Manuver Ruangguru Tingkatkan Traksi di Tengah Pasar Teknologi Edukasi Indonesia yang Masih Sulit

Sejak diluncurkan pertama kalinya pada bulan April 2014 silam, Ruangguru menjadi salah satu dari startup edutech yang terus berinovasi melahirkan ragam produk untuk layanannya. Menarik untuk dibahas, karena kendati pasar teknologi di sektor pendidikan tampak menjanjikan, untuk saat ini adopsinya bisa dikatakan masih lambat.

Menurut data World Bank, Indonesia merupakan negara dengan peserta didik terbesar keempat di dunia, lebih dari 50 juta murid dan empat juta guru. Namun sangat menantang untuk para pemain bisnis teknologi dalam memproduksi traksi dan monetisasi di tengah dominasi konsumen konvensional.

“Saat ini pengguna Ruangguru sendiri kurang lebih ada 2,5 juta pelajar dari seluruh Indonesia. Secara demografis pengguna Ruangguru ada di kota-kota besar, namun kami juga terus melakukan kerja sama dengan Dinas Pendidikan di 27 provinsi dan ratusan kota dan kabupaten, serta organisasi pendidikan,” ujar Co-Founder & CEO Ruangguru Belva Devara.

Kerja sama strategis menjadi salah satu kunci Ruangguru untuk mengeksplorasi jangkauan pasar. Selain dengan pihak pemerintahan, beberapa perusahaan swasta pun turut dirangkul, salah satunya bersama LINE. Keduanya berkolaborasi mengembangkan portal pendidikan berbasis media sosial yang dikenal dengan LINE Academy. Penggunanya pun cukup signifikan, saat ini sudah mencapai 3 juta pelajar.

[Baca juga: #DScussion Co-Founder Ruangguru Iman Usman Berbicara Tantangan Menjalankan Startup Pendidikan di Indonesia]

Inovasi layanan juga menjadi poin kunci untuk bertahan di pasar digital pendidikan Indonesia, Belva mengatakan, “Kami terus mengembangkan produk-produk untuk mendukung kegiatan belajar. Yang teranyar rencananya akan kamu luncurkan menjelang tahun ajaran baru mendatang.”

Ragam layanan di portal Ruangguru yang ada saat ini / Ruangguru
Ragam layanan di portal Ruangguru yang ada saat ini / Ruangguru

Terus memperkuat keberadaan di pasar yang masih tergolong sepi

Kabar teranyar, pada tanggal 8 Mei 2017 lalu Ruangguru baru saja mengumumkan perolehan hibah dari Ecosystem Accelerator Innovation Fund dari Groupe Speciale Mobile Association (GSMA). Ruangguru menjadi salah satu dari beberapa startup terpilih di wilayah Afrika dan Asia untuk penerimaan sejumlah dana hibah, bantuan teknis, dan kesempatan untuk bermitra dengan operator seluler rekanan GSMA.

“Dengan hibah dari GSMA, Ruangguru mendanai peluncuran Marketplace for Personalized Education, di mana guru dan tutor dapat menyediakan konten dan siswa dapat mengakses konten tersebut secara cuma-cuma ataupun berbayar untuk konsultasi pelajaran. Hal ini masih dalam tahap persiapan, semoga dapat kami luncurkan secepatnya,” terang Belva.

Beradaptasi dengan tren teknologi konsumer terkini juga menjadi tuntutan. Ini juga yang dijadikan Ruangguru sebagai strategi menggaet pengguna.

Fungsionalitas aplikasi mobile di layanan Ruangguru / Ruangguru
Fungsionalitas aplikasi mobile di layanan Ruangguru / Ruangguru

“Melihat jumlah pengguna Ruangguru yang terus bertambah, terlihat bahwa layanan mobile untuk pelajar sangat diminati. Salah satu layanan mobile untuk pembelajaran yang sangat diminati dari produk kami adalah RuangLesOnline, yang memberikan akses pelajar kepada guru tutor online yang dapat menjawab pertanyaan mereka via aplikasi kami, atau tutoring online on-demand,” lanjut Belva.

[Baca juga: Daftar Startup Indonesia di Bidang Pendidikan]

Ruangguru melihat pangsa pasar edtech di Indonesia masih akan berkembang selama beberapa tahun ke depan. Pesatnya perkembangan teknologi dan minat pelajar akan teknologi terus bertumbuh memberikan peluang yang besar untuk bisnis edtech di Indonesia.

“Antusiasme tersebut juga dapat kita lihat dari kerja sama Ruangguru dan LINE Academy dalam Tryout UN yang diadakan pada Mei 2017 ini yang diikuti oleh 530.130 siswa, dari tingkatan SD, SMP, SMA, SMK, bahkan umum,” ujar Belva.

Terkait dengan rencana ekspansi, Ruangguru memilih untuk masih fokus di Indonesia saja. Menurutnya problematika pendidikan di Indonesia sangat beragam dan market size-nya sudah besar. Seiring dengan visi Ruangguru untuk menjadi penyedia layanan pendidikan berbasis teknologi nomor satu di Indonesia.

Dari sini dapat dipelajari, apa yang membuat Ruangguru tetap bertahan dan cenderung bertumbuh ada dua hal: inovasi berkelanjutan dan penguatan jalinan kerja sama.

Application Information Will Show Up Here

Flutter Asia Akuisisi Situs Kencan Perfect Match Jakarta

Situs kencan yang dikhususkan untuk para lajang mapan Perfect Match Jakarta (PM Jakarta) resmi diakuisisi Flutter Asia. Akuisisi ini, menurut Founder PM Jakarta David Adrian, mengubah nama dan atribut situsnya menjadi Flutter Asia. Tim PM Jakarta pun diboyong ke unit bisnis Flutter Asia. Tidak ada informasi seputar nilai akuisisi tersebut.

