Telunjuk Resmi Rilis Layanan Compas, Dasbor Analisis Pasar E-commerce

Platform pembanding harga Telunjuk meresmikan produk terbarunya Compas dalam versi beta, sebuah dasbor e-commerce market insight untuk memfasilitasi lebih banyak pengusaha online mengembangkan usahanya. Pengumuman ini sebenarnya sudah dihembuskan kepada DailySocial pada tahun lalu.

Co-Founder dan CEO Telunjuk Hanindia Narendrata menuturkan, banyak pelaku UKM yang belum mengadaptasi peran data yang sebetulnya menguntungkan bisnis mereka. Data pendukung itu diolah menjadi market insight yang dapat meningkatkan penjualan karena menyasar audiens dan mengaplikasikan strategi bisnis yang tepat.

Inteligensi bisnis yang kerap dikaitkan dengan pemanfaatan data sejatinya akan membantu bisnis memantau kondisi perusahaan dan pasar dengan memberikan data yang berkaitan dengan data historikal, maupun saat ini untuk menganalisis masalah dan perencanaan ke depannya.

“Namun masih banyak UKM yang belum sadar terhadap kepentingan karena dianggap membingungkan dan memilih untuk tetap menggunakan cara yang tradisional. Compas berinisiasi untuk membantu pelaku UKM melalui penetapan harga, serta menyajikan pemahaman terhadap persaingan dalam industri,” kata Hanindia dalam keterangan resmi, Rabu (5/8).

Dia melanjutkan, “Berada dalam lingkup data-driven company membuat kami memiliki tugas untuk mengedukasi pemilik usaha atas pentingnya data bagi perkembangan bisnisnya agar mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat.”

Compas diharapkan dapat membantu para pelaku UKM di Indonesia. Menurut BPS, terdapat 64,2 juta unit UKM, namun baru 13% di antaranya yang telah go digital. Di dalam Compas, pengguna dapat melihat online market share data yang dirangkum dari empat pemain e-commerce yakni Tokopedia, Bukalapak, Shopee, dan JD.id, price monitoring, placement health check, dan promo monitoring.

“Ke depannya kami akan mengambil langkah besar untuk lebih memperkenalkan pemanfaatan data kepada pasar yang lebih luas dan menggaet setidaknya 70 ribu UKM pada akhir tahun ini, termasuk melalui bentuk kerja sama dengan berbagai pihak,” tutup dia.

Telunjuk berdiri sejak 2012 silam, telah mendampingi 3 juta pembelanja setiap bulannya untuk berbelanja di lebih dari 65 platform e-commerce dan marketplace di Indonesia dengan 140 juta produk pilihan dari berbagai kategori.

Application Information Will Show Up Here

Disney+ Hotstar Bakal Meluncur di Indonesia 5 September 2020

Disney akhirnya mengumumkan rencana kehadiran layanan streaming mereka di Indonesia. Mengusung merek yang sama dengan kehadirannya di India, yakni “Disney+ Hotstar”, pengguna di Indonesia akan bisa mulai menikmati aplikasi video streaming tersebut per 5 September 2020 mendatang.

Belum ada info lain yang disampaikan, termasuk biaya berlangganan atau kerja sama khusus yang digalakkan bersama mitra lokal. Namun, sebelumnya Telkomsel telah meluncurkan survei kepada pelanggan, terkait dengan minat dan respons mereka jika Disney+ meluncur di Indonesia dan bisa diakses melalui paket khusus di Telkomsel.

DailySocial telah menghubungi perwakilan Disney Indonesia, pihaknya masih enggan merinci rencana kehadiran platform baru tersebut. Mereka hanya menyuguhkan pernyataan yang sebelumnya disampaikan CEO Disney Bob Chapek dalam pemaparan bisnis kuartal ketiga 2020, yang mengatakan rencana peluncuran layanan Disney+ Hotstar di Indonesia (termasuk dalam 9 negara di luar Amerika Serikat yang jadi target pangsa pasar).

Sebelumnya, perusahaan mengungkapkan telah mencapai 60,5 juta pelanggan Disney+ per 3 Agustus 2020, setelah mencapai 57,5 ​​juta pelanggan pada akhir kuartal ketiga pada Juni 2020. Jumlah tersebut meningkat 6 juta pelanggan dari 54,5 juta yang dilaporkan perusahaan pada 4 Mei di kuartal kedua.

Perang layanan streaming di Indonesia

Dalam tulisan sebelumnya, DailySocial mencoba mengulas platform streaming populer di Indonesia. Saat ini ada puluhan aplikasi yang suguhkan layanan serupa. Yang menjadi menarik adalah soal diversifikasi konten yang coba diberikan.

5fb50c2050bc4cad1e485434a95da700_video-on-demand-04

Terkait minat konsumen di Indonesia, berdasarkan survei yang kami jalankan, konsiderasi responden memilih layanan streaming didasarkan pada beberapa faktor: kemudahan akses (87%), kelengkapan konten (81%), promo (54%), dan biaya langganan (48%).

Kehadiran Disney+ Hotstar menjadi menarik untuk diikuti, dilihat dari tren serta minat dari masyarakat Indonesia yang cukup antusias mencoba platform video streaming baru yang berasal dari Amerika Serikat.

