majoo Konfirmasi Telah Rampungkan Pendanaan Pra-Seri A Senilai 130 Miliar Rupiah

Setelah membuka pendanaan pra-seri A senilai $4 juta akhir tahun 2021 lalu, majoo kini telah merampungkan putaran tersebut dan berhasil mengumpulkan dana senilai $9 juta atau kira-kira 130 miliar Rupiah. Investor baru yang tergabung dalam putaran ini adalah Quona Capital dan Xendit. BRI Ventures turut menyuntikkan dananya lagi ke majoo.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO majoo Adi W. Rahadi memberikan konfirmasi terkait pendanaan tersebut. Pendanaan tahapan lanjutan ini telah menjadi rencana dari majoo yang yang telah disampaikan dalam wawancara sebelumnya.

majoo didirikan oleh tiga founder, meliputi Adi W. Rahadi (CEO), Audia R. Harahap (COO), dan Bayu Indriarko (VP Engineering). Sebelumnya ketiga para pendiri tersebut merupakan pelaku bisnis ritel yang juga melayani pelanggan UKM, sehingga mereka cukup memahami berbagai kesulitan yang ditemui di lapangan.

Platform yang menawarkan layanan serupa dengan majoo di antaranya adalah Moka yang saat ini menjadi bagian dari ekosistem merchant di GoTo Group, Qasir yang sudah mulai menyasar pasar regional, Pawoon dengan 25 ribu merchant aktif, Youtap yang membungkus layanannya dengan program loyalitas, dan masih banyak lagi.

Menyasar UMKM

Solusi bisnis dari majoo merupakan aplikasi dengan biaya berlanggan secara bulanan atau SaaS. majoo saat ini telah memiliki pengguna berbayar lebih dari 15 ribu wirausaha tersebar di lebih dari 600 kota di Indonesia dengan berbagai jenis usaha. Mulai dari F&B, ritel, jasa, dan jenis wirausaha lainnya.

Sejak berdiri pada 2019, majoo mengaku telah memproses lebih dari 80 juta transaksi senilai $600 juta atau lebih dari 8,4 triliun Rupiah untuk UMKM di lebih dari 600 kota/kabupaten di Indonesia dari berbagai jenis bisnis, mulai dari F&B hingga laundry.

Layanan majoo dimulai dari sebuah point of sales (POS) alias aplikasi kasir. Saat ini terus diperluas mencakup pengelolaan karyawan, inventori, aplikasi CRM, hingga pemesanan online. Secara statistik, majoo mengklaim telah tumbuh 85% YoY dan telah mengakuisisi lebih dari 20 ribu pengguna aktif dengan tingkat retensi yang dinilai baik.

Application Information Will Show Up Here

JULO Umumkan Pendanaan Seri B 1,1 Triliun Rupiah dari Credit Saison [UPDATED]

Startup fintech lending JULO mengonfirmasi perolehan pendanaan Seri B sejumlah $80 juta dari Credit Saison dengan kombinasi $30 juta ekuitas dan $50 juta fasilitas kredit. Angka yang dikonfirmasi ini lebih tinggi dari informasi yang diperoleh DailySocial.id sebelumnya sebesar $35,3 juta pada 7 Februari 2022.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan perusahaan pada hari ini (13/4), pendanaan ekuitas ini akan dimanfaatkan JULO untuk mengembangkan sistem analisa data, pengembangan produk, marketing, serta rencana akuisisi nasabah dengan menambah Sumber Daya Manusia (SDM) di tim developer, data scientist dan business intelligence. Sedangkan, $50 juta fasilitas kredit akan dialokasikan untuk memfasilitasi dana pinjaman pada platform JULO.

Senior Managing Executive Officer and Head of Global Business Credit Saison Co., Ltd. Kosuke Mori menyampaikan pendanaan dari Credit Saison kepada JULO merupakan bagian dari upaya berkesinambungan perusahaan untuk memperkuat layanan teknologi finansial yang mengalami pertumbuhan secara signifikan di luar Jepang. Dengan dukungan dalam bentuk  penyediaan modal dan operasional strategis, investasi kali ini menandai langkah ekspansi Credit Saison ke pasar fintech Indonesia yang potensial dan bertumbuh secara pesat.

Selaku pihak investor, Credit Saison akan berperan secara aktif – terutama dalam fase hyper-growth JULO – dengan melakukan observasi bersama untuk setiap potensi pengembangan bisnis ke depannya. Strategi investasi berikut dikembangkan oleh Credit Saison melalui Saison Capital, perusahaan modal ventura yang berfokus pada startup dengan peluang untuk mengembangkan kapabilitas finansial.

“Untuk meningkatkan kesejahteraan finansial, inovasi kredit perlu disertai dengan pemahaman perilaku dan kebutuhan konsumen secara mendalam. Sebagai hasilnya, JULO tetap bertumbuh di tengah situasi pandemi COVID dengan pencairan kredit lebih dari US$ 300 juta sampai saat ini. Kami sangat menantikan kerja sama dengan JULO untuk dapat mengakselerasi akses produk keuangan lebih jauh dan dapat membawa perubahan signifikan untuk perkembangan ekonomi di Asia Tenggara,” ucap Mori.

JULO terakhir kali mengumumkan secara resmi pendanaan seri A pada September 2019 sebesar $10 juta. Putaran itu dipimpin oleh Quona Capital, dengan partisipasi dari investor lain, seperti Skystar Capital, East Ventures, Provident Capital, Gobi Partners, dan Convergence Ventures (dulu belum merger menjadi AC Ventures).

Fokus produk fintech JULO

Saat ini Julo memperluas bisnis lending-nya melalui produk JULO Kredit Digital demi memperluas fungsional plafon pinjaman untuk berbagai jenis transaksi. Sebelumnya, plafon hannya bisa digunakan untuk pinjaman tunai yang ditransfer JULO ke rekening peminjam.

Co-founder & CEO JULO Adrianus Hitijahubessy mengatakan, transformasi produk ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan masyarakat yang kini serba digital saat bertransaksi sehari-hari. Meski JULO masih fokus pada pinjaman produktif, namun dalam data perusahaan ternyata 3/4 peminjam menggunakan limit kreditnya untuk bukan untuk tujuan konsumtif.

“Melainkan aktivitas yang meningkatkan taraf hidupnya, seperti modal usaha kecil-kecilan, bayar uang sekolah, renovasi rumah. Ada juga yang konsumtif, tapi kami tidak mempermasalahkannya. Bagi kami setelah melalui underwriting yang ketat, mereka lolos kelayakan kredit, ya diberi kebebasan [menggunakan limit] apa pun kebutuhan mereka,” terangnya.

Berbeda dengan fasilitas kredit konvensional, JULO memberikan fasilitas limit kredit yang dapat diakses kapan saja setelah melewati satu kali pengajuan mandiri melalui smartphone. Skoring kredit berkesinambungan dilaksanakan dengan penerapan machine learning selama siklus kredit serta manajemen risiko berbasis lebih dari 5.000 variabel data untuk pengecekan identitas, pemeriksaan affordability, kelayakan kredit, dan deteksi fraud.

