Juragan Material Raih Pendanaan Awal 60 Miliar Rupiah Dipimpin Go-Ventures

Infrastruktur yang kokoh, lengkap, dan menyeluruh merupakan fondasi yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan transformasi. Dalam proses pembangunan konstruksi, pengadaan barang/jasa kerap menjadi rintangan tersendiri. Berbagai upaya dan inovasi dilakukan untuk membuat proses ini lebih efektif, efisien, adil, terbuka, transparan, dan akuntabel; salah satunya melalui “Juragan Material”.

Platform teknologi konstruksi asal Indonesia ini telah berhasil meraih pendanaan tahap awal (seed) sebesar $4 juta atau sekitar 60 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Go-Ventures. Turut berpartisipasi dalam putaran ini Susquehanna International Group (SIG).

Dana segar ini rencananya aka digunakan untuk mengembangkan timnya secara agresif di lini produk, pengembang, penjualan, hingga operasional. Lalu, perusahaan juga akan memperkuat penetrasi pasar konstruksi B2B dan pasar bahan bangunan serta terus berinovasi dan memperdalam kapabilitas ekosistem produknya.

Dimulai dari platform B2B Commerce

Didirikan pada tahun 2021, Juragan Material adalah platform digital yang bertujuan untuk mendigitalkan industri konstruksi. Platform ini dimulai dengan platform B2B commerce untuk bahan bangunan, menawarkan pelanggan dengan solusi end-to-end dalam sumber bahan. Melalui platformnya mereka mengupayakan pilihan produk yang komprehensif, ketersediaan stok, transparansi harga, logistik terintegrasi, dan beberapa pilihan pembayaran.

Juragan Material juga memiliki misi untuk memberikan value kepada kontraktor dan pemilik proyek dengan menawarkan kepada mereka pilihan produk yang komprehensif, visibilitas pasokan yang lebih baik, dan logistik yang andal untuk mengelola proyek mereka secara lebih efisien.

Saat ini sudah ada lebih dari 9.000 SKU produk dan lebih dari 180 merek di seluruh produk struktural, arsitektur, mekanik, dan elektrik yang terpasang dalam platform.

Sebagai perusahaan yang menjalankan model bisnis yang cukup baru, pihaknya mengaku sebagai perusahaan teknologi konstruksi dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia. Dalam satu tahun terakhir, perusahaan telah menggandakan rata-rata GMV setiap bulan sambil mempertahankan unit ekonomi yang positif. Hingga saat ini, sudah lebih dari 250 proyek telah dikerjakan bersama sekitar 225 vendor yang tergabung.

Hal ini dimungkinkan oleh tim pendiri yang memiliki latar belakang kuat dalam dunia konstruksi dan teknologi. Sebelum mendirikan Juragan Material, CEO Tito Putra adalah Managing Director dari sebuah perusahaan kontraktor bangunan yang telah beroperasi selama lebih dari 30 tahun, dengan fokus pada proyek industri dan komersial menengah hingga besar. Tito didampingi oleh COO Graceila Putri, dengan pengalaman sebelumnya sebagai Product Associate di Amazon dan Growth untuk sebuah perusahaan kontraktor bangunan.

Dari sisi penjualan, tim ini juga didukung oleh CMO Ricky Fernando, dengan pengalaman lebih dari 10 tahun dalam pemasaran dan operasi di Mortindo, salah satu produsen mortar terkemuka di Indonesia (bagian dari grup Triputra). Serta CPO Meichael Surja, yang sebelumnya adalah seorang arsitek dan kontraktor untuk proyek perumahan selama lebih dari 15 tahun.

“Misi kami yang pertama dan utama adalah mendigitalkan industri konstruksi Indonesia. Kami beruntung melihat momentum pertumbuhan yang kuat di semua metrik utama, yang tidak akan mungkin terjadi tanpa dukungan dari kontraktor setia dan mitra pemilik proyek kami,” ujar Tito.

Ia melanjutkan, “Pendanaan baru ini akan memungkinkan kami untuk meningkatkan dampak kami dengan terus meningkatkan platform kami dan meluncurkan solusi teknologi yang lebih inovatif, seperti alat dan layanan manajemen alur kerja untuk mendorong efisiensi dan transparansi yang lebih besar guna mendukung produktivitas para pemangku kepentingan kami.”

Perusahaan mengaku akan terus memperluas dan mengembangkan berbagai fitur dan produk untuk mendorong efisiensi dan transparansi yang lebih besar guna mendukung produktivitas pemangku kepentingan kami. Melangkah lebih dekat ke dunia konstruksi yang efisien, satu layanan pada satu waktu.

Digitalisasi procurement di sektor bahan bangunan

Sebagai salah satu lini bisnis dengan pemain yang masih terbatas, layanan pengadaan di sektor konstruksi ini terlihat cukup menarik minat investor. Sebelum pengumuman pendanaan dari Juragan Material mengudara, sudah ada beberapa bisnis yang menyediakan solusi sejenis. Salah satunya adalah BRIK, startup pengembang platform B2B commerce (B2B Raw Materials Aggregator) untuk bahan bangunan yang baru saja meraih pendanaan awal dari sejumlah investor.

Selain itu di akhir tahun 2021, Startup marketplace B2B khusus konstruksi “GoCement” berhasil mendapatkan pendanaan tahap awal dari Arise (fund kolaborasi MDI Ventures dan Finch Capital), MDI Ventures, Beenext, dan Ideosource.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS), sektor konstruksi di Indonesia sendiri merupakan kontributor yang signifikan terhadap PDB negara. Nilai pasar bahan bangunan dan konstruksi sendiri telah mencapai $72 miliar dengan lebih dari 200.000 perusahaan konstruksi.

“Terlepas dari pentingnya bagi perekonomian Indonesia, rantai pasokan sektor ini sangat terfragmentasi dengan banyak lapisan, mengakibatkan permintaan dan pasokan yang tidak dapat diprediksi, kurangnya transparansi harga, kualitas bahan yang tidak konsisten, dan kurangnya koordinasi secara keseluruhan. Kurang dari 1% transaksi rantai pasokan ditangkap secara digital, sehingga kontraktor dan pemilik proyek harus menggunakan metode pengadaan yang sangat tidak efisien dan rumit,” kata Arum Putri, Vice President Go-Ventures

Indonesia Menjadi Fokus Utama Endeavor dalam Berinvestasi di Asia Pasifik

Endeavor memiliki Endeavor Catalyst, sebuah modal ventura yang dibentuk secara eksklusif bagi pengusaha dalam jaringan program mereka. Belum lama ini, unit investasi tersebut menutup dana kelolaan keempat senilai $290 juta atau sekitar 4,3 triliun Rupiah — terbesar yang pernah mereka kelola. Dana tersebut dibukukan dari sejumlah institusi dan tokoh ternama, termasuk founder LinkedIn dan Snowflake.

Menurut pemaparan tim Endeavor Indonesia, sejauh ini Endeavor Catalyst telah berinvestasi ke 15 startup di Indonesia — ini menjadi yang terbanyak di Asia Pasifik. Beberapa startup tersebut termasuk Aruna, Bukalapak, BukuKas, eFishery, Investree, HappyFresh, OnlinePajak, dan VIDA. Di seluruh dunia, ada sejumlah 258 startups yang sudah mendapatkan investasi darinya, mulai dari pendanaan tahap awal sampai lanjut.

“Indonesia sendiri menjadi target utama Endeavor Global untuk berinvestasi di Asia Pasifik,” ujar tim Endeavor Indonesia.

