Izin.co.id Luncurkan Fitur “Tracking System”, Mudahkan Bisnis Pantau Proses Perizinan

Setelah menjalankan bisnis sejak tahun 2012, Izin.co.id sebagai startup yang bergerak dibidang jasa perizinan pendirian usaha seperti PT, CV/Firma, dan PMA; meluncurkan fitur Tracking System. Melalui aplikasinya, kini semua informasi terbaru mengenai perkembangan proses perizinan akan terkirim langsung ke akun WhatsApp dan e-mail milik pengguna. Sementara untuk berkas softcopy perizinan bisa langsung diunduh dengan security password.

Founder Izin.co.id Erwin Soerjadi mengungkapkan, selain membantu mengedukasi dan menyosialisasikan pemilik usaha tentang legalitas yang benar, perusahaannya juga menyediakan sistem agar pengusaha dapat dengan mudah mengecek dan terus memperbarui status pengajuan mereka.

“Bagi pengusaha yang baru mulai, banyak aspek bisnis lain yang harus dipikirkan secara matang. Sebagai info, Tracking System kami adalah yang pertama dan satu-satunya di Indonesia. Belum ada perusahaan jasa perizinan lain yang menggunakan sistem ini,” tambah Erwin.

Rencana ekspansi wilayah layanan

Izin.co.id adalah bagian dari vOffice Group, yang didirikan oleh Erwin Soerjadi, Albert Goh, dan Yuki Tukiaty. Memanfaatkan 30 lokasi virtual office, pemilik usaha bisa memanfaatkan jasa perizinan dan pendirian perusahaan melalui aplikasi. Perusahaan juga bisa membantu pengusaha yang belum memiliki tempat untuk domisili perusahaan, menggunakan Kantor Virtual dan Kantor Sewa.

Untuk memudahkan pengguna, di platform telah disediakan pilihan pembayaran menggunakan bank transfer. Ke depannya akan dihadirkan pula pilihan pembayaran berlangganan per bulan. Untuk biaya layanan dan jasa yang diberikan, Izin.co.id menawarkan harga mulai dari Rp3 juta hingga Rp15 juta.

Hingga kini Izin.co.id sudah membantu lebih dari 4 ribu klien untuk mendirikan perusahaannya di Indonesia. Cakupan wilayah pengurusan perizinan baru di seputar Jakarta, Bekasi, dan Surabaya.

“Ke depan Izin.co.id akan hadir juga di Bandung dan Medan. Kami juga berencana untuk hadir di setiap kota besar di Indonesia pada tahun 2021 untuk membantu pengusaha mendirikan bisnis dengan lebih mudah,” tutup Erwin.

Application Information Will Show Up Here

Jembatani Penggemar dan Idola, SociaBuzz Luncurkan “Video Ucapan Personal”

Besarnya minat kalangan muda yang ingin menjalin engagement langsung dengan idola mereka memanfaatkan media sosial menjadi sebuah peluang yang menarik dijajaki. Salah satu platform yang saat ini mulai banyak diperkenalkan adalah ucapan personal memanfaatkan video dari selebritas atau influencer.

SociaBuzzcreative talent marketplace untuk mencari dan memesan berbagai talenta dan jasa kreatif secara on demand, meluncurkan layanan terbarunya yaitu Video Ucapan Personal. Konsep serupa yang ditawarkan Cameo di Amerika Serikat dan Kaget baru-baru ini. Menurut CEO SociaBuzz Rade Tampubolon, terdapat perbedaan yang signifikan dari platform yang mereka luncurkan.

“Kalau bedanya dengan Cameo, kita fokus kepada pasar di Indonesia. Kalau bedanya dengan Kaget, berhubung SociaBuzz adalah talent marketplace, jadi semua yang bergabung di SociaBuzz bisa mendapatkan akses juga untuk melakukan monetisasi melalui fitur baru Video Ucapan ini. Tidak hanya artis, tapi semua talent yang punya ‘fans’ bisa monetize their fans,” kata Rade kepada DailySocial.

Saat ini Video Ucapan Personal baru bisa diakses di mobile browser dan desktop. SociaBuzz mengklaim, meskipun baru diluncurkan namun platform ini telah memiliki sekitar 60 talenta. Secara keseluruhan terdapat ribuan talenta yang terdaftar di SociaBuzz.