Ini menjadi akuisisi layanan dating kedua di Indonesia setelah sebelumnya Setipe diakuisisi Lunch Actually Group. Dua akuisisi ini menjadi sinyal semakin serius layanan kencan online di pasar Indonesia.

Co-Founder Flutter Asia Gordon Enns dalam pernyataannya mengatakan akuisisi ini dilakukan bebarengan dengan tren aplikasi dating yang sedang booming saat ini di Indonesia. Hal ini akan menjadi kesempatan kepada Flutter Asia membidik pangsa pasar besar, terutama di segmentasi konsumen millennial.

Tidak seperti aplikasi dating lainnya, untuk bergabung dengan Flutter Asia, ada beberapa prasyarat yang harus diunggah pengguna untuk verifikasi, di antaranya scan KTP, SIM, Ijazah, Paspor dan Kartu Nama. Flutter Asia melakukan verifikasi detil sebagai bentuk keseriusan pengguna untuk mencari pasangan hidup.

Tim Flutter Asia juga akan melakukan verifikasi keaslian nama dan foto untuk memastikan tidak ada pihak yang merasa tertipu dengan profil yang dibuat pengguna.

“Sistem verifikasi Flutter Asia ini sebagai bentuk pengamanan kepada para penggunanya agar merasa safe berkencan dengan pengguna yang tidak memakai identitas palsu seperti yang selama ini di khawatirkan para pengguna kencan di dunia maya,” jelas Gordon.

Cara pakai Flutter Asia mirip Tinder. Jika dua pengguna memiliki kriteria cocok, akan ditampilkan foto untuk dipilih. Jika sama-sama memilih, maka dapat dilanjutkan perbincangan secara pribadi. Sebelum saling match, nama pengguna tidak akan ditampilkan kepada pengguna lain.

Fitur penyaringan pengguna juga menjadi salah satu yang diunggulkan, misalnya untuk memblokir calon pasangan di rentang pengguna tertentu atau menyaring pengguna dengan kualitas verifikasi tertentu (misal hanya yang sudah mengunggah ijazah).

“Flutter Asia ke depannya akan memberlakukan tarif bagi penggunanya, namun saat sekarang ini tarif tersebut belum diberlakukan sehingga para penggunanya dapat memanfaatkan momen ini untuk segera mengunduh. Harapan kami para pengguna yang nanti bertemu pasangan hidupnya di sini dapat merekomendasikan Flutter Asia kepada para single atau para pencari jodoh lainnya,” tutup Gordon.

Application Information Will Show Up Here

Fenox VC Kembali Adakan Startup World Cup 2018

Fenox VC kembali akan menyelenggarakan kompetisi pitching global keduanya dalam rangkaian Startup World Cup 2018 (SWC 2018). Ajang kompetisi ini membawa misi untuk mencari startup terbaik dari seluruh dunia dan menawarkan hadiah senilai 1 juta dolar dalam bentuk investasi.

Acara ini melanjutkan dari presentasi yang ditoreh dari sesi pertama Startup World Cup 2017. Ribuan startup dari seluruh penjuru dunia berpartisipasi hingga terpilih 15 finalis mewakili masing-masing regional. Tahun 2017 startup dari Jepang bernama UniFa berhasil menjadi pemenang.

Dari sisi cakupan startup, menurut Retno Dewati selaku SEA Regional Manager Fenox VC, SWC 2018 masih sama dengan tahun sebelumnya, tidak ada batasan khusus terkait bidang startup. Semua tech-startup dapat mengikuti kompetisi dan untuk regional Indonesia, kompetisi ini dibuka untuk startup dari seluruh Asia Tenggara.

“Di tahun 2017 kami menerima ribuan aplikasi dari seluruh regional. Untuk bidangnya tidak ada yang mendominasi. Semuanya rata, mulai dari On-Demand, SaaS, Internet of Things, Robotics, dll. Indonesia sendiri merupakan regional event dengan jumlah peserta yang hadir terbanyak yaitu sekitar 1500 peserta,” ujar Retno menjelaskan highlight SWC 2017.

Bagi SWC, Indonesia menjadi regional yang sangat penting. Hal ini senada dengan torehan hasil yang luar biasa dalam edisi pertama SWC 2017. Ahlijasa yang menjadi pemenang dari regional Indonesia berhasil meraih posisi ketiga di ajang final di San Francisco pada bulan Maret lalu.

“Startup Indonesia juga sangat bergairah dalam mengikuti kompetisi ini. Terbukti dari sekitar 700 aplikasi yang masuk dari seluruh Asia Tenggara, 85% berasal dari Indonesia,” lanjut Retno.

Bagi startup yang tertarik untuk  mengikuti ajang kompetisi SWC 2018, saat ini pendaftaran sudah dibuka. Startup dapat mendaftarkan diri melalui laman resmi SWC 2018 di http://www.startupworldcup.io.

“Tidak hanya terkait hadiah satu juta dolar investasi saja, tetapi dengan SWC startup mampu menunjukkan produk mereka secara global di hadapan para dewan juri yang merupakan top-tier investor dan founder, serta media exposure yang tentunya akan membawa banyak manfaat untuk startup tersebut,” pungkas Retno.

Sebagai informasi tambahan, bahwa debut Fenox VC di Indonesia akhir-akhir ini cukup signifikan. Salah satu kerja sama strategis dilakukan bersama Bekraf, termasuk sebagai rekanan dan sponsor untuk kegiatan SWC tahun ini dan tahun sebelumnya.

