ZALORA Rambah Segmen B2B Demi Tingkatkan Profitabilitas, Sekaligus Tunjuk CEO Baru

ZALORA, platform e-commerce khusus fesyen dan gaya hidup, memperkenalkan layanan B2B sebagai jalur bisnis baru demi mendongkrak posisinya sebagai perusahaan yang keberlanjutan. Ada empat solusi yang ditawarkan, yakni E-Fulfillment, Data, Marketing, dan E-Distribution. Solusi ini merupakan bagian dari expertise induk Zalora, Global Fashion Group (GFG).

Pada saat yang bersamaan, ZALORA juga memperkenalkan Aasish Midha sebagai CEO dan Managing Director untuk ZALORA Indonesia & Filipina. Midha menggantikan Anthony Fung yang sudah menjabat di ZALORA Indonesia sejak 2015. Midha sudah bergabung di ZALORA selama lima tahun, posisi terakhirnya adalah Revenue Director ZALORA Filipina.

Di bawah kepemimpinannya, ia akan memperkuat brand identity ZALORA yang telah solid dibangun selama lebih dari satu dekade, dengan memperluas jangkuan melalui pertumbuhan yang eksponensial dan menguntungkan.

“B2B merupakan pilar penting sekaligus jadi sumber revenue baru, sehingga kami melihatnya sebagai era bisnis yang sama pentingnya dengan bisnis B2C. Kami menawarkan layanan menyeluruh untuk membantu brand dapat terbantu. Solusi ini berlaku untuk seluruh operasional Zalora, termasuk Indonesia,” terang Midha dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (7/12).

Lebih lanjut, melalui solusi E-Fulfillment, ZALORA menghadirkan One Stock Solution (1SS) dan Fulfillment by Zalora (FBZ) sebagai solusi pemenuhan yang ditawarkan kepada brand partner strategis untuk meningkatkan efisiensi pengiriman produk dan layanan pelanggan.

Melalui Fulfillment by ZALORA (FBZ), brand dapat memanfaatkan solusi e-commerce end-to-end yang telah disempurnakan oleh ZALORA untuk menikmati proses operasi yang disederhanakan. Dengan FBZ, brand yang berjualan di ZALORA dapat mengandalkan jaringan ahli logistik dan infrastruktur ZALORA yang sudah mapan, namun tetap memiliki kendali atas kampanye dan keputusan pemasaran.

Berikutnya, One Stock Solution (1SS), memungkinkan brand untuk menikmati manfaat dari infrastruktur pergudangan dan logistik ZALORA tidak hanya untuk brand store mereka di dalam platform ZALORA, tetapi juga untuk platform online eksternal.

Melalui 1SS, pesanan brand partner dari platform marketplace non-ZALORA dan situs web brand disimpan dan dipenuhi oleh ZALORA – memberikan brand kemudahan dalam menggabungkan manajemen e-commerce mereka melalui operasi dan pemenuhan digital ZALORA secara menyeluruh.

Mengutip dari situsnya, solusi E-Fulfillment ini telah mengelola pesanan e-commerce di ZALORA.com untuk lebih dari 300 merek lokal & internasional. Perusahaan memiliki satu gudang pusat di Malaysia untuk menangani pesanan skala regional. Terdapat dua gudang lokal, masing-masing di Filipina dan Indonesia untuk menangani pesanan domestik. Serta armada kurir last-mile sendiri yang tersebar di Malaysia, Singapura, Filipina, dan Indonesia.

Sejak solusi E-Fulfillment diperkenalkan, mayoritas brand global telah memanfaatkan solusi tersebut. Di antaranya, Ted Baker, Giordano, H&M, Hush Puppies, Kipling, hingga Mango, lalu ada dua brand lokal yang turut bergabung, yakni Varesse dan RiaMiranda. Secara regional, ZALORA beroperasi di Singapura, Malaysia & Brunei, Indonesia, Filipina, Hong Kong, dan Taiwan.

Secara terpisah mengutip dari Tech in Asia, Zalora dilaporkan sudah cetak EBITDA positif yang disesuaikan pada tahun lalu. Walau platform e-commerce ini tidak setenar pemain sejenisnya di skala regional, seperti Shopee dan Lazada, pencapaian ini patut diapresiasi.

Dipaparkan, margin EBITDA positif yang disesuaikan – ukuran pendapatan sebagai persentase pendapatan – sebesar 0,7%. Dalam periode yang sama, terdapat 2,9 juta pembeli membeli setidaknya satu item dari ZALORA, tidak termasuk pembatalan, penolakan, dan pengembalian. Bila diterjemahkan dengan angka, menjadi 412 juta Euro ($451,4 juta) dalam net merchandise value.

Di saat yang sama, banyak pemain e-commerce yang juga menjual produk fesyen dan aksesoris melalui brand yang dikelola sendiri, pengguna mengakses ZALORA untuk mencari kategori yang tidak bisa ditemukan di tempat lain, yakni merek barang mewah (luxury brands).

Dalam paparannya, Midha menjelaskan pertumbuhan dari transaksi kategori tersebut mencapai 37% secara yoy. Kategori lainnya berdasarkan pertumbuhan nilai pesanan rata-rata adalah Kids (6%), perabotan rumah tangga (14%), dan kecantikan (18%). Bila melihat dari tiga kategori yang paling banyak dibeli, dipegang oleh: produk olahraga, pakaian pria, dan pakaian perempuan.

Resmikan program loyalitas

Untuk mendorong loyalitas konsumen, ZALORA meresmikan ZALORA VIP, yakni program berlangganan dengan pemberian voucher diskon, ekstra cashback, pengiriman gratis, akses pelanggan prioritas, serta keuntungan eksklusif lainnya. Biaya berlangganan ini dimulai dari Rp99 ribu yang berlaku selama satu tahun.

“Pelanggan kami sangat setia, memungkinkan kami mencapai NPS (Net Promoter Score) tertinggi di atas 80% di Indonesia. Menurut saya tidak ada yang bisa seperti ini [mencapai skor tinggi].”

Diharapkan adopsi ZALORA VIP ini dapat semakin masif ke depannya. Diklaim, pengguna ZALORA VIP mencapai 15%-20% dari total konsumennya.

Di Indonesia saja, pengguna ZALORA didominasi oleh perempuan (74%) dengan rentang usia mulai dari 18-45 tahun. Menariknya, transaksi terbesar ZALORA justru datang dari luar Jakarta (23%). Lokasi terbesar dipegang oleh pulau Jawa (50%), Sumatera (12%), Kalimantan (5%), Sulawesi (4%), Bali-NTB&NTB-Papua&Maluku masing-masing berkontribusi sebesar 2%.

Dengan tren ritel yang masih menjanjikan di Asia, salah satunya karena pertumbuhan populasi masyarakat kelas menengah, berhasil menjadikan kawasan ini siap memimpin pemulihan ritel global di tahun-tahun mendatang.

Pada tahun mendatang, berbagai tren akan menarik perhatian. Seperti pengembangan pengalaman berbelanja yang menyenangkan dengan adopsi teknologi baru, seperti AI, AR, pengiriman cepat, dan pertumbuhan BNPL yang berkelanjutan; pertumbuhan social commerce lewat brand D2C yang terus bertumbuh dan kenyamanan konsumen berbelanja melalui platform media sosial; strategi omnichannel, yang memungkinkan konsumen dapat berbelanja di berbagai tempat saluran.

Midha menuturkan, tren ritel yang menjanjikan ini mendorong ekspansi omnichannel yang menarik dimulai dengan kampanye bersama para desainer lokal. Beberapa inisiatif yang pernah dilakukan adalah ZALORAYA (Malaysia) dan Zalora x Adidas ‘Supermart’ (Singapura).

“Kami tidak akan menjadi pemain ritel offline, karena offline itu untuk brand experience. Jadi format omnichannel kami lebih ke click and collect yang memberikan konsumen pengalaman belanja yang mendalam karena objektif belanja online dan offline itu berbeda,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Masih Dini, Pasar Apotek Online Berpotensi Tinggi

Kesadaran gaya hidup sehat telah menjadi pendorong utama di balik pertumbuhan sektor ritel farmasi. Menurut hasil temuan Ken Research, pasar ritel farmasi Indonesia diperkirakan akan tumbuh pada CAGR 1,5% berdasarkan pendapatan penjualan selama 2019-2025.

Ada beberapa faktor dari kenaikan ini, yakni jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) terus bertambah. Per 31 Desember 2019, jumlahnya mencapai 224 juta orang dan telah melampaui 83% dari total penduduk Indonesia.

Di samping itu, obat generik banyak digunakan sebagai alternatif obat paten yang harganya mahal, akibat bahan baku mayoritas diimpor. Alhasil melalui program JKN, pemerintah mengatur harga agar obat terjangkau oleh daya beli masyarakat.

Bila dilihat dari angka harapan hidup orang Indonesia pada 2019 adalah 71,59 tahun, meningkat dari 0,25% pada 2018. Statistik ini mencerminkan cara yang lebih baik untuk mengendalikan penyakit menular dan fasilitas medis yang lebih baik, pada akhirnya menyebabkan peningkatan usia rata-rata penduduk Indonesia.

