Alodokter Dapatkan Pendanaan Seri C Sebesar 468 Miliar

Alodokter mengumumkan telah berhasil mengamankan putaran pendanaan Seri C senilai $33 juta atau sekitar Rp468 miliar yang dipimpin Sequis Life dan partisipasi dari Philips, Heritas Capital, Hera Capital, Dayli Partners, dan beberapa lainnya. Investor sebelumnya, seperti Softbank Ventures Asia dan Golden Gate Ventures, turut serta dalam pendanaan kali ini.

“Sistem kesehatan di Indonesia telah mengalami perubahan signifikan dalam 10 tahun terakhir, dan lebih terbuka terhadap inovasi digital dibandingkan sistem kesehatan di negara yang sudah maju. Indonesia menjadi salah satu negara terdepan dalam mengadaptasi sistem kesehatan digital. Itu salah satu faktor utama yang membuat Alodokter berkembang super pesat sejak pertama kali diluncurkan,” terang CEO Alodokter Nathanael Faibis.

Saat ini Alodokter mengklaim sudah berhasil mendapatkan 20 juta pengguna aktif setiap bulannya dan telah menjalin kerja sama dengan 20.000 dokter dan 1.000 rumah sakit dan klinik. Beberapa layanan unggulan Alodokter seperti chat dengan dokter, booking dokter, informasi kesehatan, dan pengelolaan asuransi kesehatan.

Suci Arumsari (Co-founder & Director ALODOKTER) & Nathanael Faibis (Co-founder & CEO ALODOKTER)

Dana segar yang didapatkan Alodokter rencananya akan dimanfaatkan untuk memperluas jaringan kerja sama dnegan rumah sakit dan mengembangkan layanan asuransi. Sebelumnya, pada 2018 Alodokter memperkenalkan asuransi kesehatan yang bernama “Proteksi Alodokter”. Pemegang polis dapat berlanganan, membayar, dan melakukan proses klaim langsung melalui aplikasi.

Rencananya Alodokter ingin membangun “asuransi abad ke-21” yang tidak hanya memberikan perlindungan finansial, tetapi juga membimbing pasien dalam perjalanan medis dengan memberikan solusi medis yang tepat.

Sementara itu, CEO Sequis Life Tatang Wijaya menjelaskan bahwa selain jumlah pengguna yang besar visi dan misi Alodokter jelas dan kuat. Sehingga Alodokter memiliki potensi meraih segmen psar dan pelanggan Indonesia.

“Selain jumlah pengguna yang besar, kami juga sangat terkesan dengan visi mereka yang jelas dan kuat dalam memberikan keakuratan medis di setiap layanan yang dibutuhkan pasien. Menurut kami, ini adalah DNA Alodokter. Alodokter akan menjadi pondasi layanan kesehatan di Indonesia dan kami bangga menjadi bagian dari perjalanan mereka. Bersama, kami akan selangkah lebih dekat untuk mewujudkan tujuan kami dalam menciptakan teknologi dan metode terbaru, serta meraih segmen pasar dan pelanggan Indonesia yang belum terjangkau,” terang Tatang.

Application Information Will Show Up Here

Cool Japan Fund Terlibat dalam Pendanaan Seri F Gojek, Berikan 709 Miliar Rupiah

Gojek masih terus menggencarkan perolehan pendanaan baru dalam putaran seri F untuk target $3 miliar. Setelah bulan lalu AIA Indonesia masuk ke jajaran investor, bulan ini Cool Japan Fund terlibat dengan dana $50 juta atau setara 709,2 miliar Rupiah.

Kabar tersebut pertama kali diinformasikan kanal Nikkei Asian Review. Kami sudah menanyakan ke pihak Gojek terkait hal ini, namun sampai tulisan ini terbit belum mendapatkan konfirmasi.

Setiap investor memiliki agenda tertentu ketika terlibat dalam pendanaan bisnis. Jika AIA miliki misi untuk mengelaborasikan layanan wellness dengan ekosistem Gojek, Cool Japan Fund berencana untuk meningkatkan penyebaran konten-konten dari Jepang melalui platform Gojek.