Selain SWC, di Indonesia juga digelar rangkaian acara GnB Accelerator oleh Fenox VC, yakni sebuah proses inkubasi startup untuk mematangkan produknya hingga siap dipresentasikan kepada investor.

Lima Pertanyaan Startup Seputar Penggalangan Dana

Jika proof-of-concept produk sudah sangat matang dan diujicobakan, atau bahkan sudah mencapai MVP-nya, kadang startup membutuhkan dukungan lebih untuk memperbesar traksi dan memperluas pangsa pasar. Di sini investasi sangat dibutuhkan untuk menambah nilai modal operasional. Pada kenyataannya proses tersebut tidak mudah dilalui, pun tatkala startup sudah menemukan investornya.

Terlepas dari cerita hingar-bingar tentang “prestasi pendanaan” dari banyak startup di luar sana, nyatanya banyak founder yang masih merasa gelisah dan ragu ketika akan menghadapi proses pendanaan. Karena implikasinya ada beberapa hal yang akan dikorbankan, misalnya valuasi kepemilikan dan struktur tim inti dalam startup.

Untuk memberikan gambaran lebih gamblang terkait prosesi pendanaan, berikut jawaban dari beberapa pertanyaan seputar pendanaan yang sering ditanyakan.

(1) Kapan startup perlu mencari pendanaan dan berapa?

Paling ideal startup mencari pendanaan untuk meningkatkan modal pada saat benar-benar siap memproses sebuah eksekusi baru. Menilai kesiapan ini sangat bergantung pada keputusan tim co-founder di dalamnya. Menariknya banyak startup sukses melakukan penggalangan dana saat mereka sebenarnya masih memiliki dana modal yang besar. Dikatakan kondisi tersebut akan memberikan fleksibilitas dalam proses penggalangan dana, terutama dalam proses negosiasi.

Terkait dengan besaran investasi juga perlu perencanaan matang. Dalam jargon investor ada istilah “tweener”, yakni cara sopan untuk untuk mengatakan bahwa ekspektasi valuasi terlalu tingi untuk traksi finansial atau operasional yang dicapai startup sejauh ini. Pengukuran di sini harus benar-benar masuk akal. Beberapa startup kadang memilih melakukan dua hal, menurunkan ekspektasi dan/atau memperbaiki eksekusi untuk pertumbuhan bisnis.

(2) Investor mana yang perlu ditargetkan startup?

Yang paling penting untuk diperhatikan di sini adalah menemukan investor sesuai dengan tahapan startup saat ini. Misalnya startup masih berada di tahap awal, maka carilah investor yang memang menawarkan pendanaan untuk startup di tahap tersebut. Misal lagi startup masih berada dalam proses “corporate building mode”, maka fokuslah pada penargetan investor yang dapat membantu pada pembangun perusahaan.

Walaupun mungkin ada beberapa venture capital atau angel investor yang tertarik dengan kualitas produk dan capaian, founder perlu menyeimbangkan antara efisiensi dan optimasi yang bertujuan pada keberhasilan penggalangan dana. Apalagi penggalangan dana tersebut bertujuan untuk meningkatkan modal dan menumbuhkan bisnis. Untuk memaksimalkan probabilitas kesuksesan, upayakan lebih banyak waktu untuk mempersiapkan proses yang harus dilalui.

(3) Informasi tentang startup apa saja yang boleh dibagikan? Kapan informasi sangat penting perlu dibeberkan ke investor?

Hampir semua venture capital dan komunitas angel investor menyatakan diri dibangun dengan kepercayaan dan reputasi yang baik. Dari situ investor akan menghormati kerahasiaan informasi pribadi startup, walaupun pada beberapa kasus kadang informasi tetap saja bocor. Sebagai langkah antisipasi, startup juga bisa menyimpan berbagai informasi tersebut sebelum proses penandatanganan lembar kerja sama dibubuhkan.

(4) Laporan keuangan seperti apa yang perlu diberikan kepada investor?

Untuk pengajuan penggalangan dana, startup perlu menunjukkan semacam laporan keuangan atau proyeksi keuangan. Bahkan jika masih berada di tahap awal, startup harus mengelola beberapa anggaran untuk memahami jumlah kepemilikan dana dan memaksimalkan waktu untuk meningkatkan modal.

Memahami jenis dana yang paling banyak dibutuhkan untuk operasional adalah salah satu komponen terpenting dari model keuangan. Memahami penggerak tingkat unit pendapatan juga penting saat sebuah startup sudah mulai melakukan monetisasi. Ingatlah bahwa ketelitian belum tentu menjadi indikator ketepatan.

(5) Perlukan penunjuk penasihat untuk prosesi penggalangan dana?

Pada dasarnya penasihat dapat membantu merampingkan proses dengan cara memasukkan banyak ketekunan dan persiapan, sehingga startup dapat lebih fokus menjalankan perusahaan. Mereka juga dapat membantu memberikan akses ke investor yang lebih luas. Konon, tidak setiap perusahaan membutuhkan penasihat, dan keputusan untuk menggunakan penasihat harus dibuat dalam konteks situasi spesifik.

Grab Luncurkan Layanan Multi-stop Ride, Ekspansi GrabBike ke Yogyakarta dan Semarang

Setelah sebelumnya baru menghadirkan layanan transportasi on-demand untuk kendaraan roda empat di Yogyakarta, kini Grab juga meluncurkan layanan moda transportasi sepeda motor, yakni GrabBike (untuk berkendara) dan GrabExpress (untuk pengiriman barang). Selain di Kota Yogyakarta, dalam waktu yang sama layanan GrabBike juga berekspansi ke Kota Semarang.

