Mantan Eksekutif Fave Dirikan First Move, VC untuk Startup Pra-Awal

Berangkat dari pengalaman kedua pendirinya sebagai entrepreneur, First Move resmi didirikan sebagau pemodal ventura yang akan turut berinvestasi ke startup Asia Tenggara. Didukung oleh 500 Global dan Consumer Tech Angel Syndicate, First Move menyediakan pendanaan pra-awal dengan tiket hingga $100 ribu dan mentoring untuk para pendiri startup.

Beri dukungan pendanaan dan mentoring

Joel Neoh (mantan pendiri Fave) dan Audra Pakalnyte, keduanya bukan orang baru di industri startup. Berkat pengalamannya, mereka mengklaim memahami tantangan menjadi seorang pendiri, sehingga selain berinvestasi juga ingin memberikan mentorship dan dukungan lainnya untuk menyukseskan founder startup tahap awal.

“Setelah memulai perjalanan sebagai pengusaha, saya merasa sangat terbantu dengan dukungan dari ekosistem startup. Sekarang, dengan First Move, kami berkomitmen untuk memberikan dukungan yang sama kepada para founder di Asia Tenggara, sehingga First Move mampu menjadi rekan pendukung dalam perjalanan mereka, khususnya pada tahap awal yang krusial,” kata Joel.

Selain menyediakan pendanaan langsung kepada startup tahap awal, First Move menganut pendekatan kolaboratif dengan bermitra bersama perusahaan modal ventura lainnya. Salah satu kolaborator dan pendukung awal inisiatif ini adalah 500 Global. Saat ini, First Move sendiri memiliki tujuh portofolio perusahaan yang tersebar di Indonesia, Singapura, dan Malaysia.

“Asia Tenggara adalah pusat inovasi teknologi konsumen yang dinamis, serta memiliki ekosistem dan infrastruktur yang siap untuk bertumbuh. Maka dari itu, First Move sangat senang dapat bermitra dengan berbagai pengusaha yang baru memulai perjalanan mereka untuk mendorong terciptanya perusahaan teknologi konsumen masa depan,” kata Audra.

Terkait dengan timeline pendanaan yang akan diberikan, disebutkan First Move bergerak cukup cepat dalam melakukan investasi dan penyaluran dana. Hal tersebut dilakukan karena mereka ingin memastikan para pendiri fokus pada operasional bisnis daripada menghabiskan berbulan-bulan dalam penggalangan dana. Penandatanganan persyaratan dan penyaluran modal dilakukan dalam waktu beberapa hari saja.

Kategori bisnis startup pilihan

Sebagai salah satu negara yang menjadi fokus, FirstMove mengklaim ingin menghadirkan solusi yang relevan melalui startup asal Indonesia. Bukan hanya di Jakarta saja, mereka  juga ingin mengatasi kebutuhan konsumen di luar wilayah metropolitan, karena pasar tersebut masih kurang dilayani oleh sebagian besar bisnis.

Adapun fokus vertikal yang dilirik di antaranya health tech, femtech, sustainability, dan inclusive fintech.

First Move juga telah mendirikan Consumer Tech Angel Syndicate, sebuah komunitas yang terdiri dari para pendiri dan eksekutif berpengalaman di bidang konsumen. Anggota Angel Syndicate, di antaranya pendiri dan eksekutif senior dari D2C, e-commerce, mobilitas, dan teknologi finansial di seluruh Asia Tenggara, akan berinvestasi bersama di berbagai kesepakatan First Move.

Selain itu, para pemimpin berpengalaman ini akan memberikan dukungan dan nasihat langsung kepada para perusahaan rintisan tahap awal.

“Kami melihat dari pengalaman para pendiri, ukuran pasar dan peluang untuk mengatasinya, ekonomi unit yang berkelanjutan, jalur menuju profitabilitas, dan strategi pemasaran.”

eFishery Umumkan Pendanaan Seri D Senilai 3 Triliun Rupiah

Startup akuakultur eFishery mengumumkan perolehan pendanaan seri D senilai $200 juta (sekitar 3 triliun Rupiah). Nominal yang diterima lebih besar dari pemberitaan sebelumnya pada Mei 2023. Pengumuman ini sekaligus mengonfirmasi status eFishery sebagai unicorn ke-15 dari Indonesia, karena disampaikan bahwa valuasinya sudah melebihi $1 miliar.

Perusahaan akan memanfaatkan dana segar ini untuk mengakselerasi targetnya dalam pengembangan komunitas pembudidayaan di Indonesia, serta meningkatkan transaksi pakan ikan dan ikan segar.

Putaran ini dipimpin oleh 42XFund, perusahaan manajemen investasi asal UAE, didukung oleh Kumpulan Wang Persaraan (Diperbadankan) (KAWP) yang merupakan perusahaan dana pensiun asal Malaysia, responsAbility Investments AG (Swiss), 500 Global, dan beberapa investor lainnya.

Investor awal seperti Northstar, Temasek, dan Softbank juga turut berpartisipasi dalam putaran pendanaan ini. Sementara itu, Goldman Saschs bertindak sebagai penasihat pendanaan secara eksklusif. Disebutkan investasi terbaru ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap ekosistem akuakultur terintegrasi yang dimiliki eFishery.

“Saat ini perikanan budidaya adalah sektor dengan pertumbuhan tercepat di industri perikanan global. Dukungan strategis yang kami terima dari para investor akan membantu eFishery merevolusi seluruh industri, melalui integrasi pembudidaya ikan dan petambak udang skala kecil dengan ekosistem eFishery yang mencakup seluruh value chain bisnis budidaya perikanan,” ucap Co-founder dan CEO eFishery Gibran Huzaifah dalam keterangan resmi, Jumat (7/7).

Ekosistem terintegrasi dari eFishery yang meliputi marketplace pakan ikan serta udang, platform penjualan produk ikan dan udang segar secara B2B, serta akses keuangan bagi pembudidaya ikan, telah mendukung lebih dari 70.000 pembudidaya ikan dan petambak udang di lebih dari 280 kota/kabupaten di seluruh Indonesia.

Berdasarkan riset terbaru dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI), sepanjang 2022 eFishery mampu menyumbang Rp3,4 triliun atau setara 1,55% terhadap PDB sektor akuakultur Indonesia.

Gibran juga mengatakan dana dalam putaran ini akan digunakan untuk pengembangan komunitas pembudidaya ikan serta petambak udang dari eFishery yang menargetkan lebih dari 1 juta kolam budidaya di Indonesia pada 2025. Juga, untuk meningkatkan transaksi pakan ikan dan produk akuakultur segar di platform.

