Rekosistem Raih Pendanaan Senilai 75 Miliar Rupiah Dipimpin Skystar Capital [UPDATED]

Startup climate-tech Rekosistem mengumumkan perolehan pendanaan senilai US$5 juta atau lebih dari Rp75 miliar yang dipimpin oleh Skystar Capital, diikuti oleh East Ventures, Provident, dan investor lainnya. Rencananya, dana segar ini akan difokuskan untuk meningkatkan sistem pengelolaan sampah Rekosistem hingga lebih dari 20 ribu ton metrik sampah per bulan dalam 2 tahun ke depan.

Untuk mewujudkan target ini, Rekosistem menggencarkan serangkaian langkah strategis, mulai dari pengembangan sistem pengelolaan sampah, juga memperluas penerapan teknologi Internet of Things (IoT) dan Machine Learning. Selain itu Rekosistem juga akan mengembangkan teknologi daur ulang dan meningkatkan fasilitas pemulihan material, yaitu Reko Waste Station dan Hub.

Melalui langkah strategis ini, Rekosistem akan memproses lebih dari 70% jenis sampah, menjadi bahan baku daur ulang dan energi baru terbarukan, ekspansi ke lebih banyak kota, dan menyediakan program Extended Producer Responsibility yang mendorong pengusaha bertanggung jawab atas dampak bisnisnya terhadap lingkungan.

Selain menargetkan untuk meningkatkan sistem pengelolaan sampahnya, Rekosistem juga berencanan melibatkan lebih dari 5 ribu pekerja dan mitra bisnis ke dalam ekosistem digitalnya.

Didirikan pada 2018 oleh Ernest Layman dan Joshua Valentino, Rekosistem mendorong penerapan ekonomi sirkular dalam rantai pasokan sampah dengan sistem pengelolaan sampah terintegrasi menggunakan Internet of Things (IoT) dan Machine Learning. Melalui solusi ini, perusahaan ingin menyederhanakan dan meningkatkan efisiensi pengumpulan sampah sebesar 49%.

Co-Founder dan CEO Rekosistem Ernest Layman dalam keterangan resmi mengungkapkan tekadnya untuk membangun bisnis yang mampu menghadapi tiga tantangan terbesar di bisnis generasi saat ini terkait 3P, yaitu profit (keuntungan), people (manusia), dan planet.

“Melalui penerapan ekonomi sirkular di rantai pasok pengelolaan sampah, produk dan layanan yang kami tawarkan bertujuan membuat produksi dan konsumsi bertanggung jawab dapat diterapkan oleh bisnis dan semua orang,” ungkapnya.

Dalam menjangkau bisnis dan konsumen akhir, Rekosistem menggunakan model bisnis B2B dan B2B2C melalui aplikasi mobile dan web. Ada dua isu yang ingin diselesaikan oleh Rekosistem, yakni proses pengelolaan sampah yang masih nonformal, dan meningkatkan nilai di rantai pasok sampah.

Lima tahun beroperasi, Rekosistem telah berhasil meningkatkan produktivitas sampah menjadi material sebesar 523% untuk daur ulang, daur naik, dan sumber energi berbasis sampah. Di samping itu, sekaligus meningkatkan pendapatan pekerja sampah sebesar 117%.

Saat ini, ekosistem Rekosistem terdiri dari 300 pekerja sampah dan mitra bisnis, 10 Reko Hub, dan 33 Reko Waste Station. Perusahaan juga berhasil menggaet 100 pelanggan bisnis dan 20 ribu pelanggan rumah tangga, menjangkau lebih dari 100 ribu irang dan sudah mengelola lebih dari 2.500 ton metrik sampah per bulan.

Startup waste management di Indonesia

Isu pengelolaan sampah masih menjadi topik yang hangat dibicarakan di tengah masyarakat. Mulai dari proses yang masih nonformal, minimnya penegakan hukum untuk tindakan ilegal yang merusak lingkungan, serta anggaran untuk pembangunan hijau punya tingkat kegentingan masing-masing.

Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan 19,45 juta ton timbulan sampah sepanjang 2022. Hal ini mendorong kehadiran sejumlah startup yang fokus untuk menggarap isu pengelolaa sampah.

Selain Rekosistem, ada juga Duitin, sebuah pengembang layanan digital yang memfasilitasi daur ulang, memungkinkan masyarakat dapat meminta pengambilan sampah di rumahnya dan mendapatkan reward. Startup ini juga masuk sebagai salah satu lulusan Google for Startup Accelerator, program akselerator Google pertama yang diadakan di Indonesia.

Di samping itu, Waste4Change yang didirikan sejak 2014, mengadopsi pengelolaan sampah berwawasan lingkungan dan bertanggung jawab. Misinya adalah meningkatkan tingkat daur ulang dengan menetapkan standardisasi dalam pengumpulan dan prosedur daur ulang sampah, serta meningkatkan kesejahteraan dan keselamatan operator.

Perusahaan telah mendapat pendanaan seri A dipimpin oleh AC Ventures dan PT Barito Mitra Investama senilai lebih dari Rp76 miliar. Belum lama ini, aktris ternama Indonesia Luna Maya juga bergabung dalam jajaran investor.  Waste4Change juga menggencarkan kerja sama investasi dengan berbagai pihak untuk mendorong proyek pengelolaan sampah berbasis teknologi.

Satu lagi startup greentech yang menerapkan ekonomi sirkular berbasis teknologi adalah OCTOPUS, platform agregator yang bisa dimanfaatkan oleh industri terkait untuk mendapatkan sampah daur ulang dari pemulung dan pengepul. Perusahaan diketahui telah bekerja sama dengan lebih dari 1700 bank sampah dan 14.600 pemulung terlatih dan terverifikasi.

Semakin banyak pemain yang menyasar isu pengelolaan sampah mendorong keterlibatan banyak pihak untuk gencar mengatasi isu ini. Selain itu, solusi pengelolaan sampah juga bisa dikembangkan menjadi banyak hal, seperti yang dilakukan Rebricks dengan mengolah sampah plastik menjadi bahan bangunan.

Qoala Rumahkan 80 Karyawan di Indonesia dan Malaysia

Startup insurtech Qoala mengumumkan efisiensi bisnis yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) sebanyak 80 orang karyawannya di Indonesia dan Malaysia. Hal ini telah disampaikan perusahaan melalui pernyataan resmi pada 31 Juli 2023.

Dalam pernyataan resmi, tertulis bahwa, “langkah ini diambil untuk meningkatkan sinergi di dalam dan di setiap departemen dan unit bisnis untuk memimpin bisnis yang lebih efisien dan berkelanjutan ke depan. Keputusan ini selanjutnya dimotivasi oleh tinjauan komprehensif selama dua tahun terhadap struktur organisasi kami, yang mengidentifikasi area redundansi dan menyoroti kebutuhan untuk penyesuaian strategi.”

