Waste4Change Terima Pendanaan Seri A 76 Miliar Dipimpin AC Ventures dan Barito Mitra Investama

Platform pengelola sampah Waste4Change mengumumkan perolehan pendanaan seri A sebesar $5 juta (lebih dari 76 miliar Rupiah). AC Ventures dan PT Barito Mitra Investama menjadi lead dalam putaran ini, diikuti jajaran investor lain, yakni Basra Corporation, Paloma Capital, PT Delapan Satu Investa, Living Lab Ventures, SMDV, dan Urban Gateway Fund.

Perusahaan akan menggunakan modal segar ini untuk memperluas jangkauan, meningkatkan kapasitas pengelolaan sampah hingga 100 ton per hari sampai 18 bulan ke depan, serta mencapai lebih dari 2 ribu ton per hari dalam lima tahun ke depan.

Untuk mencapai target tersebut, perusahaan akan melibatkan integrasi dengan lebih banyak teknologi digital dalam proses pemantauan, perekaman aliran pengelolaan limbah, dan otomatisasi fasilitas pemulihan material. Di samping itu, perusahaan berencana untuk memperkuat kemitraan dengan sektor persampahan informal di Indonesia yang saat ini didukung oleh pemulung, bank sampah, kios sampah, dan pengumpul sampah.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (14/10), Founder dan CEO Waste4Change Mohamad Bijaksana Junerosano mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan pemodal ventura terbaik di sektor teknologi. Menurutnya, semua investor di Waste4Change menanggapi ESG dengan serius dan bersedia berbagi wawasan mereka demi menciptakan solusi pengelolaan limbah terbaik.

“Kami lebih dari siap untuk mewujudkan misi bersama kami untuk memberikan dampak positif yang lebih cepat dan lebih besar terhadap lingkungan, masyarakat, dan ekonomi,” ucap Sano, panggilan akrab Bijaksana.

Founding Partner AC Ventures Pandu Sjahrir menambahkan, Waste4Change adalah pionir yang menyediakan solusi pengelolaan sampah end-to-end. Keberlanjutan adalah fokus utama tim dengan komitmen yang ditunjukkan untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi Indonesia.

“Perusahaan ini telah mencapai kecocokan pasar produk dan memiliki potensi untuk berkembang di seluruh negeri. Waktu perusahaan juga ideal karena pemerintah Indonesia menginginkan setidaknya pengurangan 30% di sumbernya dengan 70% sisanya ditangani pada tahun 2025,” ujar dia.

Solusi Waste4Change

Waste4Change

Sano menjelaskan, Waste4Change didirikan pada 2014 dengan mengemban misi memecahkan masalah sampah guna mencegah kebocoran ke lingkungan dan mengurangi jumlah sampah yang berakhir di tempat pembuangan sampah. Perusahaan didirikan oleh PT Greeneration Indonesia (Ecoxyztem) dan PT Bumi Lestari Bali (EcoBali) di Bekasi, Jawa Barat.

Solusi yang ditawarkan Waste4Change ada empat, yakni Consult, Campaign, Collect, dan Create.

Khusus untuk layanan ketiga ini, pelanggan diminta untuk memilah sampahnya sesuai dengan panduan Waste4Change. Kemudian, Waste4Change akan mengirimkan tim untuk datang ke lokasi mereka guna mengambil sampah secara langsung, kemudian memberikan laporan detail setelah proses selesai. Pelanggan juga memiliki pilihan untuk membawa sampah ke salah satu titik drop-off Waste4Change atau mengirim sampah mereka ke Waste4Change.

Waste4Change hadir di 21 kota di Indonesia, mengelola lebih dari 8.000 ton sampah per tahun. Perusahaan telah mengumpulkan sampah dari 100 klien B2B dan 3.450 klien rumah tangga. Sejak 2017, telah memperoleh skor CAGR 55,1%.

Waste4Change saat ini memiliki 108 karyawan dan 141 operator pengelolaan sampah. Perusahaan berencana untuk menambah 52 orang tambahan ke dalam timnya dan melibatkan lebih dari 300 sektor informal dan UMKM di sektor limbah (sejumlah personel internal dan eksternal) untuk terus mendorong pertumbuhan.

Dengan populasi lebih dari 270 juta penduduk, Indonesia menghadapi masalah pengelolaan sampah terbesar di Asia Tenggara, dengan tingkat daur ulang berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan masih sangat rendah, yaitu 11-12%. Namun, tidak menutup kemungkinan jika hal ini akan segera berubah pasca regulasi atau kebijakan baru yang dikeluarkan pemerintah.

Baru-baru ini, pemerintah meluncurkan program Indonesia Bersih Sampah 2025 yang diresmikan melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia 97/2017. Aturan ini mewajibkan semua pihak untuk mendukung realisasi pengurangan sampah 30% dari sumbernya (termasuk pemilahan sampah ke tempat sampah terpisah sehingga sampah tertentu dapat diolah menjadi produk daur ulang yang berbeda) dan 70% sampah diolah. Target agresif pemerintah perlu dicapai sebelum akhir tahun 2025.

Program ini juga telah memicu peraturan pengelolaan sampah baru dari pemerintah daerah dan inisiatif pengelolaan sampah dari sektor komersial. Dalam hal permintaan pasar baru, perubahan ini telah menciptakan lonjakan kebutuhan akan pengelolaan sampah yang bertanggung jawab, dengan laporan pengelolaan sampah yang terperinci.

Bank Digital Milik Kredivo “Krom Bank” Mulai Unjuk Diri Sebelum Resmi Dirilis

Krom Bank, bank digital milik induk Kredivo, mulai menunjukkan diri ke publik melalui situs resminya. Meski produknya belum bisa diakses, publik bisa mengetahui bahwa layanan perbankan yang akan dihadirkan nantinya adalah Tabungan Utama, Tabungan, Deposito berjangka, Transfer, dan Top up & Tagihan.

Dalam situsnya dijelaskan, “Krom dibuat khusus agar kamu bisa dengan mudah mengalokasikan dana dan merencanakannya sesuai dengan tujuan keuanganmu. Mulai dari alokasi kebutuhan harian, rencana jangka pendek, hingga rencana masa depan.”

Layanan yang disediakan Krom Bank pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan kebanyakan bank digital lainnya tawarkan. Patut ditunggu nilai lebih yang ditawarkan apalagi terhubung dengan solusi Kredivo.

Krom Bank adalah rebrand dari Bank Bisnis Internasional, resmi diumumkan pada 20 September 2022 pasca RUPSLB yang digelar pada lima hari sebelumnya. Dalam rapat juga memutuskan empat bidang usahanya. Yakni, sebagai bank umum konvensional, penyedia jasa pembayaran, memindahkan dana, dan menerbitkan surat pengakuan utang, dan kegiatan lainnya.

