Startup Agritech Eratani Memperoleh Pendanaan Awal 23 Miliar Rupiah

Startup agritech Eratani memperoleh pendanaan awal (pre-seed) sebesar 23 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Trihill Capital, diikuti partisipasi dari Kenangan Kapital dan Kopital Network. Melalui pendanaan ini, mereka akan membangun ekosistem pertanian dari hulu ke hilir hingga mengembangkan super app bagi petani.

Sejumlah founder startup juga ikut menyuntik investasi ke Eratani di antaranya adalah Co-founder & CEO Koinworks Benedicto Haryono, Co-founder & CEO Sociolla John Marco Rasjid, Founder & CEO Gaji Gesa Vidit Agrawal, dan beberapa angel investor lainnya.

Menurut Founder & CEO Eratani Andrew Soeherman, investor tertarik dengan model bisnisnya karena fokus pada seluruh proses pertanian dari hulu (upstream) hingga hilir (downstream). Hal ini memberikan Eratani nilai kompetitif terhadap terobosan baru di industri pertanian ke depan.

“Kami terus membangun dan memajukan ekosistem pertanian dengan digitalisasi dan transparansi di setiap prosesnya. Ke depannya Eratani ingin banyak berkolaborasi dengan badan usaha pangan untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional dan membantu pemerintah dalam mendorong pertumbuhan sektor pertanian yang merata di Indonesia,” ungkapnya.

Eratani didirikan oleh Andrew Soeherman, Kevin Juan Tanggo Laksono (COO), dan Angles Gani (CPO) pada Juni 2021. Mereka membidik posisi nomor satu di Indonesia sebagai platform agritech yang memiliki ekosistem pertanian kuat dengan layanan mulai dari pembiayaan, pengadaan barang, pengolahan, hingga distribusi hasil panen. Saat ini Eratani telah membina lebih dari 5.000 petani di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. 

Ekspansi hingga super app

Lebih lanjut, Eratani akan fokus membangun ekosistem dan supply chain; ekspansi ke seluruh pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan; serta mengembangkan platform super app bagi petani Indonesia. Adapun, super app ini dirancang untuk dapat mengakomodasi kebutuhan petani melalui digitalisasi proses pertanian, mulai dari akses permodalan usaha, edukasi pengolahan lahan, sarana produksi pertanian, dan pengelolaan hasil panen.

“Sejak awal Eratani hadir di Indonesia, kami berupaya membantu petani melewati tantangan yang dihadapi. Itulah sebabnya pembangunan super app menjadi kunci percepatan bagi tersedianya ekosistem digital yang terpercaya bagi petani. Kami optimistis akan lebih banyak petani yang dapat diberdayakan,” ujarnya.

Dalam wawancara terdahulu dengan DailySocial.id, Andrew mengungkap beberapa isu yang kerap dialami sektor pertanian. Pertama, 98% proses pertanian dari hulu ke hilir belum terdigitalisasi. Kedua, 93% petani masih melakukan kegiatan usaha sendiri dan tidak terorganisir.

Ketiga, petani tidak punya modal untuk mengolah lahan sampai panen. Kebanyakan sarana produksinya dibeli dengan hasil panen. Ia juga menyoroti sulitnya meregenerasi petani-petani baru karena anak-anak masa kini kurang tertarik untuk bertani.

Mengacu data BPS di 2020, sebesar 46,30% masyarakat yang masuk dalam kategori miskin di Indonesia, sebagian besar berasal dari sektor pertanian. Sektor pertanian masih menjadi pilar utama perekonomian Indonesia.

Sementara, laporan McKinsey mencatat sebanyak 50%-70% hasil panen di Indonesia tidak pernah sampai ke pasar. Riset memperkirakan produktivitas petani di Indonesia harus naik 60% jika ingin memenuhi kebutuhan pangan sebanyak 280 juta jiwa. Itu pun bisa terealisasi apabila petani mampu meningkatkan hasil panen, mengurangi kerugian pasca-panen, hingga dapat mendistribusikannya ke kota besar.

Application Information Will Show Up Here

Ringkas Raih Pendanaan 33 Miliar Rupiah, Digitalkan Proses Kredit Kepemilikan Rumah

Platform kredit hunian digital Ringkas hari ini (31/5) mengumumkan pendanaan tahap pra-awal senilai $2,3 juta atau lebih dari 33 miliar Rupiah. Investor yang berpartisipasi dalam putaran pendanaan ini antara lain 500 Global, Iterative Capital, Creative Gorilla Capital, Teja Ventures, Init-6, serta beberapa founder perusahaan unicorn.

Setelah memutuskan untuk memulai inisiatif baru di tahun 2021, Ilya Kravtsov, yang sebelumnya juga dikenal sebagai founder PouchNATION mencoba mencari solusi yang bisa menyelesaikan masalah besar di Indonesia. Saat itu Ia menemukan bahwa kepemilikan rumah cukup menjadi isu yang banyak dihadapi masyarakat di negeri ini.

Lalu ia bertemu dengan kedua rekannya saat ini, Leroy Pinto dan Yoko Simon yang memiliki latar belakang cukup kuat di dunia teknologi. Leroy pernah bekerja di Google dan Amazon; sementara Yoko sudah berpengalaman 16 tahun di Dell. Ketiganya lalu mengembangkan platform Ringkas dengan tujuan untuk menyederhanakan proses kredit kepemilikan rumah (KPR) untuk ratusan juta rakyat Indonesia.

Ringkas menemukan fakta bahwa penetrasi kredit hunian di Indonesia adalah salah satu yang terendah di dunia dengan total pinjaman perbankan yang setara dengan 3,25% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu, backlog perumahan Indonesia terus bertumbuh hingga saat ini di angka 11,4 juta unit. Penyebab dari situasi yang menantang ini disinyalir karena 55% tenaga kerja negara lokal di Indonesia terdiri dari pengusaha kecil dan menengah, pekerja lepas, hingga individu tanpa kontrak yang pasti.