Pengembangan komunitas petambak sejalan dengan upaya eFishery untuk meningkatkan ekspor produk udang dalam negeri yang bebas kimia dan antibiotik, serta dapat ditelusuri sepenuhnya (traceable) ke pasar internasional, sekaligus mendekatkan konsumen dan petambak.

Para investor yang berpartisipasi dalam putaran ini turut menyampaikan pernyataannya. Salah satunya adalah Principal 42XFund Iman Adiwibowo menuturkan kepercayaannya dengan visi eFishery dan ketertarikannya untuk menjadi mitra kunci yang memberikan nilai tambah dan berkontribusi bagi pertumbuhan perusahaan.

“Kami percaya bahwa eFishery dapat terus berkontribusi mewujudkan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, sekaligus berperan dalam melestarikan lingkungan di Indonesia, bahkan dunia,” kata Iman.

Didirikan di Bandung, Jawa Barat pada 2013, eFishery telah mendisrupsi industri akuakultur dengan menghadirkan solusi digital auto feeder berbasis Internet of Things (IoT) yang di desain untuk meningkatkan akuntabilitas, efisiensi, serta kenyamanan dari bisnis budidaya ikan.

Pendekatan teknologi eFishery yang berbasis data menggunakan sensor untuk mengukur pergerakan ikan dan akustik dari udang, mengoptimalkan pemberian makanan, serta kesehatan ikan dan kualitas air, sembari mengurangi limbah.

Selain eFishery sejumlah startup aquatech lain di Indonesia termasuk Fishlog, JALA, DELOS, dan FisTx. Mereka juga telah mendapatkan dukungan pendanaan dari pemodal untuk melancarkan penetrasi bisnisnya di industri perikanan/pertambakan di tanah air.

Application Information Will Show Up Here

Agung Bezharie Didapuk sebagai Partner Antler Indonesia

Startup builder sekaligus modal ventura tahap awal Antler mengumumkan penetapan Agung Bezharie sebagai Partner untuk Indonesia. Agung yang merupakan Co-Founder & CEO Warung Pintar ini akan memimpin strategi investasi Antler di Indonesia.

Pengumuman ini disampaikan pasca perusahaan mengumumkan rencananya untuk melanjutkan dukungan bagi startup dengan tujuan investasi di lebih dari 30 startup sepanjang tahun ini. Sejauh ini mereka telah berinvestasi ke 792 perusahaan yang tersebar di 25 kota di seluruh dunia dengan akumulasi nilai portofolio sebesar $3,7 miliar.

“Berbekal pengalaman terakhir saya sebagai startup founder, bekerja dengan para founder startup baru untuk berinovasi dan memberikan dampak yang positif pada Indonesia merupakan salah satu misi personal saya,” ujar Agung Bezharie dalam keterangan resmi, Rabu (6/7).

Agung melanjutkan, “Pendekatan investasi ‘day zero’ yang dilakukan Antler sangat sejalan dengan pandangan saya untuk dapat membantu startup founder di masa mendatang, sehingga dapat menciptakan inovasi yang lebih mutakhir di pasar. Saya berharap melalui pendekatan ini serta pengalaman saya sebelumnya, Antler Indonesia dapat memberi kontribusi positif dalam mendorong pertumbuhan.”

Sebagai catatan, Warung Pintar merupakan platform digital yang menghubungkan ritel mikro dengan pemasok (manufaktur, distributor, grosir) untuk mengatasi rantai pasokan ritel tradisional yang terfragmentasi di Indonesia. Pada 2022, Warung Pintar diakuisisi oleh SIRCLO Group.

Sebelum bergabung dengan Warung Pintar, Agung mendedikasikan waktunya untuk berkontribusi pada organisasi ternama, seperti East Ventures dan Global Entrepreneurship Program Indonesia. Di sana, ia berperan aktif dalam mendukung para founder dengan memberikan akses ke pengetahuan, tools, serta jaringan mitra sehingga mereka dapat mengembangkan perusahaannya pada lanskap bisnis Indonesia dan global yang kian kompetitif.

Co-founder & Managing Partner Asia Antler Jussi Salovaara menyampaikan, dirinya senang menyambut Agung ke dalam tim. Menurutnya, pengalaman Agung sebagai pendiri startup merupakan bukti kemampuannya untuk menavigasi lanskap kewirausahaan melalui pemahaman yang mendalam mengenai ekosistem startup, digabungkan dengan kecintaannya pada solusi berbasis teknologi, sangat selaras dengan misi Antler.

“Dengan tujuan mendukung lebih dari 30 startup luar biasa di Indonesia tahun ini, kami yakin wawasan kepemimpinan yang dimiliki Agung akan berperan penting dalam membantu para founder mewujudkan visi mereka,” ujar Salovaara.

Didirikan di Singapura pada 2018, Antler memiliki misi untuk memberi dampak baik pada dunia dengan berinvestasi pada para founder startup yang luar biasa dari seluruh dunia. Para founder startup dapat mengembangkan perusahaan mereka lebih cepat dengan program residensi dari Antler, dapat membangun tim, bergabung dengan komunitas global para founder, dan akses untuk pendanaan sehingga dapat bertumbuh lebih cepat.

Program residensi berikutnya di Indonesia akan dimulai pada Oktober 2023, yang akan berlangsung enam bulan dalam dua tahap. Tahap pertama akan berfokus mengenai membangun tim yang tepat, dengan co-founders yang memiliki keahlian yang saling melengkapi. Selama periode ini, Antler akan memberi akses pengetahuan dan ahli dari penjuru dunia untuk memungkinkan para founder startup memvalidasi ide bisnis dan membuktikan kecocokan produk dengan pasar yang ada.

Setelah tahap pertama yang akan berlangsung selama sepuluh minggu, tim terkuat akan dipilih untuk mendapatkan pendanaan dari pre-seed sampai seterusnya, serta berkembang di seluruh Indonesia dan Asia Tenggara.

Sejak dua tahun hadir di Indonesia, berdasarkan data di situsnya, Antler telah mendanai 25 startup, mayoritas berasal dari e-commerce, fintech, dan edutech serta menariknya seperempat dari startup tersebut dipimpin oleh pendiri perempuan.

Academix (edtech) Geekzwolf (web3) Refundway (fintech)
Akar (agritech) Habaku (SaaS) Secha (proptech)
Bling (e-commerce) Healthpro (healthtech) Sesama Care (healthtech)
Blink (fintech) Lister (edtech) Solutiv (fintech)
Car Clicks (e-commerce) Paireds (security) Teroka (e-commerce)
CareNow+ (healthtech) Pin’J (fintech) Truclimate (clean tech)
Eduku (edtech) Qalboo (healthtech) Ziwa (healthtech)
Envio (logistic) Rassa (e-commerce) Eten (SaaS)
Reach! Finance (fintech)

Dalam situs juga dipaparkan pendanaan untuk startup yang memiliki bisnis di Indonesia, namun tercatat di Antler Singapura. Beberapa namanya adalah Base (ritel), Brick (fintech), Cove (proptech), Sampingan (rebrand jadi Staffinc), dan Ituloh! (consumer tech).

