukan Fuenny dan Anggraini dapat memperkuat komitmen perusahaan dalam memberikan solusi verifikasi identitas digital dan manajemen risiko terdepan untuk memajukan agenda transformasi digital Indonesia.

“Penunjukan Ibu Fuenny dan Anggraini membawa gabungan pengalaman industri selama 60 tahun di industri digital dan memperkuat kedalaman tim kepemimpinan senior kami di Indonesia,” ucap manajemen Advance.AI saat dihubungi terpisah oleh DailySocial.id.

Disampaikan lebih lanjut, pada tahun ini fokus perusahaan adalah mendukung berbagai industri, mulai dari perbankan, multifinance, telekomunikasi, layanan kesehatan, dan e-commerce, untuk mengadopsi verifikasi identitas digital mutakhir yang dapat membantu lebih banyak pelanggan hanya dengan ponsel cerdas dan dokumen identitas mereka. Sekaligus mencegah penipuan dan meningkatkan tingkat inklusi digital dan keuangan di seluruh Indonesia.

Perkembangan Advance.AI

Didirikan pada 2016, Advance.AI berbasis di Singapura telah bermitra dengan lebih dari 500 klien perusahaan di sektor perbankan, jasa keuangan, fintech, pembayaran, ritel, dan e-commerce. Advance.AI baru masuk Indonesia sejak 2020, bersamaan dengan sejumlah negara lainnya, seperti Tiongkok, India, Vietnam, dan Filipina. Di Indonesia, Advance.AI menempatkan Ronald Molenaar sebagai Country Manager.

Perusahaan menyediakan empat solusi yang menggabungkan solusi verifikasi identitas digital, KYC/AML, kepatuhan dan manajemen risiko. Diklaim, perusahaan memroses 120 juta kueri API per bulan dengan akurasi 99,4% dalam pengenalan karakter optik (OCR) dan pengenalan ras karena telah dilatih untuk wajah-wajah Asia Tenggara, dapat beroperasi dengan kamera ponsel beresolusi rendah, dalam kondisi cahaya redup, terutama yang relevan dalam kondisi Indonesia.

“Setiap kueri ini adalah untuk membantu melakukan onboarding secara digital, menilai dan/atau menjamin profil/risiko pelanggan, memfasilitasi keputusan kredit dan peminjaman serta akses terhadap layanan keuangan digital dasar (misalnya pinjaman usaha UKM, pinjaman pendidikan, pembiayaan kendaraan roda dua, tagihan medis, data telekomunikasi isi ulang, belanja e-commerce).”

Disampaikan, teknologi liveness detection 3D milik Advance.AI memiliki tingkat keberhasilan lebih dari 90% terhadap serangan presentasi palsu yang mendalam.

Para penggunanya mayoritas dari institusi keuangan dan teknologi. Di Indonesia saja, beberapa di antaranya adalah Bank Jago, Bank BTPN, Tokopedia, Shopee, Bukalapak, MNC Bank, Bank Mega, Standard Chartered, Gojek, Nanovest, dan Allo Bank.

“Kami telah membantu bank dan lembaga keuangan menjangkau 160 juta konsumen (misalnya membuka rekening bank, akses terhadap pembiayaan kendaraan roda dua), yang sebagian besar berada di Indonesia.”

Solusi Advance.AI juga dapat melindungi institusi keuangan dan industri e-commerce dari penipuan identitas, termasuk penggunaan konten yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan secara semakin canggih oleh penipu untuk meluncurkan serangan deepfake, serta penipuan sintetis, pembayaran, dan rekayasa sosial.

Sebanyak 6 dari 10 orang di Asia Tenggara masih belum memiliki atau memiliki keterbatasan dalam akses perbankan, Advance.AI mendukung institusi keuangan terbesar di kawasan ini untuk mempercepat inklusi sosial, digital, dan keuangan. Di balik itu, muncul risiko penipuan identitas dan ancaman siber yang meningkat.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan insiden penipuan keuangan telah meningkat sebesar 25% dalam setahun terakhir, menyoroti kebutuhan mendesak akan solusi manajemen risiko yang andal.

Sebagai catatan, Advance.AI merupakan bagian dari Advance Intelligence Group. Ada tiga produk di bawahnya: Atome Financial (Atome, Kredit Pintar, ND Finance), Advance.AI (platform SaaS untuk identitas digital perusahaan), dan Ginee (omnichannel e-commerce).

Grup ini didukung oleh investor papan atas SoftBank Vision Fund 2, Warburg Pincus, Northstar, Vision Plus Capital, Gaorong Capital, Pavilion Capital, GSR Ventures, dan investor global yang berbasis di Singapura, EDBI. Putaran pendanaan terakhir yang diraih sebesar $80 juta untuk putaran Seri D, diumumkan pada Mei 2023.

*) Kami menambahkan pernyataan dari manajemen Advance.AI mengenai penjelasan solusi dan target perusahaan

Bappebti Terbitkan Surat Edaran untuk Atur Ekosistem Aset Kripto

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) menerbitkan Surat Edaran Nomor 47/BAPPEBTI/SE/03/2024 tentang Penegasan Implementasi Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto di Bursa Berjangka.