Diklaim, saat ini lebih dari 500.000 masyarakat Indonesia telah menggunakan fasilitas kredit digital JULO setiap harinya untuk tarik dana, kirim dana, isi pulsa, bayar tagihan listrik, isi ulang dompet digital, dan pembayaran e-commerce. Dalam menghadirkan fitur transfer ke e-wallet dan QRIS ini, JULO bekerja sama dengan mitra.

JULO Kredit Digital menawarkan limit kredit digital sampai Rp15 juta dengan tenor sampai dengan sembilan bulan dan bunga 0,1% per hari. Adapun untuk pembayarannya dapat dilakukan dengan metode cicilan bulanan, sehingga meringankan beban pengeluaran pengguna.

Meluasnya fungsional limit kredit JULO ini, sebenarnya juga sudah dilakukan oleh pemain lending lainnya, di antaranya Akulaku dan Kredivo yang menawarkan berbagai transaksi digital di dalam aplikasinya.

Produk baru ini sekaligus menghapus produk lama yang dimiliki JULO, yakni JULO Cicil dan JULO Mini. Adrianus menuturkan kedua produk tersebut sudah menjadi bagian dari kredit digital JULO karena memiliki fungsi yang sama. “Kita justru perluas fitur-fiturnya karena pada dasarnya semangatnya sama, dulu bisa mencicil tagihan hingga enam bulan, sekarang diperluas sampai sembilan bulan.”

Berdasarkan statistik perusahaan, sejak pertama kali JULO didirikan telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp2,44 triliun dengan Rp401 miliar total pinjaman outstanding. Sementara untuk total peminjamnya sebanyak 337 ribu orang. Pada tahun 2021 saja, perusahaan menyalurkan sebesar Rp1,06 triliun.

Pada 2021, jumlah pencairan kredit berkembang lebih dari tiga kali lipat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. JULO menargetkan pertumbuhan loan book lebih dari 5 kali lipat untuk periode satu tahun ke depan.

*) Kami menambahkan keterangan resmi dari JULO

Application Information Will Show Up Here

Sirka Rampungkan Pendanaan Awal Senilai 37 Miliar Rupiah

Setelah mengantongi pendanaan dari Sequoia Capital India, Y Combinator, dan Tim Lee (ex-Sequoia) awal bulan September 2021, Sirka.io mengumumkan investasi lanjutan untuk putaran pendanaan awal mereka. Total nilai yang didapat adalah $2,6 juta atau 37,4 miliar Rupiah, putaran ini dipimpin AC Ventures dan Wavemaker Group.

Investor baru yang turut terlibat adalah Maudy Ayunda. Ini sekaligus menjadi pendanaan kedua di startup digital setelah sebelumnya ia berinvestasi di platform online grocery Segari.

Dana segar ini rencananya akan digunakan  membangun komunitas kesehatan. Sirka juga berencana untuk memperkaya fitur dan penawaran di platform, melakukan penelitian dan kemitraan dengan penasihat medis dan F&B, juga penyedia pasokan obat-obatan untuk meningkatkan keberhasilan program penurunan berat badan dan pemulihan kesehatan pra-kronis.

Sirka saat ini berfokus pada konseling penurunan berat badan berbasis langganan. Ke depannya perusahaan sedang menjajaki obat-obatan dan persediaan pendukung jangka panjang lainnya untuk mengobati penyakit kronis seperti diabetes.

“Kami percaya pada kekuatan teknologi, ilmu pengetahuan, informasi, dan empati manusia untuk menyederhanakan perjalanan kesehatan pribadi. Itu sebabnya kami membuat pendekatan berbiaya rendah untuk membantu orang memahami dan mengoptimalkan kesehatan mereka melalui penilaian di rumah, rencana tindakan yang dipersonalisasi, dan pemantauan berkelanjutan, dimulai dengan perawatan berat badan,” kata Co-Founder & CEO Sirka Rifanditto Adhikara.

Penerapan tools yang relevan

Sejak diluncurkan bulan April 2021, Sirka.io telah memiliki pertumbuhan pengguna hingga 60% setiap bulannya. Program eksklusif tersebut diklaim telah membantu lebih dari seribu anggota mencegah atau mengelola penyakit kronis melalui penurunan berat badan pribadi.

Mereka juga telah melayani di 32 kota dengan jumlah ahli gizi dan nutrisi yang dimiliki sekitar 10 orang. Untuk menyelaraskan misi dan visi perusahaan, Sirka.io tidak merekrut mitra, namun langsung mempekerjakan ahli gizi dan nutrisi menjadi pegawai. Cara seperti itu menurut mereka lebih efisien bagi perusahaan untuk saat ini dan ke depannya.

Konsep yang ditawarkan oleh Sirka  sebelumnya masih banyak ditawarkan secara offline kepada pengguna yang ingin mendapatkan konsultasi gizi secara personal. Sirka.io memberikan pilihan untuk melakukan semua kegiatan tersebut secara online langsung kepada mitra ahli gizi berkualitas.

Dengan membawa misi untuk membantu individu menjalani hidup yang lebih sehat, produk Sirka dibuat lebih terjangkau dan kenyamanan. Komunikasi langsung dengan profesional kesehatan memungkinkan
kontak dan panduan yang rutin, yang pada akhirnya memberi pengguna biaya yang relevan untuk solusi penurunan berat badan.

“Dimulai dengan ahli gizi yang dapat dihubungi pada waktu yang tepat sepanjang hari melalui aplikasi mereka. Kami menyukai pendekatan Sirka dalam memanfaatkan teknologi dan pengetahuan untuk  kesejahteraan fungsional yang bisa dijangkau jutaan orang,” kata Founder & Managing Partner AC Ventures Adrian Li.

Application Information Will Show Up Here

GoToko Manfaatkan Ekosistem GoTo untuk Garap Bisnis Warung Kelontong

GoToko, unit bisnis patungan Gojek dengan Unilever Group, melanjutkan ekspansi ke Jabodetabek setelah satu tahun resmi beroperasi. Dengan memanfaatkan kekuatan jaringan satu sama lain, GoToko percaya diri dapat bersaing dengan perusahaan teknologi lain yang sama-sama mengincar pasar warung.

GoToko pertama kali meluncur pada Agustus 2020. Awalnya, perusahaan tersebut merambah ribuan warung di Tangerang dan Tangerang Selatan untuk didigitalisasi.

“Perusahaan dan para pemegang saham memutuskan untuk memperluas jangkauan operasional berdasarkan imbal balik positif dan minat tinggi yang diterima dari para pengguna,” ucap CEO & Direktur Utama GoToko Gurnoor Dhillon dalam keterangan resmi, kemarin (3/2).

Platform GoToko memungkinkan para pemilik warung dapat mengakses dan memesan ratusan produk sehari-hari dari berbagai macam kategori barang jualan dengan status kesediaan real time dan pengiriman tepat waktu. Selama ini warung kelontong menghadapi berbagai tantangan, seperti kesulitan mendapatkan produk dengan harga kompetitif, terbatasnya produk yang ditawarkan, dan kurangnya layanan pengiriman barang yang andal dan hemat biaya.