Peroleh Investasi Pra-Seri B 73 Miliar Rupiah, Ayopop Rebranding Jadi Ayoconnect

Startup fintech payment agregator Ayopop melakukan rebranding menjadi Ayoconnect, sekaligus mengubah fokus bisnis mereka pasca mengantongi pendanaan Pra-Seri B senilai $5 juta (lebih dari 73 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh BRI Ventures.

Investor baru lainnya yang turut berpartisipasi dalam putaran tersebut adalah Kakaku.com, Brama One Ventures, dan investor sebelumnya, yakni Finch Capital, Amand Ventures, Strive, dan AC Ventures. Secara keseluruhan, perusahaan telah berhasil mengumpulkan pendanaan lebih dari $10 juta.

Co-Founder dan CEO Ayoconnect Jakob Rost mengatakan, pendanaan segar ini akan digunakan untuk berinvestasi teknologi dan pengembangan jaringan kemitraan untuk menghubungkan perusahaan penyedia tagihan dan mitra pembayaran, dengan infrastruktur dasar untuk pembayaran tagihan digital yang terpercaya, aman, dan cepat.

Perusahaan juga segera menambah jumlah pegawai menjadi dua kali lipat, dari posisi saat ini hampir 100 orang yang berkantor pusat di Indonesia dan pusat teknologi di India.

“Kami mengharapkan kemitraan yang solid dengan investor sebelumnya dan investor baru kami, yang sejalan dengan visi Ayoconnect untuk membentuk ekosistem penagihan Indonesia menjadi satu jaringan terpusat,” terangnya dalam keterangan resmi, Rabu (5/8).

Dalam kesempatan tersebut, ia juga mengumumkan penunjukan CFO baru Alex Jatra ke dalam jajaran manajemen. Ia memiliki rekam jejak finansial yang kuat dengan pengalaman bekerja dalam industri ekuitas pribadi, modal ventura, dan menjabat C-Level di startup, yakni HARA dan Dattabot.

Solusi One API

Rost menjelaskan, fokus bisnis baru Ayoconnect adalah penyedia jaringan tagihan (open bill network) dengan solusi One API yang memungkinkan perusahaan penyedia tagihan untuk memperluas titik pembayaran mereka dengan upaya minimum, sedangkan mitra pembayaran memiliki akses secara langsung ke 2500 produk tagihan.

Solusi tersebut untuk menjawab permasalahan bahwa industri pembayaran tagihan di Indonesia masih didominasi secara offline, terpisah, dan manual. Integrasi melalui API akan mempersingkat proses sehingga konsumen dapat lebih nyaman bertransaksi.

Dalam jaringan tagihan ini, Ayoconnect menghubungkan perusahaan penyedia tagihan (perusahaan listrik/air, telekomunikasi, institusi pendidikan, dan lainnya) dengan mitra pembayaran online dan offline (termasuk Indomaret, Pos Indonesia, dan institusi keuangan) agar pelanggan dapat membayar tagihan mereka dengan lancar dalam jaringan Ayoconnect.

Model bisnis ini sebenarnya sudah diperkenalkan perusahaan sejak masih menggunakan brand Ayopop mulai Agustus tahun lalu. Namanya masih menggunakan Ayopop Open API. Sejumlah mitra b2b awal yang telah memanfaatkannya adalah Dana, LinkAja, Pos Indonesia, Bank BRI, Bank Permata, Bukalapak, Lazada, dan Pegadaian.

“Karenanya, kami ingin mengklarifikasi bahwa kami tidak lagi hanya agregator pembayaran. Agregator pembayaran adalah bagian dari produk pembayaran yang kami tawarkan. Kami agnostik terhadap mitra kerja kami. Ke depan, kami tetap menjalankan merek Ayoconnect. Ayopop akan menjadi bagian dari jaringan Ayoconnect,” terang Rost secara terpisah kepada DailySocial.

CEO BRI Ventures Nicko Widjaja turut menambahkan, “Teknologi pembayaran tagihan memainkan peranan penting dalam industri vertikal yang saat ini belum terlayani, dan ada kesempatan yang besar dalam digitalisasi pada sektor-sektor tersebut.”

Co-Founder dan COO Ayoconnect Chiragh Kirpalani menambahkan, pembayaran tagihan online sangat berperan besar dalam masa pandemi karena preferensi konsumen beralih ke digital. Salah satu solusi telah dikembangkan adalah Pengingat Tagihan (Billing Reminder) yang terbukti telah membantu mitra perusahaan, seperti Bank Mandiri Card Division dan institusi finansial lainnya melakukan auto-debet untuk pembayaran tagihan.

Hingga Juli kemarin perusahaan telah memroses lebih dari 40 juta pembayaran melalui 600 jaringan tagihan dan 40 mitra pembayaran. Jumlah transaksi tercatat meningkat 400% dalam jangka waktu enam bulan selama periode enam bulan pertama tahun ini.

Pada Maret, bisnis Open API ini telah berkontribusi hingga 80% terhadap nilai transaksi kotor (gross transaction value/GTV). Padahal, perusahaan baru memulainya pada November tahun lalu.