Strategi monetisasi

Saat ini SociaBuzz menerapkan sistem bagi hasil dengan para talenta yang bergabung, yaitu 80% untuk talenta, dan 20% untuk SociaBuzz. Untuk memudahkan proses pembayaran pengguna yang ingin mendapatkan video personal, SociaBuzz menyediakan pilihan pembayaran melalui Midtrans dan transfer bank. Ke depannya pembayaran melalui GoPay akan dihadirkan.

Para talenta ini bisa menentukan sendiri rate mereka. Meskipun demikian, beberapa talenta tidak mematok harga pasti, jadi mereka akan melihat berdasarkan permintaan yang masuk dari pengguna. Semua sudah disediakan di kolom formulir untuk penggemar mengisi dana yang bisa mereka berikan kepada talenta tersebut.

“Kita punya visi to be the best place where talents, businesses, and people can achieve more together. Melalui fitur baru ini semakin memperkuat visi SociaBuzz untuk menjadi wadah yang bisa menguntungkan berbagai pihak (talent, bisnis, masyarakat). Dengan fitur baru ini talenttalent ternama bisa membuat fans-nya happy, sekaligus mendapatkan manfaat finansial,” tutup Rade.

Gandeng Investree, Mbiz Hadirkan Akses Layanan Finansial

Setelah sebelumnya diberitakan telah menjalin kerja sama strategis dengan layanan fintech lending, Mbiz mengumumkan secara resmi kemitraan dengan Investree untuk membantu supplier mendapatkan pembiayaan. CEO Mbiz Rizal Paramarta menyebutkan, fokus Mbiz adalah memberikan pembiayaan ke supplier dari kalangan UKM guna menyelesaikan proyek melalui platform Mbiz dan Mbizmarket.

“Saat ini masih banyak supplier kalangan UKM yang kesulitan untuk memenuhi permintaan dari klien, [..] untuk menjadi supplier korporasi dan enterprise pembayaran dilakukan setelah proyek selesai. Untuk bisa mengatur keuangan mereka, diperlukan dana besar dari para supplier.”

Rizal menambahkan, termin pembayaran dapat mempengaruhi akselerasi produktivitas bisnis perusahaan-perusahaan yang terlibat, terutama jika waktu yang ditentukan tidak sesuai dengan ekspektasi atau kebijakan manajemen keuangan yang berlaku. Situasi ini bisa terjadi tidak hanya di bisnis UKM tetapi juga penyedia maupun pembeli berskala besar.

Menurut CEO Investree Adrian Gunadi, kerja sama antara Investree dan Mbiz ini merupakan salah satu langkah strategis penjualan perusahaan dalam bentuk acquisition channel. Tujuan utamanya mendukung target pertumbuhan Investree tahun 2020 mendatang. Hal ini merupakan salah satu strategi perusahaan untuk menjangkau pengusaha UKM di daerah-daerah lain seluruh Indonesia dengan lebih efisien.

“Nantinya semua borrower akan menikmati proses pengajuan pinjaman yang seamless dengan memanfaatkan integrasi teknologi antara Investree dan Mbiz. Jenis pinjaman yang ditawarkan dalam kerja sama ini adalah Invoice Financing, Pre-Invoice Financing, dan Buyer Financing. Ketiga produk tersebut termasuk dalam produk pembiayaan supply chain di Investree,” kata Adrian.

 

Meskipun saat ini Mbiz telah memperkenalkan platform marketplace yang menyasar konsumen UKM bernama Mbizmarket, pembiayaan  ini juga bisa dimanfaatkan perusahaan-perusahaan yang ada di ekosistem Mbiz.

Disinggung apakah nantinya Mbiz berencana untuk memperluas kemitraan dengan institusi keuangan atau layanan fintech lending lainnya, Rizal menegaskan fokus mereka saat ini melihat perkembangan kerja sama strategis dengan Investree terlebih dahulu. Namun jika ada pihak-pihak terkait yang ingin menjalin kolaborasi dengan Mbiz, tidak menutup kemungkinan adanya kerja sama strategis lainnya.

Sebelumnya Mbiz juga telah menghadirkan layanan leasing menggandeng Tokyo Century Corporation, perusahaan pembiayaan terbesar di Jepang.

Secara keseluruhan, pelaku e-procurement yang memanfaatkan platform Mbiz dan Mbizmarket saat ini diklaim terus mengalami peningkatan. Skala perusahaan yang memanfaatkan platform mereka juga beragam, mulai dari perusahaan besar hingga UKM. Dibandingkan dengan tahun 2018 lalu, tahun ini Mbiz mencatat jumlah perusahaan penyedia barang dan jasa meningkat 60%, sedangkan perusahaan pembeli barang dan jasa meningkat hingga 40%.

