Adrian Suherman tentang Latar Belakang dan Visi Bisnis OVO

OVO, layanan pembayaran yang dikembangkan Lippo Group, adalah salah satu perusahaan yang agresif menggarap pasar mobile payment. Meskipun merekrut sejumlah tenaga profesional asing, termasuk CEO Jason Thompson dari GrabPay, OVO mengaku pelokalan kultur perusahaan adalah hal penting untuk memahami pasar Indonesia.

Berbincang dengan DailySocial, Presiden Direktur OVO Adrian Suherman mengungkapkan, “Kita tidak ingin menerapkan apa yang mungkin berhasil diterapkan oleh perusahaan asing. Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda. Masing-masing daerah memiliki kebiasaan hingga kultur yang berbeda.”

Semangat tersebut yang kemudian diterapkan di manajemen OVO. Kultur perusahaan yang baru tercipta, menyesuaikan kondisi dan kebiasaan yang sudah ada.

“Saya melihat masyarakat di Jakarta memiliki kebiasaan yang berbeda dengan mereka yang tinggal di Medan, Palembang dan kota lainnya. Untuk itu kultur yang kita terapkan harus unik dan tentunya menyesuaikan kearifan lokal,” kata Adrian.

Tentang “dualisme” kepemimpinan di OVO, Adrian memastikan dia dan Jason memiliki peranan yang berbeda untuk mencapai tujuan yang sama.

“Kita masing-masing memiliki visi dan misi yang sama, yaitu memimpin perusahaan untuk berkembang dan tentunya mencapai target yang telah ditetapkan. Semua tugas dijalankan secara profesional, baik untuk saya dan Jason.”

Pentingnya strategi digital

Sebagai perusahaan yang menjadi bagian Lippo Group, visi menjadi perusahaan digital adalah hal penting. Lippo Group sendiri memiliki bisnis menggurita di sektor ritel dan properti.

“Jika kita membicarakan Lippo Digital, tidak ada PT yang namanya Lippo Digital. Dari Lippo Group sendiri kita melihat bahwa digital itu adalah strategi yang penting,” kata Adrian.

Simak rekaman wawancara DailySocial berikut bersama Adrian tentang latar belakang pendirian OVO, masa depan pembayaran menggunakan QR code, dan fokus strategi di sisi offline yang saat ini dijalankan OVO.

Application Information Will Show Up Here

Automo Kantongi Pendanaan Tahap Awal, Kuatkan Bisnis Sewa Kendaraan Mewah di Indonesia

Setelah meluncurkan layanan di Jakarta, platform penyewaan kendaraan mewah Automo baru saja mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal (seed funding) senilai 1 miliar Rupiah dari Startup SG. Startup berbasis di Singapura yang didirikan Charles Lin tersebut juga berhasil mendapatkan grant dari Enterprise Singapore senilai 300 juta Rupiah.

Selain pendanaan, Automo juga mengumumkan ekspansi di tiga kota baru meliputi Yogyakarta, Bandung, dan Bali.

“Saat ini selain Jakarta, Automo telah hadir di tiga kota wisata populer di Indonesia. Berawal dari Jakarta, kami masih fokus mengembangkan tim, dan berencana untuk menambah kota-kota baru lainnya,” kata Charles.

Automo juga berencana menambah varian layanan transportasi wisata untuk kelas menengah ke atas, di antaranya adalah jet pribadi, helikopter, dan yacht.

“Kami juga telah menjalin kemitraan dengan Transwisata dan CeoJetset untuk menambah pilihan penyewaan transportasi premium wisatawan. Sementara itu untuk mobil kami juga menambah pilihan merek internasional seperti Mercedes S Class, Rolls Royce, hingga Limousine,” kata Charles.

Khusus untuk kota wisata paling favorit di Indonesia yaitu Bali, Automo juga menyediakan penyewaan transportasi sepeda motor. Menyesuaikan kebiasaan dan kebutuhan dari wisatawan asing hingga lokal yang berkunjung ke pulau Bali.

Rencana dan target Automo

Untuk pembayaran Automo masih menyediakan pilihan kartu kredit saja. Namun demikian untuk menambah pilihan pembayaran kepada pengguna, Automo saat ini tengah membangun perusahaan lokal (PT), agar nantinya bisa terintegrasi dengan penyedia pembayaran lokal di Indonesia. Rencananya akan final akhir tahun 2018.

“Selain bank transfer kami juga berencana untuk menyediakan pilihan pembayaran cicilan kepada pelanggan,” kata Charles.