Selain itu juga menyetujui perubahan susunan pengurus perseroan. Rapat memberhentikan Sugijarto Lukman sebagai Komisaris Independen, digantikan dengan Zainal Abidin. Juga mengangkat Masa Paskalis Lingga sebagai Presiden Komisaris. Masa merupakan bankir veteran yang pernah bekerja di sejumlah perusahaan fintech, di antaranya Uang Teman, LinkAja dan OneAset.

Presiden Direktur tetap dipegang oleh Laniwati Tjandra, Alvin James Kurniawan dan Wisaksana Djawi, keduanya sebagai Direktur.

PT FinAccel Teknologi Indonesia resmi menjadi pengendali saham Bank Bisnis Internasional dengan kepemilikan 75% pada Maret 2022. Pembelian dilakukan secara bertahap sejak 2021 hingga April 2022. Pada 2021, perusahaan telah menggenggam 40% saham.

Kemudian, pada 31 Maret 2022 dan 8 April 2022 kembali meningkatkan kepemilikannya sebanyak 35% dengan membeli harga saham seharga Rp1.646 per lembar saham. Dengan begitu, FinAccel menggelontorkan dana sebesar Rp1,9 triliun untuk mengambil alih 35% saham.

Krom Bank saat ini menggelar penawaran umum terbatas III (PUT III) dalam rangka rights issue. Perusahaan menerbitkan 14,06% saham dari total modal ditempatkan atau disetor dengan nominal saham Rp100 per saham. Dana hasil rights issue akan digunakan sepenuhnya untuk tambahan modal kerja. Langkah tersebut diambil dalam rangka memenuhi pemenuhan modal inti minimum sebesar Rp3 triliun yang batas waktunya berakhir pada akhir Desember 2022.

Kredivo galang pendanaan

Di satu sisi, baru-baru ini FinAccel dikabarkan tengah menggalang pendanaan seri D. Menurut sumber, saat ini total dana sekitar $140 juta atau setara 2,5 triliun Rupiah telah terkumpul dari sejumlah investor termasuk Mirae Asset, Square Peg, Jungle Ventures, Openspace Ventures, dan beberapa nama lainnya.

Dengan pendanaan ini, diperkirakan valuasi FinAccel telah menyentuh $1,6 miliar. Pendanaan ekuitas terakhir yang diumumkan FinAccel adalah seri C pada akhir 2019, membukukan dana $90 juta dari MDI Ventures, Square Peg, Telkomsel Mitra Inovasi, dan investor lainnya.

Setelah itu mereka lebih banyak menerima pendanaan debt dan loan channeling untuk meningkatkan kemampuan layanan lending yang dimiliki. Salah satu yang terbesar adalah pinjaman 1,4 triliun Rupiah dari Victory Park Capital. Mereka juga mendapat komitmen joint financing dari DBS Indonesia senilai 2 triliun Rupiah pada tahun 2021 lalu.

Di Indonesia, FinAccel mengoperasikan dua unit bisnis utama, yakni paylater lewat Kredivo dan fintech cashloan lewat Kredifazz.

Application Information Will Show Up Here

Flip Rilis Fitur “Minta Uang” untuk Permudah Permintaan Transfer

Aplikasi transfer uang Flip meluncurkan fitur baru “Minta Uang” untuk permudah menerima uang dari pengguna lainnya dan melakukan pemantauan atas penerimaan transfer uang tersebut. Fitur ini sudah mulai digulirkan ke seluruh pengguna sejak bulan ini.

VP Product & Design Flip Sourabh Gupta menjelaskan, saat ini salah satu kendala yang kerap kali dirasakan pengguna adalah harus membagikan nomor rekening secara manual yang dapat menyebabkan salah kirim. Oleh karena itu, Flip menyediakan langkah efisien untuk para pengguna dalam memantau penerimaan transfer melalui fitur “Minta Uang”.

Sebenarnya fitur ini juga mirip dengan Payment Link yang dimiliki sejumlah payment gateway seperti Midtrans. Pengguna bisa meng-generate sebuah tautan khusus yang memberikan kepada pengguna lain opsi untuk melakukan pembayaran secara lebih terstruktur. Ini banyak dimanfaatkan oleh pelaku UMKM, khususnya yang fokus jualannya di social commerce. Fitur serupa juga dimiliki fintech lain seperti Durianpay dan Xendit.

“Kami menyadari bahwa terdapat berbagai kendala yang dihadapi pengguna dalam melakukan transfer uang. Sebagai perusahaan yang mengutamakan pelanggan (customer centric), Flip berinovasi meluncurkan fitur Minta Uang demi mempersingkat serta permudah proses transfer uang hanya dengan satu tautan (link),” ucapnya dalam keterangan resmi, Kamis (13/10).

Melalui satu tautan atau link, pengguna dapat membagikan nomor rekening, memantau, dan menerima uang masuk ke rekening tanpa khawatir salah transfer. Selain itu, dalam fitur ini pengguna dapat memantau penerimaan transfer uang melalui menu Riwayat Transaksi Minta Uang.

Alur menggunakan fitur ini, dari menu utama, klik menu ‘Minta’, kemudian klik ‘Tambah Rekeningmu’ dan pilih bank yang digunakan untuk menerima uang. Pastikan nomor rekening sesuai, kemudian ‘Simpan Rekening’. Pengguna bisa memilih tautan yang diinginkan, kemudian salin tautan untuk dibagikan ke pengguna Flip lainnya.

Pengguna yang menerima tautan tersebut dapat langsung memasukkan nominal uang yang hendak ditransfer tanpa perlu memasukkan nomor rekening lagi. Uang akan langsung masuk ke rekening pengguna apabila sudah melakukan transfer.

Head of Marketing Flip Andri Rahmad Wijaya menambahkan, hadirnya fitur Minta Uang ini relevan dengan berbagai gaya hidup masyarakat dalam melakukan transaksi uang sehari-hari. Misalnya, untuk mengumpulkan uang arisan, donasi, patungan, dan tagihan setelah makan bersama.

“Bersosialisasi merupakan gaya hidup yang melekat pada masyarakat Indonesia. Tak jarang, di dalam sosialisasi tersebut dibutuhkan berbagai transaksi keuangan, misalnya arisan, pengumpulan donasi, dan lain-lain. Fitur Minta Uang ini dapat memudahkan pengumpulan uang, hanya dengan membagikan satu link kepada kelompok sosial sesama pengguna Flip,” kata Andri.