GoToko ingin hadir sebagai solusi yang menghubungkan produsen barang kemasan ternama dengan para pelaku usaha warung kelontong untuk memenuhi kebutuhan pasokan barang jualannya dengan menciptakan proses distribusi yang semakin efisien. Saat ini, GoToko menawarkan berbagai macam layanan pasokan produk, mulai dari kategori makanan, minuman, kebutuhan rumah tangga, perlengkapan mandi, kecantikan dan kesehatan, serta kebutuhan bayi.

Sebagai platform, GoToko juga melengkapi jangkauan produsen barang kemasan ternama dengan menargetkan warung kelontong yang selama ini kurang terjangkau dalam distribusi penjualan. Produsen barang kemasan ternama seperti Unilever Indonesia, Danone, Coca Cola Europacific Partners Indonesia, Nestle, Mayora, Wings adalah sejumlah mitra brand di GoToko.

“Kami ingin memastikan bahwa seluruh layanan GoToko berjalan dengan baik dari hulu sampai hilir, sehingga tercipta rantai pasok yang lancar dan tanpa hambatan sehingga memudahkan para pengusaha warung kelontong mendapatkan kepastian harga, kepastian pengiriman, dan kepastian barang. Karena GoToko dibangun dengan fondasi kepercayaan dan keandalan, kami akan memastikan bahwa memiliki infrastruktur yang diperlukan dan dapat melayani kebutuhan pengguna,” kata Gurnoor.

Sengaja targetkan warung kelontong

Saat dihubungi secara terpisah oleh DailySocial.id, Gurnoor menegaskan bahwa target pengguna GoToko adalah menyasar warung kelontong yang selama ini kurang terjangkau dalam distribusi penjualan (underserved), dalam artian belum dikunjungi oleh sales representatif dari brand principal.

“Produsen barang kemasan ternama (brand principal) ingin menjangkau 2,5 juta pasar dan GoToko akan membantu mereka untuk melebarkan jangkauan di dalam segmen pasar warung kelontong underserved, dengan memastikan keberadaan produk-produk brand principal yang relevan untuk warung sehingga memperlebar daerah jangkauan.”

Bagi para warung kelontong ini, sambungnya, tidak hanya kemudahan mengelola stok, mereka juga dapat meningkatkan efisiensi proses operasional usaha warung kelontong dikarenakan pemilik warung kelontong dapat memesan stok barang jualan dari rumah tanpa harus meninggalkan tokonya. Hanya saja, ia tidak merinci lebih jauh seberapa jauh efisiensi yang dapat diperoleh oleh pemilik warung dalam tolak ukur tertentu.

“Kami meyakini GoToko menjadi platform pilihan bagi para pemilik warung kelontong. Fokus utama kami adalah membangun e-B2B platform hulu ke hilir untuk underserved warung agar dapat mendukung pertumbuhan usaha dan kesejahteraan para pemilik warung,” tutupnya.

Potensi digitalisasi warung

Warung kelontong merupakan bagian dari pelaku UMKM yang menjadi salah satu penggerak ekonomi nasional. KemenkopUKM mencatat saat ini ada sekitar 3,6 juta warung kelontong yang menyumbang hingga 80% terhadap penjualan ritel di Indonesia. Menurut catatan Kementerian Koordinator Perekonomian, UMKM juga berkontribusi hingga 61,07% atau setara Rp8.573 triliun lebih terhadap PDB.

Meski memiliki kontribusi besar terhadap ekonomi nasional, masih ada sekitar 2,5 juta warung kelontong yang saat ini belum terlayani dengan baik (underserved retailers) akibat kompleksitas distribusi barang di Indonesia, dan sulit dijangkau produsen barang kemasan ternama (brand principals).

Kompetitor Gojek, Grab sudah lebih dulu masuk ke sektor ini setelah mengakuisisi Kudo dengan merintis GrabKios. Diklaim Grab memiliki lebih dari dua juta mitra GrabKios dan tersedia di 500 kota di Indonesia. Sementara, Bukalapak menjadikan Mitra Bukalapak sebagai bisnis utamanya setelah mencatatkan saham perdananya ke publik pada Agustus tahun lalu.

Lini bisnis tersebut diklaim telah berkontribusi sebanyak 34% terhadap pendapatan Bukalapak secara keseluruhan pada semester I 2021. Mitra Bukalapak juga mencatatkan lonjakan pendapatan sebesar 350% secara tahunan pada periode yang sama.

Selain itu, sejumlah startup juga menyasar pemenuhan kebutuhan warung. Salah satu yang terbesar [dari sisi valuasi] ada Ula, mereka memulai debut dengan mengakomodasi kebutuhan pemilik warung di area Jawa Timur.

Berdasarkan survei Nielsen terhadap 3 ribu warung di 14 kota pada Juni 2021, disebutkan Bukalapak menguasai pangsa pasar dengan persentase 42%. Para perusahaan teknologi dan startup lainnya mengincar digitalisasi warung karena potensinya besar. Hasil riset Euromonitor International 2018 menunjukkan, mayoritas masyarakat Indonesia, India, dan Filipina lebih suka berbelanja di warung kelontong.

Perusahaan sekuritas CLSA mencatat, biaya akuisisi konsumen alias customer acquisition cost (CACs) melalui mitra warung sekitar 10%-20%, yakni $2 per pelanggan atau kurang dari Rp30 ribu. Biaya ini lebih murah dibandingkan cara umum.

Application Information Will Show Up Here

Pentingnya Optimasi Data untuk Sukseskan Strategi Product-led Growth

Sudah jadi rahasia umum di berbagai kalangan pelaku digital, bahwa mengakuisisi customer/user bukanlah hal yang mudah. Belum lagi menjaga customer untuk kembali datang dan terus menggunakan produk bisnis Anda.

Saat ini, muncul tren penerapan strategi product-led growth (PLG). Strategi yang booming mulai tahun 2020 mulai dilirik banyak pihak tatkala membeberkan bahwa kunci pertumbuhan bagi bisnis ternyata sebenarnya dimulai melalui produk itu sendiri yang mesti memberikan pengalaman menyenangkan dan mengatasi pain points pengguna.

Lantas, bagaimana sebenarnya strategi ini bekerja?

Data jadi kunci keberhasilan strategi product-led growth

Keputusan bisnis yang baik termasuk pertimbangan mengeluarkan fitur produk baru atau memperbaiki produk yang sudah ada tentunya tidak bersumber dari tebakan, pengalaman sebelumnya atau asumsi pribadi semata.

Kesuksesan strategi product-led growth didasarkan pada bagaimana perusahaan mampu memonitor dan menganalisis data pengguna, mulai dari perilaku hingga engagement tiap customer. Dari sini, kedepannya perusahaan tentu bisa mengevaluasi produk layanan agar nantinya mampu menawarkan product experience yang baik.

Data di atas dapat perusahan peroleh langsung dengan melakukan tracking pada website atau aplikasi bisnis Anda. Mulai dari identifikasi siapa saja yang sering dan jarang berkunjung dan apa saja yang mereka lakukan. Mengevaluasi data ini membantu menentukan kelompok demografis mana yang tertarik dan tidak tertarik dengan fitur A misalnya, atau kanal mana saja yang ternyata lebih banyak digunakan dan mendatangkan pemasukan.