Ekspansi layanan tersebut makin memperkuat manuver Grab di sebelas kota di Indonesia. Sebelumnya layanan ojek online dari kedua pesaingnya, Go-Jek dan Uber, telah terlebih dulu masuk ke wilayah tersebut.

Dalam kesempatan yang sama Grab juga meluncurkan fitur terbarunya untuk pengguna di Indonesia, yakni Multi-stop Rides. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk menambahkan jalur rute tujuan saat menggunakan GrabCar, GrabBike dan GrabTaxi tanpa harus memesan ulang layanan. Sebagai catatan, penumpang hanya diperbolehkan berhenti selama maksimal 5 menit saat transit. Jika waktu transitnya lebih lama, disarankan untuk memesan trip yang terpisah.

 

Cara penggunaan fitur Multi-stop Rides / Grab
Cara penggunaan fitur Multi-stop Rides / Grab
Application Information Will Show Up Here

Corechain Segera Meluncurkan Solusi Berbasis “Blockchain” untuk Bisnis

Blockchain menjadi salah satu teknologi yang digadang-gadang akan menjadi tren di masa depan. Saat ini masyarakat lebih banyak mengenal salah satu implementasi dalam bentuk metode cryptocurrency yang didukung teknologi Blockchain, yakni mata uang digital Bitcoin. Sebagai sebuah fondasi teknologi, Blockchain memiliki banyak prospek pengembangan dalam berbagai solusi finansial.

Kendati belum dikenal luas di Indonesia, sebuah startup bernama Corechain kini tengah menyiapkan debutnya untuk memberikan solusi teknologi berbasis Blockchain. Secara umum Corechain akan menawarkan layanan pengembangan produk inklusi finansial. Peluncuran resmi Corechain sendiri baru akan dilaksanakan bulan Juni mendatang.

[Baca Juga: Membuat Nyata Blockchain untuk Bisnis]

Kendati baru dalam proses pembentukan, portofolio Corechain saat ini sudah dipercaya untuk diadopsi PT Pos Indonesia dan PT Antam. Saat dihubungi DailySocial, CEO Corechain Adryan Malindra masih enggan bercerita detail.

“Corechain adalah perusahaan dengan solusi Blockchain privat di Indonesia. Solusi yang ditawarkan sampai saat ini untuk financial inclusion. [Untuk implementasinya di beberapa mitra] belum bisa kami keluarkan, tapi yang jelas arahnya ke finansial inclusion, baru di-launching sekitar Juni,” ujar Adryan.

Kendati demikian Adryan turut membeberkan alasan mengapa Blockchain akan menjadi signifikan dalam lanskap bisnis teknologi ke depan.

“Karena [Blockchain] sangat menitikberatkan trust, selama ini trust itu dilempar ke pihak ketiga [dalam solusi finansial], di mana kita lihat sekarang bahwa permasalahan dengan itu sangat banyak. Selain juga sifat dari desentralisasi Blockchain mendukung sekali untuk itu. Dengan begitu perlindungan yang menyatakan trust is given itu sangat ada, dan berbuah positif,” terang Adryan.

[Baca Juga: Beyond the Blockchain]

Corechain cukup percaya diri dengan solusi yang ditawarkan. Dari pemaparan yang disajikan dalam situs resminya, layanan Corechain memungkinkan pengembang dan korporasi mengembangkan proof of concept (POC), platform dan aplikasi berbasis Blockchain menggunakan sebuah basis data yang scalable. Dikembangkan dengan konsep open platform, Corechain juga menjanjikan ragam kapabilitas terkait dengan kapasitas layanan dengan dukungan operasi berbasis query.

“Kita adalah salah satu negara dengan tidak adanya pilot Blockchain dan mungkin kita ketinggalan dengan Papua Nugini dan Kamboja. Di Asia Tenggara kita salah satu yang tertinggal. Corechain hadir menggenggam visi untuk membantu Indonesia untuk menjadi jangkar di Asia Pasifik dalam penerapan Blockchain,” ujar Adryan.

Untuk implementasinya sendiri Adryan mengaku sangat siap dari sisi teknologi. Tantangannya yang paling dominan adalah edukasi pasar.

Memahami Potensi dan Tantangan “Mobile Advertising” di Indonesia

Mobile advertising (periklanan mobile) saat ini menjadi salah satu pendekatan paling dominan bagi bisnis modern untuk memperluas basis pelanggan dan meningkatkan popularitas brand. Sebagai salah satu pasar dengan komoditas pengguna ponsel tertinggi, Indonesia termasuk yang paling cepat mengadopsi mobile advertising. Menurut penelitian yang dirilis PwC, pendapatan iklan mobile di Indonesia diperkirakan meningkat empat kali lipat dari US $6 juta di tahun 2013 menjadi US $24 juta pada tahun 2018.

Menurut Sales Director Asia Pacific AppsFlyer Paul Michio McCarthy, peluang pertumbuhan yang luar biasa dalam mobile advertising, terutama untuk bisnis di Indonesia yang ingin tumbuh melalui seluler. Aplikasi seperti Tokopedia, BTPN, Go-Jek, dan Mataharimall sangat sukses karena dinamika seluler pertama di Indonesia terus menghubungkan orang-orang dengan konten, layanan bernilai tambah dan bisnis.

“Kami telah melihat bahwa konsumen di Asia rata-rata cenderung lebih banyak menggunakan pembelian dalam aplikasi dibandingkan pengguna lain di seluruh dunia. Bagi Indonesia, kami memperkirakan pertumbuhan belanja iklan digital yang terus berlanjut didorong oleh industri seperti sektor e-niaga, teknologi keuangan, game dan sektor FMCG. Bahkan pasar dewasa seperti Singapura tidak sebanding dengan Indonesia,” ujar Paul.