Pencapaian Flip

Pada paruh pertama ini, pengguna individu Flip tembus ke angka 10 juta orang. Jumlah pengguna individu ini meningkat jika dibandingkan dengan semester II tahun 2021, yakni lebih dari 7 juta pengguna. Meski tidak dirinci lebih spesifik, solusi transfer antarbank dan top-up e-wallet tanpa biaya admin milik Flip diklaim telah membantu para pengguna berhemat hingga ratusan miliar Rupiah.

Perusahaan juga me-rebrand layanan B2B-nya menjadi Flip for Business dari sebelumnya bernama Big Flip. Perubahan identitas ini sekaligus untuk memperkuat ekosistem solusi B2B demi mendukung produktivitas perusahaan-perusahaan melalui layanan transfer uang dan transfer internasional untuk kebutuhan bisnis.

Total tim Flip disebutkan telah mencapai lebih dari 400 orang yang bekerja secara WFA di Indonesia maupun di luar negeri.

Application Information Will Show Up Here

Tren Startup Wealthtech Gulirkan Fitur Premium, Giliran Ajaib Luncurkan Opsi “Prime”

Platform wealthtech Ajaib memperluas cakupan nasabah ritel dengan menggarap segmen premium melalui produk “Ajaib Prime”. Persyaratan untuk menjadi nasabah ini adalah memiliki nominal deposit saldo RDN dan portofolio saham minimal Rp200 juta. Sebelumnya, kompetitor terdekatnya Bibit juga merilis layanan yang sama melalui Bibit Premium.

Ajaib Prime menyediakan fitur komprehensif dan layanan personal, termasuk Relationship Manager pribadi untuk konsultasi portofolio, update kondisi market, hingga jalur bantuan khusus. Lalu, jaminan kompensasi hingga tiga kali broker fee atas kendala aplikasi, analisis eksklusif saham dan kondisi pasar, webinar eksklusif, laporan realized profit & loss, dan buying power hingga 2,85 kali modal dengan margin trading.

Direktur Utama Ajaib Sekuritas Asia Anna Lora menjelaskan terkait latar belakang hadirnya Ajaib Prime karena meningkatkan nilai investasi nasabah. Seiring itu juga meningkatnya minat dan kenyamanan mereka untuk berinvestasi di Ajaib.

Ajaib terus mengembangkan layanan untuk memenuhi kebutuhan semua investor Indonesia. Ajaib Prime hadir untuk memberikan layanan yang hyper-personal, nyaman dan mudah, agar portofolio investasi terus tumbuh maksimal,” kata dia dalam keterangan resmi, (12/10).

Anna melanjutkan, meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap investasi digital di Ajaib tercermin dalam pertumbuhan pengguna yang diklaim naik hingga 100% dalam setahun terakhir. Data internal perusahaan menunjukkan lebih dari 90% nasabah Ajaib adalah generasi muda, dari porsi tersebut sekitar 80% di antaranya adalah first-time investors yang menemukan akses investasi saham melalui Ajaib. Adapun, disebutkan Ajaib mencatat telah menjaring lebih dari dua juta investor ritel dalam dua tahun terakhir.

Kondisi di atas selaras dengan di industri. Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan jumlah investor pasar modal pada September 2022 mencapai 9,7 juta orang dan diprediksi akan tembus 10 juta pada akhir tahun ini. Data lainnya dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan saat ini ada lebih dari 80% investor pasar modal adalah generasi muda di bawah usia 40 tahun dengan total aset mencapai Rp150 triliun per Agustus 2022.

“Ajaib Prime merupakan langkah awal Ajaib untuk mengembangkan layanan prioritas. Ke depannya, kami akan terus memenuhi kebutuhan berbagai segmen investor Indonesia dan terus menjadi layanan investasi terbaik bagi semua. Hal ini sesuai dengan misi Ajaib untuk menyambut dan berkembang bersama generasi baru investor Indonesia,” pungkasnya.

Ajaib pisahkan aplikasi untuk kripto

Sebelumnya pada Agustus kemarin, Ajaib mulai memisahkan kelas aset kripto ke dalam aplikasi tersendiri Ajaib Kripto. Langkah tersebut diambil karena mengikuti arahan dari OJK pada awal Juli ini berisi larangan untuk perusahaan di bidang pasar modal melakukan pemasaran, promosi, atau iklan produk dan layanan jasa keuangan, selain yang telah diberikan izinnya oleh OJK termasuk efek yang diterbitkan di luar negeri (offshore products).

Larangan tersebut dimaksudkan untuk melindungi konsumen dan mencegah kesalahpahaman informasi yang diterima masyarakat terkait produk jasa keuangan yang ditawarkan. Seperti diketahui, aktivitas investasi di Indonesia diawasi oleh dua lembaga yang berbeda, yakni OJK dan Bappebti. OJK hanya mengawasi aktivitas transaksi saham dan reksa dana. Di luar itu, ada di ranah Bappbeti, seperti futures, kripto, dan emas.

Pangsa pasar investor tajir

Bergabungnya Ajaib, setelah Bibit, Bareksa, dan Moduit, untuk menggarap nasabah tajir ini menandai besarnya potensi yang bisa digarap. Menurut data yang dikutip dari Bank Dunia di 2020, menunjukkan jumlah orang yang memiliki aset besar atau GDP per kapita di atas $135.000 dan dikategorikan high net worth individual di Indonesia sebesar 4 juta orang atau sekitar 1,5% dari jumlah penduduk Indonesia.

Kemudian, sekitar 20% atau sebanyak 54 juta merupakan golongan dengan penghasilan menengah (GDP per kapita di atas USD 5.800). Sementara sebanyak 211 juta atau 78% merupakan golongan berpenghasilan kecil.

Meski angka kelompok HNWI ini hanya sekitar 4 juta orang, kelompok ini akan terus meningkatkan nilai kekayaannya karena mereka terus berupaya mengembangkan aset dengan memperbesar alokasi dana mereka untuk produk-produk investasi.

Mengutip dari Syndicated Survey YouGov 2022, masyarakat HNWI sebagian besar transaksi finansialnya, termasuk produk keuangan telah dilakukan secara digital, baik lewat layanan perbankan maupun platform keuangan digital yang terpercaya.

Application Information Will Show Up Here

Fabelio Dinyatakan Pailit, Wajib Selesaikan Kewajiban

Startup e-commerce produk furnitur Fabelio (PT Kayu Raya Indonesia) resmi dinyatakan pailit. Berdasarkan pengumuman pailit di surat kabar, pernyataan tersebut diputuskan oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.47/Pdt. Sus-PKPU/2022/PN.Niaga.JKT.PST, tertanggal 5 Oktober 2022.