Sebelumnya Gojek secara resmi meluncurkan GoPlay, yakni sebuah layanan video on-demand yang akan menayangkan berbagai tayangan video eksklusif. Nantinya berbagai konten berbau Jepang, misalnya berupa film atau video masakan, akan dimasukkan sebagai opsi tontonan di sana.

Cool Japan Fund juga ingin memanfaatkan GoFood Festival untuk meningkatkan penetrasi restoran dan masakan Jepang di Indonesia, sehingga lebih dikenal oleh masyarakat.

Cool Japan Fund merupakan perusahaan modal ventura di bawah naungan Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang. Investasi mereka fokus di empat bidang, yakni media & content, fashion & lifestyle, food & services, dan inbound.

Sebelumnya mereka berinvestasi di perusahaan media gaya hidup Clozette senilai $10 juta dalam putaran seri C, kemudian dilanjutkan peluncuran Cool Japan Ecosystem untuk memperkuat eksistensinya di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Rambah Bisnis Big Data, Ovo Resmikan Smart Vending Machine

Ovo meresmikan layanan smart vending machine SmartCube setelah peluncuran tahap pertama di Juli 2019 di sejumlah lokasi terbatas di Jakarta. Rencananya sampai akhir tahun depan ditargetkan ada 500 mesin tersebar di kota-kota besar.

Chief Data Officer Ovo Vira Shanty mengklaim ini adalah smart vending machine pertama di Indonesia yang memiliki kemampuan analsisis data secara real-time. Mesin ini mampu merekam tingkah laku dan demografi pelanggan yang bertransaksi di mesin, seperti halnya usia, jenis kelamin, lokasi, daya belanja, dan perangkat yang digunakan.

“Brand dapat mengakses dashboard untuk melihat insight yang dirangkum dengan sederhana, seperti apa profil pelanggan, tren produk yang diminati, dan hasil pengumpulan survei. Insight ini dapat dimanfaatkan brand mitra untuk memberikan penawaran yang sesuai target,” terangnya, Selasa (15/10).

Pada peresmian ini, Ovo telah mendistribusikan 30 mesin tersebar di mal, sekolah, dan perkantoran di Jakarta. Ditargetkan sampai akhir tahun dapat tembus di 100 mesin, jumlah berangsur bertambah 500 mesin di 2020, dan 1.000 mesin di 2021. Kota yang dipilih seperti Bandung, Surabaya, Medan, dan Makassar

“Kami sangat hati-hati dalam menaruh mesin, lokasinya harus indoor sebab butuh maintenance khusus, punya presence Ovo yang kuat, dan menempatkan produk brand paling appealing dengan target konsumennya.”

Untuk belanja di mesin vending, tidak jauh berbeda dengan mesin vending pada umumnya. Konsumen diharuskan memiliki akun Ovo, lalu memindai kode QR. Sayangnya, kode QR ini belum bisa terhubung dengan QRIS, alias masih eksklusif untuk Ovo.

Rambah bisnis big data

Ovo SmartCube ini sekaligus menandakan dimulainya bisnis monetisasi Ovo dari eksternal, dengan berjualan bisnis big data. Selama ini Ovo merekam jutaan data transaksi yang sebenarnya dibutuhkan oleh marketer.

Yang mana, marketer saat ini berlomba-lomba untuk melakukan pendekatan pemasaran yang berpusat pada konsumen, menuntut interaksi yang bermakna antara brand dengan konsumennya.

Vira menjelaskan SmartCube adalah produk data analitik yang memiliki banyak engine big data di dalamnya. Penggunaan big data itu bisa buat kebutuhan internal dan eksternal saat menentukan strategi monetisasi.

Selama ini Ovo memanfaatkan big data untuk mendapat insight yang membantu manajemen bisa lebih cepat mengambil keputusan. Hal yang sama juga berlaku buat kebutuhan eksternal.

Ovo memanfaatkan teknologi yang disediakan oleh mitra data analitik untuk melancarkan seluruh strateginya tersebut. Ada tiga mitra yang digaet, yakni Kinetica, Informatica, dan Cloudera. Ketiganya berasal dari Amerika Serikat.