Qoala juga mengungkap beberapa inisiatif untuk memberikan dukungan finansial dan profesional dalam memudahkan transisi ini, seperti pembayaran dan pesangon yang sesuai, tambahan kompensasi, perpanjangan asuransi, dukungan repatriasi, surat rekomendasi, dan tambahan pencairan cuti untuk karyawan yang sedang hamil.

Terkait efisiensi bisnis ini, Qoala juga menegaskan posisi keuangannya saat ini masih terpantau kuat, dan margin kontribusi di tingkat grup masih positif. Bisnis ini masih menyediakan runway yang cukup untuk terus berkembang sembari secara signifikan meningkatkan unit ekonomi perusahaan.

Pada bulan Maret lalu, Qoala baru saja menyelesaikan tambahan pendanaan seri B lebih dari Rp112 miliar. Bila ditotal dengan pendanaan seri B di Mei 2022 kemarin sebesar $65 juta, total perolehan Qoala untuk putaran ini sebesar $72,4 juta (lebih dari Rp1,09 triliun).

Saat ini, Qoala berkomitmen pada unit bisnis dan keberadaan pasar di wilayah operasionalnya. “Dengan menegaskan tujuan kami untuk meningkatkan kualitas hidup melalui asuransi yang terjangkau dan mudah diakses, kami menggandakan upaya kami untuk memberikan dampak positif bagi kehidupan pelanggan kami,” tutupnya.

Insurtech di Indonesia

Di sektor insurtech, masa sulit ini bukan hanya dirasakan oleh Qoala. Belum lama ini, salah satu pemain bisnis keagenan insurtech, Futuready, mengumumkan penutupan bisnis operasionalnya di Indonesia. Didirikan pada 2016, Futuready menawarkan layanan broker yang membantu nasabah menentukan produk asuransi secara transparan.

Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), literasi keuangan untuk sektor perasuransian di Indonesia telah meningkat dari 15,8% di 2016 menjadi 19,40% di 2019. Selanjutnya, inklusi keuangan sektor perasuransian menunjukkan peningkatan yang lebih rendah, yaitu sebesar 1,05% dari 12,1% di 2016 menjadi 13,15% di 2019.

Dikutip dari laman OJK, perkembangan insurtech di Indonesia disebut masih belum terlalu tinggi bila dibandingkan dengan fintech, terutama platform pinjaman online. Menurut data OJK per Maret 2023, hanya ada dua perusahaan yang tercatat pada klaster IKD insurtech, termasuk Qoala dan YukTakaful.

Saat ini, terdapat banyak jenis bisnis insurtech yang berkembang mulai dari manajemen asuransi hingga pemrosesan, penjualan, pengelolaan data, dan lainnya. Di Indonesia, ada beberapa startup insurtech baru yang sudah mulai beroperasi, seperti Bang Jamin. Didirikan pada 2022, perusahaan berhasil mendapatkan pendanaan dari Northstar dan BRI Ventures.

Selain itu, startup insurtech lainnya seperti Rey Assurance juga mengumumkan pendanaan baru senilai lebih dari Rp63 miliar dipimpin oleh Trans-Pacific Technology Fund. Perusahaan juga menambahkan produk proteksi baru, yakni ReyCare, ReyCard, dan ReyFit untuk melengkapi kartu proteksi kesehatan yang sudah diluncurkan sejak awal, meliputi manfaat rawat jalan dan rawat inap.

Melalui ragam inovasi yang dihadirkan di sektor insurtech ini diharapkan akan tercipta sistem dan operasional produk asuransi yang lebih sederhana agar dapat lebih terjangkau oleh masyarakat luas, khususnya kalangan menengah ke bawah.

GENEXYZ Kantongi Pendanaan Awal Senilai 14 Miliar Rupiah Dipimpin East Ventures

Kreator platform teknologi meta-humans dan agregator virtual influencer, GENEXYZ, mengantongi pendanaan tahap awal yang dipimpin oleh East Ventures senilai $1 juta (lebih dari Rp14 miliar). Turut berpartisipasi investor terdahulu Future Creative Network, dan beberapa investor lainnya, seperti EMTEK, MDI Ventures, Trinity Optima, dan Massive Music.

Rencananya, dana segar yang didapat akan digunakan untuk ekspansi bisnis di ranah regional, menjangkau target pasar Asia Tenggara. Selain itu, perusahaan juga akan mengembangkan teknologi yang lebih interaktif dan efektif dalam jaringannya dengan komunitas yang relevan dan memaksimalkan dampaknya pada klien.

Didirikan pada 2022, GENEXYZ menawarkan platform berbasis teknologi yang dapat menghadirkan meta-humans dan agregrator virtual influencer masa kini. Hal ini memungkinkan klien mendapatkan data interaksi yang terukur, serta memastikan terjadinya interaksi yang tepercaya antara brand dan audiens. Hal ini memungkinkan interaksi yang dapat terus dikembangkan (scalable).

Co-Founder dan CEO GENEXYZ Belinda Luis menegaskan, “kami menciptakan seluruh produk virtual influencer secara in-house dengan sumber daya teknologi dan talenta terbaik, dan kami akan terus memperluas kaliber dari tim GENEXYZ di berbagai disiplin industri sekaligus memperkuat komunitas, channel distribusi, dan ekosistem yang ada.”

Investment Professional East Ventures Gavin Adrian menyambut baik GENEXYZ ke dalam keluarga East Ventures. Inovasi futuristik yang dihadirkan perusahaan dipercaya berpotensi bagi brand dalam menangkap peluang interaksi yang besar. “Kami percaya bahwa GENEXYZ hadir untuk merevolusi solusi pemasaran dan menciptakan berbagai dampak baik bagi masyarakat Indonesia,” tegasnya.

Dalam meningkatkan skala bisnis B2B dan B2C, GENEXYZ juga didukung dengan ekosistem jaringan yang kuat di ranah teknologi. Teranyar, perusahaan juga telah menginvasi segmen D2C lewat kolaborasi Lavcaca dan Eatlah.

Lavcaca merupakan produk GENEXYZ yang memiliki karakter khas yang hobi menyanyi lagu dangdut dan mencintai kuliner lokal. Selain itu, IP baru yang belum lama diluncurkan adalah karakter laki-laki dengan keunikan dan kecerdasan yang berwarna, dapat diandalkan untuk berbagai kebutuhan brand,  serta didukung dengan teknologi canggih dan  .

Ragam produk dan karakter yang diciptakan GENEXYZ sejalan dengan fokusnya untuk mengembangkan misi meta human di skala global. Dalam perjalanan bisnisnya, perusahaan juga telah bekerja sama dengan sejumlah brand ternama seperti Bango, Tokopedia, Tiket.com, Ismaya Group, Nivea, Pepsodent, dan Ujung-Ujungnya Dangdut (UUD).

