Aplikasi Dompet Digital DANA Siap Meluncur

PT Espay Debit Indonesia Koe, lewat layanan dompet digital DANA, siap meluncurkan aplikasi dalam waktu dekat. Kehadiran aplikasi ini diharapkan dapat mempermudah akses layanan kepada masyarakat.

Kepada DailySocial, Chief Communications Officer DANA Chrisma Albandjar mengungkapkan, pihaknya berupaya mendorong pengalaman bertransaksi nontunai dan non-kartu di masa depan sehingga inklusi keuangan di Indonesia dapat meningkat secara signifikan.

Dengan menghadirkan aplikasi sendiri, masyarakat dapat lebih mudah mendaftar tanpa harus menjadi pelanggan merchant terlebih dahulu. Perlu diketahui, saat ini DANA baru dapat dinikmati di merchant yang menjadi mitranya.

“Saat ini, opsi untuk mendaftar sebagai pengguna DANA masih lewat aplikasi layanan mitra. Dalam waktu dekat kami akan merilis aplikasi DANA. Tunggu saja update dari kami,” ungkap Chrisma.

Ia berujar, nantinya meski sudah memiliki aplikasi sendiri, layanan DANA akan tetap hadir dalam bentuk widget di sejumlah mitra merchant online. Merchant online apapun tetap bisa menjadi mitra DANA sebagai solusi pembayaran.

“Pelanggan tetap bisa bertransaksi meskipun mereka tidak menginstal aplikasi DANA di ponselnya, karena pilihan pembayaran itu tetap ada di dalam aplikasi atau website merchant yang bersangkutan.”

Selain itu, perusahaan yang bernaung di bawah EMTEK Group ini terus memperkuat strateginya dengan memperluas jaringan merchant online dan offline. Layanan DANA kini tersedia di merchant online dan offline, antara lain BlackBerry Messenger (BBM), Bukalapak, Ramayana, dan TIX.

Menurutnya, layanan DANA masih terintegrasi di platform merchant agar proses pembayaran menggunakan DANA lebih mudah dan aman. Pengguna juga tak perlu keluar dari platform merchant karena akunnya tersinkronisasi secara otomatis di berbagai merchant DANA.

Secara teknis, data pengguna tetap dimiliki masing-masing layanan meskipun DANA saat ini merupakan in-app service yang terintegrasi di merchant. Artinya, baik mitra merchant dan DANA memiliki database pelanggan sendiri.

Kolaborasi DANA dan Dukcapil

Salah satu komitmen DANA di Tanah Air adalah mendorong pengalaman bertransaksi nontunai dan nonkartu adalah berkolaborasi dengan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil).

Kolaborasi ini berbentuk uji coba verifikasi data pengguna dan validasi layanan. DANA akan mendapat konfirmasi validitas data pengguna dari Dukcapil untuk menghindari potensi penyalahgunaan data oleh oknum tidak bertanggung jawab.

Dengan mengandalkan verifikasi dari Dukcapil, segala prosesnya dapat diselesaikan lebih cepat dalam kurun waktu 24 jam dan efisien karena mengandalkan sistem komputer.

Sebetulnya, proses integrasi dengan Dukcapil sudah selesai. Untuk memastikan kualitas layanan tidak terganggu, pihaknya akan melakukan uji coba kepada 1.000 pengguna dulu. Artinya roll out verifikasi ke Dukcapil akan dilakukan bertahap.

“Secara teknis, kami akan melakukan Know Your Customer (KYC) di mana nanti verifikasinya dilakukan Dukcapil. Setelah itu, Dukcapil tinggal mengonfirmasi datanya benar atau tidak. Kami tidak ada pembagian atau perpindahan data (dari dan ke Dukcapil atau mitra merchant),” tutur Chrisma.

Bagi DANA, lanjut Chrisma, pemanfaatan data kependudukan Dukcapil untuk verifikasi ini berdampak signifikan dalam mempercepat layanan dan menghindari potensi pemalsuan data.

“Kerja sama ini juga merupakan upaya kami dan pemerintah untuk melindungi kerahasiaan data masyarakat. Ini untuk memastikan terpenuhinya verifikasi data pelanggan dan validasi secara aman dan akurat,” tuturnya.

Dijelaskan Head of Products DANA Rangga Wiseno, proses verifikasi layanan DANA dilakukan dengan dua cara, yakni menggunakan video call dan data Dukcapil. Saat ini, verifikasi dengan kedua opsi tersebut masih dalam tahap roll out.

“Namun, nantinya kami bakal fully roll out ke (data) Dukcapil sehingga tidak perlu video call lagi karena itu bisa bottleneck. Pengguna dan tim harus cocokkan jadwal, dan belum tentu mereka mau ditelepon,” ungkapnya.

 

DStour #48: Konsep “Modern Indonesia” Versi DANA

DANA adalah layanan pembayaran hasil joint venture Ant Financial (Alipay) dan EMTEK Group. Berlokasi di bilangan Gatot Subroto, Jakarta, yang dekat dengan berbagai layanan institusi finansial lainnya, kantor DANA didominasi dengan balutan nuansa modern khas startup masa kini. Mereka menyebutnya “modern Indonesia”, menggabungkan unsur tradisional dan unsur-unsur yang banyak digunakan kantor startup saat ini.

Dipandu CEO DANA Vincent Iswara, simak liputan lengkap DStour berikut ini.

Tren dan Lanskap Pemasaran Digital di Indonesia

Menurut data yang dilansir Digital Ready, content marketing masih digemari mayoritas kalangan B2B untuk kegiatan pemasaran. Sementara untuk penggunaan software marketing secara global, budget yang telah digunakan untuk memanfaatkan marketing tools tersebut sudah mencapai $32 miliar per tahunnya.