Teknologi Informatica dimanfaatkan saat pengumpulan data tahap awal, sementara untuk penyimpanan segala datanya di cloud memanfaatkan Cloudera. Sedangkan speed layer-nya memanfaatkan Kinetica, untuk pengiriman data secara real time ke dashboard brand.

“Ada tiga teknologi yang kita gunakan untuk big data Ovo, salah satunya untuk dukung SmartCube.”

Ketika brand dapat mengakses seluruh insight di dashboard, ada perhitungan komersial yang diberlakukan Ovo. Informasi yang dikumpulkan mesin dan bisa diakses oleh brand, berbentuk insight, bukan bersifat data pribadi. Bentuknya ringkasan perbandingan yang disusun dengan bahasa sederhana sehingga mudah dipahami brand untuk mengambil keputusan berikutnya.

Buat bantu brand memahami konsumen, Ovo SmartCube dilengkapi dengan fitur produk sampling, penjualan, survei, dan pemasangan iklan. Ke depannya, bakal ditambah fitur isi ulang saldo Ovo dan redeem program deals/voucher.

Dia menargetkan sampai akhir tahun ini, SmartCube dapat menggaet enam brand prinsipal untuk berjualan lewat mesin vending.

Sejak uji coba perdana di Juli 2019, ada sejumlah insight yang berhasil dikumpulkan SmartCube. Misalnya, waktu belanja di mal yang paling banyak terjadi dari sore menuju malam hari. Konsumen yang paling sering belanja di mal adalah perempuan (52%).

Sementara di sekolah, waktu belanja yang paling banyak adalah siang menuju malam. Konsumennya ada kalangan milenial muda dan perempuan mendominasi. Terakhir, di perkantoran, waktu paling sibuk adalah pagi menuju siang. Konsumen didominasi milenial dengan usia yang lebih tua dan lebih didominasi laki-laki (61%).

Application Information Will Show Up Here

Menyasar Kawasan Pedesaan, Indosat Ooredoo dan Facebook Luncurkan Kampanye “Internet 1O1”

Bertujuan memperluas literasi digital di pedesaan, Facebook menggandeng Indosat ooredoo menghadirkan “Internet 1O1”, sebuah kampanye nasional untuk meningkatkan adopsi mobile internet di Indonesia. Melalui kampanye ini Indosat akan menyediakan infrastruktur konektivitas internet memanfaatkan ekosistem yang terdapat di Indosat, sementara Facebook akan menyediakan kurikulum dan pelatihan tentang penggunaan internet.

“Internet memiliki kekuatan untuk menyalurkan suara publik dan membantu mereka menemukan dan membagikan pengetahuan, memperkuat ekonomi, dan mengembangkan komunitas. Membantu masyarakat mendapatkan hasil yang maksimal dari sumber daya yang kuat lebih dari sekedar konektivitas fisik, kami bangga bekerja sama dengan Facebook di Indonesia untuk meningkatkan kesadaran diantara pengguna internet pemula tentang peluang yang ditawarkan oleh internet. Kampanye nasional ini kan membantu memperkuat upaya inklusi digital dan mendorong orang-orang untuk menggunakan internet secara bertanggung jawab dan aman,” ujar President Director & CEO Indosat Ooredoo Ahmad Al Neama.

Masih besarnya kesenjangan digital antara penduduk di kota besar dan pedesaan menjadi salah satu alasan mengapa kegiatan ini dilancarkan. Indosat Ooredoo mencatat, sekitar 45% masyarakat tinggal di area pedesaan. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara berkembang lain di Asia Pasifik dan kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan dapat membuat biaya pembangunan infrastruktur menjadi tinggi. Riset GSMA juga menunjukkan bahwa 97% populasi di Indonesia yang tidak memiliki ponsel tinggal di area pedesaan.

Di sisi lain, fasilitas yang disediakan oleh Indosat Ooredoo dan Facebook diharapkan bisa memberikan edukasi yang akurat untuk masyarakat di pedesaan agar bisa lebih bijaksana mengonsumsi informasi yang tersedia secara online. Nantinya kampanye Internet 1O1 akan menjangkau jutaan konsumen Indosat Ooredoo dalam setahun ke depan hingga 15 Oktober 2020 di seluruh Indonesia.