Banyaknya volume data yang diperoleh setiap harinya menyulitkan memilih dan menganalisis data mana yang menjadi prioritas. Mengolah data pun membutuhkan waktu yang tak sebentar. Padahal, data dibutuhkan cepat setiap harinya untuk melihat pertumbuhan bisnis.

Amplitude hadir sebagai pionir digital optimization system

Dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, saat ini sudah banyak platform digital optimization yang menawarkan data analisis produk untuk perusahaan digital secara praktis dan komprehensif. Salah satu contohnya adalah Amplitude. Perusahaan yang telah mengantongi total pendanaan sebesar US$186 juta itu menawarkan berbagai macam sokongan kemudahan memperoleh dan menganalisis data untuk menyukseskan strategi product-led growth.

Sebut saja dengan menyediakan satu dashboard yang sudah menggabungkan semua data dari beragam kanal, data untuk A/B testing dan experiment dengan hasil analisis data secara real-time, membuat dan menguji prediksi untuk mendapatkan rekomendasi terbaik, dan menyediakan insights customer behavior.

Amplitude juga membantu memberikan data produk mana yang bisa membawa customer retention, ini sangat penting karena customer retention dapat menambah lifetime value (LTV) dari customer yang mampu menutupi biaya awal untuk keperluan marketing.

Julio Bermudez, Amplitude vice president for Asia Pacific and Latin America, mengatakan, “Perusahaan yang tumbuh dengan cepat di sektor layanan produk digital tidak berkompetisi lagi di marketing mana yang lebih bagus, tapi bersaing dengan product experience” terangnya.

Ia menambahkan, adanya sistem optimasi digital membantu membangun produk yang lebih baik sehingga bisa menawarkan experience yang kian apik sehingga bisa menjadi keunggulan kompetitif.

“Bila ingin membuat pengguna loyal, memberikan diskon atau kupon saja tidak cukup, tapi bangunlah experience yang lebih baik,” imbuhnya.

Di Indonesia sendiri, HappyFresh dan Traveloka telah menggunakan layanan yang diberikan Amplitude.

Perkembangan produk digital dan penerapan strategi product-led growth (PLG)

Ditambah kemunculan pandemi, kini konsumen menghabiskan waktu lebih banyak secara online. Secara keseluruhan, industri digital mengalami kenaikan aktivitas yang stabil sejak pandemi berlangsung. Amplitude product report 2021 menyatakan, pengguna aktif harian (DAUs) produk digital meningkat sebesar 54% dari tahun 2020 hingga 2021.

Masih dari laporan yang sama, Amplitude juga membeberkan produk digital yang akan melonjak dan menjadi “hot trend” secara global. Di antaranya adalah platform rekruter, extensi web browser untuk bahasa serta platform kolaborasi penunjang remote working.

Di Asia-Pacific sendiri, Amplitude memberikan daftar 5 Next Hottest Products, satu diantaranya berasal dari Indonesia yakni platform kripto, Pintu, yang dalam rentang 13 bulan mengalami pertumbuhan sebesar 1236% monthly active users (MAUs). Tak ketinggalan juga platform recruiter asal Singapura yang populer di tanah air, Glints. Semua data ini diambil dari matriks pertumbuhan year-over-year pada pengguna aktif bulanan.

Dari data yang diberikan Amplitude ini, terlihat bahwa bisnis yang cenderung berhasil di kompetisi pasar adalah bisnis yang mengadopsi strategi yang mengutamakan pertumbuhan produk. Memahami tren perilaku konsumen di era digital baru setengah perjalanan. Langkah selanjutnya adalah mengoptimalisasikan sistem digital ke dalam strategi bisnis Anda.

***

Disclosure: Artikel ini didukung oleh Amplitude

Startup Social Commerce Grupin Dapat Pendanaan 42 Miliar Rupiah Dipimpin Surge

Startup pengembang platform social commerce “Grupin” mengumumkan telah mendapatkan pendanaan awal senilai $3 juta atau setara 42 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh Surge dari Sequoia Capital India. Turut terlibat juga Skystar Capital dan East Ventures. Grupin merupakan bagian dari kohort keenam dari program akselerator Surge.

Grupin didirikan oleh Kevin Sandjaja dan Ricky Christie pada bulan Januari 2021. Kevin sendiri sebelumnya dikenal sebagai CEO Pegipegi.

Layaknya aplikasi social commerce yang sudah ada, Grupin menawarkan pengalaman belanja berbasis komunitas kepada konsumen secara kolektif, tujuannya untuk mendapatkan penawaran harga yang lebih baik. Barang yang disediakan seputar kebutuhan sehari-hari seperti sembako, perlengkapan dapur, produk bayi, sampai elektronik. Untuk saat ini layanan tersebut baru tersedia untuk area Jabodetabek dan Bandung.

“Dengan menjamurnya e-commerce, terutama sejak awal pandemi, konsumen menginginkan pengalaman berbelanja yang berbeda, namun juga memiliki aspek yang mereka temukan secara offline, yaitu pengalaman yang bukan hanya memberikan produk dengan harga kompetitif, namun juga memiliki interaksi sosial. Di Grupin, kami menawarkan pengalaman belanja tersebut, yang sangat menarik bagi pelanggan di Indonesia, karena memiliki keterkaitan dengan nilai-nilai gotong royong, yaitu bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama,” ujar Co-Founder Grupin Kevin Sandjaja.

Ia melanjutkan, “Kami tidak hanya memberikan nilai yang lebih besar kepada pelanggan untuk uang mereka, tetapi juga memungkinkan produsen, UMKM, dan juga petani untuk menjangkau konsumen baru. Dengan pendanaan ini, kami berencana untuk memperkuat tim kami dan memperluas jaringan kerja sama dengan produsen baik di dalam maupun di luar Indonesia.”

Cara kerja Grupin

Untuk menggunakan layanan ini, setelah mengunduh aplikasi dan mendaftarkan diri di dalamnya, pengguna dapat memilih barang yang dibutuhkan. Kemudian, pengguna diminta untuk mengajak teman untuk bergabung di grup dengan cara membagikan tautan khusus. Setelah grup tersebut memenuhi syarat minimal jumlah orang, produk tersebut dapat dibeli dan akan dikirim ke alamat rumah masing-masing anggota.

Setiap penawaran barang memiliki ketentuan jumlah anggota grup yang berbeda-beda. Grupin juga menyediakan fitur penawaran yang selalu disesuaikan berdasarkan lokasi, perilaku penelusuran, preferensi pembelian, dan daya beli.

“Selain itu, pelanggan dapat berbagi penawaran dan produk terbaik dengan teman dan keluarga mereka di dalam aplikasi itu sendiri, memberikan pengalaman berbelanja yang unik yang memiliki nuansa aspek sosial yang berbeda dari apa ditawarkan oleh beberapa platform e-commerce lainnya,” imbuhnya.

Model bisnis pembelian kolektif

Grupin bukan yang pertama memainkan model bisnis e-commerce dengan konsep pembelian kolektif. Sebelumnya startup lainnya juga sudah memiliki fitur serupa, sebut saja Kitabeli. Terakhir KitaBeli sudah merampungkan pendanaan seri A senilai lebih dari $10 juta didukung Go-Ventures, East Ventures, dan sejumlah investor lainnya.