Penetrasi mobile advertising di Indonesia

Kunci untuk mendorong peningkatan penetrasi iklan mobile terletak pada peningkatan konektivitas dan penggunaan smartphone di Indonesia, didorong oleh turunnya harga smartphone dan cakupan 4G yang meningkat. Pada tingkat yang lebih rinci, bisnis  memahami pentingnya pendekatan mobile dalam mengembangkan basis pengguna mereka. Selanjutnya, orang menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial. Dengan ini pemasar menemukan preferensi umum untuk iklan bawaan karena kemampuannya untuk lebih melibatkan konsumen serta menyelaraskan brand dan pesan mereka.

“Dengan lebih banyak bola mata yang terpaku pada layar ponsel, pemasar tidak dapat mengabaikan kolam yang substansial ini bagi konsumen. Perusahaan di industri seperti e-commerce, fintech, game dan FMCG akan melihat untuk memanfaatkan periode pertumbuhan tinggi ini untuk mengembangkan ekosistem iklan mobile di kawasan ini. Berdasarkan tren digital ini, kami mengantisipasi pergerakan mobile advertising yang lebih kuat,” lanjut Paul.

Dari sisi penerimaan konsumen, benang merah sudah mulai ditemukan. Dengan model native advertising iklan seluler dapat dioptimalkan dengan pendekatan video. Selain memiliki nilai visual yang lebih tinggi, pesan yang disampaikan juga lebih mudah dipahami.

Paul menerangkan, “Data kami menunjukkan bahwa iklan video paling sesuai untuk game mobile, memberikan tingkat retensi 34 persen lebih tinggi daripada iklan non-video. Iklan video dapat disamakan dengan cuplikan film; Karena spesifisitas kontennya, iklan video secara otomatis menyaring pengguna yang tidak tertarik saat menarik minat orang-orang yang tertarik.”

Meskipun iklan video yang menawarkan tingkat retensi lebih tinggi daripada iklan non-video, kesenjangan retensi antara iklan video dan non-video mengalami penurunan dari 34% menjadi 24%. Pemasar semakin sadar bahwa retensi merupakan metrik penting yang harus dipikul, karena itu mereka lebih aktif dalam mengoptimalkan retensi di semua format iklan.

Tantangan yang harus dihadapi

Masalah yang paling mendasar dan sering ditemui adalah banyak pemilik brand tidak tahu harus mulai dari mana dengan mobile advertising. Antarmuka periklanan digital sering menyediakan banyak metrik, yang mungkin tampak membingungkan bagi pengguna baru.

Penting untuk memahami metrik mana yang menjadi bagian integral dalam mendorong kinerja setiap kampanye dan saluran. Misalnya, jika meningkatkan awareness terhadap brand tanpa dampak penjualan langsung, mungkin bisa melihat biaya per tayangan. Sedangkan biaya per klik atau instalasi adalah metrik yang lebih nyata yang menjamin jumlah ROI tertentu.

“Penentu keberhasilan kampanye juga terletak pada keseimbangan antara menunggu traksi dan mengubah atau mengoptimalkan kampanye. Sering kali, kampanye membutuhkan waktu untuk mendapatkan daya tarik dan membangun kehadiran; mengetahui kapan harus menunggu dan kapan pivot bisa meningkatkan atau menghancurkan sebuah kampanye,” terang Paul.

Pemahaman tentang produk dan target pengguna yang sesuai dengan tingkat kompleksitasnya bisa menjadi sulit bagi banyak orang. Dalam kasus ini, segmentasi pengguna adalah kunci dalam memisahkan sekaligus menangani berbagai kebutuhan dan perilaku pengguna yang berbeda. Dalam e-commerce misalnya, tingkat relevansi yang lebih tinggi akan mendorong tingkat konversi dan penjualan yang lebih tinggi. Selain taktik kampanye, brand juga harus menyadari kecurangan iklan dan memastikan perusahaan adtech yang terlibat dengan mereka bertanggung jawab atas lalu lintas berkualitas buruk.

Sea, Induk Perusahaan Shopee, Siapkan IPO di Amerika Serikat

Sea Ltd., di Indonesia lebih dikenal sebagai induk perusahaan Shopee setelah perubahan nama dari Garena, dikabarkan tengah merilis Initial Public Offering (IPO) perdananya di Amerika Serikat setelah mengajukan ke U.S. Securities and Exchange Commission beberapa minggu terakhir. Menurut Bloomberg disebutkan bahwa penawaran ini berpotensi menghasilkan raihan dana baru hingga $1 miliar (atau senilai 13.3 triliun rupiah).

Untuk memenuhi ketentuan yang tersurat dalam Jumpstart Our Business Startups (JOBS) Act dari sekuritas di AS, perusahaan telah menunjuk Goldman Sachs Group Inc. dan Morgan Stanley untuk membantu IPO ini.

Sebelumnya Sea telah membukukan pendanaan baru hingga 7,3 triliun rupiah dari beberapa investor, termasuk GDP Venture. Pendanaan terakhir tersebut membawa Sea sebagai “most valuable startup” di wilayah Asia Tenggara, bersanding dengan pemain lain seperti GO-JEK dan Grab.

Jika Sea benar melakukan IPO di Amerika Serikat, hal ini bakal menjadi ironi karena otoritas setempat sedang gencar mempertahankan perusahaan potensial untuk melakukan penawaran publik di wilayahnya sendiri. Singapore Exchange Ltd. sedang mengupayakan untuk membangun hub regional bagi startup yang berkembang. Untuk “menahan” startup teknologi melakukan IPO di luar negeri, bursa efek di sana bekerja sama dengan regulator untuk mengembangkan sebuah sistem yang lebih “bersahabat” bagi para perusahaan rintisan untuk memulai penawaran publik.

