Help Apps Tawarkan Jasa Harian “On Demand” untuk Pengguna di Jadetabek

Menyasar kaum urban ibukota, platform Help Apps resmi hadir di Indonesia menawarkan berbagai jasa. Mulai dari supir, perawat, pembantu rumah tangga hingga tukang kebun, semua jasa tersebut bisa dipesan melalui aplikasi secara real time menyesuaikan kebutuhan dan waktu yang diperlukan. Didirikan oleh CEO Melia Lustojoputro, Help Apps mengklaim memiliki perbedaan yang cukup signifikan dari layanan serupa yang sebelumnya sudah hadir.

“Kami menawarkan jasa yang lebih spesifik, misalnya asisten rumah tangga yang juga bisa diminta untuk membersihkan kandang hewan peliharaan hingga koki yang bisa dipesan jasanya untuk kebutuhan pribadi.”

Secara khusus terdapat tiga kategori jasa yang tersedia di Help Apps. Yang pertama adalah “In the house”, yang terdiri dari koki, kebersihan, cuci baju dan setrika, hingga asisten rumah tangga. Tersedia juga pilihan “Around the house” yang terdiri dari supir pribadi, asisten belanja, tukang kebun, dan tukang bangunan. Yang terakhir adalah perawatan yang terdiri dari perawat untuk bayi, balita dan anak-anak, hingga manula.

“Dalam waktu dekat kita juga akan meluncurkan layanan dokter umum yang bisa dipanggil ke rumah hingga jasa pengurusan dokumen seperti paspor, SIM, dan masih banyak lagi,” kata Melia.

Untuk jasa yang terakhir rencananya Help Apps akan menjalin kemitraan dengan biro jasa yang saat ini sudah banyak beredar di kawasan yang disasar Help Apps, yaitu Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jadetabek).

Memberikan pelatihan untuk mitra

Untuk memastikan mitra Help Apps memiliki kemampuan dan skill yang baik, Help Apps memberikan pelatihan sebelum mitra mulai aktif bekerja. Kurasi yang dilakukan untuk mitra pun cukup ketat guna memastikan mitra tersebut dapat dipercaya dan menjamin keamanan pengguna.

“Untuk jasa perawat kami menyediakan camera monitor yang bisa dilihat langsung oleh pengguna. Sementara untuk supir, kami menyediakan GPS yang bisa di-track secara real time oleh pengguna dan diawasi oleh tim Help Apps,” kata Melia.

Saat ini Help Apps mengklaim telah memiliki sekitar 132 mitra yang tersebar di kawasan Jadetabek dan lebih dari 292 pengguna. Untuk memudahkan proses pembayaran, Help Apps juga telah dilengkapi dengan sejumlah pilihan pembayaran dengan menggandeng Midtrans.

Layanan kebutuhan rumah tangga yang dihadirkan ke dalam Help Apps memiliki tarif yang bervariasi. Pengguna bisa mendapatkan layanan rumah tangga dari mitra Help Apps mulai dari harga Rp 35.000 hingga Rp 125.000 per jam-nya sesuai dengan keahlian masing-masing mitra.

“Untuk komisi yang kami ambil adalah 30% dan jumlah tersebut akan kami potong 10% untuk kebutuhan pemberian bonus sesuai dengan rating atau penilaian yang didapatkan oleh mitra. Sementara untuk mitra kami memberikan komisi sebesar 70%,” kata Melia.

Fitur donasi

Selain memberikan jasa yang beragam, Help Apps juga menyediakan fitur Charity Corner. Pengguna Help Apps dapat melakukan donasi kepada orang-orang yang membutuhkan. Pengguna Help Apps dapat memberikan donasi mulai dari Rp 20 ribu dan donasi tersebut akan diberikan tim Help Apps ke orang-orang yang membutuhkan.

“Help Apps juga membantu masyarakat yang kurang beruntung dengan menghadirkan open platform bagi siapapun yang ingin berdonasi. Donasi yang telah diberikan oleh pengguna melalui Help Apps akan kami salurkan ke orang-orang yang membutuhkan dalam bentuk dua porsi nasi bungkus dengan lauk-pauk bernutrisi lengkap,” kata Melia.

