Startup HR-Tech “Venteny” Segera IPO, Incar Dana Segar 422 Miliar Rupiah

Startup HR-tech Venteny akan meramaikan pasar modal dengan mencatatkan diri di Bursa Efek Indonesia pada 14 Desember mendatang dengan ticket VTNY. Venteny melepas 939,78 juta lembar saham atau 15% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.

Menurut prospektus perseroan, harga yang ditawarkan kepada masyarakat sekitar Rp350 hingga Rp450 per saham, sehingga dana segar yang diperoleh sebanyak-banyaknya dari aksi korporasi ini adalah Rp422,9 miliar.

Perseroan merinci penggunaan dana IPO, yakni sebesar 42% atau Rp177,62 miliar akan digunakan untuk pinjaman kepada entitas anak PT Venteny Matahari Indonesia. Setelah dana dikembalikan, sebanyak 30% di antaranya digunakan untuk pengembangan aplikasi super Venteny yang bergerak pada solusi manajemen SDM, termasuk penguatan IT, produk, ekspansi bisnis di luar pulau Jawa.

Lalu, sisanya akan digunakan untuk modal kerja, termasuk perkuat tim, dan strategi pemasaran sehingga bisa mendorong aktivitas penguatan awareness brand Venteny.

Perseroan juga mengadakan program employee stock allocation (ESA) dengan jumlah sebanyak-banyaknya 1 juta saham atau 0,11% dari saham yang ditawarkan pada saat penawaran perdana saham untuk program ESA saham kepada karyawan. Juga menyetujui pelaksaaan program Management and Employee Stock Option Plan (MESOP) dengan jumlah sebanyak-banyaknya 532,5 juta saham atau 7,38% dari modal ditempatkan dan disetor setelah Penawaran Umum Perdana Saham, pelaksaaan ESA, dan MESOP.

BRI Danareksa Sekuritas, Surya Fajar Sekuritas, dan Mirae Asset Sekuritas Indonesia ditunjuk perseroan sebagai penjamin pelaksana emisi efek dalam aksi korporasi ini.

Masa penawaran awal dimulai pada hari ini sampai 29 November mendatang. Sementara untuk perkiraan tanggal pencatatan di BEI pada 14 Desember 2022.

Masih dari sumber yang sama, per Juni 2022, Venteny mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar Rp29,2 miliar atau naik 71% secara year-on-year. Beban pokoknya tercatat sebesar RP18,22 miliar, naik 196%, sementara untuk laba komprehensif tahun berjalan tercatat sebesar Rp4,92 miliar, naik drastis hingga 2.005%. Kenaikan ini sejalan dengan pendapatan netto dan peningkatan penghasilan komprehensif lain atas selisih kurs.

Adapun untuk aset perseroan mencapai Rp354,52 miliar, meningkat 47% secara year-to-date dan liabilitasnya juga naik menjadi Rp273,89 miliar meningkat 31%.

Perkembangan Venteny

Venteny sendiri adalah startup HR-tech yang menyediakan teknologi untuk memenuhi kebutuhan karyawan melalui peningkatan employee happiness dan employee engagement. Pertama kali diperkenalkan di pasar Filipina pada 2015, melalui kantor operasional VENTENY Inc., layanan ini secara resmi beroperasi di Indonesia pada 2019 dan mendirikan kantor pusatnya di sini.

Venteny membangun ekosistem employee superapp melalui kerja sama dengan pihak ketiga untuk menyelenggarakan beberapa layanannya, seperti Program Teknologi Keuangan (V-Nancial), Program Asuransi Berbasis Teknologi (VENTENY Insurance & Protection Program) atau “VIP”, Program Keuntungan Karyawan (V-Merchant), dan Program Pendidikan Berbasis Teknologi (V-Academy).

Melalui fitur V-Nancial misalnya, terdapat tiga jenis employee loan, yakni Multipurpose Loan, Education Loan, dan Cash Advance yang serupa dengan kasbon yang dapat dipilih. Perseroan bekerja sama dengan perusahaan pembiayaan yang telah memiliki izin dari OJK sebagai sumber akses dana darurat karyawan.

Dalam prospektus juga disampaikan, bisnis keuangan punya prospek yang cerah di Indonesia karena adanya kesenjangan pendanaan UMKM yang tidak terpenuhi. Posisi perusahaan sebagai lender punya peluang, dapat memberikan pinjaman yang tidak terbatas selama repayment capacity tersedia. Bermitra dengan beberapa perusahaan p2p dapat mencakup lebih banyak pasar, namun tidak menutup kemungkinan untuk mengakuisisi salah satu perusahaan.

“Di mana saat mengakuisisi P2P tersebut, perseroan akan lebih dapat mengendalikan proses bisnis keuangan dan aktivitas operasional perusahaan tersebut,” tulis prospektus.

Model bisnis yang diterapkan Venteny, terdiri dari tiga segmen, yakni B2B, B2B2E, dan B2C. Kontribusi dari B2B mendominasi dengan pertumbuhan pengguna mencapai 161,61% per Maret 2022. Diklaim ada lebih dari 200 korporat yang menaungi lebih dari 200 ribu karyawan yang menjadi penerima benefit dari Venteny.

Selain B2B, Venteny juga akan terus mengoptimalkan layanannya ke segmen B2B2E pada tahun ini dan mempersiapkan program My Benefits, yang didesain khusus berdasarkan orientasi divisi HR (Human Resources) atau SDM (Sumber Daya Manusia) di perusahaan. My Benefits mengusung skema berlangganan yang dibayarkan perusahaan untuk para karyawannya, mengakses fitur-fitur eksklusif, seperti pelatihan, asuransi, hingga penyediaan fasilitas-fasilitas penunjang gaya hidup.

Dalam data terakhir, Venteny sudah beroperasi di 3 negara, yaitu Filipina, Singapura, dan Indonesia, dengan lebih dari 250.000 pengguna di Filipina dan lebih dari 220.000 pengguna di Indonesia.

Mengutip dari CNBC Indonesia, Founder & Group CEO Venteny Jun Waide mengatakan setidaknya ada dua negara yang dibidik perseroan pada 2023, yakni Vietnam dan Thailand. Menurutnya, kedua negara ini dinilai punya potensial yang sama dengan Indonesia.

Ruangguru Lakukan Efisiensi Bisnis, Fokus Perdalam Model “Hybrid Learning”

Ruangguru telah melakukan layoff terhadap ratusan karyawannya. Tanpa menyebut angka pasti, pihak perusahaan telah mengonfirmasi kabar ini pada akhir pekan lalu. Tentu ini menambah daftar panjang startup teknologi lokal yang melakukan PHK dengan dalih efisiensi bisnis (menuju profitabilitas).

Sebagai platform edtech dengan layanan terlengkap, Ruangguru menjadi startup yang cukup disorot selama pandemi. Layanannya dinilai efektif untuk pembelajaran daring, terbukti mereka berhasil membukukan 22 juta pengguna pada tahun 2020 lalu.

