Startup Web3 “Artopologi” Raih Pendanaan Pra-Awal dari Ideosource

Startup web3 Artopologi mengumumkan perolehan pendanaan pra-awal yang dipimpin Ideosource. Tidak disebutkan nominal yang diterima di putaran tersebut.

Undisclosed [untuk] pre-seed dan sedang raise di seed round saat ini,” ucap Co-Founder dan Managing Partner Ideosource Edward Chamdani saat dihubungi DailySocial.id.

Artopologi adalah pasar seni terkurasi yang terintegrasi dengan blockchain. Mereka memindahkan karya fisik, seperti lukisan, patung, dan instalasi seni, yang dipamerkan dan diperjualbelikan di platform Artopologi disertai dengan sertifikat keaslian digital yang terdaftar di blockchain.

Startup ini baru dirilis pada awal tahun 2022 dan dipimpin Intan Wibisono. Sebelumnya, ia lama melintang di dunia kehumasan untuk berbagai perusahaan, salah satunya Bukalapak.

Berbeda dengan kebanyakan pemain web3 lainnya, Artopologi ingin meregenerasi kolektor seni dan menghubungkan ekosistem seni di Indonesia, sehingga platform ini dilengkapi dengan berbagai fitur, produk, dan layanan yang sesuai untuk pecinta seni.

“Artopologi memberikan solusi atas distribusi penjualan karya yang selama ini punya masalah. Jejak karya itu penting karena selalu ada perselisihan kepemilikan, perselisihan autentisitas, dan perselisihan nilai. Kami sebagai fasilitator akan mendaftarkan karya fisik ke dalam blockchain dalam bentuk smart contract,” ujar Co-Founder dan CEO Artopologi Intan Wibisono, dalam media workshop yang digelar di Jakarta, kemarin (27/10).

Sebagai diferensiasi lainnya, Artopologi akan memverifikasi dan mengurasi setiap seniman, karya, galeri, museum, dan pelaku seni yang bergabung. Alhasil, setiap karya yang ada di platform diklaim benar-benar berkualitas dan tidak sporadis.

Nilai unik lainnya adalah fokus pada karya seni fisik, bukan karya seni digital. Artopologi bukan NFT marketplace, NFT project, ataupun launchpad; melainkan merekam jejak karya dan karier seniman. Setiap karya yang ditampilkan dijamin keasliannya dengan underlying karya fisik dan bisa dibuktikan dengan sertifikat yang terdaftar di blockchain, sehingga tidak bisa diubah dan bersifat kekal.

Artopologi juga terintegrasi dengan jaringan blockchain. Marketplace ini dapat mendaftarkan sertifikat keaslian dengan otomatis dan mudah, tanpa memerlukan mata uang kripto. Meskipun demikian, seniman tetap perlu memiliki crypto wallet untuk bisa menerima dan mentransfer sertifikat.

Artopologi ingin memanjakan para kreator dan seniman agar tetap melindungi karya-karyanya dengan cara yang lebih baik. Juga untuk kolektor dalam menikmati hasil-hasil karya seni.

“Artopologi ini punya kemiripan dengan yang lain, tapi melengkapi yang sudah ada sebelumnya. Industri ini akan jauh lebih bagus bila ada cara-cara yang baik, salah satunya lokapasar yang terkurasi, sebelumnya kayak gado-gado bercampur. Itu yang diresahkan oleh para kreator,” tambah Rain Rusidi, kurator seni rupa dan dosen di Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia.

Platform Artopologi sendiri akan diresmikan untuk umum pada hari ini (28/10) ditandai dengan diselenggarakannya pameran bertajuk “Rekam Masa” di Museum Nasional, Jakarta berlangsung hingga 6 November 2022. Makna dari tema tersebut menandai kehidupan pada masa/zaman seseorang, ditandai dengan stempel waktu yang dimiliki teknologi blockchain.

Setiap karya seni dalam pameran ini terintegrasi ke blockhain yang dinyatakan oleh kode kriptografi sebagai sebuah pernyataan autentisitas atas setiap karya yang diinput.

Pameran dan platform akan memajang lukisan, patung, instalasi seni, pertunjukan dan karya mode dari seniman senior, seperti Teguh Ostenrik, Galam Zulkifli, Dipo Andy, Mang Moel, FJ Kunting, Rinaldy Yunardi, Didi Budiardjo, Ghea Panggabean, Joshua Irwandi, dan banyak artis pendatang baru Indonesia lainnya.

Setiap karya seni yang ditampilkan akan didaftarkan di blockchain agar keaslian dan asalnya diakui. Hal ini memberikan potensi royalti dan peluang kepemilikan fraksional. “Harga ditentukan oleh seniman, tentu ada pembagian hasil dengan kami. Tapi ini sifatnya diskusi langsung dengan masing-masing seniman dan case by case,” tutup Intan.

Aplikasi Ringkasan Berita “KeTitik” Memperoleh Pendanaan Pra-Awal

Aplikasi ringkasan berita “KeTitik” memperoleh pendanaan pra-awal (pre-seed) dengan nominal yang dirahasiakan. Pendanaan ini disuntik oleh Evy Harjono (HiApp) dan sejumlah angel investor dari Flip, Moengage, Trusting Social, Chope, dan Brick.

Evy Harjono selaku Presiden PT Hello Kreasi Indonesia (HiApp) mengatakan bahwa KeTitik menawarkan pengalaman segar dan ringkasan berita tajam bagi pengguna di era konten snack yang identik dengan berita ringan dari media sosial.

“Nilai dan misi mereka sejalan dengan filosofi investasi kami untuk mendidik masyarakat Indonesia dengan informasi yang jelas, ringkas, dan terpercaya,” tutur Evy dalam keterangan resminya.

Resmi meluncur pada Agustus 2022, KeTitik merupakan aplikasi yang menyajikan ringkasan berita dalam maupun luar negeri dengan format pendek atau kurang dari 60 kata. Ada empat segmen utama yang dihadirkan, antara lain All News, My Feed, Top Stories, dan Trending. Saat ini, aplikasi KeTitik telah diunduh lebih dari 40.000 kali.