“Kami akan tetap berdedikasi pada pembayaran tagihan tetapi membangun lebih banyak teknologi B2B untuk solusi yang bernilai tambah untuk kami berikan kepada penyedia tagihan dan mitra saluran. Beberapa kategori yang kami kejar masih sangat luas (blue ocean) ada ratusan ribu mikro-biller, sehingga kami perlu terus membangun kemitraan dan meningkatkan teknologi yang diperlukan untuk mendorong digitalisasi di area itu,” pungkas Rost.

Application Information Will Show Up Here

Wahyoo Umumkan Pendanaan Seri A 73 Miliar Rupiah, Dipimpin Intudo Ventures

Wahyoo hari ini (05/8) mengumumkan penutupan pendanaan seri A senilai $5 juta atau setara 73,2 miliar Rupiah. Putaran pendanaan dipimpin Intudo Ventures dengan keterlibatan Kinesys Group, Amatil X (Coca-Cola Amatil), Arkblu Capital, Indogen Capital, Selera Kapital, Gratyo Universal Indonesia, dan Isenta Hioe.

Dalam keterangan resminya dikatakan, dana investasi akan difokuskan untuk percepatan ekspansi pasar dan perekrutan karyawan baru. Sejak didirikan tahun 2017, Wahyoo sudah menjangkau 13.500 mitra warung makan di area Jadetabek. Platform Whayoo fokus pada digitalisasi layanan dan peningkatan operasional bisnis.

Secara lebih spesifik Wahyoo membantu pemilik warung makan konvensional melalui platform digital untuk menarik pelanggan, meningkatkan pemasaran, menerapkan program loyalitas, memesan dan menerima bahan baku makanan, mengelola arus keuangan, dan memberikan pelatihan (Akademi Wahyoo). Mitra warung makan ini juga dapat memperoleh penghasilan tambahan melalui iklan dan kemitraan merek dengan Wahyoo.

“Dengan pendanaan baru ini, kami berencana untuk memperluas operasi ke kota-kota lain di luar wilayah Jabodetabek; dan menambah karyawan baru, terutama untuk unit teknologi dan produk kami. Kami akan terus menambahkan fitur dan layanan baru untuk memenuhi kebutuhan pemilik warung makan, terutama meningkatkan sistem rantai pasokan dan produk keuangan,” sambut Founder & CEO Wahyoo Peter Shearer.

“UKM merupakan salah satu mesin utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan sedang ditransformasi melalui bisnis inovatif baru seperti Wahyoo. Dengan upaya digitalisasi, Wahyoo yang mempunyai segmen untuk para pemilik warung makan, kami percaya dapat menciptakan dampak ekonomi dan sosial yang positif bagi kelas pekerja Indonesia,” kata Founding Partner Intudo Ventures Patrick Yip.

Sementara itu Presiden Direktur Coca-Cola Amatil Indonesia Kadir Gunduz menambahkan, “Kemitraan kami dengan Wahyoo akan membantu UKM mengatasi hambatan digital dan memacu pertumbuhan di industri e-commerce Indonesia. Kami bangga dapat bermitra dengan Wahyoo untuk membantu mendigitalkan pasar warung.”

Presiden Direktur Coca-Cola Amatil Indonesia Kadir Gunduz
Founder & CEO Wahyoo Peter Shearer bersama Presiden Direktur Coca-Cola Amatil Indonesia Kadir Gunduz / Wahyoo

Sebelumnya di pertengahan tahun 2019 lalu, Wahyoo telah mendapatkan pendanaan awal dengan nilai yang tidak disebutkan. Beberapa investor yang terlibat termasuk Agaeti Ventures, Chapter 1 Ventures, Kinesys Group, SMDV, East Ventures, dan Rentracks.

Adopsi layanan yang agresif juga membuat bisnis Wahyoo bertumbuh kencang. Awal tahun 2020, mereka dikabarkan mengakuisisi Alamat.com, yakni platform online yang menyediakan solusi untuk membantu para konsumen menemukan toko-toko jasa dan gaya hidup. Dua pendiri Alamat.com, saat ini membantu Peter di jajaran manajemen perusahaan, yakni Daniel Cahyadi sebagai COO dan Michael Diharja sebagai CTO.

Belum lama ini, Wahyoo juga luncurkan Langganan.co.id, sebagai platform online yang memudahkan masyarakat di area residential untuk berbelanja sembako secara mudah. Sudah beroperasi sejak Juni 2020, platform tersebut mulai melayani pengguna di kawasan perumahan atau apartemen, seperti Green Lake City, Alam Sutera, Cipondih, Taman Royal, Banjar Wijaya, Modernland, Gading Serpong, Karawaci, Metro Permata, Ciledug, Puri, hingga PIK.

Transformasi warung terus dapat dukungan

Belakangan ini, startup yang mencoba mendemokratisasi bisnis warung (dengan berbagai karakteristik) terus mendapatkan dukungan besar. Jika Wahyoo memilih fokus di warteg alias warung makan, kebanyakan fokus ke warung kelontong (berjualan kebutuhan harian). Rata-rata bentuk transformasinya juga sama, mempermudah pedagang mendapatkan stok, permodalan, hingga memungkinkan mereka menghadirkan produk finansial bagi para penggunanya.

