Wallex Technologies Remittance Startup Secures Series A Funding

Wallex Technologies announces Series A Funding with undisclosed value. The Singapore-based financial technology startup received investment from BAce Capital, SMDV, and Skystar Capital. Participated also some investors from the previous round.

The recent funding is to be used by Wallex to expand its business scale in a number of new markets, as well as to maintain the current products.

“We are excited to partner with new investors, and get their support in some of the largest and most attractive economies in the world. We will continue with Wallex’s mission to empower SMEs by providing various tools to grow their businesses,” Wallex’s Co-founder & COO, Hiroyuki Kiga said.

Wallex, offering its service as an online remittance platform provider, announced its presence in Indonesia after obtaining a license from Bank Indonesia in late 2018. As a business, Wallex is quite confident in their business journey and performance. They claim to grow 20% every month.

“Wallex utilizes technology that facilitates, accelerates, and simplifies cross-border payments for SMEs. We pay close attention to the importance of digital payments after Covid-19 pandemi, therefore, SMEs can be part of economic recovery. We believe that Wallex has the potential to become a payment solution and digital wallet for the segment which is yet to use the service,” BAce Capital’s Managing Director, Mulyono said.

In Indonesia, online remittance services are a manifestation of the development of the financial technology industry. Some players have started running online remittance services in Indonesia. Those are Nium, Zendomoney, OY!, Transfez, and RemitPro.

One of Wallex’s plans with the fresh money is new services and upgrades of existing products. Wallex’s Co-founder & CEO, Jody Ong explained that they would soon be offering new services such as virtual receivable accounts and digital wallets with currency options in certain countries.

“This funding will help us develop the latest features for SME customers. By doing so, they can manage cash flow and protect themselves from foreign exchange risk on a single platform. We also continue to recruit workers and establish partnerships to expand the business,” Jody added.

Wallex is currently focusing on the B2B segment. To date, they received payments in more than 40 currencies. Regarding regulations, Wallex is currently regulated under the Monetary Authority of Singapore as the Main Payment Institution, Bank Indonesia, and the Hong Kong Custom and Excise Department.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Startup Remitansi Wallex Technologies Raih Pendanaan Seri A

Wallex Technologies mengumumkan telah berhasil meraih pendanaan Seri A dengan nilai yang tidak disebutkan. Startup teknologi finansial yang berkantor pusat di Singapura ini mendapat suntikan dana dari BAce Capital, SMDV, dan Skystar Capital. Beberapa investor yang terlibat alam pendanaan putaran sebelumnya juga turut berpartisipasi.

Rencananya pendanaan kali ini akan dimanfaatkan Wallex untuk memperluas skala usaha di sejumlah pasar baru, juga meningatkan produk-produk yang mereka miliki.

“Kami gembira untuk bermitra dengan investor-investor baru, serta memperoleh dukungan mereka di sejumlah perekonomian terbesar dan paling menarik di dunia. Kami akan terus menjalankan misi Wallex untuk memberdayakan kalangan UKM dengan menyediakan berbagai perangkat yang bisa mengembangkan bisnisnya,” ungkap Co-founder & COO Wallex Hiroyuki Kiga.

Wallex dengan layannya sebagai penyedia platform remitansi online mengumumkan kehadirannya di Indonesia setelah memperoleh izin transfer dana dari Bank Indonesia pada akhir 2018 silam. Sebagai sebuah bisnis, Wallex cukup yakin dengan perjalanan dan performa bisnis mereka. Mereka mengklaim berkembang 20% setiap bulan.

“Wallex memanfaatkan teknologi yang mempermudah, mempercepat, dan menyederhanakan pembayaran lintas negara bagi kalangan UKM. Kami mencermati pentingnya pembayaran digital setelah Covid-19 berlalu agar UKM bisa terlibat dalam pemulihan ekonomi. Kam yakin bahwa Wallex sangat berpotensi menjadi solusi pembayaran dan dompet digital untuk segmen yang belum banyak memanfaatkan layanan tersebut,” terang Managing Director BAce Capital Mulyono.

Di Indonesia sendiri layanan remitansi online adalah salah satu perwujudan perkembangan industri teknologi finansial. Beberapa nama sudah mulai menjalankan layanan remitansi online di Indonesia. Mereka adalah Nium, Zendomoney, OY!, Transfez, dan RemitPro.

Salah satu rencana Wallex dengan pendanaan ini adalah layanan baru dan peningkatan produk-produk yang sudah ada. Co-founder & CEO Wallex Jody Ong menjelaskan mereka akan segera menawarkan layanan baru seperti virtual receivable account dan dompet digital dalam berbagai mata uang di negara-negara tertentu.

“Pendanaan ini akan membantu kami untuk membangun fitur-fitur mutakhir bagi pelanggan UKM. Dengan demikian mereka dapat mengelola arus kas dan melindungi diri dari risiko valas pada suatu platform tunggal. Kami juga terus merekrut tenaga kerja dan menjalin kemitraan demi memperluas bisnis,” imbuh Jody.