Selain menambah lokasi baru di kota-kota wisata populer, Automo juga masih terus mengembangkan teknologi di Singapura. Automo juga masih terus melakukan negosiasi dan perbincangan dengan hotel dan agen travel untuk bisa menghubungkan layanan Automo kepada wisatawan asing dan lokal.

“Kita masih terus menambah kemitraan dengan vendor di Singapura dan Indonesia. Salah satu contoh adalah pelanggan CeoJetset yang menyewa pesawat dari Jakarta ke Bali, mereka juga bisa menyewa mobil Mercedes S Class di Bali melalui Automo dengan CeoJetset sebagai vendor mitra. Nantinya mitra akan menerima referral fee,” kata Charles.

Dengan demikian secara langsung Automo ingin mengajak lebih banyak mitra untuk menyediakan pilihan penyewaan dan bisa dimonetisasi langsung oleh mitra terkait. Hal tersebut juga berlaku untuk semua agen travel di Bali.

“Saat ini secara keseluruhan kami telah memiliki sekitar 50 mitra vendor di Indonesia demikian juga di Singapura,” tutup Charles.

Layanan Healthtech di Asia Berkembang Pesat, di Indonesia Belum Signifikan

Salah satu vertikal startup yang diprediksi bakal mengalami perkembangan adalah healthtech. Dalam survei Gallen Growth Asia dilaporkan beberapa tren perkembangan layanan healthtech, mulai dari kategori, pendanaan, hingga sebarannya di wilayah Asia Pasifik.

Asia ekosistem terbesar untuk healthtech

Meskipun mengalami pertumbuhan yang cukup baik sepanjang tahun 2017, dalam laporan terungkap, bahwa tahun 2018 diprediksikan menjadi puncak perkembangan healthtech di Asia Pacific. Kaitannya dengan investasi, nilainya sudah mencapai $3.3 miliar pada paruh pertama 2018.

Jumlah tersebut juga menempatkan Asia di peringkat kedua dalam hal ekosistem terbesar dari sudut nilai transaksi. Meski nilai transaksi di tahun 2018 menurun jumlahnya hingga 32% dibandingkan tahun 2017. Hingga saat ini Tiongkok dan India masih mendominasi lanskap healthtech di Asia.

Investasi healthtech di negara Asia / Galen Growth Asia
Investasi healthtech di negara Asia / Galen Growth Asia

Sementara itu negara di Asia lain yang tercatat merupakan pasar terbaik adalah Singapura (11%), Jepang (8%), dan Australia (8%). Sebagai negara hub di Asia, Singapura terus menunjukkan potensi sebagai lokasi yang menarik untuk investor. Hal ini dikarenakan jelasnya kerangka hukum yang mengatur proses pendanaan tersebut, stabilitas ekonomi serta insentif yang diberikan oleh pemerintah.

Kategori layanan healthtech

Kategori layanan healthtech di Asia / Galen Growth Asia
Kategori layanan healthtech di Asia / Galen Growth Asia

Dalam riset tersebut disebutkan sedikitnya ada enam kategori healthtech yang paling banyak diminati. Di antaranya adalah layanan penelitian kesehatan (14 investasi), online marketplace (12 investasi), genomics dan aplikasi terkait (12 investasi), data dan analisis medis (10 investasi), IoT (5 investasi) hingga diagnosis kesehatan (3 investasi).

Dari survei tersebut dapat disimpulkan, kategori yang paling dominan mencerminkan perubahan yang mulai banyak terjadi di kalangan masyarakat yang mulai terbiasa melakukan pembelian hingga pemesanan secara online.

Posisi healthtech Indonesia

Dalam hasil survei tersebut juga disebutkan Indonesia termasuk negara di Asia yang mendapatkan deal investasi, namun tidak mendapat sorotan signifikan jika dibandingkan dengan nilai total yang ada. Secara keseluruhan pada paruh pertama tahun 2018 tercatat dana investasi untuk layanan healthtech di Asia senilai $109 juta. Jumlah ini menurun dibandingkan dengan paruh pertama tahun 2017.

Perkembangan nilai investasi healthtech di Asia / Galen Growth Asia
Perkembangan nilai investasi healthtech di Asia / Galen Growth Asia

Terkait dengan share volume berdasarkan pasar selama paruh pertama 2018, Indonesia berada di posisi terakhir bersama dengan Filipina. Jumlah ini menurun dibanding tahun 2017, sebelumnya Indonesia memiliki persentase 7%.

 

Persentase pertumbuhan healthtech di Asia / Galen Growtch Asia
Persentase pertumbuhan healthtech di Asia / Galen Growtch Asia

Indonesia sebagai salah satu negara di Asia yang mulai menunjukkan pertumbuhan layanan kesehatan digital. Persebaran layanan kesehatan yang kurang optimal membuka potensi healthtech untuk berbaur dengan vertikal industri yang sudah ada. Besarnya jumlah populasi juga menjadikan Indonesia negara yang potensial untuk layanan healthtech.