Saat ini Help Apps belum memiliki investor dan sepenuhnya memanfaatkan dana pribadi untuk membangun platform dan menciptakan teknologi yang seamless. Untuk mempercepat bisnis dan menambah jumlah mitra dan pengguna, Help Apps memiliki rencana melakukan penggalangan dana.

“Setelah Jadetabek kami juga memiliki rencana untuk menambah area layanan. Salah satunya adalah menyasar kota Bandung dalam waktu dekat,” kata Melia.

Application Information Will Show Up Here

Exabytes Akuisisi Master Web Network

Exabytes Capital Group (Exabytes), platform yang berbasis di Asia Tenggara, resmi mengakusisi PT Master Web Network (MWN) yang berbasis di Indonesia melalui perusahaan SPV Masterweb International Pte. Ltd. Akuisisi ini mencakup anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya, yaitu PT Cyberdata Technology dan PT Registrasi Nama Domain.

MWN sendiri merupakan perusahaan yang kedua yang dimiliki Exabytes di Indonesia setelah membentuk PT Exabytes Network Indonesia pada tahun 2017. Didirikan pada tahun 1998, perusahaan ini fokus pada penyediaan layanan hosting situs web dan layanan lainnya, termasuk nama domain, hosting cloud, VPS, dan managed server.

Disampaikan Country Manager Exabytes Indonesia Indra Hartawan, layanan perusahaan ini ditujukan untuk membantu usaha kecil dan menengah (UKM) dalam mengembangkan bisnis mereka secara online.

“Kami telah melakukan ini di Indonesia sejak 2017 dengan menawarkan layanan hosting dan cloud premium. Seiring pertumbuhan kami, kami juga ingin menambahkan hosting berbiaya rendah sehingga kami dapat melayani lebih banyak pelanggan di negara berpenduduk lebih dari 200 juta orang ini,” jelas Indra.

Indra menambahkan Exabytes melihat potensi Master Web Network, yang memiliki lebih dari 50.000 pelanggan aktif berbayar, dapat menjadi tambahan yang baik untuk grup perusahaan.

“Dengan itu Exabytes Group secara total saat ini melayani lebih dari 120.000 perusahaan aktif. Kami juga akan mencari sumber daya investasi lain seperti teknologi, otomasi, dan pelatihan bakat ke internal MWN untuk membantu mempercepat bisnis dan terus meningkatkan penawaran layanannya di Indonesia,” imbuhnya.

Menurut CEO MWN Dhiar Lukito Adhi, akuisisi ini sangat penting untuk bisa membantu pertumbuhan UKM di Indonesia.

“Kami terkesan dengan pendekatan Exabytes untuk membantu UKM mengembangkan bisnis mereka secara online. Dengan sumber daya para ekspertis dan tim profesional yang dimiliki, menjadi kunci bagi bisnis kami untuk terus berupaya menangkap basis pelanggan yang lebih besar dari pengusaha lokal di Indonesia,” terang Dhiar.

Amatil X, “Corporate VC” dari Coca Cola Amatil, Resmi Masuk Indonesia

Coca Cola Amatil meresmikan corporate venture capital (CVC) Amatil X di Indonesia untuk membantu proses akselerasi startup lokal dan membangun kapabilitas kewirausahaan untuk karyawan internal lewat Amatil X Academy.

Presiden Direktur Coca Cola Amatil Indonesia Kadir Gunduz mengatakan, Amatil X adalah momentum penting bagi perjalanan transformasi Amatil Indonesia. Sejak beroperasi di Indonesia pada 1992, perusahaan terus berkomitmen untuk menggunakan sistem dan teknologi teranyar di setiap fasilitas manufakturnya. Adopsi teknologi itu sendiri mulai masif dilakukan pada 2015.

