Transisi Sektor Healthtech Pasca-Pandemi

Kesehatan berbasis teknologi (healthtech) masih menjadi sorotan Startup Report 2023 yang diterbitkan oleh DSInnovate. Meski pandemi telah usai, sektor ini membuktikan masih dapat terus berkembang hingga mulai mengeksplorasi ke bidang baru.

Dari kacamata investor, sektor healthtech masih cukup diminati, terlihat dari adanya 11 kesepakatan pendanaan startup kesehatan dan 3 pendanaan ke startup di bidang genomik. Pendanaan terbesar mengalir ke kantong Halodoc senilai $100 juta (seri D), diikuti Good Doctor senilai $10 juta (seri A), dan FitHub senilai $6,5 juta (pra-seri A). 

Kepercayaan investor terhadap sektor healthtech juga diyakini berkat upaya mereka untuk bertransisi di era pasca-pandemi, mendorong mereka untuk memperluas pendekatan layanannya dari online ke hibrida.

Transisi ini terutama berfokus pada platform telemedis yang adopsinya sempat meroket signifikan saat pandemi. Kini platform telemedis mengombinasikan kanal offline untuk mengakomodasi kebutuhan yang lebih besar. Misalnya, layanan yang membutuhkan interaksi langsung dengan pasien atau pengiriman obat-obatan.

“Tren hibrida sedang berkembang dalam industri teknologi kesehatan. Pendekatan ini memastikan pengalaman yang terpadu bagi pasien sehingga mengurangi kunjungan offline. Selain kenyamanannya, model hibrida juga menawarkan efektivitas biaya, menjadikannya sebagai model yang diantisipasi sebagai tren kesehatan masa depan,” ucap Co-Founder & CEO Klinik Pintar Harya Bimo.

Sumber: Startup Report 2023

Layanan digital treatment & care diperkirakan menyumbang pendapatan terbesar dengan $781 juta terhadap total pasar kesehatan digital di Indonesia. Khusus telemedis saja, layanan ini menyumbang sebesar $222,8 juta.

Lebih lanjut, laporan ini menyoroti tren genomik, sektor kesehatan baru yang tengah dijajaki pengembangan produk dan inovasinya. Tren pendanaannya juga mulai tumbuh. Tercatat tiga startup bioteknologi mendapat pendanaan awal tahun lalu, yaitu Asa Ren, Etana, dan Moosa Genetics.

Mengingat sektor ini baru, pengembangan genomik masih berada di tahap R&D sehingga membutuhkan waktu lama dan kesabaran untuk sampai masuk ke pasar. Apalagi, populasi di Asia Tenggara sangat beragam. Demikian juga aspek regulasi.

Startup Report 2023 dapat diunduh melalui tautan ini.

Investree Lakukan Restruktrisasi, SBI Holdings Suntik Dana Penyelamatan Rp109 Miliar

Setelah mengalami isu serius akibat mismanajemen, investor terdahulu Investree dikabarkan ‘gotong-royong’ menyelamatkan startup fintech lending tersebut dengan memberikan pendanaan baru. Menurut sumber DealStreetAsia, saat ini salah satu investor mereka SBI Holdings telah menyuntikkan dana $7 juta atau senilai 109,5 miliar Rupiah.

Adapun $4,5 juta di antara telah digunakan untuk membayar tanggungan perusahaan, termasuk gaji, pajak, utang, dan biaya lainnya. Sisanya dimanfaatkan untuk kebutuhan legal, asuransi, dan sewa.

Amunisi tambahan tersebut dicairkan setelah Adrian Gunadi hengkang dari jabatannya sebagai CEO pekan lalu. Adrian diduga melakukan pelanggaran karena mengalihkan dana perusahaan ke rekening pribadinya dan menggunakan nama perusahaan untuk melakukan penjaminan di luar ketentuan.

Pengumuman Investree atas dugaan penyalahgunaan nama perusahaan untuk penjaminan perjanjian / Investree
Pengumuman Investree atas dugaan penyalahgunaan nama perusahaan untuk penjaminan perjanjian / Investree

Salah satu pendiri Investree, Kok Chuan Lim, sebelumnya juga mengatakan bahwa perusahaan akan melakukan restrukturisasi masif guna menjaga keberlangsungan dan membuatnya menjadi sehat kembali. Terlebih kini Investree juga tengah dipantau OJK setelah ada dugaan fraud — juga akibat TKB90 yang berada di bawah rata-rata. Mengingat banyak lender yang komplain dananya tidak bisa ditarik.