Dorongan Pendiri Brick Berpindah Profesi dari Bidang Legal ke Teknologi Finansial

Berawal dari mengembangkan layanan pengelolaan data kesehatan finansial berbasis API (Application Programming Interface), Brick kini telah berkembang menjadi sebuah layanan treasury tool yang dapat digunakan untuk semua aspek bisnis.

Dalam kanal podcast bertajuk “Startup Simplified, a Ketitik Podcast”, Co-Founder & CEO Brick Gavin Tan mengungkap perjalanan kariernya dengan latar belakang pendidikan di bidang hukum, hingga akhirnya memutuskan terjun ke dunia fintech. 

Gavin mengakui punya ketertarikan kuat dengan angka dan hal-hal yang berbau finansial. Beranjak dewasa, ia mulai diharuskan fokus pada hal yang akan menjadi pilihan karirnya. Sempat mempertimbangkan beberapa hal, ia akhirnya memutuskan untuk fokus masuk ke jurusan hukum.

Setelah lulus kuliah, Gavin sempat menjalani karier sebagai pengacara yang fokus pada kasus kriminal, kepentingan publik, juga untuk pemerintahan Singapura selama sekitar dua tahun.

“Saya melihat yang dilakukan pengacara itu baik, memutuskan ini sebagai pilihan karier. Ilmu ini tidak hanya tentang berpikir logis, tetapi juga ada unsur humanity yang mengharuskan kita untuk bisa memproses banyak hal dalam waktu singkat,” jelasnya Gavin kepada Co-Founder & CEO KeTitik Bipin Mishra yang menjadi pembawa acara dalam podcast.

Lalu, di satu waktu ia kembali teringat masa kecilnya yang diisi oleh angka dan ketertarikan di industri finansial.

Ia berpikir keras dan akhirnya berbicara pada dirinya sendiri, “Jika aku terus menggeluti bidang hukum, maka akan sangat mudah untuk terjebak di sini.” Sementara cinta pertamanya masih pada financial markets, ia terus berpikir keras bagaimana bisa mengawinkan keduanya. Ketika itu, fintech belum jadi apa-apa, bahkan tidak dianggap pekerjaan.

Dari situ, ia mulai mengikuti komunitas terkait fintech, wealthtech, dan menghadiri berbagai acara. Sampai pada akhirnya ia menerima tawaran untuk bekerja pada sebuah perusahaan e-money asal Kuala Lumpur yang beroperasi di Myanmar. Ia mulai kembali membangun mimpinya di industri finansial bersama platform fintech Aspire.

Gavin menghabiskan 8 tahun terakhir untuk membantu mengembangkan platform fintech di Asia Tenggara. Di Aspire, timnya berhasil melakukan ekspansi ke tiga negara hanya dalam waktu 6 bulan. Ia melihat banyak tantangan ketika bekerja di Aspire, salah satu yang utama adalah infrastruktur yang masih kurang di pasar yang tengah berkembang.

“Hal ini sebenarnya yang menginspirasi saya untuk mengembangkan Brcik,” ungkapnya.

Mengembangkan Brick

Gavin belajar banyak hal dan mendapat mentor yang luar biasa selama di Aspire. Salah satu pelajaran terbaik yang ia dapatkan adalah “momentum is the lifeblood of startups“, bahwa momentum itu sangat penting. Ketika kamu sudah mengetahui arahnya, kamu harus bergerak, cepat.

Hal ini juga yang meyakinkan Gavin untuk memulai Brick. Ia mengaku bahwa motivasi awalnya adalah rasa takut akan melewatkan kesempatan yang baik. Sementara ia tidak merasa sebagai seorang pengusaha “by nature“, bahkan tidak pernah terpikir menjadi salah satunya. Namun ia bekerja di antara pemilik bisnis dan “got hit by entrepreneurship bug“.

Memulai bisnis sama sekali tidak mudah, ada banyak hal yang harus bisa dipersatukan. “Tidak cukup hanya dengan mendapatkan ide yang cemerlang, kamu juga harus mencintai ide itu. Dari situ, ide harus bisa dieksekusi menjadi bisnis yang profitable. Waktu juga sangat krusial. Ketika sudah banyak sekali kompetitor di pasar, akan lebih sulit melakukan penetrasi,” jelasnya.

Selain itu, ia juga mengaku bahwa memiliki co-founder dengan value yang sama adalah esensial. Ia bertemu dengan Deepak Malhotra yang juga Co-Founder dan CTO Brick ketika mereka dijadikan satu tim di Antler. Mereka berinteraksi secara sosial melalui akselerator ini dan menemukan bahwa keduanya memiliki ketertarikan yang kuat di satu subjek yang sama, fintech.

Mereka memulai Brick sebagai pengembang layanan pengelolaan data kesehatan finansial berbasis API (Application Programming Interface), kapabilitasnya memungkinkan pelaku fintech atau perusahaan teknologi untuk mendapatkan insight lebih dalam terkait kesehatan keuangan para penggunanya. Tujuannya untuk membawa aplikasi finansial yang lebih personal dan inklusif.

Ketika menginisiasi platform ini, Gavin sadar bahwa suatu saat mereka akan semakin berkembang dan masuk ke ranah money movement. Dengan klien yang kebanyakan datang dari industri fintech, bookeeping, maka semakin banyak permintaan akan layanan yang semakin menyeluruh. Dari situ, mereka akhirnya masuk ke ranah transaksi.

“Saat ini, aku memosisikan Brick sebagai treasury tool yang membantu para pemilik bisnis, juga divisi finansial untuk bisa meningkatkan fungsi finansial di perusaaan dengan pembayaran pintar, automasi pekerjaan, dan menentukan kesepakatan finansial secara cepat. Kami telah berkembang sangat pesat dari hanya sebuah platform open finance

Rencana ke depan

Belum genap tiga tahun beroperasi, Brick sudah mengumpulkan total pendanaan lebih dari $8 juta dalam 2 kali putaran pendanaan. Dalam perjalanannya, Gavin juga mengaku bahwa tidak mudah menjalani bisnis di tengah gempuran pandemi. Perusahaan sempat menganut nilai “grow at any cost“, namun pada akhirnya harus mulai bergeser menjadi “revenue oriented”.