“Facebook selalu menantikan untuk dapat bekerja sama dengan mitra lokal guna mencapai inklusi internet, dan pada saat yang sama, menjaga komunitas yang aman dan memiliki informasi yang memadai agar dapat terhubung serta berbagi di ranah online. Kami senang dapat bekerja sama dengan Indosat dalam kampanye ini untuk memanfaatkan keahlian kami, sehingga kami dapat membawa lebih banyak masyarakat Indonesia ke ranah online, serta memberdayakan mereka dengan pengetahuan yang mumpuni agar tetap aman saat menggunakan teknologi dan platform digital,” kata VP Global Mobile Partnership Facebook Francisco Varela.

StickEarn Umumkan Perolehan Pendanaan Seri A Senilai 77,6 Miliar Rupiah

StickEarn startup yang dikenal dengan solusi periklanan di kendaraan, hari ini (15/10) mengumumkan penutupan pendanaan seri A dengan nilai mencapai $5,5 juta atau setara 77,6 miliar Rupiah. Putaran investasi ini dipimpin oleh East Ventures dan SMDV, turut berpartisipasi di dalamnya Grab, Ovo, dan Agaeti Ventures.

Dana segar ini akan dimanfaatkan perusahaan untuk mengeksplorasi peluang dan layanan baru. Termasuk meningkatkan kemampuan analisis data untuk mendukung bisnis periklanan yang dijalankan. StickEarn menawarkan beragam pilihan platform beriklan luar ruangan seperti StickMob (mobil), StickMotor (sepeda motor), StickBus (bus), StickAngkot (angkutan perkotaan), StickPlane (pesawat), dan StickMart (ritel di dalam mobil).

Sejak debut pada tahun 2017, saat ini sudah lebih dari 300 brand dibantu dengan layanan iklan StickEarn. Rata-rata mengalami peningkatan pendapatan hingga 300% dari awareness yang dihasilkan. Perusahaan juga sudah  beroperasi di 31 kota di Indonesia.

“Kami berkomitmen untuk terus mengembangkan platform iklan yang membawa dampak besar, mudah diakses, dan cerdas untuk klien kami. Melalui putaran pendanaan ini, kami berupaya untuk merekrut talenta terbaik di industri guna meningkatkan layanan kami dalam memenuhi kebutuhan klien, mengembangkan produk-produk terbaru, serta memperkuat kemitraan antara agensi dan StickEarn lebih,” ujar Co-founder StickEarn Archie Carlson.

Awal bulan lalu StickEarn baru memperkenalkan StickTron, yakni model layanan beriklan melalui layar LED bergerak yang ditempelkan pada kendaraan truk. Saat ini masih diuji coba di kawasan Jakarta. Targetnya akan ada 10 unit LED Truck di awal 2020 mendatang.

“Kami akan terus mengembangkan berbagai layanan beriklan yang dapat mendukung kampanye di multi-platform dan terintegrasi. Hal ini agar memungkinkan klien StickEarn dapat merasakan pengalaman beriklan yang lebih menyeluruh dan mengintegrasikan strategi pemasaran offline ke online. Kami juga akan menyediakan lebih banyak laporan kampanye berbasis data, serta pembaharuan teknologi, sehingga dapat membantu klien membuat keputusan yang lebih baik,” lanjut Co-founder StickEarn Garry Limanata.

StickEarn mendapatkan pendanaan awal pada tahun 2017 dari East Ventures. Dalam perjalanannya, mereka juga menggandeng berbagai mitra strategis, salah satunya Grab untuk inisiatif GrabAds.

“Sebagai pendukung pertama StickEarn, East Ventures melihat bagaimana para pengagas membuktikan kemampuan mereka untuk mengembangkan model bisnis baru ini, baik secara horizontal maupun vertikal. Hanya dalam dua setengah tahun, solusi mereka terus memberikan dampak positif baik bagi pengiklan dan brand. Investasi ini adalah bukti kepercayaan kami bahwa StickEarn akan dapat memenuhi visinya dalam merevolusi industri periklanan luar ruang (OOH) di Indonesia,” sambut Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Selain StickEarn, di Indonesia juga ada StiCar, Ubiklan, Adroady, dan beberapa pemain lainnya yang menyajikan layanan serupa. Promogo juga memiliki layanan periklanan di kendaraan serupa, saat ini sudah diakuisisi oleh Gojek.

