Tempuh Efisiensi Bisnis, Shipper Rumahkan 65 Karyawan

Startup agregator logistik Shipper mengambil jalur efisiensi dengan merumahkan 65 orang atau mewakili 8% dari total karyawannya. Menurut perusahaan, keputusan ini diambil untuk mempersiapkan diri menghadapi ketidakpastian makro ekonomi di masa mendatang.

Tidak disebutkan divisi mana saja yang terdampak dari langkah ini. Dalam surat yang beredar, keputusan PHK ini diambil pada 8 Desember 2022.

Co-Founder dan CEO Shipper Phil Opamuratawongse menyampaikan keputusan yang berat ini merupakan bagian dari rencana optimalisasi perusahaan setelah mengkaji proses bisnis Shipper secara menyeluruh dan seiring antisipasi lebih lanjut terhadap ketidakpastian kondisi ekonomi makro di tahun mendatang.

“Hari ini, 8 Desember 2022, dengan berat hati, kami dengan menyesal mengumumkan bahwa Shipper harus berpisah dengan 65 anggota timnya yang berharga atau 8% dari total jumlah karyawan,” ucap Opamuratawongse dalam keterangannya.

Ia melanjutkan, perusahaan telah melewati pertumbuhan yang luar biasa selama beberapa tahun terakhir dan berharap untuk melanjutkan momentum ini. Namun, saat membuat rencana dan mengkaji bisnis secara menyeluruh, ternyata manajemen perlu mengambil keputusan untuk membantu perusahaan lebih gesit dan mempercepat pertumbuhan berkelanjutan ke depannya.

Karyawan yang terkena dampak akan menerima paket kompensasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di samping itu, perusahaan akan memperpanjang masa berlaku asuransi kesehatan, menawarkan program outplacement, dan memberikan dukungan untuk membantu karyawan mendapatkan peluang baru.

Opamuratawongse menutup, meski keputusan ini diambil, perusahaan tetap memfokuskan diri untuk mempercepat transformasi digital UKM dan mendukung ekosistem ekonomi digital di Indonesia melalui solusi supply chain yang terintegrasi.

“Kami tetap optimistis terhadap peluang pertumbuhan e-commerce di Indonesia dan posisi kami di sektor logistik. Kami percaya, dengan terus bekerja secara efisien, dukungan proses logistik yang transparan dan efisien akan semakin diperlukan untuk mendukung pertumbuhan tersebut. Kami akan keluar dari tantangan ekonomi global ini dengan lebih tangguh dari sebelumnya,” tutupnya.

Pada April 2021, Shipper mengantongi pendanaan seri B sebesar $63 juta dari DST Global Partners dan Sequoia Capital India dengan partisipasi investor sebelumnya, meliputi Prosus Ventures, Floodgate, Lightspeed, Insignia Ventures, AC Ventures, dan Y Combinator.

Dana besar tersebut seolah bertolak belakang dengan kabar PHK yang harus ditempuh Shipper. Mengingat selama pandemi, industri e-commerce beserta ekosistem pendukungnya tumbuh subur karena tingginya permintaan.

Mengutip laporan e-Conomy SEA 2022, sektor e-commerce terus menjadi kontributor utama ekonomi digital di Indonesia. Nilai GMV-nya diperkirakan mencapai $59 miliar pada 2022. Meskipun aktivitas belanja offline kini mulai kembali bergairah, sektor e-commerce menyumbang 77% dari keseluruhan ekonomi digital. Hingga 2025, sektor e-commerce Indonesia diproyeksikan tumbuh dengan CAGR 17% dan nilai GMV mencapai $95 miliar.

Lima tahun Shipper

Pada Oktober 2022 kemarin, Shipper merayakan usianya yang kelima. Kini perusahaan tidak hanya sekadar agregator logistik, tapi juga sebagai penyedia jasa pergudangan digital. Diklaim, perusahaan telah membantu lebih dari 35.000 penjual online dan ratusan perusahaan berskala besar dari berbagai industri.

Inovasi teknologi agregator logistik pihak ketiga (3PL) yang dikembangkan Shipper disebutkan telah membantu UMKM menghemat hingga 20% biaya pengiriman dengan mengoptimalkan pengelolaan pesanan dan rute pengiriman, serta mengemasnya bersama pesanan yang akan dikirim ke tujuan sama.

Dengan demikian, biaya logistik antarpulau bisa ditekan. Efisiensi ini tentu dibutuhkan dalam membantu pencapaian target pemerintah untuk menurunkan biaya logistik terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 17% pada 2024.

Efisiensi biaya lainnya yang dilakukan Shipper adalah mendekatkan lokasi barang pelaku usaha ke lokasi pasarnya melalui pengelolaan lebih dari 300 gudang pintar yang tersebar di 35 kota di seluruh Indonesia dengan total 500.000 meter persegi. Enam gudang di antaranya dengan total 10.000 meter persegi berlokasi di Medan, Palembang, Tangerang, Semarang, Surabaya, dan Makassar dapat memfasilitasi pelaku industri yang memiliki produk untuk disimpan dan didistribusikan sesuai dengan standar halal.

Lebih lanjut, perusahaan menghadirkan aplikasi Atoor sebagai layanan Omnichannel Management System (OCMS). Platform ini memudahkan pelaku usaha mengatur aktivitas penjualan di marketplace secara terintegrasi, mulai dari pengaturan informasi produk dengan mengganti deskripsi produk, merevisi harga produk, mengunggah foto produk, pengaturan pesanan, hingga pengelolaan stok inventor dalam satu platform.