(Ki-ka) Presiden PT Hello Kreasi Indonesia Evy Harjono dan Co-founder KeTitik Dannis Joseph / KeTitik

Co-founder KeTitik Dannis Joseph mengatakan para investor turut terlibat dalam pengembangan bisnis di berbagai aspek. Dengan pendanaan ini, KeTitik akan memperkuat lini pengembangan produk, teknologi, dan menambah jumlah tim.

“Kami optimistis untuk mencapai target kami, terutama dengan dukungan Evy Harjono bersama angel investor yang punya keahlian serta jaringan luas. Mereka mendukung visi kami dalam memberikan pengalaman pengguna mengakses berita yang ringkas dan terpercaya di tengah aktivitas mereka sehari-hari,” paparnya.

Targetnya adalah mendorong rata-rata konsumsi berita harian masyarakat. Menurutnya, ada peluang untuk menjangkau 100 juta lebih pembaca berita setiap hari. KeTitik membidik jumlah ringkasan baru yang diterbitkan setiap hari dari rata-rata 300 menjadi 700 ringkasan berita pada akhir tahun ini.

Untuk itu, pihaknya akan membangun mesin berbasis Natural Language Processing (NLP) untuk melakukan peringkasan berita sehingga pengguna dapat mengakses berita lebih mudah dan cepat.

Sumber utama membaca berita

Berdasarkan survei Reuters Institute pada Februari 2022, mayoritas masyarakat Indonesia atau sekitar 88% memperoleh berita dari media online. Diikuti oleh media sosial (68%), televisi (57%), dan media cetak (17%).

Jika dirinci berdasarkan jenis media sosial, WhatsApp berada di urutan teratas dengan 54%, diikuti YouTube (46%), Facebook (44%), Instagram (37%), Twitter (20%), dan TikTok (16%). 

Tingginya penggunaan media sosial sebagai salah satu medium untuk memperoleh berita turut didorong faktor penetrasi smartphone yang juga besar di Indonesia. Sebanyak 83% masyarakat Indonesia mengakses berita melalui smartphone.

Application Information Will Show Up Here

Startup “Coffee Chain” Jago Umumkan Pendanaan Pra-Seri A 34 Miliar Rupiah

Startup coffee chain Jago mengumumkan penyelesaian pendanaan pra-seri A senilai $2,2 juta (sekitar 34,2 miliar Rupiah) yang dipimpin Intudo Ventures dan BEENEXT, dengan partisipasi CyberAgent Capital dan Arkblu Capital. BEENEXT adalah investor sebelumnya, memimpin pendanaan tahap awal yang diperoleh Jago pada November 2021.

Lewat penggalangan ini, Jago akan memanfaatkan dana untuk perluas armada mobile cafe hingga 200 unit yang mampu menjangkau 20 area di Jakarta. Selanjutnya, memperkuat tim inti di lini operasional dan teknologi.

Jago memosisikan diri bukan sebagai bisnis ritel yang mendukung operasionalnya dengan teknologi, melainkan sebaliknya, memungkinkan siapa saja dan di mana saja memiliki akses ke kopi berkualitas dengan harga terjangkau.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (27/10), Founding Partner Intudo Ventures Patrick Yip menyampaikan, ada beberapa hal yang khas Indonesia daripada kopi. Jago merupakan model baru bagi masyarakat Indonesia untuk menikmati kopi, mengungguli kafe tradisional dalam hal kenyamanan dan mengalahkan kopi instan dan pre-made dalam hal kualitas.

“Kami yakin dengan tim gabungan pengusaha kopi dan teknologi Jago dan menantikan momentum lanjutan mereka di pasar kopi Indonesia yang sedang booming,” kata Yip.

Partner BEENEXT Faiz Rahman menambahkan, Jago menyeduh sesuatu yang berbeda dari secangkir kopi rata-rata, memberikan pengalaman dan layanan unik kepada konsumen melalui kopi. Perusahaan ini memanfaatkan teknologi sebagai produk intinya dan memanfaatkan infrastrukturnya untuk mendefinisikan ulang ritel last-mile.

“Oleh karena itu, kami sangat bersemangat untuk melanjutkan kemitraan jangka panjang kami dengan Jago seiring dengan percepatan ekspansi perusahaan di seluruh Jakarta dan sekitarnya,” ucap Faiz.

Model bisnis Jago

Diluncurkan pada Juni 2020, Jago adalah kafe berjalan yang memberdayakan micro mobile  retail (gerobak elektrik)—menemui pelanggan kapan pun mereka mau—di mana pun mereka mau. Dengan armada kafe keliling yang bertenaga elektrik, Jago beroperasi di lokasi-lokasi utama di Jakarta.

Perusahaan menawarkan pendekatan hiperlokal ke konsumer akhir dengan melayani lingkungan sekitar dalam radius 1-2 km untuk menyiapkan dan mengantarkan minuman segar dengan cepat dalam hitungan menit. Gerobak beroperasi di area dengan kepadatan tinggi, dengan permintaan dari area perumahan dan bisnis, dengan populasi kedai kopi yang kurang melimpah meskipun permintaan kopi kuat.

Jago menyediakan minuman kafe berkualitas yang disajikan oleh barista yang dilengkapi dengan semua alat dan bahan yang dibutuhkan untuk menyiapkan minuman segar di tempat, termasuk panas & dingin, kopi & teh, dan minuman khusus lainnya.

Jago Coffee juga menawarkan pemesanan langsung dan pesan-antar, menawarkan layanan penjemputan dan pengiriman untuk kopi segar tingkat kafe langsung ke konsumen dengan harga yang dibanderol mulai dari Rp8 ribu per cangkir. Konsumen dapat menikmati alternatif kopi kualitas yang lebih tinggi untuk kopi instan, tanpa mengurangi kenyamanan dan efektivitas biaya.

Pengguna cukup mengunduh aplikasi Jago di iOS dan Android untuk memesan minuman yang baru diseduh untuk pengambilan dan pengiriman, sehingga tidak perlu pergi ke kafe untuk menyegarkan diri.

