Platform Event Loketics Jadi Ivenframe, Awal Baru Transformasi Bisnis

Sejak diluncurkan pada tahun 2013, nama Loketics semakin banyak dirujuk saat konsumen ingin membeli tiket suatu pertunjukan. Startup yang berbasis di Yogyakarta ini dikenal sebagai platform online yang menjual beraneka ragam jenis tiket, mulai dari konser musik, seminar, konferensi, kompetisi, pameran, dan berbagai jenis acara lainnya. Sampai saat ini tercatat lebih dari 40 ribu tiket terjual ke 21 ribu pengguna dan memfasilitasi sekitar 250 acara dari berbagai latar belakang.

Nama baru, semangat baru

Visi Loketics adalah menghadirkan platform industri event dengan sistem terintegrasi. Pihaknya percaya, bahwa sinergi antara teknologi dan konsumen (target utama millennials) yang memadai dapat membantu penyelenggara event mendapatkan keuntungan yang lebih maksimal. Tidak berhenti di situ, Loketics ingin mengawali transformasi bisnis secara berkelanjutan dengan mematangkan dirinya sebagai “one stop event platform“.

Transformasi ini diawali dengan pemilihan nama baru, dari Loketics menjadi Ivenframe, merujuk pada nama legal perusahaan PT Ivenframe Teknologi Nusantara. Dengan pengubahan nama tersebut, pihaknya ingin mengubah pandangan yang ada di masyarakat bahwa Ivenframe tidak hanya menyediakan layanan distribusi tiket, tetapi juga layanan lain, meliputi persiapan pre-event, during event dan post-event. Penggantian nama ini bertepatan dengan peresmian kantor barunya di seputar Sleman, Yogyakarta, pertengahan Februari lalu.

“Masyarakat lebih mengenal Loketics hanya sebagai ticket box atau gampangnya sebagai perantara penyelenggara event dengan pembeli, sedangkan layanan kami tidak hanya itu. Sebenarnya kami menangani pre-event, during event dan post-event. Ticket box adalah salah satu layanan kami yang ada di pre-event itu. Maka dari itu, kita berganti nama menjadi Ivenframe,” sambut CEO Ivenframe Hasan Imaduddin.

Ivenframe sendiri memiliki makna yang cukup menarik, yaitu ‘I’ yang berarti “aku, Indonesia, internet”, kemudian “Ven” diambil dari kata “Event”, dan “Frame” yaitu bingkai. Diharapkan solusi yang diberikan mampu mencakup dan menjadi rangka yang kuat dalam berbagai event.

Pengajawantahan konsentrasi bisnis ini menjadi tiga solusi produk, yakni cloud event platform, event campaign, dan support services. Selain membantu menjual tiket secara online, Ivenframe turut menyediakan layanan lain, seperti produksi tiket, tim kepanitiaan, manajemen gate-entry, bahkan pemasaran/iklan acara.

Berbagai layanan yang diusung Ivenframe / Ivenframe
Berbagai layanan yang diusung Ivenframe / Ivenframe

Bersiap ekspansi ke Filipina dan Hong Kong

Bersama dengan penggantian nama ini, Ivenframe berkomitmen terus melakukan inovasi dan perluasan pangsa pasar. Disampaikan Anindyo Susjanarko, Chief Commercial Officer and Global Expansion Ivenframe, saat ini perluasan kemitraan menjadi agenda utama Ivenframe.

Selain menguatkan basis bisnis di Indonesia, Ivenframe merencanakan untuk melakukan ekspansi ke Filipina dan Hong Kong. Ekspansi tersebut diharapkan menjadi awal penguatan basis bisnis Ivenframe di Asia Tenggara.

“Dengan mengubah nama menjadi Ivenframe sekaligus mengembangkan beberapa solusi yang lebih inovatif dan mengadopsi proses otomasi penjualan, harapan kita bisa lebih mampu meng-capture beberapa peluang yang ada di pasar kita. Bahkan kita juga tengah mencoba menjalin kemitraan strategis di negara-negara lain, yaitu Filipina dan Hong Kong,” ujar Anindyo.

Purwadhika Tech Wave 2018 Akan Segera Digelar

Tingginya antusiasme para pelaku bisnis dan investor dalam mengembangkan startup berbasis teknologi di Indonesia membuat Purwadhika Startup and Coding School bekerja sama dengan Sinarmas Land dan Plug and Play Indonesia akan menyelenggaraka Purwadhika Tech Wave. Acara yang akan digelar pada tanggal 14-15 Maret 2018, di ICE BSD City ini ingin memberikan kesempatan bagi para pelaku startup mendapatkan wawasan dan pengalaman seputar tren teknologi terkini dari para ahli di bidangnya.

Maraknya produk berbasis Virtual Reality (VR), Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), dan Crypotcurrency membuat pangsa pasar bisnis digital semakin beragam. Purwadhika Tech Wave 2018 bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam seputar empat tren teknologi tadi. Acara akan dibagi ke dalam beberapa rangkaian, mulai dari Technology & Startup Conference, Startup Exhibition, Venture Capital Speed Dating , dan Virtual Reality Experience.