Virtual influencer di Indonesia

Teknologi selalu menawarkan inovasi baru di setiap industri yang disentuhnya. Salah satunya adalah memungkinkan industri pemasaran yang tidak hanya berpusat pada iklan televisi, radio atau koran. Kanal pemasaran kini telah berevolusi menjadi bentuk yang lebih personal dan interaktif. Salah satunya adalah virtual influencer.

Virtual influencer adalah karakter yang dihasilkan komputer atau avatar bertenaga AI yang popularitasnya kian menanjak di platform media sosial. Selayaknya influencer pada umumnya, mereka dapat digunakan untuk memasarkan brand, produk, dan layanan, serta meningkatkan kesadaran brand dan interaksi di media sosial.

Ukuran pasar untuk virtual influencer sendiri dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti jumlah virtual influencer yang aktif, tingkat keterlibatan mereka dengan pengikut, serta brand dan bisnis yang berkolaborasi dengan mereka.

Menurut Territory Influence, pasar virtual influencer saat ini bernilai $4,6 miliar dan diproyeksikan naik sebesar 26% pada 2025. Dilansir dari Forbes, survei virtual influencer pada 2022 yang dilakukan oleh Influencer Marketing Factory menunjukkan sebanyak 58% responden mengikuti setidaknya satu virtual influencer. Sebanyak 35% konsumen telah membeli produk yang dipromosikan oleh virtual influencer.

Daya tarik virtual influencer terletak pada kemampuan unik mereka untuk melayani audiens yang lebih muda dan paham teknologi serta minat brand yang semakin meningkat terhadap pemasaran influencer dan iklan digital. Dengan popularitas dan penerimaan yang meningkat pesat, virtual influencer digadang-gadang sebagai kekuatan baru yang siap mengubah industri ini.

BintanGO Rampungkan Pendanaan Lanjutan Senilai $2.2 Juta (Updated)

BintanGO dikabarkan tengah menggalang pendanaan lanjutan. Menurut data yang dihimpun VentureCap Insight, investor terdahulu seperti Investible dan eWTP Tech Innovation Fund kembali andil dalam putaran terbaru ini.

Kepada DailySocial Co-Founder dan CEO BintanGO Jason Lee memberikan konfirmasi terkait pendanaan lanjutan yang telah diterima senilai $2.2 juta. Putaran pendanaan ini diikuti oleh Contents Technologies, Transcend Capital Partners, serta investor mereka sebelumnya seperti Investible dan eWTP Tech Innovation Fund, bersama dengan investor lokal Indonesia.

Pendanaan baru berupa utang dan ekuitas merupakan kelanjutan dari putaran pendanaan awal $2.1 juta perusahaan pada April 2022, menjadikan total pendanaan yang berhasil dikumpulkan mencapai $4.8 juta.

Sejumlah investor lain seperti Transcend Capital Partners, Astor Management, dan Beyond Creative Global juga sudah menaruh dana. Sejauh ini telah dibukukan nominal $1,3 juta — diperkirakan masih akan terus bertambah seiring upaya fundraising yang dilakukan.

“Kami sangat senang dapat memperluas layanan kami dengan live commerce di berbagai platform di Indonesia, memberikan kesempatan tak tertandingi bagi brand untuk berinteraksi dengan konsumen, meningkatkan penjualan, dan memperkuat kehadiran brand mereka dengan kreator konten. Live commerce akan terintegrasi dengan fitur-fitur kami yang sudah ada, termasuk pemilihan pencipta, pengelolaan kampanye, dan pelaporan kampanye.” kata Jason.

Tahun 2022 lalu, BintanGO telah merampungkan putaran pendanaan awal senilai $2,1 juta. Pendanaan ini dipimpin Investible dan eWTP Tech Innovation Fund dengan partisipasi dari Farquhar, Plug and Play, Aksara, Redbadge Pacific, Moonshot Ventures, Mulia Sky Capital, dan United Creative.

Sejumlah angel investor turut terlibat di putaran ini, termasuk eksekutif dan mantan eksekutif dari YouTube, Facebook, dan Google. Tahun 2021 perusahaan juga telah mengantongi pendanaan pre-seed dari Flash Ventures senilai $500 ribu.

Diluncurkan tahun 2021, BintanGO didirikan oleh Jason Lee dan Oktorika Mandasari. Platform tersebut memiliki misi untuk memberikan solusi yang didukung oleh teknologi untuk membantu content creator menyederhanakan dan mengelola bisnis mereka dengan lancar. Solusi ini mencakup produktivitas, monetisasi, dan solusi keuangan.

Platform ini menyerupai platform SaaS yang menyediakan alat produktivitas dan monetisasi serta solusi keuangan bagi pembuat konten untuk membantu mereka mengelola dan mengembangkan bisnisnya.

Maraknya platform pendukung influencer dan konten kreator

Di Indonesia sendiri saat ini sudah banyak platform yang mendukung para influencer dan konten kreator dengan menghadirkan layanan dan fitur yang relevan. Di antaranya adalah TipTip, UpBanx, Partipost, IDN Creator Network, AnyMind Group, Hiip, Noice, Famous Allstars (FAS) hingga Lynk.id.

Berdasarkan laporan yang dirangkum oleh INSG tercatat, kegiatan pemasaran memanfaatkan influencer di kawasan Asia Tenggara diprediksi akan mencapai $2,59 miliar pada tahun 2024, menjadikan Indonesia sebagai pasar yang lebih menjanjikan bagi brand dan marketer.

Lebih dari 91% brand di Indonesia telah meningkatkan anggaran pemasaran mereka pada tahun 2022. Sebuah studi pada tahun 2020 mencatat, bahwa 62% konsumen online Indonesia dipengaruhi oleh rekomendasi dari influencer sebelum melakukan pembelian. Laporan tersebut juga mengungkapkan, konsumen online Indonesia lebih memilih mengikuti/follow akun media sosial para influencer daripada akun bisnis brand.

Di tahun 2022 juga tercatat, sebanyak 68% brand global telah berinvestasi lebih banyak anggaran pemasaran mereka kepada pemasaran influencer. Hal ini menunjukkan bahwa brand di Indonesia semakin menyadari manfaat dari influencer marketing sebagai saluran paling efektif untuk kegiatan pemasaran mereka.

Application Information Will Show Up Here

Beleaf Amankan Pendanaan Seri A 103 Miliar Rupiah Dipimpin Alpha JWC Ventures

Startup agritech Beleaf hari ini (01/8) mengumumkan pendanaan seri A senilai $6,85 juta atau lebih dari Rp103 miliar dipimpin oleh Alpha JWC Ventures. Putaran ini melanjutkan pendanaan tahap awal yang berhasil diraih pada akhir 2022 lalu. Turut berpartisipasi dalam putaran ini investor baru Openspace dan beberapa angel investor.