 

Ekosistem layanan healthtech di negara Asia / Galen Growth Asia
Ekosistem layanan healthtech di negara Asia / Galen Growth Asia

Dalam riset tersebut disebutkan, Indonesia dengan inovasi lokal yang mulai marak bermunculan, memiliki peluang untuk berkembang sebagai inovator untuk layanan kesehatan digital. Saat ini tercatat terdapat sekitar 10 layanan kesehatan digital yang beroperasi di Indonesia, mulai dari Halodoc, Konsula, Alodokter, Dokter.id dan masih banyak lagi.

Cara Tepat Menggunakan Media Sosial

Dahulu media sosial merupakan platform paling mudah, dengan biaya minimum, untuk memberikan hasil organik dalam melancarkan kegiatan pemasaran. Di tahun 2018 ini, dengan persaingan yang semakin ketat dan perubahan aturan (dari pemilik platform) tentang bagaimana perusahaan menggunakan media sosial, strategi seperti apa yang harus dilakukan saat memanfaatkan media sosial?

Tentukan fokus sejak awal

Berdasarkan laporan We Are Social 2018, dari empat miliar pengguna internet di dunia, 3,1 miliar atau lebih dari 75% nya merupakan pengguna sosial media aktif. Angka ini naik hingga 13% dibandingkan dengan tahun lalu. Hal inilah yang membuat platform media sosial menjadi salah satu channel yang paling berpengaruh dalam meningkatkan brand awareness sebuah produk.

“Shopback memanfaatkan channel ini untuk membantu meningkatkan pemahaman masyarakat tentang Shopback serta menciptakan sebuah komunitas yang berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan Shopback,” kata Social Media & Community Manager Shopback Indonesia Lalitya Hayuningtyas.

Strategi konten media sosial untuk meningkatkan brand awareness yang kemudian dapat mewujudkan follower yang aktif berinteraksi, baik untuk meminta bantuan dalam menyelesaikan masalah teknis, memberi masukan dan rekomendasi konten yang ingin mereka tonton, maupun melontarkan ide dan keluhan serta saran mengenai apa pun yang berhubungan dengan produk.

“Tujuan utama menggunakan media sosial bagi kami adalah menciptakan persona yang berperan sebagai teman bagi para follower yang notabene juga pengguna iflix,” kata Senior Content Marketing Executive Iflix Suryo Hapsoro.

Sementara itu, menurut VP Digital Marketing Traveloka Sandeep Bastikar, Traveloka ingin selalu hadir di semua tahapan travelling. Tujuan penggunaan media sosial adalah untuk tiga hal yaitu discovery, experience, dan sharing.

“Untuk discovery kami ciptakan dengan kehadiran kami di beberapa platform media sosial, disitu kami memberi inspirasi dan informasi travelling dan destinasi wisata. Untuk experience, kami memberikan tautan yang mengarah langsung ke app kami. Supaya follower kami bisa langsung membukanya saat mereka mempertimbangkan untuk menggunakan produk kami. Selain itu kami juga membantu menjawab pertanyaan tentang destinasi atau produk kami via media sosial,” kata Sandeep.

Sementara untuk sharing, saat pengguna share/post konten di media sosial dan menceritakan pengalaman mereka dalam menggunakan produk di media sosial, Traveloka akan memberi apresiasi, berkomunikasi langsung dengan mereka dan membagikan konten mereka di akun media sosial.

Pilihan platform dan konten

Setelah tujuan sudah ditentukan, langkah selanjutnya adalah menentukan platform media sosial mana yang paling ideal untuk masing-masing perusahaan.

“Saat ini Shopback lebih banyak menggunakan media sosial seperti Facebook Page, Facebook Group, Instagram, dan LINE. Keempat platform ini dirasa cocok dengan karakteristik target market dari pengguna Shopback. Platform tersebut kami nilai mampu mengakomodir kebutuhan Shopback sebagai brand, membantu membangun komunitas, meningkatkan brand awareness dan tentunya juga conversion,” kata Lalitya.

Sementara itu untuk layanan Video on Demand (VOD) seperti Iflix, sebelum menentukan platform media sosial yang tepat perlu juga dilakukan trial and error pada hampir seluruh platform media sosial yang tersedia di Indonesia.

“Instagram juga merupakan platform yang ideal bagi iflix untuk melancarkan kegiatan pemasaran, dengan adanya fitur Instagram Stories dan IGTV, kami bisa melakukan berbagai variasi kegiatan pemasaran seperti ulasan film atau mengunggah video dengan durasi yang lebih panjang,” kata Suryo.