Model bisnis ini diyakini cocok dengan pasar Indonesia, khususnya untuk menyasar pengguna di daerah tier-2 dan 3. Model belanja kolektif ini turut dapat menjaring kalangan konsumen yang belum familiar untuk melakukan belanja secara online. Selain itu, kuatnya jaringan komunitas antartetangga di daerah-daerah dinilai cocok untuk pembelian kolektif seperti ini – apalagi bisa mendapatkan harga yang lebih terjangkau.

Ini adalah satu dari beberapa model bisnis yang dapat diaplikasikan social commerce. Model lain adalah kemitraan, memungkinkan pengusaha mikro [individual] untuk memiliki usaha jualan tanpa harus memiliki modal besar untuk stok barang. Beberapa startup yang bermain di ranah ini adalah Evermos dan RateS.

Application Information Will Show Up Here

Peranan Startup Memperluas Jangkauan Layanan Kesehatan Mental di Indonesia

Kesehatan mental masih menjadi isu dengan tingkat literasi yang relatif rendah di antara masyarakat Indonesia. Seringkali tidak kasat mata, esensi kesehatan mental tidak kalah penting dengan kesehatan fisik. Keduanya memiliki keterlibatan satu sama lain. Bila seseorang terganggu fisiknya, mungkin saja mental atau psikisnya juga terganggu, begitu pula sebaliknya.

Ada banyak faktor yang memengaruhi tingkat kesehatan mental seseorang, mulai dari sosial, psikologis, dan biologis. Kesehatan mental yang buruk juga dikaitkan dengan perubahan sosial yang cepat, kondisi kerja yang penuh tekanan, diskriminasi gender, pengucilan sosial, gaya hidup tidak sehat, kesehatan fisik yang buruk, dan pelanggaran hak asasi manusia.

Hal ini makin menjadi di masa pandemi. Kondisi stres, cemas, depresi, hingga keinginan bunuh diri muncul sebagai respons atas isolasi, masa depan yang tak pasti, hingga kondisi ekonomi yang menurun. Rendahnya literasi terkait kesehatan mental membuat banyak persoalan jiwa yang bisa dicegah dan diatasi sejak dini justru ditemukan dalam kondisi berat dan memengaruhi kualitas hidup masyarakat.

Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) mengatakan, kesehatan mental adalah salah satu bidang kesehatan masyarakat yang paling terabaikan. Hampir 1 miliar orang di dunia memiliki gangguan kesehatan mental, 3 juta orang meninggal setiap tahun akibat penggunaan alkohol yang berbahaya, dan satu orang meninggal setiap 40 detik karena bunuh diri.

Sistem Registrasi Sampel yang dilakukan Badan Litbangkes tahun 2016 menunjukkan adanya 1.800 laporan bunuh diri per tahun di Indonesia atau setara lima orang per hari menghabisi nyawa mereka sendiri. Dari total tersebut, 47,7% korban bunuh diri ditengarai pada usia 10-39 tahun yang merupakan usia anak remaja dan usia produktif.

Selain itu, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan adanya lebih dari 19 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami masalah mental emosional dan lebih dari 12 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami depresi. Dengan total lebih dari 30 juta masyarakat yang berpotensi membutuhkan penanganan mental, Indonesia baru memiliki sekitar 2500 psikolog klinis dan 600-800 psikiater yang terdaftar.

Sekumpulan fakta di atas menimbulkan kekhawatiran mendalam bagi berbagai pihak dan mendorong hadirnya inovasi untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan mental di seluruh tingkatan. Juga makin banyak platform yang fokus menjangkau masyarakat yang rentan dengan isu kesehatan mental. Perlahan tapi pasti, isu kesehatan mental mulai mendapat perhatian dan menciptakan potensi bisnis.

Layanan konseling di masa pandemi

Seiring perkembangan dan pemanfaatan teknologi yang semakin luas, inovasi mulai hadir dalam industri kesehatan mental. Di masa pandemi yang membatasi ruang gerak dan interaksi sosial masyarakat, mulai bermunculan startup yang fokus menawarkan layanan konseling online, seminar mendalam bersama praktisi profesional, serta aktivitas lain yang menunjang kesehatan mental pada umumnya.

Sebut saja KALM. Layanan yang mulai beroperasi di tahun 2018 ini merupakan salah satu aplikasi konseling online yang menyediakan layanan yang fleksibel, privat, dan terjangkau dengan para profesional. Selain konseling online, KALM juga menawarkan fitur penulisan jurnal dengan ekspektasi untuk membantu memperbaiki pola pikir positif, menurunkan tingkat stres, dan memperbaiki tidur.

Karina Negara, Psikolog Klinis & Co-Founder KALM, mengungkapkan, pada awalnya konseling online dianggap hanya sebagai pelengkap, namun di masa sekarang, konsep ini telah menjadi pilihan bagi sebagian besar masyarakat. Di akhir tahun 2020, menurut data dari KALM sendiri, 60% pengguna mengaku baru pertama kali menggunakan layanan konseling online.

Senada dengan Karina, Chief Visionary Officer (CVO) Kalbu Iman Hanggautomo juga mengungkapkan peningkatan signifikan di jumlah pengguna platform-nya. Berdasarkan keterangan beberapa praktisi yang sudah terdaftar di Kalbu, seorang psikolog yang biasanya menangani 1-2 pasien per hari, di masa pandemi pandemi meningkat jadi 8-10 pasien. Kalbu sendiri menawarkan berbagai layanan untuk pemulihan serta pemeliharaan kesehatan mental.

Di Indonesia, sudah ada beberapa layanan yang lebih dulu menyasar segmen ini, seperti Satu Persen, Bicarakan.id dan Riliv yang baru saja mendapat pendanaan tahap awal dari East Ventures.

Kehadiran platform-platform ini memberikan validasi terhadap kebutuhan layanan kesehatan mental di Indonesia. Pendanaan yang berhasil dituai pun menunjukkan segmen ini mulai dilirik investor.

Nama Biaya Konseling Pengguna Psikolog
Riliv Mulai dari Rp100ribu/sesi 500 ribu+ 100+
Kalm Mulai dari Rp250 ribu/minggu 12 ribu+ 167
Bicarakan.id Mulai dari Rp189 ribu/sesi 5 ribu+ 26
Satu Persen Mulai dari Rp250 ribu/sesi 270 ribu+ 9
Kalbu Rp300-350 ribu/sesi 200+ 15

Salah satu platform healthtech terkemuka Halodoc juga melihat potensi besar yang ada di segmen ini. Mulai tahun 2020 lalu, Halodoc sudah memiliki kanal atau fitur khusus untuk memberikan layanan konsultasi kesehatan mental bagi penggunanya dengan dukungan 500 psikolog dan psikiater. Kompetitornya, Alodokter, juga menawarkan fitur ini dan mengaku mengalami kenaikan jumlah sesi konsultasi kesehatan mental selama pandemi.

Potensi di sektor B2B

Salah faktor yang memicu isu kesehatan mental adalah lingkungan pekerjaan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2019 menyebut kelelahan mental sebagai “fenomena yang dipicu pekerjaan”. Dampak masalah kesehatan mental di tempat kerja memiliki konsekuensi serius. Tidak hanya untuk individu, tetapi juga untuk produktivitas perusahaan.