Perusahaan juga mengatakan, tahun 2021 mereka mencapai Net Promoter Score (NPS) tertinggi di semua kategori produk dan pertumbuhan pendapatan berlipat ganda, menandai tahun pertamanya di titik profitabilitas. Anak usaha Ruangguru, yakni Skill Academy juga menjadi platform yang paling laris memfasilitasi program peningkatan kompetensi dari pemerintah dalam Kartu Pra-Kerja.

Dari tren pertumbuhan tersebut, akhirnya Ruangguru melakukan perekrutan besar-besaran, dengan harapan tetap bisa mempertahankan dan meningkatkan growth. Namun kondisi sosial dan ekonomi yang sangat dinamis pasca-pandemi, justru memberikan dampak yang kurang baik untuk “kesehatan” perusahaan.

Dua co-founder Ruangguru (Belva dan Iman) dalam keterangan resminya mengatakan:

“Di awal pandemi, layanan Ruangguru mengalami peningkatan permintaan yang besar yang berujung pada rekrutmen yang terlalu banyak dan terlalu cepat dalam dua tahun terakhir. Ditambah lagi, situasi ekonomi global belakangan ini memburuk secara drastis dan berada pada titik terendah dalam puluhan tahun terakhir, terlihat dari tingginya angka inflasi dan kenaikan suku bunga yang membuat iklim investasi dunia memburuk secara signifikan. Hal ini berdampak luas kepada komunitas startup teknologi global, termasuk kami di Ruangguru.”

“Teman-teman yang terdampak memperoleh pesangon, penghargaan masa kerja dan penggantian hak sesuai UU, perpanjangan asuransi dan gaji bulan terakhir bekerja dibayarkan penuh. Kami pun mengalokasikan tim rekruter Ruangguru khusus untuk memberikan dukungan pencarian perkerjaan, konsultasi psikologis, dan akses kelas pengembangan karier jika dibutuhkan.”

Baru peroleh pendanaan 800 miliar Rupiah

Menyusul pertumbuhan positif yang didapat satu tahun sebelumnya, pada pertengahan tahun 2021 lalu Ruangguru mengantongi pendanaan senilai $55 juta (lebih dari 800 miliar Rupiah) dipimpin Tiger Global Management. Putaran ini adalah lanjutan dari seri C yang diumumkan pada 2019 lalu, dipimpin oleh General Atlantic dan GGV Capital.

Secara valuasi, menurut sumber data yang kami dapat, saat ini kisarannya sudah mendekati status “unicorn”. Menjadikan Ruangguru startup pendidikan paling bernilai di negara ini.

Disampaikan lebih jauh dalam rilis pendanaan yang kami terima, dengan dengan peningkatan adopsi pembelajaran online yang dipercepat oleh pandemi Covid-19 global, Ruangguru telah mendorong pertumbuhan volume pengguna yang signifikan sepanjang tahun 2020.

Gerak lincah Ruangguru juga dimaksimalkan dengan ekspansi. Mereka masuk ke Thailand dengan memakai brand StartDee pada 2020, setelah hadir di Vietnam dengan brand KienGuru pada setahun sebelumnya.

Sesuaikan layanan

Turut disampaikan, langkah selanjutnya yang akan dilakukan Ruangguru adalah menggencarkan inovasi produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen pasca-pandemi. Salah satunya dengan fokus menyajikan hybrid learning memanfaatkan layanan aplikasi dan ruang belajar offline di Ruangguru Learning Centers. Saat ini tempat pembelajaran tersebut sudah memiliki 100+ cabang d berbagai kota.

Strategi serupa juga diterapkan rival Ruangguru, yakni Zenius. Setelah sempat melakukan layoff yang cukup masih pada Mei 2022 lalu, perusahaan mengatakan komitmennya untuk menghadirkan pembelajaran yang lebih sesuai dengan tren masyarakat saat ini. Salah satunya dengan mengoptimalkan jaringan Primagama yang tersebar di berbagai lapis kota.

Edtech memang cukup terakselerasi akibat pandemi. Namun adaptasi cepat yang dilakukan masyarakat kadang masih bersifat “prematur”. Transformasi yang harusnya dilakukan secara bertahap, dipaksa untuk diadopsi secara penuh. Akibatnya ada pengalaman belajar yang dirasa kurang, akibat gap yang belum bisa dijembatani — misalnya terkait kebiasaan belajar sampai terkait hal-hal teknis.

Di titik ini bukan berarti edtech dianggap tidak relevan lagi, melainkan harus mencari cara baru untuk menghadirkan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan. Persis apa yang diyakini Belva dan Iman:

“Kami tetap sangat optimis dengan prospek dan posisi unik yang dimiliki oleh Ruangguru di sektor teknologi pendidikan di Indonesia […] Kami yakin dengan terus bekerja secara efektif dan efisien, kita akan keluar dari tantangan ekonomi global ini lebih kuat dan tangguh dari sebelumnya.”

Hangry Terus Genjot Pertumbuhan Lewat Strategi Dapur Virtual dan “F&B Brand Aggregator”

Startup kuliner multi-brand Hangry mengungkapkan akan melanjutkan ekspansi merek makanan label privat dan jaringan dapur virtual ke lebih banyak kota di seluruh Indonesia. Perusahaan berambisi ingin menjadi penyedia kuliner berkualitas terbaik dengan harga terjangkau untuk masyarakat melalui berbagai saluran.

Ambisi tersebut sejalan dengan keyakinan perusahaan dan tren yang ditawarkan oleh platform pesan-antar makanan ke depannya bakal terus menjadi penyokong utama bisnis. Terlihat dari jumlah dapur virtual Hangry lebih mendominasi daripada gerai restoran yang menerima dine-in.

“Perkembangan food delivery market sangat pesat dari 2019-2020 sebelum pandemi. Yang terjadi saat pandemi, tren itu dipercepat sehingga potensi market-nya sangat besar dan kita expect hal tersebut akan terus berlanjut. Makanya bisnis utama kami adalah [online] delivery,” kata Co-founder dan President Hangry Andreas Resha saat konferensi pers yang digelar kemarin (17/11).

Memasuki hari jadinya yang ke-3, kini Hangry telah memperluas daerah cakupan dapur virtualnya ke lebih dari 70 titik. Lokasinya tersebar di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Semarang, Medan, dan Makassar. Adapun untuk gerai restorannya ada di tiga lokasi di sekitar Jakarta, yakni Senopati, Kemang, dan Pondok Indah. Ketiganya merupakan restoran khusus merek makanan di bawah Hangry, yakni Moon Chicken.