Dalam putusan tersebut, pengadilan mengabulkan putusan pailit terhadap PT Kayu Raya Indonesia. “Menyatakan Debitor (PT Kayu Raya Indonesia) dalam keadaan pailit dengan segala akibat hukumnya,” tulis pengumuman putusan pailit, dikutip dari Katadata.

Rapat kreditur pertama ditetapkan pada pekan ini (17/10). Ini ditetapkan oleh Hakim Pengawas pada 6 Oktober. Sedangkan batas akhir pengajuan tagihan para kreditur dan tagihan pajak ditetapkan bulan depan (14/11) paling lambat pukul 17:00 di kantor pengurus.

Selanjutnya, rapat pencocokan piutang/verifikasi tagihan para kreditor dan kantor pajak dijadwalkan seminggu setelahnya atau 28 November pukul 10:00 di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

“Sehubungan dengan Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan penetapan hakim pengawas tersebut, kami mengundang para kreditur, debitur, dan pihak lain yang berkepentingan untuk menghadiri rapat-rapat tersebut.”

Sebelumnya, isu ini sudah lama mencuat di media massa sejak tahun lalu berawal dari kegagalan perusahaan membayar gaji karyawan dan vendor sejak September 2021. Bahkan, muncul petisi yang sudah ditandatangani oleh 3.125 orang hingga 14 Desember 2021.

Manajemen berkilah kondisi tersebut terjadi karena pandemi yang membatasi gerak aktivitas orang-orang untuk keluar rumah. Namun, menurut laporan The Ken, alasan tersebut bertolak belakang dengan kondisi para kompetitornya yang justru tumbuh subur. Alias masalah Fabelio itu karena ulah sendiri.

Selain Fabelio, DailySocial.id juga mengompilasi sejumlah startup yang tutup sepanjang 2021 hingga tahun ini. Berikut daftarnya:

1. Bonza

Berdasarkan penelusuran DailySocial.id, startup ini tutup pada awal tahun ini. Dari halaman LinkedIn co-founder Bonza, ia sudah tidak bekerja di Bonza per Januari 2022. Situs resminya juga sudah tidak bisa diakses. Startup ini juga telah masuk dalam daftar portofolio terdahulu di East Ventures.

East Ventures sudah dua kali menyuntik startup yang didirikan pada 2020 oleh Elsa Chandra dan Philip Thomas. Total dana yang diperoleh Bonza mencapai lebih dari Rp35 miliar dari berbagai investor, tak hanya East Ventures. Ketika ditanya perihal status Bonza, pihak East Ventures enggan memberikan komentar.

Bonza adalah startup big data yang berambisi membantu perusahaan menerjemahkan data yang dimiliki dari berbagai sumber untuk diintegrasi menggunakan AI dan machine learning untuk membantu mengambil keputusan dalam skala yang optimal.

2. Jipay

Kabar ini langsung dikonfirmasi oleh Dayana Yermolayeva selaku CEO melalui unggahan di laman LinkedIn. Jipay adalah startup fintech untuk pekerja rumah tangga (PRT) yang menyediakan kartu prepaid dan aplikasi bagi keluarga dalam mengelola pengeluaran lewat PRT mereka.

Ia memutuskan untuk menghentikan Jipay bukan karena kehabisan uang, tapi karena gagal mencapai product-market-fit. Dari hasil yang didapat, solusi Jipay tidak mampu mengubah kebiasaan keluarga dan PRT dalam mengelola anggaran keuangan. Pertumbuhan justru terjadi karena didorong oleh cashback, yang menimbulkan minimnya loyalitas, di samping buruk juga untuk bisnis secara jangka panjang.

Dengan model bisnis yang dilakukan, pada akhirnya Jipay hanya jadi sekadar platform remitansi. Yang mana, di Singapura harus ada lisensi khusus, belum lagi margin yang tipis.

“Pada akhirnya turun ke matematika sederhana. Mengingat pendanaan kami saat ini, kami tidak akan menghasilkan pendapatan pengiriman uang yang cukup di Singapura untuk meningkatkan seri A kami, sementara memperluas ke pasar kami berikutnya, UEA, akan membutuhkan investasi yang jauh lebih banyak,” tulis Yermolayeva.

Ia pun memberikan penutup, “Beberapa minggu yang sulit dipenuhi dengan pertanyaan dan ambiguitas, tetapi saya ingin mengucapkan terima kasih kepada investor dan tim saya karena telah mendukung saya di setiap langkah.”

Jipay telah memperoleh pendanaan tahap awal senilai $1,3 juta dari East Ventures, SHL Capital, dan beberapa angel investors.

3. Orori

Meski belum ada pernyataan resmi dari manajemen. Dari penelusuran DailySocial.id, startup yang didirikan oleh George Budi Sumantri dan Triono J. Dawis ini telah berhenti beroperasi pada sekitar April 2021.

Baik situs dan kantor pusat Orori telah ditutup. Perusahaan dituding gagal mengembalikan dana masyarakat yang berinvestasi melalui e-mas dan beli perhiasan melalui Orori. Akun media sosial Orori di Instagram dihujani oleh konsumen yang tidak bisa menarik dananya.

Terima Dana Segar 15 Miliar Rupiah, Waku Gencar Ekspansi Solusi Kuliner ke Segmen B2B dan B2G

Ekspansi layanan kuliner jadi agenda utama startup penyedia solusi F&B Waku setelah terima pendanaan tahap awal sebesar $1 juta (sekitar 15,3 miliar Rupiah) dari modal ventura asal Australia “Nasa Ventures” diikuti 11th Space. Selain itu, perusahaan akan perluas area layanan ke seluruh Indonesia, penetrasi pasar baru, R&D produk baru, dan infrastruktur teknologi.

Perusahaan memperoleh pendanaan ini pasca menyelesaikan program akselerator “11th Space Indonesia” yang berakhir pada Juli 2022. Nasa Ventures dan 11th Space Indonesia merupakan entitas yang terafiliasi dengan Navanti Holdings dan Sapien Ventures. Satu bulan sebelumnya, Nasa Ventures berinvestasi pada startup kuliner lokal lainnya, yakni Wani Boemboe.

“Dengan pendanaan ini dan strategic investors yang baru, kami akan mempercepat perkembangan dan perluasan Waku di Indonesia. Masih banyak sekali yang perlu kami lakukan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui makanan,” kata Founder & CEO Waku Group Anthony Gunawan.

Waku, yang sebelumnya dikenal dengan Wakuliner, memosisikan diri sebagai penyedia solusi F&B dengan fokus utama pasar B2B dan B2G. Layanan utamanya adalah katering karyawan dan acara, kantin & food facility management, pantry supplies, dan belasan kategori lainnya yang diusung oleh delapan merek di bawah manajemen Waku Group.