Menyadari pentingnya pemeliharaan kesehatan mental terhadap kinerja karyawan, beberapa perusahaan mulai mencari solusi untuk mengatasi hal ini. Karina mengungkapkan, sejak awal tahun 2020 permintaan perusahaan untuk layanan kesehatan mental semakin tinggi. Hal ini menjadi salah satu alasan KALM mulai menjalankan KALMporate, layanan kesehatan mental untuk korporasi, di akhir kuartal pertama 2020.

Di sisi lain, startup kesehatan mental memiliki layanan yang terbatas karena menyasar ceruk pasar yang lebih sempit dibandingkan layanan healthtech pada umumnya. Potensi layanan kesehatan mental dinilai akan lebih maksimal diarahkan pada kebutuhan korporasi. Konsep ini dinilai lebih scalable sekaligus dapat menjangkau pasar yang lebih luas.

“Kita merasa dengan menyediakan layanan KALMporate, bisnis akan lebih scalable secara finansial. Tentunya sembari tetap mempertahankan kualitas layanan B2C kita,” tambah Karina.

Terkait potensi skema B2B untuk layanan kesehatan mental, Riliv telah meluncurkan Riliv for Company, sementara Kalbu juga menyasar institusi dan komunitas. Dalam wawancara terpisah, Iman mengungkapkan bahwa konsep B2B ini juga sebagai upaya tepat untuk meningkatkan literasi kesehatan mental di ranah institusi dan komunitas.

“Tantangannya ada dalam hal literasi kesehatan mental pada masyarakat Indonesia. Maka dari itu, kami mulai masuk dari penetrasi ke beberapa sekolah yang masif, juga perusahaan besar dengan harapan informasi dapat tersebar secara inklusif,” ungkap Iman.

Tantangan yang membayangi

Dengan hadirnya berbagai layanan kesehatan mental beserta potensinya, masih ada beberapa tantangan yang masih membayangi di segmen ini. Salah satunya adalah stigma negatif yang masih kuat terhadap orang yang mengalami isu kesehatan mental di Indonesia. Keterbatasan pemahaman dan pengetahuan mengenai kesehatan mental di negara kita tidak dapat lepas dari nilai-nilai tradisi budaya atau kepercayaan masyarakat.

Sebagian masyarakat masih mempercayai penyebab isu kesehatan mental berasal dari hal-hal supernatural atau takhayul sehingga mengategorikan hal tersebut sebagai aib. Pelabelan, pengucilan, dan stereotipe terhadap orang yang mengalami isu kesehatan mental acap kali membuat mereka memilih bungkam atau menolak berkonsultasi kepada ahli.

Di sisi lain, isu finansial kembali mencuat. Biaya yang harus dikeluarkan untuk menjalani praktik konseling terkait isu kesehatan mental dinilai tidak sebanding. Pasalnya, layanan yang diberikan hanya dianggap sebatas “curhat” dan tidak menawarkan tindakan medis khusus dengan harga yang tidak jauh berbeda ketika melakukan konsultasi ke dokter spesialis.

Selain itu, akses yang tidak merata juga menjadi tantangan tersendiri. Di Indonesia, masih banyak provinsi yang tidak memiliki instansi khusus serta sumber daya profesional untuk isu kesehatan mental ini. Kementerian Kesehatan Indonesia memprediksi setidaknya 90% orang dengan gangguan kesehatan mental tidak mendapatkan akses terhadap perawatan yang memadai.

Tantangan lain datang dari sisi pengguna. Dengan berbagai solusi yang ditawarkan platform kesehatan mental, bagaimanapun juga, isu yang kerap memicu tidak stabilnya mental seseorang datang dari ranah yang cukup privat. Untuk itu tidak mudah bagi pengguna untuk langsung memutuskan berbagi (ke orang lain) terkait persoalan pribadi.

Salah seorang pengguna layanan konseling yang berdomisili di Jakarta mengakui dampak positif dari layanan konsultasi kesehatan mental pada dirinya. Meskipun harus melalui lebih dari satu kali pertemuan di beberapa platform berbeda, ia akhirnya menemukan konselor yang tepat dan nyaman untuk membagikan beban emosionalnya.

“Nyamannya orang beda-beda. Syukur kalau bisa langsung ketemu yang pas. Kalau enggak, ya harus cari-cari lagi,” tuturnya.

Demikian juga ketika melangsungkan sesi konseling. Layaknya sebuah treatment atau perawatan, konseling didesain untuk berkelanjutan. Karina menuturkan, “Untuk setiap sesi kita akan tentukan goal-nya apa dan akan ada ‘pekerjaan rumah’ yang harus diselesaikan.”

Lagipula, seseorang yang mengalami masalah hidup selama bertahun-tahun tidak akan seketika pulih dalam konseling yang ditargetkan selesai dalam satu jam.

Mimpi Karina adalah memosisikan layanan kesehatan mental setara dengan layanan kesehatan pada umumnya. Semakin kuat penetrasi layanan kesehatan mental di Indonesia, maka pemahaman terkait kesehatan mental diharapkan bisa lebih mendalam dan merata. Dengan demikian jalan untuk mengatasi tantangan-tantangan lainnya disinyalir akan lebih mulus.

Halodoc Rilis Aplikasi “Bidanku”, Sederhanakan Proses Administrasi dan Operasional Bidan

Halodoc meresmikan kehadiran aplikasi Bidanku setelah dikembangkan sejak pertengahan 2021. Aplikasi ini hadir untuk mendigitalkan proses administrasi layanan bidan, dengan demikian mereka dapat fokus memaksimalkan kualitas kesehatan ibu dan anak. Selain itu, layanan teranyar ini ditujukan memperkuat ekosistem teknologi Halodoc yang sudah ada, yaitu untuk menyederhanakan akses kesehatan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Aplikasi ini sebenarnya hadir sebagai bentuk realisasi investasi yang diberikan oleh Bill & Melinda Gates Foundation pada Juli 2019 dalam putaran pendanaan seri B+. Bidanku hadir murni untuk kegiatan sosial, bersifat gratis untuk para bidan di daerah terpencil. Bidan menjadi perpanjangan tangan Halodoc untuk masuk ke daerah terpencil. Saat ini, Bidanku telah digunakan oleh bidan-bidan di berbagai wilayah Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, hingga Papua.

“Di tengah populasi penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 270 juta jiwa, akses layanan kesehatan masih menjadi tantangan bagi masyarakat di berbagai wilayah. Peran bidan dalam bantu jaga kesehatan ibu dan anak juga menjadi sangat penting di tengah kondisi penyebaran jumlah dokter dan fasilitas kesehatan yang belum merata di Indonesia,” terang Co-founder dan CEO Halodoc Jonathan Sudharta dalam keterangan resmi, Kamis (3/2).

Ketua Umum Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Emi Nurjasmi mengungkapkan pentingnya implementasi teknologi kesehatan dalam mendukung kualitas bidan. Dia bilang, bidan menjadi profesi yang unik dan spesifik dalam membangun generasi yang berkualitas karena bidan bisa fokus pada kesehatan reproduksi perempuan, perencanaan keluarga, hingga kesehatan bayi dan balita.