Konferensi akan menghadirkan 29 pemateri yang telah berkecimpung lama di bidang VR, AI, IoT, dan Cryptocurrency. Beberapa nama pemateri yang akan hadir termasuk Purwa Hartono (Purwadhika), Pandu Sastrowardoyo (Blockchain Zoo), Nayoko Wicaksono (Algoritma), Andy Zain (Kejora Ventures), Norman Sasono (Bizzy), dan masih banyak lagi. Sementara itu dalam acara pameran akan hadir lebih dari 40 startup untuk memamerkan lini produk dan layanan mereka.

Acara bertajuk “Speed Dating” turut dihadirkan dalam Purwadhika Tech Wave 2018, diharapkan dapat memfasilitasi para startup lokal yang hadir untuk bertemu langsung dengan Venture Capital. Beberapa yang akan dihadirkan termasuk Sinar Mas Digital Venture, East Ventures, Convergence Ventures, Merah Putih Inc, ANGIN, Indogen Capital, Skystar Ventures, dan Cyber Agent Ventures.

Selain itu, rangkaian acara akan turut diramaikan VR Showcase oleh Zona Reality, penyedia jasa permainan Virtual Reality yang didirikan oleh ahli visual Indonesia, Patrick Effendy, dan Ivan Handojo.

Untuk informasi lebih lanjut seputar acara ini, kunjungi laman resminya melalui https://www.purwadhika-techwave.com.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner Purwadhika Tech Wave 2018

Komunitas TIK TNI AD Adakan Kompetisi Online tentang Keamanan Informasi

Pada tanggal 2-5 Maret 2018 lalu, Komunitas Teknologi Informasi Komputer TNI AD (TIK-AD) menyelenggarakan kompetisi online keamanan informasi Capture The Flag (CTF) yang pertama. Kompetisi ini memperebutkan piala Kepala Dinas Informasi dan Pengolahan Data (Kadisinfolahta) TNI AD. Dari rilis yang kami terima, acara ini berhasil diikuti oleh 297 tim yang terdiri dari kategori TNI (36 tim), pelajar dan mahasiswa (165 tim), dan kategori umum (96 tim).

“Di era informasi ini kemanunggalan TNI AD dengan rakyat dalam bidang TIK, khususnya yang berkaitan dengan sistem dan teknologi keamanan informasi, sudah seharusnya terjadi dan dikelola secara profesional dan berkelanjutan,” sambut Kepala Dinas Infolahta TNI AD Nugraha Gumilar yang juga Ketua Umum Komunitas TIK-AD.

Kompetisi ini mengusung tema “Bersama Rakyat, TNI AD Memperkuat Keamanan Informasi”. Masalah keamanan informasi menjadi salah satu perhatian pemerintah dalam beberapa tahun terakhir ini, sehingga secara resmi dibentuk Badan Siber dan Sandi Nasional (BSSN) di akhir tahun 2017. Sebagai satuan yang bertanggungjawab terhadap kegiatan pengembangan sistem informasi di lingkungan TNI AD, Dinas Infolahta TNI AD bekerwajiban turut serta membantu pemerintah mencari solusi untuk meningkatkan keamanan informasi tidak hanya bagi kepentingan TNI AD, tetapi juga kepentingan nasional.

Staf Ahli Kasad Bidang TIK sekaligus Ketua Harian Komunitas TIK-AD Benny Ranti mengatakan, dampak positif event kompetisi TIK yang melibatkan masyarakat ini, komunitas TIK-AD akan terus menyelenggarakan event CTF dan hackathon di masa mendatang dengan topik-topik TIK yang menantang dan terkini serta melibatkan penyedia produk dan jasa TIK yang lebih luas.

Komunitas TIK-AD sendiri terbentuk sebagai hasil penyelenggaraan Hackathon Piala Kasad I tahun 2016. Anggotanya termasuk masyarakat sipil profesional di bidang TIK. Ini menunjukkan keseriusan TNI AD melalui Dinas Infolahta TNI AD untuk melibatkan masyarakat dalam membantu tugas pokok TNI AD, yaitu meningkatkan pertahanan dan keamanan negara, dalam hal ini keamanan informasi.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner untuk acara kompetisi Capture The Flag yang diadakan TNI AD

Strategi RedDoorz Kuatkan Bisnis Melalui Ekspansi dan Kepemilikan Properti

Hari ini (06/3) platform pemesanan budget hotel online RedDoorz mengumumkan perolehan pendanaan Pra-Seri B senilai $11 juta atau setara dengan 151.5 miliar Rupiah. Pendanaan tersebut diperoleh sebagai suntikan dana tambahan dari Asia Investment Fund. Turut berpartisipasi dalam pendanaan ini investor terdahulu, yakni Sushquehanna International Group, International Finance Corporation (perusahaan investasi swasta dari World Bank Group), InnoVen Capital, dan Jungle Ventures. Juga ada investor baru yang partisipasi, termasuk DeepSky Capital, FengHe Group, dan Hendale Capital.

Pendanaan ini akan difokuskan pada dua agenda, pertama untuk melanjutkan ekspansi RedDoorz di Asia Tenggara. Saat ini perusahaan sudah beroperasi di tiga negara, yakni Indonesia, Singapura, dan Filipina. Kemudian yang kedua, dengan pendanaan ini RedDoorz juga berencana untuk membuka properti yang sepenuhnya dioperasikan RedDoorz. Ditargetkan akan ada 100 properti yang akan dioperasikan sendiri selama 18 bulan, dilengkapi dengan penambahan lebih dari 1000 yang dikelola oleh mitra.