Application Information Will Show Up Here

Pegadaian Masih Kaji Skema Investasi di Sektor Fintech

PT Pegadaian (Persero) mengaku masih mengkaji rencana dan pengelolaan investasinya terhadap sejumlah perusahaan fintech menjelang akhir tahun ini.

VP Digital Business Development & Partnership Pegadaian Herdi Sularko mengatakan bahwa pihaknya masih mendiskusikan rencana investasi sebagai investor institusional secara internal.

“Begitu juga rencana investasi sebagai pemberi pinjaman institusional. Saat ini masih dikaji secara intensif bersama dengan pihak regulator,” tutur Herdi kepada DailySocial.

Ia juga belum dapat berkomentar terkait skema pengelolaan investasi, seperti melalui pembentukan corporate venture capital (CVC) atau menjadi Limited Partner (LP).

“Soal itu, kami belum bisa disclose lebih lanjut ya,” tambahnya.

Seperti dilansir CNBC, Direktur Utama Pegadaian Kuswiyoto mengatakan akan berinvestasi di sektor fintech dengan dana maksimal Rp10 triliun. Segmen yang diincar adalah p2p lending, baik pinjaman konsumtif maupun produktif.

Mengingat sudah penghujung tahun, perusahaan menyiapkan investasi tahap awal senilai Rp500 miliar untuk disuntik ke 3-5 perusahaan, termasuk di antaranya LinkAja.

Kami sempat mengonfirmasi rencana investasi ini kepada Kuswiyoto. Namun, eks Direktur Corporate Banking BRI ini membantah investasi senilai Rp10 triliun.

“Saya tidak pernah bilang ada investasi Rp10 triliun ya,” ucapnya lewat pesan singkat kepada DailySocial.

Sementara dihubungi terpisah, CEO LinkAja Danu Wicaksana juga belum dapat menyebutkan nilai investasi termasuk porsi saham yang akan disuntik oleh Pegadaian.

Diketahui, setelah resmi meluncur menjadi platform pembayaran, sejumlah perusahaan BUMN mengincar porsi saham LinkAja. Beberapa di antaranya adalah Pegadaian, Garuda Indonesia, Jasa Marga, Angkasa Pura, hingga Kereta Api Indonesia.

Mengenal Verikool, Startup yang Lebih dari Sekadar “Marketplace Influencer”

Suka tidak suka keberadaan influencer media sosial sudah mengubah cukup banyak industri periklanan. Kendati begitu, masih banyak kendala yang perlu diatasi dari alternatif baru tersebut, semisal kemudahan mencari influencer, isu follower palsu, hingga efektivitas jasa influencer terhadap penjualan produk.

Masalah-masalah tersebut menjadi alasan kemunculan startup bernama Verikool. Founder & CEO Verikool Daniel Dewa menjelaskan bahwa startup yang ia dirikan itu bukan hanya sekadar marketplace influencer, tapi lebih sebagai perusahaan analitik.

“[Marketplace] sudah banyak banget. Kita tahu yang bikin seseorang memilih influencer bukan dari marketplace, mereka pakai influencer karena mereka terkenal. Jadi percuma kalau kita mengarah ke marketplace, nanti yang cari akan klien-klien kecil saja,” ujar Daniel kepada DailySocial.

Seperti yang Daniel katakan, marketplace untuk influencer memang sudah ada beberapa di Indonesia. Mereka di antaranya adalah SociaBuzz, IconReel, dan Allstars. Verikool ingin lebih dari sekadar marketplace yakni dengan menjadi perusahaan analitik yang memudahkan korporasi dan UKM beriklan melalui influencer.

Cara kerja Verikool cukup sederhana. Pada dasarnya mereka punya dua platform, endorse influencer dan analitik. Perusahaan atau UKM dapat memilih influencer yang relevan dengan kebutuhannya, melakukan pembayaran, hingga melakukan revisi.