Bidan menjadi tenaga kesehatan yang strategis karena berada di tengah masyarakat dan mereka menjadi garda terdepan dalam pelayanan kesehatan, apalagi sebagian besar bidan di Indonesia berada di daerah terpencil. Bahkan, dokter sekalipun masih sangat terbatas untuk bisa menjangkau masyarakat di daerah.

“Saya menyambut baik adanya platform digital yang mempermudah tugas bidan dalam menjangkau sasaran. Di Indonesia sendiri, tercatat ada 5,5 juta ibu hamil dan 80% di antaranya dipantau oleh bidan. Platform digital akan mempermudah tugas bidan, memberikan hak masyarakat untuk mendapatkan informasi kesehatan secara real time,” terang Emi.

Sementara itu, bidan juga dinilai memiliki peran penting dalam membantu fokus pemerintah mengentaskan stunting di Indonesia. Data Litbang Kemenkes menyebut Indonesia masih memiliki prevalensi stunting pada anak sebesar 30%.

Per Desember 2021, tercatat 266 ribu bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Indonesia yang tersebar di sekitar 74.000 desa. Dari angka tersebut, sekitar 37 ribu bidan membuka praktiknya sendiri. Bidan juga bertanggung jawab untuk membantu 62% kelahiran di Indonesia dan 85% pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care/ANC) secara nasional.

Oleh karenanya, Halodoc menghadirkan inovasi Bidanku untuk permudah bidan menghadapi berbagai tantangan dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak, mengingat peran vital mereka yang begitu penting.

Fitur Bidanku

Bidanku memiliki tiga fitur utama, yaitu fitur pengingat pasien otomatis & ringkasan kesehatan, untuk meningkatkan dan memantau kunjungan kembali pasien, sehingga mengurangi kemungkinan kehamilan berisiko tinggi yang tidak diketahui, memantau keberlanjutan kontrasepsi sebagai bagian dari program Keluarga Berencana (KB), serta mengetahui keberlanjutan imunisasi.

Kemudian, fitur manajemen pasien, untuk mempermudah administrasi bidan dalam satu klik. Fitur ini mendigitalisasi perawatan kesehatan keluarga dari kehamilan hingga imunisasi; terakhir, in-app education library, untuk membantu bidan dalam melakukan edukasi pasien dengan cara yang lebih interaktif. Fitur ini dikembangkan berdasarkan fakta bahwa bidan memiliki peran penting dalam mengedukasi pasien. Sehingga, materi edukasi yang interaktif akan membantu pasien memahaminya lebih baik.

Dalam kegiatan terpisah, sebelumnya Jonathan menjelaskan Halodoc ingin menyelesaikan bagaimana bidan bisa menangani pasien lebih baik dengan output angka kelahiran lebih baik, tingkat kematian rendah, dan sebagainya. Aplikasi ini fokus menyelesaikan masalah administrasi yang sebelumnya para bidan harus melowongkan waktu setidaknya dua jam setiap harinya untuk mengurusnya.

Tak hanya itu, aplikasi ini dapat mengelola data dan kartu digital pasien, akses riwayat kunjungan pasien dengan terangkum otomatis dalam laporan Puskesmas digital, dan mengirim pengingat kunjungan ke WhatsApp, dan cek rekap praktik untuk kelola & kembangkan praktik. “Para bidan yang sebelum dan setelah pakai aplikasi, jumlah kunjungan naik dua kali lipat karena sebelum ada app banyak yang jadwalnya tidak terkontrol,” ujarnya.

Lebih lanjut, Bidanku disebutkan menjadi salah satu dukungan Halodoc pada program Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024 yang diluncurkan oleh Kementerian Kesehatan. Terkait itu, Chief of Product Officer Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan Farzikha Indrabhaskara Soerono mengatakan, tantangan terbesar dalam strategi transformasi digital di sektor kesehatan adalah pengumpulan data primer masyarakat.

Di daerah, data kelahiran bayi masih sangat lambat, bahkan harus menunggu berbulan-bulan untuk datanya bisa terekam di puskesmas. Padahal dari data-data ini, pemerintah bisa mengetahui risiko anak yang mengalami gizi buruk, misalnya. “Sehingga melalui platform ini, diharapkan akan memperluas jangkauan secara cepat dan di tengah pandemi, platform digital terbukti menjadi katalisator percepatan layanan kesehatan di Indonesia,” kata Farzikha.

Dia melanjutkan, “Namun, transformasi digital tidak berhenti di sini. Mimpi besar kita semua adalah ke depannya masyarakat bisa punya akses ke personal health record, bahkan sebelum ibu hamil, sehingga mereka lebih paham dengan risiko, menentukan tindakan preventif, harapannya, bayi bisa lahir dengan baik dan progres kesehatannya bisa terus dipantau.”

Application Information Will Show Up Here

Paper.id Hadirkan E-meterai untuk Transaksi Invoice Digital

Memanfaatkan kemitraan strategis dengan PERURI, platform penagihan dan pembayaran bisnis Paper.id mulai menyediakan pilihan e-meterai kepada pengguna. Mengklaim sebagai SaaS yang pertama memanfaatkan layanan ini, kini pelaku usaha tidak perlu repot-repot mencari meterai fisik untuk meningkatkan legalitas di dokumen mereka.

Lewat Paper.id, pengguna dapat secara langsung membeli dan membubuhkannya e-meterai dalam sebuah invoice yang dibuat. E-meterai yang sudah ditambahkan di invoice dari Paper.id juga dapat diverifikasi menggunakan aplikasi dari PERURI untuk dicek keabsahannya secara realtime.

CTO Paper.id Yosia Sugialam mengungkapkan, pihaknya ingin memfasilitasi transaksi digital yang kian banyak digunakan oleh para pebisnis. Dengan begitu, validitas invoice dapat meningkat sehingga kepercayaan antar pebisnis dapat terjaga dan mengurangi risiko pemalsuan.

“Kita sangat mengapresiasi langkah pemerintah dalam menerapkan digitalisasi dan mengesahkan e-meterai di akhir 2021. Mulai tahun 2022 ini, sudah tidak ada lagi penghalang apa pun bagi pelaku usaha untuk mendigitalisasi dokumen bisnis, seperti invoice,” kata Yosia.

Terkait dengan awareness penggunaan e-meterai kepada pengguna, ke depannya, Paper.id akan melakukan edukasi mengenai pentingnya e-meterai untuk dokumen digital bagi usaha melalui medium sosial media, komunitas-komunitas bisnis, event, kerja sama partner dan medium lainnya baik untuk pengguna maupun nonpengguna Paper.id

Lebih dari 300 ribu pelaku UMKM yang sudah menggunakan Paper.id, dapat langsung membuat invoice digital, membubuhkan e-meterai, dan mengirimkannya secara online. Penerima dapat melihat invoice yang sudah terbubuh e-meterai dan sah tersebut melalui Paper PayIn (Buyer Portal) Paper.id dan melakukan pembayaran secara digital melalui metode pembayaran yang tersedia di Paper.id.