Dalam survei tersebut tercatat, 100 ribu bot aktif di Facebook Messenger telah menawarkan platform paling relevan untuk bisa melakukan interaksi dengan target pengguna. Sementara itu makin maraknya influencer untuk kegiatan pemasaran, telah meningkatkan biaya pengeluaran perusahaan hingga 39% secara global. Instagram hingga saat ini merupakan platform media sosial favorit untuk brand dan influencer.

Teknologi AI, chatbot, dan piranti lunak pemasaran

Salah satu highlight yang marak dibicarakan para praktisi dan pelaku adalah kebangkitan teknologi AI (artificial intelligence) dan chatbot untuk kegiatan pemasaran. Di tahun 2018 ini keduanya tidak hanya wacana. Chatbot menjadi “default” platform saat kegiatan pemasaran dilakukan.

“Perusahaan yang melayani konsumen/klien banyak atau inventori produk yang bervariasi seperti e-commerce akan sangat bergantung pada teknologi seperti piranti lunak pemasaran. Contoh menggunakan chatbot sebagai customer service yang bisa standby setiap waktu dan menjawab dan memproses permintaan,” kata VP Marketing Kofera Anis Thoha Manshur.

Dari sisi pemasaran produk yang memiliki inventori banyak, diperlukan software marketing yang dapat mengotomasi proses pembuatan iklan agar mencapai tujuan bisnis, seperti peningkatan pendapatan atau akuisisi konsumen baru.

Programmatic buying tools (seperti DoubleClick) juga bisa membantu mempercepat proses optimasi digital media buying jika tidak memiliki resource digital marketing specialist yang bisa mengoptimalkan bidding dan targeting secara manual.

“Tapi perlu dipertimbangkan juga bahwa programmatic buying memiliki keterbatasan kontrol dan biasanya memakan biaya yang tinggi jika budget juga besar, karena kebanyakan vendor programmatic buying tools mengambil biaya dari persentase budget. Semakin besar budget, semakin besar biaya,” kata Direktur Marketing DANA Timothius Martin.

Sementara menurut CEO ADSvokat Daniel Tumiwa, penggunaan software marketing untuk kegiatan pemasaran secara perlahan mulai diminati oleh brand. Namun demikian Daniel melihat peranan agency masih tetap menjadi pilihan brand, pelaku UKM, dan startup.

Inovasi konten kreatif

Dalam satu tahun terakhir persaingan landskap digital semakin ketat. Tidak hanya persaingan dalam hal pembelanjaan, tapi juga dalam hal kreativitas konten. Sekitar 3-4 tahun yang lalu, sebagian besar advertiser fokus menggunakan channel search (SEM) dan display marketing (display networks) di desktop dan mobile. Konten yang ditawarkan saat itu sebagian besar adalah promo diskon.

“Nah, dalam dua tahun terakhir ini, persaingan yang sangat ketat mendorong advertiser untuk lebih inovatif dalam pemilihan channel digital marketing dan juga konten yang lebih dari sekedar promo diskon. Video marketing seperti di YouTube (TrueView, bumper ad), Facebook Pocket TV, dan sponsored video post di Instagram merupakan channel favorit terbaru di antara advertiser. Video marketing menawarkan beberapa kelebihan kepada advertiser dibandingkan channel lainnya seperti search & display,” ungkap Timothius.

Timothius menambahkan, durasi yang fleksibel dan gabungan elemen visual dan audio dapat memberikan engagement yang lebih baik dari channel lainnya. Video juga memiliki peluang viral yang lebih besar dibandingkan channel lainnya, seperti static image dan search.

“Tergantung platform video yang digunakan, biasanya video marketing sangat efisien karena advertiser di-charge setiap pengguna menonton video hingga durasi tertentu (cost-per-view). Misalnya di YouTube, jika pengguna tidak menonton iklan sekitar 30 detik, maka advertiser tidak akan di-charge. Harga CPV bisa semurah Rp350,” kata Timothius.

Sementara itu untuk pasar B2B, Anis melihat, content marketing masih menjadi pilihan utama saat mulai melakukan kegiatan pemasaran. Untuk B2B, white paper, study case, dan pemaparan dalam bentuk video sangat penting untuk mengedukasi konsumen.

Di market B2C Indonesia, faktor penentu terbesar customer dalam proses pembelian adalah harga dan promosi. Di market B2B, harga dan promosi bukanlah menjadi faktor penentu yang utama. Banyak hal-hal lain yang perlu dipikirkan calon pembeli B2B, seperti ketersediaan produk dalam jumlah besar, fleksibilitas pembayaran, post-sale services, ketersediaan suku cadang, positive endorsement dari klien, dan lainnya.

“Hal-hal tersebut hanya bisa dikomunikasikan dalam suatu konten yang edukatif dan intuitif. Tidak hanya di dalam platform B2B tersebut, tetapi juga di platform media eksternal,” kata Timothius.

Tren media sosial dan peranan influencer

Media sosial masih menjadi platform pilihan yang relevan, mudah, dan sarat dengan pembaruan teknologi saat melakukan kegiatan pemasaran. Hal ini, menurut Anis, karena konten yang terbaru (“kekinian”) yang disajikan melalui format interaktif (seperti live streaming) atau konten terbatas (seperti insta story) menarik “rasa penasaran” banyak pengguna media sosial.

“Anda bisa mengamati bagaimana orang aktif mengunggah insta story atau hanya sekedar penasaran melihatnya. Kemudian fenomena yang terjadi di aplikasi seperti Bigo, TikTok, yang memberikan wadah para pengguna media sosial untuk berekspresi. Menurut saya, ke depannya media sosial akan memberikan lebih banyak variasi bagi pengguna dalam berekspresi.”

Hal senada juga disampaikan Timothius terkait tren media sosial saat ini dan tahun depan. Video memiliki tingkat fleksibilitas yang lebih tinggi untuk pengguna mengekspresikan aktivitas dan pengalaman mereka dibanding static image dan teks (seperti status update).