“Sebagai salah satu perusahaan penjualan, manufaktur, dan distribusi minuman terbesar di Indonesia, kami telah berinvestasi lebih dari US$1,6 miliar untuk memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat, termasuk dalam hal teknologi dan inisiatif pembangunan kapabilitas,” terangnya, kemarin (10/4).

Menurutnya, Amatil X tidak hanya meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan melalui CVC, namun juga membantu pihaknya dalam mengindentifikasi dan bekerja sama dengan startup lokal yang tepat untuk bisnis Amatil Indonesia.

Program Amatil X

Ada tiga hal yang akan dilakukan Amatil X di Indonesia. Yakni, memulai Amatil X Academy bersama akselerator dari Australia BlueChilli, kemitraan strategis dengan akselerator lokal Digitaraya untuk membuka peluang kerja sama dengan ekosistem startup, dan berinvestasi ke startup yang dapat mengakselerasi bisnis Amatil.

Group Director Partners & Growth Coca Cola Amatil Chris Sullivan menambahkan Amatil X pertama kali dimulai pada tahun lalu di Australia dan Selandia Baru. Hasilnya cukup menggembirakan, pihaknya telah berinvestasi untuk dua startup, yakni Tabsquare dan Doshii.

Amatil X akan mulai mencari startup lokal yang mampu membantu prioritas bisnis Coca Cola Amatil dalam hal on demand delivery, optimasi distribusi, analisa toko, dan kemasan ramah lingkungan. Sullivan untuk sementara enggan menyebut nominal dana yang disiapkan untuk berinvestasi ke startup lokal dan berapa banyak yang akan dibidik.

“Sudah ada dua investasi ke startup yang sudah kita berikan. Tidak ada batasan berapa startup yang kita bidik, namun kita yang akan scouting sendiri. Tahapan pendanaannya sekitar Seri A dan B, minimal startup sudah memiliki revenue, ada produk, dan pasar,” ujarnya.

Bulan April ini menjadi operasi perdana Amatil X dengan proyek awal bersama Coca Cola Amatil dan Digitaraya untuk mendukung industri FMCG. Digitaraya sendiri saat ini sedang melakukan batch terbaru khusus mengenai FMCG dan sudah memilih lima startup sebagai pesertanya, termasuk Foodizz, Hello Beauty, Pomona, dan Recharge.

“Saat ini ada lima startup FMCG dan batch-nya sudah berjalan, terpisah dengan Amatil X, namun Amatil menjadi pertama kalinya mensponsori batch. Ini solusi win win, jadi Amatil bisa masuk ke jaringan kita dan startup dapat mengembangkan pengetahuannya dari tim expert Amatil,” tambah VP of Strategy Digitaraya Nicole Yap.

Head of Disruptive Innovation & New Ventures Amatil X Alix Rimington menambahkan, pihaknya akan mencari sendiri startup mana saja yang layak diajak kerja sama dari setiap batch yang digelar Digitaraya.

Sebelum memulai batch FMCG ini, timnya sudah mulai lebih dahulu lewat batch AI dan women founders. Di situ, ada peluang kerja sama strategis yang bisa dilakukan antara kedua belah pihak, namun belum ada kemungkinan untuk keputusan berinvestasi.

Sullivan juga memastikan, setiap startup yang mendapat pendanaan dari Amatil X memungkinkan untuk dibantu untuk berekspansi ke pasar global. Hal tersebut yang saat ini dilakukan Tabsquare, startup teknologi restoran yang berbasis di Singapura dan mendapatkan pendanaan dari Amatil X tahun lalu. Pihak startup tersebut tengah mempelajari pasar di Australia.

“Kita senang bantu startup lokal untuk ekspansi ke negara lain di mana kita juga beroperasi secara global. Jika suatu startup lokal itu sukses di negaranya sendiri, kita percaya mereka juga bisa sukses di luar.”

Amatil X Academy

Sementara Amatil X Academy adalah program internal khusus untuk karyawan Amatil Indonesia. CEO BlueChilli Sebastien Eckersley-Maslin mengatakan, melalui program Amatil X Academy pihaknya akan membantu Coca Cola Amatil dalam mengidentifikasi para intrapreneur perusahaan dan memberi kesempatan untuk mengembangkan prototipe dan merintis gagasan selama enam bulan secara terstruktur.