Sejak awal dibentuk, Endeavor Catalyst melakukan penyertaan modal berbasis aturan, yaitu hanya terbuka bagi Endeavor Entrepreneurs, dengan besaran maksimal 10% atau $1,5 juta dari total jumlah pendanaan. Karena seluruh founder di jaringannya telah melewati proses seleksi yang ketat di rangkaian programnya, maka tidak lagi perlu melakukan proses uji tuntas sebelum memutuskan untuk menyertakan dana.

Saran untuk founder di masa sulit

Tidak dimungkiri, saat ini banyak startup tengah menghadapi masa sulit. Di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi global, mereka memikirkan cara untuk menjaga runway bisnis dengan tetap memacu pertumbuhan. Sejumlah startup akhirnya melakukan efisiensi, termasuk melakukan layoff — beberapa lainnya pivot model bisnis, bahkan sampai menutup bisnis mereka. Fenomena ini tidak hanya dialami startup di Indonesia, namun dari berbagai belahan dunia.

Sebagai sebuah lembaga yang turut membantu startup bertumbuh melalui program akselerasi dan jejaring, Endeavor punya cara sendiri untuk membantu founder menghadapi masa sulit ini. Dikatakan mereka tidak pernah punya saran yang sifatnya “one size fits all”, pendekatannya selalu dipersonalisasi untuk setiap founder.

“Salah satu nilai yang kami junjung di Endeavor adalah ‘network of trust’, yang berarti Endeavor sebagai ruang aman untuk berbagi ketika para pengusaha menghadapi kesulitan atau masalah. Saat masa sulit melanda, maka yang kami lakukan adalah mempertemukan mereka dengan mentor dan peer network yang tepat, baik dari untuk memberikan perspektif, pertimbangan, dan validasi atas permasalahan yang sedang dihadapi. Didukung dengan nilai ‘entrepreneur first‘ yang kami anut, semua masukan diberikan secara obyektif, supaya para founder dapat mengambil langkah yang terbaik bagi diri dan bisnisnya.”

Kendati ekosistem startup tengah diterpa ketidakpastian, namun dikatakan tidak ada perubahan hipotesis atau strategi Endeavor dalam berinvestasi.

“Endeavor fokus pada misi membangun ekonomi yang berkelanjutan, yang bergantung pada high-impact entrepreneurship. Dampak di sini tidak dibatasi pada dampak sosial atau lingkungan, tetapi dampak ekonomi, sehingga kami sering mengukurnya misalnya melalui jumlah lapangan pekerjaan dan pendapatan yang dihasilkan oleh para perusahaan yang dimiliki oleh Endeavor Entrepreneurs.”

Tengah langsungkan ScaleUp Growth Ke-3

Sosialisasi program ScaleUp Growth yang dibawakan tim Endeavor Indonesia dan perwakilan pengusaha di jaringannya / Endeavor
Sosialisasi program ScaleUp Growth yang dibawakan tim Endeavor Indonesia dan perwakilan pengusaha di jaringannya / Endeavor

Endeavor kembali menyelenggarakan “Endeavor ScaleUp Growth Program” untuk yang ketiga kalinya. Program ini merupakan akselerator non-dilutif (tidak melakukan penyertaan modal bagi perusahaan yang terpilih) selama 3 bulan yang dirancang untuk memandu 10 startup terpilih agar dapat menavigasi kompleksitas bisnis menuju skala lanjut.

Endeavor ScaleUp Growth Program Manager Zakia Syifa mengatakan, “Misi Endeavor adalah untuk membuka kekuatan transformasional kewirausahaan dengan cara melakukan seleksi, memberikan dukungan, dan memberikan investasi pada para pendiri top dunia; serta menyediakan wadah untuk berkontribusi kembali ke masyarakat. Seluruh aspek program ini didukung sepenuhnya oleh jaringan pengusaha, mentor, pemimpin bisnis, dan investor Endeavor yang sudah dikurasi sedemikian rupa menyesuaikan kebutuhan dan tantangan perusahaan di fase pertumbuhan.”

Beberapa aktivitas yang ditawarkan oleh ScaleUp Growth Program meliputi sesi mentoring 1-on-1  bersama jaringan lokal maupun global yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap peserta dan usahanya. Selain itu peserta dilibatkan dalam diskusi panel untuk mendapatkan umpan balik atas strategi perkembangan merek dan perspektif baru terhadap tantangan yang sedang dihadapi.

Peserta juga akan memiliki akses ke jaringan investor Endeavor dan seorang Account Manager khusus dari tim Endeavor Indonesia. Selama program, peserta juga akan dipasangkan dengan seorang Endeavor Buddy, yang merupakan high-impact entrepreneur Endeavor sebagai dukungan peer to peer (sesama rekan).

Target selanjutnya di Indonesia

Sejak hadir di Indonesia pada 2012, program Endeavor telah mendukung 76 pengusaha dari 54 perusahaan. Mereka juga telah memiliki 80 mentor lokal, dari total 3.000 mentor yang ada di seluruh jaringan global. Dari startup yang ada di jaringannya, hingga akhir 2021 telah menciptakan lebih dari 3,4 juta lapangan pekerjaan dengan pendapatan sampai $42 miliar.

Lewat ScaleUp Growth Program, diharapkan tahun ini Endeavor bisa membina 20-25 startup baru dari Indonesia. Ke depannya, setelah lulus dari program ini, mereka ingin melanjutkan dukungan dengan mengirimkan para startup ke seleksi panel lokal dan internasional, sebelum akhirnya dapat terpilih menjadi Endeavor Entrepreneur.

Platform Pencatatan Keuangan PINA Raih Dana Segar Lebih dari 44 Miliar Rupiah

Startup pengembang aplikasi pencatatan keuangan personal PINA mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal senilai $3 juta (lebih dari 44 miliar Rupiah). AC Ventures, Vibe.VC, dan Y Combinator bergabung memimpin putaran teranyar ini, dengan partisipasi dari XA Network dan investor terdahulu, yakni 1982 Ventures dan Prasetia Dwidharma.

Dana segar akan dimanfaatkan untuk mengakselerasi pengembangan produk dan pertumbuhan pengguna. Beberapa fitur yang tengah dipersiapkan adalah konsultasi keuangan, investasi, dan layanan pelengkap lainnya, seperti akses ke pelatihan karier, sertifikasi perencana keuangan, dan acara keanggotaan eksklusif.

Dalam keterangan resmi, Co-founder PINA Daniel van Leeuwen menyampaikan, pihaknya percaya ada banyak Indonesia yang kurang terlayani dalam hal membangun kekayaan mereka, baik dalam hal akses ke saran maupun produk. Hal tersebut selaras dengan visi PINA dalam menawarkan platform manajemen kekayaan pribadi yang cerdas, praktis, yang memberdayakan orang untuk mengendalikan kehidupan finansial mereka.

“Kami percaya bahwa platform keuangan yang sempurna mampu mengelola dan mengotomatisasi setiap aspek keuangan seseorang berdasarkan keinginan dan kebutuhan mereka. Kami ingin menjadi OS (sistem operasi) kehidupan finansial masyarakat, dan penggalangan dana baru-baru ini akan memungkinkan kami bergerak lebih cepat menuju tujuan tersebut,” terang Leeuwen dalam keterangan resmi, Senin (4/7).