 

Ingin Dukung Industri Film, NFC Indonesia Berinvestasi di Ideosource Entertainment

Bertujuan untuk memperkuat value chain di lanskap digital dan hiburan, PT NFC Indonesia Tbk (NFCX), entitas dari PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS), mengumumkan rencananya untuk berinvestasi di Ideosource Entertainment (IDEO). Nantinya investasi akan berfokus pada pembiayaan portofolio yang beragam.

Tidak disebutkan lebih lanjut berapa jumlah investasi yang digelontorkan, namun melalui kerja sama dengan berbagai produser Indonesia yang sukses secara komersial, investasi dikucurkan untuk portofolio film yang terkurasi, khususnya untuk layar lebar dan serial untuk layanan streaming digital.

“NFCX terus membangun disruptive platforms di berbagai area, termasuk media dan periklanan. Namun, kami percaya bahwa platform yang kuat harus juga didukung dengan konten yang kuat. Hal tersebut akan menciptakan magnet alami bagi platform tersebut. Kami juga melihat bahwa IDEO film dan media analytic platform juga dapat memperkuat infrastruktur programmatic and deep-learning and advertising kami. Dengan dukungan finansial dan ekosistem digital luas dari NFCX, kami dapat membantu IDEO untuk berkembang lebih cepat dan lebih besar,” kata CEO NFCX Abraham Theofilus.

Fokus IDEO untuk produksi film Indonesia

Didirikan oleh Andi Boediman pada tahun 2011 lalu, hingga kini Ideosource Venture Capital telah mendanai 27 startup mulai dari e-commerce, digital media, games, IoT (internet of things) yang mendapat kucuran dana dari Ideosource. Andi kini menjabat sebagai Managing Partner Ideosource Venture Capital.

Sejak tahun 2017, Ideosource mulai merambah dunia film dan menyalurkan investasinya melalui Ideosource Film Fund (IFF).  Melihat potensi yang cukup besar di industri film Indonesia serta latar belakang pendidikannya pernah belajar film di Amerika, CEO IDEO Andi Boediman mengungkapkan, IDEO memiliki beragam portofolio film fitur Indonesia. Ia mengklaim ‘Keluarga Cemara’ merupakan investasi film paling sukses dengan penonton yang menembus angka 1,7 juta penonton serta pendapatan lain-lain dari sponsor dan hak digital.

“IDEO juga berinvestasi di deretan film Screenplay Bumilangit, salah satunya adalah ‘Gundala’, pahlawan super komik asli Indonesia karya (alm) Hasmi. Disutradarai oleh Joko Anwar, film ini menceritakan tentang asal usul dari si pahlawan super tersebut, dan menjadi salah satu film yang paling ditunggu-tunggu tahun ini.”

Terdapat empat bisnis model yang nantinya akan diterapkan oleh IDEO, di antaranya adalah investasi film & media, produksi film & media, film & media analytic platform dan digital marketing agency. Dalam memutuskan investasi, Andi memiliki beberapa kriteria. Pertama, ia melihat rekam jejak produser dan sutradaranya. Rumah produksinya sudah pernah mengeluarkan karya-karya apa saja. Rekam jejak ini penting untuk keberhasilan investasinya.

“Setelah itu, saya melihat dari segi proyeknya. Film itu dilihat dari paketnya. Apakah dia menggunakan intellectual property, cast, story yang bagus, dan revenue model, kita jadi tertarik. Kalau di depan, itunya saja tidak menarik, ya, bagaimana kita bisa tertarik,” kata Andi.

The Fit Company Mulai Perkenalkan Aplikasi Gaya Hidup Sehat Fitco

Bertujuan memudahkan pengguna melakukan reservasi jadwal latihan, The Fit Company, startup yang bergerak di bidang gaya hidup aktif dan sehat, meluncurkan aplikasi mobile bernama Fitco.

Kepada DailySocial, CEO dan Co-Founder The Fit Company Jeff Budiman mengungkapkan, sejak awal berdiri The Fit Company berkomitmen untuk menciptakan gaya hidup aktif dan sehat bagi seluruh masyarakat Indonesia. Aplikasi Fitco merupakan produk unggulan yang memungkinkan masyarakat mengakses layanan gaya hidup aktif dan sehat dengan mudah.

“Saat ini, kami masih mengembangkan dan terus menyempurnakan salah satu pilar utama yang kami usung, yaitu pilar move. Pengguna dapat melakukan reservasi jadwal latihan olahraga pribadi, grup, maupun dengan pendampingan dari personal coach sesuai dengan jadwal dan lokasi yang diinginkan. Jenis olahraga yang ditawarkan juga beragam, mulai dari pilihan untuk berolahraga di studio gym, kelas, maupun komunitas.”