“Video baru belakangan ini naik daun karena semakin terjangkaunya harga kuota data internet operator telekomunikasi di Indonesia dan juga penetrasi smartphone yang terus bertambah pesat. Pemain media sosial yang akan terus mendominasi dari tren video ini adalah Instagram dan Facebook.”

Terkait dengan peranan influencer saat ini dan ke depannya, Daniel Tumiwa yang menjalankan bisnisnya memanfaatkan “buzzer” atau influencer dari kalangan mahasiswa melihat, bakal makin tumbuh dengan pesat dan masih memiliki potensi yang cerah. Tidak hanya sekedar mempromosikan brand di channel digital (Instagram, Facebook, Twitter), tetapi juga di channel offline seperti event, community building, hingga ke produksi iklan TV dan OOH (Out-of-home).

“Cara influencer dalam mempromosikan suatu brand juga mulai berubah. Beberapa tahun lalu, influencer lebih cenderung mempromosikan dengan konten yang hard sell seperti foto dengan produk dan caption text yang menjual. Saat ini konten lebih menjual gaya hidup dan pengalaman dari menggunakan produk/layanan yang dipromosikan (soft sell). Dengan cara ini, viewers juga akan lebih percaya kepada brand yang di promosikan karena terlihat lebih natural seperti bukan iklan,” kata Timothius.

Sementara itu Anis melihat, peranan influencer sendiri makin penting bagi para konsumen yang sedang mencari informasi/referensi dalam pemilihan suatu produk. Untuk beberapa kategori produk dan bisnis, influencer marketing berperan sangat penting dalam menyebarkan efek “word of mouth“.

Influencer marketing saat ini semakin berkembang dan diminati. Contohnya suatu brand smartphone baru yang berasal dari Tiongkok, yaitu Xiaomi. Mereka besar berkat komunitas dan banyak bekerja sama dengan influencer,” tutup Anis.

Layanan Pembayaran DANA Tambah Kemitraan dengan TIXid, Reservasi, dan Ramayana

Layanan pembayaran yang mengusung sistem open platform, DANA, kembali menambah kemitraan. Setelah sebelumnya sudah disematkan di aplikasi Bukalapak, BBM, dan Cinema XXI, kini DANA sudah hadir di aplikasi TIXid, Reservasi dan Ramayana Dept Store. Sesuai dengan komitmen awal mereka untuk memanfaatkan ekosistem yang ada di Emtek Group, kerja sama yang terjalin dengan Reservasi dan TIXid, diharapkan bisa memudahkan pengguna untuk mendapatkan pilihan baru untuk pembayaran online.

“Saat ini kami memang sengaja fokus kepada group yang berada dalam naungan Emtek Group, namun secara perlahan kami mulai menambah kemitraan, salah satunya dengan Ramayana,” kata CEO DANA Vincent Iswara.

Disinggung berapa jumlah pengguna terdaftar dan pengguna aktif DANA, sejak diluncurkan bulan Maret 2018 lalu, Vincent mengungkapkan masih belum bisa memberikan informasi tersebut. Masih fokus kepada pengembangan dan finalisasi penambahan jumlah mitra, DANA menghadirkan promo menarik dengan mitra yang sudah ada saat ini.

“Untuk saat ini promo yang kami hadirkan masih dengan TIXid dan Ramayana. Bagi pengguna yang sudah mengunduh kedua aplikasi tersebut, bisa menikmati promo dari DANA,” kata Direktur Marketing DANA Timothius (Timo) Martin.

Layanan ini telah ditanamkan di aplikasi mitra dan bisa langsung digunakan oleh pengguna. Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan pihak DANA meluncurkan aplikasinya sendiri meski belum diungkapkan realisasinya.

“Dalam menggunakan DANA pengguna tidak perlu mengunduh aplikasi terpisah untuk melakukan pembayaran. DANA juga memberikan kemudahan Top Up Saldo di masing-masing aplikasi mitra. Hal tersebut memberikan kemudahan yang optimal kepada pengguna, tanpa menghiraukan faktor keamanan,” kata Timo.

Menargetkan kalangan millennial untuk target pasar, tampilan DANA yang baru saja diperbarui diharapkan bisa memudahkan pengguna menikmatinya di berbagai aplikasi mitra DANA saat ini.

Menerapkan kultur “agile

Untuk menampung 150 pegawai saat ini, kantor baru DANA dengan konsep Modern Indonesia dan Digital Jungle diresmikan kehadirannya. Kepada DailySocial, CEO DANA Vincent Iswara mengungkapkan, DANA mengusung konsep agile untuk kultur perusahaan.

Mengedepankan kolaborasi dan bekerja bersama dengan tidak memberlakukan tempat kerja untuk masing-masing pegawai secara permanen. Hal ini diklaim memudahkan pegawai untuk melakukan kolaborasi dan menciptakan inovasi yang lebih kreatif.

“Dengan menerapkan konsep agile, semua pegawai di DANA bebas untuk memilih meja kerjanya dan menikmati semua fasilitas yang disediakan perusahaan. Dengan demikian kolaborasi bisa lebih terasa di lingkungan kerja kreatif.”

Terletak di gedung Capital Palace Jakarta Selatan, kantor pusat DANA memiliki tema khas Indonesia. Dengan tema ruangan pegunungan, sawah dan lainnya. Ruangan kerja DANA juga dilengkapi dengan lounge dan kursi santai, yang bisa dinikmati pegawai untuk bersantai sambil bekerja.

Moka Terintegrasi dengan Layanan OVO, TCASH, dan DANA

Moka sebagai startup penyedia layanan point-of-sale (POS) berbasis cloud mengumumkan kerja sama strategis bersama OVO, TCASH dan DANA untuk integrasi sistem pembayaran. Kini merchant yang berlangganan Moka bisa memanfaatkan layanan penjualan sekaligus pembayaran terpadu di satu platform.