“Saat ini, lebih dari 70 juta orang di Indonesia berjuang untuk membuktikan kepada sistem perbankan bahwa mereka saat ini telah memiliki sumber daya keuangan dan layak untuk bisa mendapat hunian, atau lebih dikenal dengan Kredit Pemilikan Rumah (KPR),” ujar Co-Founder Ringkas Leroy Pinto.

Dengan misi untuk bisa memecahkan masalah kepemilikan rumah ini, Ringkas mencoba mendigitalkan keseluruhan proses rantai nilai hingga menciptakan platform cerdas yang mampu menyederhanakan proses kredit hunian dengan menyesuaikan profil pelanggan secara lebih efisien, dan
menargetkan aset yang sesuai standar risiko dari lembaga keuangan.

“Tempat tinggal merupakan sebuah kebutuhan fisiologis dasar yang harus dimiliki oleh siapa pun, kami pun merasa bangga untuk bisa mendukung Ringkas sebagai sebuah tim yang ingin membuka peluang yang luas untuk membantu proses kepemilikan rumah bagi seluruh masyarakat Indonesia dengan memungkinkan akses yang lebih setara pada proses pembiayaannya melalui kemajuan teknologi,”  ungkap Managing Partner 500 Global Khailee Ng.

Dalam waktu 6 hingga 12 bulan mendatang, Ringkas berkomitmen untuk fokus mengembangkan platformnya dan melayani puluhan ribu penggunanya sekaligus meluncurkan platform untuk berbagai inisiatif yang bisa memberikan dampak besar lainnya di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Platform ini juga menargetkan ekspansi ke wilayah yang lebih besar seperti Asia Tenggara.

Meskipun begitu, Ringkas menegaskan bahwa platformnya tidak memberikan pinjaman secara langsung. Dalam menyediakan layanan ini, Ringkas berkolaborasi dengan institusi finansial yang menyediakan pinjaman, lalu menerima fee dari setiap transaksi yang berhasil terjadi dalam platform. Namun Ilya juga menambahkan bahwa tidak menutup kemungkinan untuk di kemudian hari bisa menyediakan fasilitas ini secara langsung.

Digitalisasi di sektor properti

Sebelum eksistensi proptech di Indonesia terlihat, ada anggapan bahwa proses pembelian rumah adalah hal yang sulit dan memakan waktu, dan umumnya orang memiliki persepsi bahwa properti harus dapat dilihat secara fisik proses pembangunannya. Namun, seiring perkembangan dunia digital dan para perusahaan teknologi yang memfasilitasi digitalisasi, anggapan ini perlahan pudar.

Menurut laporan Tren Pasar Pasar Properti Lamudi Indonesia pada semester I-2021, tingkat penjualan properti mengalami peningkatan secara tahunan sebesar 36,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya meski terimbas oleh pandemi Covid-19. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pencari properti yakni 36,7 persen berada di dalam kisaran umum 18-35 tahun, dan sektor proptech dapat menstimulasi penjualan properti dengan memikat para pembeli baru.

Terkait pemanfaatan teknologi di sektor properti, Ilya juga mengungkapkan bahwa terdapat jutaan pencari rumah dan lebih dari 12.000 developers di Indonesia. Sementara di sisi lainnya, ada lebih dari 1.200 bank dan lembaga keuangan yang tersedia saat ini. Timnya melihat bahwa salah satu cara rahasia untuk membuka peluang ini adalah dengan memanfaatkan teknologi yang menghubungkan seluruh pemain di industri ini dengan cara yang sangat sederhana, cepat, dan terfokus pada pelanggan.

Beberapa pemain proptech yang ada di Indonesia termasuk Rumah123, 99.co, Rukita, juga Beliruma. Selain itu juga ada Pinhome yang belum lama ini menelurkan program #CicilDiPinhome untuk memfasilitasi masyarakat berpenghasilan rendah dan masyarakat berpenghasilan tidak tetap (Non-fixed Income/NFI) untuk memiliki rumah impian mereka.

Lalu platform fintech pembiayaan properti hunian juga ada Gradana, yang mencoba memudahkan masyarakat dalam mencicil DP atau pembelian rumah.

Mobile Premier League Menyerah di Pasar Indonesia

Platform game dan turnamen Mobile Premier League (MPL) mengumumkan penutupan operasional di Indonesia, sehubungan itu juga merumahkan karyawan yang bekerja di Indonesia. Selain itu, seiring dengan penyesuaian bisnis, perusahaan memberhentikan 10% dari total karayawan keseluruhan. Seperti diketahui, MPL adalah startup asal India yang saat ini sudah memiliki kehadiran di sejumlah negara Asia Pasifik, Amerika Serikat, dan Eropa.

Informasi ini dikonfirmasi langsung oleh perusahaan melalui akun Instagram-nya yang diunggah kemarin (30/5). “MPL Indonesia menginformasikan bahwa saat ini kami sudah tidak beroperasi dan tidak menerima pengguna baru. Terima kasih atas dukungan pemain dan semua pihak,” ujar MPL Indonesia.

Sebelumnya, informasi ini pertama kali diberitakan oleh Inc24. Pihak MPL pun juga telah memberikan konfirmasinya atas keputusan tersebut. Disebutkan pemutusan kerja ini terjadi di divisi streaming. Karyawan akan menerima paket pesangon lengkap beserta tunjangan lainnya.

Secara terpisah mengutip dari Moneycontrol,  pendiri MPL Sai Srinivas dan Shubh Malhotra mengatakan bahwa selama beberapa bulan belakangan ini kondisinya begitu rumit. Target pertumbuhan tidak sesuai yang diharapkan. Pasar saat ini menghargai pertumbuhan yang menguntungkan dengan segala cara.

“Sudah waktunya untuk membuat keputusan sulit untuk menyebarkan kembali sumber daya kami di bagian lain dari bisnis untuk memastikan kesehatan dan kesuksesan jangka panjang kami sebagai perusahaan,” ujar perwakilan perusahaan dalam email.

Kabar ini begitu mengejutkan. Pasalnya, MPL mengakuisisi platform streaming GamingMonk pada April 2021. Sebagai bagian dari transaksi, MPL menyerap seluruhnya tim GamingMonk. Disinyalir, sebagian besar karyawan yang terkena PHK ini berasal dari GamingMonk, setelah lebih dari setahun sedikit pasca kesepakatan.