Mengutip dari laporan Grab di 2022, secara regional, pengeluaran bulanan untuk layanan pesan-antar makanan dan belanja harian meningkat sebesar 30% lebih tinggi pada Mei 2022 dibandingkan dengan November 2021. Kemudian, pengeluaran untuk pengiriman makanan dan bahan makanan meningkat 1,3 kali lipat antara 2021-2022.

Di Indonesia saja, rata-rata jumlah uang yang dibelanjakan per pesanan di layanan GrabFood meningkat sebesar 54% dari 2019-2022. Adapun untuk jumlah pembelanjaan terbesar tahun ini mencapai Rp9 juta. Sedangkan untuk GrabMart, rata-rata jumlah pembelanjaan per pesanan tumbuh 90% lebih tinggi dari 2020.

Secara terpisah, mengutip dari laporan Momentum Works, di Asia Tenggara total GMV mencapai $15,5 miliar pada 2021, naik 30% dari tahun sebelumnya. Adapun Indonesia saja kontribusinya sebesar $4,6 miliar. Dari segi penggunaan aplikasi, pangsa pasar GrabFood adalah yang terbesar dengan GMV sebesar $7,6 miliar. Angka tersebut melampaui FoodPanda sebesar $3,4 miliar dan Gojek $2 miliar.

Resha pun menyadari posisi perusahaan yang lahir tak lama sebelum pandemi merebak, juga tak terlepas dari dampak ekonomi yang timbulkan, seperti gejolak global di perusahaan teknologi, kenaikan harga bahan bakar, dan kenaikan suku bunga acuan. Perusahaan pun mencoba lebih sensitif dengan kondisi-kondisi di atas.

Namun ia merasa bersyukur dengan posisi Hangry yang berada di dunia kuliner sebagai penyuplai, yang selalu memiliki permintaan karena berkaitan dengan kebutuhan primer seluruh manusia.

“Sebagai perusahaan yang sediakan suplai untuk mengisi demand, artinya kami selalu dicari masyarakat. Untuk itu kami berusaha berikan yang terbaik, dari sisi produk apa yang bisa ditingkatkan atau dikompromikan, dan selalu dengarkan feedback dari konsumen.”

Perkembangan Hangry

Hangry sendiri saat ini memiliki tujuh merek label privat. Mereka adalah Moon Chicken, San Gyu, Ayam Koplo, Dari Pada, Pizza Gang, Wai Thai Food, dan Accha – Indian Soul Food. Khusus merek terakhir adalah hasil terakhir yang dilakukan perusahaan setelah melebarkan sayap menjadi brand aggregator pada awal Maret 2022.

Merek terbaru yang baru dirilis adalah Wai Thai Food. Berdasarkan riset internal, sebanyak 68% orang Indonesia sangat menyukai makanan Thailand dan 41% dari mereka mengonsumsinya setidaknya dua-tiga kali dalam beberapa bulan.

Disebutkan sejak pertama kali dirilis di Agustus 2022, Wai Thai telah mencetak penjualan lebih dari Rp1 miliar pada bulan pertama dengan menjual 20 ribu porsi. “Kami ingin membawa makanan Thailand yang autentik dengan porsi yang pas,” kata Brand Manager Marketing Hangry Yohan Ariowibowo.

Menurutnya, Hangry mengembangkan banyak merek privat karena pihaknya ingin selalu menghadirkan yang baru agar konsumen tidak merasa bosan. Ke depannya, bakal ada merek baru dengan menu-menu dan harga yang lebih terjangkau bagi konsumen.

Diklaim, perusahaan saat ini memiliki 1,6 juta pelanggan unik dengan rating rata-rata 4,7/5,0 untuk setiap outlet di aplikasi jasa layanan pesan-antar. Tiap bulannya, Hangry menjual 1,8 juta porsi makanan dan minuman. “Revenue kami berkembang hingga 2,5 kali lipat dari akhir 2021 sampai sekarang,” tambah Resha.

Application Information Will Show Up Here

Alasan GOTO Rumahkan 12% Karyawan, Ingin Lebih Efisien dan Fokus di Layanan Inti

Setelah ramai pemberitaan terkait isu pemutusan hubungan kerja, Grup GoTo akhirnya memberikan pernyataan resmi terkait strategi efisiensi yang dilakukan perusahaan. Hal itu disampaikan pada hari ini (18/11) melalui townhall yang melibatkan seluruh karyawan dan dipimpin langsung oleh Grup CEO GoTo Andre Soelistyo.

Sebanyak 1.300 orang atau sekitar 12% dari total karyawan tetap Grup GoTo akan segera dirumahkan atas dasar efisiensi. Perusahaan mengungkapkan bahwa hal ini merupakan langkah strategis yang harus diambil dalam upaya mendorong percepatan kemandirian finansial perusahaan.

Seperti diketahui dalam laporan keuangan grup GoTo per semester I (H1) 2022, perseroan disebut masih mengalami rugi diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp13,64 triliun, naik 117,28% yoy. Adapun pada semester I 2022, perseroan mengalami rugi bersih Rp6,28 triliun.

Tantangan makro ekonomi global juga berdampak signifikan bagi para pelaku usaha di seluruh dunia. Keputusan efisiensi ini diambil supaya perusahaan lebih agile dan mampu menjaga tingkat pertumbuhan positif bagi semua stakeholder dalam ekosistemnya.

Pihaknya mengakui bahwa efisiensi ini merupakan keputusan sulit namun tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, perusahaan berkomitmen untuk memberi dukungan yang komprehensif selama masa transisi mengingat kontribusi para karyawan pada perusahaan selama ini.

Karyawan terdampak akan memperoleh paket kompensasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan di tiap negara tempat GoTo beroperasi. Lebih dari itu, GoTo juga memberikan sejumlah dukungan finansial seperti tambahan satu bulan gaji, serta kompensasi pengganti periode pemberitahuan (notice-in-lieu).

Selain itu, perusahaan juga memberi dukungan pencarian kerja serta layanan konseling. Karyawan terdampak berhak memiliki laptop yang saat ini mereka gunakan, mengakses berbagai program pelatihan, serta dapat bergabung ke direktori alumni GoTo dan mendapat rekomendasi untuk bekerja dalam jaringan rekanan bisnis grup GoTo. Fasilitas ini akan tersedia hingga akhir bulan Mei 2023.

Sepanjang 2022, sejumlah startup terpantau melakukan efisiensi bisnis dengan merumahkan karyawannya, antara lain Xendit, JD.ID, LinkAja, Shopee, HappyFresh, serta Tokocrypto.

Fokus selanjutnya

Dalam pemaparan sebelumnya, manajemen GoTo sendiri menyebutkan bahwa perseroan saat ini tengah memiliki prioritas untuk mempercepat langkah menuju profitabilitas. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengarahkan fokus pada layanan inti, yaitu on-demand, e-commerce, dan fintech.