Salah satu fitur yang menjadi unggulan yaitu on-demand coach. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk melakukan reservasi jadwal latihan bersama personal coach sesuai dengan waktu dan lokasi yang diinginkan. Pengguna juga akan mendapatkan kemudahan dan kenyamanan dalam berolahraga. Fitur ini juga memberikan kemudahan bagi para coach dalam mencari klien yang membutuhkan pendampingan sesuai dengan kompetensi olahraga yang dimiliki tiap-tiap coach.

“Keunggulan lainnya, aplikasi Fitco menawarkan sistem keanggotan yang fleksibel dan personal. Dengan sistem keanggotaan ini, pengguna memiliki kebebasan untuk mencoba beragam layanan terlebih dahulu ataupun langsung memilih paket berlangganan yang diinginkan,” kata Jeff.

Sejak diluncurkan awal Agustus 2019 lalu, Fitco telah memiliki lebih dari 1,000 pengguna. Untuk pilar move ini, Fitco telah memiliki 35 mitra coach pilihan, 17 studio gym, 67 studio kelas, dan 10 mitra komunitas.

The Fit Company beberapa waktu lalu telah mengakuisisi Slim Gourmet, Wellnez Indonesia, dan Fitco. Aksi perusahaan tersebut dilakukan dalam rangka pengembangan ekosistem wellness yang sedang mereka bangun di pasar Indonesia.

Setelah move, lanjut ke eats dan mind

Di tahun 2019, startup yang didirikan Jeff Budiman dan Prianka Bukit ini memiliki sejumlah rencana penting, termasuk rebranding dua pilar utama perusahaan, yakni move dan eats. Pilar eats merupakan fitur yang memungkinkan pengguna untuk memesan makanan sehat dan bernutrisi seimbang dalam satu aplikasi yang sama.

“Konsep ini memungkinkan pengguna mengakses seluruh layanan, baik dari pilar move dan eats hanya dengan satu aplikasi. Selain itu, kami juga akan mulai menggarap pilar mind sebagai pilar ketiga dalam ekosistem wellness holistik yang kami bangun,” kata Jeff.

Application Information Will Show Up Here

Dukungan Operator Telekomunikasi dalam Pengembangan IoT di Indonesia

Banyak alasan mengapa hingga saat ini pihak operator telekomunikasi sebagai mitra paling relevan untuk pengembangan IoT di Indonesia belum berjalan maksimal. Salah satunya masih sedikitnya data yang bisa dibagikan kepada pihak terkait untuk mengembangkan teknologi tersebut.

Dalam acara Asia IoT Business Platform 2019 di Jakarta hari ini (28/08), Director General Kominfo Ismail MT mengungkapkan, diperlukan dukungan dan keterlibatan operator telekomunikasi untuk bisa mempercepat pertumbuhan inovasi teknologi IoT saat ini. Bukan hanya dari sisi ide dan potensi, namun juga pengolahan data analitik yang sudah banyak dikumpulkan oleh pihak operator.

Menanggapi persoalan tersebut SVP – EGM Digital Service Telkom Indonesia Joddy Hernandy mengungkapkan, masih sedikitnya data yang dikumpulkan oleh operator  untuk pengembangan masih menjadi kendala. Meskipun saat ini data yang dimiliki oleh operator telekomunikasi sudah banyak dikumpulkan, namun belum bisa untuk menjadi sebuah sumber daya yang bisa dikembangkan oleh pemerintah hingga pihak terkait untuk membantu UKM.

Menurut Chief Business Officer Indosat Ooredoo Intan Abdams Katoppo, mengapa data masih sulit untuk dikumpulkan karena saat ini kebanyakan data yang disimpan di cloud computing services adalah milik asing dan tidak dimiliki oleh pihak lokal. Untuk itu ke depannya, pihak operator masih memiliki rencana dan roadmap untuk bisa mengolah data analisis untuk mendukung pengembangan IoT di Indonesia.

Kurangnya talenta digital

Persoalan lain yang juga dibahas dalam acara Asia IoT Business Platform 2019 adalah kurangnya talenta digital yang bisa mengembangkan inovasi dan produk IoT. Sementara dari sisi pihak operator, ketika data sudah dikumpulkan, mereka mengklaim masih kesulitan untuk mengolah data karena masih sedikitnya jumlah data scientist hingga data analyst yang berkualitas. Untuk itu menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah agar bisa mencetak talenta digital yang relevan untuk bisa membantu pihak terkait mengembangkan teknologi IoT.