Verikool juga dapat memberikan insight seperti follower asli dan palsu, tingkat engagement sebuah posting, berapa banyak klik ke situs perusahaan, email, chat, pola caption, dan banyak lagi. Bahkan algoritma Verikool memungkinkan melihat pose serta bahasa selebgram yang paling banyak menarik perhatian audiens. Biaya yang dikenakan bersifat flat untuk setiap transaksi sebesar Rp20.000.

Bedanya, UKM yang ingin melakukan endorse di Verikool harus bayar di muka, sementara korporasi dapat bayar setelah pemakaian jasa. Pihak influencer pun baru akan mendapatkan uangnya ketika mereka menyelesaikan tugas dari klien.

“Biasanya kalau ke agency kita bayar 5-20 persen dari harga influencer. Di kita mau harga influencer Rp1 miliar tetap aja Rp20.000,” ucap Daniel.

Sementara monetisasi dilakukan Verikool dengan cara menarik ongkos Rp100.000 per akun dari korporasi yang sudah jadi klien mereka. Dari ini saja Daniel mengaku pihaknya mendapat puluhan juta tiap bulan sehingga saat ini perusahaan sudah profit.

Sedangkan untuk pendanaan, Verikool berada di tahap pre-seed dengan total uang yang sudah dikantongi sebesar US$750.000, salah satunya dari Alpha JWC Ventures. Namun Daniel mengaku pengumpulan dana mereka hanya akan di fase seed dengan alasan sudah nyaman dengan kondisi saat ini.

“Segede-gedenya yang kita terima paling dari Alpha, kita enggak mau dari yang lain. Kita sudah fine kaya gini, sudah bagus bisa sales. Jangan sampai ada investor masuk jadi rusak,” ujar Daniel.

Saat ini sudah ada 1.700 lebih influencer di Indonesia yang sudah bergabung dengan mereka, termasuk beberapa di antaranya dari Taiwan. Sementara klien mereka sudah terdiri dari 20 korporasi dan 214 UKM.

Pada November nanti mereka berencana memperluas jangkauan layanan mereka hingga ke Thailand, Singapura, Malaysia, dan Taiwan. Alhasil nanti perusahaan di keempat negara itu dapat memakai jasa influencer lokal saat ingin mempromosikan produknya di Indonesia. Dan sebaliknya, pengiklan dari Indonesia dapat memakai jasa influencer keempat negara tadi untuk beriklan di sana.

Di samping itu meskipun saat ini hanya mengandalkan influencer di Instagram, tak lama lagi Verikool menyediakan jasa influencer di Youtube dan Twitter.

Teknologi Qasir Bantu UMKM Mengelola Data Transaksi Secara Online

Manajemen transaksi berperan penting dalam kelancaran sebuah perusahaan. Beragam solusi dihadirkan untuk mempermudah serta mengoptimalkan pengelolaan data, salah satunya adalah Qasir.id, sebuah aplikasi kasir POS (Point of Sales) untuk membantu UMKM atau pedagang yang masih menggunakan metode konvensional.

Berdiri sejak tahun 2015, Qasir menawarkan berbagai fitur untuk UMKM yang bisa digunakan untuk mencatat penjualan, mengelola produk, mengawasi stok, dan memantau laporan transaksi. Sistem POS Qasir berbentuk aplikasi yang kemudian bisa di-install pada tablet atau ponsel, dan hingga saat ini tidak dikenakan biaya apapun alias gratis. Aplikasi ini juga sudah bisa digunakan secara offline sehingga tidak akan mengganggu operasional bisnis perusahaan.

Sampai saat ini, Qasir telah diunduh sebanyak 100.000 kali. Pihaknya mengakui dalam satu tahun, pertumbuhan pengguna bisa mencapai 20x lipat dari hanya sekitar 5000 di tahun 2018.