Satu hal yang ia bangga adalah, sejauh ini perusahaan masih bisa mempertahankan healthy runway yang membuat mereka bisa dengan mudah melakukan pivot atau mengganti fokus. Sebagai perusahaan, bahkan di saat genting Brick masih bisa bertahan. Hal itu tidak terlepas dari orang-orang yang ada di dalam perusaaan.

“Sebagai founder, saya sendiri harus bisa mengelola pengeluaran dengan baik sembari memastikan bahwa kita tetap bisa melakukan eksperimen. Saya melihat di beberapa negara Eropa, iklim investasi sudah mulai membaik. Harapannya adalah hal itu akan terjadi di Indonesia,” ujarnya.

Terkait rencana ke depan, Gavin menegaskan bahwa saat ini mereka tengah fokus untuk bisa doubling down for being a treasury tool. Pergerakan uang sangat esensial, hal ini menyentuh seluruh aspek dalam bisnis.

“Yang kami lakukan sekarang adalah melihat celah use case yang besar dan masih belum bisa terselesaikan, lalu datang sebagai solusi. Harapannya, tidak hanya terkait dengan dunia pembayaran, tetapi juga dalam hal automasi,” jelasnya.

Untuk platform real-time financial data, Gavin juga mengungkapkan bahwa mereka telah span off menjadi Boiva, sistem autentikasi yang memudahkan konsumen untuk login tanpa proses onboarding yang panjang dan berulang.

“The vision for Brick from day one was always to make financial services to be more accessible, across SEA. Indonesia is just the first stop. We also plans to expand to the second and third markets in the next one to two years. However, right now we are still focusing on the Indonesian market before we get out to other markets,” tutup Gavin.

Disclosure: DailySocial.id merupakan print partner dari program “Startups Simplified, a Ketitik Podcast”

Alodokter Terima Investasi dari Marubeni Corporation, Akuisisi Platform Diary Bunda

Startup healthtech Alodokter mengumumkan perolehan investasi dengan nominal dirahasiakan dari Marubeni Corporation. Bersamaan dengan itu perusahaan juga mengakuisisi anak usaha dari investor tersebut, Diary Bunda, sebuah aplikasi pemantauan kehamilan.

Menurut keterangan resmi perusahaan yang disampaikan pada hari ini (05/7), akuisisi ini merupakan bagian langkah strategis Alodokter untuk mewujudkan misinya dalam memperkuat rangkaian layanan kesehatan, yang bertujuan meningkatkan pengalaman perawatan kesehatan digital bagi ibu dan calon ibu di seluruh Indonesia. Semua informasi penting serta layanan perawatan kesehatan yang mereka butuhkan tersaji dalam satu aplikasi.

“Diary Bunda terbukti telah memberikan pengalaman menyenangkan di masa kehamilan yang lengkap dengan basis pengguna yang besar, menjadikan Diary Bunda tambahan yang sempurna untuk portofolio perawatan kesehatan Alodokter,” ucap Co-founder dan President Director Alodokter Suci Arumsari.

Diterangkan lebih lanjut, Diary Bunda mendapat popularitas yang signifikan di kalangan ibu Indonesia, memberi mereka alat pemantauan kehamilan dan pertumbuhan bayi yang dipersonalisasi, termasuk konten edukasi dan forum-forum komunitas. Suci berharap akuisisi ini makin mengukuhkan posisi Alodokter sebagai pemimpin pasar dalam solusi kesehatan digital, khususnya kesehatan perempuan dan anak.

“Kami senang dapat melanjutkan kemitraan dengan Alodokter dan mendukung sepenuhnya komitmen mereka untuk meningkatkan akses layanan kesehatan di Indonesia. [..] Juga sangat antusias untuk melihat pertumbuhan dan inovasi lebih lanjut yang akan dibawa oleh akuisisi ini,” tambah General Manager of Healthcare & Medical Business Department Marubeni Kanao Shigenobu.

Suci menuturkan, ke depannya perusahaan berencana untuk sepenuhnya mengintegrasikan fitur dan layanan Alodokter ke aplikasi Diary Bunda, demi menciptakan pengalaman yang integral dan terpadu bagi penggunanya.

Sebagai bagian dari integrasi, Alodokter berupaya meningkatkan dan memperluas fitur yang telah tersedia di Diary Bunda, memastikan aplikasi tersebut tetap menjadi sumber yang andal dan komprehensif untuk komunitas para ibu Indonesia.

Aplikasi seputar keluarga

Para rivalnya, Klikdokter juga sebelumnya sudah merilis aplikasi serupa bernama Hallobumil, sebagai sistem informasi terpadu seputar kehamilan. Halodoc juga merilis Bidanku sebagai layanan on-demand pemenuhan kebutuhan perawat.

Platform media kesehatan theAsianParent juga memiliki aplikasi sejenis untuk pasar Indonesia, fokus pada layanan informasi seputar kehamilan dan bayi dengan segmen utama pengguna dari kalangan ibu-ibu muda.

Belakangan memang pemain startup yang berfokus pada parenting dan vertikal turunannya makin dilirik investor. Sebelumnya, ada aplikasi Tentang Anak yang didirikan oleh pasangan suami-istri Mesty Ariotedjo dan Garri Juanda. Aplikasi ini dikabarkan kantongi pendanaan tahap awal dari sejumlah investor, di antaranya SEA Surge Ventures, Insignia Ventures, dan beberapa nama angel investor: Mohammed Alabsi, Herman Widjaja, dan lainnya.

Fokus aplikasi ini menyediakan layanan holistik, berupa aktivitas stimulasi anak yang dipersonalisasi, menu nutrisi, pelacak pertumbuhan, konsultasi gratis, dan pelibatan orang tua dalam perkembangan anak, terutama bagi anak usia 0-5 tahun. Di samping itu, menyediakan kurasi informasi dari jaringan dokter anak, psikolog, pendidik anak, perencana keuangan, dan obygn.

Selain Tentang Anak, di vertikal lainnya, yakni e-commerce juga sudah dirambah oleh Sociolla yang menghadirkan sub-brand Lilla by Sociolla. Platform yang sudah hadir sejak 2020 ini menyediakan empat fitur utama, di antaranya Easy Shopping, Motherhood Tracker, Personalized Experienced, dan Learn from the Expert.

Application Information Will Show Up Here

Pasar Kendaraan Listrik Indonesia Ditaksir Capai Lebih dari Rp300 Triliun

AC Ventures dan Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik (AEML) baru saja merilis laporan bertajuk “Indonesia’s Electric Vehicle Outlook: Supercharging Tomorrow’s Mobility” yang mengulas berbagai topik kunci terkait kendaraan listrik, mulai dari pelaku industri, infrastruktur, produksi lokal, rantai pasok, hingga kebijakan dan regulasi.