Sebut saja Ula, startup baru debut mereka di tahun ini mengantongi dana $10 juta dari sejumlah investor. Misinya untuk efisienkan rantai pasokan FMCG di warung-warung. Ada juga Payfazz yang memilih fokus hadirkan layanan finansial kepada pemilik warung, mungkinkan warung melayani transaksi transfer dana, tarik dana, pinjaman, hingga pembelian produk-produk digital. Dan masih banyak pemain lainnya.

Warung adalah sebuah kultur yang melekat dengan masyarakat Indonesia, transaksi ritel berputar dengan kencang setiap harinya dan warung menjadi komponen ekonomi yang paling dekat dengan masyarakat dengan persebaran terluas. Kondisi ini menjadikan warung sebagai kanal yang ideal untuk melancarkan berbagai bisnis – menjangkau semua kalangan; di samping memberikan nilai lebih bagi pelaku usaha yang menggerakkan bisnisnya.

Application Information Will Show Up Here

Ciayo Undur Diri Setelah Lebih dari Empat Tahun Beroperasi

Tahun 2020 tidak bisa dimungkiri menjadi tahun yang berat bagi banyak sektor industri, termasuk untuk online media. Ciayo, platform komik digital pertama yang dikembangkan oleh pengembang lokal, mengumumkan penghentian operasional bisnisnya di tanggal 30 Juli 2020. Situs Ciayo masih akan tetap bisa diakses hingga akhir Agustus 2020.

Walaupun tidak disampaikan secara langsung alasan dibalik penutupan bisnisnya, kasus ini turut menambah daftar perusahaan yang tumbang di masa pandemi Covid-19.

Vertikal bisnis perusahaan

Ciayo Corp memulai bisnis perkembangan intelektual properti (IP) dari aplikasi komik digital Ciayo Comics pada akhir tahun 2016. Mereka pernah berkolaborasi dengan BBM dengan merilis BBM Comics yang menyediakan ratusan komik digital yang dibuat oleh para ilustrator di Indonesia, seperti seri Si Juki, Rumah Mice, Patrick Jonbray, dan Si Nopal. Sebelum akhirnya BBM undur diri di pertengahan tahun 2019.

Sekitar satu tahun yang lalu, Ciayo Comics Plus+ meluncur sebagai layanan premium dari aplikasi Ciayo Comics. Harga yang dipatok adalah Rp30 ribu+ untuk bisa mengakses konten eksklusif serta bebas iklan.

Di lini lain, Ciayo Corp juga mengoperasikan studio pengembangan game, Ciayo Games. Dalam perjalanannya, Ciayo Games berkolaborasi dengan Agate Studio untuk menghadirkan permainan saduran dari konten IP ternama di Indonesia. Selain itu, perusahaan juga sempat meluncurkan permainan mobile arcade berjudul “CHIPS: Monster Tap!” yang berhasil menjadi finalis Indonesia Game Contest oleh Google Play serta The Best Mobile Game of The Year oleh Popcon Asia 2017.

Bergerak sebagai media, Ciayo Corp juga menaungi Ciayo Blog. Portal ini membahas tren pop culture terbaru dan disebut telah menarik lebih dari 100 ribu pembaca setiap bulannya.

Di akhir tahun 2019, perusahaan mengumumkan kolaborasi dengan studio animasi Kumata Studio untuk menghadirkan konten-konten popular terbaik dari dalam dan luar negeri. Tak selang berapa lama, sebuah program loyalitas pelanggan berupa pengumpulan poin diluncurkan, memungkinkan sekitar 7 juta pengguna berkesempatan untuk memenangkan sejumlah hadiah.

Akhir kata

Tjahjadi Handaja selaku Co-founder Ciayo turut menyampaikan bahwa pihaknya telah kurang lebih 5 tahun membangun Ciayo dari nol hingga berjumlah 160 anggota tim, mulai dari jatuh bangun mempertahankan bentuk sebagai sosial media virtual, hingga akhirnya pivot dan beralih menjadi komik online. Setelah itu, melebarkan sayap ke online game juga di tahun 2016.

Beragam inovasi telah dilakukan, berbagai usaha telah dilancarkan, namun Ciayo Corp harus mengecap kenyataan pahit untuk mengusaikan bisnisnya pada titik ini. Mereka juga turut menyampaikan selamat tinggal melalui unggahan video 15 detik di media sosial Ciayo berisi kompilasi gambar serta tulisan mengucapkan terima kasih serta undur diri.

Dilansir dari SimilarWeb, trafik Ciayo mulai berkurang dari bulan April sebesar 55 ribu pengunjung hingga Juni 2020 di angka kurang lebih 40 ribu pengunjung. Dari hasil pengamatan tim DailySocial, berita terakhir yang dipublikasi di situs Ciayo adalah 4 bulan yang lalu.