Wallex saat ini memang tengah berfokus pada segmen B2B. Untuk saat ini mereka menerima pembayaran dalam lebih dari 40 mata uang. Terkait regulasi untuk saat ini Wallex diregulasi Monetary Authority of Singapore sebagai Lembaga Pembayaran Utama, Bank Indonesia, dan Hongkong Custom and Excise Department.

Perjalanan Wallex di Indonesia

Pihak Wallex mengaku bahwa mendapatkan lisensi resmi di Indonesia adalah salah satu capain penting mereka. Dengan lisensi tersebut kini Wallex bisa menawarkan solusi mereka yang berupa layanan pembayaran untuk 40 lebih kurs dari Indonesia.

“Dalam setahun beroperasi, kami masuk top 15 penyedia pengiriman uang untuk nilai transaksi (oleh Bank Indonesia). Pertumbuhan yang cepat ini sangat menggembirakan bagi kami,” klaim Co-founder dan COO Wallex Hiroyuki Kiga.

Ia juga melanjutkan bahwa transaksi pembayaran internasional melalui media digital masih dalam tahap sangat baru di Indonesia yang kebanyakan masih offline atau datang ke bank, sehingga Wallex pun mencoba mengambil peran dalam mengedukasi masyarakat terkait layanan remitansi online.

Sebagai salah satu pemain di industri yang cukup baru membangun kepercayaan pengguna juga menjadi salah satu tantangan. Selanjutnya, di Indonesia Wallex akan fokus pada menjangkau lebih banyak UKM terutama mereka yang ada di luar Jakarta.

 

Qlue Hadirkan Sejumlah Perangkat Deteksi untuk Bantu Bisnis Tegakkan Aturan “New Normal”

Pemerintah telah membumikan terminologi “new normal”, sebuah keadaan baru yang harus disesuaikan dengan protokol kesehatan guna menekan persebaran Covid-19. Mencoba mengoptimalkan keahlian yang dimiliki, Qlue meluncurkan beberapa solusi yang membantu bisnis hadapi new normal, di antaranya sistem pengecekan suhu tubuh dengan sensor thermal, pengecekan penggunaan masker, pengecekan jarak kerumunan, hingga pengecekan trafik berbasis CCTV.

“Solusi [baru dari Qlue] bisa [diimplementasikan] satu kesatuan atau terpisah-pisah. Memang lebih efektif kalau jadi kesatuan, karena sangat bersentuhan dengan regulasi new normal dari pemerintah; di mana menganjurkan pengukuran suhu, social distancing, dan pengenaan masker. Solusi kami mencakup itu semua secara automatic menggunakan teknologi IoT dan AI,” tegas Founder & CEO Qlue Rama Raditya.

AI di dalam solusi baru Qlue diimplementasikan di sejumlah fitur, seperti “Seamless Self-Check” menggunakan kamera yang bisa mendeteksi suhu dan penggunaan masker. Pendeteksian penggunaan masker ini diklaim cukup akurat karena bisa mendeteksi 100 jenis masker, bahkan AI masih bisa mendeteksi orang-orang (umur dan gender) yang meski masih mengenakan masker.

Rama menjelaskan, bahwa teknologi AI yang ada pada solusi terbaru Qlue disematkan pada device-nya, sehingga harga dari perangkat tersebut diklaim bisa lebih terjangkau untuk bisnis yang terkena imbas Covid-19 dan ingin segera kembali membuka bisnisnya dengan tetap menaati regulasi dari pemerintah.

People detection pada device digunakan untuk menghitung jumlah orang yang masuk, dan people detection pada CCTV memastikan orang-orang menjaga jarak. Selain itu kesatuan dari teknologi tersebut dapat membantu bisnis untuk memastikan occupancy dari mall misalnya tetap di angka yg sudah ditetapkan pemerintah yaitu 50%,” imbuh Rama.

Gambaran dasbor yang disajikan Qlue untuk solusi terkait new normal
Gambaran dasbor yang disajikan Qlue untuk solusi terkait new normal

Gerak cepat Qlue melihat peluang

Pihak Qlue menyebutkan solusi ini disiapkan untuk cocok diimplementasikan untuk kantor, mall, gedung, rumah sakit, restoran atau tempat-tempat keramaian lainnya.

“Jadi semua area sebenarnya bisa menggunakan solusi ini agar bisa tetap memenuhi regulasi emerintah dan tentunya memastikan keselamatan dari pengunjung mereka. Kantor juga menggunakan ini untuk kemudian diintegerasikan dengan sistem absensi mereka sehingga tidak perlu lagi menggunakan finger print,” jelas Rama.

Selain Thermal dan Mask Detection, Qlue juga memiliki solusi untuk isolasi mandiri. Solusi ini bisa dimanfaatkan untuk memonitoring proses karantina mandiri. Di dalamnya terdapat fitur untuk memantau kondisi mereka yang di karantina, termasuk juga tracking lokasinya.

“Untuk solusi kami terkait isolasi mandiri berguna untuk memastikan pasien Covid-19 yang diisolasi di rumah tetap melakukan self-report dan tidak ke mana-mana. Karena sekarang contohnya di Jakarta pasien yang diisolasi di rumah aja ada sekitar 2.700, bagaimana pemerintah/rumah sakit memastikan mereka stay di rumah. Dengan aplikasi QlueWork pasien harus melakukan selfchecking sehingga dapat di monitor dengan baik karena pada aplikasi tersebut sudah berbasis lokasi,” tutup Rama.