Dalam hal ini format video diklaim memiliki keunggulan lebih saat melancarkan kegiatan pemasaran memanfaatkan media sosial. Sebagai layanan video streaming, YouTube banyak digunakan oleh perusahaan untuk mempromosikan kampanye tersebut.

“Terkait konten, Shopback biasanya menggunakan video, foto, serta blogpost dengan porsi yang berbeda-beda. Kami ingin membuat pengguna kami tidak merasa bosan dengan konten yang itu-itu saja. Untuk yang mana yang lebih ideal, semua balik lagi kepada platform serta tujuan dari konten tersebut. Misalnya untuk review produk, mungkin akan lebih ideal menggunakan video, sehingga pengguna atau audience lebih mendapatkan gambaran yang nyata,” kata Lalitya.

Sementara menurut Sandeep, di Traveloka platform media sosial yang digunakan adalah Facebook, Instagram, Twitter, dan YouTube. Alasan utamanya mayoritas digunakan penduduk Indonesia dan pengguna aplikasi Traveloka.

Selain itu, fokus lain yang wajib diperhatikan adalah konten apa yang paling banyak disukai pengguna. Sandeep melihat Traveloka ingin hadir di semua key points di dalam journey para traveller.

“Sebelum mereka memutuskan untuk memesan di Traveloka, mereka mencari inspirasi dan melakukan riset mengenai destinasi yang akan mereka kunjungi. Maka menjadi penting bagi kami untuk dapat menghadirkan konten-konten yang informatif bagi pengguna kami. Kami fokus di konten visual, baik berupa foto atau video, dan juga blog di website kami yang bisa memberikan inspirasi atau memberi rekomendasi destinasi dan atraksi liburan.”

Mengukur aktivitas

Untuk mengetahui kesuksesan sebuah kampanye memanfaatkan media sosial, perlu juga ditentukan cara terbaik memonitor kegiatan tersebut untuk mengetahui jenis posting yang sukses, tidak sukses, bagaimana hasilnya divisualisasikan, dan optimasi seperti apa yang memberikan hasil.

“Seluruh kegiatan di atas sebetulnya kami terapkan untuk memonitor kinerja media sosial Iflix. Laporan yang kami buat setiap minggu, kami analisis untuk melihat apa yang perlu kami perbaiki di minggu berikutnya. Tingkat keterlibatan pengguna dan para follower sejauh ini menjadi parameter evaluasi kami untuk menentukan apakah yang kami lakukan sudah tepat atau belum. Kami juga memantau data dari platform media sosial yang kami gunakan. Sehingga kami dapat mengetahui konten, waktu, dan angle seperti apa yang paling maksimal untuk menampilkan konten,” kata Suryo.

Hal senada dilakukan Traveloka yang merasa terbantu dengan adanya social media reporting tools dan tracking angka-angka yang menjadi metric dalam setiap campaign. Reporting tersebut kemudian dikaji ulang dan menjadi referensi untuk melakukan campaign selanjutnya. Tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana untuk bisa mengenali sinyal dari sekian banyak noise yang ada di media sosial.

“Untuk itu, kami melakukan analisis, evaluasi, dan membuat perbaikan untuk konten berikutnya. Tentu kami melakukan ini setiap hari, karena tren media sosial yang cepat berubah, dan kami tidak mau melewatkan setiap kesempatan yang ada untuk menyajikan konten menarik. Terkadang rencana media sosial kami bisa berubah seketika jika kami melihat ada tren baru atau hasil evaluasi dari konten sebelumnya tidak seperti yang kami harapkan,” kata Sandeep.

Melihat tren

Tidak dapat dipungkiri, Instagram masih menjadi platform media sosial favorit yang banyak dipilih oleh perusahaan. Sifatnya yang viral dan paling banyak dipilih secara global menjadikan Instagram platform ideal. Munculnya fitur Stories dan IGTV juga mulai digunakan perusahaan untuk melancarkan kegiatan pemasaran.

Menurut Sandeep, dengan aktivitas di media sosial, kesempatan untuk dapat masuk ke ranah emosional (emotional mindspace) pengguna terbuka lebih lebar dibandingkan jika menggunakan jalur pemasaran lainnya.

“Tren followers kami saat ini banyak dipengaruhi Instagram Stories sebagai media baru yang terus bertambah fiturnya. Followers dapat berinteraksi dengan kami dengan berbagai cara, mulai dari rekomendasi, pertanyaan, dan berbagi cerita,” kata Sandeep.