Di Indonesia beberapa agenda RedDoorz terus digencarkan. Belum lama ini RedDoorz baru meresmikan ekspansinya ke Surabaya, ditargetkan tahun ini akan menambah sekurangnya 20 properti baru yang dikelola sendiri di wilayah tersebut. RedDoorz juga mengumumkan rencananya untuk melakukan ekspansi ke wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta dengan target yang kemungkinan tidak jauh berbeda. Peresmiannya sendiri baru diadakan pada hari Kamis (8/3) mendatang di salah satu unit properti miliknya di Yogyakarta.

Terkait jangkauannya, di Indonesia setidaknya sudah ada 16 kota yang dirangkum platform RedDoorz, dengan jumlah properti sekitar 500 unit, meliputi wilayah Jakarta, Bogor, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Solo, Palembang, Makassar, Medan, Manado, Batam, Lombok, Bali, Malang, dan Aceh. Menurut RedDoorz, returning user yang mencapai 65% akan turut mempermudah RedDoorz mencapai target 3000 kamar di tahun ini di Indonesia.

Founder & CEO RedDoorz Amit Saberwal menyampaikan sebuah hasil studi dari Google dan Temasek Holdings yang mengemukakan bahwa pasar regional untuk akomodasi perjalanan online termasuk maskapai penerbangan akan meningkat mendekati USD90 miliar pada tahun 2025 dan Indonesia diperkirakan akan menghasilkan sepertiga dari pertumbuhan tersebut.

Application Information Will Show Up Here

Peran “Big Data” dalam Membangun Ekosistem Pembayaran Digital

Menurut laporan yang dirilis oleh MDI Ventures  dan Mandiri Sekuritas tentang “Mobile Payments in Indonesia: Race to Big Data Dominaton”, estimasi pangsa pasar mobile payment di Indonesia akan mencapai 549 triliun Rupiah pada tahun 2020 mendatang. Banyak faktor yang mendorong pertumbuhan tersebut baik dari sisi konsumen, merchant ataupun pengusung platform, salah satunya dukungan teknologi. Perkembangan fintech yang ada saat ini memang mulai disokong oleh banyak kapabilitas teknologi, salah satunya big data.

Secara khusus laporan MDI Ventures dan Mandiri Sekuritas turut menyoroti bagaimana big data memegang peranan kunci dalam operasional mobile payment. Konsep utama yang ditawarkan big data ialah untuk menciptakan proses penyimpanan yang aman dan analisis data untuk menghasilkan insight. Sejauh ini big data juga sudah dimanfaatkan untuk melakukan banyak hal, visinya perusahaan pada kultur data-driven guna menghasilkan keputusan bisnis yang didasarkan pada data.

Mendeteksi potensi penipuan

Manfaat big data pertama yang disoroti dalam laporan untuk mendeteksi adanya kecurangan atau penipuan dalam transaksi. Model analisis dibangun berdasarkan data transaksi historis dan algoritma deep learning, untuk membuat sistem bekerja terus-menerus secara proaktif mengidentifikasi risiko. Fase seperti sekarang, saat fintech tengah gencar membangun kepercayaan pengguna, menjadi urgensi tersendiri untuk penyedia layanan memastikan kredibilitas terbangun dengan baik, bahkan konsumen selalu mengharapkan zero mistakes untuk sebuah sistem finansial.

Mengalkulasi tingkat risiko

Kedua terkait dengan perhitungan tingkat risiko di suatu transaksi. Sebagai sebuah bisnis dengan misi kritis, penyedia layanan pembayaran harus mampu melakukan analisis mendalam tentang tingkar risiko dari suatu transaksi. Pendekatannya dapat didasarkan pada berbagai atribut, misalnya data konsumen dan transaksi historis. Big data dengan metode statistik tingkat lanjut yang dimiliki memungkinkan hal tadi bisa terjadi, misalnya membandingkan atribut yang sudah didata dengan perilaku pola beli konsumen.

Analisis data untuk merchant

Kondisi yang ada saat ini, penyedia layanan pembayaran sudah memiliki data konsumen dengan kapasitas yang sangat besar, tidak menutup kemungkinan data tersebut dapat dimonetisasi. Dalam artian data tersebut dapat dikonversi sebagai sebuah nilai yang dapat membantu bisnis, misalnya untuk menemukan dan memahami segmentasi penggunanya. Analisis tersebut dapat membantu merchant (sebagai pengguna platform pembayaran) untuk mengeksplorasi tentang konsumen secara lebih dalam, termasuk membuat strategi peningkatan traksi misalnya melalui program loyalitas.

Membantu penilaian kredit

Pemanfaatan big data yang juga menjadi sorotoan adalah untuk penilaian kredit. Data transaksi dari mobile payment juga memungkinkan perusahaan fintech untuk mengembangkan teknologi menciptakan sistem penilaian kredit yang lebih akurat, terutama untuk mengakomodasi masyarakat di kategori unbankable. Studi kasusnya sudah dipraktikkan di Tiongkok, salah satunya oleh China Rapid Finance (CRF) dengan mengembangkan algoritma penilaian kredit untuk mencocokkan kreditur dan segmentasi peminjam yang disebut dengan EMMAs (Emerging Middle-Class, Mobile-Active Consumers). Adanya teknologi AI (Artificial Intelligence) turut mendukung aplikasi risk-management dapat berkembang lebih baik.