Application Information Will Show Up Here

Kolaborasi dengan YesDok, Aplikasi Dana Kini Dilengkapi Fitur Telemedicine

Dana dan YesDok hari ini (05/6) mengumumkan kolaborasi. Layanan healthtech YesDok kini bisa diakses melalui dompet digital Dana. Fitur tersebut memungkinkan pengguna berkonsultasi langsung dengan dokter melalui sambungan video.

Kolaborasi ini diklaim sebagai bentuk upaya keduanya sebagai penyedia solusi digital untuk memberikan kemudahan, kenyamanan dan keamanan bagi masyarakat secara.

“Ini sejalan dengan komitmen Dana untuk terus berkontribusi dalam pembangunan ekosistem digital masa depan melalui teknologi Dana yang terbuka serta memungkinkan sinergi dengan banyak platform, termasuk e-health,” terang CIO Dana Darrick Rochili.

Layanan YesDok yang disematkan di dalam aplikasi Dana pada dasarnya adalah layanan telemedicine. Pengguna bisa menggunakan fitur tersebut untuk berkonsultasi dengan dokter melalui percakapan video.

YesDok sendiri menyampaikan bahwa pihaknya menjamin dokter yang ada di sistem mereka menggunakan evidence based medicine, sehingga dokter tidak serta-mereka melakukan diagnosis apabila data yang didapat dirasa kurang. Dokter akan menyarankan pemeriksaan lebih lanjut jika di dalam konsultasi data yang didapat belum cukup untuk mengambil kesimpulan.

“Jadi dokter yang ada di YesDok itu semuanya masih dokter umum, secara teknologi kita bergantung pada network operator. Misal ada koneksi putus, itu bisa juga terjadi, tapi kita memberikan refund dengan cepat dan kita coba reconnect kembali untuk kepuasan pelanggan yang nomor satu. Kalau dokternya semuanya pastinya kita training, terutama di ilmu komunikasi. Karena tidak ada sentuhan komunikasi menjadi sangat penting,” jelas CEO YesDok Irwan Hartanto.

Selain itu, pihak YesDok juga menyampaikan bahwa seluruh komunikasi dengan dokter akan direkam dan disimpan dengan aman,. Mereka juga menjamin urusan privasi dan keamanan data pengguna.

Konsultasi dengan dokter melalui teknologi digital atau telemedicine ini bisa jadi merupakan salah satu “new normal” di kemudian hari. Mengingat di masa pandemi semua tampak dipaksa serba digital untuk menghindari kerumunan.

“Dengan kolaborasi dengan DANA ini kita berharap bisa mencapai jumlah konsultasi setinggi-tingginya. Untuk saat ini kapasitas kita bisa 5 ribu hingga 6 ribu video call per hari. Nah, di Indonesia sendiri bisa seharusnya bisa ratusan ribu per hari, jadi pasarnya masih besar. Dengan Dana kita berharap bisa membawa traksinya setinggi-tingginya,” imbuh Irwan.

Model kolaborasi serupa sebenarnya juga sudah dijalin beberapa pihak. Misalnya antara Gojek dengan Halodoc, menghadirkan aplikasi telemedicine di aplikasi Gojek yang dimudahkan pembayarannya dengan GoPay. Pun demikian kolaborasi antara Grab dengan Good Doctor, lakukan hal serupa yang dipadukan dengan pembayaran via Ovo.

“[Untuk sinergi atau kolaborasi] Kami melihat dari keperluan pengguna kita dan apakah selaras dengan visinya DANA untuk membantu orang masuk ke dalam dunia digital. Contohnya dengan YesDok, oni berawal dari niat kita untuk membantu masyarakat di tengah pandemi ini untuk membuat pengguna nyaman berkonsultasi dengan dokter,” terang Darrick.

Application Information Will Show Up Here

Lebih Dekat dengan Penyelenggara “Bootcamp” Pemrograman di Indonesia

Jurang talenta digital di Indonesia sudah menjadi isu sejak beberapa tahun ke belakang. Kelangkaan terjadi salah satunya karena kurang cocoknya kurikulum di universitas dengan kebutuhan industri. Menjawab tantangan ini muncul banyak lembaga pendidikan non formal yang mengusung program pelatihan yang dikemas dengan model bootcamp atau belajar intensif. Tak hanya materi, lembaga pendidikan ini juga membantu lulusannya terhubung dengan perusahaan yang sesuai dengan industri mereka.

Kami mencoba menggali informasi dari salah satu penyedia bootcamp pemrograman di Indonesia, Hacktiv8. Kepada DailySocial, Ronald Ishak, CEO Hacktiv8, menceritakan mengenai Hacktiv8 dan seperti apa program bootcamp yang ia jalankan. Hacktiv8 membuka program FullStack JavaScript yang dibagi dalam empat tahap.