Partner Alpha JWC Ventures Eko Kurniadi mengungkapkan bahwa Beleaf secara konsisten menunjukkan kemajuan yang luar biasa. Penawaran end-to-end mereka memberdayakan petani untuk mencapai produktivitas dan kualitas yang lebih tinggi, juga ekonomi dan pengalaman bertani yang lebih baik.

“Karena Beleaf terus melampaui tonggak pertumbuhan dan profitabilitas mereka, kami sangat yakin akan potensi mereka untuk merevolusi sektor pertanian dalam jangka panjang,” ungkapnya dalam keterangan resmi.

Beleaf sendiri memosisikan diri sebagai bisnis agritech komprehensif dengan layanan yang fokus pada Farming as a Service (FaaS). Perusahaan memiliki misi untuk meningkatkan hasil dan produktivitas petani lokal di seluruh Indonesia, dan pada akhirnya meningkatkan mata pencaharian mereka.

Rencananya, dana segar yang diterima akan digunakan untuk memperluas jaringan petani yang saat ini berjumlah 145, agar bisa mencapai setidaknya 2.000 petani pada akhir tahun 2024. Program FaaS ini disebut telah meningkatkan hasil dan pendapatan banyak petani, terbukti dengan keberhasilan distribusi 700 ton produksi pada Mei 2023.

Perusahaan juga akan memantapkan kehadirannya di pasar pertanian utama Indonesia dan negara-negara tetangga. Beleaf menargetkan untuk segera memperluas jaringan pertaniannya ke beberapa daerah baru termasuk Bali, Medan, dan Lembang. Pihaknya akan mendirikan peternakan R&D di lokasi tersebut sebagai basis untuk meluncurkan jaringan FaaS di seluruh negeri.

Selain itu, pendanaan akan digunakan untuk menggandakan rantai pasokan dan divisi komersial untuk meningkatkan efisiensi operasi, dan memperluas jejak penjualannya ke negara-negara baru. Beleaf juga akan terus mendorong pengembangan perangkat IoT dan Beleaf OS untuk lebih mengaktifkan layanan FaaS dan meningkatkan hasil panen petani.

Direktur Eksekutif Openspace Ian Sikora mengungkapkan bahwa ia telah menilai sejumlah besar perusahaan rintisan agribisnis, dan melihat kemajuan awal Beleaf yang menonjol. “Pendekatan full-stack pada tanaman terpilih memungkinkan mereka untuk mencapai pertumbuhan yang cepat, terutama melihat mereka mencapai margin terbaik dalam kategorinya,” ujarnya.

Pengembangan Farming as a Service

Ragam produk sayur kemasan yang disediakan Beleaf / Beleaf

Didirikan pada tahun 2019 oleh Amrit Lakhiani, Beleaf mengawali bisnis sebagai merek hidroponik premium yang menawarkan berbagai jenis sayuran dan buah-buahan. Seiring pertumbuhan bisnis dan pengalaman mengelola pertanian mereka sendiri, perusahaan mulai mengembangkan produknya ke manajemen pertanian yang didukung teknologi.

Beleaf meluncurkan program Farming as a Service pada tahun 2022, melibatkan petani di Puncak dan Bandung dengan manajemen pertanian yang dimungkinkan oleh teknologi. FaaS sudah dengan cepat menyelesaikan beberapa tantangan mendesak di sektor ini. Meskipun merupakan negara agraris, potensi Indonesia masih belum teroptimalkan dan ketergantungannya pada impor hasil pertanian masih tinggi.

Berdasarkan laporan ResearchandMarkets, pasar agritech Indonesia tumbuh pada CAGR ~39,7% berdasarkan pendapatan yang dihasilkan selama tahun fiskal 2016-2021. Sub vertikal Farming as a Service (FaaS) mendominasi Pasar Agritech di Indonesia berdasarkan pendapatan yang dihasilkan pada tahun fiskal 2021 diikuti oleh sub vertikal AgriTech, Agri Fintech, Market Access, dan Agri Biotech.

Founder dan CEO Beleaf  Amrit Lakhiani mengaku pihaknya menyadari bahwa alih-alih membangun lebih banyak pertanian sendiri, mereka memiliki sesuatu yang dapat diterapkan secara luas dan lebih kuat.

“Kami dapat menggunakan keahlian kami dan teknologi yang telah kami ciptakan untuk memberikan keuntungan yang sama kepada petani yang ada, dan meningkatkan kualitas dan produktivitas kolektif industri pertanian Indonesia yang menghadapi beberapa rintangan pembangunan, sambil menampilkan produk lokal terbaik ke pasar luar negeri melalui ekspor,” ujarnya.

Kepulauan ini memiliki lahan subur, air berlimpah, dan lingkungan yang cocok untuk menumbuhkan berbagai macam buah dan sayuran secara efektif, tetapi terbatas oleh komunitas petani yang sangat terfragmentasi. Potensinya mencakup 70% petani kecil yang tidak memiliki akses ke pembiayaan, asuransi, teknologi, logistik yang efisien, dan akses langsung ke pasar.

Didukung oleh big data dan IoT, solusi Beleaf menawarkan layanan end-to-end  mulai dari operasional, distribusi, dan offtaking – menghubungkan pertanian, distributor, dan pengecer dalam satu ekosistem terintegrasi. Hal ini memungkinkan petani untuk meningkatkan produktivitas, kualitas, dan profitabilitas mereka.

Fokus bisnis saat ini adalah mengendalikan dan meningkatkan hasil pertanian mitra hingga 15%. Platform mereka memantau cuaca, pembibitan, aktivitas penanaman, dosis nutrisi, perencanaan pertanian, dan panen. Semua data yang dikumpulkan dari proses ini kemudian akan memperkuat pembelajaran mesinnya untuk peningkatan berkelanjutan pertanian, serta penelitian dan pengembangan solusi agribisnis di masa depan.

Beleaf menggunakan fasilitas pasca panennya untuk mengkonsolidasikan volume dan menciptakan produk berkualitas tinggi yang konsisten yang dapat diekspor ke jaringan klien internasionalnya. Dengan landasan ini, Beleaf berada di jalur yang tepat untuk menjadi pemimpin pasar dalam mengekspor sayuran hijau dan umbi-umbian seperti kentang, ubi jalar, jahe, dan wortel.

Produk hasil pertanian dari Beleaf sekarang sudah dijual di dalam negeri dan juga untuk ekspor. Produk-produk ini telah tersedia di 4 negara termasuk Singapura. Ke depannya, perusahaan berencana untuk segera memasuki 6 negara lainnya pada akhir tahun 2024. Beleaf juga tersedia di lebih dari 180 gerai ritel di Jabodetabek, 8 saluran online, dan berbagai restoran.