Segmen bisnis on-demand GoTo akan terus berkembang, seiring berangsur kembalinya mobilitas masyarakat, utamanya di sisi online food delivery (OFD). Layanan GoFood kini telah menjadi elemen yang tidak terpisahkan dari keseharian masyarakat. Akselerasi layanan ini menjadi signifikan salah satunya berkat pandemi.

Di samping itu, GoTo disebut telah mencatatkan kenaikan kinerja pada segmen bisnis e-commerce dan fintech. Secara rinci, bisnis ini mencatatkan performa baik dengan kenaikan pendapatan bruto sebesar 57 persen menjadi Rp4,01 triliun dari Rp2,56 triliun untuk e-commerce. Lalu, disusul fintech naik 52 persen menjadi Rp759,43 miliar dari sebelumnya Rp501,22 miliar.

Andre turut menjelaskan, strategi perusahaan yang bergeser dari bisnis berbasis subsidi menuju diferensiasi produk bekerja dengan baik, sebagaimana ditunjukkan dengan meningkatnya penggunaan lintas platform, serta memberikan ruang bagi perusahaan untuk menajamkan fokus dan meningkatkan jumlah pelanggan loyal yang menghasilkan monetisasi bernilai tinggi.

Kuartal kedua tahun 2022 menampilkan pertumbuhan berkualitas dan berkelanjutan, didukung peningkatan monetisasi, belanja insentif yang lebih efektif, dan pemanfaatan beban operasional secara lebih optimal. GOTO membukukan pendapatan bersih sebesar Rp3,38 triliun, naik 73,32% secara yoy dari Rp1,96 triliun di kuartal yang sama di tahun sebelumnya.

Sejak awal tahun, pihaknya mengaku telah melakukan evaluasi optimalisasi beban biaya secara menyeluruh, termasuk penyelarasan kegiatan operasional, integrasi proses kerja, serta negosiasi ulang berbagai kontrak kerja sama. Pada akhir kuartal kedua 2022, perusahaan tercatat menghemat biaya struktural sebesar Rp800 miliar dari berbagai aspek, termasuk teknologi, pemasaran dan outsourcing.

Application Information Will Show Up Here

Platform Yippy Perkenalkan “Gifting as a Service” Targetkan Segmen B2B

Pandemi telah memicu lahirnya tren remote working, yang tidak mengharuskan karyawan hadir di kantor untuk bekerja. Perubahan ini secara tidak langsung turut memengaruhi sistem kerja dalam sebuah perusahaan. Salah satu usaha perusahaan untuk tetap memelihara produktivitas dan loyalitas para karyawan adalah pemberian hadiah atau corporate gifting.

Di Indonesia sendiri, budaya memberi hadiah ini sudah berjalan sejak lama. Namun, prosesnya masih sangat manual. Mulai dari merencanakan hadiah, mengumpulkan data, hingga pengirimannya membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Gifting as a service merupakan sebuah solusi yang bertujuan untuk mengelola distribusi hadiah di sebuah perusahaan baik secara internal maupun eksternal.

Yippy.id merupakan salah satu layanan yang menawarkan layanan corporate gifting untuk memudahkan perusahaan dalam mendistribusikan hadiah ke karyawan internal maupun klien di luar perusahaan. Yippy menyediakan platform end-to-end dengan fitur lengkap yang mengawal mulai dari pemilihan produk, packaging, logistik, hingga proses tracking.

Berawal dari pengalaman menjadi penerima hadiah di perusahaan terdahulu, Founder & CEO Yippy Ananda Amelita melihat bahwa proses gifting di perusahaannya masih sangat manual. Selain itu, ia juga menemukan survei yang menunjukkan lebih dari 50% karyawan tidak mengapresiasi hadiah yang diberikan perusahaan.

Dari situ, ia mulai berfikir bagaimana cara untuk mendigitalisasi proses pemberian hadiah ini agar lebih efisien, serta memungkinkan hasil yang lebih efektif untuk kedua belah pihak, baik pengirim dan penerima. Proposisi nilai yang ditawarkan Yippy melalui corporate gifting ini terletak pada personalisasi. Bahwasanya, para penerima hadiah layak untuk mendapat pilihan

Dengan menggunakan platform Yippy.id, pihak pengirim akan disediakan ragam rekomendasi pilihan hadiah yang bisa dipersonalisasi sesuai dengan preferensi pengirim dan penerima. Selain itu, pengumpulan data penerima juga dilakukan secara otomatis guna mempercepat proses gifting. Platform ini juga memungkinkan integrasi untuk proses yang lebih efisien dalam ekosistem perusahaan.

Dari sisi penerima, mereka akan mendapat link untuk memilih sendiri hadiah apa yang sesuai dengan kebutuhan saat ini. Melalui link tersebut, mereka bisa mengisi data terkini untuk melanjutkan proses. Setelah itu, penerima tinggal menunggu paketnya sampai ke alamat yang dituju.

Dalam menyediakan pilihan hadiah di dalam platformnya, Yippy bekerja sama dengan UMKM lokal untuk menawarkan lebih dari 700 item yang dapat dipilih oleh penerima hadiah. Dari sisi logistik, perusahaan juga telah bermitra dengan perusahaan logistik terdepan di tanah air untuk memastikan pengantaran paket yang tepat dan cepat.

Yippy mulai beroperasi dari Januari 2022. Saat ini, perusahaan telah mendapatkan pendanaan eksternal pre-seed dari program akselerator asal Singapura, Iterative. Sebelumnya, perusahaan juga pernah mengikuti program akselerator dari Antler. Di sini, Ananda bertemu dengan co-founder-nya, Welly Huang.

Peluang dan target ke depan

Pada tahun 2021, Coresight Research melakukan survei dengan GiftNow pada 300 pembeli hadiah perusahaan di Amerika Serikat. Hasilnya menunjukkan bahwa hampir 50% bisnis berniat meningkatkan frekuensi pemberian hadiah pasca Covid-19. Secara global, industri corporate gifting diproyeksikan tumbuh sebesar $64 miliar selama beberapa tahun ke depan, mencapai $306 miliar pada tahun 2024.

Secara umum, corporate gift disebut sebagai cara untuk mempererat hubungan perusahaan dengan karyawan atau pelanggan. Namun, tantangannya masih ada dari sisi edukasi pasar. Sebagai salah satu pionir, Yippy mengaku bahwa belum ada kompetitor langsung yang menawarkan layanan serupa dengan mereka. Meskipun begitu, banyak perusahaan yang masih mempercayakan urusan gifting pada vendor yang lebih spesifik.

Terkait target pasar, wanita yang kerap disapa Nanda ini mengungkapkan bahwa saat ini pasarnya adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki anggaran untuk pemberian hadiah. Namun, timnya percaya bahwa pada akhirnya, semua perusahaan akan semakin peduli dengan kesejahteraan karyawannya dan membutuhkan layanan corporate gifting ini.