Tahap 0 mempelajari dasar pemrograman, sedangkan di tahap keempat, siswa sudah bisa mengimplementasikan React dan React Native dalam membangun sebuah aplikasi web. Di akhir pembelajaran bootcamp akan ada graduation ceremony di mana setiap siswa mempresentasikan hasil project mereka dalam bentuk Minimum Viable Product (MVP) di depan hiring partners dan tamu-tamu Hacktiv8.

Ronald melanjutkan, sama seperti keterampilan lainnya, belajar pemrograman atau coding itu harus berani “ngulik” dan terus latihan hingga bisa menguasainya.

“Kami terapkan mindset yang agile kepada students: berani berkembang, giat mencari solusi dan fleksibel terhadap perubahan. Secara tidak langsung di Bootcamp Hacktiv8 kami mendorong student untuk berpikir secara independen, lalu mengimplementasikannya dengan adanya monitor dari instruktur – tapi berpikirnya harus independen. Karena saat dia bekerja nanti kan, tidak ada Hacktiv8 instructor di sebelahnya,” imbuh Ronald.

Kami juga berbincang soal hal ini dengan Alamanda Shantika, CEO Binar Academy. Binar Academy memiliki program Binar Bootcamp, sebuah program pelatihan intensif yang bertujuan untuk mengembangkan talenta digital dengan kurikulum teknologi terkini yang diharapkan mencetak lulusan yang siap kerja. Tak hanya itu, materi belajarnya pun diklaim tidak hanya mencakup hal teknis, tetapi juga non-teknis, seperti leadership, agility, dan work ethic untuk mempersiapkan siswa agar siap di industri digital.

Bootcamp dilakukan selama 4 sampai dengan 6 bulan dengan jadwal belajar 3 kali dalam seminggu. Siswa akan dibimbing instruktur dengan sistem menyerupai gim, semacam challenge-based learning dan project-based learning. Konsep tersebut dipilih untuk menciptakan pengalaman yang menantang dan menyenangkan.

Student wajib menghadiri kelas diskusi untuk konsultasi langsung dengan instruktur Binar Academy yang merupakan praktisi untuk menggali wawasan atau sudut pandang terhadap sebuah permasalahan. Dalam kelas diskusi, kegiatan belajar-mengajar dititikberatkan pada kemampuan abstraksi dan penalaran tentang kasus nyata pemrograman. Ada komunikasi 3 arah yang terjadi di kelas diskusi, yaitu student ke fasilitator; fasilitator ke student; dan student ke student lain,” papar Alamanda.

Binar Bootcamp dibuka Januari 2020 dengan kelas Android Engineering. Mulai 4 Juni ini, Binar Academy membuka dua kelas baru, yakni Full Stack Web Development dan UI/UX Design. Menyesuaikan dengan kondisi pandemi, bootcamp kini hanya tersedia untuk kelas online.

CEO Binar Academu Alamanda Shantika / Binar Academy

Upaya memenuhi jurang talenta digital

Perkembangan industri digital yang pesat mendorong perusahaan berlomba-lomba mencari talenta terbaik untuk posisi-posisi yang mungkin belum lazim sebelumnya, seperti UI/UX designer, full stack developer, dan semacamnya.

Akhir tahun 2019, pemerintah melalui Kemkominfo disebut telah mengalokasi dana ratusan miliar Rupiah untuk mengisi 20 ribu talenta digital. Salah satu program yang sudah berjalan yakni Digitalent Scholarship dengan materi-materi teknis yang banyak dibutuhkan industri digital saat ini.

Dengan semangat yang sama, para penyelenggara penyedia bootcamp ini mengusung mimpi serupa untuk membantu menyediakan talenta yang siap kerja. Tak hanya soal materi pengajaran, tetapi juga kanal mendistribusikan lulusan.

Binar Academy misalnya, selain mengadopsi kurikulum terkini dan selalu menyelaraskan kebutuhan industri dengan apa yang mereka lakukan dalam bootcamp, juga menjalin hubungan baik dengan perusahaan dan industri. Tujuannya untuk memudahkan para lulusan bootcamp dan perusahaan untuk saling bertemu.

“Sejak berdirinya Binar Academy di tahun 2017, kami sudah menyalurkan lulusan bootcamp ke berbagai macam perusahaan termasuk startup, korporat, dan BUMN. Mitra-mitra Binar Academy mempunyai dua pilihan untuk merekrut lulusan kami, yaitu dengan skema full-time hire dan skema outsourcing. Binar Academy mempunyai tim khusus yang berpengalaman di industri digital untuk mencari kecocokan antara preferensi talent maupun perusahaan agar dapat memenuhi kebutuhan kedua pihak,” terang Alamanda.

Hacktiv8 memiliki semangat yang senada. Menurut Ronald, mereka sudah memiliki lebih dari 350 hiring partners. Ronald juga sepakat bahwa talenta sekarang harus seimbang antara coding skill dan soft skill.

“Tidak cukup hanya dengan coding skill yang kuat, namun juga bagaimana sebagai orang technical bisa berkomunikasi dengan non-IT. Hacktiv8 pun sebagai startup mengerti dan menerapkan kualitas tersebut dalam proses hiring. Untuk students kami pun kita berikan pembekalan yang cukup seperti bagaimana melakukan technical presentation kepada general public, membaca dokumentasi, menyiapkan CV, hingga mempersiapkan elevator pitch,” papar Ronald.