Founder & Managing Partner AC Ventures Adrian Li turut menambahkan, meningkatnya adopsi transaksi nontunai seiring dengan meningkatnya individu-individu kaya di Indonesia mendorong munculnya peluang miliaran dolar baru untuk platform manajemen kekayaan, yang menawarkan tumpukan penuh layanan termasuk pengelolaan uang dan investasi.

“Tim PINA membawa pengetahuan dan koneksi mendalam dalam industri jasa keuangan – menjadikan PINA salah satu perusahaan paling menjanjikan di bidangnya,” ucapnya.

Sejumlah aplikasi wealth management bermunculan akhir-akhir ini, membantu pengguna untuk merencanakan tujuan keuangan mereka. Beberapa startup di lanskap tersebut juga telah mendapatkan pendanaan dari investor, di antaranya Finku, Sayakaya, Saham Rakyat, dan lain sebagainya.

Produk PINA

Didirikan pada 2021, PINA menawarkan saran keuangan holistik dan solusi manajemen investasi kepada investor ritel. Platform ini membawa misi untuk memberdayakan masyarakat Indonesia dengan membuat keputusan keuangan yang rumit menjadi sederhana. Selama ini, biaya tinggi dan setoran minimum membuat layanan pengelolaan kekayaan tidak dapat diakses oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.

Akses ke alat dan penasihat pengelolaan uang PINA gratis, dan pengguna hanya dibebankan biaya saat berinvestasi di platform. Melalui aplikasi PINA, pengguna dapat menautkan semua akun keuangan mereka untuk mengelola uang mereka di satu tempat dan memanfaatkan data tersebut untuk mengotomatiskan tujuan tabungan dan investasi yang telah mereka tetapkan.

Diklaim, saat ini PINA memiliki lebih dari 25 ribu pengguna di platform dan AUM bernilai lebih dari $4,1 juta. Dalam waktu tiga bulan setelah meluncurkan produknya, perusahaan berhasil menunjukkan daya tarik yang kuat, dengan AUM tumbuh dua kali lipat pada Februari 2022 dan 18 kali lipat lagi pada Maret 2022.

Sementara Christian Hermawan, yang memimpin operasi investasi dan hukum, telah lebih dari 26 tahun di pasar modal. Dia mendirikan Trust Securities dan mengembangkannya menjadi lebih dari $151 juta volume perdagangan bulanan. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Direktur Sucorinvest Investment Management. Hendry Chou memimpin produk dan menjadi Product Design Lead di Zenius sebelum mendirikan PINA.

Ruangguru Rilis Versi Situs Web, Permudah Siswa Akses Materi Tanpa Aplikasi

Ruangguru meresmikan Ruangbelajar web, versi situs untuk permudah pelajar dari jenjang SD hingga SMA/K mengakses seluruh konten Ruangguru. Sebelumnya, Ruangguru baru bisa diakses melalui aplikasi mobile.

Ruangbelajar Web ini hadir untuk para pengguna yang sebelumnya mengalami keterbatasan saat menggunakan versi aplikasi Ruangguru. Sebab, aplikasi Ruangguru tidak dapat didukung saat diakses melalui Google Chrome dan belum optimal jika diakses melalui tablet. Pengguna tidak perlu mengunduh aplikasi apapun untuk mengakses materi belajar.

Saat ini, pengguna dapat mengakses Ruangbelajar Web melalui laptop dengan sistem operasi apa pun, mulai dari Mac, Windows, Chromebook, ataupun tablet dan smartphone. Seluruh preferensi pengguna saat belajar kini dapat diakomodasi oleh Ruangbelajar Web.

“Kebutuhan pengguna selalu menjadi pertimbangan utama kami dalam proses pengembangan produk. Kami menghadirkan Ruangbelajar Web dengan tujuan mengakomodasi kebutuhan dan preferensi pengguna yang bervariasi, termasuk pilihan perangkat untuk belajar. Melalui Ruangbelajar Web, kami juga ingin memberikan opsi platform belajar yang mudah digunakan, baik bagi pengguna lama maupun baru,” ucap AVP K12 Product Ruangguru Stephanie Hardjo dalam keterangan resmi, Jumat (1/7).

Dia melanjutkan, sebagai edtech, perusahaan akan terus berinovasi menghadirkan pengalaman belajar yang optimal bagi penggunanya. Ke depannya, akan lebih banyak inovasi, baik berbentuk produk maupun program, khususnya untuk menyambut momen tahun ajaran baru.

Akses jaringan terbatas

Menurut tulisan yang dimuat di blog Bank Dunia, ekonomi digital yang berfungsi dengan baik membutuhkan akses internet yang luas dan berkualitas tinggi. Meskipun penggunaan internet di Indonesia telah meningkat hampir empat kali dalam dekade terakhir, setengah dari populasi orang dewasa Indonesia masih belum dapat mengakses internet.

Selain itu, hampir semua pengguna internet di Indonesia mengakses melalui perangkat seluler. Meskipun internet seluler (3G/$G/LTE) menjadi layanan yang paling banyak digunakan, tapi kualitasnya masih tidak setara dengan internet kabel, baik dalam hal kapasitas, kualitas layanan, kinerja bandwidth, dan efisiensi biaya.

Aktivitas belajar jarak jauh selama pandemi Covid-19, menyoroti keterbatasan internet seluler di mana jutaan siswa dan guru di seluruh Indonesia merasa bahwa paket data seluler mereka tidak memadai dan sangat mahal. Akses internet berkualitas tinggi seperti ini menghambat masyarakat dalam menggali kemampuan produktifnya untuk memetik manfaat ekonomi digital sepenuhnya. Hal ini memberikan dua tantangan utama, yaitu bagaimana membuat akses internet kabel menjadi universal dan meningkatkan kualitas internet.

Meningkatkan cakupan jaringan serat optik adalah solusi yang penting, namun tidak cukup. Di saat investasi oleh penyedia layanan swasta, bersama dengan proyek-proyek pemerintah seperti Palapa Ring untuk meningkatkan konektivitas dan ketersediaan layanan di seluruh kabupaten di Indonesia, ternyata jumlah pelanggan internet tidak meningkat secara paralel. Hanya 26% rumah yang memiliki akses ke penyedia internet kabel yang berlangganan layanan ini.

Rendahnya tingkat berlangganan sebagian besar disebabkan oleh masalah biaya dan kualitas. Harga paket data seluler Indonesia relatif terjangkau dibandingkan dengan paket serupa di negara tetangga, namun hal ini tidak berlaku pada paket internet kabel.

Dalam peringkat ITU 2019 untuk biaya berlangganan internet kabel, Indonesia berada di peringkat 131 dari 200 negara dan wilayah yang diamati dalam hal keterjangkauan biaya. Hal ini menegaskan bahwa Indonesia adalah salah satu pasar internet kabel yang paling mahal. Hampir separuh rumah tangga Indonesia (44%) menyebut biaya tinggi sebagai alasan utama mereka tidak berlangganan layanan internet kabel.

Selain biaya yang mahal, kualitas layanan internet di Indonesia termasuk yang terendah dibandingkan dengan negara tetangga di ASEAN. Indonesia mencatat kecepatan download internet seluler paling lambat kedua (17,24 Mbps), sedikit di atas Kamboja (16,4 Mbps). Untuk kecepatan internet kabel, Indonesia paling lambat ketiga di ASEAN, setelah Kamboja dan Myanmar.

Oleh karenanya, saat mengakses internet, apalagi untuk pembelajaran jarak jauh butuh dukungan platform yang dapat diakses melalui berbagai metode. Situs itu sendiri jauh lebih simpel, bahkan lebih ringan dibandingkan aplikasi laptop. Hal ini mengingat aplikasi laptop memiliki kustomisasi fitur yang unik, sehingga kebutuhan penyimpanan data pengguna dan aktivitasnya pun jauh lebih kompleks membutuhkan server yang jauh lebih besar, sekelas cloud hosting.