Sedangkan, makin menuanya umur seseorang turut dipengaruhi oleh meningkatnya pengeluaran untuk perawatan kesehatan. Dengan meningkatnya populasi usia tua, penjualan obat-obatan di dalam negeri juga cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Untuk meningkatkan aksesibilitas dan kenyamanan, hampir semua rantai ritel farmasi besar mulai menawarkan produknya melalui portal online, tak terkecuali pemain startup. Meski apotek online mungkin belum terlalu populer di Indonesia, pandemi kemarin membuka pintu lebar-lebar bagi bisnis ini. Lambat tapi pasti, dampak kehadirannya mulai terasa.

Tak sekadar kemudahan dan kecepatan dalam membeli obat, ada banyak isu genting yang tengah diselesaikan oleh pemain digital dengan pendekatan digital pula. Di antaranya, rantai pasok dan keaslian produk farmasi. Lifepack adalah salah satu contoh startup yang mencoba menangkal isu tersebut.

Startup yang dirintis oleh eks petinggi Tiket.com, Natali Ardianto, menyampaikan tantangan dunia farmasi di Indonesia masih dihadapi oleh obat palsu. Dari data yang ia kutip, bahkan sebanyak 25% dari total pendapatan penjualan obat nasional adalah sumbangsih dari penjualan obat palsu yang masuk ke Indonesia secara ilegal dan tidak memiliki tanda BPOM.

“Kondisi ini membuat rasa percaya konsumen untuk beli sesuatu secara online jadi rendah karena mereka takut barangnya tidak asli. Tantangan ini sama seperti saat memulai Tiket.com dulu, banyak yang bertanya ini penipuan atau enggak. [Tantangan] ini umum banget bagi perusahaan teknologi untuk adopsi di pasar yang masih early adopter ini,” terangnya kepada DailySocial.id.

Masih dari laporan yang ia kutip, pada 2025, industri farmasi di Indonesia diprediksi akan tumbuh dua kali lipat dengan estimasi nilai pasar mendekati $20 miliar. Apotek online hanya mencakup 3,5% dari total angka tersebut.

Dia juga menekankan permasalahan yang paling mengakar di industri farmasi itu bukan karena kekurangan jumlah apotek dan distributor, melainkan sistem rantai pasoknya yang tidak efisien. Ambil contoh, apotek yang berlokasi di rumah sakit atau klinik sangat mudah untuk menebus resep dari dokter di rumah sakit tersebut. Apotek pun mudah untuk menyetok suplai obat-obat dengan frekeuensi penjualan yang tinggi.

Kondisi sebaliknya, justru sangat sulit bagi konsumen bila menebus obatnya di luar lingkaran rumah sakit di mana resep itu dibuat. Alasannya karena beragamnya merek farmasi yang beredar untuk satu molekul. Sementara pada umumnya, dokter itu menuliskan resep bukan dari molekul tapi dari mereknya.

“Jadi apotek di rumah sakit itu suplai produknya berdasarkan apa yang sering ditulis dokter. Bagaimana dengan apotek kecil di luar rumah sakit? Itu yang kita coba selesaikan masalahnya.”

Co-Founder & President Director of Alodokter Suci Arumsari sepakat bahwa bisnis apotek online ini berpotensi besar dalam meraih pasar yang semakin mengadopsi belanja online. Tantangan yang perlu diatasi, seperti kepatuhan regulasi terkait penjualan obat, membangun kepercayaan konsumen terhadap kualitas dan keamanan produk, dan persaingan dengan pemain besar.

Sebagai catatan, Alodokter menjadikan layanan telemedisin sebagai bisnis utamanya yang dilengkapi dengan ekosistem pendukungnya, salah satunya apotek online Aloshop yang sudah diperkenalkan sejak 2021. Perusahaan bekerja sama dengan mitra apotek dan kurir last-mile untuk pengantarannya.

Dalam membangun kepercayaan, Alodokter melakukan sejumlah langkah preventif untuk meminimalisir pelanggaran. Misalnya, untuk penjualan obat non-OTC yang memerlukan resep dokter, maka setiap pembelian obat di Aloshop akan diverifikasi secara ketat. Resep yang diunggah untuk dibeli, akan diverifikasi lagi oleh tim dokter di Alodokter.

“Hal ini bisa mencakup validasi apakah obat yang diresepkan sudah sesuai dengan kondisi medis pasien atau tidak, apakah obat tersebut memang bisa ditebus secara online atau tidak (karena ada beberapa obat yang tidak bisa dibeli secara online) dan sebagainya. Kami juga terus edukasi ke pengguna tentang pentingnya resep dokter untuk obat-obatan tertentu,” terang Suci.

Pengambilan suplai stok di Aloshop berasal dari jaringan mitra apotek resmi, seperti Century, Apotek K24, Watsons, dan Viva Medika. Jaringan yang luas ini memungkinkan Aloshop dapat diakses dan melakukan pengantaran untuk para penggunanya di seluruh Indonesia.

Isu rantai pasok

Natali melanjutkan, sebagai pemain apotek online, tidak efisiennya rantai pasok di industri farmasi ini dilatarbelakangi oleh regulasi yang berlaku. Setiap apotek itu setidaknya harus bekerja sama dengan 80-100 distributor. Distributor itu biasanya mengambil inventarisnya dari beberapa pabrik.

Masalah berikutnya, jika apotek tersebut berbentuk jaringan, seperti K24. Maka setiap outletnya yang tersebar di tiap kota itu harus cari distributor farmasi yang ada di masing-masing kota dan harus membentuk badan hukum sendiri. Regulasi juga tidak memperbolehkan apotek di suatu kota membeli suplai dari kota lain.

Lifepack

“Karena dari dulu cara kerja distributor itu akuisisi apoteknya menggunakan sales. Di tiap kota itu ada tim sales masing-masing dan punya target masing-masing. Jadi purchasing-nya tidak ter-centralized, negosiasi diskon di masing-masing titik makanya tidak efisien. Ketidakefisiensinya ini sangat luar biasa. Industri farmasi paling terlambat [adopsi teknologi].”

Untuk mengatasi isu besar ini, Lifepack mengakuisisi perusahaan distributor Tetama (PT Global Logistic Medika) pada September 2022. Tetama adalah perusahan distributor farmasi online yang mendistribusikan obat & suplemen kesehatan. Perusahaan inilah yang menangani rantai pasok untuk apotek Lifepack dan pebisnis apotek.

Melalui solusi one-click purchase, Tetama ingin mempermudah pebisnis farmasi dalam pemesanan produk. Mereka dapat mengisi stok produk dari berbagai manufaktur secara lebih mudah tanpa perlu membuat banyak surat pemesanan, belum lagi untuk dapat diskon, harus negosiasi yang panjang.

Fitur ini dapat diakses berkat integrasi API Tetama dengan VMedis, software dengan fitur stok dan pengadaan anti-bocor (pencegah kecurangan). Data terakhir menyebut, terdapat lebih dari 2.900 apotek dan klinik di dalam jaringan VMedis.

Tetama sendiri memberikan jaminan stok lengkap, mulai dari obat resep, obat yang dijual bebas (OTC), suplemen, vaksin, produk kecantikan, hingga fast moving consumer goods (FMCG). Ditambah, telah mengantongi sertifikat Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB), Cold-Chain Product (CCP), BPOM, Alat Kesehatan, dan lainnya demi menjaga kualitas produk yang optimal selama proses distribusi.

Selain kemudahan inventaris barang, software Tetama juga memudahkan apotek dalam pencatatannya berdasarkan kode batch kedaluwarsa. “Tanggal expire itu harus dicatat satu-satu, first expire first out. Jadi pergerakan barangnya sesuai tanggal expire. Ketika terima barang, sekarang tinggal masuk ke rak saja.”

Disebutkan, ada 500 apotek, klinik, dan RS yang pakai solusi dari Tetama di Lifepack. Lifepack memiliki empat apotek yang tersebar di Jakarta, Cakung, Bandung, dan Surabaya. Walau disebut apotek, sebenarnya sangat berbeda dengan kebanyakan apotek offline lainnya. Lantaran apotek ini berada di area pergudangan sehingga tidak menerima pembelian langsung oleh konsumen.

“Segmentasi konsumen kami berbeda, kami hanya menyasar pasien penderita penyakit kronis, seperti diabetes, hipertensi yang harus konsumsi obat setiap hari. Jadi beli obatnya berkala lewat kita. Dengan fokus ke sana, jadi servis kami lebih detail dan spesifik. Sebelum obat habis, biasanya kita selalu ingatkan mereka.”

Pasien penyakit kronis ini, menurut data Riskesdas 2018 (Riset Kesehatan Dasar), jumlahnya 20% dari total pasien se-Indonesia. Tapi biaya yang harus mereka keluarkan, lebih tinggi sampai 70% karena harga obat yang dibeli tergolong mahal.