TKB90 adalah tingkat keberhasilan penyelenggara P2P Lending dalam memfasilitasi penyelesaian kewajiban pinjaman di rentang 90 hari sejak jatuh tempo. Adapun Investree memiliki TKB90 di ambang 83,56%, sementara rata-rata pemain fintech lending lainnya di atas 97%.

Investree sendiri sudah terdaftar di OJK sebagai fintech lending sejak Mei 2017. Melalui aplikasi marketplace lending miliknya, ia memfasilitasi penyaluran pinjaman (ritel dan institusi) kepada pelaku UMKM dan individu di sektor produktif. Sejauh ini mereka telah menyalurkan dana Rp14,53 triliun ke lebih dari 93 peminjam (individu dan institusi).

Saat kondisi masih baik-baik saja

Sejak 2021, fokus Investree adalah ekspansi regional, bahkan sebelumnya mereka berhasil mengantongi lisensi dari Komisi Sekuritas dan Bursa Thailand (SEC) untuk memberikan layanan pembiayaan ke UMKM setempat. Di Filipina Investree juga mendapati nasib baik yang sama, mereka berhasil mengantongi izin dari otoritas setempat. Atas performanya, sejumlah institusi keuangan global menyuntikkan pendanaan debt untuk meningkatkan nilai penyaluran dana, salah satunya Rp142 miliar dari responsAbility.

Pengembangan produk tak kalah dikebut, setelah matang dengan layanan pinjaman produktif, Investree perluas lini produk ke segmen pembiayaan pengadaan bekerja sama dengan sejumlah mitra. Kemudian, layanan syariah juga sempat diluncurkan bahkan ada kabar akan di-spin off jadi badan usaha tersendiri. Rencana masuk ke bank digital sempat digemborkan pasca perusahaan mencaplok 18,4% saham Amar Bank.

Investree juga sempat berinvestasi ke startup fintech pembayaran OY! dan bentuk joint venture. Tujuannya untuk memperluas ekosistem layanan finansial menjadi lebih komplit.

Di luar pendanaan debt yang didapat, Investree juga telah membukukan pendanaan ekuitas dari sejumlah pemodal. Hingga putaran seri C, Investree berhasil bukukan dana $31,7 juta dengan kisaran valuasi $200 juta. Adapun jajaran investor mereka termasuk Kejora, SBI, MUFG, BRI Ventures, Mandiri Capital Indonesia, Endeavor, dan beberapa lainnya.

Tahun 2022 kemudian Investree melanjutkan penggalangan dana dengan JTA Holdings diumumkan sebagai lead untuk putaran seri D. Komitmen investor akan menyuntikkan dana 200 juta Euro atau setara 3,6 triliun Rupiah. Sayangnya, menurut kabar yang beredar, dana tersebut tak kunjung cair sampai awal tahun 2024 ini, menjadikan perusahaan harus memperketat runway.

Application Information Will Show Up Here

Gently Dikabarkan Terima Pendanaan Rp39 Miliar dari Northstar, Accel, Init-6

Startup D2C pengembang brand personal care untuk bayi dan anak dikabarkan telah membukukan pendanaan awal. Berdasarkan data yang diinput ke regulator, seperti dikutip dari Alternative.pe, Northstar, Accel, Init-6, dan dua investor lainnya terlibat pada putaran pendanaan senilai $2,5 juta atau setara Rp39 miliar ini.

Sebelumnya sekitar dua bulan yang lalu, Northstar memang sudah mengonfirmasi perihal investasi ke Gently ini. Sementara Init-6 juga sudah mengumumkan partisipasinya sejak Maret 2023.

Startup ini didirikan oleh Nyoman Anjani (CEO) dan Ramadhan Satrio Nugroho sejak awal 2021. Nyoman adalah lulusan MIT di jurusan Engineering & Management (S2) dan Teknik Mesin ITB (S1). Sebelum fokus di Gently, ia juga sempat bekerja di Unilever Indonesia menjadi Country Manager for Digital Transformation & Sustainable; serta mendirikan startup manufaktur produk fesyen Cloufa.

“Kami tergerak membangun Gently untuk membantu para ibu membangun keluarga yang sehat dan kuat dengan menghadirkan produk-produk personal care yang memiliki formula lembut, aman, dan berkhasiat, dengan harga yang terjangkau,” tulis Nyoman seperti dikutip dalam situs resminya.

Adapun sejumlah produk yang saat ini sudah dijajakan seperti baby face cream, baby hair lotion, baby rash cream, calming baby cream, candlenut shampo, massage oil, dan beberapa lainnya. Kanal penjualannya pun meliputi saluran online (website, marketplace) dan toko offline. Mereka juga mengandalkan sistem reseller untuk meningkatkan traksi penjualan.