Para pendiri juga menjelaskan alasan keluar dari Indonesia dalam email tersebut. Menurut mereka, MPL melihat profil pengembalian yang hanya sebagian kecil dari apa yang mereka harapkan, meskipun telah berinvestasi dalam jumlah banyak untuk operasional di Indonesia.

PHK ini terjadi delapan bulan setelah MPL mengumpulkan $150 juta dalam putaran pendanaan yang membuat MPL menyabet posisi sebagai unicorn di India.

MPL didirikan pada tahun 2018 oleh Srinivas, Kiran G, dan Malhotra, MPL adalah platform esports dan turnamen. Platform ini menawarkan lebih dari 70 game di berbagai kategori, seperti olahraga fantasi harian, kuis, permainan papan, esports, dan game kasual di aplikasinya. Startup ini melayani lebih dari 90 juta pengguna di seluruh India dan AS.

Baru-baru ini, MPL berkelana ke penerbitan game dengan peluncuran Mayhem Studios dan masuknya ke pasar Amerika Serikat dan Eropa. Pendiri menyebutkan bisnis MPL di sana memiliki pendapatan positif dalam waktu sembilan bulan sejak diluncurkan.

Oleh karenanya, perusahaan akan fokus untuk mencapai netralitas EBITDA, sambil fokus pada pasar global utama. Untuk mendukung ambisi tersebut, pada September 2021, MPL mengumpulkan dana baru sebesar $2,3 miliar dipimpin oleh Legatum Capital, dengan partisipasi dari Sequoia, SIG, RTP Global, Go-Ventures, Moore Strategic Ventures, dan lainnya.

MPL Indonesia

Sebelumnya, MPL Indonesia dipimpin oleh Ridzki Syahputera sebagai VP & Country Head. Melalui situs dan aplikasi MPL, pengguna di Indonesia dapat menikmati dua kategori permainan, yakni casual game dan fantasy sport game. “Setiap game yang ada lebih mengedepankan kemampuan pemain ketimbang keberuntungan, sehingga di MPL pengguna benar-benar harus berlatih dan mengasah kemampuannya,” ujar Ridzki.

Sementara terkait kontes, ada beberapa tipe yang dapat diikuti. Mulai dari turnamen, head-to-head battle (satu lawan satu dengan tingkat keahlian yang sama), battle arena (mirip satu lawan satu tapi dengan jangka waktu tertentu, pemenang dihitung dari berapa kali mereka mendapatkan juara dari sesi yang diikuti), dan mega contest (turnamen dengan waktu dan hadiah yang lebih besar).

“Rata-rata MPL menyediakan 1600 kontes per hari. Teknologi kami pada dasarnya bisa untuk memfasilitasi turnamen esports dengan skala besar dengan dukungan 24 jam,” imbuhnya dalam wawancara bersama DailySocial.id.

Setiap pemain yang berminat untuk gabung di suatu sesi akan dikenakan biaya. Di dalam sesi tersebut ada hadiah tertentu dari nominal yang dikumpulkan – di beberapa acara juga disediakan hadiah dari sponsor. Pengguna juga dapat menukarkan poin (berlian) yang didapat melalui fitur MPL Mall untuk ditukarkan dengan berbagai voucher yang disediakan.

Diklaim, pertumbuhan pengguna MPL secara keseluruhan telah mencapai 85%, pandemi juga mendorong peningkatan basis pengguna. Sejak Maret tahun lalu, ada peningkatan 55% dalam game play dan 7 kali lipat jumlah pengguna. Tapi pandemi juga menghadirkan banyak tantangan bagi perusahaan.

“Ada dampak positif di beberapa metrik, tapi ada yang terganggu juga di metrik lain. Misalnya akibat purchasing power yang menurun. Banyak pengguna yang tetap bermain untuk alternatif hiburan di masa pandemi, tapi daya beli mereka turun. Maret s/d April 2020 menjadi puncaknya kami merasakan dampak yang cukup signifikan terhadap deposit rate di platform,” jelas Ridzki.

Startup Pengembang Kemasan Ramah Lingkungan “Plepah” Terima Pendanaan dari BRI Ventures

BRI Ventures, melalui Dana Ventura Sembrani Kiqani, melakukan investasi tahap awal untuk startup produsen kemasan ramah lingkungan “Plepah” dengan nominal dirahasiakan. Perusahaan akan memanfaatkan dana segar untuk memvalidasi konsep sustainable business yang mampu bertumbuh, dengan cara meningkatkan kapasitas demi mengurangi harga, penguatan tim, dan mempersiapkan ekosistem bisnis yang menerapkan ESG (Environmental, Social, and Governance) mengacu pada SDG (Sustainable Development Goals).

Plepah didirikan pada 2018 oleh Rengkuh Banyu Mahandaru bersama rekan-rekannya yang berfokus sebagai produsen kemasan alat makan ramah lingkungan berbasis organik nonkayu hutan (NTFP) yang menggunakan bahan mentah limbah komoditas pohon pinang. Startup ini juga mengedepankan konsep komunitas yang memberdayakan desa dan masyarakat di Sumatera Selatan dan Jambi dengan memanfaatkan tenaga kerjanya untuk mengolah limbah sebagai pendapatan ekonomi alternatif.

Sembrani Kiqani merupakan kendaraan investasi yang dirintis BRI Ventures pada November 2021 ditugaskan untuk menyutikkan pendanaan tahap awal kepada startup yang bergerak di sektor D2C dan consumer platform. Salah satu portofolionya adalah Yield Guild Games Southeast Asia (YGG SEA), perusahaan game berbasis blockchain.

Dalam keterangan resmi, CEO BRI Ventures Nicko Widjaja mengungkapkan, selama dua tahun belakangan sektor D2C menunjukkan pertumbuhan yang sangat masif. Negara ini membutuhkan inisiatif pendanaan yang ditujukan pada merek lokal di bidang fesyen, kuliner, dan kecantikan yang berkembang pesat saat ini.