Karyawan Amatil dapat memanfaatkan kesempatan tersebut, mengembangkan ide mereka menjadi kenyataan. Ditambah kebebasan untuk mengambil cuti tidak dibayar (unpaid leave) selama program berlangsung.

“Sebagai bagian dari kemitraan ini kami berkomitmen untuk membantu perusahaan terkemuka seperti Coca Cola Amatil menggunakan metodologi lean startup, sehingga dapat beradaptasi dalam menghadapi tantangan, berinovasi dengan cepat, dan mensinergikan strategi bisnis untuk masa depan,” kata Maslin.

Kehadiran program ini, secara otomatis menandakan mulainya ekspansi BlueChilli ke Indonesia. Operasionalnya akan berbasis di Digitaraya. BlueChilli akan perluas kehadirannya di pasar-pasar yang berbeda dalam 12 bulan ke depan.

Sleekr Resmi Konsolidasi dengan Tiga Startup, “Rebranding” Jadi Mekari

Sleekr, startup SaaS untuk solusi HR berbasis cloud, mengumumkan nama baru Mekari yang merupakan hasil konsolidasi (berbentuk M&A) dengan startup SaaS Talenta, Jurnal, dan Klikpajak. Diharapkan bisnis tumbuh empat kali lipat dari konsolidasi tersebut, seiring dengan meningkatnya produktivitas bisnis UKM sebagai konsumen.

CEO Mekari Suwandi Soh, sebelumnya CEO Sleekr, mengatakan, proses konsolidasi ini sudah dimulai sejak setahun lalu secara bertahap dan mendapat dukungan dari para investornya. Namun dia enggan membeberkan lebih lanjut terkait nilai investasi dari rangkaian M&A tersebut.

Di jajaran direksi Mekari, CEO Jurnal Daniel Witono kini menjabat sebagai CPO Mekari, sedangkan COO Jurnal Anthony Kosasih kini sebagai COO Mekari. Total karyawan setelah penggabungan mencapai 360 orang.

Mengutip data Kemenkominfo, saat ini UMKM yang benar-benar memanfaatkan teknologi digital baru menyentuh angka 6,5 juta usaha dari total 59,2 juta UMKM di seluruh Indonesia.

“Mekari, melalui penggabungan ini, hadir untuk memberikan solusi yang lengkap dan solid bagi UKM. Setelah konsolidasi, kami ingin bangun awareness untuk digital masih sangat rendah, hanya 9%-10% UKM (studi Deloitte) yang sudah pakai akses digital,” terang Suwandi, Rabu (10/4).

Rencana berikutnya

Pada tahap awal, Mekari akan fokus pada integrasi layanan semua startup menjadi satu platform, sehingga pengalaman konsumen akan jauh lebih seamless. Semuanya akan dilakukan secara bertahap dan diharapkan selesai pada tahun ini.

Selanjutnya, platform Mekari akan didesain sebagai platform-as-a-service (PaaS) terintegrasi dengan startup teknologi lainnya yang dinilai dapat memberikan nilai tambah untuk konsumen.

Talenta, fokus pada software HRIS uang memudahkan bisnis melalui otomasi payroll maupun manajemen SDM. Sleekr, solusi modern pengelolaan karyawan yang intuitif untuk perusahaan berkembang.

Sementara, Jurnal adalah software bisnis yang memudahkan pengelolaan finansial dan pembukuan bisnis. Terakhir, Klikpajak, aplikasi pengelolaan pajak untuk pribadi dan bisnis. Klikpajak ini baru berdiri pada awal tahun dan telah mendapat dukungan dari Direktorat Jenderal Pajak Indonesia sebagai software dengan izin resmi.

“Tiap produk punya kelebihan masing-masing dan banyak inovasi yang bisa kita terus kembangkan dari situ. Ada banyak produk yang sudah kami rencanakan akan rilis dalam setahun ini. Mungkin satu atau dua di antaranya akan diumumkan saat Mekari Conference.”