Sejak akhir 2019, Waku bertumbuh lebih dari 14x lipat, ekspansi ke 20 kota, melayani 573 klien perusahaan dan pemerintahan. Kemudian, menyajikan lebih dari 4 juta porsi makanan, memberdayakan lebih dari 60 dapur, dan satu-satunya penyedia F&B yang sanggup melayani pesanan serentak sebanyak 70.000 pax di 58 kota dalam satu hari.

“Ini menjadikan Waku sebagai salah satu leading F&B solution providers di Indonesia hanya dalam tiga tahun.”

Pencapaian Waku

Dalam wawancara bersama DailySocial.id, Anthony menuturkan rasa syukurnya karena Waku dapat bertahan selama pandemi. Menurutnya, pandemi benar-benar menjadi pembuktian bahwa startup harus agile, cepat beradaptasi dan bergerak cepat.

“Covid-19 memaksa kami untuk mereformasi semua departemen dan hampir seluruh KPI di Waku. Kami dipaksa bekerja lebih cepat, lebih efisien, dan efektif, dengan budget yang lebih ketat,” ujarnya.

Chief Creative Officer Waku Group Verawaty Effendy turut menambahkan, manajemen pun pada akhirnya mengubah banyak titel pekerjaan dan job desc baru yang tercipta karena kondisi. Meski berat, tim akhirnya jadi lebih inovatif dan kreatif terhadap layanan dan produk. Hasilnya meluncurkan brand dan label privat baru, di antaranya happYCheeks (frozen food, ready to eat meals), Kriz Kraz (makanan ringan), dan Kiseka (ready to heat meals & snack).

“Waku sama sekali tidak melakukan layoff karyawan karena pandemi. Di tengah pandemi di mana banyak perusahaan yang berhenti beroperasi atau layoff karyawan, Waku tetap bisa berkembang. Ekspansi ke 20 kota dan bertumbuh omzetnya.”

Tidak hanya melayani konsumen B2B dan B2G, kini Waku mulai masuk ke pasar B2C, melalui label privat yang sudah disebutkan di atas. Strategi pemasarannya pun berbeda, menggunakan platform marketplace dan media sosial menyesuaikan dengan kebiasaan belanja online bagi konsumen ritel di Indonesia. Tak hanya itu, dari distribusinya pun dilakukan oleh tim terdedikasi khusus B2C.

Ekspansi ke pasar baru ini akan mendukung bisnis utama Waku yang diestimasi punya pangsa pasar di Indonesia senilai $32 miliar, menurut sumber yang dilansir oleh Anthony. “Angka tersebut terus berkembang selama pandemi karena semakin meningkatnya awareness terhadap kebersihan dan kesehatan makanan, dan kepedulian terhadap wellness & performa karyawan perusahaan,” tutupnya.

Sebagai catatan, Waku juga menjadi afiliasi dari Boga Group dan Telkom Indonesia. Anthony menjelaskan Waku merupakan alumni dari program inkubator dan akselerator dari Telkom, Indigo Creative Nation pada 2018.

“Telkom memiliki convertible note di Waku, yang akan di-exercise oleh MDI. Sementara, owner dan founder Boga Group juga menjadi angel investor dan advisor di Waku. Boga Group juga menjadi strategic partner Waku dari sisi dapur dan suplai,” tutup Anthony.

Application Information Will Show Up Here

Fita Tingkatkan Fitur Olahraga Mandiri di Aplikasi dengan Teknologi AI

Sejak resmi meluncur pada November 2021, platform gaya hidup sehat Fita selalu berupaya memfasilitasi kebutuhan olahraga dan tren industri wellness di Indonesia. Salah satunya dengan memperkenalkan teknologi artificial intelligence (AI) untuk meningkatkan efektivitas olahraga mandiri para penggunanya.

Fita telah tergabung dalam portfolio Indonesia Digital Ecosystem (INDICO) milik PT Telkomsel Ekosistem Digital (TED).

Beberapa tahun terakhir, industri wellness semakin berkembang dengan adanya intervensi teknologi. Hal ini juga disebut memberi pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan para atlet. Selain itu, tren gaya hidup sehat yang semakin meningkat membuat banyak orang mengadopsi kebiasaan baru seperti berolahraga menggunakan platform daring.

Merujuk laporan Allied Market Research, nilai AI di pasar olahraga dunia mencapai $1,4 miliar pada tahun 2020, dan diproyeksikan tumbuh $19,2 miliar pada 2030 dengan CAGR 30,3%. Indonesia sendiri telah memiliki Strategi Nasional Kecerdasan Buatan 2020-2045 yang merupakan tonggak sejarah penerapan AI di Indonesia. Hal ini diharapkan memberi dampak positif bagi perekonomian Indonesia.

CEO Fita Reynazran Royono mengatakan, “Perkembangan teknologi memungkinkan kami untuk melengkapi ragam exercise dengan teknologi AI, yang mampu mendeteksi gerakan olahraga agar lebih efektif. Kali ini, Fita menjadi aplikasi kesehatan pertama di Indonesia yang memperkenalkan teknologi tersebut sebagai pelengkap program olahraga kami.”

Di samping itu, sering kali terjadi kesalahan ketika melakukan aktivitas fisik tanpa panduan atau pendampingan profesional. Teknologi AI didesain untuk bisa menggantikan salah satu peran offline trainer dalam mendeteksi gerakan dan memperbaiki gerakan saat berolahraga. Hal ini juga menghindarkan pengguna dari bad form saat berolahraga yang dapat menimbulkan cedera.

Lebih lanjut, Reynazran menjelaskan bahwa Fita akan mengembangkan program olahraga untuk meningkatkan inklusivitas pengguna. Dalam diskusi sebelumnya bersama DailySocial.id, pria yang kerap disapa Rey ini sempat mengungkapkan bahwa perusahaan tengah mendorong awareness Fita agar melekat sebagai produk wellness di Indonesia

Dalam waktu dekat, Fita akan meluncurkan program workout Korean Dance yang telah dilengkapi teknologi AI, yang diharapkan dapat meningkatkan keinginan berolahraga bagi pengguna muda ataupun mereka yang menggemari korean culture.

Hal ini sejalan dengan visi Fita untuk menyemarakkan semangat Sehat Makin Nikmat di seluruh kalangan, serta membantu mereka untuk tidak hanya menjadi lebih sehat, tetapi juga bersenang-senang dalam prosesnya.