“Ini dapat menjadi awal Indonesia sebagai creative economy powerhouse. Brand yang berasal dari Indonesia kita harapkan bisa menjadi pemenang di negara ini, sehingga mampu berkompetisi dengan brand global yang semakin banyak masuk ke tanah air. Hal ini menjadi semangat kami dalam menjalankan inisiatif Sembrani Kiqani,” ujar Nicko dalam keterangan resmi, Senin (30/5).

Direktur Investasi BRI Ventures Markus Liman Rahardja menambahkan, investasi yang diberikan BRI Ventures ini diharapkan dapat mendorong Plepah untuk tetap mengembangkan bisnis dan produknya. Serta, berkontribusi pada percepatan adopsi produk ramah lingkungan di Indonesia.

“Investasi kepada perusahaan ramah lingkungan ini sekaligus menegaskan posisi BRI Ventures sebagai salah satu venture capital yang melihat sebuah startup tidak hanya financially healthy but also environmentally friendly,” kata Markus.

Plepah

Bicara potensi Plepah, sepanjang pandemi membuat layanan pesan-antar di Jabodetabek meningkat sebesar 47%. kondisi tersebut membuat jumlah sampah plastik sekali pakai melambung tinggi. Dengan potensi industri ini terbesar di Asia Tenggara, Indonesia turut menyumbang sampah kemasan plastik sekali pakai sebanyak 561 juta unit setiap bulannya.

Di saat yang bersamaan, kesadaran masyarakat kalangan muda terhadap perubahan iklim diklaim kian meningkat. Hal ini ditandai dengan statistik sebanyak 13,48 juta masyarakat kelompok tersebut yang lebih memilih merek ramah lingkungan. Oleh karenanya, Plepah berkomitmen untuk mengurangi jumlah sampah plastik sekali pakai hingga 15 juta unit mulai tahun depan.

Co-founder & CEO Plepah Rengkuh Banyu Mahandaru menuturkan, startupnya menggunakan operasional berbasis komunitas, dengan memberdayakan masyarakat sekitar kawasan perkebunan, khususnya di pulau Sumatera dengan memberikan mereka pendapatan alternatif dalam proses pengolahan bahan mentah pelepah pinang. Hal ini dilakukan dengan mengedepankan tiga SDG dari PBB sebagai acuannya.

“Sepanjang proses, Plepah menyatukan dan berkolaborasi dengan berbagai pihak di Indonesia, serta bersama-sama menjalankan berbagai kegiatan untuk merancang dan menghasilkan sistem yang berkelanjutan dan menyeluruh demi menjawab tantangan masalah lingkungan dan sosial di Indonesia,” kata Rengkuh.

CMO Plepah Almira turut menambahkan, penyebab tingginya sampah plastik di Indonesia juga diakibatkan oleh pengelolaan sampah plastik yang kurang baik. Jumlah sampai plastik mencapai angka total 68,5 juta ton pada 2021. “Tren ini juga diprediksi akan terus naik hingga 5% setiap tahunnya, jika pengelolaan sampah dan produk alternatif seperti kemasan ramah lingkungan tidak digiatkan dari sekarang,” ujarnya.

Saat ini, perusahaan bekerja sama dengan beberapa merek kosmetik, fesyen, dan makanan, baik dari lokal maupun global untuk menggunakan produk sustainable packaging Plepah sebagai produk substitusi yang lebih ramah lingkungan dan eco-friendly.

Solusi serupa juga ditawarkan oleh Evo & Co yang menawarkan produk substitusi alat makan dan kantong plastik yang terbuat dari bahan ramah lingkungan, seperti rumput laut, singkong, tebu, dan sebagainya. Startup ini juga memperoleh pendanaan tahap awal dari ANGO Ventures pada Agustus 2021.

Brambang Tutup, Tandai Sulitnya Bisnis “Online Grocery”

Startup online grocery Brambang resmi menutup operasional sejak 27 Mei 2022 jam 9 malam WIB. Dalam akun Instagram perusahaan, tertanda 28 Mei 2022, Brambang pivot menjadi marketplace smartphone dan elektronik dinamai Brambang Elektronik.

“Kami informasikan bahwa layanan groceries Brambang akan berhenti pada Jumat (27/5) pukul 19.00. Perusahaan akan memproses pesanan dan keluhan hingga Sabtu (28/5). Pada 28 Mei, layanan Brambang beralih menjadi marketplace smartphone dan elektronik,” jelas Brambang melalui akun media sosialnya.

Pivot tersebut tentunya jauh dengan model bisnis yang selama ini dijalankan Brambang sejak pertama kali beroperasi di 2017. Saat ini Brambang Elektronik belum memiliki platform sendiri, masih mengandalkan akun atas nama Brambang yang di platform secondhand marketplace, yakni Carousell dan OLX, yang sudah dibuat sejak Maret 2022.

Baik aplikasi dan situs Brambang.com sendiri saat ini tidak bisa diakses. Belum ada kemungkinan bahwa nantinya bisnis barunya akan dipindahkan ke platform yang lebih layak dan profesional. Hingga berita ini diturunkan, manajemen Brambang menolak untuk memberikan komentarnya terkait langkah strategis perusahaan ke depannya akan seperti apa.

Sulit bersaing di ranah B2C

Tutupnya Brambang menjadi indikator jelas bahwa ranah online grocery B2C bukanlah perkara mudah. Sudah harus bersaing dengan quick commerce yang didukung oleh kapital yang besar, seperti yang tengah digarap oleh Astro, AlloFresh, Tokopedia Now, Blibli, dan lainnya. Alhasil, Brambang diharuskan punya dukungan kapital yang kuat untuk membangun infrastrukturnya.

Brambang memperoleh suntikan dana sebesar $2 juta pada Januari 2017 (sekitar 27 miliar Rupiah), kurs Rp13.500 rata-rata di 2017) dari investor yang dirahasiakan. Dengan besaran kapital ini, sudah bisa dipastikan keleluasaan mereka tentunya tidak selebar dibandingkan startup dengan dukungan kapital jumbo.