Startup Fintech SCF Danamart Incar Influencer dan Sektor Kreatif

Startup fintech securities crowdfunding (SCF) Danamart mengungkapkan siap melirik pembiayaan influencer dan sektor ekonomi kreatif lainnya. Sektor ini dinilai prospektif karena tergolong sulit memperoleh akses pendanaan dari lembaga keuangan formal, walau secara potensi bisnis bernilai jumbo.

“Kami akan segera MoU dengan GetCraft untuk mulai mendanai influencer yang ada di bawah mereka,” ucap Founder dan CEO Danamart Patrick Gunadi saat media gathering di Jakarta, pekan lalu (27/7).

Sesuai dengan aturan yang berlaku di OJK, semua penyaluran pembiayaan di SCF harus berbadan hukum. Sementara, mayoritas influencer masih berbentuk usaha perorangan. Oleh karenanya, sebelum memperoleh pendanaan mereka akan diarahkan untuk membentuk badan usaha.

Langkah tersebut akan dilakukan melalui anak usaha Danamart, Omah Biznis, yang berfokus pada peningkatan literasi bisnis lewat program-program edukasi bersama lembaga pendidikan.

Latar belakang pendirian Omah Biznis (sebelumnya bernama Danamart Academy) ini lantaran pendanaan merupakan kebutuhan dasar untuk keberlangsungan usaha. Namun, dapat menjadi sangat sulit untuk dijangkau tanpa adanya pemahaman yang baik bagi pengusaha. Mereka akan sulit meyakinkan potensi bisnisnya pada investor.

“Kita gaet influencer ini dari awal untuk bangun entitas, dorong mereka sejak awal punya landasan bisnis yang proper,” tambahnya.

Fokus pada bisnis ESG

Penambahan sektor pendanaan ini selaras dengan fokus Danamart yang memfokuskan diri sebagai SCF yang mengusung konsep ESG (Environmental, Social, Governance). Prinsip ESG ini menjadi salah satu tolak ukur penilaian manajemen risiko terhadap UKM sebelum menerbitkan efek di Danamart. Bahkan ada insentif yang lebih besar diberikan untuk bisnis yang menjalankan prinsip ESG ini.

Menurut Patrick, ESG memiliki potensi yang besar walau saat ini masih niche. Optimisme tersebut muncul karena belakangan perusahaan global mulai mengambil inisiatif ESG dalam berbagai aksi mereka. Diharapkan ke depannya dapat menciptakan efek bola salju.

“Kami concern pada konsep ini karena dalam beberapa dekade terakhir suhu meningkat jadi semakin panas lautnya, kalau lautan hangat itu bisa jadi bencana. Dan kita sebagai negara tropis yang paling berdampak. Jadi kami tidak mau berpartisipasi dalam bisnis yang merusak lingkungan.”

Danamart memiliki dua opsi untuk investor dan perusahaan yang mencari pendanaan (issuer), yakni Equity Financing (khusus startup) dan Debt Financing (untuk UMKM) yang berbasis penerbitan surat utang (obligasi).

Tidak hanya itu, penerbit dapat memilih efek yang tepat untuk mendapatkan modal dengan keleluasaan pengembangan perusahaan sesuai ketentuan dari efek yang dipilih. Proses penggalangan modal dan pembiayaan dilakukan secara online atau daring dengan keringanan syarat terkait jaminan, nilai aset, serta akses permodalan tercatat pada Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).

Danamart hanya mengenakan platform fee 6% kepada issuer dengan plafon pendanaan sampai dengan Rp10 miliar. “Kami selalu melihat dari stage perusahaan, mereka ada di fase mana. Juga melihat debt dari rasio likuiditas, seberapa kuat sebuah perusahaan untuk bisa bayar bunga dalam jangka pendek. Cara berpikirnya sama dengan investor VC kebanyakan.”

Sementara itu, para investor dapat memilih sesuai dengan profil risiko masing-masing. Disebutkan imbal hasil yang ditawarkan Danamart mencapai 18% per tahun dengan minimum investasi yang terjangku sebesar Rp100 ribu. Diklaim Danamart telah memiliki 1.000 investor yang bergabung sejak pertama kali peroleh izin operasional dari OJK pada Februari 2023.

Mayoritas dari investor tersebut berasal dari kalangan ritel, baru satu investor institusi yang sudah bergabung. Investasi di Danamart bisa mulai dari Rp100 ribu sampai Rp300 juta. Tapi average investasi yang diberikan per investornya sekitar Rp50 juta.

“Kami butuh investor ritel karena butuh crowd wisdom, apakah proyeknya real buat validasi. Sementara investor institusi itu untuk liquidity provider. Kami menginginkan agar investor ritel kami bisa lebih mass lagi, bisa naik sampai dua kali lipat.”

Adapun untuk jumlah bisnis yang telah menerbitkan efek melalui Danamart mencapai empat perusahaan. Proyek yang didanai, di antaranya penyediaan tempat tinggal dan kelayakan tempat kerja. Keseluruhan proyek ini menerbitkan surat utang obligasi. Terdapat 10 pengajuan yang tengah diproses perusahaan. Patrick mengungkapkan pada tahun ini ditargetkan dapat menerbitkan 50 efek perusahaan.

Application Information Will Show Up Here

Astra Kembali Pimpin Pendanaan Seri D Rp1,5 Triliun untuk Halodoc [UPDATED]

PT Astra International Tbk melalui anak usahanya, PT Astra Digital International (Astra Digital), memimpin putaran pendanaan seri D untuk Halodoc senilai $100 juta (lebih dari Rp1,5 triliun). Disebutkan total investasi yang telah dikucurkan Astra untuk Halodoc mencapai $135 juta (lebih dari Rp2 triliun).

Dalam keterangan resmi yang disampaikan pada hari ini (28/7), Openspace dan Novo Holdings, investor dari Denmark, turut berpartisipasi dalam putaran tersebut.

Perseroan memercayai bahwa kolaborasi ini dapat memberikan solusi inovatif bagi masyarakat, serta memberikan dampak positif bagi industri kesehatan dan pertumbuhan ekonomi digital di tanah air.

Perseroan melakukan sejumlah investasi untuk industri kesehatan di Indonesia, yakni Halodoc (2021 dan 2023) dan Hermina (2022). Mereka percaya dengan sinergi antara Halodoc, Hermina, dan ekosistem Astra dapat menciptakan perjalanan pasien yang lancar, serta membuka lebih banyak peluang bagi masyarakat untuk memperoleh layanan kesehatan secara merata dan berkualitas seantero negeri.