Kerja sama tersebut dinilai Co-Founder & CEO Moka, Heryanto Tanjo, sebagai langkah konkret bagi startupnya dalam memasuki babak baru di industri point-of-sale Indonesia. Implementasi e-payment diharapkan dapat memobilisasi pelanggan untuk lebih nyaman bertransaksi, sehingga memberikan dampak baik kepada merchant itu sendiri.

Dengan adanya pembaruan sistem, Moka juga berambisi untuk memperluas jangkauan pelayanan di seluruh Indonesia. Hingga saat ini Moka telah menjangkau lebih dari 10 ribu pengguna di berbagai wilayah di Indonesia. Pada tahun 2017 tercatat terdapat lebih dari 50 juta transaksi senilai $600 juta.

“Besar harapan kami agar integrasi inovatif ini bisa menjadi solusi bagi pelaku bisnis untuk terus meningkatkan skala bisnisnya. Kami berkomitmen agar selalu memberikan solusi teknologi terbaik bagi seluruh merchant, dan memperluas pelayanan lainnya agar pelaku bisnis dapat tumbuh bersama Moka,” ujar Heryanto.

Layanan e-payment yang digandeng Moka merupakan yang cukup bertumbuh saat ini. Sebaran pengguna OVO mencapai 9,5 juta pengguna, sementara TCASH sudah mencapai 20 juta pengguna tersebar di seluruh Indonesia.

Untuk saat ini yang sudah terintegrasi dan bisa digunakan secara penuh untuk pembayaran di Moka adalah layanan OVO, sementara untuk TCASH dan DANA akan segera menyusul dalam waktu dekat.

“Kemitraan dengan Moka adalah kerja sama yang menguntungkan kedua belah pihak, di mana dapat membantu kami memperluas jangkauan layanan OVO di gerai fisik serta meningkatkan transaksi. Selain itu, kami juga memiliki tujuan untuk mendukung para pemilik bisnis dengan memberi akses akan pelanggan berkualitas dan memungkinkan pembayaran elektronik, loyalty points, dan penawaran eksklusif secara lebih mudah,” ujar Adrian Suherman, Presiden Direktur OVO.

Layanan Moka sendiri sudah dihadirkan sejak tahun 2014 dalam bentuk SaaS (Software as a Services). Beberapa layanan yang disuguhkan untuk pelaku bisnis (khususnya UKM) meliputi fitur adubustrasu penjualan, inventaris, operasional, loyalty program untuk pelanggan, ingredient inventory, hingga fitur merchant intelligence yang dapat membantu merchant untuk menganalisis kinerja bisnis.

Application Information Will Show Up Here

Bukalapak is now Receiving Payment through DANA

Bukalapak returns with new payment options. It’s through DANA, a payment platform from a joint venture of EMTEK and Ant Financial (Alipay). DANA has currently become the payment service for all transactions in BBM platform by EMTEK.

Previously, payment through DANA has been supported in Bukalapak, but only using the feature in BBM Discovery.

DANA integration with Bukalapak is a crucial breakthrough. It’s to boost the users’ growth of DANA, to not only depends on BBM platform.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bukalapak Kini Terima Pembayaran Melalui DANA (UPDATED)

Bukalapak kembali menambah metode pembayaran untuk transaksi mereka. Kali ini yang ditambahkan adalah metode pembayaran menggunakan DANA, platform pembayaran yang merupakan hasil joint venture EMTEK dan Ant Financial (Alipay). DANA saat ini menjadi payment service untuk seluruh pembayaran di platform BBM yang kini dikelola EMTEK.

Sebelumnya pembayaran melalui DANA sudah didukung Bukalapak, namun hanya menggunakan fitur Bukalapak yang ada di BBM Discovery.

Untuk pembayaran melalui DANA, pengguna akan mendapatkan one time password (OTP) melalui SMS dan PIN. Pembayaran tersebut akan diproses melalui halaman resmi DANA. DANA juga menyediakan alternatif menyediakan alternatif metode pembayaran menggunakan transfer virtual account dan kartu kredit jika saldo tidak mencukupi.

Integrasi DANA dengan layanan Bukalapak ini merupakan terobosan penting. Bagi DANA, hal ini merupakan untuk menggenjot pertumbuhan pengguna yang tak hanya bergantung dengan platform BBM.

Dalam keterangan terbarunya CEO DANA Vincent Iswaratioso menyebutkan keberadaan DANA sebagai metode pembayaran di Bukalapak merupakan langkah strategis untuk menguatkan kepercayaan masyarakat dalam mengoptimalkan penggunaan dombet digital.

“Dengan DANA, pelanggan Bukalapak dapat terjamin keamanan bertransaksinya, dapat melakukan transaksi dengan cepat, mudah, dan efisien, serta tidak perlu mengunduh aplikasi baru yang sering dikeluhkan mengurangi kinerja smartphone mereka. Selain itu, melalui kerja sama ini, pelanggan Bukalapak juga akan memperoleh manfaat dari program-program promosi yang kami hadirkan khusus di eCommerce terkemuka ini,” ungkap Vincent.

Update : Keterangan CEO DANA

 

Application Information Will Show Up Here

Sabar Menanti Transaksi “Cashless” yang Mulus di Indonesia

“Zaman sekarang lebih khawatir enggak bawa ponsel daripada bawa dompet.”

Tuturan ini sering dilontarkan oleh orang-orang urban saat dihadapkan pada pilihan barang apa yang mereka selalu bawa sebelum beraktivitas di luar rumah.

Wajar saja mereka berkata demikian karena di dalam ponsel berisi berbagai aplikasi pendukung kegiatan keuangan yang semuanya hanya cukup dilakukan lewat genggaman jari saja. Semuanya berkat produk keuangan yang bermunculan dari berbagai perusahaan, dengan variasi layanan yang ditawarkan memberi andil besar sebagai upaya dukung program pemerintah gerakan nasional non tunai.