Selain menawarkan pelayanan yang ekstra untuk pasien penyakit kronis, Lifepack memiliki aplikasi Lifepack for medic, untuk suster dan dokter. Di aplikasi tersebut, dokter dapat langsung menulis resep untuk pasiennya. Pasien tidak perlu antre untuk menebus resepnya karena obatnya dikirim oleh Lifepack. Dokter juga bisa melihat apakah pasien tersebut menebus obatnya atau tidak. Sebanyak 2 ribu dokter spesialis telah menggunakan solusi ini.

“Lifepack juga ada aplikasi untuk end-user tapi itu bukan main activity kita.”

Prospek positif

Bagi Natali, industri farmasi akan mendominasi di dunia kesehatan. Di negeri maju, seperti Tiongkok dan Amerika Serikat, bahkan India, penggunaan apotek online sudah de-facto sudah umum. “Di Cina, orang langsung ke apotek karena ada screen untuk konsultasi online dengan dokter dan bisa langsung tebus obat. Apotek digital akan jadi sesuatu yang biasa.”

Dia melanjutkan, “Industri farmasi ini challenging karena ubah budaya itu butuh waktu lama dan harapan saya dukungan dari semua pihak itu sangat membantu kita semua.”

Untuk itu, Lifepack, melalui Tetama, akan terus menggenjot kinerjanya agar distribusi farmasi dapat makin merata ke seluruh titik di Indonesia. Dengan demikian konsumen mau di manapun mereka dapat mengakses obat dengan harga yang sama di Jakarta, tanpa harus beli dari negara tetangga.

Diklaim saat ini kontribusi bisnis dari apotek Lifepack dan Tetama imbang, yakni 50:50. Kontribusi dari Tetama ditargetkan akan melaju lebih jauh karena ke depannya semakin banyak software apotek yang akan bergabung untuk melakukan pembelian suplai farmasi secara lebih efisien.

“Kami pasang harga tidak jauh dari HET (harga eceran tertinggi), tetap kompetitif karena ada pemain lain yang pasang di atas 20%-30% dari HET. Mimpi kita ingin beri harga jauh lebih murah, tapi efisiensi meningkat terus. Karena semakin banyak volume yang dibeli, diskon [dari distributor] makin banyak, jadi harga jual bisa diturunkan.”

Partner Antler Indonesia Agung Bezharie Hadinegoro menyampaikan secara umum healthtech di Indonesia masih memiliki kesenjangan yang perlu diatasi. Di saat yang sama, di ranah regional, Indonesia selalu menjadi pasar penting yang banyak mewakili lahirnya kesempatan baru.

Adanya founder startup yang memiliki ketertarikan di sektor ini dapat menjadi peluang besar untuk mengisi kekosongan tersebut. Dalam menyikapi inovasi di sektor ini, perlu disadari bahwa sebagian besar ide berasal dari inisiatif atau pain point yang dialami oleh para founder sendiri.

“Upaya kami terfokus pada mendengarkan cerita di balik motivasi mereka untuk terlibat dalam sektor kesehatan, serta bagaimana mereka ingin memberikan solusi terbaik kepada target pengguna. Keunggulan dari pendekatan ini, solusi yang dihasilkan cenderung lebih relevan dan dapat langsung mengatasi permasalahan konkret dalam dunia kesehatan,” kata Agung.

Sejauh ini, Antler belum memiliki dana kelolaan khusus untuk sektor ini karena pendekatannya masih secara agnostik. Namun, ketika melihat portofolio perusahaan yang telah dihasilkan oleh Antler, terlihat banyak founder yang memiliki passion yang menarik di healthtech.

“Hal ini mungkin menunjukkan bahwa, meskipun tidak ada fokus secara eksplisit, tetapi potensi dan minat dalam sektor ini tetap ada.” Adapun portofolio Antler di Indonesia khusus healtech adalah CareNow, Healthpro, Qalboo, Sesama Care, dan Ziwa.

Batal Dirikan CVC, BTN Gaet Mandiri Capital Bentuk Dana Kelolaan Rp400 Miliar Khusus Proptech

Bank Tabungan Negara (BTN) menggandeng Mandiri Capital Indonesia (MCI) membentuk dana kelolaan khusus pendanaan ke startup di bidang mortgage dan proptech. Saat ini proses perizinan untuk dana kelolaan ini masih menunggu persetujuan OJK.

BTN menjadi investor tunggal untuk BTN Fund ini dan menyiapkan dana investasi berkisar Rp200 miliar-Rp400 miliar. BTN akan masuk untuk berbagai tahapan investasi untuk startup yang memiliki bisnis di Indonesia dan bergerak di proptech, mortgage tech, fintech, embedded finance, construction tech, open finance, SaaS, dan sektor strategis lainnya yang sejalan dengan bisnis utama mereka.

“Dalam visi BTN menjadi The Best Mortgage Bank in Southeast Asia, salah satu inisiatifnya bagaimana kita mengembangkan bisnis yang mendukung sektor perumahan. ASEAN mortage sangat prospektif dan untuk go digital di area mortgage, digital payment, dan ekosistemnya kita enggak bisa grow secara organik. Jadi perlu akselerasi lewat partnership,” ucap Direktur Risk Management Bank BTN Setiyo Wibowo saat peresmian kerja sama BTN dan MCI di Jakarta, Rabu (6/12).

Menurut Setyo, perizinan dari OJK biasanya memakan waktu antara tiga sampai enam bulan. Bila tidak ada aral melintang, investasi ke startup akan dimulai setelah mengantongi izin. Rencananya untuk dana kelolaan tersebut, BTN dan MCI akan menyuntik 10-20 startup. “Yang terpenting startup punya operasional di Indonesia,” tambahnya.

Dalam menilai calon portofolionya, BTN akan melihat prospek, model bisnis, dan solusi yang unik ditawarkan oleh startup, sejalan dengan bisnis BTN. Tidak hanya investasi, startup tersebut nantinya dapat mengintegrasikan layanannya dari BTN, baik dari sisi transaksi, kanal penjualan, hingga percepatan
proses bisnis.

“Setelah itu kita lihat orangnya [founder] dan lihat bagaimana chemistry-nya. Jadi kita tidak harus melihat startup itu sudah untung atau belum.”

Direktur Investasi MCI Dennis Pratistha menyampaikan, BTN Fund dapat menjembatani kebutuhan BTN untuk transformasi digital di perseroan, sekaligus bentuk partisipasi di ekosistem mortage dan proptech secara lebih besar. “BTN dapat meningkatkan NIM, fee-based income, dan cost efficiency dan improvement. BTN akan menjadi investor strategis bagi startup yang dinilai bisa memberikan nilai tambah,” imbuh Dennis.

Di Mandiri Group, misalnya, MCI melakukan investasi untuk startup pengembang POS iSeller pada 2020. Pada waktu itu, iSeller sudah menjaring 19 ribu merchant. Pertumbuhannya signifikan hingga pada awal tahun ini, jumlah merchant naik jadi 35 ribu. Kemitraan juga dijalin bersama Bank Mandiri untuk program Livin’ Merchant, hingga akhirnya jumlah merchant terdongkrak jadi 1,2 juta hingga saat ini.

Batal dirikan CVC

Dalam kesempatan yang sama, Setyo sekaligus mengonfirmasi bahwa BTN batal untuk mendirikan corporate venture capital (CVC) sendiri. Alasannya dikarenakan setelah ditinjau, opsi yang paling cepat dan masuk akal untuk segera beroperasi adalah membentuk dana kelolaan bersama mitra.

“Kalau buat VC izinnya lebih sulit, perlu didukung juga oleh talenta yang spesialis di area ini. Setelah di-review, paling kecil risikonya dan impact positif lebih baik buat BTN akhirnya lewat membuat fund.”

Sebelumnya, wacana BTN untuk membentuk modal ventura sudah berlangsung sejak beberapa tahun lalu. Kandidat yang akan diakuisisi adalah Sarana Papua Ventura adalah anak usaha PT Bahana Artha Ventura, yang merupakan anak usaha PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero).

Rencana tersebut bahkan sudah mendapat persetujuan dari pemegang saham RUPSLB BTN pada Agustus 2019.

ByteDance Dikabarkan akan Berinvestasi ke Tokopedia, Sinyal Kembalinya TikTok Shop

ByteDance, induk dari TikTok, dikabarkan telah mencapai kesepakatan untuk berinvestasi di salah satu unit GoTo Group di Indonesia dan bekerja sama untuk menghadirkan layanan e-commerce.

Menurut sumber Bloomberg, ByteDance telah setuju untuk bekerja sama dengan Tokopedia daripada bersaing langsung dengan platform lokal. Kesepakatan investasi ini disebutkan akan terjadi secepatnya pada pekan depan.

Meskipun kedua perusahaan telah mencapai kesepakatan informal, rincian akhir dari aliansi tersebut sedang diselesaikan dan dapat berubah sebelum diumumkan. Juga, masih harus menunggu persetujuan peraturan dan masih bisa kemungkinan gagal.

Bila investasi ini benar terjadi, maka akan menjadi investasi pertama bagi TikTok Shop, yang berkembang pesat dan membuat terobosan dalam belanja online di berbagai wilayah. Namun kemajuannya ini di Indonesia harus terhenti ketika muncul keluhan dari pedagang lokal – yang akhirnya memaksa TikTok Shop untuk tutup.