Tren Perkembangan “Mobile Payment” di Indonesia

MDI Ventures  dan Mandiri Sekuritas merilis sebuah laporan bertajuk “Mobile Payments in Indonesia: Race to Big Data Domination”. Di dalamnya dijabarkan gambaran terkini lanskap mobile payment di Indonesia, dilengkapi dengan studi kasus kesuksesan adopsinya. Mengawali laporan, diceritakan tentang awal pertumbuhan layanan mobile payment di Indonesia. Persisnya pada tahun 2007 dimulai oleh Telkomsel merilis layanan T-Cash, lalu disusul Indosat, dan XL Axiata.

Tahun 2012 layanan mobile payment mulai beragam, industri perbankan dan pengembang aplikasi mulai masuk di dalamnya.

Mobile Payments in Indonesia - Race to Big Data Dominaton / MDI Ventures
Mobile Payments in Indonesia – Race to Big Data Dominaton / MDI Ventures

Data menarik justru hadir dari penetrasi pengguna yang ada saat ini. Dua layanan dengan pengguna tertinggi (sekitar 10 juta pengguna) ialah GO-PAY dan TCash, dua layanan dengan tahun kelahiran paling awal dan akhir. Layanan lain yang mulai mendapatkan pertumbuhan pengguna signifikan adalah PayPro dan OVO. Jika mengamati lebih dalam mengapa para pemain tersebut memiliki pengguna yang banyak karena cakupan layanan yang lebih luas.

Mobile Payments in Indonesia - Race to Big Data Dominaton / MDI Ventures
Mobile Payments in Indonesia – Race to Big Data Dominaton / MDI Ventures

Melalui aplikasi GO-JEK, konsumen kini bisa melakukan berbagai aktivitas, mulai transportasi hingga memesan makanan. Dengan valuasi yang diperkirakan mencapai $5 miliar, berbagai kegiatan promo dan perluasan terus digencarkan. Terakhir dikabarkan GO-JEK tengah bersiap ekspansi ke pasar regional. Pun demikian dengan TCash yang ingin menjadi platform agnostik yang terlepas dari bayang-bayang Telkomsel.

Dukungan perangkat untuk bergerak ke arah fintech

Sebagai bagian solusi yang coba diakomodasi industri fintech, layanan mobile payment akan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh, secara khusus pada vertikal fintech dan secara umum pada lanskap keuangan. Hal ini didasari dengan sebuah statistik yang menunjukkan bahwa pertumbuhan smartphone sudah melampaui kepemilikan akun bank oleh masyarakat. Sementara jika melihat kondisi di Indonesia, sistem keuangan inklusi yang justru dapat diterapkan secara menyeluruh.

Mobile Payments in Indonesia - Race to Big Data Dominaton / MDI Ventures
Mobile Payments in Indonesia – Race to Big Data Dominaton / MDI Ventures

Tantangan yang sejak dulu ada ialah mengedukasi masyarakat sebagai nasabah untuk mengoptimalkan jasa keuangan berbasis perbankan. Namun dengan pendekatan berbasis aplikasi tampaknya mampu menjadikan masyarakat teredukasi secara sendirinya. Apa yang ditawarkan aplikasi adalah pengalaman pengguna secara spesifik untuk menyelesaikan masalah tertentu. Misalnya yang dilakukan GO-PAY untuk jasa layanan transportasi. Mobile payment disuguhkan menyatu dengan layanan utama mereka.

Mobile Payments in Indonesia - Race to Big Data Dominaton / MDI Ventures
Mobile Payments in Indonesia – Race to Big Data Dominaton / MDI Ventures

Bagaimana teknologi berperan membangun ekosistem

Teknologi juga berpengaruh terhadap penerimaan pengguna terhadap layanan mobile payment. Ini berkaitan dengan cara seperti apa yang coba disuguhkan oleh pemilik platform dalam bertransaksi. Kebutuhannya cukup unik, sehingga bisa disimpulkan bahwa teknologi tertentu tidak serta-merta cocok digunakan untuk semua layanan. Dari yang ada saat ini, rata-rata mobile payment memanfaatkan tiga platform untuk pembayaran, yakni QR Code, NFC (Near-Field Communication), dan OTP (One-Time Password).

Mobile Payments in Indonesia - Race to Big Data Dominaton / MDI Ventures
Mobile Payments in Indonesia – Race to Big Data Dominaton / MDI Ventures

Kulturnya sendiri saat ini masih terbangun. Misalnya bagaimana layanan mobile payment digunakan untuk melakukan pembelian pulsa melalui verifikasi berbasis OTP, bagaimana layanan digunakan untuk melakukan pembelian di merchant melalui NFC yang dihubungkan dengan sistem EDC, atau bagaimana transaksi antar pengguna bisa dilakukan secara cepat dengan membidik QR Code yang di-generate oleh aplikasi.

Banyak hal yang masih dapat diterka seputar penerimaan masyarakat terhadap layanan mobile payment. Dari sudut pandang inovator, pola penggunaannya kini sudah mulai terpetakan dengan baik.

Melalui Gifood, Masyarakat Bisa Menyumbang Makanan Berlebih ke Yang Membutuhkan

Saat ini mulai banyak startup lokal yang mencoba mengeksplorasi lanskap social business, berharap selain mendapatkan nilai bisnis juga memberikan dampak sosial di lingkungan. Salah satunya Gifood, sebuah platform yang menghubungkan antara mereka yang memiliki makanan berlebih dengan orang yang membutuhkan.