Hasil dari konsolidasi ini menambah cakupan target konsumen dari berbagai skala usaha. Tanpa menyebut angka detail, Suwandi mengatakan, Mekari memiliki ratusan ribu pengguna yang datang dari puluhan ribu perusahaan.

Biaya berlangganan di Mekari cukup beragam, tergantung pada layanan apa yang konsumen butuhkan, mulai dari Rp20 ribu per kepala untuk layanan Sleekr, sampai Rp200 ribu untuk layanan accounting dari Jurnal.

Sleekr berdiri di bawah naungan MidPlaza Holdings. Tahun lalu perusahaan menerima investasi dari Money Forward dengan nilai yang tidak disebutkan. Pada 2016, Sleekr mengakuisisi startup SaaS Kiper.

ShopBack Terima Suntikan Dana 643,5 Miliar Rupiah dari EV Growth dan Rakuten

ShopBack, platform cashback rewards dan kurator promo, mengumumkan perolehan pendanaan sebesar US$45 juta (setara Rp643,5 miliar) yang dipimpin oleh EV Growth dan Rakuten. EDBI dan investor lainnya turut berpartisipasi dalam putaran ini. Dengan suntikan tersebut, total pendanaan yang diperoleh ShopBack hingga putaran kali ini menjadi US$83 juta (setara Rp1,18 triliun).

CEO Ebates Inc (anak perusahaan Rakuten) Amit Patel dan Managing Partner EV Growth Willson Cuaca akan bergabung dalam jajaran Dewan Direksi ShopBack. Menariknya, di waktu yang sama, Co-Founder dan Country Manager ShopBack Indonesia Indra Jonathan dikabarkan telah mundur dari posisinya saat ini.

Pendanaan terbaru ini akan dipakai untuk menyederhanakan pengalaman belanja pengguna, memperluas kemampuan analisa data guna memberikan insight baik dari segi bisnis dan personal, serta mempercepat pertumbuhan di pasar-pasar utama ShopBack. Di samping itu, perusahaan akan berinovasi meluncurkan fitur terbaru seputar penemuan dan pemberian cashback rewards untuk meningkatkan pengalaman konsumen.

Dalam keterangan resminya, Head of Business Development ShopBack Indonesia Yolanda Margaretha mengatakan, pertumbuhan pengguna yang sangat cepat merupakan bukti terhadap nilai yang perusahaan berikan kepada mitra dagang serta pengguna di seluruh kawasan Asia Pasifik.

“Kami juga sangat senang dapat bekerja dengan tim yang handal, terdiri dari lebih dari 200 karyawan serta investor global, untuk terus berinovasi dalam memberikan solusi belanja yang cerdas, lebih cepat, dan lebih baik,” ujarnya, Rabu (10/4).

Tahun lalu, volume transaksi di ShopBack diklaim menembus angka 2,5 juta transaksi per bulan dengan nominal lebih dari US$80 juta. Tingkat kunjungan, baik melalui desktop maupun mobile, mencapai lebih dari 8 juta tiap bulannya. Aplikasi sudah diunduh lebih dari 6,6 juta kali dengan pertumbuhan order dan penjualan tumbuh 250% secara year-on-year.

Total pengguna Shopback saat ini mencapai 7 juta orang yang tersebar di 7 negara kawasan Asia Pasifik, yaitu di Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, Thailand, Taiwan, dan Australia.

Application Information Will Show Up Here

 

Ekrut Amankan Pendanaan Pra-Seri A

Platform perekrutan Ekrut mengumumkan telah berhasil mengamankan pendanaan Pra-Seri A dengan nominal yang tidak disebutkan. Pendanaan kali ini dipimpin Venturra Discovery, seed investment arm dari Venturra Capital. Bizreach Inc juga terlibat dalam pendanaan kali ini, termasuk seluruh investor yang terlibat di putaran sebelumnya, seperti East Ventures, Prasetia Dwidharma, dan Skystar Capital.