Selain Instagram, Facebook masih menjadi platform media sosial yang paling sering diakses masyarakat. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa saat ini pengguna sudah mulai cerdas memilih dan menelaah konten dari brand. Jadi mulailah untuk lebih banyak berinteraksi dengan konsumen ketimbang memberikan konten hard selling.

“Saat ini Facebook lebih bergeser ke komunitas atau group, terlebih untuk membuat engagement yang lebih tinggi. Sedangkan untuk Instagram orang-orang lebih cenderung melihat konten yang bergerak seperti video misalnya. Penggunaan influencer masih memberikan pengaruh yang cukup besar, namun perlu diperhatikan saat ini, micro influencer lebih mendatangkan conversion yang cukup tinggi ketimbang macro influencer,” kata Lalitya.

Makin maraknya fenomena millennial dan generasi Z saat ini sangat mempengaruhi tren media sosial. Generasi ini cenderung lebih selektif dalam memilih konten apa yang ingin mereka lihat. Artinya, sebuah merek harus memproduksi konten yang relevan dan memiliki nilai tambah bagi para follower. Ketika sebuah merek tidak bisa memenuhi kriteria ini, mereka harus bersiap untuk tergerus dari pasar persaingan.

“Menurut saya pribadi, netizen saat ini sedang dalam masa jenuh dengan keindahan mereka [dan saya juga] sedang menggandrungi guyonan receh. Lihat saja beberapa konten video yang belakangan ini berhasil viral bukanlah konten yang menunjukkan keindahan, tetapi konten yang konsepnya berhasil dieksekusi dengan baik sehingga kelucuannya dapat diterima oleh semua kalangan,” kata Suryo.

Mandiri Capital Indonesia Tahun Ini Siapkan Dana Segar untuk Empat Startup

Mandiri Capital Indonesia (MCI) kembali mencari startup lokal untuk didanai. Kepada DailySocial, Presdir MCI Eddi Danusaputro mengungkapkan,  tahun ini akan dipilih empat startup lokal yang akan mendapatkan pendanaan, khususnya yang berkecimpung di industri pembayaran dan p2p lending (pembiayaan).

Tahun 2017 lalu, MCI berinvestasi ke delapan startup lokal, termasuk di dalamnya PrivyID, Moka, Amartha, dan Cashlez

“Fokus kami tahun ini masih seputar layanan financial technology, terutama mereka yang menyasar area pembayaran (payment), peer-to-peer lending (P2P) dan juga Enterprise Tech/SME Solutions.”

Eddi enggan menyebutkan berapa nilai investasi yang akan digelontorkan kepada masing-masing startup, tetapi dipastikan startup-startup yang dibidik adalah yang berada di tahapan pendanaan Seri A.

Mendukung startup binaan

Selain memberikan investasi, MCI juga senantiasa memberikan dukungan kepada startup binaannya. Salah satu yang dilakukan adalah sinergi yang akan dilakukan PrivyID dan Bank Mandiri Group dalam dua tahap. Pada tahap pertama, sinergi internal antar divisi grup dan anak usahanya. Kemudian tahap kedua akan masuk ke nasabah untuk keperluan pembukaan rekening baru.

“Tahun ini startup terpilih juga akan dibina ke dalam Mandiri Group, di mana akan dijajaki kolaborasi yang nantinya bisa membantu Mandiri Group sekaligus membantu traksi startup tersebut,” kata Eddi.

Selama tahun 2017, MCI telah menggelontorkan investasi sekitar Rp300 miliar untuk startup fintech. Sebagai perusahaan modal ventura yang berada di bawah naungan Mandiri Group, MCI berperan sebagai jembatan penghubung antara investor dan pelaku startup yang menyasar layanan fintech.

Emurgo Implements Blockchain Technology for Business in Indonesia

A Japan-based firm developer supporting and making business incubation, Emurgo, besides training and mentoring students in Indonesia, has signed the agreement with three companies in Indonesia. They are Hero Intiputra (Hero Group), Senada Group, and Kilau Group.

“We’ve ensured Emurgo Japan to be the first blockchain platform partnering with locals in Indonesia. PT Emurgo Solusi Indonesia is Emurgo’s first joint venture,” Metodius Anwir, PT Emurgo Solusi Indonesia’s CFO, told DailySocial.

The Tokyo-based company is now open in other Asian countries, such as Hong Kong, Vietnam, and Singapore.

Blockchain for retail, property, and financial service

Shunsuke Murasaki, Head of Business Development Emurgo
Shunsuke Murasaki, Head of Business Development Emurgo

As a big company, Hero Intiputra is making strategic partnership to Emurgo. Cardano Project, which focuses on the blockchain technology implementation, is expected to improve Hero Intiputra’s performance in some industries, such as trading, wholesale, and distribution all over Indonesia.