Salah satu upaya yang diklaim sudah dikembangkan oleh Indosat Ooredoo adalah menjalin kemitraan strategis dengan universitas hingga pencipta produk atau product maker untuk bisa berkolaborasi memanfaatkan sumber daya yang ada dalam hal pengolahan data hingga penerapan teknologi IoT pada khususnya.

Salah satu upaya yang bisa dimaksimalkan oleh pihak terkait adalah dengan menciptakan Co-Creation, artinya ada sebuah wadah yang bisa memayungi mereka yang memiliki ide hingga solusi yang relevan memanfaatkan IoT.

“Pesan saya buatlah sebuah produk IoT yang bisa memecahkan masalah yang banyak ditemui oleh masyarakat saat ini. Secara umum pemerintah sudah menciptakan berbagai infrastruktur yang bisa dimanfaatkan oleh pihak terkait untuk menerapkan IoT. Bukan hanya smart cities namun juga teknologi IoT yang bisa menjadi enabler pelaku UKM dan industri terkait lainnya,” kata Ismail.

Kondisi konektivitas saat ini

Secara umum saat ini koneksi yang masih banyak dimanfaatkan oleh operator untuk teknologi IoT adalah 4G. Untuk jaringan 5G sendiri yang diklaim bakal membantu teknologi IoT berkembang lebih baik belum bisa diterapkan karena berbagai persoalan dan hambatan yang ada. Namun demikian pihak Indosat Ooredoo dalam hal ini, berupaya untuk meningkatkan 4G Latency untuk bisa dimanfaatkan pihak terkait yang ingin mengembangkan teknologi IoT.

Telkomsel sendiri baru-baru ini telah meresmikan kerja sama strategis mereka dengan armada taksi listrik Bluebird (e-taxi). Implementasi IoT Telkomsel ke dalam ekosistem digital Bluebird merupakan perwujudan komitmen perseroan dalam mendukung visi Making Indonesia 4.0 dari pemerintah. IoT Control Center dianggap mampu memperkuat ekosistem IoT secara menyeluruh melalui berbagai perangkat yang saling terkoneksi di dalam jaringan Bluebird. Salah satunya IoT Bluebird yang akan menjadi solusi pengganti Fleety sebagai perangkat penghitung argo, serta penerima pesanan berbasis jaringan 2G yang selama ini dipakai armada Bluebird.

“Selain dengan Bluebird, nantinya Telkomsel juga akan menjalin kolaborasi untuk mengembangkan teknologi IoT dengan Pertamina. Untuk fase pertama fokus kami masih kepada SPBU yang dimiliki oleh Pertamina. Bentuknya seperti apa intinya adalah, mendigitalkan Pertamina memanfaatkan teknologi IoT,” kata Joddy.

Melihat Masa Depan Layanan “Video Streaming” di Indonesia

Makin besarnya minat kalangan muda untuk mengonsumsi konten secara digital menjadi salah satu alasan mengapa saat ini layanan video streaming makin banyak pilihannya. Di Indonesia sendiri belum banyak platform yang menyediakan layanan terpadu untuk kreator konten dan video streaming.

Melihat potensi tersebut, Vidio mencoba untuk fokus menjadi platform lokal yang tidak hanya berfungsi sebagai wadah untuk kreator konten baru di tanah air, tetapi juga platform hiburan berisi konten-konten untuk pengguna di Indonesia.

Di sesi #SelasaStartup kali ini, Deputi CEO Vidio Hermawan Sutanto mengungkapkan tantangan terbesar bersaing dengan platform populer dan bagaimana masa depan layanan video streaming di Indonesia.

Bagaimana platform lokal bersaing

Salah satu upaya yang bisa dilakukan sebuah perusahaan digital untuk bisa bersaing dengan platform asing raksasa seperti YouTube adalah bagaimana platform pesaing tersebut bisa tampil lebih unggul atau menawarkan value proposition.

Cara yang bisa dilakukan adalah memberikan kesempatan bagi kreator konten untuk mempromosikan kreasi mereka tanpa harus bersaing dengan kreator konten yang sudah memiliki traffic dan jumlah pengikut yang besar. Mengedepankan konsep challenge, Vidio menyadari benar pentingnya bagi pembuat konten untuk mendapatkan traffic dan mempromosikan kreasi mereka secara organik.