Bandung Startup Pitching Day 2020 Berhasil Digelar, Diikuti 50 Startup dan 31 Pemodal Ventura

Thegreaterhub SBM ITB, LPIK ITB, Startup Bandung, Startup Grind Bandung, Geek Hunter, dan Block71 Bandung didukung oleh Endeavor dan Coworking Indonesia berkolaborasi menyelenggarakan “Bandung Startup Pitching Day 2020”. Kegiatan tahunan ini diselenggarakan dalam rangka meningkatkan dan menumbuhkan ekosistem startup  di Indonesia. Selain itu juga diharapkan dapat membuka akses/peluang pendanaan bagi startup baru yang potensial bertumbuh, di samping sebagai ajang exposure terkait.

Kegiatan tersebut dilaksanakan secara online pada tanggal 24 Juli 2020. Dari 175 startup yang mendaftarkan diri, terpilih 50 startup terbaik yang memiliki bold idea dengan berbasis teknologi dalam memberikan solusi bagi permasalahan-permasalahan unik Indonesia. Mereka datang dari berbagai kategori, mulai dari fintech, edtech, legaltech, healthtech, dll.

Adapun 50 startup itu adalah:

Ajar Belajar Launcher.id
Akademis.id Lovia
Bagi Kopi Express Mejakita
Bell Society Modular
Bersihin MulaiDisini
Biztrips Muslimlife
Brave Nano Natura
Brodewijk Nasho
CARIMOBIL Neurontech
D’Kapster Pateron
Desamart Philoit
Djalandjalan Pitchplay
eCLIS.id Repla
EcoplastID Sgara
Eduku Shoecasing
Edulens Sinaps
Ekuitas Home Sportigo
eLarvae Surplus Indonesia
Felis The Tutors
Gets id TinggalMasak
Hearo Tresnan
Internusa Capital VirtualPro Basketball
IZIFILL Wegrow
Jawara Bersih Nusantara Wonikah.com
KODI Xplorin

Sementara dari pihak tim penilai hadir perwakilan dari pemodal ventura dari dalam dan luar negeri, yakni:

1982 Ventures Gobi Ventures
AC Ventures Grupara Ventures
Access Ventures Ideosource
Alpha JWC Ventures Indogen Capital
Alpha Momentum Init-6
ANGIN MDI Ventures
ATM Capital Prasetia Dwidharma
Bace Capital Skystar Ventures
BRI Ventures Spiral Ventures
Coffee Ventures STRIVE
Cyber Agent Telkomsel Innovation Center
Discovery Nusantara Capital UMG Idealab
Ficus Venturra Discovery
Finch Capital Vertex Ventures
Global Founders Capital Wavemaker
Go Ventures Dan beberapa angel investor

Beberapa perwakilan dari program akselerator juga turut hadir sebagai tim penilai, di antaranya Oorange, Indigo Incubator, Cubic, Endeavor, Kolaborasi, dan Supernovae.

Di akhir acara pitching dipilih top 5 awards berdasarkan penilaian dewan juri yang hadir. Adapun startup yang berhasil meraih award tersebut adalah Brave (Most innovative), Mejakita (Best Pitch), KODI (Most Impactful), Nano Natura (Most Promising), dan Sgara (Most Marketable).

Thegreaterhub SBM ITB sendiri yang menjadi inisiator acara ini merupakan pengembangan bisnis multi-platform di bawah Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM), Sekolah Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk mahasiswa ITB pada khususnya dan generasi muda Bandung secara umum. Fasilitas yang diberikan dalam bentuk fisik (ruang kerja dan ruang pembuat) dan non-fisik (program inkubasi, percepatan, dan pengembangan keterampilan yang direncanakan). Unit pengembangan bisnis ini sudah berdiri sejak tahun 2016 dan telah menginkubasi 198 startup.

Dalam kegiatannya The Greater Hub SBM ITB berkolaborasi dengan LPIK ITB yang merupakan Lembaga yang didirikan untuk mendorong pemanfaatan hasil-hasil penelitian di Perguruan Tinggi juga bekerja sama dengan komunitas Startup Bandung yang sudah berdiri sejak tahun 2015 dengan anggota lebih dari 100 startup yang berdomisili di Bandung.

Kemudian dengan Startup Grind Bandung sebagai komunitas startup tingkat global di bawah program #GoogleForEntrepreneur yang sudah memiliki cabang di lebih 250 kota yang tersebar di 100 negara, salah satunya di Bandung. Lalu dengan Geek Hunter sebagai startup perekrutan kerja khusus IT terkemuka asal Bandung yang berdiri sejak Juli 2013, dan Block71 Innovation Factory yang turut serta membangun ekosistem bisnis di Bandung.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Bandung Startup Pitching Day 2020

Beautytech dan Perannya Membentuk Industri Kecantikan

Industri kecantikan tak dimungkiri menjadi salah satu yang paling naik daun dalam setengah dekade terakhir. Female Daily adalah bagian dari saksi melambungnya industri ini. Sebagai platform komunitas online di bidang kecantikan.

Co-Founder & CEO Female Daily Hanifa Ambadar mengatakan, ada sejumlah faktor pasar kecantikan kian membesar. Tren global, kemunculan merek-merek lokal, hingga serbuan kultur K-Drama dan K-Pop yang berakibat banyaknya produk kosmetik asal Korea yang mencoba peruntungan di sini. Platform review seperti Female Daily mengamplifikasi semua hal tersebut sehingga menghasilkan ekosistem yang lengkap.