“Together with Hero Intiputra, we’ll collaborate to find study case for blockchain strategy implementation specifically in global trading and retail implementation in Indonesia,” he said.

Through Cardano Project, Emurgo expects to support the company for blockchain implementation and decentralized applications development using Cardano software as the main industry.

“Aside of Hero Intiputra, we look for a collaboration with Senada Group that has experience related to the energy sector, and with Kilau Group for property and financial industries,” he added.

Therefore, Emurgo expects to provide investment and opportunity for startups which use blockchain technology by giving incubation and invite more new talents for the use of blockchain technology to be implemented for public affairs.

“Through its business network, Emurgo wants to implement blockchain technology for enterprises, and consistent in commercial partnership using Cardano technology,” Anwir explained.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Mallness’ New Interface Makes It Easier to Find Recommendation

With objectives to provide relevant recommendation personally and customizing customer’s interest, an app-based digital platform providing information for promos and the latest offers of existing stores in malls, Mallness, updated its UI/UX interface.

The current Mallness app now updated with a new look and more intuitive interface design, allowing users to find real-time offers easily.

Personal recommendation

The new release allows users to share promos in social media with the recommended or personalized look based on user’s profile and most popular transactions in Mallness.

“The objective of this update is to simplify offline search into shopping experience in malls,” Marco Hernaiz, Mallness’ CEO and Co-Founder, said.

Not only providing real-time offers, Mallness also attached a new feature “Disarankan untuk Anda (Recommended for you)” to adjust the category choices of each user. The latest information about offline shopping and entertainment is also featured based on user profiles and favorite categories. On the front page, there’s also a new section called “Transaksi Populer (Popular Deals)” as the most favorite transaction of users with similar profiles.

“The new UI/UX really clicks with the most favorite interface of Indonesia’s users and goes along with the look and touch of the most popular app. The design is very intuitive and easy to navigate,” he said.

Loyalty program

Launched in 2017, Mallness currently made it into 25 thousand downloads and had more than 14 thousand registered users. It’s available in 43 mid-level malls and 8,000 stores in Jabodetabek. Later, it’ll soon to be available in all Indonesia’s major cities during 2018 and will start international expansion throughout the region by 2019.

In increasing engagement between shop owners and customers, Mallness has developed a Loyalty Program to be integrated with retailers enabling loyalty cards stored in one app.

The app is currently categorized transaction based on membership, loyalty cards, and cake cards. It allows users to receive only relevant information and get the maximum results of their membership anywhere.

“We implement the advanced technology as recommendation creator personalized by user profiles, previous habit in-app, and geolocation that allow brand and retailer to connect with certain public offline,” he finished.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Emurgo Implementasikan Teknologi Blockchain untuk Bisnis di Indonesia

Selain memberikan pelatihan dan mentoring kepada mahasiswa di Indonesia, Emurgo, firma pengembang Jepang yang mendukung dan melakukan inkubasi bisnis untuk bisa terintegrasi dengan sistem desentralisasi blockchain Cardano Project, telah menandatangani kesepakatan dengan tiga perusahaan di Indonesia. Tiga group perusahaan tersebut adalah Hero Intiputra (Hero Group), Senada Group dan Kilau Group.

“Kami sudah meyakinkan Emurgo Jepang untuk menjadi platform blockchain pertama yang menjalin kemitraan dengan partner lokal di Indonesia. PT Emurgo Solusi Indonesia adalah hasil dari joint venture pertama Emurgo,” kata CFO PT Emurgo Solusi Indonesia Metodius Anwir kepada DailySocial.

Emurgo yang berbasis di Tokyo saat ini juga sudah hadir di negara Asia lainnya seperti Hong Kong, Vietnam dan Singapura.

Blockchain untuk ritel, properti, dan layanan finansial

Shunsuke Murasaki, Head of Business Development Emurgo
Shunsuke Murasaki, Head of Business Development Emurgo

Sebagai perusahaan yang telah lama menjalankan bisnis, Hero Intiputra merupakan perusahaan yang secara khusus menjalin kemitraan dengan Emurgo. Cardano Project yang fokus ke implementasi teknologi blockchain diharapkan bisa meningkatkan kemampuan Hero Intiputra yang saat ini sudah beroperasi di berbagai industri, seperti perdagangan, wholesale dan pendistribusian di seluruh Indonesia.

“Bersama dengan Hero Intiputra, kami akan berkolaborasi untuk mencari contoh kasus untuk bisa melakukan implementasi strategi blockchain terutama di perdagangan secara global dan penerapan ritel di Indonesia,” kata Metodius.