Menurut Future Market Insight, ukuran pasar personal care untuk bayo secara global telah mencapai $6,08 miliar di tahun 2023 dan akan terus bertumbuh sampai $8,71 miliar di 2033 mendatang. Sementara dari sumber data lain yang dihimpun dalam Statista, revenue produk bayi dan anak diperkirakan akan mencapai $92,21 juta di tahun ini.

Pertumbuhan eksponensial akan terjadi di tahun-tahun berikutnya, setalah terjadi penurunan revenue ketika pandemi Covid-19 tahun 2020 lalu.

Proyeksi revenue produk bayi dan anak / Statista
Proyeksi revenue produk bayi dan anak / Statista

Gently dihadapkan pada persaingan langsung bersama brand legasi yang sebelumnya sudah hadir selama bertahun-tahun. Namun demikian, pasar produk personal care memang masih mengalami peningkatan derasitis — termasuk untuk produk dewasa (perempuan) — di mana banyak brand baru justru mendapatkan momentum penerimaan pasar.

Startup Report 2023 Soroti Aksi M&A di Situasi Tech Winter

Ekosistem digital Indonesia berupaya tetap resilien di tengah badai musim dingin teknologi (tech winter) selama dua tahun terakhir. Strategi exit melalui M&A menjadi pilihan yang cukup banyak diambil di tengah ketidakpastian pasar dan keringnya pasokan pendanaan.

Berdasarkan data Startup Report 2023, terdapat total 25 aksi M&A yang diumumkan di sepanjang 2023, sedikit turun dari sebanyak 32 M&A pada tahun sebelumnya. M&A memungkinkan pelaku startup untuk mendapat akses ke sumber daya untuk tetap beroperasi dan memperluas pasarnya.

Sektor fintech cukup banyak meramaikan aksi korporasi ini, mulai dari sub vertikal P2P lending, embedded finance, hingga wealthtech. Sementara, IDN Media tercatat dua kali melakukan akuisisi dalam setahun, yakni terhadap Boss Creator dan Saweria, untuk diversifikasi bisnis kontennya.

Sejumlah aksi M&A di ekosistem digital / Sumber: Startup Report 2023

Kemitraan strategis antara GoTo dan ByteDance menjadi penutup akhir tahun dengan kesepakatan transaksi yang pivotal bagi industri e-commerce Indonesia. Kesepakatan yang dimaksud adalah menggabungkan Tokopedia dan TikTok Shop setelah TikTok Shop sempat dihentikan operasionalnya karena alasan regulasi.

Sejumlah penutupan bisnis startup / Sumber: Startup Report 2023

Kendati demikian, strategi exit lewat IPO tak satupun terealisasi tahun lalu, investor memilih untuk berhati-hati sambil menanti pasar membaik. Akseleran yang menjadwalkan IPO di pertengahan 2023, memutuskan menundanya sampai 2024. Digiasia Bios baru saja memperoleh persetujuan untuk akuisisi dengan perusahaan SPAC sebelum melantai di bursa AS.

Sementara, tiga perusahaan digital yang telah IPO sebelumnya, yakni GoTo, Blibli, dan Bukalapak tengah mengejar realisasi keuntungan pada akhir 2023. Hingga Q3 2023, GoTo tercatat masih merugi Rp9,5 triliun, meski menyusut signifikan dari rugi Rp40 triliun di sepanjang 2022.

“Uang tak lagi murah dan ada momok kenaikan suku bunga. Banyak investor merespons situasi ini dengan mengkalibrasi ulang strategi mereka, beralih dari aset-aset berisiko ke aset-aset yang lebih aman, seperti deposito dan pendapatan tetap. Pergeseran ini lebih dari sekadar penyesuaian pasar, mencerminkan perubahan besar dalam ekspektasi investor,” tutur Markus Liman Rahardja, Chief Investment Offier BRI Ventures dalam laporan tersebut.

Sebagai pengantar, Startup Report 2023 yang diterbitkan DSInnovate, merupakan laporan tahunan yang merangkum lanskap ekosistem digital Indonesia selama setahun terakhir, mulai dari pendanaan startup hingga tren 2024.

Selengkapnya dapat diunduh lewat tautan ini.

Ekosistem VC Menantikan Langkah Lanjutan Pemerintah untuk Dorong Modal Ventura

Menyusul diterbitkannya POJK No 25 Tahun 2023, Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (AMVESINDO) merilis peta jalan pengembangan perusahaan modal ventura (PMV) di Indonesia. Regulasi soal permodalan dan perizinan yang selama ini diketahui menjadi benturan venture capital (VC) di Indonesia menjadi strategi kunci yang akan didorong oleh asosiasi.