“Tingginya permintaan terhadap layanan akses kesehatan yang berkualitas telah mendorong meningkatnya adopsi teknologi digital pada layanan kesehatan. Astra menilai sektor kesehatan di Indonesia memiliki prospek pertumbuhan yang baik dalam jangka panjang. Hal ini turut didukung oleh upaya-upaya pemerintah memajukan sektor layanan kesehatan di tanah air,” ucap Presiden Direktur Astra Djony Bunarto Tjondro.

Partner Openspace Shane Chesson menyampaikan, pihaknya bangga dapat berpartisipasi dan melanjutkan kemitraan yang sudah dijalin bersama Halodoc sejak 2017. “Pilihan layanan kesehatan digital menjadi pilihan utama bagi pasien, dan Halodoc menjadi yang terdepan, telah membangun hubungan kepercayaan dan berbagai layanan yang memberikan special insights,” ujarnya.

CEO & Co-Founder of Halodoc Jonathan Sudharta menambahkan, setelah dampak pandemi, Indonesia berada pada momen yang sangat penting bahwa ada tantangan bagaimana perusahaan dapat memenuhi permintaan yang terus meningkat terhadap akses layanan kesehatan yang berkualitas di Indonesia. Perusahaan pun memfokuskan diri sebagai penyedia solusi dari masalah kesehatan yang dialami oleh para pengguna, dengan menyederhanakan akses kesehatan.

“Apresiasi kami berikan terhadap kepercayaan Astra dan para pemangku kepentingan kami, merupakan dukungan yang tak ternilai dalam perjalanan kami menerapkan teknologi untuk kebutuhan kesehatan,” ujar dia.

Dana segar ini nantinya akan difokuskan untuk empat hal:

  1. Memperkuat ekosistemnya yang terintegrasi dengan lebih banyak pelaku kesehatan mulai dari dokter, apoteker, rumah sakit, klinik, hingga penyedia asuransi;
  2. Mengembangkan berbagai layanan kesehatan bersifat preventif, di antaranya layanan Home Lab yang memungkinkan pengguna mendapatkan berbagai layanan tes kesehatan dari rumah secara nyaman dan privat;
  3. Mengembangkan Asuransiku, agar pengguna bisa mendapatkan layanan kesehatan yang telah terintegrasi dengan layanan asuransi secara lebih seamless dan terjangkau;
  4. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat dan pentingnya menjaga kesehatan sebelum sakit.

Di Indonesia sendiri, Halodoc berkompetisi langsung dengan sejumlah pemain. Beberapa di antaranya adalah Alodokter, Good Doctor, KlikDokter, Prixa, dan beberapa lainnya.

Pencapaian Halodoc

Aplikasi Halodoc

Momentum pandemi COVID-19 secara tidak langsung mendorong masyarakat menggunakan layanan telemedik misalnya konsultasi medis secara online. Berdasarkan data dari Aliansi Telemedik Indonesia (Atensi) terdapat kurang lebih 17,9 juta aktivitas konsultasi kesehatan yang berasal dari 19 perusahaan telemedisin pada 2022 lalu. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa teknologi digital memainkan peran kunci pada kemajuan industri kesehatan pada saat ini.

Sejak diluncurkan pada 2016, Halodoc telah membuka akses ke lebih dari 20.000 praktisi medis, 3.300 rumah sakit, dan 4.900 apotek. Pada 2022, terdapat lebih dari 20 juta pengguna aktif bulanan terhubung dengan platform Halodoc.

Halodoc mengambil pendekatan terhadap teknologi memiliki layanan kesehatan bagi masyarakat yang terintegrasi, mulai dari telemedik dengan dokter terdaftar, pemesanan obat yang terpercaya, reservasi layanan diagnosa lab, reservasi kunjungan dengan dokter di rumah sakit hingga pengurusan asuransi, pembayaran dan administrasi pihak ketiga.

Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan, Halodoc mengedukasi kesehatan masyarakat yang fokus pada tindakan preventif, di antaranya melalui artikel kesehatan yang dapat ditemukan secara mudah pada aplikasi dan blog Halodoc.

Hal tersebut menjadi strategi Halodoc untuk menyasar potential user melalui pendekatan yang lebih relevan. Lalu, menghadirkan solusi layanan preventif Halodoc seperti Home Lab yang memungkinkan masyarakat melakukan tes kesehatan dari rumah secara privat dan seamless.

Dari sisi profil pengguna pun, aplikasi Halodoc telah dirancang untuk dapat memenuhi kebutuhan kesehatan bagi seluruh kelompok umur, mulai dari gen Z, millennial, hingga baby boomers. Beberapa inovasi yang dihadirkan mulai dari layanan Janji Temu, Home Lab, Mental Health, dan Animal Health.

Bagi generasi muda dengan jumlah mencapai 53,81% dari total populasi Indonesia, layanan berbasis teknologi yang praktis dan instan telah menjadi kebutuhan dalam keseharian mereka. Oleh karena itu, Halodoc mengintegrasikan berbagai layanan kesehatan secara seamless hanya dalam satu aplikasi.

Sementara itu, Halodoc pun menunjukkan kepeduliannya terhadap pengguna di kalangan usia lansia dengan menghadirkan layanan yang memudahkan proses konsultasi dengan dokter bagi para caregiver (anggota keluarga yang merawat) dengan layanan Elderly Care maupun fitur Langganan yang membantu mengingatkan dan memudahkan pembelian produk kesehatan secara rutin bagi orang tua.

Berdasarkan data Statista, diprediksi pada 2027 mendatang, industri kesehatan digital akan bernilai $3,97 miliar, tumbuh dengan Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 15% dari nilai pasar pada 2022 sebesar $1,98 miliar.

*) Kami menambahkan informasi tambahan: investor lainnya yang bergabung dan penggunaan dana investasi

Application Information Will Show Up Here

Akseleran Tunda IPO Hingga Tahun Depan, Rumahkan 60 Karyawan

PT Akselerasi Usaha Indonesia (Akseleran Group) menunda pelaksanaan IPO dari rencana semula pada 9 Agustus 2023 menjadi tahun depan. Perusahaan berdalih keputusan dipicu karena belum menemukan investor strategis yang tepat untuk mendukung ke depannya.

“Dikarenakan kondisi pasar saat ini, dibutuhkan waktu yang lebih panjang untuk mendapatkan strategic investor yang tepat yang dapat mendukung perusahaan ke depannya. Oleh karena itu, perusahaan memutuskan untuk menunda IPO untuk sementara waktu,” ujar Group CEO & Co-founder Akseleran Ivan Nikolas Tambunan dalam keterangan resmi.

Secara terpisah, mengutip dari Investor.id, Ivan menjelaskan faktor pemicu lainnya adalah kondisi pasar masih banyak yang ‘wait and see’, terutama bagi investor institusi, yang mana sektor teknologi belum diminati dan tingginya suku bunga di tahun ini. Belum lagi rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) yang dinilai tidak bergairah pada tahun ini dibandingkan 2022.