Sejak diluncurkan pada Januari 2022, Atoor telah menghubungkan lebih dari 1.500 toko online dan membantu ratusan penjual menghemat lebih banyak waktu dan sumber daya, sehingga mereka dapat fokus dalam penjualan dan pengembangan bisnis.

Dalam hal pemberdayaan UMKM, Shipper turut membantu para UMKM memasarkan produknya melalui program ShipFest, solusi bagi UMKM untuk dapat memaksimalkan tren penjualan terkini melalui live selling. Konsep live selling kini sedang digemari karena memberikan kesempatan kepada pelaku usaha skala besar hingga kecil untuk berinteraksi langsung dengan pembeli dan pembeli pun dapat langsung melihat barang yang dijual.

Dengan cara ini, produk UMKM yang baru dapat bersaing dengan produk yang sudah ada di pasaran, baik luar maupun dalam negeri. Shipper juga memaksimalkan brand awareness dan brand positioning UMKM dengan melakukan promosi melalui digital ads berkolaborasi bersama Key Opinion Leader (KOL) ternama di Indonesia.

Privy Realisasikan Ekspansi ke Australia Pasca-Putaran Seri C

Startup penyedia layanan tanda tangan digital dan identitas digital Privy mengungkapkan akan ekspansi ke Australia. Negara ini adalah tujuan pertama perusahaan pasca-perolehan putaran seri C sebesar $48 juta yang diumumkan pada November 2022.

Kabar ini diumumkan langsung oleh Co-Founder dan CEO Privy Marshall Pribadi dalam unggahan di laman LinkedIn-nya. “Thanks IA-CEPA ECP Katalis for supporting Privy’s expansion to Australia. Looking forward to working together with you guys!,” tulisnya, kemarin (13/12).

Dihubungi terpisah oleh DailySocial.id, Marshall tidak merespons seluruh pertanyaan yang dikirimkan hingga berita ini diturunkan.

Ekspansi ini disebut terealisasi berkat kerja sama Privy dengan IA-CEPA ECP Katalis (Katalis). Katalis adalah program kerja sama ekonomi bilateral yang mendukung perdagangan dan investasi yang kuat, berkelanjutan, dan inklusif antara Indonesia dan Australia. Program ini didirikan berdasarkan perjanjian perdagangan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) yang berlaku sejak 5 Juli 2020.

Katalis bekerja sama dengan pelaku bisnis dan pemerintah untuk mengimplementasikan IA-CEPA, melengkapi kegiatan pembangunan Australia yang ada, menghadirkan pendekatan yang berorientasi komersial, bilateral, dan gender serta inklusif secara sosial untuk semua yang dilakukan.

Pembentukan IA-CEPA memiliki beberapa latar belakang. Indonesia dan Australia merupakan mitra perdagangan yang strategis sehingga dibentuknya IA-CEPA dapat menciptakan kerangka kerja bagi Australia dan Indonesia untuk membuka potensi besar kemitraan ekonomi bilateral, mendorong kerja sama ekonomi antara bisnis, komunitas, dan individu.

Rencana ini sebelumnya sudah disebutkan oleh Marshall saat memperoleh pendanaan seri C yang diumumkan pada November 2022. Ia menyampaikan dengan dukungan dan pengalaman global KKR & Co Inc.,, dikombinasikan dengan dukungan investor MDI Ventures, GGV Capital, dan TMI yang memainkan peran penting dalam mencapai kesuksesan perusahaan sejauh ini.

“Privy berada di posisi tepat untuk berinovasi lebih jauh dengan penawaran dan kemampuan lebih kuat, serta membangun fondasi yang kuat untuk ekspansi ke luar negeri,” ucapnya.

Pernyataannya didukung oleh Louis Casey sebagai Growth Technology Lead KKR di Asia Tenggara. Dia bilang, “Privy telah membangun platform terdepan di industri yang menggabungkan fitur-fitur utama, desain yang ramah pengguna, serta infrastruktur yang aman dan kuat. Kami ingin memanfaatkan jaringan global dan keahlian operasional KKR untuk membawa Privy ke tingkat pertumbuhan berikutnya dan memperluas kepemimpinannya dalam kepercayaan digital bagi individu dan perusahaan di Indonesia dan sekitarnya.”

Perkembangan Privy

Didirikan pada 2016, Privy menawarkan berbagai layanan termasuk identitas digital, tanda tangan digital, verifikasi digital, dan produk dan layanan manajemen dokumen di berbagai sektor termasuk layanan keuangan, kesehatan, dan pendidikan.

Dalam perkembangannya di 2018, Privy menjadi lembaga non-pemerintah pertama yang mendapatkan lisensi sebagai Otoritas Sertifikat (CA) dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia. Setahun kemudian, menjadi penyedia layanan e-KYC pertama yang terdaftar di OJK.

Diklaim, saat ini Privy adalah pemimpin pasar dengan lebih dari 30 juta pengguna terverifikasi dan 1.800 konsumen perusahaan pada produk tanda tangan digital, verifikasi digital, dan langganannya, serta memproses lebih dari 40 juta tanda tangan digital per tahun.

Menurut laporan Statista, pasar solusi identitas digital secara global diproyeksikan tumbuh dari $23,3 miliar pada 2020 menjadi $49,5 miliar pada 2026. Pertumbuhan pasar yang sangat cepat ini didorong oleh meningkatnya kasus penipuan identitas, pelanggaran data, dan peraturan pemerintah baru.

Investree Galang Pendanaan Seri D Dipimpin JTA Holdings, Segera Ekspansi ke Qatar

Startup fintech lending Investree mengumumkan pendanaan Seri D yang dipimpin oleh JTA International Holdings, perusahaan investasi berbasis di Qatar. Putaran ini masih berlangsung dan ditargetkan dapat rampung pada Januari 2023 mendatang.