Peta jalan ini berupaya memberikan gambaran perkembangan PMV saat ini beserta tantangannya, sebagaimana dapat menjadi rujukan bagi pembuat kebijakan. Misalnya, tantangan mengenai sumber pendanaan pemodal ventura, terutama yang melakukan kegiatan usaha penyertaan modal.

Saat ini, mayoritas sumber pendanaan PMV berasal dari pinjaman. Sekitar 32% aset modal ventura didanai dari pinjaman. Adapun, dana ventura dapat menjadi salah satu opsi dalam perluasan sumber pendanaan PMV.

Selain itu, AMVESINDO mendapati tak banyak pemodal ventura yang fokus pada penyertaan modal. Dari total 54 PMV, sekitar 74% PMV memiliki penyertaan modal kurang dari 51% dari total pendanaan yang disalurkan. Hal ini karena sebagian besar kegiatan usahanya adalah pembiayaan kepada pasangan usaha. Hanya 12 PMV yang porsi penyertaan modalnya lebih dari 85%.

Begitu roadmap ini rampung pada 2028, AMVESINDO menargetkan 67% penyaluran VCC dapat difokuskan pada penyertaan modal dan 67% dari aset VDC untuk pembiayaan pasangan usaha. Sebagai tambahan, per November 2023, total aset PMV tercatat mencapai Rp26,56 triliun atau tumbuh 80% (YoY), yang terdiri dari PMV konvensional (Rp25,59 triliun) dan aset PMVS (Rp0,96 triliun).

Ekosistem modal ventura di Indonesia

Sementara, POJK 25/2023 baru mengangkat ketentuan pokok terkait pengkategorian perusahaan modal ventura  (PMV) dan perusahaan modal ventura syariah (PMVS) saja. Sejumlah VC yang kami tanyai enggan berkomentar banyak terkait aturan baru ini. Namun, mereka mengaku menantikan langkah selanjutnya dari pemerintah untuk mengakomodasi kebutuhan pelaku industri VC di Indonesia.

“Menurut saya, POJK ini sudah mendekati best practice di negara-negara yang telah memiliki ekosistem modal ventura yang baku (terstandardisasi). Masalahnya, apakah POJK ini sudah menarik bagi VC? Di Singapura, misalnya, aturan dan ekosistemnya sudah jelas,” tutur Managing Partner Ideosource Edward Chamdani saat dihubungi DailySocial.id.

Ia juga menilai bahwa ketentuan model disetor cukup memberatkan pemodal ventura. Pasalnya, dalam ketentuan POJK 25/2023, persyaratan modal minimum yang diwajibkan tergantung pada jenis PMV. Untuk kategori venture capital corporation (VCC), minimum ekuitasnya sebesar Rp50 miliar. Kemudian, venture debt corporation (VDC) diwajibkan memiliki ekuitas minimum Rp25 miliar, sedangkan Unit Usaha Syariah (UUS) minimum Rp10 miliar.

Menurut laporan AMVESINDO, 12 PMV dari total 54 PMV baru memiliki ekuitas di bawah Rp25 miliar, sedangkan hanya 28 PMV yang ekuitasnya di bawah Rp50 miliar. Rendahnya ekuitas ini dinilai dapat memengaruhi kemampuan PMV untuk memperluas skala usaha termasuk menyerap risiko yang berpotensi mengakibatkan kegagalan usaha.

Kendati begitu, Pihak AMVESINDO diketahui telah banyak berdiskusi dengan OJK untuk mengakomodasi isu terkait modal hingga perpajakan sebagaimana telah banyak disuarakan oleh PMV yang aktif berinvestasi di Indonesia, tetapi legalitas usahanya terdaftar di luar negeri. Saat ini, jumlah PMV di Indonesia berjumlah 54 dengan mayoritas berkantor pusat di DKI Jakarta, di mana lima di antaranya adalah PMV Syariah.

Ketua AMVESINDO Eddi Danusaputro sempat mengutarakan rencana diskusi lanjutan dengan OJK dan instansi terkait untuk membahas perihal perpajakan pada akhir bulan ini. “Soal pajak kan ada di ranah Kementerian Keuangan, jadi ini tinggal berkoordinasi dengan lintas kementerian saja,” tutur Eddi beberapa waktu lalu.

Model ekosistem ideal yang ditargetkan oleh AMVESINDO

Edward yang juga menjabat di AMVESINDO menambahkan bahwa diskusi mengenai modal, pajak, dan turunannya dengan OJK bukan lagi pembahasan awal, tetapi sudah bicara observasi dengan model di negara-negara lain. Menurutnya, dengan memiliki ekosistem yang lengkap, ini dapat memengaruhi pertumbuhan bisnis pemodal ventura ke depan.