Sea sendiri telah berevolusi dari perusahaan yang menyediakan platform permainan online menjadi holding company dengan diversifikasi bisnis online marketplace dan layanan pembayaran. Indonesia menjadi sasaran bisnis utama Sea, terutama untuk Shopee.

“Ransomware” dan Keterbukaan untuk Melakukan Perbaikan

Isu serangan perangkat tebusan (ransomware) berjenis WannaCry‎ ditanggapi beragam oleh banyak pihak, tak terkecuali oleh jajaran pemerintahan di Indonesia. Saat pemberitaan tentang WannaCry‎ memuncak (sekitar 14-15 Mei yang lalu), Kemenkominfo pun sebagai lembaga negara di bidang pengelolaan layanan digital turut memberikan instruksi teknis seputar proses pengamanannya (tidak kami terangkan di sini, karena broadcast tentang sebaran tersebut mungkin juga sudah ada di ponsel Anda).

Tanggapan juga keluar dari parlemen, disampaikan oleh Anggota Komisi XI DPR Donny Imam Priambodo, menurutnya Indonesia perlu membangun pipa saluran utama satu pintu untuk memonitor ragam bentuk serangan siber, dan memiliki sistem operasi yang dikembangkan sendiri. Pertimbangan yang disampaikan Donny, jika terjadi serangan mirip WannaCry dengan intensitas yang lebih besar maka risikonya mematikan roda perekonomian.

‎”Bayangkan jika semua sudah memakai sistem operasi dari sebuah pabrikan lalu sudah masif dipakai dan mempengaruhi jalannya kehidupan sebuah negara, lalu seketika berhenti bersama-sama, apakah itu tidak membuat negara kacau balau. Ini yang harus dipikirkan,” ujar Donny seperti dikutip laman Liputan6.

Lalu apakah benar bahwa yang perlu kita lakukan seperti apa yang dikatakan oleh Donny: memiliki satu pintu utama untuk saluran siber dan membuat sistem operasi sendiri? Mari kita bahas satu per satu.

Keniscayaan dari kecanggihan teknologi dan unsur kejahatan yang mengikuti

Serangan virus komputer berbahaya tidak hanya terjadi saat ini saja. Jika mengikuti perkembangan teknologi komputer dan internet, mungkin cerita tentang Morris Worm akan begitu melekat. Virus ini keluar di era awal ditemukannya internet, tepatnya sekitar tahun 1988. Virus yang diciptakan oleh seorang mahasiswa Cornell University bernama Robert T. Morris ini awalnya berdalih ingin mengukur kecepatan internet. Namun menggunakan kelemahan yang ada di sistem Unix saat itu, virus tersebut menyebar melalui internet dan melumpuhkan sekurangnya 6 ribu komputer saat itu, mengakibatkan kerugian hingga $100 juta, dan masih banyak lagi cerita serupa.

Lalu coba kita menelisik lebih dalam sebenarnya apa yang mendasari sebuah serangan siber diupayakan. Tak lain karena urgensi peralatan komputasi untuk menunjang laju bisnis, terlebih saat ini peralatan berbasis komputer dan internet sudah menjadi “DNA” dalam proses bisnis. Microsoft sendiri dalam berbagai keterangan persnya menyebutkan, bahwa sistem operasi besutannya, korban serangan WannaCry didominasi oleh pengguna Windows, sudah sejak lama merilis pembaruan sistem keamanan untuk mencegah dari serangan perangkat tebusan. Sayangnya tidak semua pengguna aware untuk memperbarui sistem operasi di komputernya.

Kembali ke apa yang diungkapkan oleh Anggota Komisi XI DPR di atas, pertama tentang diperlukannya satu kanal terpusat untuk lalu lintas siber sehingga memudahkan pemantauan. Secara kasat mata pernyataan tersebut menimbulkan beberapa pertanyaan: (1) apakah teknologi kita akan mampu menangkis jika ada serangan yang lebih besar, (2) skemanya seperti apa, dan (3) apakah corong terpusat itu justru tidak akan menimbulkan potensi bencana yang lebih besar.

Sepemahaman kami, dengan perumpamaan sederhana, yang dimaksud dengan pipa saluran utama itu adalah sebuah “kebijakan” yang mengharuskan semua transaksi –khususnya di konektivitas internasional—melewati satu “gerbang” terpusat.

Dengan standar sistem dan kompetensi yang kuat, akan berimplikasi pada sebuah penyaringan yang ketat terhadap ancaman serangan siber. Namun risiko besar pun tetap akan menghadang tatkala sistem penjagaan tersebut ambruk, atau justru menjadi sarana yang justru dimanfaatkan penjahat siber.

Untuk konektivitas saat ini tidak ada batasan –dibatasi pun selalu ada celah untuk melewati, contoh paling sederhana tentang pemblokiran situs dan teknologi VPN. Padahal jika dikembalikan kepada asal mula permasalahan, serangan seperti perangkat tebusan dapat dicegah dengan disiplin yang kuat pada kebijakan pengamanan perangkat di perusahaan.

Pada sistem komputasi berstandar korporasi, ada sebuah tren yang disebut dengan BYOD (Bring Your Own Devices). Bukan semudah membiarkan karyawan bekerja dengan perangkat yang dimiliki, dan tanpa konsiderasi khusus, melainkan kebijakan tersebut muncul karena sudah dimungkinkan pemantauan dan kontrol perangkat mobilitas pengguna dari ancaman serangan siber. Hampir semua vendor teknologi dunia saat ini memiliki solusi untuk tren tersebut, dan banyak menggembor-gemborkannya pula, karena implikasinya pada peningkatan produktivitas.