Tech IPO juga institutional investor juga masih wait and see. Makanya butuh waktu lebih panjang untuk secure strategic investor untuk kami,” tegas dia.

Menyabung dari kabar tersebut, perusahaan melakukan restrukturisasi internal dengan merumahkan (PHK) kurang lebih 60 karyawan. Hampir semua divisi terdampak dari keputusan ini.

Ivan menyampaikan, restrukturisasi ini ditempuh agar grup berada dalam kondisi yang optimal untuk dapat menjalankan operasionalnya dengan lebih efektif dan efisien, agar mampu bertumbuh secara berkelanjutan dalam jangka panjang dan tetap sehat secara finansial.

Ia berdalih, restrukturisasi ini bukan jalan pintas yang diambil perusahaan. Sebelumnya, keputusan serupa sudah ditempuh untuk meningkatkan kinerja keuangan sejak 2020, termasuk meningkatkan pendapatan usaha secara substansial sebesar 105%, 117%, dan 80%, berturut-turut dari 2020-2022, serta mengelola biaya secara efisien pada saat yang sama.

“Ini merupakan restrukturisasi internal pertama yang perusahaan lakukan sejak pertama beroperasi di 2017.”

Karyawan yang terdampak dipastikan akan menerima kompensasi sesuai haknya yang diatur dalam perundang-undangan yang berlaku. Tak hanya itu, perusahaan akan memberikan dukungan finansial, profesional, perpanjangan asuransi kesehatan, memberikan laptop, serta arragement kerja yang fleksibel agar mereka dapat melakukan transisi dan melanjutkan karier ke depannya.

Dampak pasca-tunda IPO

Sebagai dampak penundaan IPO, rencana perusahaan untuk mengakuisisi penuh perusahaan multifinance PT Pratama Interdana Finance (PIF) juga ikut tertunda. Ivan mengaku masih berdiskusi dengan manajemen PIF terkait hal tersebut.

Deal-nya, kami akan melihat kondisi pasar dalam satu tahun ke depan. Jadi mungkin kalau kami lakukan pakai buku kuartal empat itu artinya sampai Juni tahun depan. Makanya kami lihat kondisi pasar sampai tahun depan,” jelasnya.

Kendati begitu, perusahaan akan terus melanjutkan bisnisnya sebagai p2p lending dengan memberikan kemudahan akses penyaluran untuk UKM dan investasi pendanaan yang aman buat masyarakat.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan per 2022, Akseleran masih mencatatkan rugi sebesar Rp22 miliar. Target untuk menghasilkan laba bersih selambat-lambatnya pada kuartal IV 2023 akan dikejar, dengan upaya meningkatkan penyaluran pinjaman sekaligus pendapatan, serta efisiensi pengeluaran operasional.

Dalam periode yang sama, perseroan telah menyalurkan lebih dari Rp6,5 triliun pinjaman kepada ribuan penerima pinjaman, dengan tingkat pertumbuhan majemuk tahunan (CAGR) penyaluran pinjaman mencapai 96% per tahun sejak 2018-2022.

Adapun per Juni 2023, perusahaan telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp1,44 triliun, angka ini naik 22% secara year-on-year. Tingkat NPL dapat terjaga dengan stabil sebesar 0.66% dari outstanding pinjaman per Juni 2023. Angka tersebut diklaim salah satu yang terendah di Indonesia untuk perusahaan p2p lending.

Dari sisi pendanaan, Akseleran didukung oleh lebih dari 200 ribu pemberi pinjaman ritel dan berbagai pemberi pinjaman institusional, termasuk dari BCA, BRI, Bank OCBC, Bank Mandiri, dan Bank Jtrust.

Application Information Will Show Up Here

Bank Mandiri Meluncurkan Solusi POS Lewat Livin’ Merchant

PT Bank Mandiri Tbk merambah solusi Point of Sales (POS) melalui peluncuran aplikasi Livin’ Merchant yang menyasar kalangan bisnis UKM. Aplikasi Livin’ Merchant sudah dirilis sejak bulan lalu dan klaimnya telah memiliki 500 ribu pengguna.

“Sudah 500 ribu pengguna dalam satu bulan. Tinggi ini,” ujar Direktur Jaringan dan Retail Banking Bank Mandiri Aquarius Rudianto, mengutip dari Katadata.

Livin’ Merchant merupakan aplikasi kasir digital atau POS yang dilengkapi dengan sejumlah fitur. Mulai dari, pendaftaran akun merchant, katalog produk, penerimaan pembayaran dengan metode beragam, termasuk QRIS, hingga toko online yang memudahkan merchant menjual produk kepada pembeli.

Dengan kata lain, kebutuhan sektor bisnis baik online maupun offline dapat diakomodasi oleh Livin’ Merchant. Tak hanya itu, fitur lainnya seperti pencatatan penjualan, cek stok produk, dan pencairan uang penjualan langsung cair di hari yang sama.

Mengutip dari situs resminya, solusi ini dapat digunakan oleh semua nasabah Bank Mandiri yang memiliki usaha, tanpa dikenakan biaya langganan. Untuk pendaftarannya tidak perlu datang ke kantor cabang karena aplikasi dapat langsung diunduh melalui perangkat smartphone.

Data-data yang perlu disiapkan: perangkat smartphone dengan minimum OS Android 7 (Nougat), nomor rekening Bank Mandiri, dan nomor HP dalam keadaan aktif untuk menerima OTP. Sementara ini baru tersedia untuk perangkat Android saja.

Rangkaian fitur di atas sebetulnya juga ditawarkan oleh pemain startup, baik itu Moka, Qasir, iSeller, Majoo, Olsera, Pawoon, dan lainnya.

Mengutip dari Statista, nilai transaksi di pasar POS di Indonesia diproyeksikan mencapai $4,75 miliar pada 2023. Dengan proyeksi tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR 2023-2027) sebesar 14,4%, nilai tersebut diestimasi dapat mencapai sebesar $8,14 miliar pada 2027.

Statista juga memperkirakan jumlah pengguna POS dapat mencapai 68,24 juta pengguna pada 2027. Membandingkan data global, nilai transaksi tertinggi dicapai oleh Tiongkok dengan $1.649 miliar pada 2023).

Pencapaian Livin’ Mandiri

Dalam keterangan resmi, Bank Mandiri juga memaparkan pencapaian Super App Livin’ by Mandiri untuk segmen ritel. Mulai tahun ini aplikasi tersebut dapat digunakan oleh masyarakat mancanegara, mulai dari Hong Kong, Amerika Serikat, Korea Selatan, Uni Emirat Arab, dan 120 negara lainnya.

Saat ini, tercatat hampir 3.000 merchant biller terkoneksi dengan Livin’ by Mandiri yang tersebar di seluruh Indonesia. Aplikasinya dilengkapi lebih dari 70 fitur baru atau dengan rata-rata dua hingga tiga fitur baru per bulan. Pencapaian tersebut diklaim tertinggi dibanding bank digital maupun konvensional lainnya di Indonesia.