Selain itu, platform ini juga menyediakan layanan pesan barang yang memungkinkan pengguna memesan berbagai produk dari distributor yang sudah bekerja sama. Saat ini telah bergabung 12 partner di area Jabodetabek. Pelanggan mereka kebanyakan datang dari kalangan pengusaha toko kelontong dan F&B. Meskipun aplikasinya tidak berbayar, bukan berarti bisnis ini menjadi tidak menguntungkan.

“Dari 100.000 pengguna, 30% datang dari F&B, 30% dari toko kelontong. Selama ini telah terjadi 6.000 transaksi belanja grosir di aplikasi, dari sini saja sudah ada margin,” ungkap CEO Qasir Michael Liem.

Model bisnis ini sekilas mirip dengan Mitra Bukalapak atau Tokopedia, namun pihaknya mengakui terdapat perbedaan signifikan dari sisi pemasok. Michael mengungkapkan, alih-alih mengganti rantai pasok yang sudah ada, Qasir memilih bekerja sama dengan toko grosir tradisional serta memberdayakan mereka dengan teknologi untuk meningkatkan sistem manajemen.

“Kembali lagi ke misi utama kita untuk memberdayakan bukan hanya bisnis UMKM, namun semua yang terlibat dalam ekosistem ini,” tambahnya.

Strategi bisnis dan target ke depan

Seiring dengan ekosistem yang masih berkembang, perusahaan menyadari pentingnya edukasi pasar untuk model bisnis ini. Michael mengungkapkan empat strategi yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan. Pertama, Ia percaya jika sistem ini bisa mencatat transaksi untuk berbagai macam bisnis, maka semua bisnis di atasnya akan berhasil.

Kedua, Qasir mencoba masuk ke dalam behavior pengguna sehari-hari untuk mencatat transaksi, sekaligus sebagai validasi bisnis. Belum lama ini juga telah bekerjasama dengan Kominfo untuk menjangkau para nelayan yang berada di bagian timur Indonesia agar bisa lebih baik dalam mengelola data transaksi mereka. Hal ini berkaitan dengan validasi sekaligus memudahkan mereka dalam mendapatkan pembiayaan.

This is why we’re focusing so much on transaction recording, karena hal ini adalah kunci dari akses mereka menuju inklusi finansial,” ujar Michael.

Ketiga, berkolaborasi dengan berbagai macam katalis, seperti pemerintah, bisnis franchise dll. Hal ini sekaligus membantu penetrasi pasar, agar lebih banyak ekonomi yang bisa dijangkau.

Terakhir, sebagai ekosistem terbuka, selalu ada kemungkinan untuk integrasi fitur. “Kami percaya kalau bisa menjalani empat hal ini, dalam waktu dua tahun kami akan sampai di tempat yang kami mau.”

Distribusi produk Qasir kini telah sampai ke Jabodetabek, Malang, Yogyakarta, dan Denpasar. Rencananya tahun depan mereka akan menambah daftar ekspansi.

Dari sisi pendanaan, Qasir sudah berada di tahap seri A dan sedang merencanakan untuk menggalang seri B.

“Memasuki tahap Seri B berarti semakin ambisius. Target selanjutnya adalah untuk mencapai paling tidak 5 juta pengguna. Saat ini kami berada di 80 ribu. Karena itu harus agresif,” tutup Michael.

Application Information Will Show Up Here

IdeaFest 2019: Harapannya Karya Kreatif Indonesia Semakin Mendunia

Tanggal 3-6 Oktober 2019 lalu, IdeaFest 2019 berhasil digelar. Menghadirkan berbagai acara dengan topik inspiratif lintas industri. Sebanyak 19.600 peserta hadir, memenuhi bangku-bangku di 7 program yang disuguhkan.

Mengusung tema “Age of Pride“, acara kali ini menghadirkan bahasan yang lebih luas, mengenai tren industri di kalangan muda. Mulai dari wellness, brand journey,hype community, hingga pembahasan tentang lingkungan jadi materi yang diulas 360 pemateri.

Zach King (Digital Magician & Film Maker), Tom Kelley (Penulis Buku “The Art of Innovation”), Joe Taslim (Aktor), Griselda Sastrawinata (Visual Development Artist & Character Designer at Walt Disney Animation Studio), Normand Lemay (Head of Story Walt Disney Animation Studio), serta sederet nama-nama inspiratif lainnya hadir dalam IdeaFest 2019.