Produk SaaS RUN System Masuk ke Google Cloud Marketplace, Dorong Pertumbuhan Bisnis di Pasar Global

RUN System (IDX: RUNS), startup lokal pengembang platform ERP (Enterprise Resource Planning) mengumumkan telah resmi menjadi bagian “Google Cloud Partner”. Dengan ini, layanan SaaS yang dijajakan bisa diakses dan dilanggan oleh pengguna Google Cloud melalui platform marketplace aplikasi di dalam ekosistem komputasi awan Google. Kemitraan ini dinilai akan memperkuat rencana RUN System melayani pasar internasional.

“Kolaborasi ini selain sebagai lompatan strategis untuk memperluas jangkauan bisnis secara global, juga sebagai pendorong inovasi, dan membangun kehadiran internasional yang kuat melalui berbagai saluran internasional dan ekosistem pemberdaya Google,” jelas Co-Founder & CEO RUN System Sony Rachmadi Purnomo.

Ada tiga solusi SaaS RUN System yang akan diluncurkan ke marketplace Google Cloud, yakni platform Cloud ERP R1, platform pengadaan B2B RUN Market, dan platform ERP untuk universitas eCampuz. Solusi ini akan mulai bisa beroperasi sepenuhnya pada akhir Februari 2024 ini dan akan diperluas hingga kuartal kedua tahun ini.

“RUN System dengan produk unggulan ERP, memiliki basis konsumen dan big data yang luas dan kuat, sehingga dinilai cocok berkolaborasi dengan kami, ditambah dukungan dari Google di teknologi inovatif baru seperti di bidang AI yang baru diluncurkan juga,” ungkap Google Cloud Enabler Anand Sibuaea.

Google memang terus mencari solusi lokal yang cocok untuk dipasarkan bagi pelanggan layanan komputasi awannya di masing-masing negara. RUN System sendiri jadi perusahaan ketiga yang solusinya berhasil terkualifikasi masuk ke layanan marketplace Google Cloud.

Perkembangan RUN System

Sejak didirikan tahun 2014 di Yogyakarta, RUN System terus mengakselerasi bisnisnya dengan memperluas klien B2B dari seluruh penjuru Indonesia. Pada tahun 2021, PT Global Sukses Solusi Tbk. (PT GGS Tbk.) yang merupakan entitas bisnis RUN System, resmi tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia melalui papan akselerasi.

Di tahun 2022, RUN System mengakuisisi PT Solusi Kampus Indonesia, pengembang platform eCampuz, untuk masuk ke sektor pendidikan. Fokusnya masih sama, menyediakan kemudahan administrasi end-to-end lewat layanan ERP. Saat ini solusi eCampuz telah digunakan lebih dari 250+ universitas di berbagai penjuru Indonesia dan digunakan lebih dari 1 juta mahasiswa.

Berdasarkan laporan keuangan H1 2023, perusahaan mencatatkan revenue senilai Rp3,88 miliar (turun 12,06% yoy). Kendati demikian, Sony percaya bahwa perluasan bisnis yang dilakukan akan membawa perusahaan ke EBITDA positif. Salah satunya dengan memperdalam kemitraan dengan grup BUMN, seperti grup Telkom, Danareksa, dan sebagainya.

Secara keseluruhan layanan RUN System telah digunakan lebih dari 13 ribu bisnis dari 13 industri berbeda. Total ada 2 juta lebih pengguna terdaftar di platformnya.

RUN System sendiri sebelumnya juga sempat diinkubasi Telkom melalui Indigo Creative Nation, kemudian mendapatkan kucuran pendanaan awal dari MDI Ventures. Pasca menjadi perusahaan publik, Sony masih menjadi pengendali dengan 29,03% kepemilikan saham. Kontrol ini dinilai membuat perusahaan tetap agile untuk mendorong pertumbuhan dan inovasi.

Potensi pertumbuhan ERP

Menurut data Statista Market Insights 2023, tahun ini diproyeksikan layanan SaaS untuk korporasi di Indonesia akan membukukan revenue $486,20 juta. Layanan CRM (Customer Relationship Management) menjadi lini produk dengan traksi terbesar, disusul ERP. Sementara untuk ERP sendiri, pada tahun 2023 pasar global berhasil membukukan revenue $59,52 miliar.