Hingga saat ini, Yippy telah membantu sejumlah perusahaan untuk mengelola pemberian hadiah melalui berbagai kegiatan. Beberapa nama yang telah memanfaatkan solusi Yippy.id termasuk Pinhome, Zen Rooms, Telkomsel Mitra Inovasi (TMI), Bukuwarung, Ula, dan lain-lain.

Ke depannya, Yippy mengungkapkan tengah merencanakan penggalangan dana namun pihaknya belum bisa mengungkapkan target pendaanaan tersebut. Saat ini, pihaknya masih fokus untuk memperluas demand dan memperbanyak use case. Selain itu, timnya juga berencana untuk menambah daftar produk pilihan yang ada di dalam platform mereka.

Laporan Grab 2022: Layanan Pesan-Antar Makanan Masih Dapati Tren Pertumbuhan

Tren layanan pesan-antar makanan diprediksi akan terus diminati masyarakat Indonesia. Menurut laporan Grab, platform ini memberikan dampak pada cara konsumen Indonesia memesan makanan, berbelanja kebutuhan harian, dan mencari hal baru.

Lebih lanjut dalam hasil riset bertajuk “Tren Layanan Pesan-Antar Online di Indonesia 2022”, disampaikan 7 dari 10 responden mengatakan bahwa layanan tersebut merupakan aktivitas harian wajib pasca-pandemi. Kemudian, 9 dari 10 merchant mengungkapkan bahwa layanan tersebut merupakan hal wajib bagi bisnis mereka.

“Orang Indonesia juga tercatat mengeluarkan uang lebih banyak untuk pesan-antar makan dan kebutuhan harian online, berdasarkan data kenaikan jumlah nilai belanja di GrabFood dan GrabMart,” tulis laporan tersebut.

Survei online ini dilakukan di enam negara tempat Grab beroperasi, dengan melibatkan 20 ribu responden. Pengumpulan data dimulai dari Januari hingga September 2022, termasuk menarik data analisis platform GrabFood dan GrabMart antara Januari 2019-Juni 2022.

Dari data internal, setelah pandemi kebiasaan pengiriman tetap ada sehingga bukan menjadi tren musiman. Tercatat pemesanan melalui GrabFood naik hingga 1,5 kali lipat di tahun ini daripada di 2019. Kenaikan yang sama untuk GrabMart dibandingkan dengan 2020.

Hasil survei juga mengungkapkan adanya peningkatan ketergantungan konsumen pada aplikasi layanan pesan-antar dengan kecenderungan untuk mengandalkan platform tersebut sebagai alat pencari dalam menemukan dan mencoba merchant yang belum pernah mereka kunjungi sebelumnya secara langsung.

Head of Marketing GrabFood & GrabMart Hadi Surya Koe menyampaikan, optimisme konsumen Indonesia dalam menggunakan layanan pesan-antar online sebagai aktivitas keseharian mereka akan terus meningkat, seperti yang terjadi pada negara-negara lain di Asia Tenggara. Kebiasaan baru bagi banyak anggota masyarakat tersebut menjadi kesempatan tambahan bagi merek dan pelaku bisnis lainnya untuk menjangkau lebih banyak konsumen mereka di ranah online.

“Hal ini tentunya kembali menginspirasi kami untuk terus berinovasi dalam menghadirkan pengalaman yang lebih baik di aplikasi Grab, guna menghadirkan fitur pencarian makanan yang lebih intuitif bagi pengguna serta mendukung pertumbuhan mitra merchant kami,” kata Hadi.

Temuan lain

Ada beberapa poin menarik dalam laporan tersebut. Pertama, dari data internal Grab, secara regional, pengeluaran bulanan untuk layanan pesan-antar makanan dan belanja harian meningkat sebesar 30% lebih tinggi pada Mei 2022 dibandingkan dengan November 2021.

Di Indonesia saja, rata-rata jumlah uang yang dibelanjakan per pesanan di layanan GrabFood meningkat sebesar 54% dari 2019-2022. Adapun untuk jumlah pembelanjaan terbesar tahun ini mencapai Rp9 juta. Sedangkan untuk GrabMart, rata-rata jumlah pembelanjaan per pesanan tumbuh 90% lebih tinggi dari 2020.

Lebih lanjut, konsumen regional terus belanja lebih banyak hingga tahun ini. Pengeluaran untuk pengiriman makanan dan bahan makanan meningkat 1,3 kali lipat antara 2021-2022. Alasan orang Indonesia menggunakan layanan pengiriman karena kenyamanan, sesuai kebutuhan, dan menyenangkan keluarga.

Kedua, dari sisi demografi sebanyak 82% keluarga muda dengan anak di Indonesia menggunakan layanan pesan-antar makanan lebih dari 8 kali dalam sebulan karena tidak ada waktu untuk memasak, tidak ingin mengantre, dan memiliki keinginan untuk menyenangkan keluarganya.

Selain itu, 80% pasangan yang sama juga melakukan belanja harian online lebih dari 10 kali dalam sebulan karena kenyamanan dalam menelusuri produk secara online, mencari promosi khusus, dan menemukan berbagai produk baru.

Secara keseluruhan, 25% pengguna yang belanjanya terbanyak berkontribusi terhadap tiga perempat (71%) jumlah yang dibelanjakan untuk layanan pesan-antar dalam skala regional. Untuk layanan pesan-antar makanan, GrabFood menjadi brand yang paling sering digunakan konsumen di Asia Tenggara.

Ketiga, jenis makanan yang paling banyak dipesan responden Indonesia di GrabMart dan GrabFood adalah mie instan dan nasi goreng. Dengan 10 bungkus terjual setiap menit di 2022, mie instan menduduki posisi teratas dalam daftar barang yang sering dipesan di GrabMart, diikuti dengan bahan belanja harian lainnya, seperti sayur-sayuran, kopi, nasi, dan minyak goreng.

Keempat, platform digital telah menjadi bagian integral dalam perjalanan konsumen sebab mereka sekarang berharap bisa menemukan, ikut serta, dan memesan dari merek favorit melalui beberapa bentuk sarana digital. Menurut laporan, konsumen menemukan berbagai merchant baru melalui aplikasi layanan pesan-antar.

Sebanyak 88% konsumen mengetahui toko baru karena aplikasi pengiriman, 74% di antaranya mengakses layanan pesan-antar makanan online tanpa memikirkan restoran yang spesifik. Lebih lanjut, waktu rata-rata yang dihabiskan konsumen untuk menjelajah katalog restoran di GrabFood sebelum memesan mencapai 17 menit.

Kelima, perubahan kebiasaan konsumen di atas menyebabkan penyesuaian dari strategi bisnis merchant. Mereka perlu terus melakukan digitalisasi melalui bisnis layanan pesan-antar. Rata-rata total penjualan merchant mengalami peningkatan 15% dibandingkan para merchant yang belum bergabung pada layanan aplikasi pesan-antar.