Jika kesepakatan dengan GoTo mulus, ini bisa menjadi model baru bagi TikTok dalam melakukan ekspansi di pasar lain, seperti Malaysia. Pemerintah Malaysia mulai mengisyaratkan kesediaannya untuk meninjau kembali pengaruh pemain luar, seperti TikTok Shop.

Sebelumnya, tersiar kabar bahwa TikTok dan GoTo sedang mendiskusikan potensi investasi tetapi opsi lainnya adalah usaha patungan. Hal ini mungkin memerlukan pembangunan platform e-commerce baru. Perwakilan TikTok dan GoTo menolak berkomentar.

Tujuan utama dari ByteDance turun gunung adalah menghidupkan kembali layanan belanja online ritel terbesar di Asia Tenggara. Indonesia merupakan pasar pertama dan terbesar bagi TikTok Shop. Layanan ini dimulai pada 2021 dan kesuksesan instannya di kalangan pembeli muda yang menyukai video mendorongnya untuk berekspansi ke pasar lain, termasuk Amerika Serikat.

Namun di negara ini, TikTok jadi satu-satunya platform yang langsung terkena dampak dari peraturan baru yang diterbitkan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan pada Oktober 2023. TikTok mengumumkan layanan e-commerce mereka tutup secara efektif pada 4 Oktober 2023 pukul 17:00 WIB.

Bagi GoTo, kesepakatan dengan TikTok bisa berisiko karena akan membantu pesaing ritel online besarnya untuk beroperasi di Indonesia. Namun, kesepakatan ini juga akan memberikan GoTo mitra media sosial global yang kuat dalam sebuah perjanjian yang dapat meningkatkan volume belanja, logistik dan pembayaran untuk kedua perusahaan.

CEO GoTo Patrick Walujo tengah berupaya untuk membawa GoTo ke titik profitabilitas pada akhir tahun ini untuk menunjukkan bahwa perusahaan memiliki potensi jangka panjang. Salah satu strateginya dengan melanjutkan inisiatif direktur sebelumnya untuk mengurangi kerugian dengan memangkas lapangan kerja, memotong promosi, dan memperketat kontrol pengeluaran.

Sebelum sepakat dengan GoTo, pihak TikTok telah berupaya melibatkan pejabat pemerintah dan perusahaan media sosial lainnya untuk mencari cara memulai kembali operasi e-commerce. Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan TikTok telah berbicara dengan lima perusahaan termasuk Tokopedia, PT Bukalapak.com dan Blibli tentang kemungkinan kemitraan.

Application Information Will Show Up Here

Startup Insurtech Igloo Raih Pendanaan Pra-Seri C Rp555 Miliar dari Eurazeo dan BNP Paribas Cardif

Startup insurtech Igloo mengumumkan perolehan pendanaan pra-seri C senilai $36 juta (lebih dari Rp555 miliar) yang dipimpin perusahaan investasi global Eurazeo dan perusahaan asuransi BNP Paribas Cardif. Investor sebelumnya dalam Seri B seperti Openspace Ventures dan La Maison juga turut serta dalam putaran ini.

Investasi dari Eurazeo ini berfokus pada perkembangan teknologi inovatif dan ide bisnis yang mendisrupsi industri asuransi. Sementara investasi dari Openspace dilakukan melalui OSV+ fund, yakni dana  kelolaan khusus pendanaan tahap menengahnya berfokus pada putaran seri C dan D startup di Asia Tenggara.

Dana tambahan ini memungkinkan perusahaan untuk membuka peluang merger dan akuisisi di level horizontal dan vertikal, setelah menambah lisensi sebagai broker di seluruh kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia (bekerja sama dengan PT Solusiutama Tekno Broker Asuransi).

Perusahaan akan meningkatkan jumlah talenta hingga 20% di bidang teknologi, komersial, strategi, dan produk asuransi. Produk asuransi dan nilai rantai juga turut diperluas, dengan merambah produk asuransi kendaraan bermotor, kesehatan, berhubungan dengan iklim, digitalisasi penjaminan dan klaim, serta teknologi AI dan blockchain.

“Kami telah memantau performa Igloo dan terkesan dengan evolusi mereka menjadi platform berbagai asuransi dalam berbagai jalur distribusi dan produk. Kami yakin Igloo berada dalam posisi yang kuat untuk membantu mengatasi penetrasi pasar asuransi yang rendah di Asia Tenggara dengan membuat asuransi lebih mudah diakses dan dipahami oleh konsumen,” ujar Albert Shyy, Managing Director Eurazeo dalam keterangan resmi, Senin (4/12).

Pendanaan ditutup selang 10 bulan setelah mengumumkan seri B+ yang dipimpin InsuResilience Investment Fund II yang dikelola oleh BlueOrchard pada tahun lalu. Secara keseluruhan, Igloo sukses mengumpulkan dana investasi sebesar $100 juta.

Diklaim dalam putaran seri C ini, Igloo mampu meningkatkan valuasi perusahaan sebesar 50%. Faktornya dipengaruhi oleh kemampuan untuk menggandakan nilai Gross Written Premium (GWP) dengan tingkat burn rate rendah, dan model bisnis perusahaan yang berfokus pada engineering dan data. Pencapaian tersebut membuat Igloo selangkah lebih dekat menuju profitabilitas pada 2024.

Pangsa pasar asuransi

Co-founder & CEO Igloo Raunak Mehta menyampaikan, dukungan dari para investor merupakan bukti dari pertumbuhan stabil dan ketangguhan Igloo di tengah-tengah tantangan industri. Babak pendanaan ini merupakan hasil validasi dari strategi dan performa bisnis perusahaan.

“Igloo adalah satu-satunya perusahaan insurtech di Asia Tenggara yang memiliki laporan laba-rugi yang menjanjikan, portofolio multi-produk yang beragam, dan jalur distribusi yang jelas,” terang Mehta.

Country Manager Igloo Indonesia Henry Mixson menambahkan, dukungan dari para investor akan membantu perluas kemampuan Igloo untuk menyediakan layanan asuransi di seluruh Indonesia, dan kemudian memberikan lebih banyak perlindungan kepada para pelanggan kami. Hal ini akan dilakukan melalui peningkatan kemitraan dengan para pelaku industri, perluasan penawaran B2C melalui situs, dan pertumbuhan vertikal baru.

“Dengan begitu, kami dapat melayani lebih banyak pelanggan B2B dan B2C. Kami memahami bahwa pemilu yang akan datang akan mempengaruhi keputusan bisnis dan individu dalam hal pengeluaran. Namun, kami sangat bersemangat dengan berbagai kesempatan di Indonesia. Oleh karena itu, kami akan memanfaatkan peluang-peluang tersebut untuk menyediakan dan menawarkan lebih banyak lagi asuransi yang mudah diakses dan terjangkau untuk meningkatkan literasi dan penetrasi asuransi di Indonesia,” ujar dia.

Pasar asuransi Asia memiliki potensi yang luar biasa, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia, Vietnam, dan Filipina. Kendati adopsi asuransi terus meningkat, namun masih banyak masyarakat yang belum tersentuh layanan asuransi.

Menurut Roadmap Perasuransian Indonesia 2023-2027 oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat penetrasi asuransi di Indonesia yang berada di kisaran 3,5% pada 2021 telah menurun menjadi 2,7% pada 2022. Walaupun, hal ini dapat terjadi karena berbagai alasan, salah satunya adalah karena peningkatan PDB, yang berkorelasi dengan target pertumbuhan Indonesia untuk menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-4 pada 2045.

Igloo menargetkan untuk memanfaatkan peluang ini, dengan memperkuat sistem digitalisasi sebagai salah satu strategi utamanya, khususnya dalam lima tahun ke depan. Selain itu, perusahaan akan terus mengembangkan kemitraan dan model bisnis keagenan agar dapat meningkatkan proses yang ada di seluruh rantai nilai asuransi.

Pada 2022, perusahaan ini meluncurkan Ignite by Igloo, sebuah platform digital yang meningkatkan produktivitas mitra penjualan asuransi. Ignite telah bekerja sama dengan 22.000 mitra di Indonesia dan Vietnam, dan memiliki target untuk mencapai 50.000 mitra pada akhir 2023, seiring rencana ekspansi ke negara-negara lain.

Ignite sejalan dengan visi Igloo untuk meningkatkan inklusi keuangan bagi segmen masyarakat yang kurang terlayani, lebih dari 60 persen mitra Ignite adalah adalah perempuan.

Inovasi lainnya dari Igloo adalah Weather Index Insurance, sebuah asuransi parametrik berbasis teknologi blockchain yang dapat membantu kelompok petani. Produk ini berhasil menarik minat berbagai mitra di Vietnam karena potensi dan manfaatnya bagi sektor pertanian. Meskipun produk ini merupakan hal baru di sektor yang sangat tradisional, Weather Index Insurance telah diadopsi oleh ribuan petani Vietnam sejak diluncurkan November tahun lalu, dan melindungi setidaknya 20.000 hektar lahan pertanian kopi dan padi.