Application Information Will Show Up Here

Solos Kembangkan Platform E-commerce Jasa untuk Freelancer

Praktik kerja lepas atau freelancing bukanlah hal yang baru, terlebih di tengah masa sulit pasca-pandemi melanda negeri ini. Banyak orang yang mencari saluran pekerjaan lain untuk bisa bertahan hidup atau menambah pemasukan. Bahkan, tidak sedikit yang menjadikan pekerjaan lepas ini sebagai sumber mata pencaharian utama mereka.

Ide untuk membuat sebuah platform marketplace pekerja lepas sudah lahir sejak Ricky Willianto pertama kali membangun Ravenry yang fokus menyasar penulis dan peneliti. Ia melihat masih banyak isu yang belum terselesaikan ketika seorang pekerja lepas ingin menawarkan jasanya, baik dari sisi proses yang belum efisien hingga pembayaran yang dipersulit.

Berawal dari sini, ia mengembangkan “Solos” dengan visi untuk memberdayakan setiap orang untuk melakukan pekerjaan yang mereka sukai dengan cara yang berkelanjutan secara finansial. Selain itu, untuk membantu para freelancer atau solopreneur mempersingkat waktu yang diperlukan untuk menyepakati transaksi, yang pada akhirnya menghasilkan lebih banyak pendapatan.

Solusi yang ditawarkan

Solos menghadirkan tiga solusi utama yaitu sebagai portfolio builder, online shop for service, dan payment solutions for service sellers. Platform ini dilengkapi dengan teknologi yang memudahkan freelancer untuk membangun situs web
dan toko online dengan tampilan depan yang menarik dan memungkinkan mereka untuk memamerkan karya dan jasa mereka secara kredibel.

Selain itu, platform ini juga didukung dengan teknologi di belakang layar yang membantu pengaturan proyek freelance dengan lebih mudah dan teratur, mulai dari manajemen proyek, chat, tagihan, hingga sistem pembayaran. Solos memberi kebebasan dan keleluasaan bagi freelancer untuk menentukan cara bekerja, komunikasi, serta cara pembayaran dengan klien.

“Berbeda dengan platform pencarian layanan freelance lainnya yang membatasi cara komunikasi dan skema pembayaran antara klien dengan freelancer, Solos memberi kebebasan bagi freelancer dan solopreneur untuk menawarkan layanan jasa mereka secara langsung kepada klien dengan platform komunikasi dan skema pembayaran yang bisa mereka tentukan sendiri,” tambah Ricky.

Tantangan besar yang masih sering muncul dalam industri ini adalah cross-border transaction. Salah satu solusi dari Solos telah memungkinkan proses yang sederhana, cepat dan aman dalam menerima pembayaran. Saat ini Solos juga sudah bekerja sama dengan beberapa channel pembayaran global dan lokal sehingga bisa mempermudah pembayaran cross-border. Salah satunya juga dengan aplikasi dompet digital, para freelancer yang ada di platform Solos akan segera bisa menerima gaji via Gopay.

Pentingnya membangun komunitas

Solos memosisikan diri sebagai facilitator untuk penjualan dan pembayaran. Dari segi jasa yang ditawarkan, pihaknya mengaku tidak terlibat secara langsung. Namun, bukan berarti timnya lepas tangan dengan setiap kesepakatan yang terjadi dalam platformnya. Perusahaan memastikan segala sesuatu yang terjadi dalam ekosistemnya sejalan dengan regulasi serta hukum yang berlaku.

Saat ini Solos berfokus pada penyediaan konten yang membantu freelancer menavigasi persyaratan keuangan dan persyaratan hukum terkait freelancing. Baru-baru ini timnya sempat membawa praktisi SDM (Sumber Daya Manusia) dan ahli hukum ketenagakerjaan untuk membantu pekerja lepas kami mengatur bisnis mereka dengan benar untuk mematuhi hukum setempat di Indonesia.

Untuk jumlah tim saat ini ada 8 orang, terdiri dari teknisi, produk, marketing dan yang belum lama ini direkrut adalah tim community & customer success. Ricky menilai bahwa menjadi freelancer dan solo entrepreneur itu terkadang bisa menjadi “a lonely journey”, maka dari itu timnya fokus mengedukasi dan membangun jaringan dengan orang-orang yang memiliki visi dan misi yang sejalan.

Saat ini komunitas Solos terbentuk melalui beberapa media sosial, seperti Discord, Telegram dan Facebook. Totalnya saat ini ada lebih dari 300 orang. Ricky mengaku cukup selektif dalam pemilihan member, timnya percaya bahwa sebuah komunitas yang baik harus dimulai dengan orang-orang yang serius dan memiliki objektif yang jelas dan tepat.

Terkait target pasarnya fokus yang paling besar ada pada content creator, seperti designer, videographer, dan writer, tetapi banyak juga yang menawarkan jasa professional seperti konsultan PR dan market researcher. Selain itu, jasa yang lebih personal seperti make-up artist, guru privat, atau personal trainer juga bisa ditawarkan melalui platform ini.

Menurut pengamatan Solos, lima kota dengan jumlah freelancers terbanyak di Indonesia termasuk Bandung, Jakarta, Surabaya, Bekasi, dan Bali. Solos sendiri menetapkan markas mereka di Pulau Dewata alias Bali karena timnya percaya Bali adalah pusat bisnis yang tepat dengan banyaknya para freelancers, solopreneur dan digital nomads.

Ricky juga secara aktif membangun komunikasi dengan para freelancer dan solopreneur di Bali, platform ini pertama di-launch untuk memastikan bahwa produknya benar-benar dapat membantu meningkatkan skala bisnis.

“Kami ingin dekat dengan pengguna dan itulah sebabnya kami pindah ke Canggu, Bali. Selain itu, kami mengadakan berbagai acara untuk komunitas solopreneur di sini untuk membantu mereka belajar satu sama lain, berkolaborasi lebih baik, dan semoga memenangkan lebih banyak bisnis dan klien bersama,” sebutnya.

Masa depan industri freelance di Indonesia

Dewasa ini, tren freelancing sedang meningkat secara global. Menurut hasil pengamatan Solos, saat ini terdapat sekitar 70 juta freelancers dan solo entrepreneur yang siap untuk menawarkan jasa atau bisnisnya di Asia Tenggara. Nilai pemasukan tahunan freelancers di Asia Tenggara tersebut terhitung mencapai $730 miliar.

Tren yang sama terjadi di Indonesia. Badan Pusat Statistik mencatat 33,34 juta orang bekerja sebagai freelancer dan small business owners hingga Agustus 2020. Angka ini naik 4,32 juta orang atau 26 persen dari tahun sebelumnya. World Bank juga mencatat pertumbuhan pelaku freelancing mencapai 30% setiap tahunnya dengan dominasi segmentasi usia 18-44 tahun. Hal ini didukung oleh fakta bahwa 97 persen pekerja lepas lebih bahagia daripada pekerja kantoran, menurut penelitian School of Business University of Brighton.