Laporan ini menyoroti potensi kendaraan listrik di Indonesia dengan proyeksi nilai sebesar $20 miliar atau lebih dari Rp300 triliun secara keseluruhan yang didukung sejumlah faktor kunci, antara lain peningkatan permintaan konsumen, kebijakan pemerintah, dan perkembangan teknologi baru yang mendorong performa dan mengurangi biaya secara keseluruhan.

Per 2020, pemakaian kendaraan listrik di Indonesia baru mencapai 26.000 unit roda dua dan 7.600 unit roda empat. Pemakaian ini utamanya didorong dari kemitraan B2B dan pembelian langsung. Secara persentase, saat ini motor listrik tercatat baru menyumbang 0,2% dari total pasar sepeda motor di Indonesia. Persentase ini dapat meningkat hingga 10% dalam lima tahun mendatang apabila pemangku kepentingan publik dan swasta bekerja sama untuk mendorong kendaraan listrik lokal.

Ekosistem pendukung, seperti cell manufacturing and battery management system ditaksir mengantongi nilai pasar sebesar $3 miliar-$4,5 miliar hingga 2030. Sementara, auto R&D and manufacturing diproyeksi menembus $12,5 miliar-$15 miliar. Kendati begitu, sejumlah tantangan ikut menyelimuti pengembangan kendaraan listrik di tanah air, mulai dari mahalnya biaya produksi kendaraan dan komponen baterai hingga rantai pasok.

Pemangku kepentingan di Tanah Air telah mengeluarkan sejumlah kebijakan di sisi permintaan, suplai, hingga infrastruktur untuk memberikan subsidi financing/insentif ke manufaktur, pengembang infrastruktur, hingga pengguna.

Sumber: Indonesia’s Electric Vehicle Outlook: Supercharging Tomorrow’s Mobility

Sebagai perbandingan, penetrasi penggunaan kendaraan listrik roda dua di Vietnam sudah mencapai 9,7% di 2021. Ini tidak termasuk penggunaan sepeda listrik. Tiongkok dan negara-negara di Eropa mencatat penetrasi lebih besar, masing-masing 15% dan 16,1% untuk kendaraan listrik roda empat di 2021. Adapun, Tiongkok mendominasi penggunaan kendaraan listrik roda dua dengan 19,7%.

Tantangan, sentimen, dan ekosistem lokal

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membidik sebanyak 1,76 juta kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) dan 400 ribu unit untuk roda empat dapat mengaspal pada 2025. Dalam realisasinya, pemerintah tercekal sejumlah tantangan karena keterbatasan ekosistem untuk mendukung produksi, infrastruktur, hingga rantai pasok secara lokal.

Salah satunya adalah jaringan stasiun pengisian (charging station) dan penukaran baterai (BSS) pada kendaraan listrik. Per 2022, baru ada 439 high-powered general charging station yang terdapat di 328 titik lokasi dan 961 BSS di Indonesia.

Keterbatasan ini dikarenakan biaya investasi untuk membangun infrastruktur pengisian/penukaran baterai kendaraan listrik masih mahal. Tantangan lainnya adalah harga kendaraan listrik tidak murah, sedangkan opsi financing kendaraan listrik belum banyak. Di samping itu, spesifikasi yang terbatas juga belum dapat memenuhi kebutuhan pengendara.

Selain itu, minat terhadap kendaraan listrik juga dinilai belum tinggi. Berdasarkan survei terkait sentimen atau persepsi masyarakat terhadap kendaraan listrik, sebanyak 95% dan 84% responden masing-masing memiliki impresi positif pada aspek fuel efficiency dan biaya pemeliharaan yang rendah. Namun, impresi negatif terbesar tertuju pada aspek model kendaraan listrik (84%), infrastruktur pengisian baterai (81%), dan ukuran kendaraan listrik (79%).

“Banyak yang berminat switch ke kendaraan listrik karena merasa terlalu banyak menghabiskan biaya untuk bahan bakar. Namun, bagi kami, ini bukan hanya persoalan penghematan biaya, tetapi bagaimana mengembangkan produk yang punya kinerja yang sama dan dapat diandalkan seperti kendaraan yang sudah mereka miliki. Makanya, kami merancang produk dari pengalaman kami yang disesuaikan dengan pengguna Indonesia. Kami kembangkan kapabiitas R&D dengan tim yang kami miliki,” Founder dan CEO Maka Motors Raditya Wibowo saat sesi panel paparan laporan ini, Senin (3/7).

Lebih lanjut, laporan ini menyoroti inisiatif sektor pemerintahan dan swasta dalam mendukung ekosistem kendaraan listrik dalam negeri. Pemerintah mendirikan holding Indonesia Battery Corporation (IBC) untuk membangun industri baterai kendaraan listrik dari hulu ke hilir.

Di sektor swasta, raksasa manufaktur baterai kendaraan listrik Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) asal Tiongkok rencananya menggelontorkan investasi sebesar $5,6 miliar untuk mengembangkan bahan baku baterai kendaraan listrik di Indonesia.

Sumber: Indonesia’s Electric Vehicle Outlook: Supercharging Tomorrow’s Mobility

Dari sisi penggunaan, perusahaan teknologi besar, seperti Grab dan Gojek, ikut ambil bagian dengan memperkenalkan pemakaian kendaraan listrik melalui layanan ride-hailing dan logistik sebagai entry point mereka. Grab Indonesia mengoperasikan 14.000 armada motor listrik, sedangkan Lazada Logistics menggunakan kendaraan listrik yang diproduksi PT Smoot Motor Indonesia untuk keperluan logistik.

Berdasarkan data yang kami himpun, ekosistem kendaraan listrik dalam negeri saat ini diisi oleh berbagai startup produsen motor listrik maupun pengembang baterai yang melibatkan sejumlah pemangku kepentingan. Beberapa di antaranya adalah Alva One, Charged Indonesia, ION Mobility, hingga Swap Energi.

Sumber: Indonesia’s Electric Vehicle Outlook: Supercharging Tomorrow’s Mobility

Korporasi dan pemodal ventura juga ikut terlibat dengan mendirikan perusahaan patungan (joint venture/JV) untuk menggarap kendaraan listrik, di antaranya ada Electrum (GoTo dan PT TBS Energi Utama Tbk) dan Ilectra Motor Group (PT Indika Energy Tbk, Alpha JWC Ventures, dan Horizons Ventures.