Kiri ke kanan: Riza Fahmi and Ronald Ishak, Co-founders Hacktiv8 / Hacktiv8-Founders

Membantu talenta dan perusahaan saling menemukan

Baik Hacktiv8 maupun Binar Academy membagikan data mengenai lulusan bootcamp mereka. Hacktiv8, berdasarkan data yang dirilis Maret silam menyebutkan bahwa dari 57 siswa yang mengikuti bootcamp pada tanggal 1 Januari 2019 sampai dengan 30 Juni 2019, 89,5% di antaranya memutuskan untuk mencari pekerjaan. Sisanya, 10,5%, melanjutkan pekerjaan sebelumnya, melanjutkan pendidikan, atau mengikuti bootcamp hanya untuk pengembangan diri.

Masih di laporan yang sama, 180 hari selepas lulus bootcamp, 94,7% lulusan memiliki pekerjaan sesuai dengan bidangnya, 1,8% memutuskan untuk tidak mencari kerja karena alasan personal, sisanya (3,5%) tidak bisa dihubungi.

Untuk yang berhasil bekerja di bidang teknis yang sesuai dengan materi bootcamp, 78,9% menjadi karyawan full time (30+ jam/minggu, lebih dari 6 bulan); 7% menjadi karyawan kontrak, magang, dan sejenisnya; 1,8% menjadi freelance, karyawan kontrak durasi pendek, part time, dan semacamnya; dan 7% mendirikan perusahaan atau bisnis baru.

Ronald menjelaskan, tantangan utama menyalurkan lulusan adalah fluktuasi dalam kebutuhan rekrutmen mitra. Hal yang semakin terlihat di masa pandemi seperti sekarang adalah beberapa perusahaan mengurangi atau bahkan menunda aktivitas rekrutmen karena dampak perkambatan ekonomi.

“Untuk itu Hacktiv8 memiliki sebuah unit yang berfungsi mengoptimalkan proses penyaluran lulusan dengan memberikan one stop service kepada hiring partner, mulai dari pendataan kebutuhan perusahaan, mencocokkan profil lulusan dengan kriteria rekrutmen, sampai memfasilitasi interview lulusan dengan partner Hacktiv8,” jelas Ronald.

Sementara itu, Alamanda menceritakan bahwa saat ini Binar Academy sudah memiliki lebih dari 1000 lulusan. Menurutnya, waktu tunggu lulusan cukup variatif, kendati demikian tim Binar Academy sudah berupaya terlibat dalam proses pencarian kerja lulusan sejak siswa masih dalam bootcamp yang memungkinkan lulusan bisa mendapat pekerjaan 2 minggu setelah lulus.

“Berdasarkan hasil riset tim yang melibatkan engineer berpengalaman dan psikolog, yang dibutuhkan oleh semua industri saat ini bukan hanya hard skill dan soft skill tetapi juga talenta yang merupakan lifelong learner, team player, dan enthusiastic professional. Binar Academy percaya bahwa gabungan antara kurikulum yang disusun sesuai teknologi terbaru dan metodologi belajar yang interaktif akan menghasilkan talenta dengan kemampuan tersebut,” tutup Alamanda.

Kelas Pintar’s Strategy Amid the Crowd Competition of Edtech Players

Kelas Pintar, a service under the auspices of PT Extramarks Education Indonesia tries to stir up the competition in the education technology service market in Indonesia. Begin its operation in 2017, they carry a subscription business model for a variety of distinctive features of distance learning.

PT Extramarks Education Indonesia, led by Fernando Uffie, is part of the Extramarks global brand that was founded in 2007 by Atul Kulshrestha. Apart from Indonesia, the Extramarks brand is also operated in India, South Africa, and several Middle Eastern countries.

Fernando explained to DailySocial, Kelas Pintar is an integrated online learning solution designed to increase interest in learning and understanding of the material. Their main focus is on the synergy of the roles of teachers, schools, and parents in the learning process.

One example of a reliable feature is Sekolah, allowing teachers to create online classes. Teachers can also hold online exams and monitor their students directly, therefore, the teaching and learning experience is made as comfortable and as close as possible to the classroom in general.

“To date, the Kelas Pintar application has been installed in more than 100 thousand devices and used by more than 100 schools. As general note, Kelas Pintar is accessible through web or applications based on Android and iOS,” Fernando said.

Indonesian edtech industry

Fernando explained, in addition to blended learning concepts (combining online-offline learning), Kelas Pintar also presents some features prerequisites with technology, such as a monitoring system that can be used as a reference to analyze the learning processes, reports, to online classes.

AI is also applied in the body of the Smart Class, functions to create learning systems and process data from student questions.

“Kelas Pintar is equipped with artificial intelligence technology that enables the system to ‘learn’ and process data from student questions. Used to provide solutions quickly and precisely to solve student problems in the learning process,” Fernando added.

In the last five years, the growth of the education technology services and industry have indeed been unstoppable. Every year there are new players with new concepts or the latest innovations that come from more mature players. The form is also diverse from online tutoring, video on demand, and lessons packed with gamification.