“Dengan adanya fitur AI ini, kami harap dapat memberikan semangat baru kepada pengguna untuk memulai aktivitas gerak dengan berbagai kegiatan sehari-hari. Lebih jauh, pengguna juga dapat berkonsultasi langsung dengan para coach melalui community chat untuk menentukan exercise plan yang sesuai dengan gaya hidup masing-masing. Semoga kami dapat selalu memenuhi kebutuhan pengguna dan membantu mereka untuk mencapai tujuan kesehatannya,” tutup Rey.

Tren platform wellness di Indonesia

Kesadaran masyarakat Indonesia tentang pentingnya hidup sehat semakin meningkat. Terlebih pada saat pandemi, olahraga merupakan salah satu kunci dalam menjaga daya tahan tubuh agar tetap fit dan sehat. Tidak sekadar berolahraga, mereka juga terdorong untuk mengeksplorasi diri demi meningkatkan health and performance balance dengan berbagai teknik olahraga yang dilakukan.

Hal ini tentunya merambah terhadap dunia usaha dan bisnis yang bergerak di bidang kesehatan, utamanya di ranah gaya hidup sehat atau wellness. Alih-alih memfasilitasi mereka yang sakit, layanan ini menyasar mereka yang sehat dan memiliki keingintahuan serta kesadaran lebih untuk meningkatkan ritme olahraga mereka.

Di Indonesia sendiri Fitco dan Doogether adalah dua pionir di sektor wellness. Ketika pandemi melanda, sektor ini menjadi salah satu yang cukup menanjak popularitasnya, ditandai dengan kehadiran pemain baru seperti VirtuFit, Fits.id, dan Mindtera yang menawarkan konsep edukasi dan wellness.

Setelah industri wellness berkembang pesat, terciptalah inovasi dan integrasi baru. Mulai dari industri kesehatan, kecantikan, hingga asuransi turut mengambil pendekatan gaya hidup sehat untuk menjangkau lebih banyak pengguna di layanan mereka. Di tahun 2021, AIA meresmikan AIA Vitality di Indonesia, dan beberapa platform insurtech seperti Aigis dan Rey Insurance juga mulai merambah sektor wellness.

Application Information Will Show Up Here

Riset Populix: Layanan Telekonsultasi Diminati Masyarakat Indonesia untuk Penanganan Kesehatan Mental

Platform telekonsultasi merupakan salah satu channel yang banyak digunakan sejumlah orang di Indonesia dalam mengakses layanan kesehatan mental. Hal ini dipaparkan dalam laporan “Indonesia’s Mental Health State and Access to Medical Assistance” yang diterbitkan oleh startup platform riset pasar Populix.

Dalam rangka Hari Kesehatan Mental Sedunia 2022, Populix mengadakan survei dengan jumlah responden 1.005; terdiri dari laki-laki dan perempuan di segmen usia mulai dari 18 hingga 54 tahun di Indonesia.

Dalam temuannya, layanan kesehatan mental diakses melalui sejumlah cara antara lain konsultasi dengan pskiater/psikolog di fasilitas kesehatan terdekat (61%), memakai aplikasi telekonsultasi (54%), bergabung dengan grup komunitas yang fokus pada kesehatan mental (38%), dan berbicara dengan pemuka agama (36%).

Sebanyak 87% responden mengaku memakai aplikasi untuk telekonsultasi layanan kesehatan mental karena mudah diakses, sebanyak 76% mengaku dapat dipakai di mana dan kapan saja, 63% memilih karena biaya terjangkau, alasan keamanan informasi terjamin (61%), dan mencari solusi tepat (40%).

Adapun, sebanyak 46% responden tersebut menghabiskan biaya kurang dari Rp100 ribu untuk menggunakan telekonsultasi layanan kesehatan mental, diikuti biaya berkisar Rp100 ribu-Rp250 ribu (42%), Rp250 ribu-Rp400 ribu (97%), dan di atas Rp400 ribu (5%).

Dua faktor utama pemicu gangguan kesehatan mental ini di antaranya adalah masalah finansial (59%) dan merasa kesepian (46%). Selain itu, alasan lain yang memicu adalah faktor tekanan pekerjaan (37%) dan trauma masa lalu (28%).

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan pandemi Covid-19 telah memperburuk kondisi kesehatan mental dunia serta menciptakan krisis global yang berdampak pada kesehata mental jangka pendek dan jangka panjang. Gangguan kesehatan mental merupakan salah satu isu kesehatan yang mendapat banyak perhatian besar di dunia.

Mengacu laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, sebanyak 19 juta penduduk di Indonesia di segmen usia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, sedangkan lebih dari 12 jtua penduduk di usia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.

“Berbagai masalah seperti kondisi perekonomian yang tidak menentu, rasa kesepian setelah sekian lama menjalan pembatasan sosial, tuntuan pekerjaan, hingga masalah hubungan yang timbul di masa-masa ini, turut memengaruhi kesehatan mental banyak orang,” ungkap Co-founder dan COO Populix Eileen Kamtawijoyo dalam keterangan resminya.

Startup fokus di mental wellness

Perkembangan informasi tak dimungkiri ikut memicu peningkatan awareness terhadap pentingnya kesehatan mental di Indonesia. Masyarakat menjadi lebih mudah untuk mengakses layanan kesehatan mental secara virtual dengan semakin berkembangnya platform penyedia layanan serupa.

Sejumlah Venture Capital (VC) terkemuka juga mulai melirik startup yang  fokus terhadap mental wellbeing, seperti Riliv, Bicarakan.id, Ami, hingga Maxi . Menariknya, layanan yang ditawarkan tak hanya untuk individual saja, tetapi ada yang fokus pada segmen pasar pekerja profesional.

Bagi Co-founder Ami Justin Kim, pertumbuhan ekonomi yang cepat di Indonesia berpotensi memicu peningkatan stres di sebagian tempat kerja. Adapun, pekerja di Asia adalah pekerja paling stres di dunia dengan akses buruk terhadap sumber daya manajemen stres.

Kini muncul generasi baru karyawan yang lebih berorientasi pada nilai dibandingkan generasi pendahulu mereka. Generasi baru ini mencari lingkungan kehidupan kerja yang benar-benar holistik, otentik, dan seimbang.

Visa Gandeng Startup “Open Finance” Lokal untuk Perluas Akses Layanan Keuangan

Startup open finance Brick mengumumkan kerja sama dengan Visa, pemimpin dunia dalam pembayaran digital, untuk memberi akses kepada lembaga pemberi pinjaman ke sumber data alternatif dan skor dari transaksi kartu debit dan kredit dari jaringan Visa. Kerja sama ini bertujuan untuk membantu perluasan akses keuangan di Indonesia.