Sementara, anak usaha BUMN, Pertamina NRE ikut menggelontorkan dana kelolaan sebesar Rp7,7 triliun pada tahun lalu. Dana kelolaan bernama Energy Fund ini disiapkan untuk investasi pada inovasi di sektor energi.

Startup Insurtech Futuready Tutup di Indonesia

Startup insurtech Futuready mengumumkan tutup operasional di Indonesia.

“Mohon maaf kami, PT Futuready Insurace Broker (FIB), sudah tidak beroperasi lagi,” dikutip dari situs resmi Futuready, diakses pada hari ini (4/7).

Perusahaan melanjutkan, “dari kami semua di FIB, terima kasih banyak telah memercayai kami selama ini. Adalah hal yang menyenangkan telah menyediakan produk asuransi bagi Anda secara online sejak 2016.”

Tidak disebutkan penyebab keputusan tersebut diambil.

Sebelumnya, induk Futuready, Aegon Group, menjual bisnisnya di Thailand pada November 2022 kepada perusahaan ekuitas swasta berbasis di Singapura, The Huntington Group. Di Thailand, sebelumnya menjalankan bisnis sebagai telemarketing sejak 2007, kemudian rebrand jadi Futuready Thailand yang menawarkan solusi asuransi yang berfokus pada konsumen melalui saluran afinitas dan mitra.

Di Indonesia, Aegon, mengempit 80% kepemilikan saham di Futuready. Aegon merupakan perusahaan asuransi jiwa dan manager aset yang berbasis di Den Haag, Belanda.

Saat pertama kali beroperasi di Indonesia pada 2016, Futuready memanfaatkan lisensi sebagai broker asuransi yang diperoleh dari OJK. Petinggi saat itu, Sendy, menyampaikan broker memiliki posisi yang unik karena dapat membantu nasabah dalam berasuransi. Broker melaksanakan tugasnya membantu nasabah menentukan pilihan produk asuransi terbaik dengan objektif dan transparan.

Tidak hanya konsultasi, perusahaan juga dapat memberikan jasa keperantaraan dalam penutupan asuransi serta penanganan penyelesaian klaimnya dengan bertindak atas nama dan demi kepentingan nasabah, bukan kepentingan perusahaan asuransi.

Setelah Sendy, posisi tertinggi Futuready Indonesia diisi oleh Keet Peng Onn sejak Agustus 2019. Onn sebelumnya menduduki beberapa posisi penting di Aegon Group.

Putar otak pasarkan asuransi

Di Indonesia, penetrasi masyarakat terhadap produk asuransi terbilang rendah. Data OJK menunjukkan, tingkat penetrasi asuransi di Indonesia pada 2021 mencapai 3,18% persen, yang terdiri dari penetrasi asuransi sosial (1,45%), asuransi jiwa (1,19%), asuransi umum (0,47%), dan sisanya asuransi wajib.

Sementara itu, kontribusi aset industri asuransi baru mencapai 5,8% terhadap PDB dengan penetrasi di bawah 4%. Padahal, untuk menjadi negara maju, kontribusi asuransi harus mencapai 20% dari PDB.

Founder & CEO PasarPolis Cleosent Randing merinci ada beberapa permasalahan mendasar yang ada dalam industri asuransi. Misalnya, inovasi yang tidak terlalu kencang, produk yang tidak terjangkau untuk masyarakat luas, hingga proses bisnis banyak yang masih manual. Dari sini, banyak sekali kesempatan digitalisasi yang dapat dilakukan oleh pemain insurtech.

Dengan kondisi tersebut, pendekatan PasarPolis adalah membangun digital engagement, menautkan asuransi sebagai bagian dari gaya hidup digital masyarakat Indonesia, dengan menghadirkan layanan embedded insurance.

“Seperti saat orang membeli barang di marketplace, asuransi berasa seperti udara [sesuatu yang mengiringi, dalam hal ini untuk perlindungan barang]. Jadi tujuannya mendatangkan asuransi ke kehidupan orang, bukan orang yang datang untuk mencari asuransi. Kemitraan ini adalah strategi terbaik untuk mengakses pelanggan,” jelas Cleo.

Co-Founder & COO Qoala Tommy Martin menambahkan, tiap kali ada inovasi yang mengubah perilaku masyarakat akan menimbulkan risiko baru. Kesempatan inilah yang bisa digarap perusahaan asuransi, sehingga produknya juga dituntut untuk terus berinovasi. Dunia asuransi itu sendiri dikenal sebagai industri yang kaku dengan proses kerja yang tidak sedinamis layanan insurtech.

“Asuransi harus menjadi lifestyle yang bukan dicari untuk satu tahun, tapi bisa dibeli beberapa kali dalam setahun. Makanya harus dikaitkan dengan lifestyle,” ujarnya.

Kedua perusahaan di atas juga mulai tancap gas memanfaatkan kanal distribusi yang paling banyak dicari konsumer, yakni keagenan. Fuse bahkan hanya memfokuskan diri di model bisnis ini saja.

Bisnis keagenan

Sebelumnya, Direktur Eksekutif AAJI Togar Pasaribu menyampaikan, bagi perusahaan asuransi jiwa, agen itu ibarat darah segar. Bila tidak melakukan rekrutmen, akan membahayakan perusahaan yang mengadopsi strategi agency. Namun, catatan ini hanya berlaku bagi perusahaan asuransi jiwa yang menggunakan agency sebagai kanal distribusinya.

Togar juga menegaskan model keagenan tidak bisa dipisahkan dari budaya masyarakat Indonesia hingga seluruh masyarakat memahami pentingnya proteksi asuransi jiwa bagi dia dan keluarganya. Sebab, produk asuransi sampai saat ini masih ‘dijual’, bukan ‘dibeli’.

Bisnis keagenan ini termasuk mahal dan memiliki turnover yang tinggi. Kendati begitu, perusahaan yang mengandalkan kanal ini tetap harus melakukan perekrutan agar tetap tumbuh dalam kondisi apapun. Togar menyebut ada rumusan umum dalam merekrut agen, yakni 10:3:1. Artinya, dari setiap 10 orang yang diundang, hanya tiga orang yang tertarik dan mengikuti pelatihan. Namun pada akhirnya hanya satu orang yang bersedia menjadi agen asuransi jiwa.

“Kalau dianalogikan, mie instan itu tinggal taruh di display, lalu orang datang membelinya. Produk asuransi jiwa enggak bisa begitu. Dia harus ditawarkan. Nah, inilah yang menyebabkan kenapa peranan tenaga pemasar asuransi jiwa menjadi penting,” katanya.