Jago dipimpin oleh tim pengusaha Indonesia yang berpengalaman di bidang kopi dan teknologi, termasuk Yoshua Tanu (CEO) dan Christopher Oentojo (CTO). Selain Jago, Yoshua juga merupakan salah satu pendiri Common Grounds, jaringan kafe premium di Indonesia. Sementara, Christopher sebelumnya adalah Vice President of Product di Gojek, ia pernah memimpin peluncuran GoCar dan inisiatif pemetaan internal perusahaan.

Selain itu, Daniel Sidik baru-baru ini bergabung dengan Jago sebagai COO & CMO. Daniel membawa pengalaman di bisnis makanan & minuman yang luas, bergabung dengan perusahaan setelah mendirikan dan memimpin Reddog, rantai hotdog bergaya Korea yang populer di Indonesia dengan lebih dari 40 gerai ritel setelah dua tahun diluncurkan.

“Model bisnis inovatif kami, menggabungkan kafe seluler dengan aplikasi Jago kami, menciptakan akses kopi yang tak tertandingi kapan saja, di mana saja tanpa harus mengorbankan kualitas, harga, atau kenyamanan. Kami sedang membangun kemungkinan baru untuk ritel last-mile yang berkelanjutan dan memuaskan bagi konsumen Indonesia untuk memenuhi kebutuhan kopi dan penyegaran harian mereka,” kata Co-founder & CEO Jago Yoshua Tanu.

Application Information Will Show Up Here

Startup E-commerce B2B “Sinbad” Dikabarkan Galang Dana Seri A Dipimpin Centauri Fund

Startup e-commerce B2B Sinbad dikabarkan menggalang pendanaan seri A yang dipimpin oleh Centauri Fund, dana kelolaan patungan antara Telkom dan KB Financial Group.

Menurut sumber DailySocial.id, putaran yang bernilai $5,5 juta (lebih dari 85,9 miliar Rupiah) ini juga diikuti investor lainnya, seperti Genesia Ventures, Central Capital Ventura, dan MDI Ventures. Dua nama terakhir merupakan investor lama Sinbad yang berpartisipasi dalam putaran sebelumnya. MDI Ventures memimpin putaran tahap awal untuk Sinbad pada awal tahun 2020.

Startup yang dirintis pada 2018 oleh Emilio Wibisono dan Jabert Hachchouch ini bermain di ranah e-commerce B2B yang memiliki misi ingin menyederhanakan rantai pasok di Indonesia, mempermudah pedagang dan pemasok dalam proses pengadaan. Diklaim pemesanan produk melalui Sinbad akan langsung terhubung ke distributor utama dengan tarif terendah yang ada di pasaran.

Kategori produk yang dijual Sinbad mayoritas adalah FMCG, mulai dari makanan, minuman, susu, perawatan tubuh, perlengkapan bayi, dan hewan peliharaan. Seluruh barang ini disuplai oleh brand prinsipal utama.

Perusahaan mengklaim telah memiliki 5 ribu+ total SKU, berasal dari 80 brand. Sinbad disebutkan telah menjangkau lebih dari 150 kota untuk persebaran jaringan toko dan pemasok. Tidak banyak informasi lainnya yang bisa digali mengenai pencapaian Sinbad sejak berdiri hingga sekarang.

Tak hanya kemudahan berbelanja dengan harga kompetitif langsung dari pemasok, Sinbad juga menawarkan kemudahan belanja dengan fitur bayar nanti (paylater). Sebetulnya, solusi yang ditawarkan Sinbad bukanlah barang baru di Indonesia. Perusahaan berkompetisi langsung dengan pemain lainnya, seperti GudangAda, Credibook (CrediMart), Ula, Warung Pintar, GoToko, Dagangan, dan lainnya, untuk permudah pemilik warung berbelanja.

Potensi digitalisasi warung

Solusi untuk warung ini sebetulnya menyelesaikan isu yang sangat mendasar. Berdasarkan hasil riset bertajuk The Future of Southeast Asia’s Digital Financial Services, sekurangnya 92 juta penduduk berusia dewasa di Indonesia belum tersentuh layanan finansial perbankan (unbankable) – sehingga sulit bagi mereka untuk mengakses layanan digital transaksional secara langsung. Warung berpeluang untuk menjadi medium inklusi keuangan, khususnya lewat layanan digital.

Warung adalah sistem bisnis yang paling menjangkau – tempat ekonomi mikro di berbagai penjuru Indonesia berputar. Menurut data Sensus Ekonomi 2016 yang dirilis BPS, dari 26,4 juta unit Usaha Mikro Kecil (UMK) & Usaha Menengah Besar (UMB), sebanyak 46,38% masuk dalam kategori “Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor” – warung masuk di sana. Jumlah ini sekaligus menjadi yang paling besar di antara jenis usaha lain yang ada di Indonesia.

Diestimasi, ekonomi warung informal Indonesia saat ini terdiri dari 168 juta orang yang bertransaksi $252 miliar setiap tahun. Dalam rangka menuju ekonomi digital yang inklusif, maka digitalisasi sangat penting untuk mengatasi masalah inti yang dihadapi oleh warung di lingkungan kecil ini.

Dalam wawancara dengan DailySocial.id, Co-Founder Ula Nipun Mehra menjelaskan analisisnya mengapa startupnya mantap merambah sektor ini. Menurutnya, ritel tradisional seperti warung adalah pilar utama ekonomi Indonesia. Tulang punggung dari ekonomi konsumsi, sekaligus mempekerjakan jutaan orang.

“Peritel tradisional tergolong cost-effective dan memiliki pengetahuan mendalam mengenai pasar lokal. Namun, sektor ini adalah bagian paling rentan dari value chain karena mereka biasanya bekerja secara individual dengan skala kecil,” ujarnya.

Application Information Will Show Up Here

East Ventures Pimpin Pendanaan Awal Startup Web3 Asal Singapura “AWST”

Startup web3 berbasis di Singapura, AWST, hari ini (25/10) mengumumkan perolehan pendanaan awal sebesar $1,7 juta (lebih dari 26,5 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh East Ventures, dengan partisipasi dari 500 Global dan Antler. Momentum ini sekaligus dimanfaatkan AWST untuk meresmikan kehadirannya secara publik.