Dalam bentuk nyata dari kemitraan ini, memungkinkan penyedia layanan keuangan untuk mengambil data alternatif dari transaksi kartu agregat pengguna akhir, atas persetujuan pengguna, untuk penilaian terkait risiko kredit. Wawasan tambahan ini ini membantu mitra dan klien Brick dalam memberikan keputusan kredit yang lebih baik, konsumen pun dapat mengakses jalur kredit yang mungkin mereka tidak dapat lakukan sebelumnya.

Founder dan CEO Brick Gavin Tan menyampaikan pihaknya menyadari kebutuhan akan kumpulan data yang lebih komprehensif bagi penyedia layanan keuangan untuk benar-benar memahami pelanggan mereka. “Kemitraan dengan Visa, kami yakin bahwa kami dapat memungkinkan lembaga keuangan untuk memperluas akses keuangannya,” ucapnya dalam keterangan resmi.

Ia meyakini terciptanya inklusi keuangan berarti membuka jalan bagi setiap individu maupun bisnis untuk memiliki kebebasan finansial melalui berbagai layanan keuangan. Aspek inni memiliki peranan penting dalam memenuhi segala kebutuhan individu, seperti tabungan, pembayaran, kredit, serta asuransi yang bisa dilakukan secara efektif dan berkelanjutan.

Inklusi keuangan juga mempermudah akses ke berbagai layanan keuangan yang aman, nyaman, dan memadai bagi kelompok rentan, seperti masyarakat berpenghasilan rendah, tinggal di daerah yang tidak terjangkau oleh jasa keuangan, dan lainnya.

Menurut laporan Statista, per Juni 2021, jumlah kartu kredit di Indonesia sebanyak 16,71 juta kartu dan kartu debit sebanyak 226,4 juta. Angka ini memperlihatkan kesenjangan besar dalam inklusi keuangan karena sebagian besar pemegang kartu debit tidak memiliki akses ke kredit. Dampak tersebut pada akhirnya memengaruhi terhambatnya pertumbuhan ekonomi nasional.

Brick telah membangun infrastruktur yang memungkinkan pengguna akhir untuk berbagi data dengan aman dengan aplikasi fintech. Diklaim Brick telah melayani lebih dari 50 klien di Indonesia, beberapa bergerak di bidang pemberi pinjaman, bank digital, dan manajemen keuangan pribadi.

Solusi API telah diperluas, selain Brick Data API, kini perusahaan menawarkan Brick Verification dan Brick Payments. Hal ini memungkinkan rangkaian Brick API dapat mencakup kasus penggunaan yang lebih dalam dan memungkinkan pengembang untuk meluncurkan produk kelas dunia dengan satu integrasi API. Misalnya, perjalanan pengguna end-to-end dari orientasi, penjaminan dan pencairan untuk pengguna yang ingin mengambil pinjaman, sekarang dapat diotomatisasi dengan Brick Verification, Brick Data, dan Brick Payments.

Finantier turut digandeng Visa

Dalam waktu berdekatan, kompetitor terdekat Brick, Finantier, juga mengumumkan kerja sama serupa dengan Visa. Pada awal bulan ini, Finantier bermitra strategis dengan Visa untuk menggabungkan kemampuan dalam mengembangkan produk Open Finance baru yang inovatif, dengan fokus pada prediksi pendapatan, manajemen persetujuan, dan penilaian kredit alternatif.

Solusi-solusi Finantier: Account Aggregation, Credit Scoring, dan Verification memungkinkan kebebasan finansial dengan menyerahkan kepemilikan data ke tangan konsumen. Dengan membangun infrastruktur teknis untuk kebebasan finansial, integrasi tunggal Finantier, API developer-friendly memberi kekuatan pada layanan digital dan keuangan generasi berikutnya melalui portabilitas dan interoperabilitas data yang ditingkatkan.

Dengan mengembangkan bersama produk-produk open finance baru, kedua perusahaan akan menyediakan alat-alat baru bagi bisnis di seluruh Asia Pasifik untuk meningkatkan dan mengoptimalkan operasi yang ada, seperti meningkatkan proses ketekunan dan penjaminan emisi. Selain itu, akan mengeksplorasi cara-cara inovatif untuk menggabungkan platform open finance Finantier dengan sumber alternatif data dari Visa untuk memberikan peningkatan nilai bagi bisnis dan konsumen.

Finantier dan Visa akan meluncurkan produk yang dikembangkan bersama di semua pasar di Asia Pasifik, dengan fokus awal di Indonesia dan Filipina.

Co-founder dan CEO Finantier Diego Rojas mengatakan, kemitraan strategis inni merupakan tonggak utama bagi perusahaan, tidak hanya jadi validasi yang kuat, tapi juga katalis bagi pengembangan ekosistem open finance di seluruh Asia Pasifik. “Finantier bersemangat dalam membangun produk dan layanan yang memberikan nilai bagi bisnis dan pengguna akhir, dan kami senang telah menemukan mitra yang berpikirian sama di Visa” ucapnya dikutip dari situs perusahaan.

Perkuat Omnichannel Jadi Kunci Blibli dan Supra Boga Lestari Bertahan di Tengah “Tech Winter”

Pertanda mulai berakhirnya pandemi –meski pemerintah belum menyatakan endemi– dilihat dari tingkat aktivitas orang-orang di luar rumah meninggi, untuk ke kantor, sekolah, dan berlibur. Kondisi tersebut berdampak pada pemain offline dan online yang menyasar segmen ritel. Menyusun strategi baru diharuskan agar tetap bertahan.

Topik ini diangkat dalam salah satu diskusi panel yang diselenggarakan ICON2022, acara tahunan dari GDP Venture, pada pekan lalu. Turut hadir Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki, EVP Consumer Goods and Lifestyle Blibli Fransisca Krisantia Nugraha, dan Presiden Direktur PT Supra Boga Lestari Meshvara Kanjaya dalam kesempatan tersebut.

Sebagai catatan, Supra Boga Lestari resmi bergabung ke dalam grup Blibli sejak diakusisi pada 30 September 2021. Blibli kini menggenggam 51% saham Ranch Market dengan harga Rp2.500 per saham. Dana yang digelontorkan dari transaksi tersebut sebesar Rp2,03 triliun.

Blibli masuk ke kategori grocery ini sejak pertengahan 2019, namun baru dipublikasi secara luas pada 2020 tepat saat pandemi terjadi. Supra Boga sendiri dikenal sebagai pemain supermarket yang memiliki variasi produk segar terluas daripada kompetitornya. Bukan jadi rahasia bahwa menangani produk segar itu butuh tim ahli karena sulit dalam penanganannya yang rentan busuk dan rusak.