Setelah IPO, Akseleran Ingin Rambah Bisnis Sekuritas Hingga Bank

PT Akselerasi Usaha Indonesia Tbk (Grup Akseleran) segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham AKSL. Usai IPO, perseroan bersiap untuk mengembangkan bisnis ke sektor keuangan lainnya, mulai dari sekuritas, bank, hingga asuransi.

Grup CEO dan Co-founder Akseleran Ivan Nikolas Tambunan mengungkapkan, rencana masuk ke bisnis di luar nonpinjaman merupakan aspirasi perseroan untuk jangka panjang. Setidaknya sampai tiga tahun mendatang, perseroan tetap memfokuskan diri di bisnis pinjaman, yakni p2p lending dan multifinance.

Multifinance mau kita buat fully-integrated sampai 2026, setelah itu seiring skala bisnis meningkat kami mau lihat bisnis lain seputar jasa keuangan. Beberapa bisnis yang mungkin bisa ditambahkan, sekuritas karena kita ada basis investor ritel, consider juga kemudian hari masuk ke banking karena bisa ambil deposit untuk himpun dana sehingga cost of fund turun. Tapi kita mau fokus tiga tahun dulu sampai 2026 bangun bisnis multifinance dan lending-nya,” ujarnya saat paparan publik, kemarin (3/7).

Pengembangan bisnis ke jasa keuangan lainnya, di luar lending, sudah banyak ditempuh oleh berbagai perusahaan fintech, dalam hal ini kompetitor Akseleran itu sendiri. Ambil contoh, Modalku yang masuk ke Bank Index dan akuisisi perusahaan multifinance PT Buana Sejahtera Multidana, Investree yang mencaplok Bank Amar, KoinWorks dengan BPR Asri Cikupa, Kredivo dengan Bank Bisnis, Amartha dengan Bank Victoria Syariah, Alami dengan BPRS Cempaka Al Amin, dan lainnya.

Menurut Ivan, pada hakikatnya semua bisnis itu harus berevolusi agar tetap relevan dengan tren di industri. Bagi perusahaan yang masuk ke perbankan, biasanya ingin menekan ongkos sumber dana karena bisa menampung deposit dari masyarakat. Namun, Akseleran lebih memilih untuk cari segmen pasar dengan ticket size yang lebih besar.

“Kalau masuk bank harus step by step karena butuh modal besar. Sementara kami tipikalnya mau kontrol untuk create sinergi yang real, kalau minoritas enggak bisa drive.”

Rencana berikutnya

Perseroan mulai melirik masuk ke bisnis multifinance sudah sejak tahun lalu. PT Pratama Interdana Finance jadi pilihan karena perusahaan tersebut dianggap memiliki fundamental bisnis yang bagus. Rencana akuisisi ini diharapkan rampung pada Oktober 2023, sembari di-rebrand dan diintegrasikan dengan grup.

“Kita bisa dapat [perusahaan] multifinance yang sudah dicari dari tahun lalu, perusahaannya relatif bersih [utang], pricing oke, dan perhitungannya the earlier kita bisa integrasi, kesempatan yang terbuka lebih bagus.”

Harapannya pada 2024 mendatang bisnis teranyar ini dapat beroperasi penuh dan memberikan transformasi kinerja grup yang lebih substansial, tercermin dalam laporan keuangan setahun penuh yang paling lambat dipublikasikan pada Maret 2025.

Ivan menuturkan, akuisisi ini bakal menjadi game changer bagi perseroan dalam mendongkrak pendapatan. Dalam regulasi, dengan bisnis lending, maksimal penyaluran yang dapat disalurkan untuk peminjam sebesar Rp2 miliar. Sementara, perseroan yang menyasar peminjam dari bisnis skala menengah ini biasanya mencari pinjaman mulai dari Rp10 miliar sampai Rp15 miliar.

“Produknya sama, proses sama, cost structure sama, tapi revenue bisa naik 7 sampai 10 kali lipat. Dengan multifinance, bisa support ticket size lebih besar dan segmen yang disasar juga lebih luas,” tambahnya.

Tidak hanya kelebihan itu saja, perseroan melihat peningkatan prospek bisnis ini berpengaruh pada semakin murahnya sumber dana yang bisa didapat untuk disalurkan kembali ke peminjam. Lantaran, perusahaan multifinance sangat dimungkinkan untuk mencari sumber dana dari penerbitan surat hutang, tak hanya pinjaman dari bank saja.

Sebagai diferensiasi dengan pemain sejenis, nantinya bisnis multifinance ini juga akan menjalankan produk yang sama dengan bisnis lending Akseleran. Yakni, menawarkan produk pinjaman berbasis cashflow dengan underlying tagihan milik peminjam, seperti pinjaman invoice, purchase order financing, dan inventory financing.

Multifinance lain belum ada yang menawarkan produk ini, kebanyakan main di pembiayaan motor dan sejenisnya. Selama kita bangun expertise bangun produk lending berbasis cashflow, jadi expertise kami untuk akuisisi peminjam, penilaian, eksekusi, hingga pelunasannya, akan jadi nilai tambah yang ditawarkan Akseleran.”

Sejak kemarin hingga 18 Juli 2023 mendatang, Akseleran membuka masa penjatahan. Sebanyak 2,98 miliar lembar saham atau sebanyak-banyaknya 29% dari modal ditempatkan ditawarkan ke publik dengan harga penawaran Rp100-Rp120 per lembar. Perseroan berpeluang meraup dana sebesar Rp358 miliar dari aksi korporasi ini.

Agar saham dapat terserap dengan baik, perseroan menyiapkan sejumlah jurus. Tidak hanya memperkuat fundamental laporan keuangan, pemegang saham juga berkomitmen untuk melakukan lock up saham hingga tiga tahun selepas IPO. Co-founder Mikael Ramses Tambunan menuturkan, langkah ini ditempuh karena perusahaan ingin memberikan keyakinan kepada investor baru bahwa rencana IPO ini adalah komitmen jangka panjang.

“Menegaskan bahwa IPO ini bukan suatu kesempatan buat para existing shareholder untuk segera keluar sehingga ada lock up,” kata dia.

Application Information Will Show Up Here

Babak Baru DOKU, Gencarkan Solusi Keuangan untuk UMKM

Penyedia payment gateway DOKU resmi memperkenalkan solusi keuangan Juragan DOKU untuk mengakselerasi bisnis pelaku UMKM. Juragan DOKU juga menjadi penanda fokus baru perusahaan untuk mengejar pertumbuhan lanjutan pada tahun ini.

Dalam acara peluncurannya, CEO DOKU Chris Yeo mengatakan bahwa selama 16 tahun perusahaan fokus melayani segmen korporasi. Ia menyebut, segmen UMKM adalah bagian dari transformasi bisnis DOKU dari payment gateway menjadi perusahaan teknologi pembayaran.