Dalam keterangan resmi, Principal East Ventures Devina Halim menyampaikan pihaknya percaya web3 adalah suatu perubahan paradigma dan menjadi sorotan atau tema dalam beberapa tahun mendatang. Artinya, banyak peluang yang bisa dieksplorasi di sektor ini.

“Kami mendukung entrepreneur terbaik dan cerdas seperti Arun dan Aleksandar yang membangun AWST untuk membantu berbagai brand dan kreator dalam membangun komunitas yang bermakna. Mereka dapat mewujudkan ide-idenya melalui platform NFT-nya. Kami bersemangat untuk bekerja sama dengan tim AWST,” ucap Devina.

AWST didirikan oleh Arun Sugumaran dan Aleksandar Abu Samra pada Oktober 2020. AWST menawarkan Web3 ke berbagai merek dengan menciptakan platform bagi para pengguna untuk meluncurkan koleksi NFT di berbagai protokol blockchain yang dioptimalkan untuk kebutuhan setiap proyek.

Solusi-solusi AWST dapat diintegrasikan ke dalam kerangka kerja teknologi perusahaan dengan mudah dan lancar. Keahlian AWST akan membantu dalam menggabungkan utilitas ke dalam platform-platform ini, menciptakan fondasi yang kuat bagi para klien untuk memanfaatkan ekosistem Web3 yang berkembang. Semangatnya adalah membuat Web3 dan NFT dapat diakses oleh semua orang.

Disebutkan AWST merupakan startup web3 pertama di Asia bekerja sama dengan Stripe untuk memfasilitas transaksi NFT, membantu memroses pembayaran online untuk bisnis di 46 negara. Kolaborasi kedua perusahaan adalah langkah besar dalam membuat transaksi NFT layak secara komersial untuk bisnis.

Upaya bersama ini ditujukan untuk memosisikan NFT untuk adopsi secara mainstream dengan mengikutsertakan fungsi dan utilitas seperti keanggotaan, tiket, dan pengalaman yang diperluas melalui teknologi.

“Web3 berkembang dengan pesat, dan bisnis ingin terhubung dengan pelanggan mereka dengan cara baru dan mendapatkan pelanggan baru dari komunitas NFT. Kami yakin kami memiliki infrastruktur teknologi yang tepat, dan pengalaman untuk memandu para klien kami dalam memperluas bisnis dan kemampuan engagement mereka melalui Web3 dan NFT,” kata Co-Founder & CEO AWST Arun.

Dia melanjutkan, AWST bersemangat dengan adopsi NFT di masa depan dan telah melihat bagaimana ketertarikan yang telah ada melalui vending machine NFT mereka di National Gallery yang menunjukkan meningkatnya penerimaan masyarakat umum terhadap web3. Ke depannya, AWST ingin membangun alat dan platform yang menghubungkan organisasi dengan proyek NFT untuk memfasilitasi pertukaran nilai di dunia nyata.

Dapat Investasi 108 Miliar Rupiah, Partipost Perkuat Inovasi Platform Pemasaran “Influencer”

Pengaruh kehadiran influencer dalam kegiatan pemasaran terus menunjukkan tajinya seiring digitalisasi yang kian masif. Tren tersebut menimbulkan kebutuhan platform untuk menjembatani para influencer dengan brand yang ingin melancarkan kegiatan pemasaran. Semangat tersebut yang akhirnya melandasi Partipost mengejar posisi sebagai pemain yang dominan di regional, terutama pasca-mengantongi pendanaan lebih dari $7 juta (lebih dari 108 miliar Rupiah).

Putaran investasi tersebut dipimpin oleh iGlobe Partners, dengan partisipasi dari Pavilion Capital Temasek, Taiwan Mobile, Cathay Venture, dan Quest Ventures. Partner iGlobe Partners Joyce Ng akan bergabung di jajaran manajemen Partipost sebagai direktur.

Perusahaan akan menggunakan dana segar untuk mempercepat perkembangan produk baru dan memenuhi kebutuhan bisnis dari klien komersial dari berbagai pasar, seiring mulai dilonggarkannya regulasi wajib masker di Asia. Perusahaan juga akan ekspansi ke Thailand, Vietnam, dan Hong Kong dalam kurun waktu 18 bulan dari sekarang.

Dalam keterangan resmi, Partner iGlobe Joyce Ng menyampaikan, dengan meningkatnya laju penetrasi media sosial di Asia, pihaknya percaya bahwa ekonomi influencer akan bertahan lama. Hal itu mengakibatkan brand perlu mencoba berbagai tools marketing untuk tetap menonjol di tengah banyaknya konten di era digital.

“Partipost telah membawa inovasi di tengah marketing tradisional melalui ekosistem influencer yang kuat bagi influencer maupun brand. Sebagai investor utama di seri pendanaan ini, kami sangat terkesan dengan Jonathan dan tim, dan sangat bersemangat untuk bergabung dalam perjalanan ini dan membantu mereka mencapai lebih lagi,” ucap Ng.

Partner Quest Ventures Asia Fund Jeffreey Seah menambahkan, pihaknya terus mendukung bisnis Partiposts, ditandai dengan pendanaan ketiga yang diberikan perusahaan. Menurut dia, selain memperoleh hasil yang lebih besar dari anggaran periklanan dan marketing, Partipost terbukti dibutuhkan oleh klien marketing untuk mengembangkan sampling produk dan riset campaign di channel distribusi penjualan konvensional.

“Sejalan dengan perubahan pola pikir dan perilaku pelanggan, marketer brand kini mencari funnel baru untuk mencarik generasi pelanggan WFH dari era pandemi yang memiliki berbagai pilihan. Influencer dan creator di platform Partipost semakin dihargai secara komersial di pasaran. Tony, Ben, dan Jon adalah pemain ekonomi digital yang akan terus mendapat dukungan kami,” ujarnya.