Saat ini Paper.id yang sudah memproses lebih dari 200 ribu invoice setiap bulannya. Potensi penggunaan e-meterai sangat besar dan bisa berdampak signifikan baik ke pelaku usaha yang sudah menggunakan Paper.id maupun calon pengguna yang tertarik untuk mendigitalisasi proses penagihannya.

Didirikan pada akhir tahun 2016, Paper.id dapat diintegrasikan dengan sistem ERP perusahaan besar lewat API atau menjadi solusi end-to-end bagi UMKM sehingga menghubungkan dan mendigitalisasikan seluruh proses supply chain.

Dikeluarkan oleh Peruri

E-meterai telah disahkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani sebagai Bea Meterai resmi yang berlandaskan hukum di bulan Oktober 2021. Di website PERURI juga tercantum informasi lengkap seputar pengguna e-meterai untuk publik. Terkait dengan bea meterai sebesar Rp10.000, pihak Paper.id menyerahkan semua kepada Peruri sesuai dengan aturan yang berlaku.

Dalam hal ini, Paper.id tidak mendapat komisi apa pun. Semua langsung di arahkan ke PERURI dan menegaskan pilihan ini adalah added value untuk kegiatan bisnis. PERURI dalam hal ini sebagai Badan Usaha Milik Negara mendapatkan penugasan oleh Negara untuk melakukan pengadaan, pendistribusian dan penjualan meterai.

Sejauh ini baru Paper.id yang melakukan integrasi penggunaan E-meterai dalam platform. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2020 tercatat, dalam hal kegiatan usaha, paperless menjadi opsi untuk meningkatkan efisiensi. Sejalan dengan itu, transaksi elektronik pun semakin berkembang sehingga kontrak dapat dilakukan secara elektronik melalui jaringan internet.

Application Information Will Show Up Here

Dikabarkan Dapat Pendanaan Awal, Startup “Quick Commerce” Bananas Segera Debut [UPDATED]

Satu lagi platform online grocery muncul. Bernama “Bananas”, layanan ini mengusung konsep quick commerce, menjanjikan proses pengiriman pesanan dalam 10 menit. Kategori produk yang disuguhkan mulai dari daging, sayur, minuman, dan berbagai kebutuhan harian lain.

Menurut informasi di situs webnya, di fase awal ini Bananas sudah bisa digunakan untuk pengguna di area Kelapa Gading, Sudirman, dan Senopati — segera menyusul di Kuningan, Senayan, PIK, dan sekitarnya.

Terkait pendanaan, dari data yang kami peroleh, saat ini mereka juga sudah mengamankan investasi awal dari sejumlah pemodal, termasuk East Ventures, SMDV, Arise, dan Y Combinator. Total pendanaan yang didapat adalah $1,5 juta sekitar 21,5 miliar rupiah.

Untuk melakukan pesanan, pengguna dapat mengunduh aplikasi Bananas yang terdapat di platform Android atau iOS. Aplikasi akan memastikan apakah area tempat tinggal sudah diakomodasi atau belum. Jika sudah, dapat melanjutkan membuat pesanan item belanja sesuai SKU produk.

Setelah pembayaran selesai, pesanan akan dikirim dalam waktu 10 menit setelah produk selesai dikemas. Setelah barang dikirim dan diterima, pengguna memiliki waktu 10 menit untuk memastikan pesanan sudah sesuai. Pengiriman barang dilakukan oleh mitra Bananas yang telah diberikan pelatihan.

Bananas didirikan oleh Mario Gaw dan Kristian Frits, saat ini mereka juga tengah mengikuti program Y Combinator (W22). Mario sendiri bukan orang baru di dunia startup digital, sebelumnya ia sempat menjadi CPO Tiket.com, Co-Founder Cashbac, CEO Dimo, General Manager Rumah123.com dan beberapa jabatan eksekutif di perusahaan digital lain.

Inovasi online grocery di Indonesia

Sebelumnya, Astro juga hadir dengan konsep yang sama. Baru-baru ini mereka umumkan pendanaan seri A senilai 387 miliar Rupiah. Di Indonesia konsep quick commerce memang relatif masih baru, namun demikian beberapa pasar di luar negeri telah terlebih dulu memvalidasi bisnis tersebut. Misanya di India, ada Zepto yang mengusung layanan serupa. Di Eropa juga ada Gorilla.

Quick commerce sendiri pada dasarnya satu dari varian model online grocery yang saat ini ada. Sebelumnya, pasar Indonesia sudah terlebih dulu dikenalkan dengan platform online grocery ala Happy Fresh atau Sayurbox. Kendati tidak menjanjikan pengiriman kiat, mereka mampu mengantarkan pesanan di hari yang sama dengan armada logistik yang juga dikelola sendiri.

Konsep lain berupa layanan on-demand, misalnya yang dihadirkan oleh aplikasi Titipku. Mereka menghubungkan Jatiper (mitra membelanjakan barang) yang tersebar di berbagai pasar tradisional untuk membelikan dan mengantar pesanan dari para konsumen. Saat ini Titipku sudah mengakomodasi lebih dari 100 pasar dengan hampir 500 ribu pengguna.

Di luar itu, para unicorn juga memiliki sub-layanan terkait grocery yang ditawarkan memanfaatkan ekosistem dan platform yang dimiliki. Misalnya Gojek dengan GoMart, Grab dengan GrabFresh, sampai Blibli dengan BlibliMart. Blibli sendiri tampak cukup serius untuk menggarap potensi online grocery, tahun lalu mereka baru menyelesaikan aksi korporasi mengakuisisi saham mayoritas perusahaan induk Ranch Market.

Di sisi lain, beberapa perusahaan ritel juga mulai menggencarkan transformasi digital mereka dengan menghadirkan layanan pesan-antar melalui aplikasi. Seperti yang dilakukan Indomaret dengan aplikasi dan situs web KlikIndomaret.

Dari data yang berhasil kami kumpulkan, berikut ini adalah platform online grocery di Indonesia dengan pertumbuhan pengguna paling pesat didasarkan pada peringkat di kategori Belanja dan jumlah unduhannya:

Aplikasi Peringkat Jumlah Unduhan
Klikindomaret 11 1 juta+
Segari 23 100 ribu+
Sayurbox 26 1 juta+
Pasarnow 30 100 ribu+
Titipku 40 100 ribu+
KitaBeli 42 100 ribu+
TaniHub 52 500 ribu+
LOTTEmart 92 50 ribu+
MyYOGYA 99 100 ribu+

Hadirnya berbagai model bisnis online grocery pada akhirnya akan memberikan keleluasaan pada konsumen. Terlebih, dari pandemi kemarin banyak orang yang kini mempertimbangkan pemenuhan kebutuhannya secara online untuk menghindari kerumunan dan kontak fisik. Namun demikian, kemajuan bisnis ritel ini juga diharapkan dapat berdampak kepada pelaku industri – termasuk UMKM, pedagang pasar, hingga petani—dengan mengikutsertakan mereka ke dalam rantai pasoknya.

Update: kami menambahkan nominal pendanaan yang didapat dan data investor. Pendanaan ini sudah dikonfirmasi dengan pengiriman rilis oleh East Ventures.

Application Information Will Show Up Here