McDonald’s misalnya, sebanyak 30% dari hasil penjualannya di Asia berasal dari layanan pesan-antar online, meningkat dari 10% sebelum periode COVID-19.

Sebagai penutup, Hadi menyampaikan, pihaknya berharap laporan seperti ini dapat mendorong para pelaku bisnis kuliner dan bisnis kebutuhan harian untuk dapat mengembangkan serta menerapkan berbagai ide strategis guna memperluas jangkauan bisnis serta hasil penjualan mereka melalui kanal digital.

“Dengan semakin banyaknya masyarakat Indonesia yang sudah melek digital, kami melihat adanya tren perilaku yang berkelanjutan pada superapp GrabFood dan GrabMerchant untuk beberapa bulan mendatang. Ke depannya, Grab akan terus berkomitmen untuk membantu konsumen dan brand terus tumbuh, mengoptimalkan sistem operasional, dan menghadirkan layanan terbaik yang terintegrasi pada satu aplikasi,” tutup Hadi.

Application Information Will Show Up Here

Usai Pendanaan Rp102 Miliar, Wahyoo Seriusi “Cloud Kitchen” sebagai Mesin Pertumbuhan Bisnis

Startup digitalisasi UMKM kuliner Wahyoo mengumumkan perolehan pendanaan seri B sebesar $6,5 juta atau setara 102 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Eugene Asia Food Tech Fund-1. Nominal yang diungkap sedikit lebih besar dari pertama kali diwartakan DailySocial.id pada 10 Oktober 2022.

Eugene Asia Food Tech Fund-1 merupakan kendaraan investasi milik Eugene Investment & Securities dan NH Absolute Return Partners dari Korea Selatan. Investor lainnya yang berpartisipasi dalam putaran ini, Global Brains dan Trinity Optima Plus (TOP+).

Nama-nama ini melengkapi jajaran investor yang telah bergabung sebelumnya di Wahyoo, yaitu East Ventures, Indogen Capital, Arkblu Capital, dan Nitto Prima Ventura.

Seriusi bisnis cloud kitchen

Wahyoo akan memanfaatkan dukungan dana segar tersebut untuk perluas jaringan cloud kitchen dengan merekrut lebih banyak mitra restoran dan meluncurkan lebih banyak merek makanan label sendiri. Wahyoo Kitchen Partner adalah merek dapur virtual milik Wahyoo yang sudah mulai diinisiasi sejak satu tahun belakangan.

Perusahaan akan memanfaatkan jaringan Eugene Investment dan jaringan selebritas TOP+ untuk mempromosikan merek makanannya ke konsumen. Bagi TOP+ ini bukan investasi pertamanya di startup teknologi. Perusahaan label musik tersebut juga mengumumkan investasi dengan nilai dirahasiakan untuk perusahaan esports PT Generasi Tangguh Luar Biasa.

Dalam konferensi pers yang digelar perusahaan (16/11), Co-Founder & CEO Wahyoo Peter Shearer mengatakan, dapur virtual ini adalah bisnis yang akan menjadi mesin pertumbuhan baru bagi Wahyoo, sebagai salah satu strategi dalam memanfaatkan jaringan kuliner yang sudah ada ditambah dengan infrastruktur teknologi Wahyoo yang sudah mumpuni.

Peter melanjutkan, loyalitas pemilik usaha kuliner sangat penting bagi pihaknya. Loyalitas bisa didapat ketika ia dan tim mampu memberikan sebuah nilai tambah untuk mereka, yaitu peningkatan bisnis yang lebih baik semenjak bergabung bersama Wahyoo.

“Kalau dulu kami telah berhasil dalam membuat mitra kuliner lebih efisien dalam berbelanja bahan baku, kini kami ingin fokus bagaimana memberikan penghasilan tambahan kepada mitra-mitra kami. Karena itulah memasuki tahun ini, Wahyoo mulai mengeksplorasi model bisnis cloud kitchen yang menawarkan kesempatan untuk mendapatkan penghasilan tambahan bagi mitra kami sehingga diharapkan dapat meningkatkan loyalitas mereka,” kata dia.

Co-Founder & COO Wahyoo Daniel Cahyadi menambahkan, “Kami melihat kemudahan menjadi kunci berkembangnya model bisnis dari Wahyoo Kitchen Partners. Kemudahan dalam berbelanja bahan baku lewat aplikasi kami, kemudahan dalam menjalankan operasional masak di dapur mereka, sampai kemudahan dalam pembayaran dalam aplikasi kami, membuat kami yakin dapat membuat mitra kami menjadi lebih senang dan royal.”

Wahyoo Kitchen Partner

Peter melanjutkan, jaringan dapur virtual yang dibentuk perusahaan punya nilai yang berbeda dibandingkan operator lainnya, yakni kemitraan dengan UMKM kuliner yang selama ini telah menjadi bagian dari perusahaan. Kondisi ini berbanding terbalik dengan operator dapur virtual kebanyakan yang butuh investasi untuk bangun dapur baru dan karyawan baru.

Mitra UMKM kuliner di Wahyoo bisa memaksimalkan potensi dari dapurnya dan karyawan yang sudah ada, selama tetap memenuhi standar dalam hal kebersihan dan kualitas memasak. Tercatat ada 250 restoran kecil dari 27 ribu mitra Wahyoo yang telah bergabung dengan Wahyoo Kitchen Partners ini.

“Khusus kami, ingin bantu UMKM kuliner yang sudah ada di jaringan kami sehingga enggak ada lagi modal tambahan yang harus mereka keluarkan karena dapur dan karyawan sudah ada. Sebab kami ini sharing economy, jadi prinsipnya kami sangat ingin memajukan UMKM.”

Sejauh ini Wahyoo, lewat unit Tajir Group, telah mengoperasikan tiga merek makanan label privat, yakni Bebek Goreng Bikin Tajir, Ayam Paduka, dan Bakso Bikin Tajir. Seluruh suplai produk ini sudah berupa pre-cook agar tidak lama diolah oleh mitra. Alhasil, proses masak jadi lebih ringkas, maksimal lima menit agar lebih cepat sampai ke rumah konsumen.

“Mitra itu pasti enggak mau repot [harus olah menu baru], makanya kita buat mereka semudah mungkin, cuma masak saja. Karena kita memanfaatkan platform online, jadi kita memerhatikan algoritma [dari platform], jangan sampai dapat rating jelek karena proses masaknya lama. Jadi memang standarisasi itu penting di Wahyoo.”

Seluruh suplai bahan makanan disiapkan di pusat gudang Wahyoo yang berlokasi di Daan Mogot, Jakarta Barat berdekatan dengan kantor Wahyoo. Dari situ, proses pengiriman makanan akan dimulai sampai ke outlet.

Ke depannya, Wahyoo akan perbanyak merek makanan yang dapat dijual oleh para mitra UMKM, setidaknya ada tambahan delapan sampai 10 merek baru. Variasi kulinernya berkisar dari martabak, nasi briyani, teh susu, soto, mie ayam, dan nasi goreng.