Founder dan CEO Partipost Jonathan Eg turut menyampaikan, “Terlepas dari rintangan makroekonomi, kami berhasil meraih seri pendanaan ini, khususnya dengan bantuan semua anggota tim kami yang terus berdedikasi, berusaha, dan mempercayai masa depan Partipost. Kami ingin menjadi platform yang dapat digunakan semua brand maupun influencer. Saya yakin kami semakin dekat pada visi tersebut.”

Selain Partipost, saat ini ada sejumlah platform yang mencoba menjembatani kebutuhan brand untuk influencer marketing. Beberapa di antaranya Anymind, Allstars, Hiip, Verikool, Raena, termasuk IDN Media yang mulai kembangkan platform serupa bertajuk creator economy.

Tren influencer marketing

Partipost adalah influencer marketing & commerce platform yang menyediakan solusi untuk brand menjalankan kampanye pemasaran dalam skala dan kecepatan tinggi bersama influencer yang tepat. Dengan influencer dari berbagai kategori, mulai dari ratusan hingga jutaan follower, Partipost ingin mendorong word-of-mouth marketing autentik bagi brand.

Dengan data yang dikumpulkan melalui polling dalam aplikasi dan perilaku pengguna, sistem Partipost mengumpulkan influencer dengan jumlah follower dari ratusan hingga jutaan. Dengan meningkatnya minat konsumen akan influencer marketing dan commerce, Partipost memberi reward bagi influencer berdasarkan reach media dan engagement media sosial dengan follower.

Startup ini berdiri sejak 2016 dan telah hadir di Singapura, Indonesia, Taiwan, Malaysia, dan Filipina. Diklaim, pada tahun ini Partipost telah membantu brand dalam meningkatkan brand awareness, sales, dan scale, melalui pembuatan campaign yang melibatkan lebih dari 3,000 influencer.

Pendanaan yang mencakup beberapa wilayah ini sejalan dengan pesatnya pertumbuhan industri influencer marketing di Asia. Di regional ini diprediksikan akan mencapai $24 miliar pada 2024. Selain itu, laporan influencer marketing Asia Tenggara 2022 dari Partipost menemukan bahwa kapabilitas “On-Demand & Always-On” merupakan faktor pendorong utama bagi marketer brand untuk menginvestasikan hingga sepertiga (33%) dari anggaran marketing mereka untuk influencer marketing.

Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa brand yang telah mencoba influencer marketing sejak dini telah merasakan keuntungan dari membangun kehadiran media sosial mereka melalui influencer. Manfaat influencer marketing tak hanya meningkatkan brand awareness, tapi juga mendorong konversi sales 24/7 terlepas dari jam operasional toko. Marketer brand dan organisasi sales affiliate diprediksikan akan mengalokasikan budget yang lebih besar untuk bekerja sama dengan influencer.

Saat ini konsumen beralih ke media sosial untuk menemukan maupun mencari tahu tentang produk dan/atau jasa. Berdasarkan temuan laporan, 87% responden menghabiskan setidaknya 2 jam di media sosial per harinya, dan 46% menghabiskan lebih dari 5 jam per harinya. 30% responden juga menyatakan bahwa mereka menyukai konten ulasan.

“Dengan meningkatnya daya beli dari generasi pengguna teknologi, brand perlu memanfaatkan influencer marketing untuk mencapai target pelanggan. Selama pandemi Covid-19, brand mencoba membangun top of mind awareness dengan agresif. Kini setelah memasuki fase endemi, brand semakin siap meningkatkan konversi sales,” tulis survei yang disusun Partipost.

Lebih lanjut, survei Partipost menunjukkan bahwa nano influencer memiliki dampak terbesar terhadap keputusan pembelian konsumen yaitu 46%. Nano influencer adalah orang biasa yang berasal dari lingkup keluarga dan pertemanan konsumen, berbeda dengan selebriti (20.6%), macro influencer (17.7%), dan micro influencer (15.7%).

Berkaitan dengan itu, secara terpisah saat dihubungi DailySocial.id, tren demografi influencer di Indonesia didominasi oleh nano influencer. Meski tidak dirinci spesifik ada berapa banyak, menurut Marketing Manager Partipost Clara Alverina, nano influencer yang punya follower sekitar 1.000-2.000 punya potensi yang menarik karena bisa menghasilkan engagement tertinggi.

“Itu kita sebut sebagai nano influencer. Namun, justru nano influencer dengan jumlah follower yang lebih sedikit inilah yang berpotensi menghasilkan engagement tinggi. Pasalnya, follower mereka sebagian besar adalah keluarga dan teman mereka sendiri, sehingga konten yang mereka buat akan lebih dipercaya dan diikuti,” ucap.

Clara melanjutkan, tren influencer marketing saat ini makin gencar dimanfaatkan oleh brand di era pasca pandemi, sebab saat pandemi mereka harus mengurangi pengeluaran dan menghemat budget. Kondisi yang makin membaik, memicu daya beli beli konsumen.

Brand pun semakin mengejar ketinggalan mereka selama pandemi melalui berbagai strategi, termasuk influencer marketing agar produk mereka semakin diketahui oleh pasar yang lebih luas. Ditambah lagi, influencer merupakan sumber rekomendasi dan informasi dengan tingkat kepercayaan tinggi dari konsumer, sehingga dampaknya terhadap awareness hingga pembelian pun lebih besar.”

Ia menuturkan, ke depannya perusahaan akan terus mengembangkan platfornya agar semakin mempermudah pengguna. Brand jadi lebih praktis menjalankan campaign, influencer pun semakin mudah mencari campaign dan mendapatkan penghasilan.

“Kami juga berharap bisa memperluas network influencer kami di daerah-daerah lain di Indonesia, dengan berbagai niche, supaya brand punya lebih banyak pilihan saat ingin membuat campaign dengan influencer yang spesifik,” pungkasnya.

FitHappy Umumkan Pendanaan Pra-Awal Dipimpin East Ventures

Startup healthtech FitHappy hari ini (24/10) mengumumkan telah mendapatkan pendanaan pra-awal dalam nominal yang dirahasiakan dari East Ventures, dengan partisipasi dari investor lain yang turut dirahasiakan pula.