Disebutkan, Igloo telah memfasilitasi lebih dari 500 juta polis dan menargetkan untuk menggandakan Gross Written Premium (GWP) sejak 2022. Kini, perusahaan telah menjalin lebih dari 75 kemitraan di enam negara, memperluas penawaran produknya untuk mencakup pembiayaan konsumen, e-commerce, dan logistik.

Application Information Will Show Up Here

Startup Digitalisasi Konstruksi Gravel Dapat Pendanaan Rp216 Miliar

Startup teknologi konstruksi Gravel mengumumkan pendanaan $14 juta (sekitar Rp216 miliar) dari sejumlah investor, di antaranya New Enterprise Associates, Weili Dai (Co-founder Marvell Technology), Lip-Bu Tan (Executive Chairman Cadence Design System dan Chairman Ketua Walden International), SMDV, East Ventures, bersama dengan investor strategis lainnya.

Dukungan ini memperkuat posisi Gravel untuk memperluas eksistensinya di sektor teknologi konstruksi global. Perusahaan berencana untuk meluncurkan model prediktif yang dirancang untuk memantau perkembangan proyek secara efisien.

Gravel berdiri pada 2019 oleh Georgi Ferdwindra Putra, Fredy Yanto, dan Nicholas Sutardja. Mereka hadir sebagai aplikasi yang menghubungkan pelanggan dengan pekerja konstruksi terampil, mulai dari mitra tukang mencapai puluhan ribu orang (disebut Dulur), membentuk kerja sama yang kuat dengan kontraktor, arsitek, konsultan, pemasok material, serta pemerintah.

Seiring berjalannya waktu, Gravel memperluas layanannya dengan menyediakan jasa konstruksi yang terintegrasi. Teknologi Gravel tak hanya menghubungkan pelanggan dengan tukang berkualitas, namun juga membuka akses untuk mendapatkan peralatan konstruksi, bahan bangunan, dan tim yang ahli, membuat pembangunan, renovasi, perbaikan hunian, perkantoran dan ruang komersial semakin efisien.

Terdapat empat fitur di aplikasi untuk menjawab tuntutan industri akan layanan konstruksi holistik:

  • Gravel Harian untuk cari tukang bangunan, Gravel Borongan untuk proyek dengan kesepakatan anggaran,
  • Gravel Maintenance untuk perbaikan hunian, dan
  • Gravel Material untuk belanja bahan bangunan.
  • Semua fitur ini terhubung dengan SalamChat – aplikasi instant messaging yang dikembangkan Gravel untuk memfasilitasi kelancaran komunikasi dan kolaborasi antar pihak-pihak yang terlibat.

Dalam menjalankan prinsip fairness bagi konsumen (pengguna aplikasi) dan mitra usaha (pekerja konstruksi), Gravel menerapkan sistem penetapan harga yang layak dan standar yang adil bagi kedua belah pihak. Penetapan harga tukang Gravel masih berada di kisaran harga pasar dengan memastikan nilai yang diterima konsumen terukur dan berbanding seimbang dengan kualitas jasa yang diberikan.

Untuk itu, Gravel menyediakan tukang yang memiliki kualitas keterampilan sesuai standar industri konstruksi dan sudah berpengalaman. Setiap tukang yang ingin menjadi mitra harus melewati tahap seleksi keterampilan yang ketat.

Selain nilai yang seimbang dengan harga, konsumen juga mendapatkan transparansi harga dan informasi pekerja melalui aplikasi Gravel. Keahlian dan pengalaman tukang dapat dicek terlebih dulu sebelum melakukan pemesanan. Keterbukaan ini tak hanya membuat konsumen percaya, tapi juga memudahkan mereka karena perlu lagi negosiasi harga yang seringkali alot dan ketidakjelasan kualitas kerja yang sering terjadi saat mencari tukang dengan cara konvensional.

Aplikasi Gravel

Co-Founder & Co-Chief Executive Officer Gravel Georgi Ferdwindra Putra menyampaikan, di dalam ekosistem Gravel pelanggan bisa bertemu arsitek atau studio desain untuk pembuatan konsep dan gambar bangunan, menunjuk kontraktor berlisensi yang sesuai dengan jenis pembangunan dan anggaran mereka.

Kemudian, memperkerjakan tukang yang keterampilannya teruji hingga mendapatkan bahan bangunan dan alat konstruksi berkualitas. Setelah proyek selesai, pelanggan dapat memanfaatkan jasa perbaikan dan perawatan bangunan untuk memastikan kondisinya tetap prima.

“Jadi, pelanggan dan pelaku proyek konstruksi sama-sama berdaya di setiap prosesnya,” terangnya dalam keterangan resmi, Senin (4/12).

Untuk mendukung sektor konstruksi, perusahaan mengoptimalkan smart matching technology yang disebut Personalized Job Feed untuk menyederhanakan proses mempertemukan tukang dengan kebutuhan proyek. Teknologi ini memastikan pelanggan mendapatkan tukang berkualitas tinggi hanya dalam satu setengah menit.

Waktu ini sangat jauh dari proses pencarian tukang secara konvensional yang rata-rata butuh 5-14 hari. Teknologi ini tidak hanya mempercepat proses konstruksi namun secara substansial juga mengurangi biaya. Selain itu, platform data Gravel mempu menghadirkan analisis kegiatan proyek secara real-time yang berguna dalam pengambilan keputusan berbasis data.

Ke depannya, Gravel akan meluncurkan model prediktif berbasis AI yang dirancang untuk memantau perkembangan proyek secara efisien dan meningkatkan akurasi yang lebih tinggi.

Co-Founder dan Chairman Gravel Dr. Nicholas Sutardja menambahkan, “Strategi inovatif kami tidak semata merevolusi industri tetapi juga meningkatkan kehidupan pekerja konstruksi di seluruh Indonesia. Saya bangga dengan pencapaian Gravel karena ini lebih dari sekedar bisnis. Ada misi dengan dampak sosial yang tinggi dimana Indonesia hanyalah permulaan, karena impact-nya dapat menyebar secara global,” ujarnya.

Dalam waktu dua tahun, diklaim Gravel tumbuh hingga 45 kali lipat. Sebanyak lebih dari 6 ribu proyek tersebar di 20 provinsi telah ditangani. Portofolionya mencakup proyek besar, seperti LRT Jabodetabek, Jakarta International Stadium, RS Pelni, Theater IMAX Keong Mas, hingga beragam proyek pembangunan dan renovasi hunian.

Pangsa pasar konstruksi

Kinerja Gravel yang solid menjadi daya tarik bagi para investor yang masuk dalam putaran ini. NEA Partner, Chairman, dan Head of Asia Carmen Chang menyampaikan, Gravel adalah investasi pertamanya di Asia Tenggara. Pihaknya meyakini prospektifnya memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan industri konstruksi Indonesia.

“Kami yakin kekuatan tim Gravel akan membawa dampak bagi Indonesia dan industri konstruksi global. Kami harap dukungan kami dapat mendorong pertumbuhan dan perluasan bisnis Gravel ke depan,” kata Chang.

Principal SMDV Edward Judokusumo menambahkan, di tengah gencarnya Indonesia mengejar pemerataan pembangunan di penjuru nusantara, teknologi Gravel muncul sebagai pendorong yang dapat mendukung pertumbuhan pembangunan nasional. Gravel juga akan menjadi kolabolator kunci dalam mendukung pertumbuhan ekosistem Sinar Mas.

“Gravel menerapkan praktik konstruksi modern dan berkelanjutan yang dapat merespon bisnis Sinar Mas yang terus tumbuh. Kolaborasi ini tidak hanya sejalan dengan nilai-nilai Sinar Mas, tetapi juga sebagai katalisator untuk kemajuan di Sinar Mas di berbagai sektor.”

Saat ini, Gravel tengah menjalani proses diskusi dengan beberapa perusahaan terkemuka terkait potensi proyek konstruksi, termasuk Sinarmas Land, developer properti besar di balik proyek BSD City, Kota Deltamas, dan Grand Wisata. Kerja sama ini akan mencakup pembangunan di kawasan perumahan, ruang komersial, perhotelan, pusat konvensi, dan kawasan industri.

Terkait visi ekspansi global, Gravel meyakini bahwa solusi teknologi yang dimiliki mampu diimplementasikan lebih luas lagi secara global. Untuk itu, kini Gravel tengah memperkuat kesiapannya untuk masuki ranah teknologi konstruksi internasional.

Secara konsisten, Gravel menyambut kerja sama dari beragam proyek, mulai skala kecil hingga besar, seperti pembangunan fasilitas umum, jaringan restoran, area perbelanjaan, dan siap mengambil peran penting dalam proyek pembangunan Ibu Kota Nasional (IKN).

Application Information Will Show Up Here

Strategi Bisnis PasarPolis Melalui Tap Insure dan Layanan Keagenan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru-baru ini memaparkan tingkat penetrasi asuransi di Indonesia saat ini baru tercatat 2,75% dari total penduduk Indonesia, lebih rendah dari negara tetangga di Asia Tenggara. Sementara, tingkat densitas asuransi juga masih berada pada level rendah, tercatat pada akhir tahun lalu angkanya mencapai Rp1,92 juta per penduduk.