Terlebih lagi, Brambang dihantam dengan ketidakmampuannya memberikan diferensiasi yang mencolok sebagai nilai jualnya. Dengan kata lain, solusi mereka sebenarnya juga bisa didapatkan oleh konsumen saat berbelanja di platform serupa, termasuk berbagai gimmick pemasaran yang ditawarkan. Belanja di Sayurbox atau HappyFresh, bisa jadi sourcing produknya sama saja, toh yang terpenting barang cepat sampai di hadapan konsumen.

Persaingan perang harga ini tidak akan berakhir dan mirisnya akan terus berlanjut selama yang dikejar oleh industri adalah pertumbuhan revenue, bukan menghasilkan profit. Prinsip ini tidak hanya berlaku di online grocery saja, tapi industri startup digital pada umumnya.

Cerita serupa juga sudah dialami oleh Tanihub yang menutup lini B2C-nya pada Februari 2022, ditandai dengan penghentian operasional dua gudang di Bandung dan Bali, serta Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan.

Managing Partner Upturn Ivan A. Sustiawan berkomentar, berdasarkan pengalamannya selama lima tahun, ia memercayai bahwa dua model bisnis berikut ini sulit untuk mencetak keuntungan jika para founder selalu berusaha untuk menjadi yang termurah dan tercepat di pasar secara bersamaan. Mereka ialah, 1) farm to the table atau online grocery dengan segmen B2C, kecuali bergabung sebagai merchant atau penjual di platform marketplace terkemuka.

Berikutnya, 2) pengiriman last mile dengan pengiriman hari yang sama atau berikutnya untuk pelanggan retail. “Jika Anda bisa membuatnya menguntungkan dengan kondisi di atas, maka saya harus belajar dari Anda,” tulis Ivan seperti dikutip dalam unggahannya di LinkedIn.

Awal mula berdirinya Brambang

Brambang didirikan pada Mei 2017 oleh Dustin Haliman. Awalnya Brambang memosisikan diri sebagai marketplace untuk jual-beli bawang merah secara online yang bersifat B2B. Bawang merah yang dijual oleh Brambang diambil langsung dari Brebes. Kota ini dipilih lantaran terkenal dengan bawang merahnya yang garing dan aroma yang khas.

Brebes juga menjadi salah salah pemasok bawang merah terbesar di Indonesia. Dalam wawancara, Dustin bilang bawang merah dipilih sebagai produk andalan karena merupakan salah satu rempah yang penting dalam kehidupan sehari-hari.

Pada 2016, produksi bawang merah mencapai 1,4 juta ton dengan asumsi harga Rp20 ribu per kilogram, maka nilainya mencapai Rp28 triliun per tahun.

Meskipun menjadi komoditas utama, perdagangan bawang merah tidak efisien. Sama seperti isu di agrikultur lainnya, yang mana harga komoditi yang terus bergejolak, rantai distribusi yang tidak efisien, hingga minimnya informasi harga bawa merah bagi petani ataupun pembeli.

Hal inilah yang menginspirasi Dustin untuk merintis Brambang. Dalam perjalanannya, Brambang tidak hanya menyediakan produk bawang merah saja, tapi juga kebutuhan sehari-hari lainnya, seperti bahan pokok, camilan, buah, sayur, dan daging segar.

Astro Umumkan Pendanaan Seri B Senilai 872 Miliar Rupiah

Startup quick commerce Astro hari ini (30/5) mengumumkan perolehan pendanaan seri B senilai $60 juta atau setara dengan 872 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh Accel, Citius, dan Tiger Global dengan partisipasi investor sebelumnya seperti AC Ventures, Global Founders Capital, Lightspeed, dan Sequoia Capital India.

Dengan dana segar yang didapat, sejak berdiri September 2021, Astro secara total telah membukukan pendanaan ekuitas $90 juta atau setara 1,3 triliun Rupiah. Sebelumnya mereka juga telah membukukan pendanaan seri A yang diumumkan awal Februari 2022 lalu senilai $27 juta atau setara 387 miliar Rupiah dipimpin Accel dan Sequoia Capital India.

Turut disampaikan, dana yang baru terkumpul akan difokuskan untuk akuisisi pelanggan dan memperkaya cakupan produk. Perekrutan tim juga akan menjadi fokus di tahun 2022 ini.

Catatkan pertumbuhan positif

Astro baru mengakomodasi pengguna di seputar Jabodetabek. Saat ini mereka telah beroperasi di 50 titik yang tersebar di wilayah tersebut. Titik kehadiran (dark store) ini menjadi penting, pasalnya memungkinkan Astro untuk bisa melakukan pemenuhan pesanan dengan durasi maksimal 15 menit.

Sepanjang tahun 2022 ini, Astro mencatatkan pertumbuhan 10x lipat dengan mengklaim efisiensi pengiriman yang lebih tinggi ke pelanggan. Disampaikan juga, aplikasi Astro telah diunduh hampir 1 juta kali dalam enam bulan pertama. Jajaran tim juga meningkat pesat, kini memiliki 200 staf yang bekerja secara WFA (Work From Anywhere).

“Misi Astro adalah membuat hidup orang lebih sederhana dan lebih mudah. Astronauts (sebutan untuk tim Astro) kami terus melayani pelanggan saat mereka sangat membutuhkan kami, terutama selama lonjakan Omicron Covid-19 terakhir, di mana Indonesia mengalami jumlah kasus yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ujar Co-Founder & CEO Astro Vincent Tjendra.

Astro menawarkan lebih dari 1.500 SKU produk dengan harga bersaing melalui aplikasi. Untuk meningkatkan retensi pengguna, sejumlah strategi dibangun. Termasuk dengan menyajikan UX yang mempertimbangkan aksesibilitas bagi pelanggan di semua kelompok usia.

Masuk ke bisnis private-label

Astro juga mulai berkolaborasi dengan pebisnis lokal untuk meluncurkan produk private-label. Produk awal mereka adalah roti dan kopi — menjadi upaya awal Astro untuk berkolaborasi dengan lebih banyak mitra untuk menyediakan pilihan produk yang lebih banyak. Sebelumnya untuk memenuhi permintaan di bualan Ramadan, Astro juga bekerja sama dengan petani hidroponik untuk menyediakan produk buah dan sayuran segar.