Pengumuman ini sekaligus menandai debut perdana JTA International Holdings untuk startup fintech di Indonesia. Tidak disebutkan target dana yang diincar Investree dalam penggalangan ini. Perusahaan terakhir kali mengumumkan pendanaan seri C sebesar $24 juta dari BRI Ventures, MUFG Innovation Partners pada April 2020.

Dalam acara yang digelar Investree pada hari ini (14/12), Co-founder dan CEO Investree Adrian A Gunadi mengungkapkan ada banyak rencana strategis yang bakal dilakukan perusahaan bersama dengan lead investornya kali ini. Salah satunya, ekspansi ke Qatar dengan membentuk perusahaan patungan. Produk lending tersebut nantinya difokuskan pada pembiayaan supply chain untuk UMKM.

Menurut dia, UMKM di Qatar punya masalah yang sama seperti di Asia Tenggara, yakni sulit mendapat akses kredit dari lembaga keuangan resmi. “Pendanaan ini sangat signifikan mempertebal modal Investree untuk merealisasikan ekspansi bisnis ke depannya. Potensi bisnis financing ini tidak hanya besar di ASEAN, tapi juga Middle East Asia karena UMKM di sana juga punya tantangan yang sama,” ucap dia.

Selama ini dari sisi hubungan bilateral antar negara, diskusi yang berada di level antar pemerintah (G2G) sudah banyak dilakukan, namun kesepakatan investasi untuk Investree menandai pertama kalinya perusahaan investasi Qatar mendanai startup digital lokal.

“Diskusi sebenarnya sudah berjalan sekitar tujuh bulan lalu. Kami juga sudah bertemu langsung dengan JTA di Qatar. Mereka menunjukkan komitmen yang serius dalam mendukung potensi industri finance dan banking di Indonesia.”

Sebelumnya, Investree sudah hadir di dua negara di Asia Tenggara, yakni Filipina dan Thailand sejak 2021. Di kedua negara tersebut, perusahaan membentuk perusahaan patungan dengan mitra lokal dan memproses lisensi dari otoritas terkait sebelum beroperasi penuh.

Di Thailand, Investree menghadirkan dua produk, yaitu Bullet Payment Security dan Installment Payment Security. Keduanya punya kesamaan dengan Invoice Financing dan Working Capital Term Loan yang ditawarkan di Indonesia dan Filipina. Perusahaan menawarkan nilai tambah bagi UMKM untuk produk tersebut, di antaranya model credit scoring yang modern, pendanaan cepat, dan ketentuan dan biaya yang transparan.

Lebih dari sekadar fintech lending

Memasuki tahun ke-7, Investree kini tidak hanya sekadar menjadi perusahaan fintech lending, telah menjadi sebuah grup usaha. Baru-baru ini perusahaan memperkenalkan Sahabat Bisnis dan AIForesee untuk perkuat penilaian kredit (credit scoring) dalam mendukung penyaluran pinjaman bagi UMKM.

AIForesee dan Sahabat Bisnis berada di bawah naungan Investree Singapore Pte Ltd yang memiliki fokus berbeda dengan induk usaha.

AIForesee menyediakan platform penilaian kredit alternatif untuk mendukung penyaluran pinjaman produktif ke UMKM. Platform hadir untuk mendorong pelaku UMKM memahami skor kredit mereka sebelum mengajukan pinjaman ke lembaga jasa keuangan, termasuk platform pembiayaan. Layanan ini sudah tercatat di OJK sebagai penyelenggara Inovasi Keuangan Figital (IKD).

Platform ini menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan data alternatif yang dimiliki oleh ekosistem. Beberapa variabel yang dinilai, antara lain kesehatan finansial yang dapat diproyeksikan dari rata-rata pendapatan dan keseluruhan omzet, perilaku pembayaran yang diindikasikan dan perilaku ketepatan pembayaran tagihan, serta hubungan bisnis dengan pelanggan, jumlah supplier, dan tren media sosial.

Sementara, Sahabat Bisnis (SABI) merupakan platform lending-as-a-service (LaaS) yang menyediakan akses pinjaman terintegrasi ke Usaha Mikro dan Kecil (UMK). SABI ingin menjembatani ekosistem UMK yang membutuhkan dukungan modal dengan lembaga pembiayaan.

SABI juga memfasilitasi business health check untuk memeriksa ‘kesehatan’ bisnis pelaku UMK dan penilaian kredit. Kolaborasinya dengan AIForesee dalam ekosistem Investree Grup menjadi bentuk penguatan inisiatif dalam memberikan solusi bisnis terpadu bagi UMKM.

Adapun dari bisnis utamanya sebagai fintech lending, dipaparkan hingga Oktober 2022, Investree berhasil membukukan catatan total fasilitas pinjaman Rp15,6 triliun dan nilai pinjaman tersalurkan Rp12,14 triliun dengan rata-rata tingkat imbal hasil rata-rata 16.3% per tahun.

Adapun portofolio pinjaman ini ada yang datang dari sektor kreatif dengan persentase Rp1,29 triliun. Pertumbuhan di sektor ini disebutkan cukup menjanjikan, bila diakumulasi dari 2015, total angka pinjaman tersalurkan mencapai Rp1,63 triliun untuk 327 peminjam. Bidang usahanya bermacam-macam, mulai dari agensi periklanan dan digital, rumah produksi, konsultan kreatif, mode, hingga makanan dan minuman.