Akan tetapi, apakah pilihan dari orang urban ini berlaku juga untuk yang berada di daerah rural? Saya menyangsikan itu. Transaksi tunai masih menjadi raja di Indonesia. Bank Indonesia mencatat sepanjang tahun 2017 peredaran uang mencapai Rp694,8 triliun atau naik 13,4% dari tahun sebelumnya.

“Kita tahu kemajuan pembayaran nontunai pesat namun data menunjukkan kebutuhan untuk memenuhi tunai tidak berkurang,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia Suhaedi dikutip dari Okezone.

Mata uang Indonesia / Pixabay
Mata uang Indonesia / Pixabay

BI memprediksi kebutuhan uang tunai akan meningkat 10%-12% pada tahun ini lantaran sudah memasuki tahun politik, sehingga banyak agenda politik yang akan menstimulus kegiatan ekonomi, khususnya konsumsi.

“Kami perkirakan di rentang 10-12 persen, tapi kami akan lihat terus karena semuanya bergantung pada faktor pertumbuhan ekonomi,” terangnya.

Tentunya, kondisi tersebut menjadi kontradiktif dengan program pemerintah yang sudah digadang-gadang sejak 2014 silam. Kendati secara perlahan porsi transaksi dengan uang elektronik mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.

Dari statistik BI, volume transaksi uang elektronik di 2017 mencapai 943,31 juta transaksi dan nominalnya Rp12,37 triliun. Sementara pada 2016, volumenya mencapai 683,13 juta transaksi dengan nominal Rp7,06 triliun.

Ketika transaksi tunai masih merajai di Indonesia, orang urban mau tak mau harus tetap memiliki cadangan uang tunai di sakunya untuk berjaga-jaga bila terjadi suatu. Entah mereka tiba-tiba ingin jajan di kaki lima, membayar mikrolet, membeli minum di minimarket, atau sebagainya.

Masalah cashless di Singapura

Indonesia tidak sendiri saat harus menghadapi fakta bahwa tunai masih jadi raja. Negara terdekat kita, Singapura juga mengalami masalah serupa. Meski mereka adalah negara maju, dijuluki sebagai negara dengan biaya hidup termahal di dunia. Negara tersebut belum bisa move on dari transaksi tunai.

Dikutip dari The Straits Times, Singapura memiliki terlalu banyak skema sistem pembayaran. Hal ini membuat warganya jadi bingung hingga pada akhirnya kembali beralih ke transaksi tunai. Lagipula, untuk mendapatkan uang tunai konsumen cukup mudah menemukan mesin ATM minimal radius 500 meter di manapun mereka berada.

Belum lagi, ketika beralih ke non tunai, konsumen dikenakan biaya layanan. Besarannya bervariasi, ketika bayar taksi dengan kartu kredit konsumen dikenakan biaya tambahan 10%. Bahkan ketika menggunakan kartu e-money EZ Link untuk membayar MRT, LRT, bus, dan beberapa outlet lainnya, konsumen dikenakan biaya 25 sen Dollar Singapura untuk tiap transaksi.

Untuk naik transportasi umum di Singapura cukup memakai kartu e-money EZ Link / Pixabay
Untuk naik transportasi umum di Singapura cukup memakai kartu e-money EZ Link / Pixabay

Tak hanya konsumen yang mengeluh karena tambahan biaya, merchant pun demikian. Mereka dikenakan biaya MDR sebesar 3% ketika menerima pembayaran via Visa, Mastercard, ataupun platform e-money seperti Apple Pay, Samsung Pay, dan Google Pay.

Ditambah lagi dengan kondisi settlement terhitung cukup lambat ketika konsumen membayar ke merchant secara elektronik. Bisa satu sampai dua hari pembayaran dicairkan ke rekening merchant.

Kondisi yang dialami Singapura ini menjadikan negara tersebut ketinggalan jauh dengan Tiongkok.

“Merana” membayar di Tiongkok

Ketika jadi turis di Singapura, tipsnya cukup beli kartu EZ Link dan uang tunai secukupnya, Anda semua sudah bisa berkeliling seantero negara dengan puas. Apalagi, sudah ada bank lokal yang buka cabang di Singapura, seperti BCA, Bank Mandiri, BNI, BRI, dan Bank Panin meski tidak banyak.

Turis Indonesia bisa dengan leluasa belanja tanpa khawatir uang tunainya habis. Bila punya cadangan kartu kredit, bisa pakai dulu. Toh, money changer juga banyak bertebaran di sana.

Kondisi tersebut hampir 360 derajat berbeda ketika turis Indonesia mengunjungi Tiongkok. Hampir semua kota besar di sana sudah mengimplementasi transaksi uang non tunai. Pemain besar di sana adalah dua platform yang sering terpampang di berbagai outlet, yakni Alipay dan WeChat Pay.

Transaksi digital menggunakan Alipay di minimarket di Tiongkok / Ant Financial
Transaksi digital menggunakan Alipay di minimarket di Tiongkok / Ant Financial

Baik WeChat Pay dan Alipay memiliki jaringan merchant dan pengguna yang luas. Hampir setiap outlet menerima metode pembayaran dari kedua perusahaan tersebut. Penetrasinya yang kuat di Tiongkok menjadikan warganya sudah terbiasa untuk membayar apapun dengan cara online. Belanja di kaki lima, memberi uang ke pengemis, pengamen saja cukup scan pakai QR Code saja.

Bisa saja sebenarnya ketika meminta opsi pembayaran dengan tunai, namun sebaiknya perlu sediakan uang pas. Karena kondisinya saat ini merchant jarang sekali menyediakan uang tunai sebagai kembaliannya.