Saat ini layanan video streaming hingga live streaming sudah banyak pilihannya, namun hanya sedikit yang menawarkan tayangan eksklusif. Untuk bisa menjangkau semua kalangan, Vidio menghadirkan konten olahraga yang hanya bisa dinikmati khusus pelanggan Vidio.

“Karena fokus kita hanya Indonesia, menjadi mudah bagi kami untuk menentukan konten atau tayangan apa yang paling menarik perhatian pengguna. Kami juga siap membantu brand hingga publisher yang ingin mempromosikan produk mereka lebih cepat sesuai kebutuhan,” kata Hermawan.

Vidio memiliki tim internal yang membangun dan mengembangkan aplikasi. Hal tersebut menjadi keuntungan lebih bagi kreator konten dan brand yang ingin menghadirkan konten yang dikustomisasi.

“Saat ini video streaming masih menjadi pilihan bagi pengguna dan kreator konten, sehingga ke depannya saya melihat bakal lebih masif lagi jumlah konten kreator di Indonesia yang bakal memanfaatkan platform seperti Vidio. Dari sisi pengguna ke depannya bukan hanya tayangan eksklusif, tapi juga demand untuk melihat konten yang segar dan berkualitas akan menjadi daya tarik utama,” tutup Hermawan.

Application Information Will Show Up Here

RedDoorz Kantongi Pendanaan Seri C Senilai Hampir Satu Triliun Rupiah

Bertujuan memperkuat posisinya sebagai platform pemesanan dan manajemen hotel terbesar di Asia Tenggara, RedDoorz mengantongi pendanaan Seri C senilai US$ 70 juta (mendekati satu triliun Rupiah). Putaran pendanaan kali ini dipimpin Asia Partners dengan partisipasi dua investor baru, Rakuten Capital dan Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund. Investor sebelumnya, Qiming Venture Partners dan International Finance Corporation (IFC) juga kembali memberikan dukungannya dengan ikut berpartisipasi.

RedDoorz akan menggunakan pendanaan ini untuk masuk ke pasar baru dan memperkuat posisi kepemimpinannya di kawasan Asia Tenggara dengan mengembangkan berbagai hal seperti teknologi, pengalaman pelanggan, sumber daya manusia serta investasi pemasaran. Sebagian besar hasil pendanaan putaran ini akan digunakan untuk membangun pusat teknologi di Vietnam yang akan melengkapi pusat teknologi regional di India.

Selain mengembangkan teknologi, RedDoorz juga berencana meningkatkan kualitas staf hotel dan program pelatihan bekerja sama dengan mitra hotelnya di Singapura, Indonesia, Vietnam dan Filipina. Secara total jumlah tenaga kerjanya mencapai sekitar 10.000 orang di seluruh kawasan tersebut. RedDoorz mengklaim telah berhasil tumbuh lima kali lipat hingga bulan ini dengan jangkauan 52 kota di 4 negara Asia Tenggara. Mereka menargetkan satu juta pemesanan hingga akhir tahun.

Sebelumnya RedDoorz telah mengantongi $45 juta (630 miliar Rupiah) dalam putaran pendanaan Seri B. Raksasa media Indonesia MNC Group merupakan salah satu investor baru yang memberikan investasinya untuk platform pemesanan online hotel bujet ini. Dengan adanya pendanaan Seri C ini, RedDoorz telah mengumpulkan pendanaan $140 juta (hampir 2 triliun Rupiah) sejak peluncuran pertamanya di tahun 2015.

“Kami menyambut dengan baik bergabungnya para investor baru yang berpengalaman dengan misi membangun RedDoorz sebagai brand perjalanan terjangkau dengan dukungan teknologi terdepan di Asia Tenggara. Babak baru pendanaan ini merupakan bukti pertumbuhan bisnis kami yang kuat dan posisi kepemimpinan pasar yang mampu kami bangun selama beberapa tahun terakhir. RedDoorz beroperasi di beberapa pasar paling dinamis di dunia dan kami melihat peluang yang luar biasa untuk terus mengembangkan platform kami dan berekspansi ke pasar baru,” kata CEO RedDoorz Amit Saberwal.

Application Information Will Show Up Here

TaniHub Fokus Menjadi “Supply Chain” Produk Pertanian Indonesia

Sejak didirikan tahun 2016 lalu, TaniHub yang bernaung di bawah startup agritech TaniGroup, sudah memiliki lebih dari 25.000 petani lokal di seluruh Indonesia dan mengoperasikan lima kantor cabang dan pusat distribusi regional di Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.