Deretan fakta di atas semakin menguatkan ambisi Solos untuk bisa memberdayakan para pekerja lepas di Indonesia. Timnya juga percaya bahwa terjadi transisi besar pada angkatan kerja masa kini. Generasi baru lebih menyukai kebebasan, fleksibilitas, dan pekerjaan yang berdampak dan didorong oleh hasrat. Hasilnya, orang-orang yang dulu bergantung pada pekerjaan kantoran kini memulai bisnis mereka sendiri yang dimungkinkan oleh teknologi dan kerja jarak jauh.

Terlebih, Indonesia ternyata telah memiliki payung hukum yang melindungi hak para freelancers yaitu Undang-Undang No 13 Tahun 2003. Hak pekerja setiap hari lepas serta jangka waktu atau masa kerja diatur dalam Keputusan Menteri dan Tenaga Kerja No 104 Tahun 2004 mengenai perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) atau waktu tidak tertentu (PKWTT).

Perusahaan disebut mengalami pertumbuhan eksponensial dalam jumlah pengguna sejak pertama kali dioperasikan. Selain itu, platform ini juga memiliki daya tarik global dan telah menarik minat dari freelancers dan solopreneurs dari Filipina, Australia, India, AS, dan pasar lain secara global. Solos saat ini tengah mengumpulkan seed round dari investor di Asia Tenggara dan Eropa. Sejauh ini, beberapa angel investor dari perusahaan seperti Microsoft, HSBC, JP Morgan, dan Blackberry sudah terlibat.

Dengan pertumbuhan bisnis yang diharapkan seiring dengan industri yang semakin matang, Solos memiliki rencana untuk membangun fitur baru yang membantu pekerja lepas dalam hal otomatisasi persyaratan kepatuhan untuk memastikan fokus mereka bisa tertuju pada bisnis alih-alih menghabiskan waktu dengan proses administrasi yang tidak efisien.

Selain Solos, sudah ada beberapa pemain lain di Indonesia yang menyediakan solusi sejenis. Salah satunya adalah Sribu yang baru saja diakuisisi perusahaan SDM asal Jepang, Mynavi Corporation Japan. Selain itu juga ada Fastwork dan Briefer, sebuah unit strategis dari IGICO Advisory yang khusus mewadahi pekerja di bidang komunikasi.

Inilah Daftar Startup Agritech Indonesia yang Menjadi Solusi Petani

Startup agritech Indonesia adalah salah satu hal yang harus diketahui banyak orang. Karena bisa menjadi fondasi dasar untuk perkembangan ekonomi masyarakat Indonesia. Dilansir oleh BPS (Badan Pusat Statistik), produksi pertanian Indonesia meningkat 2,59% di kuartal keempat 2021. Maka dari itu, pertanian menjadi sumber yang paling besar perannya untuk menjadi salah satu pilar perekonomian.

Kehadiran startup digital di bidang pertanian (argitech) juga dilihat sebagai sebuah harapan baru untuk membawa industri pertanian Indonesia naik level. Dengan cara menghadirkan mekanisme dan model bisnis baru untuk efisiensi produksi sampai dengan distribusi.

Berikut ini daftar startup pertanian di Indonesia yang layak diketahui:

Agriaku

PT Agriaku Digital Indonesia (Agriaku) merupakan startup agritech Indonesia yang menyediakan berbagai perlengkapan dan kebutuhan petani melalui sistem keagenan atau social commerce. Mereka baru saja, memimpin pendapatan awal oleh Arise, dana kelolaan kolaboratif MDI Ventures dan Finch Capital.

Agriaku didirikan pada Mei 2021 oleh Irvan Kolonas dan Danny Handoko. Ivan memang memiliki pengalaman sebagai pengusaha di bidang agribisnis, saat ini juga menjabat sebagai CEO Vasham. Sementara itu, Danny adalah mantan Co-Founder & CEO Airy Indonesia. kolaborasi mereka dapat menggabungkan keahlian di bidang pertanian dan teknologi untuk memberikan layanan yang komprehensif kepada agro-UKM dan petani.

Dengan dana segar yang terkumpul, Agriaku berencana untuk meningkatkan jumlah petani dalam jaringannya agar berhasil menembus pasar senilai $17 miliar di Indonesia. Sejak awal, Agriaku telah memberdayakan lebih dari 6 ribu mitra dan petani kecil di seluruh Indonesia melalui teknologi. Agriaku memiliki mimpi untuk menjadi superapp bagi para pemain agri di Indonesia.

Crowde

Crowde adalah startup fintech didirikan oleh Yohanes Sugihtononugroho pada tahun 2015 yang berfokus pada pertanian yang memberdayakan petani Indonesia dengan teknologi dan permodalan. Ribuan petani dan investor di seluruh Indonesia telah mempercayakan Crowde dengan mencapai apa yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Ekosistem keuangan yang mudah untuk petani dapat terhubung dengan investor yang mencari hal menarik dengan petani yang mengharapkan modal untuk tumbuh, menciptakan lapangan kerja, dan membantu komunitas lokal.

Eden Farm

Eden Farm lebih fokus menyajikan produk-produk terbaik dari petani lokal hingga berbagai restoran dan warung makan di Indonesia. Startup yang didirikan pada tahun 2017 oleh David Gunawan ini memiliki tujuan agar bisnis kuliner Indonesia menggunakan bahan-bahan yang berasal dari petani lokal.

Berdasarkan informasi dari situs resminya, Eden Farm merupakan pemasok berbagai jenis sayuran dan bahan makanan seperti sayuran hidroponik, buah, dan bahan kering.

Etanee

Etanee adalah aplikasi e-commerce yang fokus pada produk pangan dan pertanian. Didesain berawal dari memulai petani dan peternak kita yang tidak mendapatkan hak ekonomi secara layak. Padahal merekalah rantai produksi dengan kerja kerasnya menghasilkan produk terbaik yang kita konsumsi.

Selain itu, rantai logistik dan pengiriman yang tidak efisien menjadi penyebab tingginya harga beli konsumen juga menjadi pemicu lahirnya Etanee yang mulai digagas sejak awal tahun 2017. Maka dari itu, Etanee dibuat sebagai solusi untuk petani dan peternak agar memiliki penghasilan yang sesuai dengan meraka.

Herry Nugraha dan Cecep Mochamad Wahyudin mendirikan Etanee pada tahun 2017 ingin berfokus pada pengembangan bisnis pertanian di Indonesia. Mereka mendapatkan dana awal sebesar 7 miliar Rupiah dari East Ventures untuk mengekspansi ke beberapa daerah di Indonesia.

Habibi Garden

Di Indonesia juga ada startup teknologi pertanian yaitu Habibi Garden. Perusahaan startup agritech Indonesia ini memiliki tujuan untuk membangun peradaban melalui pertanian internet of things (IOT). Perusahaan ini memang menghadirkan solusi perawatan tanaman berbasis IoT. Startup ini membantu menyediakan data up-to-date melalui smartphone.

Ada sensor yang digunakan untuk membantu mendapatkan data tersebut. Data yang diberikan misalnya adalah kondisi tanah dan unsur hara pada tanaman. Ini dapat membantu petani mengurangi biaya, meningkatkan produktivitas, dan mencegah gagal panen.

Startup agritech Indonesia yang satu ini didirikan pada tahun 2016 oleh Dian Prayogi Susanto. Pada awal pendiriannya Habibi Garden mendapatkan 8 miliar Rupiah dibantu oleh beberapa Investor pendanaan seri A.

iGrow

Startup bergerak di bidang pertanian yang memungkinkan pelaku usaha untuk bertani tanpa harus turun ke lahan pertanian sendiri untuk menanam. Cukup dengan mendaftar, memilih tanah dan jenis pohon, maka para pelaku usaha dapat menerima uang atas tanah tersebut.