FitHappy akan mengalokasikan dana yang diterima untuk meningkatkan kemampuan aplikasinya agar dapat terus menekankan pembangunan kebiasaan sebagai fitur inti, meningkatkan analitik kesehatan holistik, mengembangkan toko FitHappy, dan menemukan product-market fit.

“Pendanaan ini menjadi dukungan kuat bagi kami untuk terus membuat program-program kesehatan holistik untuk membantu masyarakat menjadi bugar dan bahagia. FitHappy memberikan solusi digital yang terintegrasi untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hidup seluruh masyarakat Indonesia dengan menanamkan kebiasaan dan kebahagiaan,” ucap Co-Founder & CEO FitHappy Imam Prabowo Karnohartomo dalam keterangan resmi.

Startup ini dirintis Imam Prabowo Karnohartomo dan Kuncoro Dwi Atmojo (CTO). Imam adalah seorang pengusaha teknologi dengan 10 tahun pengalaman di bidang teknologi kesehatan, konsultasi, dan manajemen risiko. Kuncoro memiliki 10 tahun pengalaman bekerja di Silicon Valley sebagai software engineer. Tim FitHappy terdiri dari ahli nutrisi klinis, neurologi, neuroscience, endokrin, forensik, psikologi perilaku, dan ilmu olahraga.

Produk FitHappy

Perusahaan hadir untuk membantu masyarakat mencapai kualitas hidup yang lebih baik melalui pendekatan baru. Di Indonesia, pola makan dan kebiasaan yang tidak sehat mengancam kesehatan dan produktivitas penduduk secara keseluruhan, dengan 1 dari 5 orang dewasa mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, dan lebih dari 60 juta penduduk menderita hipertensi dan/atau diabetes.

Obesitas meningkatkan risiko diabetes dan hipertensi, yang merupakan dua prediktor kuat penyakit yang kronis dan mematikan. Kondisi kesehatan ini juga dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan ketidakseimbangan kehidupan kerja. Untuk mencegah dan mengelola hipertensi, diabetes, dan obesitas, salah satu upaya dapat dimulai adalah dengan mengubah gaya hidup, seperti mencapai berat badan ideal dan mempertahankan gaya hidup sehat.

Solusi FitHappy adalah program kesehatan holistik yang mudah diikuti, serta dipersonalisasi berdasarkan kesehatan dan psikologi masing-masing individu. FitHappy menyediakan aplikasi pembinaan kesehatan holistik memungkinkan setiap pengguna memiliki pelatih khusus untuk membantu mereka memperbaiki kebiasaan makan, kebiasaan latihan fisik, kebiasaan menerapkan mindfulness, dan kebiasaan produktivitas.

Dengan demikian, FitHappy dapat membantu penggunanya menjadi lebih sehat, lebih bahagia, dan lebih produktif. Untuk perusahaan, FitHappy membantu meningkatkan kesehatan dan well being karyawan untuk meningkatkan produktivitas, kinerja, dan ROI.

FitHappy fokus membangun kebiasaan untuk mengadopsi gaya hidup sehat jangka panjang, mengintegrasikan program diet, olahraga, dan praktik mindfulness ke dalam satu aplikasi seluler. Metodologi FitHappy juga dapat meningkatkan keharmonisan kegiatan kerja karena memiliki kebiasaan sehat yang dapat mengurangi tingkat absensi dan meningkatkan produktivitas.

“Hal terpenting bagi kami adalah ketika para pengguna menikmati prosesnya. Metode FitHappy tidak mengharuskan pengguna untuk menghitung kalori atau mengikuti meal plan yang kaku, melainkan membantu para pengguna untuk mengikuti perubahan kebiasaan & gaya hidup selangkah demi selangkah. Kami juga merasa bersyukur menyaksikan perubahan di berbagai perusahaan yang mempercayakan produktivitas karyawannya dengan FitHappy, dan betapa kuatnya perubahan kebiasaan dalam memengaruhi kehidupan seseorang,” kata Co-founder & CTO FitHappy Kuncoro Dwi Atmojo.

FitHappy berupaya untuk mengambil peluang di pasar kebugaran dan kesejahteraan digital di Indonesia, yang diproyeksikan mencapai $2,23 miliar pada 2027, dengan menyediakan layanan kesehatan yang dipersonalisasi dengan biaya terjangkau dan mendorong masyarakat untuk membeli produk F&B yang sehat di toko FitHappy. Diklaim hingga saat ini, aplikasi FitHappy telah diunduh oleh ribuan pengguna, dengan tingkat keberhasilan penurunan berat badan dan lemak sebesar 90% dan tingkat retensi konsultasi sebesar 97%

Tak hanya mengembangkan produk, perusahaan juga akan menjalin kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan, merek, dan komunitas dengan tujuan yang lebih besar untuk membantu lebih banyak orang mengubah hidup mereka jadi lebih baik.

“Kami percaya bahwa pendekatan FitHappy terhadap kesehatan dan kebugaran akan membawa manfaat bagi masyarakat Indonesia, dan pada akhirnya akan mendorong produktivitas secara keseluruhan. Kami senang menyambut FitHappy sebagai bagian dari ekosistem portofolio East Ventures dan berharap dapat melihat tim FitHappy dalam menemukan produk yang sesuai dengan pasar dan memberikan solusi yang meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup,” kata Principal East Ventures Devina Halim.

Application Information Will Show Up Here

Startup SaaS Kuliner “Runchise” Umumkan Pendanaan Awal

Startup pengembang layanan SaaS untuk bisnis kuliner Runchise mengumumkan pendanaan tahap awal dengan nilai yang dirahasiakan. Putaran investasi ini dipimpin oleh East Ventures, diikuti sejumlah investor meliputi Genesia Ventures, Arise MDI Ventures, Init-6, Prasetya Dwidharma, Alto Partners, dan sejumlah angel investor.