Salah satu keuntungan dari teknologi yang mendampingi tren BYOD adalah kemudahan tim teknis perusahaan untuk selalu memastikan kualitas perangkat lunak di perangkat pengguna. Artinya jika ada kemauan, perlindungan tersebut sangat mungkin untuk dilakukan.

Di sini yang menjadi kesimpulan adalah bahwa perlindungan terhadap kemungkinan serangan siber yang paling efektif justru dilakukan dari sisi pengguna akhir. Terdapat sekat pemisah antara kebijakan perlindungan terkait dengan serangan bersifat individu ataupun serangan yang berskala nasional. Sedangkan perangkat tebusan masih sangat mungkin dihadapi dengan perlindungan di level individu tersebut.

Yang perlu diketahui dari sebuah komponen sistem operasi

Kemudian berlanjut pada pernyataan kedua tentang kepemilikan sistem operasi komputer yang dikembangkan sendiri. Sebagai informasi, inisiatif pengembangan sistem mandiri oleh pengembang di Indonesia sudah digalakkan sejak lama, sebut saja BlankOn, sebuah distro Linux yang didesain dan dikembangkan sedemikian rupa menyesuaikan kebutuhan masyarakat Indonesia. Sejauh ini masih banyak digunakan di kalangan komunitas dan pecinta teknologi open source.

Sistem operasi –sebut saja Windows atau Mac OS—selain aspek teknis pada baris kode untuk setiap fungsionalitas, ada berbagai aspek lain yang mencoba selalu diunggulkan, misalnya terkait kebijakan privasi pengguna, penanganan pengembalian data, pembaruan unsur keamanan, kemampuan integrasi dengan sistem lainnya, hingga kompatibilitas dengan berbagai perangkat lunak dan keras yang umum digunakan. Sekompleks itu. Dibutuhkan perancangan, arsitektur, teknologi, hingga tatanan sistem yang sangat detail untuk melahirkan sebuah sistem operasi berstandar.

Sementara perusahaan pengusung sistem operasi selalu memiliki divisi keamanan yang berperang melawan gangguan dan ancaman yang selalu datang, berjaga setiap saat. Perusahaan khusus yang menawarkan keamanan juga bekerja untuk pengamanan sistem.

Urgensi pembuatan sistem operasi sendiri tampaknya bukan sebagai solusi yang pas, baik untuk jangka pendek ataupun jangka panjang, kecuali negara berminat mengakuisisi Microsoft dan Symantec Corporation. Valuasi Microsoft sudah mencapai lebih dari $550 miliar dan pengembang antivirus Norton bervaluasi senilai $5.27 miliar.

Kebijakan birokrasi bisa menjadi solusi, dengan melahirkan sebuah SOP bertaraf nasional untuk kualitas pengamanan data. Di sini pembaruan juga penting dilakukan, seiring dengan dinamika dunia siber yang selalu berubah-ubah setiap harinya.

Tentang kedewasaan menggunakan teknologi

Wacana untuk menjadi bangsa pengembang memang sebuah cita-cita yang mulia. Namun berpikir realistis juga tak kalah penting ketika menyikapi apa yang terjadi saat ini. Diakui atau tidak, saat ini Indonesia masih didominasi oleh kalangan pengguna, ketimbang inovator teknologi itu sendiri. Sehingga untuk mencegah terjadinya ancaman seperti serangan siber yang bisa segera dilakukan ialah mendewasakan pengguna teknologi itu sendiri. Disadari bahwa proses tersebut juga tidak bisa dilakukan secara instan, namun banyak hal yang bisa diperbaiki bersama.

Pendidikan menjadi salah satu jembatan terbaik untuk mendewasakan pengguna teknologi di Indonesia. Apa yang bisa dilakukan pendidikan ialah menanamkan konsep yang jitu terkait bagaimana memanfaatkan teknologi secara aman. Untuk masuk ke sana pun banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan, salah satunya perombakan kurikulum yang didasarkan dengan kebutuhan saat ini, kebutuhan produktivitas di abad ke-21.

Pencegahan juga dapat dilakukan dalam berbagai kegiatan sosial. Salah satunya memberikan pemahaman tentang perangkat lunak yang aman dan tidak aman –termasuk edukasi terhadap perangkat bajakan. Bisa dibuktikan sendiri, tak sedikit pengguna teknologi di masyarakat yang tidak menyadari bahwa apa yang ia gunakan sebenarnya akses tidak legal dari sebuah perangkat. Kembali ke poin sebelumnya, pendidikan kita belum terlalu mempertimbangkan berbagai unsur tersebut.

Akhirnya kejadian seperti hype serangan perangkat tebusan ini dapat membuat kita memahami, banyak hal yang masih perlu diselaraskan di sini. Sebuah kesempatan emas untuk berintrospeksi, membenahi apa yang sebelumnya terlewat. Karena terkadang solusi itu tidak harus serumit menghadirkan sesuatu yang kompleks, namun memulai sebuah kebiasaan sederhana untuk disiplin terhadap proses antisipasi. Menuju Indonesia yang lebih tangkas berteknologi.

Strategi Optimasi di Toko Aplikasi untuk Perbesar Jumlah Unduhan

Sebuah produk aplikasi yang bagus saja tidak menjamin membawa bisnis startup melaju kencang, jika tidak diimbangi dengan strategi distribusi yang baik. Kondisi ini kerap kali terjadi, lantaran terlalu fokus dengan proses pengembangan produk dan terlalu percaya diri bahwa produk yang dihasilkan bagus sehingga pengguna akan datang dengan sendirinya. Nyatanya startup membutuhkan effort lebih untuk memperkenalkan karyanya kepada pengguna.