Itu yang saya alami ketika berkunjung ke salah satu mall di Hangzhou, di sela-sela undangan Alibaba untuk sejumlah media asal Indonesia. Kami memesan taksi online dari aplikasi Didi Chuxing. Pengemudi tetap meminta kami untuk membayar via Alipay, meski sebelum memesan sudah menandai bahwa kami membayar dengan tunai. Akhirnya dia tetap menerima uang tunai kami, dengan ekspresi yang sedikit kecewa.

Begitu pun saat membeli makanan cepat saji di bandara, pramuniaga terlihat kerepotan mencari uang kembalian. Hal itu menyebabkan lini antrian kami sedikit terganggu.

Akibat berbagai kesulitan tersebut, kami akhirnya jadi malas berbelanja. Lantaran hanya bisa menerima Alipay ataupun WeChat Pay, kartu bertanda Visa ataupun Mastercard saja jarang sekali kami temukan.

Keinginan untuk terdaftar sebagai pengguna Alipay timbul, hanya saja kita perlu rekening bank asal Tiongkok dengan memakai identitas paspor. Itu bisa memakan waktu. Belum lagi harus proses verifikasi saat mendaftar di Alipay.

Kami pun bertemu dengan pelajar Indonesia yang sedang menetap di sana untuk studi bernama Feby. Dia menuturkan dalam kesehariannya dirinya tidak perlu lagi bawa dompet karena semua transaksi dilakukan lewat Alipay.

“Ini lagi bawa dompet aja karena mau ketemu kalian (kami rombongan dari Alibaba), tapi sehari-hari sih enggak bawa dompet. Cukup bawa hape aja kalau mau kemana-mana. Disini juga aman banget,” ujar Feby.

Dia bilang untuk mendaftar sebagai pengguna Alipay, prosesnya cukup mudah. Banyak bank di Tiongkok yang sudah mendukung Alipay. Tinggal pilih saja bank yang diinginkan, ketika verifikasi selesai tinggal hubungkan saja dengan aplikasi.

Nanti rekening bank akan otomatis terhubung dengan Alipay. Semua pembayaran akan terpotong dari saldo rekening bank. Tinggal scan QR Code atau pakai facial recognition untuk pembayarannya.

Membawa pengalaman ke negara lain

Alipay dan WeChat Pay sadar bahwa agar terus berkembang, perlu inovasi tak henti-henti demi menjaring pengguna baru sebanyak-banyaknya. Untuk itu kedua perusahaan memboyong layanannya tersebut ke berbagai negara.

Alipay sudah merilis aplikasi versi spin-off untuk menyasar pengguna baru dari Hong Kong, AlipayHK. Sebelum merilis aplikasi tersebut, sebenarnya Alipay sudah hadir di sana. Dengan AlipayHK, untuk pertama kalinya mereka menerima mata uang di luar Renmimbi.

WeChat Pay tak mau kalah. Kini ia bisa digunakan para ekspat yang tinggal di Tiongkok dan warga Hong Kong, Macau, dan Taiwan. Cukup menghubungkan kartu berlogo JCB, Mastercard, dan Visa.

Inovasi tersebut memang sifatnya masih terbatas, namun menjadi sinyal bahwa kedua perusahaan tidak bisa selamanya menganut sistem closed loop untuk jadi yang terdepan.

Indonesia pun ikut jadi sasaran Alipay. Induk usahanya Ant Finansial telah membentuk aliansi strategis dengan Grup Emtek untuk mendirikan perusahaan patungan DANA. Aplikasi ini sudah meresmikan kehadirannya, meski masih beta, dengan mengusung pendekatan open platform sehingga pengguna tidak perlu mengunduh DANA secara terpisah.

DANA dalam platform BBM

Sementara ini DANA baru tersedia di dalam platform BBM. Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan pihak DANA akan meluncurkan aplikasinya secara tersendiri meski belum diungkapkan realisasinya.

Mengingat masih beta, pengalaman yang diberikan DANA belum secanggih dan se-seamless Alipay. Layanan yang baru tersedia adalah pembelian pulsa, membayar tagihan listrik, air, dan telepon, BPJS, dan pembayaran beberapa jenis cicilan. Untuk pengisian saldo, pihaknya masih menggunakan transfer bank.

Dalam rencananya, DANA sedang mempersiapkan implementasi pembayaran non tunai untuk segmen offline dengan memanfaatkan teknologi QR code. Perusahaan akan menggandeng warung tradisional sebagai mitranya. Rencana tersebut kan direalisasikan setelah Bank Indonesia membuat aturan standarisasi pembayaran dengan QR code yang masih digodok.

“Kami akan terus perkenalkan teknologi baru yang semuanya dilakukan secara in-house. Dalam tim kami, rasio engineer cukup mendominasi sekitar 70%-80%,” ucap CEO DANA Vincent Iswara.

Mudahnya berbelanja dengan Alipay

Selama perjalanan di Tiongkok, kami diajak berkeliling pihak Alibaba bagaimana konsep new retail dimanfaatkan, termasuk kemudahan pembayaran lewat Alipay.

Ada toko bacang tradisional bernama Wu Fang Zhai yang berdiri sejak 1999, kemudian bertransformasi penuh secara digital. Jadi setiap pesanan dan pembayarannya bisa dilakukan secara online.

Toko perdananya meluncur pada awal Januari 2018. Kini mereka sudah memiliki enam toko digital dari total 400 outlet yang mereka miliki seantero Tiongkok.

Konon Jack Ma hanya membutuhkan waktu beberapa jam saja untuk berbicara langsung dengan pemilik toko bacang saat mengajak mitra perdana Alibaba. Sang pemilik langsung mengangguk menyetujui ajakan Ma ketika jam makan siang selesai.