Application Information Will Show Up Here

Eratani Memperoleh Pendanaan Awal 57 Miliar Rupiah

Startup agritech Eratani memperoleh pendanaan tahap awal (seed funding)  $3,8 juta atau setara 57 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin perusahaan investasi asal Singapura, TNB Aura, dan diikuti partisipasi dari AgFunder, B.I.G Ventures, serta investor pra-awal mereka, yakni Trihill Capital.

Founding Partner dari TNB Aura Vicknesh R. Pillay menilai banyak tantangan di lingkup rantai pasok pertanian nasional. “Namun, kami meyakini Eratani punya pendekatan farmers-centric dalam meningkatkan ketahanan pangan berkelanjutan di Indonesia,” tuturnya dalam keterangan resmi.

Sebelumnya, Eratani menerima pendanaan pra-awal sebesar Rp23 miliar yang dipimpin Trihill Capital, serta partisipasi dari Kenangan Kapital dan Kopital Network. Pendanaan tersebut dimanfaatkan untuk mendampingi lebih dari 10.000 petani binaan di Pulau Jawa dengan total sebesar 8.000 hektar lahan padi dan telah berkontribusi lebih dari 52.000 ton beras dalam kurun satu tahun.

Eratani didirikan Andrew Soeherman (CEO), Kevin Juan Tanggo Laksono (COO), dan Angles Gani (CPO) pada Juni 2021. Misinya adalah memberikan pendampingan menyeluruh kepada petani Indonesia dengan memfasilitasi akses pada modal usaha dan membangun ekosistem dari hulu (upstream) hingga ke hilir (downstream).

Adapun, program pendampingan ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas para petani binaan Eratani dari awal hingga akhir proses tanam. Pendampingan ini meliputi pengecekan pH tanah, perawatan tanaman, cara menghadapi serangan hama, penyediaan sarana produksi pertanian yang berkualitas, hingga penyaluran hasil panen dengan harga yang terstandardisasi.

Rencana selanjutnya

“Putaran kali ini akan membuat kami semakin kuat dan gencar untuk mengembangkan Eratani melalui kontribusi kami secara langsung dalam memaksimalkan potensi pertanian di Indonesia,” Co-Founder & CEO Eratani Andrew Soeherman.

Eratani akan menyempurnakan program pendampingan untuk memaksimalkan produktivitas petani, ekspansi ke wilayah binaan baru, digitalisasi proses pertanian, serta pengembangan SDM dan teknologi. Pihaknya memproyeksikan dapat menggandeng hingga 50.000 petani binaan pada akhir 2024.

Selain itu, Eratani juga akan memaksimalkan kerja sama yang dimiliki bersama dengan Kementerian Pertanian Indonesia dan BULOG Indonesia untuk mengembangkan ekosistem pertanian di Indonesia dan mengawali misi swasembada pangan di Indonesia.

Dalam wawancara terdahulu dengan DailySocial.id, Andrew mengungkap ada dua isu utama yang dihadapi oleh sektor pertanian, yakni (1) 98% proses dari hulu ke hilir belum terdigitalisasi dan (2) 93% petani masih melakukan kegiatan usaha sendiri dan tidak terorganisir.

Berdasarkan riset McKinsey sebelumnya, sebanyak 50%-70% hasil panen di Indonesia tidak pernah sampai ke pasar. McKinsey memperkirakan produktivitas petani di Indonesia harus naik 60% jika ingin memenuhi kebutuhan pangan sebanyak 280 juta jiwa. Itu pun bisa terealisasi apabila petani mampu meningkatkan hasil panen, mengurangi kerugian pasca-panen, hingga dapat mendistribusikannya ke kota besar.

Application Information Will Show Up Here

Beratnya Persaingan Bisnis E-commerce di Indonesia, JD.id Rumahkan 200 Pegawai

JD.id, melakukan layoff kepada 30% pegawai mereka atau sekitar 200 karyawan. Kepada DailySocial.id perwakilan perusahaan menyampaikan, langkah adaptasi perlu diambil  untuk menjawab tantangan perubahan bisnis yang  cepat belakangan ini.

Pada bulan Juni 2022 lalu, JD.id juga telah merumahkan puluhan pegawai mereka. Pihak perusahaan mengatakan, hal ini disebabkan karena restrukturisasi SDM perusahaan yang dilakukan untuk menjaga daya saing.

Sebelumnya juga tersiar kabar terkait kurang bagusnya performa bisnis JD.id. Mengutip DealStreetAsia, JD memiliki rencana exit dari Indonesia dan Thailand pada Q1 2023 mendatang — pihak perusahaan belum memberikan konfirmasi resmi terkait rumor ini. Persaingan yang sangat ketat di Asia Tenggara dengan pemain e-commerce lainnya, menjadi salah satu alasan mengapa JD akhirnya memutuskan untuk keluar dari pasar tersebut.

Selanjutnya JD.id juga berkomitmen untuk terus memberikan dukungan kepada karyawan  terdampak dengan tetap memberikan manfaat asuransi serta memberikan dukungan berupa talent promoting, serta hak-hak lain yang sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.

Dari pantauan kami, saat ini masih ada beberapa pegawai yang masih bekerja dan menunggu kabar dan kejelasan posisi mereka ke depannya terkait dengan keputusan PHK.

Terapkan konsep O2O

Resmi meluncur di Indonesia tahun 2016 lalu, PT Jingdong Indonesia Pertama (JD.id), anak perusahaan e-commerce patungan dari JD.com (Tiongkok) telah melancarkan berbagai langkah strategis untuk menargetkan pengguna di Indonesia. Mulai dari mendirikan gudang, pop up store, hingga virtual store.