It takes differentiation for businesses to stay relevant in the midst of competition. Indonesia’s large education market still holds a lot of potentials to be explored, especially on a technology basis.

Indonesian edtech startup trend in the last decade / DSResearch
Indonesian edtech startup trend in the last decade / DSResearch

Fernando himself believes that the rise of many players in the education technology industry is important enough to accelerate Indonesian education quality.

“Because we believe, when educating the nation’s life becomes the goal of a state, then it is our duty to ensure all children can have a high-quality education,” added Fernando.

Future plans

Using a subscription business model, both for individual and corporate customers (schools or educational institutions), Kelas Pintar is quite optimistic about the solution offered. One of them is the Sekolah feature developed to help the adoption of new normal education.

“We want to reach out to more education stakeholders, be it students, teachers, parents, and schools, therefore they can benefit from Kelas Pintar solution,” Fernando explained their future plans.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Strategi Kelas Pintar di Tengah Ramainya Pemain Layanan Teknologi Pendidikan

Kelas Pintar, layanan yang berada di bawah naungan PT Extramarks Education Indonesia mencoba meramaikan persaingan pasar layanan teknologi pendidikan di Indonesia. Mulai beroperasi sejak tahun 2017, mereka mengusung model bisnis berlangganan untuk beragam fitur khas pembelajaran jarak jauh.

PT Extramarks Education Indonesia, yang digawangi oleh Fernando Uffie merupakan bagian dari brand global Extramarks yang didirikan sejak tahun 2007 oleh Atul Kulshrestha. Selain di Indonesia, brand Extramarks ini juga dioperasikan di India, Afrika Selatan, dan beberapa negara Timur Tengah.

Kepada DailySocial Fernando menjelaskan, Kelas Pintar merupakan solusi belajar online terintegerasi yang didesain untuk meningkatkan minat belajar dan pemahaman terhadap materi. Fokus utama mereka terletak pada sinergi peran guru, sekolah, dan orang tua dalam proses pembelajaran.

Salah satu contoh fitur yang diandalkan adalah fitur Sekolah, memungkinkan guru membuat kelas online. Guru juga bisa menggelar ujian online dan memonitor anak didiknya secara langsung, sehingga pengalaman belajar-mengajar dibuat senyaman dan semirip mungkin dengan kelas pada umumnya.

“Sampai saat ini, aplikasi Kelas Pintar sudah dipasang di lebih dari 100 ribu kali dan digunakan oleh lebih dari 100 sekolah. Sebagai informasi, Kelas Pintar bisa diakses melalui web maupun aplikasi berbasis Android dan iOS,” terang Fernando.

Industri teknologi pendidikan Indonesia

Fernando menjelaskan, Kelas Pintar selain mengusung konsep blended learning (memadukan pembelajaran online-offline) juga mengusung beberapa fitur yang syarat dengan teknologi, seperti monitoring system yang bisa jadi acuan analisis proses belajar, laporan, hingga online class.

AI juga diterapkan dalam tubuh Kelas Pintar, berfungsi untuk membuat sistem belajar dan mengolah data dari pertanyaan siswa.

“Kelas Pintar dilengkapi dengan teknologi kecerdasan buatan yang memungkinkan sistem untuk ‘belajar’ dan mengolah data dari pertanyaan siswa. Digunakan untuk memberikan solusi secara cepat dan tepat untuk mengatasi permasalahan siswa dalam proses belajarnya,” imbuh Fernando.

Dalam lima tahun terakhir pertumbuhan industri dan layanan teknologi pendidikan memang tak terbendung. Setiap tahun ada saja yang pemain baru dengan konsep baru atau inovasi terkini yang datang dari pemain lama yang semakin matang. Bentuknya pun beragam, online tutoring, video on demand, hingga pelajaran yang dikemas dengan gamifikasi.

Butuh pembeda bagi bisnis untuk tetap relevan di tengah persaingan. Pasar pendidikan Indonesia yang besar masih menyimpan banyak potensi untuk digarap, terutama dengan basis teknologi.

Tren perkembangan startup edtech di Indonesia dalam satu dekade terakhir / DSResearch
Tren perkembangan startup edtech di Indonesia dalam satu dekade terakhir / DSResearch

Fernando sendiri yakin bahwa kemunculan banyak pemain di Industri teknologi pendidikan cukup penting untuk bisa mengakselerasi kualitas pendidikan di Indonesia.

“Karena kami percaya, ketika mencerdaskan kehidupan bangsa jadi tujuan bernegara, maka sudah jadi tugas kita bersama untuk memastikan pendidikan berkualitas bisa dinikmati oleh seluruh anak bangkah,” imbuh Fernando.

Rencana selanjutnya

Dengan model bisnis berlangganan, baik untuk pelanggan perorangan maupun korporasi (sekolah atau lembaga pendidikan), Kelas Pintar cukup optimis dengan apa yang mereka lakukan. Salah satunya adalah fitur Sekolah yang disiapkan untuk membantu adopsi new normal di bidang pendidikan.

“Kami ingin menjangkau lebih banyak stakeholder pendidikan, baik itu siswa, guru, orang tua, maupun sekolah, agar mereka bisa merasakan manfaat dari solusi Kelas Pintar,” ungkap Fernando menjelaskan rencana mereka ke depannya.