SE ini menjadi penegasan untuk mengoptimalkan ekosistem aset kripto pada penyelenggaraan perdagangan pasar fisik aset kripto di Bursa Berjangka. Sekaligus salah satu upaya Bappebti mendorong kinerja perdagangan aset kripto di Indonesia dan mewujudkan ekosistem aset kripto yang transparan, efektif, dan efisien.

“[..] diharapkan ekosistem aset kripto menguatkan perlindungan bagi pelanggan/masyarakat dari investasi ilegal dan sekaligus dapat memberikan kepastian berusaha bagi pelaku pasar aset kripto,” ucap Plt. Kepala Bappebti Kasan dalam keterangan resmi, pekan lalu (21/3).

Kasan melanjutkan, Bappebti terus berupaya mendorong ekosistem berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan dapat mendorong transaksi. Sebelumnya, Bappebti telah membentuk bursa aset kripto, dua lembaga kliring aset kripto, dan dua lembaga depository pada 2023-2024.

Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan dan Penindakan Aldison menjelaskan, SE tersebut merupakan salah satu implementasi dari Peraturan Bappebti Nomor 8 Tahun 2021 tentang Pedoman Penyelenggaraan Perdagangan Pasar Fisik Aset Kripto di Bursa Berjangka.

“Ini adalah penegasan kepada pelaku usaha di bidang perdagangan pasar fisik aset kripto yang telah memperoleh perizinan dari Bappebti agar penyelenggaraan pasar fisik aset kripto di Indonesia menjadi salah satu sarana perdagangan komoditas yang andal dan transparan. Utamanya, memberikan perlindungan optimal bagi masyarakat yang menjadi pelanggan aset kripto,” imbuh Aldison.

SE ini menyampaikan empat hal, di antaranya:

  1. Kelembagaan untuk mendukung penyelenggaraan perdagangan pasar fisik aset kripto di Bursa Berjangka yang telah memperoleh izin dari Bappebti, sejauh ini ada lima perusahaan: PT Bursa Komoditi Nusantara, PT Kliring Berjangka Indonesia, PT Kliring Komoditi Indonesia, PT Tennet Depository Indonesia, PT Kustodian Koin Indonesia. Secara berurutan mereka adalah bursa aset kripto, dua lembaga kliring aset kripto, dan dua lembaga depository.
  2. Pihak yang telah memiliki tanda terdaftar sebagai Calon Pedagang Fisik Aset Kripto (CPFAK) dari Bappebti diharapkan segera menyampaikan surat permohonan persetujuan sebagai Pedagang Fisik Aset Kripto (PFAK) kepada Bappebti.
  3. Pihak yang telah memiliki tanda terdaftar sebagai CPFAK agar memperhatikan batas waktu pemenuhan persyaratan untuk menjadi PFAK.
  4. Kelembagaan dalam ekosistem perdagangan pasar fisik aset kripto yang telah memperoleh perizinan agar segera melakukan tugas dan fungsinya sesuai perundang-undangan.

Dilanjutkan lebih jauh, 2024 merupakan momentum penting bagi penyelenggaraan perdagangan aset kripto di Indonesia. Ditandai dengan beleid UU Nomor 4 Tahun 2023 terkait kewenangan pengaturan dan pengawasan aset kripto akan beralih dari Bappebti ke OJK pada 2025 mendatang.

“Saat ini merupakan masa yang krusial terkait pengalihan kewenangan aset kripto dari Bappebti ke OJK. Bappebti ingin memastikan, pengalihan nantinya harus berjalan dengan baik tanpa memberikan goncangan pada industri aset kripto. Salah satunya dengan memastikan ekosistem aset kripto yang ada saat ini telah berjalan dan mendorong pertumbuhan industri aset kripto di Indonesia,” tambah Sekretaris Bappebti Olvy Andrianita.

Olvy juga menyampaikan tahun ini juga penting karena diperkirakan harga mayoritas aset kripto akan naik seiring adanya fenomena halving Bitcoin yang mendorong transaksi lebih menggeliat. “Seluruh kelembagaan aset kripto harus segera melakukan tugas dan fungsinya. Hal tersebut agar perdagangan fisik aset kripto di Indonesia tumbuh secara signifikan,” tambahnya.

Perkembangan transaksi aset kripto

Nilai transaksi perdagangan fisik aset kripto pada Februari 2024 tercatat Rp33,69 triliun atau naik 56,22% dari bulan sebelumnya. Sementara, total nilai transaksi Januari-Februari 2024 Rp55,26 triliun atau naik 113,05% dibandingkan dengan periode yang sama di 2023 sebesar Rp25,94 triliun (yoy).

Jumlah pelanggan aset kripto yang terdaftar per Februari 2024 sebesar 19,18 juta pelanggan, dengan rata-rata kenaikan jumlah pelanggan terdaftar sebesar 427,2 ribu pelanggan per bulan terhitung sejak data ini dilaporkan pada Februari 2021.

Pelanggan yang aktif bertransaksi di platform CPFAK periode Februari 2024 sebanyak 715,6 ribu pelanggan. Saat ini, terdapat 35 perusahaan CPFAK terdaftar dan sebagian besar sedang dalam proses menjadi PFAK.

Jenis aset kripto yang banyak ditransaksikan berdasarkan nilai transaksi pada perdagangan fisik aset kripto selama Februari 2024 yaitu Tether (USDT), Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), Solana (SOL), dan Render Token (RNDR).