Tahun 2020 lalu JD.id juga telah memiliki valuasi perusahaan sudah melebihi $1 miliar dan menyandang status unicorn. Sebelumnya pada tahun 2019, Selain mengumumkan secara resmi perolehan fase pertama pendanaan seri F, Gojek turut mengumumkan kelanjutan kemitraan strategis bersama JD.com di Indonesia. Disebutkan realisasi kerja sama tersebut dalam bentuk joint venture pada JD.id dan J-Express (JX).

JD.id juga telah memiliki dua gerai flagship untuk elektronik (Electronic Store) dan minimarket (JD HUB) yang tersebar di Jabodetabek. Untuk JD.id Electronic Store ada lima gerai yang sudah beroperasi, dengan yang lokasi terbaru di AEON Mall Sentul City, Bogor. Sementara JD HUB, kini sudah hadir di tiga lokasi, dengan lokasi teranyar di The Elements Apartment Kuningan, Jakarta.

Head of Offline Business JD.id Evyette Tung menjelaskan, masuknya JD.id ke gerai offline mengombinasikan strategi O2O yang ditujukan untuk meningkatkan penjualan bisnis offline melalui kehadiran platform online, serta meningkatkan lalu lintas bisnis offline melalui konversi ke titik pick-up platform online.

Application Information Will Show Up Here

Halodoc Persiapkan Ekspansi Regional

Startup healthtech Halodoc mengungkapkan rencana ekspansi regional. Thailand, Vietnam, dan Malaysia adalah negara tetangga yang dibidik perusahaan karena dinilai punya kesamaan masalah seperti Indonesia.

Mengutip dari wawancara CEO Halodoc Jonathan Sudharta di Nikkei Asia, ia menyebutkan bahwa perusahaan selalu memiliki mimpi untuk menyederhanakan akses kesehatan. “Kami tidak pernah menyebut itu hanya untuk Indonesia,” jelasnya.

Jonathan tidak merinci detail mengenai jadwal ekspansi perusahaannya tersebut. Baik Thailand, Vietnam, dan Malaysia, memiliki masalah yang sama dengan Indonesia, salah satunya adalah kemacetan lalu lintas. Setelah ekspansi regional, Jonathan berniat untuk bergerak ke luar wilayah tersebut.

Ia beralasan, biasanya Indonesia mengimpor solusi dari luar negeri, tetapi sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, memiliki begitu banyak masalah perawatan kesehatan yang berbeda sehingga perusahaan seperti Halodoc dapat menyelesaikan masalah di Indonesia. Ia pun meyakini bahwa solusinya dapat diekspor ke tempat-tempat, seperti AS, Eropa, Jepang, dan Singapura.

Saat dihubungi terpisah oleh DailySocial.id, Jonathan tidak merespons seluruh pertanyaan hingga berita ini diturunkan.

Kompetitor terdekatnya, Alodokter sudah melebarkan sayap ke Thailand sejak 2016 dengan brand PobPad. Sama seperti Alodokter, PobPad juga memberikan informasi seputar kesehatan berbahasa Thailand yang mudah dicerna oleh siapa saja. Namun, solusi PobPad tidak sekomprehensif Alodokter yang menyediakan telekonsultasi, belanja obat, dan buat janji konsultasi dengan dokter dan/atau mencari rumah sakit pilihan.

Fokus solusi preventif

Dalam perjalanan Halodoc sejak 2016, perusahaan aktif menyediakan berbagai solusi kesehatan yang sifatnya kuratif, kini masuk ke solusi-solusi yang berfokus pada preventif. Hal ini bisa ditemukan di dalam aplikasi Halodoc, di antaranya, Risiko Diabetes, Risiko Jantung, Kalender Menstruasi dan Kehamilan, Kalkulator BMI, Pengingat Waktu Minum Obat, Donasi, Cek Stres, Tes Depresi, dan masih banyak lagi.

Halodoc punya empat fitur utama, yaitu Toko Kesehatan, layanan untuk membantu pengguna membeli suplemen, vitamin, dan obat-obatan dengan resep dokter secara cepat, aman & nyaman di lebih dari 4.000 apotek rekanan; Chat Dokter yang memungkinkan pasien untuk berinteraksi dengan lebih dari 20.000 dokter berpengalaman dan terpercaya melalui chat, video call, atau voice call.

Selanjutnya, Janji Temu Dokter yang memungkinkan pengguna untuk membuat janji temu dengan dokter di 2.000 rumah sakit rekanan; dan, Layanan Medis & Lab untuk memesan berabgai layanan tes dan vaksinasi COVID-19 dengan metode walk in atau drive thru.

Di luar itu, perusahaan juga melakukan misi sosial dengan merilis aplikasi Bidanku yang diperuntukkan secara gratis buat para bidan di daerah terpencil. Bidanku menjadi perpanjangan tangan Halodoc untuk masuk ke daerah terpencil, populasi bidan di Indonesia yang populasi sekitar 240 ribu orang.

Investree Memperkenalkan “AIForesee” dan “Sahabat Bisnis”

Menandai tujuh tahun berdiri, Investree Group memperkenalkan Sahabat Bisnis dan AIForesee untuk memperkuat penilaian kredit (credit scoring) dalam mendukung penyaluran pinjaman bagi pelaku UMKM.

AIForesee dan Sahabat Bisnis berada di bawah naungan Investree Singapore Pte Ltd yang memiliki fokus berbeda dengan induk usaha. AIForesee menyediakan platform penilaian kredit alternatif untuk mendukung penyaluran pinjaman produktif ke UMKM.