Adapun Bebek Goreng Bikin Tajir kini sudah hadir di 134 outlet yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, Solo, Semarang, dan Bali. Selanjutnya, Ayam Paduka sudah ada di 42 outlet yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, dan Solo, dan Bakso Bikin Tajir sudah hadir di 18 outlet di Jabodetabek untuk sementara ini.

Application Information Will Show Up Here

Mengunjungi “JID LaunchPad”, Pusat Inovasi Teknologi Berkelanjutan di Singapura

Salah satu lokasi yang saat ini menjadi tempat berkumpulnya komunitas startup dan entrepreneur di Singapura adalah LaunchPad yang terletak di Jurong Innovation District (JID). Lokasi yang sengaja dibangun untuk menjadi area uji coba hingga kolaborasi pembelajaran ini dilengkapi dengan fasilitas hingga peralatan pendukung, untuk mengembangkan starup agritech, deep tech, IoT, dan lainnya.

Fokus kepada teknologi berkelanjutan

Microfactory (mFac) adalah salah satu “studio” di area tersebut yang telah membawa banyak ide startup ke prototipe, kemudian ke produk kerja yang layak. mFac difungsikan sebagai pusat komunitas, memungkinkan para pemula dapat saling belajar, bertukar pengetahuan, dan berkolaborasi dalam proyek tertentu.

Tempat ini juga menawarkan lingkungan yang kondusif bagi para pemula untuk menguji coba dan menyempurnakan solusi mereka. Ruang kerja tersebut dilengkapi dengan mesin 3D scanner, 3D printer, mesin CNC, dan alat teknik lainnya.

Mesin 3D Printer

Dalam situs resminya Managing Director of Mistletoe Singapore Atsushi Taira mengungkapkan, “Tantangan kami selanjutnya adalah memberdayakan masyarakat dengan alat produksi. Kami melakukan ini dengan membuat pabrik mikro di setiap komunitas, memberi orang alat dan perlengkapan untuk membangun apa yang mereka inginkan.”

Selanjutnya ada Mistletoe, sebuah ruang kolektif yang berfokus pada “proyek berdampak” untuk mengatasi tantangan besar yang memengaruhi masyarakat. Didirikan di Jepang dan berkantor pusat di Singapura, Mistletoe memiliki portofolio lebih dari 200 startup berdampak.

Pada bulan September 2019, Mistletoe bermitra dengan Singapura JTC untuk memulai Audacity, taman bermain komunitas untuk inovator. Misi Audacity adalah memberdayakan generasi berikutnya untuk mengembangkan teknologi ground-up baru untuk membuat prototipe kota masa depan.

Fokus kepada teknologi yang berkelanjutan menjadi salah satu misi dari pemerintah Singapura. Dengan mengedepankan teknologi, komunitas startup setempat diberikan platform yang lengkap untuk mengembangkan inovasi yang relevan dan selaras dengan rencana dari pemerintah.

Komunitas “green startup” di LaunchPad JID

Meskipun memiliki beragam kategori startup, namun green startup atau startup yang fokus kepada lingkungan terlihat cukup signifikan di LaunchPad. Ekosistem startup di LaunchPad sendiri telah terkurasi untuk memastikan memiliki akses ke sumber daya yang mereka butuhkan. Lebih dari 40 inkubator, akselerator, dan enabler menjalankan program di LaunchPad.

Salah satu startup asal Singapura yang telah bergabung dalam komunitas tersebut di antaranya adalah Soil Social. Startup yang fokus kepada waste management ini, berfokus kepada pengembangan dan pembaruan tanah berkualitas tinggi untuk menumbuhkan tanaman. Gerakan yang mereka lancarkan adalah, melakukan kompos sampah sendiri di rumah. Setelah diolah nantinya kompos tersebut bisa digunakan untuk menanam tanaman. Soil Social didirikan oleh Jayden dan Ee Peng.

Startup lainnya yang juga terlibat dalam komunitas tersebut adalah Insect Feed Technologies. Dalam hal ini pendiri Sean Tan menyadari potensi Black Soldier Flies (BSF) sebagai alternatif pakan tradisional dan pupuk yang digunakan dalam pertanian.

Startup lainnya yang juga masuk dalam ekosistem LauncPad JID adalah Xinterra. Didukung oleh para pendirinya yang sudah sangat berpengalaman dan pakar dibidangnya, Xinterra menggabungkan artificial intelligence dengan eksperimen untuk mendorong batas-batas inovasi ilmu material. Xinterra menciptakan bahan terobosan dengan kecepatan yang jauh lebih cepat dan lebih terjangkau.

Ketiga startup tersebut secara khusus menghadirkan solusi berkelanjutan yang akan mendukung sektor pertanian dan aquaculture.

Kategori yang memang menjadi fokus dari LauncPad JID. Selain startup yang bisa bergabung dalam komunitas LaunchPad JID, inkubator hingga perusahaan komersial berupa venture capital yang mendukung ekosistem startup juga bisa bergabung dalam komunitas LaunchPad JID Singapura.

Startup Agritech B2B “Elevarm” Dikabarkan Bukukan Pendanaan Pra-Awal Dipimpin Insignia Ventures

Startup agritech B2B Elevarm dikabarkan membukukan pendanaan tahap pra-awal yang dipimpin Insignia Ventures. Berdasarkan data yang dimasukkan ke regulator, nominal yang diterima dalam putaran ini telah mencapai $1,39 juta (sekitar 21,6 miliar Rupiah).

Selain Insignia, terdapat 500 Southeast Asia (dulu bernama 500 Durians) serta jajaran angel investor, yakni Fajrin Rasyid (Telkom), Gibran Huzaifah (eFishery), dan Arip Tirta (Evermos), yang berpartisipasi dalam putaran tersebut.

DailySocial.id telah meminta konfirmasi dari founder Elevarm terkait informasi ini.

Dalam keterangan yang dihimpun, Elevarm adalah startup agritech yang berfokus di sisi hulu, memberikan solusi pasokan kepada pelanggan bisnis dengan menggabungkan dan mengangkat petani kecil dengan teknologi. Startup ini masih dalam “stealth mode” alias belum beroperasi, situsnya belum bisa diakses.

Elevarm didirikan pada Februari 2022 di Bandung, Jawa Barat oleh Bayu Syerli. Dalam rekam jejaknya, Bayu pernah bekerja di Mamikos sebagai Co-founder & COO dan di Bukalapak sebagai VP of Marketing.

Insignia sendiri, dalam wawancara bersama DailySocial.id sebelumnya, menyampaikan bahwa mereka memang mengincar untuk lebih agresif berinvestasi pada sektor potensial berikutnya, seperti web3, teknologi iklim, perawatan kesehatan, dan pertanian. Langkah tersebut diambil pasca membukukan dana kelolaan ketiga sebesar $516 juta yang telah diumumkan pada awal Agustus 2022.