“Sampai sekarang apa yang kita bangun di Female Daily itu berdasarkan feedback user,” ujar Hanifa.

Dalam #SelasaStartup minggu keempat bulan Juli, Hanifa menjelaskan bagaimana beautytech seperti Female Daily membentuk industri kecantikan, mulai dari aspek kemunculan pelaku industri, makin beragamnya produk yang ditawarkan, hingga perubahan perilaku konsumen produk kecantikan.

Komunitas sebagai kunci

Kiprah Female Daily sebagai beautytech sejak 2005 tak bisa lepas dari peran basis komunitas mereka yang kuat. Hanifa menilai, kuatnya komunitas tak lepas dari kualitas anggotanya di masa awal mereka berdiri. Model bisnis di masa lampau membuat mereka tumbuh secara organik meski di satu sisi butuh waktu yang lebih lama untuk bisnisnya tumbuh.

Berawal dari blog, kini Female Daily adalah platform yang memiliki 50 juta anggota dengan 4 juta unique users per bulan. Besarnya komunitas berbanding lurus dengan pengaruh mereka ke industri. Hanifa memberi contoh ketika ada rencana peluncuran produk dari suatu merek, maka si pemilik produk akan menggandeng Female Daily untuk mendengar masukan dari anggota komunitas.

Tidak perlu heran jika platform review seperti Female Daily bisa punya pengaruh sekuat itu. Pasalnya pengetahuan para anggotanya tentang kosmetik dan kecantikan tak bisa diremehkan. Ada yang bekas majalah fesyen, ada yang pernah bekerja di industri fesyen. Menjadi yang paling cepat mewadahi pengetahuan orang-orang itu adalah sebuah keuntungan.

Namun besarnya komunitas Female Daily tak tercapai dalam semalam. Sebagai salah satu platform pertama yang membahas serba-serbi kecantikan, Female Daily membuka diri dan merawat anggotanya agar tempatnya jadi pilihan utama para beauty enthusiast. Salah satu bentuknya adalah mempererat hubungan antara anggota dengan perusahaan.

“Kita juga di awal nutruring lewat offline events. Walaupun kita online community tapi kedekatan itu juga lebih erat karena adanya offline event,” imbuh Hanifa.

Pengaruh ke pelaku industri 

Berkembangnya beautytech seperti Female Daily mempercepat penyebaran informasi produk kecantikan. Menurut Hanifa perusahaan kosmetik terbantu kehadiran beautytech karena produk mereka punya kesempatan disorot ke audiens yang lebih luas serta mendapat masukan yang lebih dalam tentang produknya.

“Sekarang hampir semua perusahaan kecantikan punya satu orang khusus untuk mempelajari semua percakapan yang ada di Female Daily.”

Suara-suara konsumen itu tak hanya dijadikan bekal membuat produk berikutnya, tapi juga membaca selera dan manuver kompetitor, serta merancang kampanye pemasaran. Menurut Hanifa hal itu terutama dilakukan oleh merek lokal. Ia juga menambahkan saat ini tren yang berkembang di industri kecantikan memang melibatkan konsumen dalam menentukan produk berikutnya.

Mengubah perilaku konsumen

Selain ke produsen kecantikan, kehadiran beautytech tentu turut mengubah perilaku konsumen produk kecantikan. Satu hal yang paling disadari oleh Hanifa adalah review sudah jadi kebiasaan tak terpisahkan dari konsumen saat ini. Konsumen juga jauh lebih lapar akan informasi produk kecantikan yang hendak dibeli.

Makin mudanya penikmat produk kecantikan juga ditengarai berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Contohnya adalah selektifnya mereka karena menyesuaikan bujet yang terbatas. Maka rekomendasi dan hasil review menjadi pegangan utama mereka.

“Yang kedua menurutku adalah kecintaan terhadap merek lokal. Jadi sekarang banyak orang yang dukung merek lokal bukan karena lokalnya saja, tapi juga karena produknya yang keren-keren,” ucap Hanifa.

Tantangan yang masih dihadapi

Hanifa menekankan tantangan mereka sebagai platform online adalah sebaran informasi tentang kecantikan yang lebih luas. Jika dahulu sumber distraksi masih cukup terbatas, kini jauh berbeda. Tanpa faktor pembeda, orang tidak bisa lagi berlama-lama di dalam satu situs saja karena sumber distraksi makin banyak. Female Daily berkeinginan menjadi satu ekosistem terpadu tentang produk kecantikan.

Salah satu masalah itu terjadi ketika seseorang hendak mencari informasi tentang suatu produk yang ingin ia beli, namun ia harus mengunjungi situs/aplikasi/tempat lain untuk membeli barang yang dicari. Maka dari itu Female Daily mendirikan Beauty Studio, e-commerce produk kecantikan yang melengkapi ekosistem mereka.

“Jadi kita mikir bagaimana caranya agar user kita enggak ke mana-mana lagi. Terekspos, diskusi, beli di situ, memberi review, jadi satu ekosistem untuk memfasilitasi journey customer di Female Daily,” lengkap Hanifa.