Ini bukan kali pertama SaaS yang spesifik untuk industri kuliner hadir, sebelumnya sudah ada Esensi Solusi Buana (ESB) yang juga fokus di area tersebut. Bahkan startup yang didukung Alpha JWC dan sejumlah investor ini sudah membukukan pendanaan seri B tahun ini senilai $29 juta atau sekitar 420 miliar Rupiah.

Runchise sendiri hadir tahun ini, didirikan Daniel Witono, yang sebelumnya dikenal sebagai founder Jurnal (diakuisisi Mekari). Dalam wawancaranya bersama DailySocial.id di bulan Juni 2022 lalu, ia mengatakan bahwa Runchise dibangun sebagai sebuah “outlet management solution“.

“Perkembangan bisnis kuliner dipengaruhi oleh pengelolaan atau sistem manajemen yang baik. Dengan menggunakan teknologi, kami yakin para pengusaha akan bisa meningkatkan profit dan meningkatkan output dari usaha. Runchise hadir menjadi solusi bagi pemilik bisnis kuliner, memberi para usaha kuliner solusi yang lengkap dalam satu platform di mana kebutuhan seluruh operasional usaha kuliner bisa terpenuhi,” ujar Daniel seperti disampaikan dalam rilis resminya.

Daniel juga mengatakan, salah satu segmen pasar utama Runchise adalah pebisnis waralaba (franchise). Persoalan tentang pengelolaan hingga pembinaan franchise masih menjadi tantangan yang kerap dirasakan oleh pemilik brand F&B. Mulai dari kurangnya transparansi dari penerima waralaba hingga penggunaan bahan baku yang tidak sesuai.

Layanan Runchise

Ada tiga layanan utama yang disajikan Runchise. Pertama adalah Supply Chain Management, tugasnya memudahkan operasional restoran yang memiliki banyak outlet, mulai dari pengaturan dan pengadaan stok, bahan baku, hingga pengaturan akses data perusahaan yang fleksibel. Kedua ada Point of Sales, memudahkan proses transaksi dengan pelanggan. Dan ketiga Online Ordering, untuk memudahkan pemilik gerai mengintegrasikan dengan layanan food delivery.

Runchise akan mengalokasikan dana dari investor untuk menambah talenta dan memperkuat tim, mengembangkan produk, dan inisiatif pemasaran. “Melalui investasi dan kolaborasi dengan investor, kami akan terus melakukan inovasi dengan menggunakan teknologi untuk meningkatkan performa bisnis F&B  dan menjadi mitra teknologi terpercaya di industri ini,” kata Daniel.

General Partner Genesia Ventures Takahiro Suzuki memberikan pandangannya terhadap potensi digitalisasi industri kuliner. “Dalam beberapa tahun terakhir ini, kita telah melihat bagaimana inovasi dan digitalisasi telah memberikan peluang baru bagi UMKM, khususnya sektor kuliner pada masa pandemi. Industri consumer food menjangkau hingga $50 miliar, dengan sebagian besar masih dijalankan secara offline, hal ini membuktikan bahwa masih banyak kesempatan untuk berinovasi, digitalisasi dan pertumbuhan di sektor ini,” ujarnya.

Ia melanjutkan, “Dengan pengalaman mengoperasionalkan perusahaan yang sedang berkembang dan menjadi founder untuk yang kedua kalinya, kami yakin Daniel beserta tim dapat menangkap peluang tersebut serta membawa progres yang positif bagi industri F&B di Indonesia.”

Sudah Didanai Investor Lebih dari Rp600 Miliar, CoHive Alami Kesulitan Bisnis

Menurut Coworking Space Global Market Report 2022, ukuran pasar industri coworking space global akan bertumbuh dari $13,60 miliar di 2021 menjadi $16,17 miliar di 2022 dengan CAGR 18,9%. Laporan tersebut juga menggarisbawahi, pertumbuhan bisnis ini sangat dipengaruhi dengan peningkatan jumlah startup, termasuk tren ruang kerja fleksibel di kalangan pekerja muda.

Faktanya, bisnis ini juga mengalami turbulensi saat dampak virus corona memuncak pada pertengahan 2020. Diperkirakan jumlah penurunan permintaan coworking space melebihi 50%, ditengarai kebijakan bekerja dari rumah yang diberlakukan oleh para pegiat startup. Di era new normal ini, kemudian muncul tren kerja hybrid –memadukan remote working dan bekerja di kantor—membuat para pekerja lebih fleksibel untuk menentukan tempat.

Di tengah proyeksi optimis di atas, baru-baru ini kabar kurang sedap datang dari salah satu operator coworking space paling berkembang di Indonesia, CoHive. Startup yang dinakhodai oleh Chris Angkasa (CEO) tersebut tengah terlilit utang dan kini sedang melakukan restrukturisasi. Kasusnya juga telah sampai di meja hijau, disidangkan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Bahkan sumber DealStreetAsia mengatakan, dampak dari masalah ini berpotensi membuat CoHive menutup operasional coworking space-nya.

DailySocial.id telah menghubungi pihak perusahaan untuk meminta komentar terkait kabar yang beredar. Namun sampai pemberitaan ini terbit, pihak CoHive masih enggan memberikan tanggapan.

Ekspansi bisnis coworking space memang sangat bergantung pada biaya operasional. Dalam menyuguhkan layanan, mereka menyediakan ruang dan fasilitas kerja berkualitas tinggi, didukung dengan berbagai program-program unggulan.

Menurut laporan DSInnovate, di Indonesia ada lebih dari 300 pemain coworking space dengan berbagai skala, tersebar di 45 kota — mengikuti pertumbuhan signifikan jumlah pelaku startup.

CoHive telah didukung sejumlah investor seperti East Ventures, Insignia, Naver Corp, dan lain-lain. Terakhir, mereka mengumumkan putaran pendanaan seri B, menjadikan total dana ekuitas yang berhasil dibukukan sekitar $40 juta atau setara 623 miliar Rupiah. Menurut sumber, pendanaan ini telah melambungkan valuasi perusahaan mencapai lebih dari $100 juta.