“Cara kerjanya sederhana. Ketika memiliki makanan berlebih unggah informasinya melalui platform kami. Begitu pula jika mengetahui siapa yang membutuhkan, bisa langsung menggugah informasinya melalui platform kami. Dari situ akan diketahui makanan apa atau dari siapa, lokasinya di mana, tersedia sampai kapan secara real time. Ketika mau mengambil makanan pun tinggal klik dan akan terhubung dengan pemilik makanan,” jelas CEO Gifood Fathin Naufal.

Mengemban visi besar “Reduce Waste, Reduce Hunger”, saat ini Gifood belum melakukan monetisasi, karena tengah fokus untuk memperluas cakupan pengguna dan dampak yang dihasilkan. Namun ada beberapa mekanisme yang sudah mulai rancang, salah satunya mekanisme B2B (Business-to-Business). Ke depan Gifood akan memberikan layanan berbayar untuk perusahaan, misal restoran dan hotel dalam pengolahan makanan berlebih mereka.

“Dari pada membuang makanan (yang berarti ada loss of money), ujung-ujungnya jadi sampah, dan terkena biaya lagi untuk sampah (menurut data kami sampai jutaan rupiah per bulan), maka lebih baik disalurkan kepada Gifood dan memberikan dampak positif bagi masyarakat serta lingkungan. Hal ini bisa sekaligus menaikkan citra perusahaan dan bisa mengefisiensikan dana CSR,” ujar Naufal.

Kedua untuk monetisasi juga akan hadir fitur “Last Minute Deal”, yaitu menjual murah makan berlebih yang masih layak jual (makanan dengan harga diskon). Gifood akan mengenakan komisi dari penjualan tersebut melalui platform. Dan yang ketiga, para pengguna Gifood bisa dipastikan banyak merupakan orang-orang yang mencari makanan gratis dan murah. Maka ketika ada perusahaan yang ingin beriklan tentang diskon, promo, launching product, dan sebagainya, platform ini akan menyediakan media untuk beriklan tersebut.

Beberapa waktu lalu Gifood baru saja memenangkan penghargaan The Best General Category App dan 1st Winner Telkom Hackathon 2018. Sebelumnya startup asal Yogyakarta ini juga pernah memenangkan beberapa lomba lain seperti Runner Up DILO Festival Yogyakarta, Best Performance Socioentrepreneur Muda Indonesia (Soprema), dan menjadi finalis (6 besar) di Startup World Cup Wildcard Round Yogyakarta.

Tim Gifood saat memenangkan Hackathon yang diadakan Telkom / Gifood
Tim Gifood saat memenangkan Hackathon yang diadakan Telkom / Gifood

“Latar belakang kami sebenarnya karena pengalaman kami sendiri melihat seringnya makanan terbuang sia-sia ketika berlebih. Misal ketika ada acara dan sebagainya. Ternyata memang faktanya Indonesia merupakan negara yang membuang makanan terbesar nomor besar ke-2 sedunia setelah Arab Saudi (data dari The Economist). Menurut Food Agriculture Organization (FAO), ada 13 juta ton makanan di Indonesia yang terbuang sia-sia,” tutur Naufal.

Naufal melanjutkan, “Menurut data dari FAO ada 19,4 juta orang di Indonesia yang masih kelaparan. Hal ini ironis, di sisi lain banyak makanan terbuang. Kalau semua makanan yang terbuang itu dikumpulkan, sebenarnya bisa memberi makan 11% populasi di Indonesia. Maka, kami berusaha untuk memberikan solusi dengan cara mengoneksikan mereka yang mempunyai makanan tersebut dengan mereka yang lebih membutuhkan.”

Dengan mengemban visi besar tersebut, Naufal menyampaikan bahwa tahun ini pihaknya akan banyak fokus untuk memperluas pangsa pasar dengan mengenalkan platform kepada masyarakat luas melalui berbagai kampanye, berkolaborasi dengan komunitas, dan juga menjalin kerja sama dengan beberapa pihak terutama penyedia makanan (restoran, tempat makan, toko roti, hotel, dan sebagainya).

Netzme Hadir sebagai Aplikasi Fintech yang Mengadopsi Layanan Pesan dan Media Sosial

Netzme adalah sebuah startup fintech baru di Indonesia. Layanan yang disuguhkan cukup unik, karena mencoba untuk mengelaborasikan kegemaran masyarakat dengan layanan chatting dan media sosial dengan fintech. Netzme menyebut dirinya sebagai “social payment app“, yakni aplikasi pembayaran yang memungkinkan setiap pengguna melakukan berbagai aktivitas transaksi finansial layaknya sedang chatting. Tujuannya ialah membuat pengalaman transaksi perbankan menjadi lebih mudah dan menyenangkan.

“Cara kerjanya benar-benar sebagaimana halnya aplikasi chatting. Misalnya untuk pengiriman uang antara pengguna bisa semudah dilakukan melalui chatting, sharing foto/video/story dan bahkan transfer melalui Scan QR, antara pengguna yang saling tidak memiliki nomor kontak. Transfer uang antara pengguna ini juga bisa dilakukan secara peer-to-peer, one-to-many atau many-to-one melalui fitur Business Group yang juga sudah terdapat dalam Netzme,” ujar Vicky G. Saputra, CEO Netzme Kreasi Indonesia.