Menurut Hanifa sebenarnya masih ada satu hal yang ingin mereka lengkapi dalam ekosistem Female Daily yakni toko ritel fisik. Produk kecantikan memang bergantung penginderaan manusia. Namun pandemi memundurkan rencana tersebut yang tadinya ingin dieksekusi akhir tahun ini.

Di samping itu, Hanifa juga berharap mereka dapat menggunakan kecerdasan buatan (AI) yang lebih jauh di platform mereka. Ia menyebut teknologi itu dapat memudahkan pengguna memperoleh rekomendasi produk kecantikan yang sesuai dengan preferensi dan kebutuhannya.

“Yang menarik beauty itu banyak banget datanya. Jadi kalau misal aku review product, ketahuan aku sukanya produk apa saja, komposisi apa saja, dan formulasi apa saja. itu bisa ditebak dan dipelajari,”

Platform Fintech Home Credit Luncurkan Produk Kartu Kredit, Manfaatkan Jaringan Visa

Perusahaan pembiayaan multiguna Home Credit meluncurkan Home Credit Card, kartu kredit fisik dengan logo Visa yang dapat dimanfaatkan untuk transaksi online dan offline. Layanan ini disediakan untuk para konsumen loyal perusahaan dan memiliki rekam jejak pembayaran yang baik.

Marketing & Strategy Director Home Credit Indonesia Moin Uddin mengatakan, inovasi digital merupakan hal penting yang harus diimplementasikan oleh perusahaan agar bisa meningkatkan kualitas pelayanan untuk para pelanggan.

“Dengan hadirnya Home Credit Card ini, kami ingin meningkatkan kualitas layanan kami dengan memberikan kenyamanan, keamanan, dan kemudahan dalam pengalaman berbelanja,” ucapnya dalam keterangan resmi, Kamis (30/7).

Untuk pengajuan kartu kredit ini, nasabah dipastikan telah menerima notifikasi dari sistem perusahaan melalui aplikasi atau dihubungi langsung oleh tim. Proses pendaftarannya hanya membutuhkan waktu sekitar tiga menit untuk verifikasi persetujuan sejak melengkapi dokumen yang dibutuhkan.

Uddin memastikan perusahaan tetap berkomitmen dan menerapkan prinsip kehatian-hatian sesuai dengan aturan yang berlaku dari regulator.

Jika sudah disetujui, kartu kredit perlu diaktifkan terlebih dahulu melalui call center atau aplikasi My Home Credit, kemudian membuat PIN. Karena memanfaatkan jaringan Visa, nasabah Home Credit dapat memanfaatkan limit kreditnya untuk berbelanja di merchant Visa baik di dalam maupun luar negeri, serta melakukan tarik tunai di ATM berlogo Visa.

Adapun untuk bunga pembelanjaannya maksimal 2,25% per bulan atau maksimal 26,95% per tahun. Perusahaan menawarkan fasilitas cicilan melalui produknya yang bernama Brilian by Home Credit Card hingga 36 bulan. Transaksi nasabah yang dilakukan dengan kartu akan dikonversi menjadi angsuran berdasarkan ketentuan khusus yang disetujui berdasarkan permintaan pemegang kartu.

Sedangkan untuk pembayaran tagihan ini, perusahaan telah bekerja sama dengan pihak ketiga seperti Alfamart, Indomaret, Pos Indonesia, BCA, BNI, Bank BRI, Bank Mandiri, Bank Permata, Bukalapak, GoBills, Tokopedia, dan Ayopop. Luasnya metode pembayaran ini diharapkan memudahkan nasabah.

“Dulu, kartu kredit hanya bisa dimiliki oleh sebagian masyarakat, tetapi sekarang dengan berbagai kemudahan dan syarat aplikasi, kartu kredit semakin mudah dimiliki dan menyediakan berbagai keuntungan bagi pemiliknya,” tutup dia.

Marketing and Strategy Director Home Credit Indonesia Moin Uddin / Home Credit
Marketing and Strategy Director Home Credit Indonesia Moin Uddin / Home Credit

Semakin mudah punya kartu kredit

Memang dulu kartu kredit adalah barang premium karena hanya bisa dimiliki oleh nasabah “priviledge”. Ini wajar karena bank memang harus bertanggung jawab dalam menyalurkan pinjaman yang bersumber dari dana masyarakat.

Kondisi tersebut akhirnya membuat pertumbuhan mandeg dari tahun ke tahun. Data dari Bank Indonesia mengungkapkan, per Februari kemarin tercatat sebanyak 17,61 juta kartu naik 2,67% dibandingkan dengan Februari 2019 sebanyak 17,15 juta kartu.

Dari transaksinya hanya Rp25,86 triliun atau naik tipis 0,19% dari sebelumnya Rp25,81 triliun. Sementara volume transaksinya meningkat 3,51% menjadi 26,44 juta kali dari 26,44 juta.

Menanggapi kondisi tersebut akhirnya dijawab oleh perusahaan teknologi yang bekerja sama dengan perbankan untuk merilis produk kartu kredit. Berbekal dengan data nasabah yang teratur membayar dan rajin bertransaksi, menawarkan kartu kredit agar mereka bisa “naik kelas.”