Data proyeksi revenue enterprise software / Statista
Data proyeksi revenue enterprise software / Statista

Kepada DailySocial.id Sony sempat bercerita. percepatan transformasi digital yang didorong pandemi Covid-19 kemarin mendongkrak pasar SaaS korporasi secara masif, RUN System sendiri termasuk yang mendapatkan untung. Bahkan bisnis RUNS sempat melesat hingga 300%. RUN System juga memanfaatkan dengan baik kemitraan yang dimiliki dengan grup Telkom. Network bisnis yang luas memberikan kesempatan berbagai perusahaan (anak usaha dan mitra bisnis) untuk turut memanfaatkan produk ERP lokal ini.

Sembari terus memperluas cakupan pasar di Indonesia, Sony mengungkapkan tengah berupaya membouka pasar internasional. Sejak dua tahun terakhir ia cukup rajin safari ke pameran software enterprise internasional untuk memperkenalkan perusahaannya. Sejumlah kemitraan strategis mulai terbangun dengan vendor di beberapa wilayah Amerika Serikat hingga Eropa.

“RUN System tahun ini ingin memperbesar basis pelanggan dengan lini produk dan model bisnis yang menjawab kebutuhan pasar, baik lokal maupun global. Pertumbuhan dobel digit product R1 berbasis cloud tahun lalu ingin kami jaga momentumnya,” jelas Sony.

Lima Startup Indonesia Boyong Penghargaan Kompetisi Digital ASEAN 2024

Lima startup Indonesia berhasil memboyong penghargaan dalam ASEAN Digital Awards (ADA) 2024. Indonesia otomatis menjadi juara umum pada ajang pencapaian inovasi digital terbaik di kawasan regional ini.

Pemenangnya antara lain Crustea dan Shieldtag yang memenangkan medali emas, Artopologi meraih medali perak, serta Jaramba dan InCrane membawa medali perunggu. Adapun, Crustea adalah salah satu peserta DSLauncHER, program inkubasi dari DS/X Ventures.

ADA 2024 (sebelumnya dikenal bernama ASEAN ICT Awards) merupakan proyek bersama kementerian bidang telekomunikasi pada negara-negara ASEAN yang bertujuan untuk mempromosikan inovasi dan kolaborasi antara pemerintah, pebisnis, dan institusi lainnya.

Kompetisi karya Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (TIK) di tingkat ASEAN ini memiliki enam kategori antara lain Public Sector, Private Sector, Digital Content, Digital Startup, Digital Innovation, dan Digital Inclusivity.

“Mereka berkontribusi dalam berinovasi dan penerapan di setiap sektor. Kami terus mendorong lewat program pengembangan startup selanjutnya serta hilirisasi digital di sektor strategis,” ujar Direktur Ekonomi Digital Dirjen Aptika Kominfo Bonifasius Pudjianto dalam keterangan resminya (1/2).

Pada tahun ini, kompetisi ini melalui proses seleksi peserta dan kurasi produk sepenuhnya secara online. Ke-5 finalis perwakilan Indonesia melakukan presentasi online di depan 13 Final Judges ADA 2024 yang terdiri dari 10 juri dari tiap negara ASEAN dan 3 orang juri undangan yang berasal dari Tiongkok, Jepang, dan Korea.

Sekilas tentang Crustea

Crustea sempat mengikuti program inkubasi DSLauncHER yang diadakan pertengahan tahun lalu. Crustea didirikan oleh Roikhanatun Nafi’ah dengan misi untuk memberdayakan para petani untuk mencapai hasil terbaik dalam produksi akuakultur.

“Kami sebelumnya tidak menduga bakal menjadi juara pertama, karena kami masih baru kurang dari dua tahun. Ini menjadi motivasi kami untuk terus menumbuhkan startup. Kami dipercaya untuk memberikan manfaat untuk petambak atau sektor lainnya,” tutur Founder& CEO Crustea Roikhanatun.

Solusi Crustea / Crustea

Mengutip dari situs resminya, Crustea melihat para petani tambak di Indonesia dihadapkan pada tingginya biaya operasional, yang mana berdampak pada produktivitasnya. Untuk itu, pihaknya mengembangkan solusi ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan petani mulai pra, pemasangan, hingga pasca-panen.

Beberapa solusi yang ditawarkan adalah (1) Eco-Aerator berbasis IoT meningkatkan produktivitas sekaligus mengurangi biaya operasional kolam; (2) EBII System sebagai sensor untuk membantu petani mengontrol kondisi kolamnya kapan pun dan di manapun; serta (3) Smart Energy yang bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi dan penghematan energi yang dihasilkan.

Sekadar informasi, DSLauncHER merupakan program kick start dari DS/X Ventures, firma investasi tahap awal yang juga bagian dari startup media dan teknologi DailySocial.id.