Setelah lahan diolah dan dipanen, hasil pertanian bisa dijual dengan porsi 40% untuk pengguna, 20% untuk mitra pengelola perkebunan (petani), dan 20% untuk iGrow. Perusahaan yang satu ini didirikan pada tahun 2014. Kini iGrow telah diakuisisi dan masuk ke dalam grup LinkAja.

Kedai Sayur

Layanan startup ini lebih fokus pada pendistribusian produk pertanian berupa sayuran kepada konsumen. Dengan sistem mengundang pedagang sayur konvensional untuk menjadi bagian dari Kedai Sayur sebagai Mitra Sayur.

Mitra sayur ini merupakan satu-satunya layanan utama yang dihadirkan untuk memberikan kemudahan bagi pengguna khususnya ibu rumah tangga yang ingin berbelanja kebutuhan sayur tanpa perlu ribet, namun tetap memiliki kualitas sayur terbaik.

Startup yang pertama kali digagas pada tahun 2016 oleh Adrian Hernanto ini telah mendapatkan dua putaran pendanaan di tahun 2019, yang keduanya dipimpin oleh East Ventures. Pendanaan pertama diperoleh pada bulan Mei sebesar $1,3 juta dan pendanaan kedua dilakukan tiga bulan kemudian yaitu pada bulan Agustus dengan nominal lebih besar yaitu 4 juta dollar AS.

Sayurbox

Didirikan pada tahun 2017, Sayurbox menggunakan konsep bisnis farm-to-table. Konsep ini mendukung konsumen untuk dapat memperoleh berbagai sayuran dan buah segar berkualitas langsung dari petani dan produsen lokal.

Sayurbox, perusahaan rintisan yang menggabungkan teknologi pangan dan bahan-bahan makanan, mengumumkan telah mendapatkan pendanaan seri C sebesar $120 juta atau lebih dari Rp. 1,7 triliun.

Tanihub

Startup pertanian lain yang cukup menonjol adalah TaniHub. Startup ini dikenal membangun ekosistem petani mulai dari pembiayaan, penanaman, hingga pemasaran. Dalam aplikasi ini, produk pertanian masuk ke pasar sehingga membebani petani untuk memasarkan produk tersebut.

TaniHub sendiri merupakan aplikasi yang merupakan bagian dari TaniGroup. Di dalam grup, tidak hanya ada TaniHub tetapi juga TaniFund. Juni tahun 2021 lalu Tanihub mendapatkan pendanaan seri B senilai 945 miliar Rupiah dipimpin oleh MDI Ventures.

Itulah beberapa startup agritech Indonesia yang bisa menjadi solusi bagi mereka. Perkembangan teknologi telah memberikan banyak peluang, termasuk di bidang pertanian.

Optimisme Desty Gairahkan “Social Commerce” sebagai Bisnis Berkelanjutan

Tidak dimungkiri, social commerce adalah salah satu vertikal bisnis di startup yang diuntungkan semenjak pandemi. Pembatasan interaksi sosial secara otomatis mendorong semangat para pelaku industri untuk mencari pendapatan tanpa harus melangkah ke luar rumah. Hal ini tak lepas dari fitur-fitur di media sosial, seperti “Instagram Story” yang turut membantu penjual dalam memasarkan produknya.

Terlebih itu, konsep social commerce melekat erat dengan ranah e-commerce. Mengutip dari laporan Econsultancy, pada 2025 mendatang, pasar e-commerce diproyeksikan akan melebihi $100 miliar per tahunnya. Hal ini turut mendongkrak popularitas social commerce.

Desty adalah salah satu pemain social commerce yang hadir sejak Oktober 2020, alias saat pandemi berlangsung. Dalam waktu singkat, Desty mampu meyakinkan pasar bahwa model bisnis yang diusung adalah the next big thing yang akan tumbuh bersama industri e-commerce — yang diproyeksikan akan menjadi penyokong ekonomi digital di Indonesia.

Untuk membahas lebih dalam, DailySocial.id mengundang Shintia Xu selaku Head Marketing Desty untuk membagikan pandangan dan optimismenya di industri ini dalam sesi #SelasaStartup yang digelar di pekan ketiga Juni 2022.

Kue bisnis social commerce

Berbagai riset menyebutkan bahwa kue bisnis social commerce ini sejalan dengan penggunaan internet yang terhubung dengan perangkat smartphone. Misalnya, mengutip dari laporan Econsultancy bersama Magento dan Hootsuite pada bulan Oktober 2019 berjudul “The State of Social Commerce in Southeast Asia”, industri social commerce diproyeksikan akan bertumbuh signifikan. Asia Tenggara memiliki lebih dari 350 juta pengguna internet dan 90% dari mereka sudah terhubung dengan smartphone.

Ukuran pasar social commerce di Indonesia sendiri cukup besar. Menurut laporan Research and Markets, pada 2022, nilai pasarnya mencapai $8,6 miliar dan akan meningkat sampai $86,7 miliar di 2028 mendatang.

Pada umumnya, platform enabler seperti Desty memberikan layanan untuk memudahkan pengelolaan barang dan sistem transaksi. Sebagian juga membantu di sisi pemasaran sampai dengan pembayaran. Selain Desty, beberapa platform yang berusaha membantu pelaku social commerce adalah AturToko, Avana, Minin, Tokotalk, dan beberapa lainnya.

“Kami punya empat produk yang semuanya mengonsolidasi semua pain points yang belum diberikan pemain social commerce yang ada sejauh ini, makanya Desty hadir,” ucap Shintia.

Desty menyediakan empat jenis layanan solusi digital, yakni Desty Menu, menyediakan kemudahan bagi restoran dalam membuat menu digital. Menu yang didesain khusus untuk industri hospitality dan F&B ini terintegrasi dengan fitur pembayaran dan kode QR sehingga memudahkan transaksi.

Berikutnya, Desty Omni, platform untuk mengelola stok barang dan pesanan toko yang sangat membantu bagi aktivitas jualan online; Desty Store, yang merupakan platform pembuatan situs bagi toko online; dan Desty Page, layanan penyedia landing page yang dioptimasi untuk tautan di akun media sosial, khususnya Instagram — konsepnya mirip Linktree atau Oneblink yang dikembangkan MTARGET.

“Saat pertama kali baru hadir, banyak yang belum tahu produk Desty. Akhirnya para social seller mulai coba-coba dan akhirnya kami mulai dipercaya. Ini masalah kebiasaan baru saja, pelan-pelan mereka akan terbiasa dengan cara baru yang sebenarnya memudahkan mereka. Adaptasi ini sangat terbantu semenjak adanya pandemi.”

Buat bisnis online jadi berkelanjutan

Secara konsep, sambung Shintia, Desty mengonsolidasikan seluruh produknya, mulai dari front-end hingga back-end dipermudah untuk dioperasikan oleh para penjual online. Bahkan, untuk mengoperasikan Desty Page misalnya, tidak perlu orang yang harus paham teknologi, ibu-ibu yang awam sekalipun dapat menggunakannya.

Salah satu contoh sukses yang berhasil dibuktikan oleh Desty adalah pengusaha baru, seorang ibu rumah tangga di Medan yang mulai berjualan toko perlengkapan bayi dengan cara konvensional. Setelah terjadi pandemi, ia mulai geser bisnisnya ke platform media sosial dan mulai mempelajari cara berjualan online dengan Desty.