Kepada media saat acara kunjungan ke gudang TaniHub Bogor beberapa waktu lalu, CEO TaniGroup Ivan Arie Sustiawan menyebutkan, fokus TaniHub saat ini adalah agar bisa menjadi platform agritech top of mind bagi kalangan korporasi maupun konsumen umum. Dilengkapi dengan gudang, teknologi dan jaringan petani di pulau Jawa, TaniHub ingin menjadi layanan supply chain terlengkap di Indonesia.

“Ke depannya kami berharap TaniHub bisa menjadi [layanan] supply chain terlengkap dengan teknologi dan aplikasi yang kami ciptakan untuk memudahkan petani hingga pelanggan untuk mengakses TaniHub. Bukan hanya berfungsi sebagai tools, aplikasi TaniHub kami ciptakan untuk memperkuat supply chain,” kata Ivan.

Rencana mendirikan packing house

Saat ini gudang TaniHub di Bogor diklaim menjadi salah satu gudang percontohan yang dinilai paling lengkap dan mewakili proses hingga teknologi yang dimiliki perusahaan. Semua produk yang dikirimkan dari berbagai wilayah di pulau Jawa, dikumpulkan di gudang TaniHub Bogor untuk kemudian dilakukan proses grading atau penentuan kelas dari buah hingga sayuran. Usai proses tersebut, produk akan dikemas dan dikirimkan ke pelanggan.

Ke depannya TaniHub juga berencana mendirikan packing house di sejumlah lokasi yang bisa memudahkan petani mengirimkan semua produk pertanian mereka secara langsung.

“Pembangunan packing house tersebut masih menjadi rencana kami selanjutnya. Kami melihat packing house bakal menjadi ‘the next best thing‘ untuk Tanihub dan juga para petani pada khususnya,” kata Ivan.

Disinggung apakah TaniHub bakal melakukan ekspansi ke pulau-pulau Indonesia yang lain, Ivan menyebutkan rencana tersebut ada, namun untuk saat ini TaniHub masih fokus di pulau Jawa dan Bali.

Pasca perolehan pendanaan Seri A bulan Mei 2019 lalu, sebesar $10 juta atau setara dengan 143 miliar Rupiah, TaniHub masih ingin fokus untuk mengakuisisi lebih banyak petani untuk bergabung sekaligus mengembangkan ekosistem agritech di Indonesia.

“Setelah fokus kami mulai bergeser kepada B2B pada tahun 2017 lalu, TaniHub telah melancarkan strategi yang cukup efektif dan berhasil mendapatkan product market fit. Untuk saat ini dan selanjutnya kami ingin meng-cater industri terkait dalam hal penyediaan supply chain produk pertanian di Indonesia hingga ekspor ke mancanegara,” kata Ivan.

Kolaborasi dengan IPB

Acara penandatanganan MOU IPB dan TaniGroup / Bhisma Adinaya-TaniGroup
Acara penandatanganan MOU IPB dan TaniGroup / Bhisma Adinaya-TaniGroup

TaniGroup juga menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan Institut Pertanian Bogor (IPB). Sebagai institusi pendidikan yang fokus ke segmen pertanian di Indonesia, TaniGroup melihat kolaborasi ini bisa membantu, tidak hanya untuk perusahaan, tapi juga mahasiswa pada khususnya.

TaniGroup melihat kolaborasi dengan institusi pendidikan penting dilakukan karena berbagai permasalahan di sektor pertanian Indonesia sangat mendesak untuk dipecahkan. Perusahaan dan IPB bersama-sama memiliki peran sebagai pemangku kepentingan (stakeholder) di dunia pertanian Indonesia.

Kerja sama tersebut tidak terbatas pada bidang penelitian serta pengembangan data dan SDM yang bersifat mutual saja. Sebagai contoh, SDM yang ahli dalam pengelolaan tanah dan tanaman (agronomist) dapat berperan signifikan dalam memperbaiki kualitas hasil panen, sehingga para petani dapat memenuhi kebutuhan pasar yang terus meningkat.

“Saya harapkan ada hasil konkret dari kolaborasi ini yang selanjutnya bisa menghasilkan inovasi atau sesuatu yang positif yang bermanfaat, tidak hanya untuk TaniGroup namun juga IPB dan ekosistem agritech,” kata Ivan.