Melalui Cardano Project, Emurgo juga berharap bisa membantu perusahaan untuk menerapkan blockchain dan mengembangkan decentralized applications menggunakan perangkat lunak Cardano untuk industri utama.

“Selain dengan Hero Intiputra, kami melihat kolaborasi dengan Senada Group yang memiliki pengalaman terkait dengan sektor energi, sementara dengan Kilau Group untuk industri finansial dan properti,” kata Metodius.

Selanjutnya Emurgo berharap bisa memberikan investasi dan kesempatan kepada startup yang memanfaatkan teknologi blockchain dengan memberikan inkubasi dan mengajak lebih banyak talenta baru untuk memanfaatkan teknologi blockchain agar bisa diterapkan untuk kepentingan masyarakat umum.

“Melalui jaringan bisnis yang Emurgo miliki, Emurgo ingin menimplementasikan teknologi blockchain untuk enterprise, dan secara konsisten menjalin kemitraan komersial menggunakan teknologi Cardano,” tutup Metodius.

TCASH Sementara Hentikan Rencana “Spin Off” dari Telkomsel

Mengusung tema #Semuabisa, TCASH berharap dibukanya kesempatan bagi pengguna operator telekomunikasi di luar Telkomsel (multioperator) untuk menggunakan layanannya bisa menambah jumlah pengguna minimal 20%. TCASH juga mengungkapkan pihaknya sementara menghentikan rencana spin off dari Telkomsel.

CEO TCASH Danu Wicaksana menegaskan, meskipun sudah bisa digunakan oleh pengguna operator lain sejak akhir Juni lalu, TCASH masih melakukan kegiatan sosialiasi dan melakukan perbaikan layanan sebelum peresmian hari ini. TCASH juga secara agresif menambah jumlah merchant untuk memberikan pilihan yang lebih beragam.

“Selama ini kami banyak mendapat pertanyaan dari merchant terkait dengan terbatasnya pengguna kepada pelanggan Telkomsel saja. Dengan dibukanya TCASH untuk semua operator, kami mendapatkan feedback yang cukup baik dari merchant-merchant baru kami,” kata Danu.

Sementara hentikan rencana spin off

Danu Wicaksana sebelumnya sempat menginformasikan rencana TCASH untuk keluar dari layanan operator induknya, yaitu Telkomsel. Rencana spin off tersebut diklaim bisa mempercepat pertumbuhan bisnis TCASH sebagai platform pembayaran multi operator. Namun, di kesempatan hari ini, Danu memastikan saat ini tidak akan keluar dari Telkomsel.

“TCASH tidak memiliki rencana untuk berdiri sendiri dan keluar dari otoritas dan legalitas Telkomsel. Demi memanfaatkan sumber daya, aset, dan data yang ada, TCASH akan terus menjadi bagian dari Telkomsel,” kata Danu.

Danu menambahkan, meskipun saat ini menghentikan rencana spin off, TCASH tetap menerapkan kultur perusahaan yang agile, seperti yang biasa diterapkan banyak startup.

Ragam fitur baru

Selain bisa digunakan untuk pembayaran transportasi Blue Bird, pembayaran di pasar tradisional, dan di Pertamina, saat ini TCASH juga sudah bisa digunakan sebagai platform pembayaran dan transaksi cash-in dan cash-out di gerai Indomaret dan Alfamart. Untuk gerai Family Mart dan Circle K, layanan yang tersedia adalah cash-in dan pembayaran.

“Ke depannya kami juga akan menambah layanan lain. Salah satu rencana yang dalam waktu dekat akan diimplementasikan adalah menyematkan aplikasi TCASH di feature phone yang saat ini masih banyak digunakan oleh masyarakat di Indonesia,” kata Danu.

Sementara itu, meskipun sudah menerapkan penggunaan QR Code untuk transaksi, belum semua merchant yang bergabung menerima pembayaran menggunakan QR Code. Penggunaan NFC dan mesin EDC yang merupakan ciri khas TCASH masih banyak diimplementasikan.

“Kalau untuk merchant nasional kebanyakan masih menggunakan EDC untuk pembayaran, namun untuk smartphone Android bisa mengaktifkan fitur NFC di smartphone mereka,” kata Danu.

Danu menambahkan tidak semua smartphone Android yang memiliki fitur tersebut. Untuk itu disarankan pengguna baru yang tidak memiliki stiker NFC, bisa melakukan pemesanan stiker tersebut melalui situs TCASH.

“Sesuai dengan misi TCASH yaitu tidak hanya ingin mengajak orang melakukan pembayaran secara non tunai, tapi TCASH juga ingin mendukung program pemerintah untuk penggunaan uang non tunai di kalangan masyarakat,” tutup Danu.