Astro tidak sendirian menggarap segmen pasar ini. Sejumlah pemain lain juga berusaha menyajikan layanan serupa, termasuk AlloFresh yang didirikan CT Corp dan Bukalapak, SayurKilat dari SayurBox, Tokopedia Now, Bananas, dan lain sebagainya.

Dari data yang disampaikan, potensi layanan pemenuhan bahan makanan segar masih sangat besar di Indonesia. Penetrasi digitalisasi layanan di sektor tersebut masih sekitar 0,4%, dibandingkan dengan e-commerce yang telah mencapai 10%. Pandemi turut mendongkrak adopsi online grocery, diproyeksikan sektor tersebut akan bernilai $6 miliar pada 2025 mendatang.

Application Information Will Show Up Here

Indika Energy, Alpha JWC, dan Horizons Ventures Gelontorkan 218 Miliar Rupiah Bangun Perusahaan Kendaraan Listrik

PT Indika Energy Tbk (IDX: INDY) bersama Alpha JWC Ventures dan Horizons Ventures mendirikan perusahaan patungan (joint venture) bernama Ilectra Motor Group (IMG). Ketiganya juga mengguyur investasi ke IMG dengan total sebesar $15 juta atau sekitar 218 miliar Rupiah untuk mengembangkan kendaraan listrik roda dua (E2W).

Kolaborasi ini telah diumumkan dalam paparan publik Indika Energy pada pekan lalu, Jumat (20/5). Dari total investasi yang diperoleh IMG, sebesar $7,5 juta berasal dari Alpha JWC Ventures dan Horizons Ventures, dan sisanya $7,5 juta equity investment dari Indika Energy. Adapun, IMG menjadi portofolio pertama Alpha JWC Ventures dan Horizons Ventures di sektor kendaraan listrik.

Dalam keterangan resminya, Director dan Group Chief Investment Officer Indika Energy Purbaja Pantja mengatakan, IMG akan mengeksekusi pengembangan kendaraan listrik roda dua yang sudah berjalan lebih dari satu tahun yang lalu. Selain itu, IMG juga akan mengembangkan ekosistem pendukung yang saat ini masih terbilang baru melalui kemitraan eksternal.

“Kami juga ingin mendukung target pemerintah untuk mencapai 3,2 juta unit kendaraan listrik roda dua pada 2035. Dari sisi bisnis, diversifikasi bisnis ini dapat mendongkrak pendapatan nonbatubara kami naik hingga 50% pada 2025,” ungkap Purbaja.

Co-Founder dan General Partner di Alpha JWC Ventures Chandra Tjan menambahkan, sektor E2W punya potensi melimpah, tetapi pemain di bidang ini terbatas saat ini sehingga adopsinya belum luas. “Kami ingin menghadirkan kendaraan roda dua terbaik dengan ekosistem dan pengalaman menyeluruh yang dapat melayani jutaan pengendara. Bersama-sama, kita dapat membangun dunia yang lebih hijau dan berkelanjutan,” tambahnya.

Sebagai informasi, PT Indika Energi Tbk. (Indika Energy) adalah perusahaan investasi terdiversifikasi di Indonesia dengan fokus utama pada pengembangan bisnis baru yang berkelanjutan di sejumlah sektor, seperti energi, logistik, digital, hingga green business.

Kendaraan listrik

Saat ini pasar kendaraan listrik masih menjadi ladang subur mengingat Indonesia merupakan negara dengan penetrasi kendaraan roda dua tertinggi di dunia sebesar 42% berdasarkan kepemilikan jumlah kendaraan per 100 populasi penduduk, dan juga ketiga terbesar dengan 6 juta motor terjual tiap tahunnya.

Dengan potensi ini, pasar kendaraan listrik roda dua diproyeksi tumbuh cepat, terlebih harganya juga setara dengan kendaraan non-listrik roda dua. Selain biaya operasional lebih rendah, pemerintah juga tengah menggalakkan penggunaan energi terbarukan.

Untuk membidik posisi pemain terkemuka di Indonesia, IMG akan memperkenalkan kendaraan listrik roda dua pertamanya pada akhir 2022. IMG akan menghadirkan armada yang dirancang dengan desain dan performa canggih, dilengkapi juga dengan teknologi dan ekosistem pendukung.

Sementara, Portfolio Curator di Horizons Ventures Frances Kang meyakini pendekatan holistik IMG dapat menciptakan pengalaman penggunaan kendaraan listrik yang menyenangkan sekaligus dapat mengubah ekosistem mobilitas menjadi lebih hijau. “Adopsi E2W dapat menawarkan opsi yang lebih bersih bagi jutaan pengendara di Indonesia. Seiring berkembangnya penggunaan mobil dan percepatan perubahan iklim global, pengurangan emisi kendaraan yang signifikan menjadi misi yang mendesak.” Tutupnya.

Inisiasi perusahaan digital

Sejumlah perusahaan teknologi dan investasi juga mulai menyuarakan concern mereka terhadap penggunaan kendaraan listrik di Indonesia. Raksasa ride-hailing GoTo dan Grab termasuk di antaranya yang telah melakukan uji coba dan mengimplementasi kendaraan listrik dalam layanan mereka.

Komitmen mereka terhadap penanggulangan perubahan iklim dan lingkungan yang hijau juga berlanjut lewat sejumlah inisiasi. Misalnya, GoTo melalui Gojek dan perusahaan energi terintegrasi TBS Energi Utama mendirikan joint venture PT Karya Baru TBS untuk mengembangkan kendaraan listrik roda dua, teknologi pengemasan baterai, infrastruktur penukaran baterai, hingga pembiayaan kendaraan listrik.

Sementara, Grab menggandeng PLN untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik secara bertahap yang dimulai dari kawasan Jabodetabek. Di Singapura, Grab menggaet Hyundai untuk mengoperasikan armada kendaraan listrik.