Investasi kali ini rencananya akan digunakan untuk menggenjot pertumbuhan bisnis Ekrut, termasuk meningkatkan kualitas produk dan data science dengan melakukan perekrutan yang efisien. Peningkatan juga dilakuan untuk sistem rekomendasi pada talenta platform.

Dengan pendanaan yang didapat, Ekrut juga berencana meningkatkan jaringan pengusaha dan talenta di Indonesia untuk membangun value yang lebih kuat dengan biaya operasi yang lebih rendah.

“Dalam dekade terakhir kami melihat bagaimana teknologi telah membantu mendorong pertumbuhan multi industri dan mengganggu cara melakukan sesuatu. Sangat ironis bahwa proses perekrutan manajer tingkat menengah ke atas yang sangat terampil masih sangat manual, dengan secara khusus melalui mekanisme penyortiranyang yang sangat sulit untuk menyoroti kandidat yang baik. Ini membutuhkan solusi unik dan spesial untuk meneydiakan klasifikasi kandidat berdasarkan pengidentifikasi kemampuan teknologi, yang kami percaya Ekrut miliki,” ujar Managing Partner Venturra Discovery Raditya Pramana menanggapi pendanaan ini.

Ekrut dibangun oleh Steven Suliawan dan Ardo Gozal dengan premis sulitnya startup mencari talenta dengan relevansi pengalaman yang sesuai, khususnya di bidang teknologi. Perusahaan mengklaim sudah memiliki 2.700 jaringan perusahaan dengan 120.000 kandidat yang terampil.

 

“Kami akhirnya mengidentifikasi masalah di pasar dan memutuskan untuk menyelesaikannya. ” terang Steven.

Sri Widowati Ditunjuk Jadi Chief Digital Transformation di Unilever Indonesia

Hari ini (05/4) Unilever Indonesia mengumumkan penunjukkan Sri Widowati sebagai Chief Digital Transformation and Growth Officer. Sebelumnya Wido dikenal sebagai Country Director Facebook Indonesia. Jabatan yang diduduki Wido ini juga baru ada tahun ini, setelah Unilever beroperasi selama 86 tahun di Indonesia.

Dalam sambutannya Presiden Direktur Unilever Indonesia Hemant Bakshi menyampaikan bahwa transformasi digital merupakan salah satu agenda utama Unilever untuk mempertahankan keunggulan bisnis agar tetap menang di masa mendatang. Ia juga mengungkapkan salah satu tren yang paling nyata dalam beberapa tahun terakhir adalah pergeseran perilaku dan gaya hidup konsumen yang semakin modern.

Chief Digital Transformation and Growth Officer akan memiliki peran strategis dalam menciptakan strategi yang transformatif, disruptif dan tepat sasaran bagi setiap segmen konsumen. Wido juga akan fokus pada pengelolaan digital hub, consumer and market intelligence.

“Pengalaman Wido selama lebih dari 20 tahun di dunia marketing, ditambah peran pentingnya di industri digital beberapa tahun belakangan ini tentu dapat membawa inovasi bagi Unilever Indonesia. Saya optimis bahwa Wido merupakan sosok yang tepat untuk memimpin perjalanan transformasi digital kami,” sambut Hemant.

Tak Sekadar Jadi Acara Tahunan, NextICorn Diresmikan sebagai Yayasan

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan Badan Koordinasi Penananaman Modal (BKPM) pada hari Jumat (05/4) lalu menandatangani Akta Yayasan NextICorn. Tujuannya untuk memastikan keberlangsungan program Next Indonesia Unicorn yang sebelumnya sudah dilaksanakan–berupa acara terpadu yang menghubungkan startup calon unicorn dengan investor potensial.

Model yayasan ini dipilih pemerintah agar bisa lebih dalam terlibat menjadi fasilitator pengembangan ekosistem digital. Penandatanganan akta yayasan tersebut dilakukan langsung Menkominfo Rudiantara dan Kepala BKPM Thomas Lembong yang disaksikan anggota Nexticorn, antara lain Lis Sutjiati, Rambun Tjajo, Donald Wirahardja, David Rimbo, Rudy Ramawy, dan Italo Gani.