Menyikapi data di atas, bukan berarti ini persoalan yang buruk. Dari kacamata bisnis ini jadi persoalan yang baik karena ruang perbaikan masih terbuka lebar. Perspektif inilah yang diambil Tap Insure (PT Asuransi Untuk Semua), perusahaan asuransi umum yang merupakan bagian dari Pasar Polis Group untuk ambil peluang di Indonesia.

PasarPolis Group kini membawahi tiga entitas: PT PasarPolis Insurance Broker, PT PasarPolis Indonesia, dan PT Asuransi Untuk Semua (Tap Insure). Tap Insure menjadi bagian baru di grup sebagai asuransi umum digital setelah mendapatkan persetujuan izin usaha dari OJK pada tanggal 17 November 2022.

Disebutkan Tap Insure adalah satu-satunya perusahaan asuransi baru dalam tiga tahun terakhir yang mendapat izin dari OJK sepanjang tahun tersebut. Di luar itu pada tahun yang sama, di ranah perusahaan teknologi, terdapat Sea Group yang mengakuisisi penuh PT Asuransi Mega Pratama, kini menjadi PT Asuransi Umum SeaInsure.

“Memiliki asuransi [sendiri], jadi game changer buat kami karena kami bisa underwriting sendiri, menentukan premi, dan klaim langsung ditangani sendiri. Kami juga bisa terus berinovasi produk dan membuat banyak diferensiasi di pasar,” terang Presiden PasarPolis Peter van Zyl kepada DailySocial.id.

Zyl baru bergabung di PasarPolis sejak Juli 2023. Ia dikenal sebagai veteran profesional di industri asuransi dengan rekam jejak selama lebih dari 20 tahun. Ia pernah menjabat sebagai Presiden Direktur & CEO Allianz Indonesia selama 7 tahun dan menduduki posisi manajemen senior di AIG selama lebih dari 15 tahun.

Sebelum ada Tap Insure, proses underwriting dan pemrosesan klaim diserahkan langsung oleh mitra asuransi. Sebagai insurtech, PasarPolis hanya bertindak sebagai penghubung antara perusahaan asuransi dengan target konsumen. Misalnya, saat meracik asuransi kecelakaan untuk pengemudi Gojek, pihak PasarPolis bernegosiasi dengan berbagai perusahaan asuransi mencari premi terbaik, sebelum dihadirkan di Gojek.

“Kami memiliki data yang sangat kaya, memungkinkan kami memahami pelanggan mampu membuat produk dengan model prediktif. Untuk distribusinya secara efisien, cepat, dan frictionless. Jadi konsumen bukan sekadar mengambil asuransi, tapi pengalamannya yang menyenangkan karena sekarang kami menjadi perusahaan asuransi full-stack.”

Tap Insure memungkinkan terjadinya peningkatan yang signifikan. Tingkat kepuasan konsumen mencapai 90% karena sebanyak 74% klaim dapat diproses dalam waktu 24 jam, menunjukkan komitmen perusahaan terhadap inovasi dan efisiensi di industri ini.

Kolaborasi teranyar Tap Insure adalah bersama Shinhan EZ General Insurance, mengembangkan proteksi untuk asuransi kendaraan bermotor Tap Auto, yakni Extended Warranty untuk mobil bekas dan baru. Langkah ini sekaligus menandai Shinhan EZ masuk ke Indonesia yang memiliki keahlian di bidang asuransi mikro.

Tap Auto memberikan perlindungan terhadap biaya perbaikan yang tak terduga, mencakup komponen-komponen vital, seperti mesin (termasuk ECU & radiator), transmisi (termasuk ECU & radiator), sistem kemudi, sistem rem, serta peralatan pendingin dan pemanas udara (termasuk AC Compressor).

Di luar itu, Tap Insure memiliki produk asuransi lainnya, seperti: Asuransi Movable Property All Risks, Asuransi Property All Risks, Asuransi Kebakaran, Asuransi Kecelakaan Diri, Asuransi Pengangkutan Barang, dan Asuransi Gempa Bumi.

Mulai perkuat bisnis keagenan

Bersamaan dengan itu, grup perusahaan juga mulai memperkuat kontribusi bisnis dari jalur keagenan. Menurut Zyl, bisnis PasarPolis sangat bergantung pada saluran B2B2C, yang menyumbang lebih dari 65% total pendapatannya. Kanal ini menunjukkan pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun, meskipun pasarnya jenuh.

Secara kumulatif sejak pertama kali berdiri di 2015 hingga tahun lalu, terdapat lebih dari 1,5 miliar polis yang telah diterbitkan untuk 40 juta konsumen. Mitra ekosistemnya pun beragam, seperti Gojek, Xiaomi, IKEA, Shopee, DANA, dan Home Credit.

Sebaliknya, kanal keagenan dan D2C, memperlihatkan pertumbuhan substansial, melebihi 15% secara month-to-month. Prospek di kanal ini begitu menjanjikan, terlebih masyarakat Indonesia itu masih membutuhkan kehadiran agen secara tatap muka untuk mendapatkan penjelasan terkait produk asuransi yang akan dibelinya.

“Bisa juga tidak perlu tatap muka, agen tidak perlu harus bermacet-macetan di jalan raya. Dengan aplikasi, mereka bisa fokus memberikan pelayanan kepada nasabahnya.”

PasarPolis Mitra

PasarPolis Mitra (PT PasarPolis Indonesia) sudah hadir sejak 2020, diklaim lebih dari 11 ribu agen telah bergabung yang tersebar di lima kota besar, yakni Jakarta, Surabaya, Solo, Semarang, dan Bandung. Aplikasi PP Mitra dilengkapi dengan sejumlah fitur, seperti automasi sistem rekonsiliasi data, mulai dari proses penginputan data polis hingga pembayaran premi, proses pencairan insentif secara instan, penerbitan polis secara real-time, dan pemrosesan klaim yang efisien.

Kemudian, sebanyak 11 perusahaan asuransi bekerja sama memasarkan produknya melalui channel ini, dibantu oleh PasarPolis Insurance Broker. Tap Insure, Allianz, Zurich, SeaInsurance, Sinarmas, adalah beberapa nama yang sudah bergabung.

“Kita akan mendapatkan pertumbuhan eksponensial pada tahun 2024 karena agen menjadi fokus besar. Jadi, kami berencana untuk tetap mempertahankan B2B2C, bukan menguranginya. Di saat yang bersamaan membesarkan keagenan.”

Zyl menuturkan, untuk mengejar kenaikan kontribusi dari kanal keagenan, saat ini perusahaan sedang menandatangani kemitraan dengan perusahaan asuransi yang memiliki jaringan agen terbesar di Indonesia. Ia tidak bisa mendetail lebih lanjut terkait ini, namun diyakini dapat mengubah sepenuhnya dinamika dunia asuransi di Indonesia.

Tak hanya itu, Tap Insure juga memanfaatkan keagenan untuk strategi pemasarannya dengan menghadirkan Tap Partners. Tap Insure menargetkan kemitraan dengan berbagai toko offline. Sejauh ini telah menjalin kerja sama dengan Xiaomi Shop dan hampir 500 pedagang toko offline lainnya.

Salah satu kemudahan yang ditawarkan oleh Tap Partners adalah pembelian ponsel dengan sistem bundling yang mempermudah konsumen untuk langsung memiliki produk asuransi perlindungan gadget, bersamaan dengan transaksi pembelian ponsel di toko offline.

Tap Partners

Sedang galang pendanaan

Dipaparkan lebih jauh, PasarPolis saat ini mulai membuka penggalangan dana. Bila tidak ada aral melintang, ditargetkan dapat ditutup pada kuartal I 2024. Yang pasti, perolehan dana tersebut akan digunakan untuk mengembangkan penawarannya pada aset digital demi menjangkau populasi yang lebih luas. Oleh karena itu, perusahaan akan berinvestasi lebih banyak pada talenta dan teknologi. Terlebih, ambisi untuk menggenjot kontribusi bisnis keagenan pada tahun depan terus dilakukan.

“Jika kita ingin lebih baik 10 kali lipat dalam pelayanan, kecepatan, penawaran produk, kita perlu terus berinvestasi. Kami juga ingin menjadi 10 kali lebih efektif dan efisien dibandingkan rekan atau pesaing kami.”

PasarPolis terakhir kali mengumumkan pendanaan sebesar $5 juta dari International Finance Corportion (IFC) pada Februari 2021. Pendanaan ini direngkuh selang empat bulan pasca mengumumkan putaran Seri B senilai $54 juta. Disebutkan, PasarPolis masuk ke dalam jajaran soonicorn alias valuasinya mencapai $59miliar.

“Penggalangan dana dapat mempercepat perjalanan kita menjadi organisasi yang menguntungkan secara signifikan.”

Bersamaan dengan itu, Zyl menilai bahwa langkah menuju profitabilitas kini menjadi sebuah prioritas, walau membutuhkan waktu. Dalam memperluas aset digital, tentunya memerlukan biaya yang menjadi faktor pemengaruh dalam menentukan pertumbuhan perusahaan. Pihaknya akan terus mengatasi biaya-biaya tersebut agar skala bisnis dapat naik secara efektif.