Platform Manajemen Hotel “Zuzu Hospitality” Dikabarkan Galang Dana Tambahan Dipimpin JG DEV

Platform SaaS manajemen hotel Zuzu Hospitality Solutions (rebrand dari Zuzu Hotels) dikabarkan menggalang pendanaan lanjutan sebesar $10,9 juta (sebesar 158 miliar Rupiah). Menurut sumber, putaran ini dipimpin oleh JG DEV, diikuti Visor Ventures.

JG DEV atau JG Digital Equity Ventures, merupakan venture arm dari JG Summit Holdings, Inc., konglomerat digital terkemuka di Filipina, yang berfokus pada Asia Tenggara. Menurut informasi yang kami dapat, investor sebelumnya turut berpartipasi, seperti Wavemaker Partners, Line Ventures. Ada juga Seeds Capital selaku investor baru di putaran ini.

Saat dihubungi DailySocial.id, Co-founder Zuzu Hospitality Vikram Malhi enggan membicarakan terkait pendanaan yang diterima perusahaan. Ia pun menjanjikan pembaruan bisnis yang lengkap dari Zuzu dalam beberapa bulan mendatang. “Terima kasih telah menghubungi kami. Kami tidak tertarik untuk mendorong terlalu banyak hanya pada berita pendanaan saat ini,” ucapnya.

Putaran Seri A sebelumnya berhasil direngkuh perusahaan pada Maret 2019 sebesar $3,7 juta, yang dipimpin Wavemaker Partners, investor yang turut menemani perjalanan Zuzu sejak pendanaan awal.

Pasca-pivot dan tidak menjalankan bisnis budget hotel (B2C), Zuzu fokus memberikan solusi manajemen untuk sistem operasi hotel (B2B). Melalui implementasi sistem digital miliknya, rata-rata hotel dapat menghadirkan efisiensi untuk meningkatkan pendapatan online hingga 30%.

Misi Zuzu ialah memastikan hotel dapat fokus memberikan suguhan layanan terbaik bagi para tamunya, tanpa harus pusing mengurus operasional dan implementasi perangkat lunak yang berbelit untuk pelayanan.

Cakupan operasionalnya tidak hanya di Indonesia, tapi juga di Thailand, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan berkantor pusat di Singapura. Diklaim pada 2020 kemarin, solusi Zuzu telah dimanfaatkan oleh lebih dari 2 ribu mitra hotel di regional Asia Pasifik.

Di Indonesia sebelumnya juga sudah ada layanan serupa yang memberikan sistem operasi untuk membantu manajemen perhotelan. Salah satunya ialah Caption, startup hospitality berbasis di Yogyakarta, namun demikian akhirnya tutup.

Industri pariwisata mulai pulih

Mengacu dari data Badan Pusat Statistik (BPS), secara kumulatif sepanjang kuartal I 2022 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia mencapai 74.380 kunjungan, naik 228,24% dibandingkan periode yang sama tahun 2021. Pada Maret 2022, jumlah kunjungan wisman melonjak sebesar 203,94% dibandingkan Maret 2021. Tercatat jumlah kunjungan wisman melalui bandara Ngurah Rai-Bali menunjukkan peningkatan yang luar biasa sebesar 487 ribu persen, dari 3 menjadi 14.617 kunjungan.

Momentum mudik dan libur Lebaran 2022 akan menjadi sinyal positif bagi industri pariwisata lokal, seiring dengan pelonggaran kebijakan Covid-19. Tren perjalanan di momentum libur Lebaran tahun ini pun diprediksi masih akan mengikuti tren 2021.

Menurut OYO Travelopedia 2021, yang telah melakukan survei kepada 2 ribu partisipan di berbagai negara, termasuk di Indonesia, menunjukkan adanya peningkatan tren selama 2021 dalam hal perjalanan menuju destinasi di wilayah terpencil dan dekat dengan nuansa alam, hingga preferensi bepergian jalur darat dengan kendaraan pribadi atau road-trip.

Selain itu, lebih dari sepertiga responden Indonesia mengungkapkan lebih menyukai dan memilih bepergian dengan mobil atau sepeda motor pribadi untuk melakukan perjalanan melalui jalan darat. Diperkirakan juga pada momen libur Lebaran 2022, hampir 40% pemudik akan menggunakan jenis kendaraan pribadinya untuk melakukan perjalanan ke kampung halamannya. Dalam hal menginap pun, hotel menjadi pilihan utama dibanding tipe akomodasi lainnya.

Pulihnya sektor pariwisata menjadi sinyal positif bagi pelaku bisnis hospitality, termasuk untuk platform pendukung bisnis seperti yang disuguhkan Zuzu. Ini juga menjadi momentum bagi para pebisnis untuk mengejar kembali capaian yang mungkin sempat tersendat akibat berbagai pembatasan di tengah pandemi.

Peran Penting Riset, Pengetahuan, dan Teknologi dalam Meningkatkan Produktivitas Budidaya

Berawal dari tambak udang yang dimilikinya sejak 2016, Co-founder DELOS Guntur Mallarangeng punya cita-cita untuk membawa kejayaan Indonesia sebagai produsen budidaya udang terbesar di dunia.

Saat ini ia menilai ekspor hasil sumber daya laut, terutama udang, di Indonesia belum optimal. Ini cukup disayangkan, mengingat Indonesia merupakan negara maritim dengan kepulauan terbesar di dunia. Nilai ekspornya memang fantastis, yakni sekitar $47 miliar per tahun untuk seafood. Namun, hanya $2,5 miliar saja yang disumbang dari udang. 

Pada sesi #SelasaStartup kali ini, Guntur membagikan beberapa catatan menarik yang berkaitan erat dengan pengalamannya mendorong industri budidaya udang lewat riset, science, dan teknologi.

Riset, pengetahuan, dan teknologi

Menurut catatan Guntur, Indonesia hanya memproduksi sepertiga atau setengah dari produksi udang yang dihasilkan negara-negara, seperti India dan Ekuador. Padahal, Indonesia punya lebih dari 50.000 km garis pantai, sedangkan India hanya ribuan km.