Strategi tersebut setidaknya sukses dilakukan oleh Traveloka dengan brand-nya Traveloka PayLater yang memboyong Bank BRI. Nasabah Traveloka PayLater yang layak kredit akan mendapat notifikasi untuk mengajukan kartu kredit.

Sama seperti Home Credit, Traveloka PayLater Card menggunakan jaringan Visa sehingga limit kredit nasabah bisa dipakai di seluruh merchant Visa. Lewat aplikasi Traveloka, nasabah dapat mengontrol seluruh transaksinya, pun untuk membayar tagihannya.

Selain Bank BRI, Bank Mandiri juga kepincut untuk co-brand kartu kredit dengan Traveloka, tanpa dibubuhi embel-embel brand PayLater. Fasilitas yang ditawarkan adalah kesempatan mengumpulkan lebih banyak poin loyalitas dari transaksi di Traveloka, diskon harian, dan penawaran lainnya dari merchant Bank Mandiri.

Grab sebenarnya juga sudah melakukan strategi ini dengan Mastercard, hanya saja belum tersedia di Indonesia sejak pertama kali dirilis pada akhir tahun lalu.

Pendanaan Startup Indonesia Bernilai Lebih dari $100 Juta Sepanjang Pandemi

Kuartal kedua tahun ini memberi warna baru dalam dinamika startup Indonesia. Selain kabar mengenai banyak bisnis yang terperosok, selama paruh pertama 2020 arus pendanaan startup cenderung meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Beberapa startup bahkan mendulang pendanaan dengan nilai di atas $100 juta (setara 1,4 triliun Rupiah).

Berikut ini adalah nama-nama startup yang dikabarkan mendapatkan pendanaan besar baru di masa pandemi:

Tokopedia (dikabarkan) raih $500 juta

Pertama kali diberitakan DealStreetAsia, sumber mengatakan perusahaan yang dipimpin William Tanuwijaya tersebut mendapatkan dana tambahan senilai US$500 juta atau setara 7,3 triliun Rupiah. Sebelumnya dikabarkan Tokopedia memang tengah mencari dana baru hingga 21 triliun Rupiah sejak tahun lalu. Salah satu tujuannya mempersiapkan perusahaan melantai di bursa saham. Jika benar, perolehan ini menjadi yang terbesar di Asia Tenggara di paruh pertama 2020.

Gojek dapat US$300 juta

Awal Juni lalu, Gojek mengumumkan bergabungnya sejumlah investor di putaran seri F mereka. Dua di antaranya adalah Facebook dan Paypal. Kendati tidak diumumkan ke publik, santer tersiar nilai dana yang didapat mencapai $300 juta atau setara 4,3 triliun Rupiah. Pendanaan baru tersebut salah satunya fokus untuk penguatan GoPay, yang mendorong anak usaha Gojek ini melakukan filing dengan valuasi unicorn.

Traveloka rengkuh US$250 juta

Kemarin, (28/7), Traveloka mengumumkan perolehan pendanaan barunya senilai $250 juta atau setara 3,6 triliun Rupiah. Dana ini untuk membantu perusahaan bangkit dari terjangan Covid-19 yang memorak-porandakan bisnis OTA di Indonesia dan seluruh dunia. Beberapa strategi direncanakan ulang, meski tetap fokus di bisnis akomodasi domestik. Beberapa layanan baru, seperti Xperience (online), mulai digalakkan untuk menjadi revenue stream baru di tengah transaksi penjualan tiket perjalanan yang minim.

Kopi Kenangan amankan $109 juta

Startup new retail Kopi Kenangan mendapatkan pendanaan Seri B senilai $109 juta atau setara 1,6 triliun Rupiah pada Mei 2020 lalu. Perolehan ini menambah total investasi yang didapat perusahaan di angka $137 juta. Selain memperluas cakupan bisnis, agenda utama dengan dana baru ini adalah menggarap model bisnis “cloud kitchen”, sehingga memungkinkan banyak produk makanan dan minuman baru yang segera disuguhkan ke para pelanggannya.

Bukalapak dikabarkan rampungkan pendanaan $100 juta

Kabar terbaru datang Bukalapak. Mereka sedang menggalang pendanaan baru senilai (minimal) US$100 juta atau setara 1,4 triliun Rupiah. Sumber DealStreetAsia mengatakan, dua investor utamanya, yakni EMTEK dan Ant Financial, telah terlebih dulu menyuntikkan dana di bulan Maret 2020 lalu. Belum diketahui pasti agenda yang dicanangkan perusahaan dengan dana baru ini. Kini Bukalapak beroperasi tanpa keterlibatan founder di jajaran manajemen, setelah Fajrin Rasyid bergabung dengan Telkom sebagai anggota Direksi.

Dominasi pendanaan di Asia Tenggara

Jika dibuat peringkat pendanaan terbesar sepanjang tahun 2020 ini, lima nama di atas akan mengisi daftar 10 besar. Beberapa startup di negara Asia Tenggara lain yang juga memperoleh dana baru senilai minimal $100 juta adalah Ninja Van (Singapura) $279 juta, RWDC Industries (Singapura) $133 juta, Tiki (Vietnam) $130 juta, dan Voyager Innovations (Filipina) $120 juta.