Platform ini ingin mendorong pelaku UMKM untuk memahami skor kredit mereka sebelum mengajukan pinjaman ke lembaga jasa keuangan, termasuk platform pembiayaan. Layanan ini sudah tercatat di OJK sebagai penyelenggara Inovasi Keuangan Figital (IKD).

AIForesee menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan data alternatif yang dimiliki oleh ekosistem. Beberapa variabel yang dinilai, antara lain kesehatan finansial yang dapat diproyeksikan dari rerata pendapatan dan keseluruhan omset, perilaku pembayaran yang diindikasikan dan perilaku ketepatan pembayaran tagihan, serta hubungan bisnis dengan pelanggan, jumlah supplier, dan tren media sosial.

Sementara, Sahabat Bisnis (SABI) merupakan platform lending-as-a-service (LaaS) yang menyediakan akses pinjaman terintegrasi ke Usaha Mikro dan Kecil (UMK). SABI ingin menjembatani ekosistem UMK yang membutuhkan dukungan modal dengan lembaga pembiayaan.

SABI juga memfasilitasi business health check untuk memeriksa ‘kesehatan’ bisnis pelaku UMK dan penilaian kredit. Kolaborasinya dengan AIForesee dalam ekosistem Investree Grup menjadi bentuk penguatan inisiatif dalam memberikan solusi bisnis terpadu bagi UMKM.

Co-founder sekaligus CEO Investree Indonesia dan Investree Group Adrian Gunadi meyakini pertumbuhan tidak akan terjadi tanpa adanya kolaborasi. Ini salah satu yang menjadi fokus utama perusahaan sejak awal berdiri melalui penguatan kolaborasi dengan berbagai ekosistem agar lebih berdampak terhadap pelaku UMKM.

Selain lending, perusahaan juga membangun, berinvestasi langsung, atau membuat perusahaan patungan bersama mitra yang ahli di bidangnya. Beberapa hasil kolaborasi Investree, termasuk e-procurement (Mbiz, Garuda Financial, dan Pengadaan.com), e-invoicing (billtree), payment (OY!), serta paylater B2B (Andalin).

Perjalanan Investree

Dalam kesempatan ini, perusahaan turut memaparkan pertumbuhan bisnis yang positif terkait penyaluran pinjaman kepada pelaku UMKM kreatif di Indonesia. Chief Sales Officer Investree Salman Baharuddin menyebut mayoritas peminjam datang dari sektor kreatif, di mana pinjaman yang telah disalurkan di 2022 sebesar Rp1,290 triliun.

“Sejak 2015 sampai sekarang, total angka pinjaman tersalurkan di sektor ini sebanyak Rp1,636 triliun kepada 327 peminjam. Bidang usahanya bermacam-macam, mulai dari agensi periklanan dan digital, rumah produksi, konsultan kreatif, mode, hingga makanan-minuman”, tambahnya.

Hingga Oktober 2022, Investree berhasil membukukan catatan total fasilitas pinjaman Rp15,6 triliun dan nilai pinjaman tersalurkan Rp12,14 triliun dengan rata-rata tingkat imbal hasil +16.3 p.a. dan rata-rata TKB90: 97,3%.

Presiden Joko Widodo menargetkan ekonomi digital daat berkontribusi sebesar 18% dari total PDB pada 2030. Untuk mencapai target ini, sektor layanan keuangan digital atau fintech memainkan peranan integral dalam menjembatani berbagai kebutuhan pembayaran dan pendanaan masyarakat dan usaha.

Melalui Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK), OJK menargetkan tingkat inklusi keuangan Indonesia pada 2024 sebesar 90% dari 76,19% di 2022. Artinya, masih banyak ruang bagi para pemerintah, pelaku di sektor fintech, dan pemangku kepentingan lain untuk mendorong edukasi bagi masyarakat di Indonesia.

Untuk mendukung pencapaian target-target tersebut, edukasi untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan pun harus segera digenjot. Dalam rangka konteks bulan fintech nasional, Investree juga akan menyelenggarakan kembali konferensi tahunan “Investree Conference 2022 (i-Con 2022): Empowering the Grow7h of Creative Industry through Fintech & Digital Ecosystem” pada 14 Desember 2022.

Investree akan membahas lebih dalam upaya fintech lending terhadap kebangkitan industri kreatif yang telah menjadi penyumbang angka signifikan pada portofolio penyaluran pinjaman Investree sejak awal berdiri. Selain itu, turut dibahas strategi pivot pasca pandemi oleh industri hiburan dan solusi perbankan digital bagi kemajuan sektor ini.

Pertahankan Bisnis, Glints Lakukan PHK Pegawai dan Potong Gaji Para Pendiri

Dalam pernyataan yang dirilis, Co-founder & CEO Glints Oswald Yeo mengungkapkan, perusahaan telah melakukan layoff kepada sejumlah pegawai mereka. Dilansir dari TechinAsia ada sekitar 18% yang terkena layoff dari sekitar 1100 pegawai. Artinya ada sekitar 198 pegawai yang terkena PHK,

Oswald menegaskan dirinya serta jajaran manjemen lainnya seperti Ying Cong, Yong Jie, dan Steve Sutanto bertanggung jawab atas keputusan yang diambil oleh perusahaan.

“Keputusan ini sangat sulit bagi perusahaan yang misinya adalah membantu orang mewujudkan potensi mereka secara penuh. Kami memahami bahwa akan lebih sulit lagi bagi mereka yang terkena dampak.”

Dengan alasan  mempertahankan bisnis, Glints memutuskan untuk melakukan langkah-langkah penghematan biaya di seluruh bisnis. Ini termasuk membekukan perekrutan, mengurangi tunjangan dan pengeluaran, serta melakukan pemotongan gaji sukarela untuk tim manajemen, termasuk para pendiri.