Pengalaman pengguna yang disuguhkan di aplikasi juga sepenuhnya mengadopsi layanan chatting. Pengguna bisa ngobrol layaknya di aplikasi pesan masa kini, atau bisa mengunggah aktivitas berupa tulis atau foto di Story. Dalam kolom pesan dan komentar, setiap pengguna dapat melakukan transaksi.

Beberapa contoh aktivitas di aplikasi Netzme / DailySocial
Beberapa contoh aktivitas di aplikasi Netzme / DailySocial

Netzme memosisikan dirinya sebagai mitra strategis dari perbankan. Penempatan dana melalui aplikasi Netzme langsung masuk ke bank mitra. Saat ini Bank QNB Indonesia menjadi mitra kerja penampungan dana Netzme dan sedang dalam tahapan penjajakan kerja sama serupa dengan beberapa bank lainnya di Indonesia. Ke depannya Netzme berharap menjadi agregator beragam layanan perbankan.

Model bisnis yang diterapkan

Aplikasi ini dapat digunakan secara gratis oleh pengguna dan di fase awal ini Netzme menerapkan beberapa model bisnis. Pertama ialah monetisasi aktivitas sosial pengguna melalui TruLike, yakni memungkinkan para Content Creator langsung menerima apresiasi (dalam bentuk nilai saldo Rupiah) dari penggemarnya. Kedua ialah jasa penggunaan platform untuk mendukung aktivitas komunitas, seperti grup berbayar melalui Business Group.

Fitur Business Group ini sendiri sejenis grup obrolan pada umumnya, hanya saja secara terintegrasi dengan layanan perbankan, sehingga bisa dengan mudah digunakan untuk berbagai aktivitas, seperti donasi, crowdfunding, bantuan sosial non-tunai, arisan, koperasi, bahkan mendukung model jasa, misalnya kursus berbayar. Fitur ini adalah salah satu unggulan Netzme dalam proses bisnis.

Selain itu Netzme juga mendukung jasa PPOB (Payment Point Online Bank), seperti untuk pembelian pulsa, pembayaran PLN dan lainnya. Model bisnis advertising turut disematkan bagi brand/creator yang ingin memperoleh engagement lebih.

“Atas semua jasa layanan yang dikenakan tersebut semua selalu ada porsi bagi hasil dengan para referral penggunanya secara otomatis dan diberikan seketika. Tapi pastinya bukan sampai seperti MLM, karena tidak tersedia sistem referral bertingkat,” jelas Vicky.

Tercatat sejak diluncurkan lima bulan yang lalu aplikasi ini sudah digunakan lebih dari 1 juta pengguna.

Ingin menjadi bagian dari keseharian masyarakat

Disampaikan oleh Vicky, prioritas utama dari aplikasi Netzme adalah mengintegrasikan layanan perbankan dengan aktivitas keseharian masyarakat. Di lain sisi, aplikasi ini juga ingin memfasilitasi masyarakat untuk membuka peluang baru. Saat ini setiap pengguna dari Netzme juga bisa berperan sebagai Merchant dengan menggunakan fitur QR Personal, memungkinkan dirinya melakukan digital marketing kepada pelanggannya.

“Target untuk tahun ini selain penyempurnaan beragam fitur yang sudah ada adalah agar bisa menjadi agregator yang lebih banyak lagi untuk beragam layanan bank dan juga komunitas melalui beragam kolaborasi strategis, sehingga bisa menjadi bagian ekosistem yang terintegrasi secara penuh,” ujar Vicky.

Di akhir perbincangan, Vicky turut menyoroti perkembangan dan potensi layanan fintech. Menurutnya relatif rendahnya tingkat literasi keuangan adalah masalah yang cukup pelik dan klasik bagi Indonesia. Ia berkeyakinan hal tersebut hanya bisa dipecahkan dengan penerapan teknologi keuangan yang bisa terintegrasi lebih baik dalam kehidupan keseharian masyarakat.

So, dengan perkembangan dan antusiasmenya di Indonesia saya berkeyakinan masa depan fintech di Indonesia sangat cerah, dan Netzme ingin menjadi bagian tak terpisahkan dari ekosistem keuangan di Indonesia yang lebih baik untuk kehidupan,” tutup Vicky.

Application Information Will Show Up Here

Konten Pemasaran untuk Startup

Pemasaran digital bisa saja menjadi sangat efektif jika dilakukan dengan cara yang sesuai, dalam artian dapat memikat calon konsumen karena mereka merasa ada value yang ditawarkan sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapi. Sehingga diperlukan penyiapan konten yang matang untuk mampu menyampaikan pesan-pesan penting seputar produk atau layanan yang ditawarkan startup. Ada banyak tipe konten pemasaran yang bisa dibuat oleh startup, namun dengan mempelajari tren dan efektivitasnya tampaknya bisa memberikan hasil yang lebih optimal.

Artikel ini akan membahas beberapa aspek penting yang perlu dipahami startup ketika mengembangkan konten untuk pemasaran.

Memahami tren yang tengah ada

Pengamatan tentang tren digital yang ada saat ini menjadi awal yang harus dilakukan oleh pemasar. Dengan mengetahui apa yang tengah disukai oleh warganet dalam mengonsumsi informasi (iklan), maka akan turut meningkatkan efektivitas kampanye digital yang dilakukan. Pada sebuah sesi diskusi, CMO DailySocial, Rahmat D Harlyadie memaparkan beberapa hal menarik merujuk pada pengamatan yang dilakukan sepanjang tahun 2017.