Qiscus Bukukan Kenaikan Revenue 1,7x Lipat Sepanjang Tahun 2023

Startup penyedia platform komunikasi ominchannel Qiscus mengumumkan telah mendapatkan pertumbuhan revenue 1,7x lebih besar sepanjang 2023. Perolehan ini didukung dengan lebih dari 2 miliar percakapan pelanggan yang berhasil ditangani — secara keseluruhan total percakapan ini tumbuh 123% yoy. Diklaim efektivitas ini memberikan kontribusi positif dalam kenaikan pendapatan klien hingga 90%.

Kepercayaan ribuan klien B2B atas layanan Qiscus membuktikan bahwa strategi yang diusung perusahaan mampu beradaptasi dengan tren kebutuhan pelanggan yang terus bergerak. Sepanjang 2023 perusahaan memang terus memfokuskan pada peningkatan pendapatan, inovasi produk, dan berbagai langkah proaktif lainnya, termasuk mengoptimalkan pemanfaatan AI.

Terkait AI, Qiscus menyoroti teknologi ini dengan menghadirkan inovasi hybrid-intelligence dalam Qiscus AI Assistant tahun lalu. Kini AI tidak hanya dianggap sebagai sebuah alat teknologi, tetapi sebagai elemen esensial yang memberikan nilai tambah dalam pengembangan solusi bisnis.

“Berada dalam era di mana responsiveness dan personalisasi menjadi kunci, AI memberikan kemampuan untuk memproses data secara cepat dan memberikan rekomendasi yang lebih relevan kepada pelanggan. Inovasi AI bukan hanya tentang teknologi, tetapi bagaimana kita memanfaatkannya untuk menciptakan pengalaman pelanggan yang unik dan tak terlupakan,” ujar Co-Founder & CEO Qiscus Delta Purna Widyangga.

Qiscus menyediakan beragam layanan messaging bisnis yang mencakup platform populer seperti WhatsApp, Instagram, Facebook, Email, Ticketing, dan masih banyak lagi. Dengan mengusung kolaborasi AI dan CX, Qiscus memandang tahun 2024 secara optimis untuk mencapai misi mereka sebagai perusahaan teknologi kelas dunia. Saat ini, Qiscus telah menyentuh lebih dari 200 juta end users dan ribuan perusahaan dari 18 industri yang berbeda.

Baru umumkan pendanaan

Memasuki Q4 2023 lalu, Qiscus mengumumkan perolehan pendanaan lanjutan $2 juta dari Init-6. Fokus utama pendanaan ini adalah untuk menggencarkan ekspansi regional di tahun 2024 ini. Sejak berdiri tahun 2013, Qiscus juga telah mendapatkan sejumlah pendanaan eksternal dari Telkom (melalui Indigo), Rekanext, dan Qverse.

Pendanaan baru ini dibukukan setelah Qiscus mengumumkan keberhasilannya dalam mencapai profit pada tahun 2019 silam, diklaim terus bertumbuh sampai sekarang. “Dengan fokus pada pertumbuhan yang sustainable, kami berkomitmen untuk melipatgandakan pendapatan kami pada 2024 sebagai langkah awal dari ekspansi ini,” imbuh Delta.

Selain pendanaan, fitur baru berbasis AI juga banyak dirilis Qiscus tahun kemarin, termasuk Qiscus AI Assistant, Qiscus Customer Satisfaction Survey, Qiscus Shop, dan Qiscus Customer Data Platform. Dengan berbagai layanan baru tersebut, Qiscus memandang positif dalam landscape AI bagi bisnis pada tahun 2024.

Sesuai dengan yang dilaporkan oleh Euromonitor, penekanan peran AI dalam meningkatkan customer expectation (CX), yaitu pengolahan data untuk menghasilkan rekomendasi belanja yang lebih tepat, kampanye pemasaran yang lebih spesifik berdasarkan informasi pelanggan, dan masih banyak lagi.

Application Information Will Show Up Here

Startup Edtech Pintar Kantongi Pendanaan Pra-Seri A Rp47 Miliar

Platform edtech Pintar dilaporkan telah mengantongi pendanaan pra-seri A sebesar $3 juta (sekitar Rp46,9 miliar) yang dipimpin oleh Havez Capital serta partisipasi dari SIG Venture Capital.

Sebagai informasi, Havez Capital adalah perusahaan investasi yang dipimpin oleh Imelda Harsono, yang saat ini juga menjabat sebagai Direktur di PT Samator Indo Gas Tbk.

“Misi kami adalah memberdayakan tenaga kerja, di mana bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mereka agar dapat keluar dari middle income trap,” ujar CEO Pintar Ray Pulungan dalam keterangan resminya seperti dilansir dari TechinAsia.