Application Information Will Show Up Here

Titipku, Deliveree, and Ubiklan Provides New Innovation to Facilitate Online Shopping

The impact of the Covid-19 pandemic has affected mostly small-medium entrepreneurs, in various industries. Growing SMEs are overwhelmed by the news. It has inspired some startups to help them, along with their efforts to stay relevant in the current situation. We tried to register some of these startups.

First of all, Titipku. This Yogyakarta based startup has always been focused on empowering SMEs. Their service is trying to optimize technology to connect small merchants, food stalls, and other parties with buyers through applications.

The latest news, Titipku has launched location-based service features. This service is said to facilitate users finding traders around them for easy shopping.

“The store location becomes one of the problems when shopping online. Long-distance will affect shipping costs. Even shipping costs can be more expensive than the items ordered. That is very unfortunate. We expect this feature can minimize such problems,” Titipku’s CEO & Co-Founder, Henri Suhardja explained.

Titipku is said to have successfully embraced 150 thousand users and 100,000 registered business people in the application.

Mitra Titipku di Pasar

Next, there is Deliveree. In the midst of a pandemic, this startup, known for offering goods delivery services, is launching an online grocery shopping platform that is accessible through the application. From the official statement, the goods will be sent periodically using the city car fleet. This new feature also comes with a live chat or a call to get directly connected to the store.

“We expect this feature can make life a little easier for those who are worried about being exposed to the virus. With our latest technology, we are trying not only to reduce the virus spread, but also expect to help more than 5000 driver partners to return worked during this difficult time,” Deliveree Indonesia’s Country Director Tom Kim said.

Belanja semobako murah melalui Deliveree

Ubiklan comes with similar innovation. The startup, known as mobile advertising services using cars or motorbikes, is starting to explore a new business called UbiFresh. Offering grocery shopping online through their application.

UbIklan claims that their new business unit was formed after discussions with their partners and considering the current pandemic conditions which forced people to spend more time at home. UbiFresh is packaged in such ways to help users with their groceries as well as to market merchandise from traditional markets.

“We see a lot of people that we can help with UbiFresh. We can serve households in groceries shopping and at the same time we also help traditional markets which happen to be some of our business partners […] “The market results offered at UbiFresh are always maintained in terms of quality, freshness and completeness at the same economical price,” Ubiklan’s CEO, Glorio Yulianto said.

UbiFresh dari Ubiklan

Stay relevant

In the current situation, online shopping becomes an option. There are big risks out there, and innovations are to be explored. The three startups above might only small amount among those who are trying to be relevant. In fact, they refuse to give up while continuing to look for ways to keep growing.

Titipku is currently planning for fundraising. Their focus lies on increasing the number of transactions. As a startup that always been aiming to help SMEs, this feature is a continuation of their previous efforts.

As for Deliveree and Ubiklan, the birth of new business lines is a strategic step for them to remain relevant. It was due to circumstances, also the current business conditions. It is not impossible that in the future their new business line will become permanent and become an important part of a sustainable business journey. Because it is currently high demand, and online shopping for groceries can be one of the new normal.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

[Founders Library] Akselerasi Pertumbuhan Bisnis

Pertumbuhan bisnis adalah satu yang sangat diimpikan pebisnis startup. Bisnis lepas landas dengan pertumbuhan signifikan akan mimpinya. Sayangnya pertumbuhan bisnis harus diimbangi dengan langkah strategis untuk antisipasi. Karena kebanyakan bisnis hanya siap untuk dijalankan, bukan berkembang secara signifikan.

DailySocial merangkum beberapa tips untuk menyiapkan bisnis agar siap menghadapi pertumbuhan yang datang. Soal persiapan dan tindakan yang harus dilakukan. Berikut daftarnya:

Artikel

Video & Podcast

Peran Teknologi Tingkatkan Pengalaman Pengguna Aplikasi Investasi Reksa Dana

Tren investasi di dunia digital banyak didorong implementasi teknologi tepat guna oleh masing-masing platform. Saham, reksa dana, dan emas menjadi 3 pilihan populer. Literasi finansial yang mumpuni dan penguasaan teknologi merupakan kombinasi yang bisa meruntuhkan benteng pertama keengganan seseorang untuk berinvestasi.

Saya berbincang dengan beberapa orang untuk mendengar pengalaman mereka berinvestasi melalui aplikasi. Marsya, yang dalam kesehariannya merupakan jurnalis teknologi, sudah aktif berinvestasi reksa dana sejak tahun 2016, terutama sejak kemudahan berinvestasi reksa dana melalui platform online.

“Pakai Bareksa dan Bukareksa. Fiturnya mirip-mirip sebenarnya karena udah paham apa reksa dana, jadi paling penting itu ada grafik pergerakan harga sama pembayaran yang mudah. Juga karena kemudahan pembayaran. Teknologi ini bikin nyaman banget, bisa mendorong orang mulai investasi.” jelas Marsya.