Menggabungkan kekuatan dari masing-masing perusahaan pada akhirnya memberikan pelayanan yang lebih baik buat konsumen karena mereka mendapat pengalaman baru. Di sisi lain, dari operasional dapat lebih efisien karena ada integrasi teknologi, strategi pemasaran, sumber daya manusia, dan sebagainya. Kedua perusahaan tetap dapat bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi makro saat ini.

Hipotesis tersebut setidaknya berhasil dibuktikan dalam data internal yang dipaparkan kedua perusahaan, terutama kontribusi yang signifikan dari produk grocery dan handphone, sebesar 75% terhadap bisnis keseluruhan di Blibli dalam penerapan omnichannel.

Shopping itu experience, orang-orang belanja online dan offline bukan hanya untuk jual beli tapi merasakan pengalaman secara keseluruhan. Tapi find the best deal masih jadi motivasi utama konsumen kita,” ucap Fransisca.

Dia mengatakan, bisnis grocery, terutama produk segar itu terkenal punya margin tipis tapi ongkosnya besar kalau tidak tahu cara mengoperasikannya. Walau begitu, sektor ini dinilai berpotensi besar bila dikembangkan dengan baik. Supra Boga punya ekosistem yang baik dalam mengelola produk segar, yang jadi kekuatan utama, dapat menjadi kolaborasi yang baik untuk kombinasi suplai untuk kategori produk segar. Lantaran Blibli kuat dalam hal basis konsumen, logistik, dan produk non segar lainnya.

“Jadi memang kita melihatnya ini adalah sebuah ekosistem, kita tidak hanya jual groceries tapi juga jual produk yang lain. Jadi memang sudah ada subsidi dari kategori yang lain untuk tetap membantu, supaya total company kita tetap oke secara performa baik di bawah maupun di atas.”

Meshvara menuturkan, bisnis grocery yang digeluti perusahaan ikut terdampak dari pandemi ini. Bila dirinci, ada dua jenis kurva, yakni saat pandemi baru terjadi dan saat ini yang seolah-olah sudah endemi. Saat awal 2020, kondisinya banyak peritel yang terpaksa tutup dan migrasi ke platform online untuk berdampak.

Saat itu, banyak masyarakat yang akhirnya harus berdiam diri di rumah dan berdampak positif bagi bisnis Supra Boga karena permintaan meningkat. Namun pada kurva seolah-olah sudah endemi memiliki dampak yang kurang baik bagi perusahaan karena orang-orang sudah mulai makan di luar rumah.

“Jadi yang dulu awal sibuk semua harus masak di rumah, sekarang sudah enggak. Makanya tahun ini kami konsolidasi bagaimana meningkatkan omnichannel presence kita.”

Pasalnya, bagi perusahaan, belanja offline itu lebih mudah untuk mendorong rasa impulsif daripada saat belanja online. Dalam satu detik, mata dapat melihat sekaligus puluhan produk di depan matanya. Kondisi berbeda kalau belanja online, pandangannya terbatas dengan apa yang dilihat di layar saja.

Begitu pun dari kebiasaan jam belanja yang berbeda. Dari temuan Meshvara, jam belanja offline itu baru dilakukan saat setelah jam kerja, sekitar jam 6-8 malam. Sementara belanja online itu saat jam makan siang dan setelah jam kerja, sekitar jam 6-9 malam. Perbedaan dua kebiasaan di atas ini dapat ditangani dengan omnichannel.

“Terlihat bahwa pada malam hari banyak pasangan pekerja baru sadar belum beli ini itu setelah selesai belanja. Itu bisa kita complementing dengan kehadiran toko offline karena kita persiapkan saat low traffic [untuk pakai online grocery].”

Bentuk konsolidasi antara Blibli dengan perusahaan, tidak hanya sekadar integrasi API saja tapi juga menyamakan persepsi dari tim di lapangan yang terbiasa kerja melayani konsumen offline untuk mulai melayani konsumen dari platform online. Lalu, melakukan promosi bersama untuk bangun awareness, edukasi pasar, juga dalam pengadaan barangnya.

“Kita lihat sinergi bisnis ini enggak hanya untuk meningkatkan penjualan dan profitability dari kedua format belanja, tapi juga meningkatkan efisiensi karena Indonesia itu negara terunik, sumber daya terlengkap, tapi tantangannya bagaimana bawa hasil dari Timur ke Jawa dan sebaliknya.”

Punya konsumen loyal tertinggi

Meshvara menambahkan prospek online grocery dengan menggunakan strategi omnichannel ini membuka banyak peluang baru karena dapat meng-cater kebutuhan konsumen secara lebih luas. Konsumen di Blibli rata-rata adalah generasi muda yang paham dengan belanja online dan berada di tahap awal merintis karier, sementara konsumen di Supra Boga adalah generasi lebih lanjut yang sudah mapan dari segi ekonomi.

“Generasi tua ini lama-lama akan butuh online karena mereka akan semakin sulit bergerak seiring bertambahnya usia. Bagaimana kami tetap bisa melayani mereka dengan cara yang nyaman bagi mereka? Kita perlu automasi segmen konsumen itu dengan teknologi, biasanya mereka itu senang chat via WhatsApp,” kata Meshvara.

Sebagai supermarket untuk kelas premium, Supra Boga punya kekuatan dari segi variasi produk segar dibandingkan pemain supermarket lainnya. Hal ini berdampak pada tingkat loyalitas konsumennya yang diklaim tertinggi. Data terakhir menunjukkan anggota loyalitasnya berada di angka 600 ribu orang.

Kualitas dari anggota ini berkontribusi signifikan sebesar 60% terhadap bisnis keseluruhan perusahaan. Rata-rata pembelanjaan mereka sebesar Rp500 ribu untuk sekali belanja, tiga kali lebih besar dari konsumen yang berbelanja di supermarket pada umumnya.

Ia pun melanjutkan, “Pada akhirnya berbisnis itu melayani konsumer, sekarang waktu konsumer semakin terbatas dan semakin maju berkat teknologi, which can be addressed with omnichannel. Jadi yes, omnichannel is the key to success in the future.”

Saat ini Supra Boga mengoperasikan 70 gerai offline, mayoritas berlokasi di Pulau Jawa, terdiri dari 18 gerai Ranch Market, 2 gerai The Gourmet by Ranch Market, 1 gerai Pasarina by Ranch Market, 35 gerai Farmers Market, 3 gerai Day2Day by Farmers Market, dan 11 gerai Farmers Family by Farmers Market. Lokasinya tersebar di Jabodetabek, Surabaya, Malang, Gresik, Semarang, Dumai, Pekanbaru, Palembang, Balikpapan, Samarinda, dan Ambon.

Application Information Will Show Up Here