Pertama adalah membangun pengguna loyal dan menumbuhkan jaringannya tengah menjadi konsentrasi banyak bisnis besar. Rahmat mencontohkan tentang bagaimana Grab dan PayTren melakukan konsep sharing audience, dalam hal ini Grab memanfaatkan jaringan pengguna loyal dari PayTren untuk distribusi keagenan.

Kemudian terkait dengan konten pemasaran, Rahmat menilai bahwa tulisan bersifat soft-selling yang memberikan pendekatan personal ke audience lebih tepat untuk saat ini. Terlebih konten tersebut mampu menyuguhkan tulisan atau visual yang memiliki unsur emosional untuk membangun komunitas pengguna. Untuk itu perlu melakukan riset sederhana terkait dengan demografi dan kebutuhan pengguna.

Tujuan pemasaran digital menurut CMO DailySocial
Tujuan pemasaran digital menurut CMO DailySocial

Konten pemasaran bagi brand startup

Melihat kondisi saat ini, menurut  Co-Founder dan CEO Indonesia GetCRAFT Anthony Reza Prasetya, banyak alasan mengapa orang merasa tidak nyaman dengan kehadiran iklan yang terlalu mencolok pada suatu konten. Pengiklan pun sejatinya memahami respons negatif tersebut, namun sering kali cara konvensional tetap dilakukan karena merasa tidak punya pilihan. Sebenarnya model konten pemasaran yang lebih relevan dapat dibuat, misalnya dengan menyematkan iklan dalam tulisan yang memberikan manfaat secara umum. Cara ini bisa dilakukan untuk membantu brand melakukan edukasi sekaligus melancarkan engagement dengan target audience yang tepat.

Pendekatan konten pemasaran sifatnya juga lebih everlasting, karena ketika tulisan tersebut memiliki nilai bagi pembaca –ketika sudah tidak diiklankan–tetap mampu menarik perhatian audience lebih lama.

Diperlukan kreativitas konten di masa sekarang menurut CEO GetCRAFT
Diperlukan kreativitas konten di masa sekarang menurut CEO GetCRAFT

Menyusun konten pemasaran

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menyusun konten pemasaran digital.

(1) Lakukan perencanaan yang jelas

Menurut hasil survei yang pernah dilakukan Content Marketing Institute, dari 94% pebisnis yang melakukan pemasaran berbasis konten untuk B2B hanya 32% yang memiliki perencanaan strategi konten terstruktur. Seperti kebanyakan hal pada umumnya, strategi dan perencanaan adalah aspek yang sangat diperlukan agar alur pengerjaannya menjadi jelas dan terukur.

Untuk melakukan perencanaan ada beberapa hal yang perlu dilakukan:

  • Pahami tentang apa yang akan disampaikan melalui konten.
  • Pahami tentang siapa yang akan disasar dengan konten tersebut.
  • Pahami tentang apa saja yang ingin dicapai melalui pemasaran tersebut.

(2) Memahami karakteristik pelanggan

Pemahaman menyeluruh tentang pelanggan sebagai target utama menjadi komponen yang harus diperhatikan secara khusus dalam pemasaran konten. Proses ini dilakukan sebelum memikirkan karakteristik konten yang dihasilkan. Perlu ada riset sederhana untuk mengetahui karakteristik tersebut, terbagi dalam dua aktivitas berikut:

  • Riset primer; melakukan wawancara, kuesioner, atau survei untuk mengetahui minat pelanggan.
  • Riset sekunder; mendapatkan data dari saluran lain, misalnya website, media sosial.

(3) Pelajari permasalahan secara mendalam

Dari hasil riset pada tahapan berikutnya, pelajari apa yang menjadi permasalahan pengguna. Hal ini dilakukan untuk memastikan konten memiliki alur yang menjawab. Ada beberapa hal yang dilakukan di sini, yaitu:

  • Petakan permasalahan merujuk pada data riset.
  • Buat prioritas untuk menemukan permasalahan umum yang diangkat dalam konten.

(4) Menyesuaikan SEO dan media sosial

Website dan media sosial menjadi medium digital yang paling efektif untuk konten pemasaran, namun supaya visibilitas konten lebih baik –mengingat sudah sangat banyak konten yang ada di internet—perlu melakukan pendekatan SEO dan media sosial. Pendekatan SEO dilakukan untuk memastikan konten yang dibuat memiliki ranking yang bagus saat dicari di media sosial berdasarkan kata kunci tertentu, sesuai dengan permasalahan yang dicari pengguna. Sedangkan pendekatan media sosial dilakukan untuk memastikan konten disandingkan dengan isu atau kondisi yang relevan dengan saat ini.

(5) Pendekatan konten “customer journey”

Konsumen digital kebanyakan tidak mencari atau mengonsumsi informasi dalam saluran tunggal. Satu orang dapat mengakses banyak platform dengan karakteristik yang berbeda. Tidak semua orang selalu membaca blog setiap hari, pun tidak semua menyaksikan video YouTube setiap hari. Ini adalah sebuah perjalanan digital konsumen, yang perlu diperhatikan, bagaimana pemasar dapat menghasilkan konten  yang relevan di berbagai kanal, sehingga pada saat konsumen hadir di kanal tertentu, mereka akan mendapati informasi yang tepat, baik secara substansi materi ataupun waktu.