Di sepanjang 2022, DOKU mengklaim telah memproses 145 juta transaksi dengan volume transaksi tumbuh 80% dibandingkan tahun sebelumnya. DOKU telah bermitra dengan 150.000 merchant payment gateway dari 18 kategori bisnis dan lebih dari 5 juta pengguna e-wallet.

“DOKU selalu memposisikan diri [sebagai] beyond payment. Kami senang kalian semua telah mendukung DOKU dan menjadi bagian dari babak baru DOKU selanjutnya,” tutur Chris di Jakarta, Senin (3/7).

Juragan DOKU merupakan solusi berbasis aplikasi yang menawarkan cara terima pembayaran bagi pelaku usaha di media sosial atau social seller. Aplikasinya telah tersedia untuk perangkat Android dan iOS. Pihaknya menyebut  sudah ada 10.000 UMKM bergabung dengan Juragan DOKU.

Juragan DOKU memungkinkan pelaku UMKM untuk mengelola transaksi keuangan baik melalui pembayaran online maupun offline secara langsung dengan sejumlah fitur, antara lain payment link, E-Katalog, QRIS, hingga instant checkout. Pihaknya juga memberikan program pendampingan kepada mitra UMKM.

Kehadiran Juragan DOKU ditargetkan dapat memperluas basis pelanggan social seller dengan ragam ketersediaan metode pembayaran, tidak hanya mendorong jumlah transaksi sukses saja.

Dalam wawancara dengan DailySocial.id baru-baru ini, Chris mengungkap bahwa social seller menjadi target pertumbuhan perusahaan selanjutnya. Menurutnya, kebutuhan terhadap layanan keuangan untuk UMKM masih sangat besar, terutama mereka yang berjualan di lebih dari satu platform media sosial.

Selain ruang pertumbuhan besar, perluasan pasar juga menjadi bagian dari upaya DOKU untuk memperkuat posisinya sebagai pemimpin payment gateway di Indonesia maupun kawasan Asia Tenggara.

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM tahun lalu, baru 26,5% dari total 65 juta UMKM di Indonesia yang telah terhubung ke ekosistem digital. Pemerintah tengah menggenjot digitalisasi UMKM sejalan dengan meningkatnya penetrasi belanja online.

Tren social commerce juga cukup diminati oleh masyarakat Indonesia. Pasalnya, sebanyak 55% pengguna internet di Indonesia menghabiskan rata-rata pengeluaran hingga $100 untuk belanja di platform social commerce berdasarkan laporan Cube Asia di 2022.

JULO Rilis Fitur Akses Kilat untuk Transaksi Kredit Digital

Startup fintech lending JULO resmi memperkenalkan fitur bertransaksi sekali klik “KliKilat” pada layanan Kredit Digital. Fitur ini memungkinkan nasabah untuk meningkatkan pengalaman transaksi menjadi lebih cepat dan praktis tanpa memasukkan informasi berulang kali.

KliKilat dapat digunakan saat proses transaksi di mana nasabah dapat mengakses transaksi favoritnya dari halaman utama. Dengan fitur ini, nasabah tidak perlu lagi menginput besaran nilai hingga periode tenor pinjaman karena informasi kredensialnya sudah tersimpan. Nasabah tinggal menginput PIN, persetujuan pada surat perjanjian, dan ringkasan tagihan.

Disampaikan dalam keterangan resminya, Chief Technology Officer JULO Manoj Awasthi mengatakan bahwa KliKilat memprioritaskan faktor keamanan nasabah dari risiko transaksi tidak berizin lewat identifikasi PIN dan persetujuan surat perjanjian.

“Jika limit kredit tidak mencukupi, nasabah dapat menyesuaikan jumlah transaksi dengan mudah sehingga mereka tetap memiliki kontrol atas pengeluaran mereka dan terhindar dari penggunaan melebihi limit yang tersedia,” ungkap Awasthi.

Sebagai informasi, Kredit Digital diluncurkan pada 2021 untuk memperluas fungsional plafon pinjaman sehingga dapat dipakai untuk berbagai jenis transaksi. Awalnya, plafon pinjaman JULO hanya berlaku untuk pinjaman tunai yang ditransfer ke rekening peminjam.

Fungsi ini kemudian diperpanjang untuk seluruh layanan tunai dan nontunai JULO, mulai dari tarik dana, kirim dana, top up dompet digital, pembayaran e-commerce dan tagihan, hingga biaya pendidikan.

Dikutip dari situs resminya, total akumulasi pinjaman yang telah disalurkan JULO sejak didirikan adalah sebesar Rp9,87 triliun dengan total peminjam sebanyak 1,4 juta dan 1 juta peminjam aktif. Total pinjaman outstanding tercatat sebesar Rp1,06 triliun. JULO mengklaim 70% penggunaan kreditnya digunakan untuk keperluan produktif.

Pasar paylater

Paylater adalah salah satu layanan keuangan yang banyak digunakan masyarakat Indonesia. Kemudahan pengajuan hingga keterjangkauan di berbagai merchant online menjadi salah satu faktor tingginya penggunaan layanan ini. 

Berdasarkan laporan Kredivo dan Katadata Insight Center (KIC), paylater menjadi stimulus daya beli masyarakat dalam berbelanja online dengan persentase 16,2%, mengungguli metode transfer bank (10,2%) di urutan keempat. Urutan teratas diisi oleh e-wallet (46,8%) dan tunai/cod (22,6%). 

Laporan ini juga menemukan adanya konsistensi peningkatan transaksi di kota tier 2 dan tier sejak 2020. Ini menandakan daya beli masyarakat di kawasan ini mulai tumbuh dan penetrasi e-commerce ke daerah semakin meluas pasca-pandemi.

Selain JULO, sejumlah platform paylater yang lekat dengan layanan e-commerce adalah Shopee Paylater, Kredivo, Akulaku, hingga Atome. Adapula GoPay Later yang banyak digunakan untuk layanan on-demand, seperti transportasi dan pemesanan makanan.

Meski tak sedominan platform paylater di ekosistem e-commerce, JULO juga memungkinkan pinjaman tunai, bersaing dengan platform sejenis, seperti Kredivo, Akulaku, Indodana, hingga Kredit Pintar.

JULO juga baru-baru ini memperluas pangsanya ke fasilitas student loan terlepas beberapa pemain menyetop layanannya, yakni KoinPintar dan Pintek. Kini menyisakan Danacita, CICIL, Danadidik, dan Edufund yang menyediakan pinjaman pendidikan.

Application Information Will Show Up Here