Mengapa Indonesia bisa tertinggal jauh? Ada beberapa faktor, utamanya karena produktivitas pada garis pantai yang dimanfaatkan masih rendah. “Hal ini justru menjadi peluang untuk mendorong industri budidaya secara berkelanjutan, scalable, dan menjadi yang terbesar di dunia,” ucap Guntur.

Untuk meningkatkan produktivitas budidaya, ia menyebut riset, pengetahuan, dan teknologi menjadi kekuatan budidaya tambak. Mengingat budidaya berkaitan dengan pemeliharaan makhluk hidup, riset dan pengetahuan berperan penting untuk memahami seluk-beluk industri ini.

Skill set apa yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah ini? Kemampuan operasional, teknologi dan pengetahuan, serta dukungan modal yang bagus mengingat industri ini punya risiko gagal usaha yang tinggi. Di DELOS, kami menempatkan orang untuk science dan research sehingga penemuannya di industri budidaya dapat kami manfaatkan untuk mengatasi tantangan ini,” tambahnya.

Akses modal usaha

Menurut Guntur, sebesar 70% tantangan budidaya terjadi pada proses pengelolaan hingga infrastruktur yang membutuhkan modal besar. Ini merupakan kendala usang yang kerap dialami pelaku budidaya sehingga tak sedikit dari mereka terpaksa merogoh kocek sendiri. Karena hal ini pula, mereka sulit untuk meningkatkan skala bisnis dan mengatur target jangka panjang karena lebih fokus untuk mendapat pemasukan.

“Usaha tambak kurang dilirik investor maupun industri keuangan karena sejumlah faktor, seperti risiko gagal tinggi dan kurangnya pemahaman tentang model bisnis. Investor biasanya mau berinvestasi di usaha yang punya aset besar. Industri budidaya yang berjalan saat ini cukup fragmented dan kebanyakan pengusaha budidaya mendanai sendiri atau berkelompok,” paparnya.

Dalam hal ini, platform memiliki peran untuk menjembatani investor dengan pemilik usaha sehingga mereka dapat meningkatkan produktivitas sembari melakukan transfer knowledge ke orang lain.

Science dan data-driven

Guntur berujar pengetahuan dan teknologi menjadi aset penting dalam mengembangkan industri budidaya. Pengembangan teknologi dan riset dapat dimanfaatkan untuk membuat keputusan berbasis data.

Dalam konteks pemberian akses modal usaha, aset-aset tersebut dapat membantu platform aquatech untuk melihat sejumlah indikator dari pengusaha budidaya, misalnya risiko gagal budidaya, kinerja operasional, maupun produktivitas. Aset ini yang mungkin tidak dimiliki oleh bank atau institusi keuangan sehingga mereka kurang memahami industrinya.

“Kami ingin mengubah cara pengusaha budidaya untuk mengambil keputusan yang biasanya cenderung berdasarkan ‘gut feeling‘ menjadi science dan data-driven. Ini membantu untuk menerjemahkannya ke dalam bentuk teknologi yang dibutuhkan.” Tutupnya.

1982 Ventures Tutup Dana Kelolaan Awal 292 Miliar Rupiah, Jadikan Indonesia sebagai Pasar Inti

1982 Ventures mengumumkan penutupan akhir dari dana kelolaan awal mereka senilai lebih dari $20 juta atau setara 292 miliar Rupiah dalam bentuk komitmen modal. Dana tersebut diklaim mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribed, target awalnya mengumpulkan sekitar $15 juta.

Perusahaan modal ventura yang didirikan Scott Krivokopich dan Herston Elton Powers ini sejak awal debutnya memfokuskan untuk berinvestasi kepada startup di Asia Tenggara. Secara keseluruhan mereka telah berinvestasi kepada 25 usaha rintisan di berbagai negara di Asia Tenggara, Pakistan, dan Bangladesh.

“Kami mempercepat laju investasi meskipun ada sentimen [negatif] pasar saat ini. Layanan fintech tahap awal di Asia Tenggara tetap menjadi sektor yang paling menarik untuk modal ventura,” kata Herston.

Dana pertama mereka telah didukung oleh VC, institusi, perusahaan dan kantor keluarga global. Investor terkemuka di dana debut 1982 Ventures termasuk kantor keluarga dari salah satu konglomerat terbesar di Indonesia, Trihill Capital, fintech unicorn AS Carta, hingga unit ventura Genting Group.

Sementara itu pendukung individu 1982 Ventures termasuk di antaranya pendiri startup unicorn, eksekutif senior perusahaan teknologi, partner di VC seperti salah satunya Sheel Mohnot (Better Tomorrow Ventures).

“Kami adalah fintech fund global dan telah melihat bagaimana fintech mengubah semua pasar. 1982 Ventures adalah pilihan yang jelas bagi kami untuk pendanaan dan menjadi mitra yang memahami lanskap layanan fintech di Asia Tenggara,” Co-Founder & General Partner Better Tomorrow Ventures Sheel Mohnot.

Rencana di Indonesia

1982 Ventures memimpin putaran pendanaan pre-seed dan seed dengan tiket investasi senilai $250 ribu hingga $500 ribu. Perusahaan menargetkan bisa melakukan 10-15 investasi baru, selain investasi lanjutan yang ada dalam portofolio Fund I mereka.

1982 Ventures memiliki komitmen awal lebih dari $5 juta untuk Fund II yang akan segera diumumkan.

Khusus untuk Indonesia saat ini sudah ada sekitar 9 startup yang telah mendapatkan investasi dari 1982 Ventures. Di antaranya adalah aman, Citycall, hipajak, Luna, Monit, PasarMikro, Pina, Wagely dan Brick.

“1982 Ventures memimpin putaran VC pertama kami dan Brick sangat beruntung memiliki investor yang hidup dan bernafaskan fintech dan selalu siap mendukung kami dengan pengenalan investor, pelanggan, dan talenta,” kata Co-Founder & CEO Brick Gavin Tan.

Kepada DailySocial.id Herston menyebutkan, Indonesia adalah pasar inti untuk 1982 Ventures dan mereka berharap dapat meningkatkan investasi ke startup fintech Indonesia.