Saat ini CoHive mengoperasikan layanannya di berbagai kota. Selain Jakarta, juga ada di Medan dan Surabaya. Layanan yang disuguhkan cukup beragam melalui keanggotaan CoHive, mulai dari workspace, coworking, private office, meeting room, sampai dengan coliving. Ekspansi terakhirnya di Surabaya pada rentang 2019-2020 menggandeng Tanrise Property dan TIFA Properti sebagai mitra strategis.

Hipotesis investor tentang coworking pasca-pandemi

Menurut data yang diinputkan ke regulator, tahun lalu dua pemain di industri coworking lokal telah mendapatkan pendanaan. Pertama ada GoWork yang dikabarkan memulai putaran pendanaan seri C1. Sejumlah investor bergabung, termasuk Gobi Partners lewat Meranti Asean Growth Fund, dan telah mengumpulkan $3,6 juta atau setara 51,8 miliar Rupiah.

CoHive juga dikabarkan mendapatkan suntikan dana tambahan dari investor sebelumnya. Namun demikian, pihak terkait yang kami konfirmasi soal pendanaan ini memilih tidak berkomentar.

Adanya pendanaan ini mengindikasikan sinyal positif dari para investor, yang masih meyakini tentang hipotesis mereka di segmen coworking. Untuk memvalidasinya, tahun lalu kami berbincang dengan sejumlah investor, salah satunya dari Indogen Capital (yang berinvestasi di GoWork).

Vice President Indogen Capital Kevin Winsen mengatakan, “Hipotesis kami melihat bahwa permintaan terhadap coworking space akan bounce back dan tetap bertumbuh secara modest. Kami melihat future of working itu akan hybrid, orang sudah terbiasa dengan produktivitas kerja yang baru selama pandemi tapi secara bersamaan tidak mau kehilangan fungsi sosial untuk bertemu tatap muka. Alhasil akses multi-lokasi dari coworking space akan menjadi strong moat dalam jangka panjang untuk address change of behavior ini.”

Sementara itu perwakilan East Ventures juga memberikan pandangannya. Mereka berinvestasi di CoHive dan CirCO (Vietnam).

Operating Partner East Ventures David Fernando Audy mengatakan, “Ruang fleksibel atau coworking telah menjadi bagian terintegrasi dari tren pasar perkantoran dan akan terus berlanjut. Diyakini akan ada permintaan yang baik untuk layanan tersebut, ketika pandemi mereda. Tentu saja dalam jangka pendek, pembatasan mobilitas memberikan banyak tekanan pada operator. Oleh karena itu, masuk akal untuk mengharapkan beberapa strategi yang bergeser ke arah konsolidasi pasar.”

Crewdible Dikabarkan Galang Pendanaan Seri A [UPDATED]

Startup penyedia solusi pengadaan Crewdible dikabarkan menggalang pendanaan segar. Berdasarkan data yang diinputkan ke regulator, putaran ini telah diikuti sejumlah investor, termasuk Bukalapak (melalui entitas Sierra Ranger Pte. Ltd.), Ondine Capital, 500 Southeast Asia (dulu bernama 500 Durians), dan Aldi Haryopratomo sebagai angel investor.

Saat dihubungi, perwakilan perusahaan membenarkan informasi terkait dana segar yang diterima, sekaligus menyiratkan bahwa proses penggalangan telah rampung dan akan segera memberikan informasi resminya dalam waktu dekat.

Sebelumnya, Crewdible memperoleh pendanaan pra-seri A senilai $1,5 juta yang diumumkan pada Oktober 2019. Putaran tersebut dipimpin oleh Global Founders Capital (GFC).

Startup yang dirintis oleh Dhana Galindra pada 2017 ini memosisikan diri sebagai online fulfillment service yang mengedepankan sistem crowdsourcing. Crewdible memanfaatkan gudang atau ruko kosong di berbagai wilayah untuk bekerja sama sebagai mitra perusahaan.

Hingga kini, Crewdible menyediakan layanan terpadu seperti penyimpanan barang, packing, hingga siap diantar oleh kurir. Seluruh aktivitas tersebut berada dalam suatu aplikasi yang diharapkan memudahkan pemilik bisnis online dalam melakukan transaksi bisnisnya.

Dengan demikian, pebisnis bisa lebih fokus ke pengembangan bisnis mereka karena urusan operasional, mulai dari simpan barang, packing, hingga pengiriman, otomatis selesai dikerjakan secara profesional oleh tim Crewdible. Selain praktis, pebisnis dapat memangkas biaya operasional mereka menjadi lebih hemat sampai 30%.

Visi perusahaan adalah membentuk ekosistem yang terintegrasi untuk memudahkan semua orang memulai dan mengembangkan bisnisnya secara berkelanjutan. Serta misinya, memberdayakan serta berkembang bersama mitra-mitra dalam memberikan layanan fulfillment terbaik pada berbagai business e-commerce dan UKM di seluruh Indonesia.

Berdasarkan informasi yang diberikan perusahaan, per tahun lalu, ada lebih dari 7 ribu penjual online yang bergabung, menciptakan transaksi seller/client sebanyak 6,64 juta, memiliki lebih dari 97 ribu SKU terverifikasi.

Berikutnya, ada 43 brand dengan 85 toko pengguna jasa admin Crewdible, memiliki 116 mitra gudang, 35 mitra gudang pendingin, dan menghadirkan fitur baru OMS (order management system) dan WMS (warehouse management system). Terakhir, perusahaan telah memiliki tambahan kantor cabang yang berada di Surabaya dan Bandung.

Dalam monetisasinya, Crewdible memiliki tiga kategori gudang yakni basic, standar, dan pro. Masing-masing kategori memiliki fee fulfillment yang berbeda, antara lain: 2,9%, 3,8% dan 4,5%. Ketiga kategori tersebut dapat pebisnis pilih sesuai kebutuhan dan gudang.

Tak hanya pengadaan, perusahaan kini menyediakan dukungan jasa marketing, berupa jasa foto produk, jasa admin online, dan jasa lainnya yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pebisnis.

*Pembaruan: kami menambahkan Bukalapak ke daftar investor yang terlibat dalam pendanaan ini.

Application Information Will Show Up Here