“Ibu ini mengikuti seluruh arahan kita, untuk rajin buat konten, memanfaatkan semua fitur di Desty, sampai akhirnya omzet penjualannya naik 300%. Penjualan di platform media sosialnya ini bahkan melebihi penjualan di toko marketplace yang ia buat.”

Shintia mengklaim, selama ini solusi yang dihadirkan oleh pemain social commerce sebelum Desty hadir masih tercecer, masih dibutuhkan proses manual, dan belum terkonsolidasi penuh. Padahal, bagi para penjual, channel penjualan yang datang dari mana saja itu adalah masalah keseharian.

“Selalu ada kepusingan tentang undersell dan oversell. Desty membuat fitur-fitur yang membuat operasional mereka jadi lebih efisien, tidak butuh banyak SDM, sehingga mereka bisa tetap fokus mengembangkan bisnisnya.”

Selain didukung fitur yang menyeluruh, model bisnis Desty juga disebutkan oleh Shintia mendukung bisnis online dapat tumbuh bersama. Perusahaan tidak membebankan biaya berlangganan untuk para pengguna, alias seluruh fitur dapat digunakan secara gratis. Perusahaan hanya mengenakan biaya jasa untuk transaksi yang berhasil.

“Kami percaya empowering SME itu bukan dengan membebankan biaya bulanan. Prinsip kami, kami dapat uang kalau kamu [penjual online] dapat uang. Konsep kami diterima hingga kini kami punya lebih dari satu juta merchant online,” tutupnya.

Mengenal “Living Lab Ventures”, Kendaraan Investasi Startup Sinar Mas Land

Grup Sinarmas melalui Sinarmas Land Limited (bersama dengan anak perusahaan dan afiliasinya, “Sinar Mas Land”) mengumumkan kendaraan investasi baru yang diberi nama Living Lab Ventures. Inisiatif ini dibentuk untuk mendukung inovasi teknologi melalui percepatan dan pendanaan startup yang potensial di Indonesia.

Terkait rencana pendanaan ke startup, sebelumnya Sinar Mas Land juga telah mengumumkan Urban Gateway Fund pada Mei 2022 lalu, melibatkan sejumlah pemodal ventura sebagai mitra strategis, yakni East Ventures, Redbadge Pacific, dan Prasetia Dwidharma

Sementara itu, peluncuran Living Lab Ventures menunjukkan konsistensi mereka untuk mengembangkan ekosistem digital yang menjadi fokus perusahaan saat ini, terutama untuk menambah aspek digital dalam pengembangan township secara keseluruhan. Perusahaan kian mendekati ambisinya dalam membangun ekosistem digital yang menyeluruh di kawasan kota mandiri Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, Banten.

Living Lab Ventures dinakhodai oleh Mulyawan Gani sebagai Managing Partner dan Bayu Seto sebagai Partner. Diketahui keduanya telah memiliki pengalaman kerja sebagai jajaran eksekutif di beberapa startup unicorn dan transformasi bisnis ke ranah digital.

Mulyawan Gani menyatakan, “Potensi pertumbuhan eksponensial smart city di Indonesia semakin diperhatikan. Untuk menciptakan digital lifestyle yang kondusif, kami perlu memberdayakan masyarakat dengan teknologi yang inovatif dan adaptif sejalan dengan kebutuhan dinamis masyarakat itu sendiri. Living Lab Ventures ingin mendukung perusahaan rintisan lokal untuk membuka potensi mereka dan menjadi game-changer dengan mengintegrasikan inovasi dan solusi teknologi mereka ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.”

Hipotesis investasi

Dalam melakukan investasi, Living Lab Ventures menggunakan pendekatan sektor agnostik yang terbuka untuk menjangkau jaringan investasi yang lebih luas. Untuk ukuran pendanaan, timnya menyebutkan bahwa tidak ada angka spesifik untuk masing-masing startup, tergantung stage-nya. Mengenai tahapan, perusahaan mengaku berinvestasi mulai dari di semua tahapan. “Umumnya kita ikut pendanaan dari mulai startup tersebut masih early stage sampai menembus later stage,” tambah Mulyawan.

Living Lab Ventures berfokus pada tiga aspek teknologi utama yakni Smart Technologies, Digital Life, dan Mobility. Smart Technologies merupakan aspek yang berfokus pada teknologi inovatif yang mendukung kehidupan perkotaan pintar. Teknologi ini berkaitan erat dengan aspek Digital Life yang berfokus pada teknologi terkait e-commerce dan social networking yang berdampak dalam kehidupan bermasyarakat. Lalu Mobility berfokus pada teknologi pintar dalam pergerakan manusia dan barang di dalam kota.

Salah satu yang menjadi nilai unik dari Living Lab Ventures ini adalah memiliki Living Lab X sebagai laboratorium untuk menginkubasi dan mengembangkan perusahaan rintisan lokal, sehingga memungkinkan mereka untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam kehidupan masyarakat. Laboratorium ini memungkinkan kerja sama dengan perusahaan terkait lainnya, serta menyediakan pilot testing untuk percobaan implementasi awal.

Selain itu, Living Lab juga akan mendukung kolaborasi dan memberikan mentoring bagi pemimpin perusahaan rintisan dalam setiap proses perkembangan perusahaannya. Living Lab Venture sendiri sudah melakukan beberapa investasi dari berbagai sektor. Investasi perdana mereka adalah kepada SWAP Energy. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu fokus perusahaan ada pada sektor ESG.

Bayu Seto menambahkan, “Ide kami dalam mendirikan Living Lab Ventures tidak hanya memfasilitasi startup dari segi pendanaan, namun juga melalui Living Lab X menyiapkan sebuah proses inkubasi yang berjalan beriringan dengan inovasi dan solusi teknologi mereka. Ke depannya, keberhasilan terapan teknologi digital ini akan membantu pengembangan smart society tidak hanya di BSD City, tetapi juga di Indonesia.”

Terkait target pendanaan di tahun ini, Mulyani mengungkapkan bahwa fokus perusahaan bukan kepada berapa startup, namun solusi seperti apa yang bisa diberikan. “Saat ini kami mencari platform yang memberikan dampak kepada problem statement yang dimiliki oleh penghuni kota, jadi kita coba cari solusi yang city centric driven. Di samping itu, kami juga melihat scalability dari startup tersebut, model bisnis, serta founder yang mumpuni,” tambahnya

Bank Raya Luncurkan Pembukaan Rekening Online Melalui Aplikasi BRImo

PT Bank Raya Indonesia Tbk (IDX: AGRO) mengumumkan sinergi dengan induk usaha PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (IDX: BBRI) untuk mengintegrasikan layanan digital saving. Melalui sinergi ini, calon nasabah Raya dapat membuka rekening baru pada aplikasi BRImo.

Dalam acara peresmiannya, Direktur Bisnis Kecil dan Menengah BRI Amam Sukriyanto mengungkap bahwa ini menjadi langkah tahap awal dari transformasi digital di lingkup BRI Group yang mengacu pada cetak biru BRIVolution 2.0. “Kami terus berupaya menghadirkan layanan keuangan holistik bagi nasabah,” tutur Amam.

Sementara, Direktur Utama Bank Raya Kaspar Situmorang mengatakan bahwa sinergi ini memampukan Bank Raya untuk menuju posisinya sebagai end-to-end digital provider dan mengakselerasi pertumbuhan jumlah nasabahnya dengan cepat.

“Sejak hari pertama Bank Raya berdiri, transformasi aset dan liabilitas yang dilakukan BRI juga kami terapkan di sini. Maka itu, produk yang kami kembangkan disesuaikan dengan pasar yang kami serve, yakni pekerja gig economy,” ungkap Kaspar.