“IdeaFest 2019 telah selesai diselenggarakan. Tema kami yaitu #KebangganIndonesia benar-benar terasa dengan hadirnya berbagai profil inspiratif tanah air yang sukses membawa nama Indonesia untuk semakin dikenal di pasar internasional melalui berbagai karya kreatif. Momen ini sekaligus menjadi kesempatan yang luar biasa bagi para pegiat kreatif dalam negeri untuk bertukar pikiran dengan pegiat kreatif dari luar negeri,” sambut Co-Chairman IdeaFest Ben Soebiakto.

Ia melanjutkan, “Selain itu, IdeaFest terus mendapatkan sambutan dari generasi muda kreatif mengenai konsep, tokoh, hingga topik-topik yang diulas dalam setiap sesi maupun pengalaman kreatif. Untuk itu, semoga IdeaFest tahun ini dapat menjawab kebutuhan generasi muda akan materi dan konten kreatif.”

IdeaFest 2019 hadir dengan rangkaian acara yang semakin beragam, mulai dari IdeaFest FoodX, IdeaFest Comedy, IdeaFest Conference, IdeaTalks, hingga IdeaXperience. Kehadiran pengalaman baru di tahun ini berhasil merangkul lebih banyak generasi kreatif untuk merasakan suguhan konsep kreatif IdeaFest.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner IdeaFest 2019

Lima Startup Terpilih di Gelombang Pertama Gojek Xcelerate

Sebanyak lima startup tampil dalam demo day program Gojek Xcelerate. Mereka adalah Qlue, Travelio, Peto, Izy.ai, dan Crewdible.

Startup tersebut punya latar belakang industri yang berbeda-beda. Crewdible misalnya bergerak di bidang pergudangan logistik, Izy di industri perhotelan, Peto di perawatan hewan peliharaan, Travelio di pemesanan akomodasi, dan Qlue di solusi smart city.

Rencananya program ini akan berjalan hingga Maret 2020 dengan target 20 startup terpilih dalam lima gelombang. Digitaraya, Google Developers Launchpad, McKinsey & Co., dan UBS menjadi mitra Gojek dalam program ini.

VP Public Affairs Gojek Siti Astrid Kusumawardhani menjelaskan, kelima startup itu terpilih dari 1.050 pendaftar dalam gelombang pertama program Gojek Xcelerate. Astrid menuturkan startup-startup tersebut dipilih karena dianggap akan makin kuat dengan implementasi machine learning.

“Mereka paling berpotensi tumbuh cepat dengan machine learning dan menciptakan sosial serta memecahkan masalah yang nyata di masyarakat seperti halnya Gojek,” kata Astrid.

Hadiah yang bakal diterima lima startup tersebut dari program ini bukan dalam bentuk pendanaan. Astrid mengatakan, pihaknya memberikan pengetahuan akan machine learning, akses ke mentor kelas dunia, jejaring komunitas, dan kesempatan bergabung ke platform besar Gojek.

“Itu yang nilainya sangat tinggi khususnya bagi startup-startup early stage dan ada juga kesempatan bergabung ke platform Gojek,” imbuhnya.

Crewdible sebagai peserta dalam program ini mengaku tertarik ikut karena program machine learning yang ditawarkan. Founder Crewdible Dhana Galindra mengaku dalam waktu dekat sulit mengimplementasi machine learning ke dalam sistemnya. Akan tetapi menurutnya penguasaan machine learning menjadi penting ketika kondisi sudah mengharuskan.

“Karena ini tergantung industrinya. Kalau Gojek mungkin lebih kepada volume data yang besar dan real time. Kita volume data besar tapi tidak terlalu real time, dalam arti decision making enggak terlalu real time,” ucap Dhana.

Berbeda dengan Crewdible, Peto dan Izy terang-terangan mengaku alasannya mengikuti program akselerasi ini untuk masuk ke dalam platform besar Gojek. “Betul, ini salah satu tujuan kita ikut,” pungkas CEO Peto Ditya Nandiwardhana.