Pintar adalah platform pengembangan karier yang menawarkan solusi pelatihan, kredensial, dan lowongan kerja–memposisikan model yang berbeda dari kebanyakan edtech yang fokus pada pendidikan K-12.

Klaimnya, Pintar telah digunakan sebanyak 2 juta pengguna, termasuk pemilik jaringan minimarket Indomaret untuk keperluan rekrutmen dan pelatihan, hingga BUMN Krakatau Steel untuk kebutuhan pengembangan talenta dan kepatuhan. Pihaknya juga telah bermitra dengan Kemendikbud dan Kadin.

Pintar sebelumnya bernama HarukaEdu yang telah menggalang pendanaan hingga seri C dengan total $2,2 juta. Rebranding ini dilakukan pada 2022.

Sebagai gambaran, ekosistem edtech di Indonesia tak cuma berfokus pada penyediaan solusi pembelajaran K12. Selain Pintar, platform lainnya masuk ke segmen edukasi nonformal untuk pelaku usaha, misalnya Kuncie. Ada juga yang menjajal digitalisasi untuk perguruan tinggi.

Edtech memang sempat menjadi salah satu sektor primadona saat pandemi Covid-19, di mana sejumlah platform pembelajaran untuk K12 mengalami lonjakan signifikan. Namun, seiring berakhirnya pandemi, pelaku edtech harus kembali menyesuaikan bisnisnya mengingat kegiatan belajar-mengajar kembali ke offline.

Upaya adaptasi ini terlihat dari aksi restrukturisasi karyawan yang dilakukan pemain dominan Ruangguru dan Zenius. Sayangnya, mengawali awal 2024, Zenius memutuskan untuk menutup layanannya sementara.

Application Information Will Show Up Here

Laporan JustWatch: Netflix Kuasai Pangsa Pasar Video Streaming Indonesia Sepanjang 2023

Netflix menjadi pemimpin pasar video streaming di Indonesia pada kuartal 4 2023 menurut laporan termutakhir yang dirilis oleh JustWatch. OTT asal Amerika Serikat ini stabil menguasai pangsa pasar selama tiga kuartal berturut-turut (Q2-Q4) sepanjang 2023, dengan angka 23%, 24%, 24%.

Menyusul Netflix, ditempati oleh Disney+ Hotsar yang tumbuh stabil di urutan kedua, hampir tiga kali lebih besar dari Prime Video. Pangsa pasarnya hanya beda 2% dari Netflix, yakni 22% pada Q4 2023. JustWatch juga mencatat pertumbuhan positif dari Iflix dan Viu. Masing-masing sebesar 16% dan 12%.

Satu-satunya OTT lokal, Vidio berada di urutan ke-5 untuk pangsa pasar sepanjang 2023. Di Q4 saja, Vidio memiliki pangsa pasar sebesar 11%. Angka ini hanya naik 1% dari tiga kuartal sebelumnya yang stabil di angka 10%.

Pengguna berbayar

Selain JustWatch, sebelumnya laporan lainnya yang dipublikasi Media Partner Asia (MPA) Media Partner Asia (MPA) mengungkapkan, Vidio memiliki 4 juta pelanggan berbayar alias terbanyak di Indonesia sepanjang 2023. Viu menyusul di posisi selanjutnya dengan lebih dari 3,5 juta pelanggan.

Posisi selanjutnya diisi oleh Disney+ Hotstar, jumlah pelanggannya beda tipis dengan Viu. Terakhir, diisi oleh Netflix dengan jumlah pelanggan berbayar sebanyak lebih dari 2 juta orang.

Diestimasi konten video di Asia Pasifik telah mencapai pendapatan $145 miliar pada 2023 dan diperkirakan terus bertumbuh sampai $165 miliar pada 2028 mendatang. Industri ini terus mengalami pergeseran signifikan dari TV ke platform online dalam hal konsumsi, keterlibatan, dan monetisasi.

Salah satu bisnis yang terdorong atas tren tersebut adalah SVOD (subscription video on-demand).

“Setelah melemah pada Q2 2023, pasar SVOD Indonesia telah pulih dengan permintaan yang lebih berkelanjutan berkat konten olahraga, lokal, dan Korea. Konten olahraga dan lokal tetap menjadi mesin utama bagi Vidio yang telah memimpin pertumbuhan kategori pada Q4 tahun 2023 dan diperkirakan akan tumbuh dengan pesat pada tahun 2024 dengan keseluruhan kategori diperkirakan akan menambah 1,3 – 1,4 juta pelanggan baru pada tahun 2024,” ujar CEO Media Partners Asia Vivek Couto.