Hal senada disampaikan Nia Wibiyana. Mengenal reksa dana dari sekolah pasar modal yang diikuti tahun 2018 silam, ia memutuskan memakai beberapa aplikasi sekaligus untuk berinvestasi. Alasannya tiap platform memiliki keunggulan fitur masing-masing, meski menurutnya kemudahan pembayaran atau pembelian adalah kuncinya.

“Fitur paling membantu ya pembayaran via dompet digital. Membeli reksa dana melalui aplikasi saat ini super mudah dan sangat nyaman,” ungkapnya.

Arjun, narasumber kami yang lain, sudah membeli produk reksa dana sejak 2012. Menurutnya saat ini berinvestasi menggunakan platform digital sangat nyaman dengan kemudahan membeli, menjual, dan mengalihkan instrumen kapan saja dan di mana saja. Kehadiran fitur portofolio dan robo advisor sangat membantu ketika membutuhkan rekomendasi.

Fokus ke Pengguna

Berkembangnya industri teknologi finansial di Indonesia membuat industri platform investasi juga turut bertumbuh. Hal ini ditandai dengan semakin ramainya pemain dan inovasi-inovasi yang dihadirkan dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun demikian, fokus beberapa pemain masih ada pada edukasi pengguna dan pasar mengenai investasi.

Di Indonesia, perpaduan investasi reksa dana dan teknologi sudah banyak melahirkan layanan investasi melalui aplikasi. Inovasi terus dikerjakan, terutama soal integrasi dengan dompet digital. Tak hanya melalui aplikasi khusus, pembelian reksa dana juga bisa dilakukan melalui marketplace seperti Tokopedia dan Bukalapak.

Bibit, yang bernaung di  bawah PT Bibit Tumbuh Bersama, berusaha untuk fokus pada inovasi yang berpihak pada pengguna, khususnya investor pemula. Terlihat dari inovasi mereka dalam bentuk Robo Advisor, sebuah teknologi yang bisa membantu pengguna merancang portofolio investasi yang optimal berdasarkan umur, profil risiko, dan tujuan hidup secara otomatis. Ada juga fitur seperti Auto Financial, Auto Risk Profiling, Auto Rebalancing, dan beberapa lainnya.

Bibit menggunakan penelitian akademik yang sudah terbukti. Bibit tidak menciptakan teori baru. Bibit menggunakan teknologi untuk membuka akses penelitian akademik yang paling sering digunakan oleh professional untuk semua kalangan masyarakat di Indonesia supaya semua orang bisa berinvestasi dengan cara yang benar. Tanpa harus keluar modal yang besar untuk ikut seminar atau menggunakan jasa financial advisor,” terang Co-Founder Bibit Wellson Lo beberapa waktu lalu.

Fitur Robo Advisor adalah salah satu wujud nyata usaha Bibit untuk memudahkan investor pemula memahami dan terjun sebagai investor reksa dana.

Investasi menggunakan inovasi teknologi juga dilakukan Halofina. Aplikasi yang memperkenalkan diri sebagai platform perencanaan keuangan dan investasi ini per Maret 2019 juga melayani pembelian reksa dana.

Pihak Halofina menjelaskan, saat ini mereka memiliki tiga fitur utama dalam upayanya membantu pengguna, seperti Life Plan untuk membantu membangun perencanaan keuangan dan strategi investasi, rekomendasi strategi investasi yang diklaim berbasis kecerdasan buatan, dan Halofina Dashboard yang digunakan untuk memantau performa.

Halofina juga tengah mengembangkan Smart Cash Flow Tracker yang didesain untuk membantu melakukan monitoring pengeluaran dan pemasukan keuangan dan Finaconsult yang disiapkan sebagai fitur konsultasi online yang menghubungkan pengguna dengan konsultan keuangan melalui platform Halofina.

“Kedua fitur ini kami bangun untuk menjadi solusi atas sulitnya mendapatkan advisory dari pakar keuangan dengan harga yang murah, sehingga kami menghadirkan kedua fitur ini untuk memberikan experience konsultasi dengan pakar keuangan yang telah tersertifikasi dengan harga yang terjangkau dan monitoring pengeluaran serta pemasukan keuangan,” jelas jurubicara Halofina.

Sementara itu, Ajaib, di bawah payung PT Takjub Teknologi Indonesia, memiliki cara yang berbeda meski fokusnya tetap membantu investor pemula, yakni melalui hadirnya financial advisor.

“Kami percaya bahwa kondisi keuangan individu unik adanya dan terkadang tidak cukup diselesaikan dengan rumus matematis. Oleh karena itu, lewat financial advisor, Investor Ajaib dapat berkonsultasi. Tidak hanya soal memilih produk investasi, tapi juga soal memecahkan masalah keuangan yang mereka hadapi sampai ke perencanaan keuangan,” terang Brand Communications Manager Ajaib Victoria Christa.

Ajaib juga menghadirkan beberapa menu lainnya untuk mendorong investor pemula, seperti Investasi Bertema Khusus yang didesain untuk membantu pemula memilih tipe-tipe reksa dana. Ada juga fitur Investasi Dipandu Ahli. Untuk fitur ini, Ajaib berkolaborasi dengan perencana keuangan Ryan Filbert untuk membantu pertanyaan investor pemula, seperti kapan harus berinvestasi dan berapa jumlahnya.