Visi utama Yayasan NextICorn adalah melembagakan keberlangsungan kerja sama antara pemerintah dengan ekosistem yang diwakili tokoh-tokoh yang telah memberikan warna bagi wajah ekonomi digital di Indonesia melalui program-program NextICorn selama ini. Termasuk para founder unicorn Indonesia yaitu William Tanuwijaya, Nadiem Makarim, dan Achmad Zaky.

“Bukan hanya berorientasi pada kepentingan dan keuntungan jangka pendek masing-masing. Langkah mendirikan yayasan merupakan bagian dari proses pembangunan ekosistem jangka panjang yang berkelanjutan sehingga industri ekonomi digital dapat berkembang lebih cepat dan lebih baik,” sambut Rudiantara.

Fasilitas yang disediakan Yayasan NextICorn tidak hanya dalam hal akses dengan investor, namun juga membuka kesempatan pendanaan, teknologi, pemasaran, maupun dukungan model usaha. Para board member NextICorn sepakat bahwa pembentukan yayasan adalah langkah tepat untuk mengelola dan melakukan kegiatan-kegiatan lainnya untuk memfasilitasi percepatan lahirnya unicorn Indonesia yang baru.

“Yayasan ini adalah kendaraan bagi startup untuk bisa tumbuh dan meminimalisir efek dari fenomena ‘buble burst’. BKPM akan berpartisipasi aktif, tidak hanya menjadi pembina yayasan, namun juga membantu dari segi sponsorship maupun dukungan-dukungan lainnya,” ujar Thomas Lembong.

Grab Incar Pendanaan Tambahan Lebih dari 28 Triliun Rupiah

Grab mengumumkan rencana pendanaan tambahan sebesar US$2 miliar (setara 28,33 triliun Rupiah) untuk melancarkan rencana ekspansinya di Asia Tenggara. Dana tersebut akan dipakai untuk berinvestasi atau akuisisi perusahaan, ditargetkan akan ada enam perusahaan tahun ini.

Rencana tersebut masih merupakan bagian dari putaran seri H yang akan ditutup senilai US$6,5 miliar. Sebelumnya Co-Founder dan CEO Grab Anthony Tan menyatakan pihaknya masih membuka putaran ini untuk investor yang berminat.

Pada Maret 2019, Grab baru saja mengumumkan perolehan dana US$1,46 miliar (setara dengan Rp20,65 triliun) dari SoftBank Vision Fund. Pada putaran H ini, Grab telah mengantongi US$4,5 miliar yang didukung penuh oleh SoftBank dan investor lainnya.

Tentunya kemitraan antara Grab dan SoftBank semakin kuat dan dinyatakan telah mencapai tingkat selanjutnya, yang sebelumnya sudah terjalin sejak 2014.

Dalam pernyataan resminya, Anthony mengatakan dirinya bertemu Masayoshi (CEO SoftBank) minggu lalu dan dia memberikan dukungan yang tidak terbatas untuk pertumbuhan Grab. Dukungan tersebut, bersama dengan investor lainnya, akan memungkinkan Grab untuk berkembang sangat agresif di tahun ini di seluruh layanan pembayaran, transportasi, dan makanan.

“Pada tingkat pertumbuhan kami saat ini, kami berharap dapat menjadi empat kali lebih besar dari pesaing terdekat kami di Indonesia dan di seluruh Asia Tenggara pada akhir tahun ini,” katanya.

Di samping itu, dia juga menyatakan akan terus mengembangkan potensi startup dan talenta teknologi di Indonesia melalui program seperti Grab Ventures Velocity dan Thinkubator.

President Grab Ming Maa menambahkan sejalan dengan transformasi yang luar biasa, ada kesempatan yang sudah terbuka untuk terus tumbuh di berbagai layanan seperti kesehatan, keuangan, dan lainnya. Untuk itu, Grab akan melakukan setidaknya enam investasi atau akuisisi di tahun ini.