Akan tetapi, di satu sisi, salah satu aspek utama yang berkontribusi terhadap jalur menuju profitabilitas yakni bagaimana pendekatan interaksi bisnis yang ditempuh di PasarPolis. Menurut Zyl, setiap transaksi yang menghasilkan keuntungan disebut margin kontribusi. Angka tersebut akan terus digenjot untuk seluruh operasional bisnis, makanya setiap kesepakatan bisnis dilakukan setelah memastikan keuntungan yang bakal diperoleh.

“Indonesia memungkinkan kita mengembangkan bisnis secara menguntungkan, dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara karena kami memiliki kombinasi yang bagus. Tujuan kami yang jelas adalah mendapatkan keuntungan pada 2025, bisa lebih cepat atau lambat.”

Pendekatan insurtech dengan blockchain juga turut menjadi perhatian PasarPolis ke depannya. Diskusi internal terkait topik ini masih dini namun dipastikan segera mengimplementasikannya karena manfaat yang ditawarkan sangat besar. Blockchain memberi kemampuan untuk mengelola, memprediksi, deteksi penipuan, dan yang terpenting memastikan perlindungan data pelanggan.

Dia melanjutkan, meskipun saat ini tidak semua orang di Indonesia menggunakan teknologi blockchain, penerapan teknologi blockchain ke dalam bisnis semakin diperlukan. Kekayaan data yang ditawarkan menggarisbawahi pentingnya hal ini dalam lanskap asuransi.

“Walau masih dalam tahap diskusi, potensi manfaat blockchain sudah terlihat tidak hanya bagi kami di PasarPolis, tetapi juga bagi industri secara keseluruhan.”

Di kancah regional, disampaikan saat ini PasarPolis telah melebarkan sayapnya ke Thailand, Vietnam, dan baru-baru ini Singapura. Indonesia tetap menjadi pasar utama perusahaan. Malaysia dan Filipina belum menjadi rencana berikutnya.

Zyl menilai Malaysia adalah negara dengan penetrasi pasar asuransi umumnya sudah matang. Sementara pihaknya kerap mengevaluasi peluang potensial berdasarkan kemitraan dan kesiapan pasar. “Bagi kami, ekspansi bergantung pada kesiapan dan kelangsungan pasar. Kami memprioritaskan pendekatan pragmatis, memastikan bahwa ekspansi kami ke wilayah baru dapat dilaksanakan dan berhasil.”

Saat ini total karyawan perusahaan secara regional hampir mencapai 200 orang, mayoritas merupakan tim dari Indonesia mencapai 160 orang.

“Kesuksesan suatu perusahaan tidak semata-mata ditentukan oleh jumlah individu yang dipekerjakannya, namun juga oleh kemampuannya. Sebagai perusahaan insurtech, fokus kami terletak pada teknologi, bukan sekadar mengumpulkan tenaga kerja dalam jumlah besar,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Proyek “Large Language Model” Bahasa Indonesia Diumumkan, Hasil Kolaborasi Sektor Publik dan Privat

BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), KORIKA (Kolaborasi Riset & Inovasi Kecerdasan Artifisial), dan dua portfolio GDP Venture (Glair.ai & Datasaur.ai) bersama dengan AI Singapore (AISG) mengumumkan inisiatif proyek kolaboratif untuk mengembangkan Large Language Model (LLM) Bahasa Indonesia yang terbuka agar dapat dimanfaatkan secara luas oleh berbagai pihak.

“Model LLM yang ada saat ini sangat dipengaruhi oleh budaya barat, semakin kecil kemungkinan ChatGPT berperilaku seperti manusia di wilayah tersebut. ASEAN dalam perekonomian global punya peranan penting, tapi kita masih kurang terepresentasi,” ucap Head of Strategy, Partnerships & Growth AI Singapore Darius Liu dalam konferensi pers, Kamis (30/11).

AISG adalah pengembang SEA-LION (Southeast Asian Languages in One Network), sebuah open-source LLM yang dikembangkan untuk lebih memahami dan mewakili beragam konteks, bahasa, dan budaya di Asia Tenggara. AISG adalah program nasional yang didukung oleh National Research Foundation Singapura dan diselenggarakan oleh National University of Singapore.

SEA-LION dibangun di atas arsitektur MPT (Mosaic Pretained Transformers) yang kuat dan memiliki ukuran kosakata 256 ribu. Untuk tokenisasi, model ini menggunakan SEABPETokenizer, dirancang khusus untuk bahasa-bahasa di Asia Tenggara, sehingga memastikan performa model yang optimal.

LLM merupakan jenis model kecerdasan buatan yang dirancang untuk memahami dan menghasilkan bahasa manusia. Mereka dilatih menggunakan data teks dalam jumlah besar dan dapat melakukan berbagai tugas seperti menerjemahkan, meringkas, menjawab pertanyaan, dan bahkan menulis kode.

LLM yang ada saat ini (ChatGPT dari Open AI, Bard dari Google) menunjukkan bias yang kuat dalam hal nilai-nilai budaya, keyakinan politik dan sikap sosial. Hal ini disebabkan oleh data pelatihan, terutama yang diambil dari internet, seringkali condong pada pengaruh WEIRD (Western, Educated, Industrialized, Rich, Democratic).

Fenomena ini menyisakan kekosangan di pasar bahasa lain dan memusatkan keunggulan teknologi di antara negara-negara berbahasa Inggris. Berdasarkan data Statista pada Januari 2023, dominasi bahasa Inggris mencapai 58,8% untuk konten web, sedangkan bahasa Indonesia porsinya hanya 0,6%. Fakta ini menggarisbawahi perlunya penelitian dan pengembangan yang lebih luas untuk memenuhi kebutuhan bahasa Indonesia.

Diklaim, dibandingkan open source LLM milik negara barat, SEA-LION mampu menjawab seolah-olah berbicara dengan manusia karena penggunaan bahasanya tidak kaku. Ada beberapa konteks lokal pula yang tidak mampu dijawab oleh LLM, seperti ChatGPT. Sejak inisiatif SEA-LION dilakukan, LLM ini telah banyak melatih bahasa Indonesia dan Thai. Lalu disusul Bahasa Melayu dan Vietnam, bahasa dari negara lain masih perlu dilatih lagi.

Proyek kolaboratif

CTO GDP Venture/CEO & CTO GDP Labs On Lee menyampaikan, sejalan dengan visi AISG yang ingin menciptakan LLM khusus bahasa Indonesia yang dapat bermanfaat di Asia Tenggara. GDP Venture, melalui portofolionya Glair.ai dan Datasaur.ai, tengah menyesuaikan platform SEA-LION agar sesuai dengan konteks Indonesia demi menciptakan LLM bahasa Indonesia yang terbuka secara komprehensif.

“Inisiatif ini menjanjikan manfaat seperti pengurangan biaya operasional, peningkatan pendapatan dan produktivitas, serta kolaborasi manusia dan AI yang efektif, semuanya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan kemajuan teknologi di Indonesia dan Asia Tenggara,” kata On Lee.

Sementara itu, bagi BRIN, adopsi LLM bahasa Indonesia dapat meningkatkan kualitas dan efisiensi penelitian, meningkatkan aksesibilitas kepada publik, mendukung pengembangan teknologi, dan meningkatkan sumber daya manusia. Selain itu juga memberikan peluang dalam akuisisi pengetahuan baik yang bersifat saintifik maupun budaya lokal.

Datasaur.ai, Glair.ai, BRIN, dan AISG menargetkan pengembangan LLM ini pada akhirnya mendorong pembuatan platform AI, seperti ChatGPT. Pembedanya adalah tujuan penggunaannya yang bakal lebih dispesialisasikan sesuai target konsumen. “ChatGPT itu lebih ke general purpose, jadi sulit untuk bersaing langsung. Kita harus pintar-pintar bagaimana bisa memenuhi konsumer kita,” tambah On Lee.

Startup Insurtech WE+ Kenalkan Layanan Pelanggan Berbasis AI

Startup insurtech WE+ memperkenalkan layanan pelanggan (customer service) 24 jam berbasis chatbot, WINA (WE+ Intelligence Asisstant). Layanan ini akan membantu pelanggan maupun mitra bisnis WE+ dalam menemukan berbagai informasi umum, terutama mengenai  produk dan layanan yang tersedia di aplikasi WE+.

Co-founder & CTO WE+ Ivan John menyampaikan, chatbot ini adalah layanan front line perusahaan untuk membantu menjawab berbagai pertanyaan simpel dari pelanggan seputar dunia asuransi, tidak hanya produk asuransi di WE+ saja. WINA tidak hanya dapat menjawab pertanyaan, tetapi juga bisa membantu pelanggan dalam proses klaim asuransi, seperti menyediakan formulir klaim dan mengarahkan rumah sakit rekanan atau bengkel terdekat.

“Kalau kasus klaim yang lebih kompleks, WINA akan mengarahkan ke tim CS. Kami juga membatasi kemampuan WINA agar tidak disalahgunakan ketika ada pertanyaan yang lari dari asuransi,” ujarnya saat media sharing session di Jakarta, Rabu (29/11).