Oswald juga menambahkan, dalam waktu 6 bulan terakhir pasar banyak mengalami perubahan. Banyak bisnis yang mengalami kesulitan dengan ketidakpastian yang terjadi. Tercatat konsumen lebih sedikit melakukan pembelian, dan bisnis yang melayani konsumen ini juga terpengaruh.

“Seperti yang dapat Anda bayangkan, hal ini berdampak langsung pada bisnis kami dan menyebabkan perlambatan pertumbuhan bisnis kami secara keseluruhan dalam jangka pendek.”

Ditambahkan olehnya, ke depannya perusahaan tidak bisa memprediksi seperti apa pertumbuhan pasar, apakah akan makin melambat dan bagaimana efeknya kepada perusahaan. Di sisi lain perusahaan juga melihat akan semakin sedikit jumlah perekrutan di beberapa perusahaan secara global dalam beberapa waktu ke depan.

Untuk pegawai yang terkena PHK akan diberikan tunjangan disesuaikan dengan peraturan yang berlaku di masing-masing negara. Misalnya, di Indonesia, seorang pegawai dengan masa kerja 15 bulan akan menerima gaji sekitar 3,5 bulan.

Bagi mereka yang telah bekerja dengan kurang dari satu tahun, akan diberikan gaji setidaknya 2 bulan dan membulatkan selisihnya bila diperlukan.

DailySocial.id mencoba untuk mendapatkan informasi tambahan dari pihak Glints Indonesia, namun mereka enggan untuk memberikan informasi lebih lanjut berapa jumlah pegawai di Indonesia yang terdampak dan apa rencana Glints Indonesia ke depannya pasca PHK pegawai mereka.

Pencapaian positif perusahaan

Didirikan di Singapura pada tahun 2015, Glints saat ini telah memberdayakan lebih dari 6 juta talenta dan membantu 50 ribu perusahaan. Saat ini mereka telah beroperasi di 6 negara, termasuk Indonesia, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, dan Taiwan.

Perusahaan juga telah merampungkan pendanaan Seri D senilai $50 juta atau setara 742 miliar Rupiah. DCM Ventures, Lavender Hill Capital, dan investor sebelumnya PERSOL Holdings memimpin putaran investasi ini. Sejumlah investor juga mendukung pendanaan ini, di antaranya Endeavor Catalyst dan investor sebelumnya termasuk Monk’s Hill Ventures, Fresco Capital dan Binny Bansal, salah satu pendiri Flipkart.

Secara terpisah Co-Founder & Country Manager Glints Steve Sutanto mengatakan, di Indonesia basis pertumbuhan pemberi kerja mencapai 4x yoy. Saat ini Glints telah bekerja sama dengan sejumlah perusahaan seperti IKEA, Kawan Lama Group, BCA Digital, dan lainnya. Di sisi talenta aktif di platform, Glints juga melihat peningkatan 2x yoy dengan total 2,3 juta profesional muda terdaftar.

“Kami ingin terus mengembangkan basis pemberi kerja dan talenta di Indonesia. Untuk para profesional, kami terus berinovasi dan menyediakan alat dan sumber daya saat mereka tumbuh dalam karier mereka. Ini termasuk perluasan mentor, kursus peningkatan keterampilan, dan anggota komunitas,” imbuh Steve.

Application Information Will Show Up Here

Paper.id Dikabarkan Mendapat Pendanaan Seri B Dipimpin Go-Ventures

Paper.id dikabarkan telah merampungkan penggalangan dana lanjutan di putaran seri B. Menurut data yang telah disubmisi ke regulator, putaran ini dipimpin oleh Go-Ventures dan didukung sejumlah investor seperti BM Capital, Skystar Capital, PT Kaya Alam Internasional, Living Lab Ventures, dan Redbadge Pacific.

Investasi yang diperoleh diperkirakan sekitar $12 juta atau sekitar 187 miliar Rupiah. Kami sudah mencoba melakukan konfirmasi ke tim terkait untuk meminta pernyataan.

Pertengahan tahun lalu perusahaan sempat memberikan informasi kepada DailySocial.id bahwa mereka tengah melakukan penggalangan dana Seri B. Co-Founder & CEO Paper.id Jeremy Limman menyebutkan, saat itu perusahaan dalam proses finalisasi dan rencananya dana segar tersebut digunakan untuk mendukung perkembangan produk yang sudah terbukti berkembang pesat selama pandemi ini.

Pendanaan terakhir yang diterima oleh Paper.id adalah tahun 2019 lalu untuk tahapan seri A dari perusahaan fintech Modalku dan Golden Gate Ventures. Awal tahun 2018 mereka juga telah mengantongi pendanaan awal dari Golden Gate Ventures.

Perluas layanan dan kemitraan

Sejak awal pandemi Paper.id mengklaim jumlah pengguna telah berkembang hampir 3x lipat dari sebelumnya. Jumlah invoice yang telah diproses pun mencapai level tertinggi hingga Rp9 triliun lebih, angka tersebut diklaim naik 2x lipat dari periode yang sama di tahun lalu. ​

Saat ini Paper.id memiliki 300 ribu pengguna dan tersebar di lebih dari 300 kota dan kabupaten di Indonesia.

Didirikan pada akhir 2016, Paper.id dapat diintegrasikan dengan sistem ERP perusahaan besar lewat API atau menjadi solusi end-to-end bagi UMKM sehingga menghubungkan dan mendigitalisasikan seluruh proses supply chain.

Paper.id menyediakan berbagai fitur untuk mendukung digitalisasi invoice, pembayaran bisnis dengan berbagai metode salah satunya dengan kartu kredit, penagihan dan pencatatan bisnis dalam satu platform dengan model freemium.