“Di antara pasar-pasar utama lainnya, Indonesia khususnya akan mendapatkan investasi terbaru ini secara signifikan. Hal ini akan membuat kami berada di jalur yang tepat untuk menjadi 4x lebih besar dari pesaing terdekat kami dan tetap menjadi pemimpin dalam layanan on-demand transport.”

Dalam konferensi pers sebelumnya, Grab mengklaim bisnisnya berkembang sangat pesat dengan pendapatan lebih dari dua kali lipat pada 2018. GrabFood juga berkembang pesat, wilayahnya telah mencakup di 178 kota di Indonesia tumbuh dari 13 kota pada awal tahun lalu. Volume pengiriman GrabFood meningkat hampir 10 kali lipat di tahun yang sama.

Application Information Will Show Up Here

Menkominfo Tandatangani Rancangan Peraturan Frekuensi untuk IoT

Pemerintah Indonesia menunjukkan dukungan terhadap penerapan teknologi Internet of Things (IoT) melalui Rancangan Peraturan Menteri (RPM) yang baru saja ditandatangani Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.

Pelaksana Tugas Kepala Humas Kementerian Kominfo Ferdinandus Setu menyampaikan, RPM ini memiliki urgensi untuk memenuhi ketersediaan spektrum frekuensi radio sebesar 350 MHz, untuk mobile broadband sesuai target Rencana Strategis Kementerian Kominfo tahun 2015-2019, melalui penetapan pita frekuensi radio dan ketentuan teknis penggunaan alat atau perangkat telekomunikasi Licensed Assisted Access (LAA).

“Dukungan tersebut berupa penetapan pita frekuensi radio dan ketentuan teknis penggunaan alat dan/atau perangkat telekomunikasi Low Power Wide Area (LPWA) Nonseluler,” terang Ferdinandus.

Menurut Ferinandus, latar belakang dibuatnya RPM ini adalah untuk melaksanakan ketentuan Pasal 68 ayat (3) Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 9 Tahun 2018 tentang Ketentuan Operasional Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio.

RPM yang diteken Menkominfo ini menetapkan alat-alat atau perangkat telekomunikasi yang beroperasi pada spektrum frekuensi radio berdasarkan izin kelas yaitu Wireless Local Area Network (WLAN), Peranti Jarak Dekat (Short Range Device), Low Power Wide Area Nonseluler (LPWA Nonseluler), Licensed Assisted Access (LAA), Dedicated Short Range Communication (DSRC), dan alat-alat yang beroperasi pada pita frekuensi radio yang digunakan berdasar izin kelas yang sejenis sesuai tingkat teknologi dan karakteristiknya.

“Ketentuan penggunaan frekuensi radio berdasarkan izin kelas, yaitu digunakan secara bersama (sharing) pada waktu, wilayah, dan/atau teknologi secara harmonis antar pengguna, dilarang menimbulkan gangguan yang merugikan, tidak mendapatkan proteksi interferensi dari pengguna lain dan wajib mengikuti ketentuan teknis yang ditetapkan,” kata Ferdinandus seperti dikutip Bisnis.

Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia Teguh Prasetya ketika dihubungi DailySocial mengungkapkan, pihaknya menyambut positif regulasi yang disahkan ini. Regulasi yang mengesahkan penggunaan frekuensi untuk IoT ini sejalan dengan program Asosiasi IoT Indonesia untuk terus mendorong pertumbuhan ekosistem IoT di Indonesia.

Teguh mengatakan, “Tentunya kami dari Asosiasi IoT Indonesia, menyambut positif sekali dengan telah disahkannya regulasi penggunaan frekuensi yang dialokasikan untuk pengguna dan penyedia IoT di tanah air.”

“Hal ini sejalan dengan program kami di tahun ini untuk terus mendorong penetrasi pertumbuhan ekosistem IoT di Indonesia mulai dari para makers, penyedia jaringan, penyedia platform, hingga penyedia aplikasi dan solusi IoT untuk semua sektor baik industri, konsumer, kesehatan, pertanian, perikanan, perkotaan, transportasi hingga perbankan,” jelasnya.