Salah satu fitur yang populer, yaitu kehadiran pembayaran QRIS di lebih dari 21 juta merchant dengan pilihan sumber dana tabungan maupun kartu kredit melalui Livin’ by Mandiri.

Aplikasi ini juga dilengkapi dengan fitur-fitur finansial yang berguna untuk menunjak investasi nasabah, di antaranya Tabungan Rencana atau saving plan, Deposito, pembelian reksa dana, maupun surat berharga ritel (SBR). Di samping itu, juga dilengkapi dengan pembelian tiket pesawat dan gaya hidup lainnya melalui fitur Sukha.

Dipaparkan hingga Juni 2023, Livin’ by Mandiri telah diunduh lebih dari 28,4 juta kali, mengelola lebih dari 1,3 miliar transaksi atau naik 70% (yoy). Sementara, jumlah transaksinya mencapai Rp1.500 triliun, melesat 65% (yoy). Kenaikan ini selaras dengan kebutuhan akan solusi finansial lebih dari 19,3 juta pengguna aktif yang tersebar di Indonesia dan dunia.

“Kenaikan itu karena ada QRIS, beragam kemudahan, dan banyaknya fitur. Setiap bulan selalu ada perubahan atau penambahan fitur,” ujar Aquarius.

Perseroan berencana segera meluncurkan fitur paylater dengan tujuan memperluas ekosistem digital lending dan membantu pengelolaan arus kas nasabah. “Tujuannya, supaya masyarakat terhindari dari pinjol ilegal.” Tandasnya.

Traveloka Segera Tutup Layanan Pembayaran Tagihan

Traveloka tengah memangkas sejumlah layanan yang dianggap kurang menopang bisnis inti perusahaan. Layanan pembayaran tagihan dan top-up akan segera berhenti beroperasi pada Oktober 2023. Hal ini telah diinformasikan pada laman “My Bills” di aplikasi Traveloka.

Tidak hanya itu, produk investasi ‘Tabungan Emas Pegadaian di Traveloka’ yang sempat diluncurkan bekerja sama dengan PT Pegadaian juga sudah tidak lagi beroperasi. Informasi terkini di aplikasi, layanan ‘Gold’ di Traveloka kini sudah tidak tersedia, dan pengguna diarahkan untuk membuat akun langsung di Pegadaian.

Ketika pandemi Covid-19 melanda, salah satu industri yang paling terpukul adalah travel dan pariwisata. Ketika itu, bisnis Traveloka terbilang sedang berada di puncak kejayaan. Beberapa inisiatif baru digulirkan, termasuk fitur PayLater, serta optimalisasi layanan Xperience untuk mendukung kegiatan rekreasi penggunanya.

Namun, dampak pandemi semakin terasa dan hal ini mendorong perusahaan untuk melakukan sesuatu. Dalam usaha bertahan di situasi pandemi, Traveloka bertransformasi menjadi sebuah lifestyle superapp, dengan semangat agar perusahaan tetap relevan dengan kebutuhan gaya hidup masyarakat.

Sembari menanti industri perjalanan dan pariwisata pulih usai pandemi, Traveloka memutuskan untuk masuk ke layanan food delivery dengan TravelokaEats dan healthtech melalui produk asuransi. Perusahaan juga mengembangkan produk baru di unit bisnis keuangan, disusul dengan layanan online grocery lewat brand Traveloka Mart.

Pada akhirnya, tidak semua layanan ini bisa bertahan. September 2022, perusahaan mengambil langkah efisiensi bisnis yang berujung pada penutupan layanan pesan-antar makanan dan logistik ‘Traveloka Eats’ dan ‘Traveloka Send’. Penutupan ini menyusul layanan online grocery Traveloka Mart yang sudah tutup akhir Agustus 2022.

Pihaknya mengaku pemberhentian kedua layanan ini adalah bagian dari strategi bisnis dan prioritas perusahaan. Ketika itu, sektor perjalanan dan pariwisata disebut tengah bangkit dan Traveloka siap menyambut hal ini dengan fokus pada bisnis inti perusahaan.

Tren perjalanan diprediksi meningkat pada beberapa tahun ke depan. Menurut laporan e-Conomy SEA 2022, sektor perjalanan menunjukkan tren pemulihan yang bertahap dan akan mencapai pemulihan penuh pada 2023 dan 2024. Salah satu sektor yang paling berpengaruh adalah perjalanan domestik yang menunjukkan pemulihan lebih cepat.

Fokus ke bisnis inti

Di akhir tahun 2022 lalu, Traveloka meluncurkan tagline baru, “Life, Your Way”. Dengan tagline ini, Traveloka menegaskan komitmennya sebagai platform travel nomor satu di Asia Tenggara yang menghadirkan pengalaman konsumen dengan mengedepankan teknologi melalui beragam solusi layanan perjalanan.

Berdasarkan data internal Traveloka pada kuartal III/2022, terdapat peningkatan pemesanan hingga lima kali lipat untuk perjalanan destinasi internasional, dan lebih dari 30 persen peningkatan pemesanan pada perjalanan destinasi domestik. Selain itu, pemesanan tiket pesawat juga mengalami peningkatan hingga empat kali dibanding pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Dalam menyediakan ragam produk yang relevan dan memudahkan konsumen, Traveloka menerapkan tiga kunci utama, yakni solusi produk serta layanan yang menyeluruh, jaminan layanan berkualitas dan fitur-fitur terbaik untuk meningkatkan kenyamanan konsumen, serta best value deals yang menguntungkan bagi konsumen.

Beberapa layanan yang sudah tersedia dalam aplikasi, termasuk program loyalitas ‘Traveloka Points’ dan ‘Traveloka Priority’ yang menawarkan keuntungan eksklusif seperti diskon hotel dan prioritas layanan pelanggan.

Selain itu juga ada fitur ‘Reschedule+’ yang memungkinkan konsumen mengubah tidak hanya jadwal penerbangan, tetapi juga destinasi dan maskapai. Traveloka juga siap memperkuat posisinya di Asia Tenggara, termasuk Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina.

Dalam wawancara terakhir bersama DailySocial.id, CMO Traveloka Shirley Lesmana meyakini kemampuan dan kesiapan Traveloka untuk dapat terus beradaptasi guna merespon kebutuhan konsumen saat ini dan di masa depan.

“Dengan menjadi brand yang semakin berpusat pada konsumen, kami berharap Traveloka dapat menjadi inspirasi sekaligus platform travel pilihan konsumen dalam mewujudkan aspirasi, mengeksplorasi berbagai destinasi baru, serta menemukan hidden gems untuk lebih memaknai hidup.” Tutup Shirley.