Aplikasi Raya meluncur sejak Februari 2022 dan mengantongi sebanyak 713 ribu pengguna per Juni 2022. Perusahaan membidik satu juta pengguna aplikasi Raya pada tahun ini. Sementara itu, BRImo telah dipakai 18,3 juta pengguna, di mana sinergi ini diharapkan dapat menggeser 2 juta pengguna ke aplikasi Raya.

Fitur digital saving Raya telah tersedia pada aplikasi BRimo sejak 31 Mei 2022 dan diklaim telah menghasilkan 1.008 rekening baru. Pembukaan rekening Raya juga sudah menggunakan teknologi e-KYC, bebas biaya administrasi, dan tidak ada minimal saldo.

Sebelum ini, induk usahanya BRI juga menggandeng sejumlah platform digital untuk mengintegrasikan pembukaan rekening online. BRI tercatat sudah menggaet aplikasi yang memiliki ekosistem dan basis pengguna besar, seperti Grab dan Tokopedia (BRI Ceria). Namun, strategi frond-end channel ini juga sudah banyak dilakukan oleh sejumlah bank, seperti CIMB Niaga, Mandiri, dan Permata Bank.

Pekerja informal

Sebagai informasi, Bank Raya sebelumnya bernama Bank Agro yang rebranding sejak September 2021. Berbeda dengan induk usaha yang bermain pada segmen mikro dan ultra mikro, Bank Raya membidik segmen pekerja informal atau gig worker.

Survei Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pelaku gig economy pada 2020 mencapai 46,4 juta orang. Sementara, survei internal BRI Agro memproyeksikan gig worker mencapai 74,8 juta pekerja dalam lima tahun ke depan dengan memperhitungkan akselerasi digital di Indonesia.

Menurut survei, proyeksi pertumbuhan ini dipicu oleh pandemi Covid-19 (27% YoY) dan penurunan jumlah karyawan full time (8,84% YoY). Adapun, Bank Raya mengincar 10% atau 6-7 juta pekerja informal dari total proyeksi tersebut.

Bank Raya telah mengelola Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp10,15 triliun pada kuartal I 2022 dengan Rasio CASA 45,20% terhadap DPK. Transformasinya menjadi bank digital diharapkan dapat mendongkrak porsi CASA secara bertahap.

Bukalapak Bidik Pendapatan 3 Triliun Rupiah di 2022

PT Bukalapak.com Tbk (IDX: BUKA) membidik pertumbuhan pendapatan sebesar 44%-61% menjadi sebesar Rp2,7 triliun-Rp3 triliun pada tahun ini. Sementara, Total Processing Value (TPV) Bukalapak juga diproyeksi naik sebesar 39%-47%.

Dalam public expose kinerja keuangan 1Q22 Bukalapak, Presiden Bukalapak Teddy Oetomo mengungkap bahwa target pendapatan 2022 telah terealisasi sekitar 28% dari capaian kuartal pertama 2022 sebesar Rp788 miliar.

Kemudian, TPV tahun ini tercapai 19% atau Rp34,1 triliun di periode sama dari target analis sebesar Rp170 triliun. Take rate konsolidasi juga tumbuh menjadi 2,31% di kuartal I 2022, utamanya ditunjang oleh peningkatan take rate Mitra Bukalapak sebesar 2,73%.

Menurut Teddy, pencapaian kinerja keuangan perusahaan saat ini masih terbilang on-track. Pihaknya fokus untuk mengejar profitabilitas dengan memonetisasi trafik, tak hanya dari lini bisnis utama, tetapi juga bisnis di luar Bukalapak, seperti Allo Bank, AlloFresh, dan Itemku.

Pihaknya optimistis dapat mempertahankan pertumbuhan secara sustain berkat mix strategy perusahaan untuk meningkatkan kontribusi produk/fitur dengan take rate tinggi. “Kontribusi marjin kami hampir positif. Artinya, kami kini berada di fase berikutnya, yakni bukan lagi memperbaiki kinerja melalui efisiensi seperti sales dan marketing, tetapi mendorong pertumbuhan pendapatan. Saat ini kami perlu mengkover fix cost dan G&A supaya adjusted EBITDA dapat positif,” tutur Teddy.

Memang adjusted EBITDA Bukalapak masih tercatat minus Rp372 miliar di kuartal I 2022, tetapi ini terbilang 5% lebih baik dari kuartal IV 2021. Selain itu, realisasi EBITDA ini juga dikarenakan investasi di AlloBank yang harus melakukan mark-to-market.

“Proyeksi adjusted EBITDA kami di tahun ini minus Rp1,4 triliun hingga minus Rp1,5 triliun. Ini mungkin dianggap sebagai melebarnya kerugian, tetapi target kami sebetulnya adalah mencapai adjusted EBITDA yang relatif flat 1% dibanding periode sama tahun lalu,” tambahnya.

Apabila Bukalapak dapat menjaga level adjusted EBITDA pada Juni-Desember  pada posisi sama dengan realisasi per Mei, ada kemungkinan adjusted EBITDA dapat lebih baik daripada proyeksi minus Rp1,4 triliun. 

Saat ini, posisi kas Bukalapak per 31 Maret 2022 mencapai Rp20 triliun. Menurut Teddy, Bukalapak memiliki cash runaway yang sangat panjang. Pihaknya juga masih mengevaluasi kebutuhan investasi ke depan setelah berinvestasi di Allo Bank dan Allo Fresh.

Strategi Bukalapak

Berdasarkan kategori bisnis, Mitra merupakan penyumbang pendapatan terbesar Bukalapak dengan porsi 60% atau Rp471,8 miliar di kuartal I 2022. Sementara, lini Marketplace menyumbang Rp278,5 miliar terhadap total pendapatan dengan pertumbuhan 9% secara tahunan.

Teddy menegaskan bahwa target bisnis Marketplace bukan menjadi pemain dominan di industri. Alih-alih memosisikan Bukalapak sebagai ‘marketplace for all‘, perusahaan kini lebih fokus me-leverage data yang dimiliki ke lini bisnis yang punya prospek pertumbuhan menjanjikan, yakni marketplace untuk gaming Itemku.

Saat ini, pendapatan Bukalapak disumbang oleh tiga lini bisnis utama yang terdiri dari Marketplace, Mitra Bukalapak, dan Buka Pengadaan. Bukalapak juga memperluas vertikal bisnisnya dengan berinvestasi di AlloBank dan AlloFresh. Ini menjadi jalan baru Bukalapak untuk memonetisasi trafiknya.

Melalui investasi di bank digital, lanjut Teddy, pihaknya berupaya memperkuat layanan keuangan sebagai tulang punggung dari keseluruhan lini bisnis Bukalapak. Salah satu misinya adalah meningkatkan inklusi keuangan pada pemilik warung atau UMKM di Mitra Bukalapak. Adapun, AlloFresh akan fokus pada penyediaan berbagai produk FMCG, baik bagi end user maupun pemilik warung yang tergabung di Mitra Bukalapak.

“Integrasi terus dilakukan secara menyeluruh pada Allo Bank dan AlloFresh agar mencakup 128 store di Trans Retail. Kami melihat aspek pengiriman tidak kalah penting dengan harga. Semakin cepat pengiriman, para Mitra tidak perlu keluar biaya banyak untuk mendapatkan inventory besar. Mereka bisa memesan lebih sering sehingga perputaran bisnis lebih tinggi.

Application Information Will Show Up Here