Application Information Will Show Up Here

Tips Berkiprah di Kancah Industri Pengembangan Game Indonesia

Hari pertama perhelatan Bekraf Game Prime (BGP) 2018 banyak diisi workshop yang menghadirkan panelis dari industri game lokal. Sesuai dengan tema kegiatan BGP kali ini, yaitu mempromosikan pengembang game lokal secara global, para pembicara yang dihadirkan banyak mengupas kiat sukses dan suka duka selama menjadi pengembang game atau bekerja di perusahaan game asing.

Pentingnya membangun jaringan

Salah satu narasumber yang dihadirkan adalah CEO Agate Studio Arief Widhiyasa yang telah sukses mengembangkan bisnisnya untuk kalangan B2B dan B2C. Kepada pengunjung yang kebanyakan berasal dari kalangan mahasiswa hingga pengembang game, Arief menceritakan cara terbaik untuk membangun relasi hingga jaringan dengan sesama pelaku di industri game.

“Kegiatan seperti BGP memang ideal untuk berkenalan dengan sesama pengembang game, namun idealnya fokus kepada kualitas perkenalan daripada kuantitas. Bina hubungan baik dengan jumlah kecil orang yang tepat dibandingkan dengan jumlah yang banyak.”

Meskipun jumlah pengembang game Indonesia yang sukses belum terlalu banyak, menurut Arief industri game memiliki jaringan yang cukup “friendly” dibandingkan dengan industri e-commerce atau lainnya. Masih banyak senior dan pakar yang bersedia berbagi pengalaman, informasi, dan kiat sukses menjalankan bisnis di industri game.

“Temukan senior atau pakar yang sesuai dengan minat saat mulai mengembangkan game. Dari situlah biasanya informasi soal manajemen hingga teknis bakal banyak didapatkan,” kata Arief.

Sementara itu, menurut CEO Arsanesia Adam Ardisasmita, selain kegiatan seperti konferensi, ekshibisi, dan gelaran seperti BGP, kesempatan bertemu secara “one-on-one” dengan pihak yang relevan dalam bisnis game, juga sebaiknya dilakukan. Perkenalkan proyek yang sedang dikerjakan dan bina hubungan baik usai pertemuan berlangsung.

“Dari accidental meetup tersebut, jika di-follow up segera, bisa menjadikan peluang bisnis yang baik untuk Anda pengembang game,” kata Adam.

Game studio asal Bandung ini fokus mengembangkan game kasual di platform mobile. Salah satu game yang cukup sukses mendulang ratusan ribu unduhan adalah Roly Poly Penguin. Pada tahun 2015, Arsanesia mulai masuk ke dunia edukasi melalui unit bisnis yang bernama Arsa Kids.

Tingkatkan kualitas keahlian

Selain persoalan networking, turut dihadirkan juga narasumber yang bekerja di perusahaan game mancanegara. Mereka adalah Elizabeth Galuh dari Streamline Studio dan Ian Purnomo dari Sony Interactive Entertainment.

Sebagai salah satu Project Manager di Streamline Studio, Elizabeth mengajak lebih banyak mahasiswa dan pengembang lokal untuk menguasai keahlian yang diminati. Apakah itu sebagai seorang 3D Artist atau programmer, pastikan pengetahuan hingga wawasan dikuasai sebelum bekerja di perusahaan asing.

“Intinya perusahaan game asing tersebut ingin keahlian yang kita miliki bisa diterapkan sesuai dengan pekerjaan yang ditempati. Untuk itu asah terus keahlian dan pelajari benar engine yang bakal digunakan nantinya,” kata Elizabeth.

Selama bekerja di Streamline Studio, Elizabeth membawahi anggota tim yang bertanggung jawab menyelesaikan sebuah proyek. Kontribusi masing-masing anggota tim akan mempengaruhi hasil akhir proyek tersebut.

Sementara itu, bagi Ian Purnomo yang memegang posisi Public Relation dan Developer Relation di Sony, fokus kegiatan pemasaran wajib dilakukan saat game bakal diluncurkan. Bukan hanya informasi, kegiatan ini juga sarat dengan aktivasi online dan offline.

“Untuk bisa menambah wawasan yang ada, jangan sungkan untuk memainkan dan mencoba berbagai game. Seperti saat ini yang tengah populer adalah Mobile Legends. Cari tahu keistimewaannya dan bagaimana game tersebut bisa memberikan inspirasi terhadap proyek yang saat ini tengah dikembangkan,” ungkap Ian.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Bekraf Game Prime 2018