(6) Jangan memaksakan konten promosi

Seperti yang sudah ditekankan di awal, saat ini model-model iklan yang menonjolkan penjualan (hard-selling) mendapatkan stigma negatif di kalangan konsumen digital. Pemasaran harus lebih kreatif dalam menghasilkan suatu konten pemasaran.

(7) Uji format konten yang kembangkan

Menurut Digital Marketer, konten pemasaran secara jenis dibagi ke dalam tiga kategori, yakni Top of the Funnel (TOFU) untuk awareness, Middle of the Funnel (MOFU) untuk evaluation, dan Bottom of the Funnel (BOFU) untuk conversion. Pemasar perlu melakukan uji coba dan pengembangan jenis konten berdasarkan karakteristik di setiap tahapan.

Jenis konten didasarkan pada format dan peruntukannya / Digital Marketer
Jenis konten didasarkan pada format dan peruntukannya / Digital Marketer

(8) Lakukan pengukuran dan analisis

Analisis dan pengukuran perlu dilakukan untuk setiap jenis konten yang dipublikasikan, agar memberikan pembelajaran baik ke depannya. Banyak cara untuk mengukur, misalnya didasarkan pada analisis kunjungan situs atau capaian di media sosial.

Rangkuman Infografik

Infografik Konten Pemasaran Digital DailySocial
Infografik Konten Pemasaran Digital DailySocial

Papillon Group Luncurkan “CRooT”, Token Blockhain untuk Program Loyalitas

Di tengah hype blockchain, grup media Papillon Group meluncurkan platform bernama CRooT. CRooT, singkatan dari Coin Redemption on Online Transaction, adalah token koin berbasis blockchain network dari Ethereum, tepatnya ERC20. CRooT didesain khusus untuk program loyalitas dan gamifikasi yang dimiliki suatu platform aplikasi. Di fase awalnya, CRooT baru diaplikasikan di aplikasi POPULAR Now.

Di aplikasi ini, token tersebut bisa ditukarkan dengan menjadi emas murni dan/atau merchandising lainnya, bisa juga digunakan untuk melakukan beragam aktivitas interaksi multi-arah dengan para bintang yang memainkan peranan dalam beragam program Video dari Popular TV, termasuk melakukan transaksi antar pengguna.

Selain bisa digunakan untuk redemption, token ini juga akan bisa diperjualbelikan melalui bursa koin tempat token tersebut didaftarkan.

“Fitur smart contract yang ditanamkan dalam token CRooT memungkinkan pihak mana pun yang membutuhkan sistem loyalitas dan gamifikasi menjadi bagian dari proses pemasarannya. Prosesnya bisa langsung terhubung tanpa direpotkan dengan membangun komunitas pengguna dari nol, bisa langsung live sejak pertama kali implementasi. Bahkan bisa saling berkolaborasi memberikan pengalaman dan nilai tambah yang optimal antar pengguna dan/atau target market,” jelas Co-Founder & CEO Papillon Group Vicky G. Saputra.

Lebih lanjut Vicky menjelaskan, secara fungsionalitas CRooT sebenarnya tidak hanya disediakan untuk program loyalitas atau gamifikasi. Visi besar CRooT adalah untuk menjadi token akan meningkat nilai intrinsiknya dan bisa digunakan dalam aplikasi kehidupan keseharian penggunanya.

“CRooT itu nama yang diberikan oleh para fans di POPULAR. Bukan kami sendiri, so driven by fans. Harapannya dari setiap transaksi online dalam pengguna bisa redeem beragam benefit,” ujar Vicky.

Mengapa fokus di program loyalitas?

Seiring dengan perkembangan tren pemasaran digital saat ini, pengembang CRooT berkeyakinan bahwa konsep kolaborasi dan optimalisasi fanbase bisa berjalan dengan lebih efektif dibandingkan sekedar paid advertising atau konsep pemasaran lainnya. Pengalaman yang dirasakan audience dari aktivitas pemasaran ini menjadi salah satu prioritas utama agar tujuan pemasaran dapat tercapai dengan lebih optimal.

“Fitur smart contract dari blockchain network Ethereum ini juga memungkinkan kolaborasi dapat terjadi dengan lebih mudah dan cepat serta lintas negara,” imbuh Vicky.

Selain di aplikasi POPULAR Now, target pengembangan berfokus pada pembuatan aplikasi untuk loyalty exchange dan pembuatan wallet untuk token CRooT. Harapannya bisa lebih mudah digunakan pihak lain yang menjadi mitra kolaborasi dalam program loyalitas. Adopsi token CRooT ini juga akan terus dikembangkan dalam beragam program kolaborasi lainnya secara online maupun offline.

“Bagi saya sendiri, masa depan cryptocurrency ini seperti halnya perkembangan internet di Indonesia sekitar 20 tahun yang lalu, dengan kata lain sesuatu hal yang tak dapat dielakkan akan terjadi. Hanya saja kemungkinan besar adopsi cryptocurrency akan membutuhkan waktu yang sedikit lebih singkat, termasuk di Indonesia. So walaupun saat ini tampaknya masih cukup complicated, akan tiba saatnya penerimaan masyarakat akan menjadi lebih baik,” pungkas Vicky.

Application Information Will Show Up Here