“Dulu perlu 13 orang jaga toko, kini hanya satu orang saja. Itupun tugasnya hanya mengajarkan pengunjung bagaimana cara memesan makanan. Secara umum sales setelah bulan pertama diresmikan naik 40%,” ucap Kubei Business Catering Trade Operator Advisor Ant Financial Service Group Liszt.

Setelah implementasi ini, setiap pesanan mampu dilayani maksimal 15 menit tanpa restoran perlu menaikkan harga produknya sama sekali. Padahal sebelumnya membutuhkan waktu sampai 30 menit. Setiap harinya restoran digital tersebut menerima 300 pengunjung.

Tak hanya Wu Fai Zhang, toko lainnya juga mengimplementasi teknologi Alibaba seperti toko furnitur HomeTimes di Incity Mall, Hangzhou. Toko ini menyediakan barang-barang yang paling banyak dibeli warga sekitar dan tersedia di Taobao berdasarkan analisis big data.

Pengunjung bisa memilih mau beli barang secara online atau offline dari toko tersebut. Bila ingin belanja online, cukup scan QR Code dari barang yang diinginkan lewat Taobao untuk diarahkan ke katalog produk tersebut. Nanti barang akan dikirimkan ke alamat tujuan.

Jika ingin berbelanja secara offline, cukup ambil barang yang diinginkan nanti pengunjung cukup masuk ke kasir digital. Pengunjung berdiri di depan mesin sensor kasir, mesin akan menghitung barang yang masuk ke dalam keranjang. Daftar belanjaan akan muncul beserta total uang yang harus dibayarkan.

Berikutnya, pengunjung cukup scan QR Code untuk membayarnya dengan Alipay. Setelah sukses, pengunjung bisa keluar dari mesin sensor.

“Cara ini baru kami terapkan hari Senin lalu (16/4) hasilnya cukup menggembirakan karena lebih efisien, tidak perlu antre lagi,” ucap petugas HomeTimes.

Berikutnya kami juga diajak mengunjungi HEMA, toko supermarket milik Alibaba. Di supermarket tersebut, beberapa cabang di antaranya mengggunakan metode pembayaran dengan facial recognition, tak lagi dengan QR code.

Metode tersebut hanya berlaku ketika pengunjung sudah memverifikasi wajah mereka ke dalam sistem di Alipay. Dalam beberapa detik, mesin akan mengenali wajah dan secara otomatis saldo di Alipay akan terpotong sesuai total belanjaan.

Jika memutuskan untuk belanja online, pengguna hanya cukup memesan via aplikasi HEMA. Pengiriman akan dilakukan untuk pemesanan dengan radius maksimal 3 km saja dengan lama pengiriman 30 menit.

Dalam ekosistem HEMA, terdapat gabungan berbagai lini Alibaba seperti Tmall, bike sharing Ofo, dan penyedia layanan navigasi Autonavi, untuk memberikan pengalaman yang terbaik.

Sabar menanti

Lambang Ant Financial Services / DailySocial
Lambang Ant Financial Services / DailySocial

Teknologi mutakhir yang ditawarkan Alibaba lewat Alipay dan berbagai integrasi dengan anak-anak usahanya, merupakan pengalaman baru yang bisa dijadikan inspirasi untuk Indonesia. Bahwa integrasi layanan untuk menciptakan pengalaman transaksi yang seamless adalah sebuah kunci.

Kapan itu akan terjadi? Belum tahu, yang pasti harus perpanjang kesabaran kita semua. Ada banyak tahapan yang perlu diselesaikan, seperti Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) yang kini masih dalam tahap proses integrasi. BI menargetkan proses tersebut bisa selesai pada tahun depan.

Sejauh ini BI mencatat implementasi GPN sudah berjalan sesuai rencana, seperti standar nasional teknologi chip kartu ATM/debit atau National Standard Indonesian Chip Card Specification (NSICCS). BI juga sudah membentuk lembaga servis dan standar. Aturan soal QR Code targetnya bisa selesai sebelum Juni 2018 berbarengan dengan gerbang pembayaran nasional bagian kartu debit.

Menurut pihak BI, sebentar lagi juga ada implementasi single line dan multiline free flow. Beberapa bank mengaku juga mulai menyiapkan finalisasi terkait implementasi GPN kartu debit dan mulai mengedarkan kartu barunya tersebut ke publik.

Proses transaksi yang seamless itu masih panjang untuk bisa diterapkan di Indonesia. Untuk sementara, kita bisa menggunakan aplikasi yang sudah ada dan memanfaatkannya dalam pembayaran di berbagai merchant. Memang sudah ada yang bisa pakai dengan QR code, tapi pengalamannya belum sepadan dengan yang ditawarkan Alipay.

Kendati demikian, hal tersebut perlu diapresasi.  Suatu saat akan ada Alipay dan WeChat Pay versi Indonesia yang bisa menawarkan pengalaman seamless saat transaksi online. Sabar sabar saja dulu.

Layanan E-Wallet DANA Resmi Hadir, Unggulkan Sistem “Open Platform”

Layanan dompet digital DANA, perusahaan patungan Emtek Group dan Ant Financial, resmi hadir untuk publik dalam versi beta. Di awal kehadirannya ini, DANA mengusung sistem open platform, sehingga pengguna tidak perlu mengunduh aplikasi secara terpisah.

Layanan ini telah ditanamkan di aplikasi mitra dan bisa langsung digunakan oleh pengguna. Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan pihak DANA meluncurkan aplikasinya sendiri meski belum diungkapkan realisasinya.

“Dibandingkan pemain sejenis, yang kebanyakan adalah closed loop sehingga tidak bisa keluar dari ekosistem. Ketika pengguna sudah terdaftar di DANA maka seluruh data mereka akan tersimpan dengan aman dan bisa di-carry over ke aplikasi lainnya,” ucap CEO DANA Vincent Iswara, Rabu (21/3).