Perusahaan juga telah meluncurkan produk paylater atau Buy Now, Pay Later (BNPL) B2B. Bagi buyer, mereka bisa mendapatkan manfaat berupa perpanjangan tempo. Supplier juga bisa merasakan manfaat lainnya dari produk ini melalui fitur baru bernama “Get Paid Faster”.

Application Information Will Show Up Here

Sayurbox PHK 5% Karyawan untuk Fokus pada Keberlanjutan Bisnis

Sayurbox, salah satu startup online grocery yang mengalami pertumbuhan signifikan selama pandemi, mengumumkan layoff terhadap 5% karyawannya. Dilansir dari IDN Times, Pemutusan Hubungan Karyawan (PHK) ini dilakukan untuk mempertahankan keberlanjutan bisnis perusahaan.

“Keputusan sulit ini tidak dapat dihindari supaya perusahaan lebih agile dan mampu menjaga tingkat pertumbuhan sehingga terus memberikan dampak positif bagi para konsumen, mitra pengemudi, ribuan petani, dan produsen lokal yang bekerjas ama dengan kami, dan supaya bisnis bisa sustainable dalam jangka panjang,” ujar Co-Founder & CEO Sayurbox Amanda Susanti.

Sayurbox akan memberikan paket kompensasi bagi karyawan yang terdampak PHK sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Pihaknya juga akan memberikan program pendampingan agar karyawan yang terkena PHK bisa mendapat kesempatan mencari pekerjaan baru.

Salah satunya adalah memberikan akses ke perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan. Sayurbox membuka akses ke Sayur Alumni Support di mana karyawan terdampak dapat menaruh CV mereka yang nantinya akan didistribusikan ke investor, partner, dan recruitment agency.

Sayurbox sebelumnya mengatakan telah mengalami pertumbuhan eksponensial melalui penambahan produk, ekspansi cakupan wilayah dari Jabodetabek ke Surabaya dan Bali, serta membangun jaringan gudang mikro untuk layanan cepat (quick commerce) Sayurbox dan SayurKilat.

Investasi Sayurbox

Dalam dua tahun terakhir, Sayurbox telah banyak memperoleh pendanaan dari berbagai investor. Pada April 2021, Sayurbox menerima pendanaan seri B dipimpin oleh Astra Digital, bagian dari Astra International. Didukung sejumlah investor seperti Syngenta Group Ventures, Global Brain Corporation, Ondine Capital, Strategic Year Holdings Ltd., dan beberapa nama lainnya.

Kemudian, Sayurbox kembali menandatangani perjanjian investasi dengan PT Metrodata Electronics Tbk (IDX: MTDL) pada September 2021. Metrodata akan memberikan pendanaan senilai $500 ribu atau Rp7 miliar yang merupakan investasi pendahuluan pada tahap Bridge Round di Sayurbox. Melalui perjanjian ini, perusahaan dalam kurun waktu tertentu akan mendapat kepemilikan saham Sayurbox sesuai persentase saham didasarkan pada perhitungan yang diatur.

Pada awal 2022, Sayurbox mengumumkan telah mendapatkan pendanaan seri C senilai $120 juta atau setara Rp1,7 triliun. Putaran investasi ini dipimpin oleh Northstar dan Alpha JWC Ventures, dengan partisipasi dari International Finance Corporation (IFC). Investor sebelumnya turut terlibat, di antaranya Astra, Syngenta Group Ventures, Global Brain, dan beberapa investor lainnya.

Pendanaan seri C didapat kurang dari setahun setelah pendanaan Seri B senilai $15 juta yang dipimpin oleh Astra. Perolehan ini disebut mengokohkan Sayurbox di jajaran centaur lokal dengan estimasi valuasi $200 juta-$400 juta saat itu.

Jatuh-bangun online grocery

Layanan online grocery telah menjadi salah satu sektor yang diuntungkan dari pandemi COVID-19. Selama masa pembatasan sosial, layanan online grocery banyak dimanfaatkan konsumen untuk membeli kebutuhan sehari-sehari.

Namun, popularitas online grocery tampaknya mulai menurun sejalan dengan kembalinya aktivitas masyarakat ke luar rumah sejak tahun lalu. Banyak konsumen yang kembali berbelanja normal di toko fisik atau pasar tradisional alih-alih tetap memanfaatkan online grocery.

Di sepanjang 2022, DailySocial mencatat sejumlah pemain yang menawarkan online grocery atau quick commerce terpaksa menyerah dan harus menghentikan operasionalnya. Beberapa di antaranya adalah Brambang yang kini beralih menjadi online marketplace untuk elektronik, layanan Traveloka Mart milik Traveloka, dan Bananas.

Sebelumnya, HappyFresh juga telah melakukan PHK kepada pegawainya. Hal tersebut terpaksa dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan restrukturisasi bisnis guna menyusun strategi bisnis berkelanjutan.

Adapun, Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) mengungkap bahwa kontribusi penjualan dari transaksi online baru mencapai 5%-6% dari total penjualan di sektor ritel di 2021. Memperlihatkan bahwa sektor niche seperti online grocery atau quick commerce masih sangat kecil, terlebih operasionalnya banyak berpusat di kota-kota besar.

Mereka juga harus bersaing dengan pemain yang didukung dengan ekosistem supply chain dan infrastruktur logistik yang kuat dalam memenuhi permintaan, seperti GoMart (GoTo), AlloFresh (CT Corp), dan Blibli Mart (Blibli). Belum lagi ketatnya persaingan pada harga.

Application Information Will Show Up Here