Mendapatkan pengguna memang menjadi tantangan seorang manajer produk pasca peluncuran produk aplikasi. Dari pengalaman beberapa startup pengembang aplikasi, sebanyak 90 persen unduhan berasal dari penelusuran di mobile marketplace. Salah satu solusi yang dapat dilakukan ialah membagi imbang fokus pengembangan dan distribusi produk. Beberapa startup yang memiliki sumber daya lebih dapat membuat tim khusus.

Faktanya 90 persen aplikasi gagal bukan karena produknya tidak bagus, melainkan strategi distribusi yang kurang efektif.

Dalam tulisannya, Chandan Mishra, seorang pemasar digital yang menggunakan strategi Growth Hacking, menuliskan beberapa praktik terbaik untuk mencapai jutaan unduhan pada aplikasi yang dikembangkannya. Menariknya Chandan tidak memilih kanal pemasaran untuk memperluas kanal distribusi, misalnya iklan premium atau media sosial. Yang dilakukan ialah memahami seluk-beluk App Store Optimization.

Optimasi aplikasi di mobile marketplace

Optimasi aplikasi di mobile marketplace tidak bisa terjadi secara instan. Ada proses eksperimen ekstensif yang harus dilakukan. Setiap aplikasi memiliki ragam nilai yang unik, mulai dari karakteristik aplikasi, calon pengguna hingga proses bisnis yang ditawarkan. Dari sini didapat sebuah kata kunci, yakni melakukan percobaan secara terus-menerus hingga mencapai titik optimal dan mempertahankannya.

Setelah memahami kunci pertama, ada hal selanjutnya yang perlu dicamkan, yakni kecepatan dalam melakukan eksekusi. Jika banyak pendiri startup sukses mengatakan: “jika harus gagal, maka segeralah gagal supaya segera beralih ke percobaan berikutnya”, rasanya bukan hanya berlaku untuk eksekusi proses bisnis, namun termasuk proses distribusi aplikasi. Jadi kunci penting kedua ialah tentang seberapa cepat manajer produk bereksperimen dalam proses optimasi aplikasi di kanal mobile marketplace.

Membahas secara teknis, untuk melakukan optimasi aplikasi di mobile marketplace ada beberapa hal yang harus dilakukan. Pertama adalah mengetahui bagaimana cara pengguna mencari aplikasi, lalu apa yang mereka cari, dalam hal ini misal aplikasi yang disajikan adalah aplikasi keuangan. Umumnya pengguna melakukan pencarian dengan kata kunci apa dan sebagainya. Menggeneralisasi aplikasi bukan cara yang tepat untuk optimasi. Fokus pada segmentasi pasar akan memberikan dampak pertumbuhan yang lebih cepat.

Memiliki deskripsi dan penyajian yang sesuai

Kedua, pada saat melakukan publikasi perhatikan deskripsi dan gambar yang ditampilkan. Deskripsi harus memiliki porsi yang tepat, terlalu panjang tidak efektif bagi pengguna, terlalu pendek akan berdampak buruk pada crawling di sistem pencarian. Namun dari praktik terbaik beberapa pengembang sukses, tiga baris pertama dalam deskripsi harus sudah mampu memberikan gambaran luas tentang aplikasi kepada pengguna. Deskripsi ini juga harus membubuhkan kata kunci yang tepat, kadang pencarian juga dilakukan pengguna melalui mesin pencari.

Sebanyak 40 persen pengguna mobile sering kali mencari secara “random” aplikasi di marketplace. Mereka secara tidak sengaja akan menemukan aplikasii, walaupun kadang hanya mencoba sesaat lalu menghapusnya. Setidaknya jika aplikasi sudah sampai di titik ini sudah mencapai optimasi yang baik pada mobile marketplace. Di sini kualitas aplikasi akan diuji. Jika aplikasi tersebut bagus dan sesuai kebutuhan pengguna, maka akan dilanjutkan, bahkan direkomendasikan. Pun demikian sebaliknya

Faktor lain yang turut mempengaruhi adalah seputar estetika gambar yang disajikan sebagai gambaran umum dari aplikasi. Beberapa pengembang menilai ini lebih krusial untuk diprioritaskan ketimbang ikon aplikasi. Gambar yang ditampilkan harus berisi pesan yang menyiratkan tujuan aplikasi.

Seberapa berpengaruh rating dan tinjauan pengguna?

Semakin banyak aplikasi diunduh akan membawa aplikasi tersebut merangkak naik ke prioritas mobile marketplace. Jumlah unduhan dikatakan sebagai satu-satunya faktor terpenting untuk mendapatkan peringkat yang lebih tinggi dalam kategori aplikasi. Meskipun demikian, komentar positif terhadap aplikasi juga akan membantu.

Kendati tidak berpengaruh signifikan pada pergerakan peringkat aplikasi, tinjauan pengguna dalam rating dapat mematikan. Jika jumlah bintang kurang dari 4, maka orang akan ragu dengan aplikasi tersebut. Mempertahankan kepuasan pelanggan di sini menjadi kunci. Ulasan sama pentingnya dengan penilaian. Jika aplikasi itu baru, ia akan sangat bergantung pada ulasan untuk pertumbuhan.

Dapat disimpulkan bahwa optimasi aplikasi di marketplace melibatkan banyak komponen, baik komponen aplikasi secara teknis, komponen penyajian, komponen estetika, dan komponen penilaian dari pengguna. Mengkombinasikan penguatan empat hal tersebut adalah faktor yang paling penting untuk retensi aplikasi dan merupakan faktor kunci dalam unduhan aplikasi. Di sini pengembang benar-benar harus melakukan berbagai cara, karena tidak ada rumusan baku untuk setiap aplikasi yang berbeda.