Selain menganut open platform, dia menjelaskan DANA juga menggunakan machine learning yang dapat menganalisis pola konsumsi pengguna berdasarkan rekam jejak transaksinya. Teknologi ini dimanfaatkan sebagai langkah otentikasi otomatis, sehingga pengguna tidak perlu menempuh proses OTP secara manual dengan memasukkan nomor verifikasi yang dikirimkan lewat SMS atau email.

Pihaknya meyakini metode seperti itu membuat success rate naik hingga 90% dengan loss rate bisa berkurang sampai 1%. Metode OTP manual diklaim success rate-nya hanya mencapai 50%-70% dengan drop off rate 30%-50%.

Dia mencontohkan, ketika pengguna sudah terbaca kebiasaan membeli pulsa seminggu sekali. Maka DANA tidak akan meminta konfirmasi ulang dengan memasukkan kode OTP. Namun, apabila pengguna yang sama tiba-tiba membeli pulsa hingga tiga kali dalam seminggu, maka sistem akan meminta memasukkan kode OTP.

“Lewat analisis ini, kami ingin jadikan DANA sebagai dompet digital yang aman dan pintar. Umumnya platform yang ada selalu butuh OTP, tapi ini tidak optimal karena bisa menimbulkan drop off rate mencapai 30%-50%.”

Teknologi terkini lainnya juga dibenamkan dalam sistem DANA, seperti facial recognition untuk memudahkan proses otentikasi secara otomatis di luar metode lewat SMS.

Ingin jadi pemain tiga besar

DANA dalam platform BBM

Meski baru hadir, Vincent menargetkan DANA dapat menjadi pemain tiga besar dari jumlah pengguna sampai akhir tahun ini. Strategi yang akan dilakukan adalah melalui dorongan aplikasi mitra besar yang sudah digandengnya. Setidaknya, DANA ingin meraup pangsa pasar sekitar 10%-20% dari total opsi pembayaran yang tersedia dari aplikasi mitra.

“Dari rekan merchant dengan populasi pengguna yang besar dari Bukalapak dan BBM, kemungkinan bisa kita gaet dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat.”

Pihaknya juga akan menambah jumlah mitra demi meningkatkan penggunaan DANA. Terhitung saat ini, DANA telah tersedia di BBM dan Bukalapak, dengan total 40 mitra yang bergerak di berbagai segmen bisnis. Hanya saja, proses roll out fitur DANA akan dilakukan secara bertahap mulai dari hari ini (21/3) sampai akhir bulan Maret 2017.

Untuk jamin keamanan transaksi, DANA juga telah mengantongi sertifikat PCI DSS (Payment Card Industry Data Security Standard). Sertifikasi ini adalah standar keamanan yang biasa dipakai oleh perusahaan keuangan untuk jamin keamanan transaksi keuangan lewat kartu debit dan kredit.

DANA juga memanfaatkan pengamanan data pengguna dengan memakai data center (Tier III dan IV) dan data recovery berbasis di Jakarta dan Cibitung.

Adapun fitur yang bisa dilayani DANA, mulai dari pembelian pulsa, tagihan listrik, telepon, tagihan PDAM, BPJS, cicilan, serta transfer dana antar pengguna. Sedangkan top up dana di dalam BBM masih memanfaatkan Virtual Account (VA) untuk transfer dananya.

Untuk mendukung ambisinya sebagai pemain tiga besar, DANA sedang mempersiapkan implementasi pembayaran non tunai untuk segmen offline dengan memanfaatkan teknologi QR code. Rencananya, perusahaan akan menggandeng warung tradisional sebagai mitranya. Rencana tersebut baru akan direalisasikan setelah Bank Indonesia membuat aturan standarisasi untuk pembayaran dengan QR code yang masih digodok.

“Kami akan terus perkenalkan teknologi baru yang semuanya dilakukan secara in-house. Dalam tim kami, rasio engineer cukup mendominasi sekitar 70%-80%.”

Agar dapat menjaring lebih banyak talenta, DANA akan berekspansi ke lokasi baru. Saat ini, DANA memiliki kantor yang tersebar di Jakarta, Bandung, Bali, dan Surabaya. Untuk operasional bisnis dompet digital ini, DANA memanfaatkan lisensi dari PT Espay Debit Indonesia, yang diakuisisi Emtek tahun lalu.

DANA Kini Tersedia di dalam BBM

DANA, platform pembayaran hasil joint venture Emtek dan Ant Financial (Alipay), kini tersedia dalam versi beta di BBM. Pengguna BBM bisa memanfaatkan DANA untuk melakukan pembayaran berbagai kebutuhan sehari-hari, seperti pulsa seluler, token listrik, air, BPJS kesehatan, dan cicilan di sejumlah layanan multifinance. Disebutkan saat ini DANA belum memfasilitasi fasilitas tarik saldo (withdrawal), tapi dijanjikan fitur akan tersedia di iterasi selanjutnya.

Kehadiran DANA melengkapi menu Discover BBM yang sejak diambil alih EMTEK telah berkembang menjadi sebuah “platform dalam platform”. Sementara ini memang DANA belum diintegrasikan sebagai platform pembayaran ke kanal Shopping, Coupon, atau Travel, tapi seharusnya tinggal tunggu waktu hingga semuanya terlaksana.

Secara proses, DANA tidak akan berbeda jauh dengan sejumlah platform e-commerce yang telah menyasar segmen yang sama. Saat ini DANA mengakomodasi proses top up melalui transfer rekening bank dan pembayaran tunai di gerai-gerai Alfamart.

DANA disebutkan hanya bisa digunakan oleh BBM yang tersedia di platform iOS dan Android.

Mengingat pengawasan platform pembayaran digital yang lebih ketat dari Bank Indonesia, DANA diekspektasikan memanfaatkan lisensi e-money PT Espay Debit Indonesia Koe (Espay) yang diakuisisi EMTEK awal tahun ini.

Application Information Will Show Up Here