Founding Managing Partner Yinglan Tan mengatakan, dampak yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan terbesar di luar Asia Tenggara dalam dekade terakhir akan menjadi permulaan baru dibandingkan dengan dampak yang akan dibuat ooleh pembuat pasar pada dekade berikutnya.

Pendanaan startup agritech mulai dominasi

Menurut catatan DailySocial.id, sepanjang kuartal III 2022 ini, sektor fintech memimpin di urutan pertama berdasarkan jumlah dan nilai transaksi. Sektor berikutnya yang menarik adalah logistik dan agritech. Minat investor terhadap kedua sektor tersebut meningkat dibandingkan periode sebelumnya.

Pada kuartal tersebut, terjadi penurunan dari jumlah transaksi dan nominal yang dibukukan dibandingkan periode sebelumnya. Pada kuartal III 2022, terdapat 62 transaksi dengan nilai yang diumumkan sebesar $983 juta. Angka tersebut sebenarnya tidak jauh berbeda dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, yakni 68 transaksi senilai $974 juta.

Sementara itu, pada kuartal II 2022, terdapat 71 transaksi pendanaan bernilai lebih dari $1,4 miliar. Adapun pada kuartal I 2022, terdapat 50 putaran pendanaan bernilai lebih dari $1,22 miliar. Tahapan pendanaan yang dikucurkan pada kuartal III 2022 ini didominasi oleh pendanaan tahap awal (pre-seed sampai seri A).

Privy Kantongi Pendanaan Seri C Sebesar 744 Miliar Rupiah Dipimpin KKR

Startup penyedia layanan tanda tangan digital dan identitas digital Privy mengumumkan pendanaan seri C senilai $48 juta atau sekitar 744 miliar Rupiah yang dipimpin perusahaan investasi global KKR. Putaran ini diikuti oleh investor terdahulu, yakni MDI Ventures, GGV Capital, dan Telkomsel Mitra Inovasi (TMI), serta investor baru Singtel Innov8.

Sebelumnya, GGV Capital memimpin putaran seri B di Privy dengan nilai $17,5 juta pada Oktober 2021.

Privy akan menggunakan dana segar untuk memperkuat posisinya sebagai penyedia tanda tangan digital dan identitas digital di Indonesia, mempercepat transformasi digital, serta mendukung pengembangan produk konsumen agar masyarakat dan pelaku bisnis dapat mengakses layanan lebih luas secara aman. Selain itu, perusahaan juga berencana ekspansi ke luar negeri untuk mempercepat pertumbuhan dengan dukungan jaringan investornya.

Dalam keterangan resminya, Co-founder dan CEO Privy Marshall Pribadi mengatakan pihaknya senang menyambut KKR sebagai salah satu investor baru di Privy. Dukungan KKR dan investor sebelumnya merupakan bukti kemajuan yang telah dibuat selama ini dan keyakinan pada visi jangka panjang Privy untuk membangun kepercayaan dan mendorong potensi transformasi digital di Indonesia.

“Dengan dukungan dan pengalaman global KKR, dikombinasikan dengan dukungan investor MDI Ventures, GGV Capital, dan TMI yang telah memainkan peran penting dalam membantu kami mencapai kesuksesan kami sejauh ini, Privy berada di posisi tepat untuk berinovasi lebih jauh dengan penawaran dan kemampuan lebih kuat, serta membangun fondasi yang kuat untuk ekspansi ke luar negeri,” ucap Marshall.

Sementara, Partner dan Head of Growth Equity Asia Pacific KKR Mukul Chawla mengatakan, “Privy telah memantapkan dirinya sebagai pelopor dalam ruang kepercayaan digital Indonesia dengan ambisi yang kuat. Kami sangat antusias dengan potensi pertumbuhan Privy dan peluang untuk memajukan transformasi digital dan kemakmuran Indonesia.”

Growth Technology Lead KKR di Asia Tenggara Louis Casey menambahkan, “Privy telah membangun platform terdepan di industri yang menggabungkan fitur-fitur utama, desain yang ramah pengguna, serta infrastruktur yang aman dan kuat. Kami ingin memanfaatkan jaringan global dan keahlian operasional KKR untuk membawa Privy ke tingkat pertumbuhan berikutnya dan memperluas kepemimpinannya dalam kepercayaan digital bagi individu dan perusahaan di Indonesia dan sekitarnya.”

Investasi di Privy merupakan bagian dari strategi KKR “Asia Next Generation Technology”. Privy menjadi portofolio investasi terbaru KKR pada kategori software di Asia Tenggara, menambah deretan portofolio di kawasan ini setelah platform e-commerce B2B asal Filipina GrowSari dan platform untuk merchant UKM asal Vietnam KiotViet.

Di kawasan Asia Pasifik, KKR juga menambah portofolionya, termasuk Education Perfect (Selandia Baru), dataX (Jepang), NetStars (Jepang), dan Livspace (India dan Singapura).

Mempercepat transformasi digital

Marshall melanjutkan, investasi terbaru ini dilandasi atas komitmen kuat pemerintah Indonesia untuk mempercepat transformasi digital pada empat sektor strategis, yakni infrastruktur digital, tata kelola digital, ekonomi digital, dan kewarganegaraan digital yang berkontribusi pada pengembangan komunitas digital di Asia Tenggara.

Adapun, ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai $146 miliar pada 2025, dan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dengan nilai lebih dari $300 miliar pada 2030.

Menurut laporan Statista, pasar solusi identitas digital secara global diproyeksikan tumbuh dari $23,3 miliar pada 2020 menjadi $49,5 miliar pada 2026. Pertumbuhan pasar yang sangat cepat ini didorong oleh meningkatnya kasus penipuan identitas, pelanggaran data, dan peraturan pemerintah baru.

Didirikan pada 2016, Privy menawarkan berbagai layanan termasuk identitas digital, tanda tangan digital, verifikasi digital, dan produk dan layanan manajemen dokumen di berbagai sektor termasuk layanan keuangan, kesehatan, dan pendidikan.

Dalam perkembangannya di 2018, Privy menjadi lembaga non-pemerintah pertama yang mendapatkan lisensi sebagai Otoritas Sertifikat (CA) dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia. Setahun kemudian, menjadi penyedia layanan e-KYC pertama yang terdaftar di OJK.

Diklaim, saat ini Privy adalah pemimpin pasar dengan lebih dari 30 juta pengguna terverifikasi dan 1.800 konsumen perusahaan pada produk tanda tangan digital, verifikasi digital, dan langganannya, serta memproses lebih dari 40 juta tanda tangan digital per tahun.

Selain Privy, saat ini juga muncul startup dengan layanan serupa, misalnya TekenAja, Verihub, dan Vida.