Application Information Will Show Up Here

TaniFund Telah Salurkan Dana Rp75 Miliar ke 2100 Petani

TaniFund, platform crowdfunding dan crowdlending yang membantu para petani untuk mendapatkan dana pinjaman untuk proyek budidaya pertanian, hingga saat ini telah menyalurkan dana lebih dari Rp75 miliar ke 2.100 petani dalam 83 proyek budidaya. TaniFund menargetkan penyaluran pinjaman hingga akhir 2019 bisa mencapai Rp100 miliar ke 5.000 petani. Saat ini TaniFund mengklaim telah memiliki jumlah lender yang cukup banyak berasal dari kalangan milenial.

Secara keseluruhan, jumlah petani yang bergabung di TaniFund saat ini sekitar 25 ribu dengan gudang dan cabang yang tersebar di lima kota, yaitu Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. Ke depannya TaniFund juga sudah membuat sejumlah program untuk menjangkau petani di luar pulau Jawa.

Resmi hadir tahun 2017 lalu, TaniFund mengklaim hingga kini NPL tercatat cukup baik dan menjamin kepastian panen dari masing-masing petani di berbagai wilayah. TaniFund ini sudah resmi terdaftar dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ia juga menjadi anggota Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI).

Disinggung apakah TaniFund memiliki rencana untuk menambah kemitraan dengan startup fintech P2P lainnya setelah Modalku, CEO TaniGroup Ivan Arie Sustiawan mengungkapkan, pihaknya belum memiliki niat untuk menambah jumlah mitra startup terkait dan masih menjalankan kerja sama strategis dengan Modalku.

“Kami belum memiliki rencana untuk menambah kemitraan selain dengan Modalku yang diresmikan sejak tahun 2017 lalu. Melalui TaniFund kami ingin membantu petani mendapatkan tambahan modal sekaligus memberikan peluang investasi untuk masyarakat,” kata Ivan.

Bantu petani tingkatkan kualitas panen

Egi Gunawan mitra TaniFund / Petani cabai di Bogor, Jawa Barat mitra TaniFund / Bhisma Adinaya-TaniGroup
Egi Gunawan, mitra TaniFund / Bhisma Adinaya (TaniGroup)

Meskipun sudah memberikan kontribusi terbesar kedua terhadap perekonomian Indonesia, banyak petani lokal belum dapat menikmati hasil yang adil atas jerih payah mereka. Sebagai negara agraris, tingkat kesejahteraan petani masih rendah karena berbagai permasalahan.

Untuk menyederhanakan rantai pasok, TaniHub hadir dengan teknologi yang diklaim mampu memotong proses tersebut dan meminimalisir jumlah ketergantungan pada middleman.

Sementara untuk memaksimalkan hasil panen dan kualitas dari produk petani, TaniFund lahir untuk menjawab kebutuhan petani untuk pendanaan usaha taninya.

“Kami menyadari bahwa kesejahteraan hidup petani hanya dapat ditingkatkan jika upaya perubahan dilakukan dari berbagai sisi dan tidak terbatas pada supply chain saja. Oleh karena itu, pada awal 2017, kami mendirikan TaniFund sebuah crowdfunding platform yang menyalurkan pendanaan dari lender kepada para borrower, dalam hal ini adalah petani,” kata Ivan.

Untuk memastikan hasil panen memiliki kualitas yang sempurna, di lapangan TaniFund menempatkan tim Field Specialist yang bertugas membimbing petani melalui aplikasi khusus untuk petani yang mudah diakses. Dengan bantuan teknologi tersebut, mitra petani TaniFund dapat lebih tertata dalam mengelola proyeknya.

Dalam proses kurasinya, tim Business Partner secara rutin merekap data mitra petani, memastikan petani tersebut memiliki sertifikasi tanah yang jelas dan bekerja dengan baik untuk bisa mengembalikan dana yang dipinjamkan lender kepada petani. Prosesnya pun cukup berlapis, mulai dari pengawasan, laporan secara real time lahan pertanian hingga edukasi kepada petani.

Salah satu petani yang sudah cukup lama menjadi mitra dari TaniFund adalah Egi Gunawan, petani milenial berusia 27 tahun yang kerap disapa dengan panggilan Kang Egi. Bersama kelompok taninya, Guna Tani, Kang Egi berhasil mengembangkan budidaya tomat TW dan cabai merah keriting lewat pembiayaan peer-to-peer lending (p2p) dari TaniFund.

“Setelah bergabung dengan TaniFund saya tidak dipusingkan lagi dengan fluktuasi harga dan bisa menjual produk hingga dengan mudah mengajukan pinjaman melalui TaniFund. Saat ini sudah dua kali proyek saya selesaikan di TaniFund,” kata Egi.

Application Information Will Show Up Here