WINA tidak hanya bisa dihubungi melalui aplikasi WE+, tapi juga melalui WhatsApp. Diklaim layanan ini merupakan pertama di Indonesia. Disampaikan lebih jauh oleh Co-founder & COO WE+ Milza Oktavira, WINA nantinya akan diperkenalkan ke berbagai komunitas asuransi kesehatan di tim SDM perusahaan yang menjadi klien WE+, berhubung WE+ juga memiliki pengguna di asuransi kesehatan group/karyawan.

Menurutnya, asuransi kesehatan itu bukan produk yang sulit dipahami, tapi sering kali tetap banyak pertanyaan yang diajukan oleh pengguna. “Karena pertanyaannya berulang-ulang, ini bisa dibantu oleh WINA yang disematkan di berbagai grup asuransi kesehatan,” imbuhnya.

Dalam kesempatan tersebut, WE+ juga memperkenalkan fitur tambahan lainnya di aplikasi, di antaranya: enhancement digital claim yang memungkinkan pelanggan untuk mengajukan klaim secara digital, cepat, dan mudah dengan metode voucher cash out (tarik tunai) di lebih dari 18 ribu gerai Alfa Grup di seluruh Indonesia; fitur kartu digital untuk pengguna WE+ yang memiliki BPJS Kesehatan.

Berikutnya, fitur direktori yang diperluas cakupannya, tidak hanya nomor telepon, tapi terhubung dengan Google Maps untuk membantu pelanggan menemukan lokasi tempat-tempat penting seperti rumah sakit, bengkel, rest area, tempat ibadah, Kedutaan Besar Republik Indonesia di berbagai negara.

“Setiap fitur yang kami kembangkan bertujuan agar konsumen lebih mudah mengakses kebutuhan asuransinya dengan pelayanan digital. Ditambah, fitur-fitur ini membuat bisnis digital jadi lebih transparan terlebih ini produk asuransi,” tambah Milza.

Perkembangan WE+

Sejak awal WE+ berdiri di 2018, perusahaan memosisikan diri sebagai insurtech berbentuk marketplace produk asuransi mikro yang dikembangkan bersama perusahaan asuransi yang diakses melalui aplikasi. WE+ memberikan layanan menyeluruh, mulai dari pembelian polis hingga klaim digital.

Produk asuransi yang tersedia, mulai dari asuransi jiwa, kesehatan, kendaraan, properti, perjalanan, asuransi kesehatan group/karyawan, hingga asuransi high rise building (beban berat). Bila ditotal, terdapat 80 produk yang dapat diakses.

“Diferensiasinya, kami tidak memiliki agen karena semua prosesnya digital. Proses belinya juga mudah dan singkat. Kalau beli asuransi syariah, karena ada sistem bagi hasil di akhir tahun, kalau pengguna tidak akan klaim berhak terima bagi hasil. Prosesnya akan didistribusikan melalui WE+ dan tarik tunainya di Alfamart.”

Dengan strategi B2B2C, diklaim aplikasi WE+ telah diunduh oleh 250 ribu pengguna, sebanyak 100 ribu di antaranya adalah pemegang polis aktif. Mayoritas pengguna berasal dari usia produktif, dengan kisaran umur 20-45 tahun.

“Kami mau bidik 1 juta unduhan, dengan memaksimalkan 250 ribu pengguna menjadi aktif,” tutup Milza.

Application Information Will Show Up Here

Hypefast dan Lazada Teken “Joint Business Plan”, Mudahkan Brand Lokal Jual Produk

Startup brand aggregator Hypefast menandatangani kerja sama eksklusif dengan Lazada Indonesia untuk kolaborasi jangka panjang mendorong pertumbuhan brand lokal.

Konkretnya dituangkan melalui Joint Business Plan (JBP) antara Lazada Indonesia dengan brand yang dinaungi Hypefast, termasuk di antaranya exclusive launch products, joint event, marketing barter, training and development, hingga inovasi lainnya untuk mendukung pertumbuhan brand lokal.

Dalam kesempatan yang sama, Hypefast juga memperkuat kerja sama dengan Cosmax Indonesia, perusahaan maklon untuk produk health and beauty. Bentuk konkretnya juga mirip, brand di bawah Hypefast memiliki akses untuk transfer teknologi melalui penelitian dan pengembangan produk.

Langkah ini diambil dalam rangka menyambut antusiasme masyarakat terhadap kehadiran brand lokal yang terus meningkat. Data Ipsos Global Trends 2023 menyebut, sebanyak 51% masyarakat meyakini kualitas brand lokal mampu bersaing dengan brand global. Artinya, saat ini brand lokal memiliki peran yang kian signifikan dan mampu berkontribusi lebih besar untuk membangun perekonomian nasional.

“Kepercayaan masyarakat terus meningkat terhadap brand lokal saat ini unprecedented, dan diprediksi akan terus meningkat, seiring penetrasinya yang meluas dan menjangkau hingga pelosok negeri. Momentum ini adalah kesempatan emas untuk mendorong dominasi brand dan produk lokal,” ujar Founder dan CEO Hypefast Achmad Alkatiri, Rabu (29/11).

Menyabut komitmen bersama ini, CEO Lazada Indonesia James Chang menyampaikan, pihaknya menyambut baik inisiatif dari Hypefast untuk memajukan brand lokal secara bersama-sama. Di Lazada sendiri sudah ada lebih dari 500 brand lokal ternama yang sudah bergabung di platformnya.

Chang juga menyampaikan, ekosistem penunjang juga sangat dibutuhkan oleh bisnis lokal agar mereka dapat terus bertumbuh. Saat ini, ekosistem e-commerce di Indonesia kian matang, makanya tak heran semakin banyak bisnis lokal yang menampakkan diri.

“Kami percaya, komitmen kerja sama ini menjadi penguat ekosistem bisnis lokal untuk dapat terus tumbuh bersama, terutama dengan berbagai fasilitas dan fitur yang Lazada sediakan untuk brand lokal yang bergabung ke Lazada,” kata Chang.

Terkait alasan kerja sama dengan Cosmax, Mad, panggilan akrab dari Achmad, menuturkan berangkat dari data internal Hypefast yang dihimpun dari lebih dari 3000 brand lokal Indonesia, salah satu tantangan terbesar dalam bisnis brand lokal adalah supply chain, product development, dan proses produksi yang membutuhkan profesionalisme dengan standar kualitas tinggi –khususnya untuk kategori health and beauty.

Oleh karenanya, dibutuhkan kemitraan dengan Cosmax yang memiliki fasilitas produksi berstandar internasional. President Director Cosmax Indonesia, Cheong Min-Kyoung menyampaikan, perusahaan berkomitmen untuk menghadirkan produk-produk health and beauty berkualitas dan relevan dengan kebutuhan pasar Indonesia.

“Keterlibatan mitra lokal memegang peranan penting dalam mewujudkannya; melalui kolaborasi dengan brand lokal dalam mengembangkan produk yang tidak hanya memenuhi standar global kami, tetapi juga merespons secara langsung preferensi dan kebutuhan pasar lokal.”

Prediksi tren bisnis

Mad melanjutkan, dari hasil riset internal perusahaan bersama pemain industri, diprediksi bahwa produk kategori mom and kids, terutama personal care akan unggul pada dua hingga tiga tahun mendatang. Alasannya, kategori health and beauty yang mulai jenuh dengan pertumbuhan yang tidak sefantastis sejak awal.

Di industri, pasar ini memang tergolong memiliki margin tebal walau butuh riset yang berbulan-bulan. Dari laporan Hypefast, rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk meluncurkan produk health and beauty mencapai 4-6 bulan dan modal minimal Rp50 juta. Kendati demikian, laba kotor yang bisa diperoleh rata-rata 65% dan pembelian berulang hingga 58%.

“Produk health and beauty mulai saturated, sekarang mulai terjadi shifting kategori mom and kids, terutama personal care. Kami proyeksikan [kategori ini] akan unggul pada dua tahun mendatang.”

Tren ini juga tercermin dari kinerja Hypefast. Dalam data terakhir yang dipublikasi, kategori mom and kids berkontribusi terhadap 49% dari total pendapatan perusahaan. Lalu disusul, beauty (34%) dan fesyen (17%). Bila dilihat berdasarkan EBITDA, urutannya juga sama, yakni mom and kids (62%), beauty (35%), dan fesyen (3%).

Kanal penjualan kini didominasi oleh jalur offline (52%) dan online (48%). Salah satu brand di bawah Hypefast, Luxcrime, mencatat kanal offline terus catatkan pertumbuhan. Angkanya dari 12% di 2020 menjadi 48% pada 2023.

Diklaim, Hypefast mencapai pendapatan bersih sebesar $43 juta pada 2022, tumbuh dari $22 juta pada 2021. Disebutkan perusahaan telah berinvestasi untuk lebih dari 15 brand lokal dengan nilai mencapai Rp 434 miliar. Beberapa brand tersebut antara lain, Luxcrime, Roughneck, Bonnels, Soleram, Nyonya Nursing Wear, Adeola Scarf, Fabil Natural, dan Bohopana.

Application Information Will Show Up Here